Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SURGA DUNIA YANG HILANG

Saintprince88

Semprot Baru
Daftar
14 Jan 2018
Post
29
Like diterima
282
Bimabet
Sebelumnya newbie mohon maaf kepada para reader penikmat cerita panas karena newbie sudah memberanikan diri untuk berbagi coretan yang diragukan kualitasnya. Harap bimbingan dari para master. Cerita ini pada bagian-bagian tertentu merupakan copy paste (copas) dari website/forum tetangga tetapi ada penambahan di sana sini oleh penulis disesuaikan dengan alur cerita yang penulis bangun.

###

PENGALAMAN PERTAMAKU

Namaku Farida sering dipanggil Ida, dan aku sudah lama tidak menikmati pelukan laki-laki sejak suamiku bekerja di luar negeri. Mulai kepergiannya ke luar negeri, suamiku hanya pulang setiap satu tahun sekali, itupun hanya tiga minggu di rumah. Waktu di rumah pun, suamiku terlalu sibuk dengan keperluannya sendiri yang terkadang melupakan kebutuhan batinku. Kebutuhan seksualku sangat kurang karena selain suamiku tidak berada di rumah dalam jangka waktu yang lama juga kurangnya perhatian darinya, sehingga aku mulai meragukan kasih sayangnya kepadaku sebagai istrinya.

Dorongan hati kadang-kadang tidak terbendung merasakan nikmatnya rabaan dan remasan tangan kasar seorang laki-laki pada tubuhku. Bayangan itu hanya aku nikmati dalam hayalan setelah menonton blue film di komputerku. Aku masih cukup muda dan menawan, aku berumur 36 tahun dan anakku hanya satu-satunya yang kini sudah beranjak dewasa. Dalam usiaku yang sudah tidak muda lagi gairahku malah begitu tinggi saat ini. Aku sangat menginginkan kehangatan dari seorang lelaki. Sungguh, aku sangat menginginkan itu. Tetapi apa dayaku, aku tidak bisa berbuat apa pun. Aku hanya dapat diam dan terkadang menangis.

Beberapa hari belakangan ini aku menyadari sesuatu telah mengganggu akal sehatku. Mulai terbesit dalam hati dan pikiranku untuk mendapatkan kebutuhan itu dari orang lain. Awalnya ada keraguan namun semakin lama niat itu semakin kuat seiring dengan banyaknya cerita yang kubaca tentang seorang istri yang mengambil jalan ‘pintas’ karena kelemahan suaminya yang tersebar di internet. Selain itu, banyak teman-temanku