Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Subarkah

Bimabet
Chapter 8 : Bunda Aku Kembali

Sekian lama Harni bekerja sebagai terapis, uang tabungannya semakin banyak. Sebenarnya Harni ingin sekali pulang menemui ibunya. Tapi rasa malu akan profesi nya saat ini menghentikan keinginannya. Kapanpun sebenarnya Harni bisa pulang ke desanya. Tapi rasa bimbang membuat selalu urung terlaksana rencana itu.

Hingga suatu hari, Warti tak sengaja bertemu dengan salah satu warga desa yang sedang mengirim hasil bumi ke kota. Warti bertegur sapa dengan gembira sambil saling menanyakan kabar. Ditengah keasyikan bercerita mengenang desa asal, tiba tiba Warti terhenti setelah mendengar bahwa Ibu Harni telah meninggal dunia sebulan yang lalu. Tak banyak orang Desa Banjardowo yang mengetahui bahwa Harni merantau ke kota bersama Wartiningsih. Muka Warti berubah pucat, bagaimanapun Harni adalah sahabatnya. Dia paham jika berita ini pasti menggoncang hatinya.

Dengan muka penuh ketegangan dan pucat Warti terburu buru pulang ke ruko tempat mereka menginap. Secepatnya Warti naik mencari Harni, tapi tidak ditemukan Harni dimanapun. Warti langsung tahu satu satunya lokasi dimana Harni saat ini. Bergegas dia naik ke lt 3, tanpa mengetuk Warti masuk ke ruang kerja pribadi Koh Welly. Benar saja, di dalam ruangan tampak Harni sedang duduk di atas meja menghadap Koh Welly, tubuhnya setengah tersandar dimeja bertumpu pada kedua sikunya. Kedua lututnya terbuka menganga lebar sambil ditahan oleh Koh Welly supaya tetap terbuka. Tubuh Harni nyaris telanjang, hanya menyisakan celana dalam yang sudah disibak kesamping. Koh Welly sendiri sudah telanjang tubuh bagian bawahnya dan sedang dalam posisi menyodok keras selakangan Harni dengan batangnya yang tak bersunat dan telah mengeras. Suara desahan kedua insan dan erangan menggema di ruangan membuat Warti bingung bagaimana menyampaikan kabar duka ini.

Warti hanya bisa masuk dan terduduk terdiam di sofa yang biasa menjadi tempat Koh Welly melepas lendir ke para terapis yang dia sukai, secara berganti ganti setiap harinya. Warti bingung bagaimana menyampaikan berita duka ini ke Harni. Koh Welly yang melirik ke arah Warti paham telah terjadi sesuatu dan ada yang tidak beres. Secepatnya Koh Welly menuntaskan hajatnya yang hampir membuncah. Ketika hampir mencapai ejakulasi ditariknya Harni untuk bersimpuh dibawah meja dan diarahkan batang penisnya ke mulut Harni. Harni yang sudah paham dengan kebiasaan Koh Welly lgsg turun dan membuka mulut lebar lebar.

"Crootttt crootttt" dua semburan kencang melesak masuk ke mulut Harni yang menyebabkan sedikit tertelan, setelah itu dibersihkan batang penis Koh Welly menggunakan mulutnya, dikulum hingga bersih dan masih dijilat2.

Selepas menyelesaikan birahi nya, dengan masih telanjang Koh Welly menghampiri Warti sambil bertanya.

"Yu napa War? Kok diem aja? Ada masalah?"

Warti menatap tajam dengan kebingungan ke arah Harni. Dihampirinya tubuh harni yang masih telanjang dengan sedikit bekas muncratan sperma di dagu. Warti pun ikut bersimpuh sambil memegang pundak sahabatnya yang tengah telanjang itu.

"Har....tadi aku iseng ke pasar, aku ketemu Cak Kohar, ya...biasa kita ngobrol soal desa"

Warti terhenti sejenak sebelum melanjutkan ceritanya.

"Har kamu yang kuat ya mendengar ini. Cak Kohar mengabarkan, ibu kamu sudah meninggal sebulan lalu Har, beliau jatuh ketika pergi ke pasar dan meninggal saat itu juga karena terantuk batu kepalanya"

Mendengar cerita Warti pecahlah tangis Harni sejadi jadinya. Dipeluknya sahabatnya itu. Harni merasa dia telah menjadi sosok yang hina, dan tidak berbakti. Bahkan ketika dihari hari terakhir ibunya dia tidak bisa mendampingi. Untuk apa uang yang dia punya. Untuk apa baju bagus yang dia beli. Jika pada akhirnya sekarang dia Yatim Piatu. Ayahnya meninggal belum lama ketika dia remaja, kini ibunya juga turut meninggal.

Singkat cerita Harni memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai terapis, untuk pulang ke desa mengunjungi makam ibu nya. Meski berat hati Koh Welly melepas dengan rela, bahkan memberikan pesangon yang cukup besar. Mengingat Harni sering menjadi object pemuas nafsunya dan memberikan kenikmatan lain dari pada terapis lain yang telah ditidurinya.

"Jadi begitu Bar, aku baru pulang ini, aku nggak punya muka untuk bertemu warga desa lain Bar"

Barkah terdiam mendengar cerita Harni, tidak sedikitpun Barkah memandang hina atau rendah akan diri Harni. Malah Barkah merasa iba akan nasib yang dialami dirinya.
"Warti kebangetan, masak kamu bisa diajak jadi begituan sih di kota Har" kata Barkah memecah kesunyian saat itu.

"Ndak Bar, Warti ndak salah, aku yang bodoh, aku yang menipu diriku sendiri. Warti sebenarnya sudah bilang dari awal, tapi aku e yang ndak mau tanya secara jelas" jawab Harni.

"Yowis Har, sekarang rencanamu opo? Sebagai sahabat aku siap bantu Har"

"Mboh Bar, saat ini paling aku mau bersih bersih rumah dulu, biar bisa ditempati seperti dulu saat Ibu masih hidup" terang Harni.

"Oke....ayok, kita beres beres. Aku bakal bantu kamu, udah kamu ndak usah khawatir, ada aku yang siap menemani"

Kebaikan hari Barkah membuat hati Harni yang telah terisi pilu sedikit menghangat. Selesai mereka beres beres rumah, Barkah pamit pulang dan berjanji akan mengunjungi Harni setiap hari. Tak lupa Barkah memberikan sedikit bahan makanan untuk Harni, mengisikan tempayan air untuk minum, memastikan kebutuhan Harni terpenuhi.

Harni melepas Barkah pulang sambil sedikit tersenyum, dia merasa beruntung sekaligus bodoh. Ada pria sebaik Barkah di desanya kenapa dia tidak menyadarinya dari dulu malah mencari peruntungan tidak pasti di kota besar.

Hari pun berlalu dan telah larut. Barkah beristirahat dan mengistirahatkan pikirannya. Harni, Bu Marsih, membuat tembikar, sebelumnya hidup Barkah begitu sederhana. Dalam waktu sekejap semuanya menjadi kompleks dan banyak yang harus dipikirkan. Ah sudahlah, lebih baik tidur saja, besok ya urusan besok. Gumam Barkah.

Bersambung
 
Bagus ceritanya suhu, banyak tema di cerita suhu yg original dan gak cuman itu itu doang (incest, cici2, anal, cewekutilang, dll).
sy juga suka karakter wanita yg sem0k2 hehe.
gaya bahasanya udah enak/seru dibaca. tinggal saran dari sy sebaiknya ada bagian yg perlu didetailkan/dipanjangkan misal kisahnya Cepi itu sebenernya masih bisa lebih panjang lagi adegannya... atau yang kisahnya Harni juga sebenernya bisa dipanjangin lagi
Semangat semoga bisa hot thread. Mari kita dukung :semangat:
 
Bagus ceritanya suhu, banyak tema di cerita suhu yg original dan gak cuman itu itu doang (incest, cici2, anal, cewekutilang, dll).
sy juga suka karakter wanita yg sem0k2 hehe.
gaya bahasanya udah enak/seru dibaca. tinggal saran dari sy sebaiknya ada bagian yg perlu didetailkan/dipanjangkan misal kisahnya Cepi itu sebenernya masih bisa lebih panjang lagi adegannya... atau yang kisahnya Harni juga sebenernya bisa dipanjangin lagi
Semangat semoga bisa hot thread. Mari kita dukung :semangat:
Siap, terima kasih atas masukannya akan saya coba lebih kembangkan kedepan nya hu
 
Chapter 9 : Duet Mawut

"Mbakkkk........Mbakkkk Marrrrr" seru Nyai Darsih memanggil sahabatnya dari luar rumah. Bu Marsih pun akhirnya keluar dari dalam rumah. "Ono opo Dar, kok pagi pagi wis gemboran ae"

"Heh mbak, sampean kemarin ke mana? Kok ndak buka warung?"
"Dapet pasien lanangan manuk gedi po?"
Cerocos Nyai Darsih memberondong dengan pertanyaan.

"Nguawureee, endak endak, aku ada proyekan rahasia" jawab Bu Marsih sambil tersenyum genit.

"Halah opo ta, ceritani to cepet" seru Nyai Darsih sambil menerobos masuk ke ruang tamu.

Bu Marsih pun mengikuti sambil tak lupa menutup pintu depan terlebih dahulu. Mereka duduk bersampingan siap akan berbagi ghiba satu sama lain.

"Ceritano sek, dirimu pagi pagi udah ke sini ceria pasti abis dpt lontong perkasa dari mana Dar?"

"Hummmmm telat sampean, kemarin itu aku mau pamer, aku habis nggoyang manuk nya Cepi, sampe kelojotan lemes dia, lutut e ndredeg gak karuan pas pulang" seru Nyai Darsih sambil tertawa ngakak lebar dan puas.

"Ealahhhhh mesakno ne Cepi, ketemu wewe gombel satu ini" sahut Bu Marsih sambil ikut terkekeh bersama sahabatnya.

"Wis giliran sampean cerita,kemarin ono opo kok ndak buka toko"

Bu Marsih pun bercerita soal apa yang terjadi dengan Subarkah pemuda desa yang lugu tersebut.

"Hahhhh? Barkah? Barkah yang mbikin tembikar itu mbak? Temenan to mbak main sama dia? Bukan e manuk e dia itu B aja to mbak? Kok mbak mau to? Wong aku pernah ngintip dia pas pipis manuk e ky ndak josss gitu lo" jawab Nyai Darsih menanggapi cerita Bu Marsih

"Gini lo ya Dar, aku ini ahli pengobatan dan urusan syahwat. Aku bisa membaca mana yang memang nasib e lemes sampai tuek. Mana yang punya potensi jadi josss tapi perlu diterapi dikit"
"Wis nek ndak percoyo, nanti ya, tunggu en, nek aku sudah selesai terapi si Barkah, sampean tak kasih coba, nek sampean ndak sampe teriak teriak minta ampun, jangan panggil aku Bu Marsih ahli pengobatan dari Desa Banjardowo"

Maka terbahak-bahak lah Nyai Darsih, dia paham bahwa Bu Marsih kalau sudah serius pasti akan ditepati.

" Yowis yowis aku tak pulang sek, tak tunggu janjimu yo mbak, nanti bagi bagi nek dapet enak enak lo ya"

Pertemuan kedua sahabat itu terhenti karena mereka berdua mesti melakukan aktivitas mereka masing masing.

Haripun mulai berganti hari, hingga akhirnya pengobatan terapi Barkah mencapai hari terakhir. Barkah yang setiap pertemuan dipijat dan dikocok oleh Bu Marsih makin merasa batangnya jauh membesar dan mengeras hampir 4x ukuran semula, diameternya benar benar menjadi lebih gemuk. Bahkan tingkat kekerasannya pun berbeda jauh.

Sesuai janji Barkah kepada Bu Marsih, dia menjaga baik baik pesan agar tidak melakukan hubungan intim dengan wanita manapun selama terapi. Selain itu Barkah juga bukan pria yang populer, sehingga jelas mudah saja bagi Barkah untuk menepati janjinya.

Sesuai pesan Bu Marsih, setiap 2 hari sekali Barkah datang untuk diterapi, batangnya diurut dengan ramuan khusus dan ramuan rahasia milik Bu Marsih diberikan agar melancarkan peredaran darah Barkah ke anggota tubuh bagian bawah. Setiap terapi itu juga Barkah memberikan oral seks kepada Bu Marsih.

Diterapi ke 4 Bu Marsih mulai ganti melakukan oral seks kepada batang Barkah, karena ditahap ini batang Barkah sudah boleh terkena air liur. Tibalah dihari ke 10, dimana hari itu Barkah akan mendapat terapi yang terakhir. Biasanya Barkah akan datang ke rumah Bu Marsih pagi pagi. Akan tetapi untuk terapi terakhir Bu Marsih meminta Barkah datang malam hari.

Barkah yang sudah berada dibilik pengobatan sedang menunggu Bu Marsih untuk terapi yang terakhir. Bu Marsih meninggalkan Barkah sendirian untuk berganti baju. Katanya karena malam ini puncak terapi busananya harus diganti.

Setelah Bu Marsih keluar terpanalah Barkah. Bu Marsih muncul menggunakan kebaya yang tembus pandang. Di dalamnya tidak ada pakaian lagi. Barkah bisa melihat dengan jelas payudara besar yang menggantung bergoyang seirama langkah kaki Bu Marsih. Memeknya yang berbulu tipis tampak jelas. Kulit putih Bu Marsih tampak bercahaya terkena cahaya lampu malam itu.

Setelah Bu Marsih sampai dihadapan Barkah seperti biasa Barkah diminta untuk telanjang bulat. Kini batang penis Barkah bahkan sudah mengacung tegak walau belum ereksi sempurna. Diraihnya guci khusus yang berbeda dari guci yang selama ini dipakai. Guci ini tertutup rapat oleh kertas coklat yang seperti tersegel. Dicelupkan kedua telapak tangan Bu Marsih ke dalam guci, dan mulai Bu Marsih memijat dada bidang Barkah.

Sembari melakukan pijatan, naiklah hawa nafsu Bu Marsih, rasa yang telah dipendam selama 10 hari, malam ini akan dilepas dengan bebas. Perlahan tangan Bu Marsih merayap turun ke arah batang perkasa milik Barkah. Sambil mengocok pelan dan lembut Bu Marsih berujar pelan.

"Bar, dipuncak terapi ini, minyak yang kugunakan adalah minyak khusus. Batangmu sudah berubah jauh jauh jauh lebih perkasa. Sebagai penutupnya, batangmu harus disiram sama cairan kewanitaan. Oleh karena itu malam ini kita harus berhubungan badan sampai aku orgasme hingga banjir supaya makin kuat segel burungmu"

Barkah yg sudah mulai terangsang berat hanya mengangguk pelan. Berada sedekat ini mentap wajah Bu Marsih yang mengenakan riasan tebal nan menor bagai pelacur jalanan membuatnya makin birahi. Minyak wangi yang dikenakan diarea leher membuat Barkah makin tak sabar. Maka Barkah mengambil inisiatif mulutnya menyosor mencium ganas bibir berlipstik milik Bu Mar. Tangannya menggapai bulatan payudara besar sambil berusaha menyingkap kain tipis yang menutupi tubuh Bu Marsih.

Kini kedua insan itu telah telanjang bulat. Bagai macan yang telah menemukan mangsa Barkah menarik tubuh gempal Bu Marsih hingga terlentang.

Bagai kesetanan Barkah menjilati liar memek Bu Marsih. Barkah sudah hafal mana saja yang bisa membuat Bu Marsih merasa nikmat. Kecipak dan decakan lidah yang beradu dengan lubang memek terdengar merdu, diiringi desahan Bu Marsih yang pasrah dan mendesah meremas remas rambut Barkah.

Sejurus kemudian tanpa membuang waktu Barkah merangsek naik keatas, memposisikan agar batangnya siap mempenetrasi memek yang sudah becek tersebut. Bu marsih yang paham membuka pahanya lebar lebar mempersilahkan Barkah menerobos masuk mengobok ngobok memeknya sampai puas.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd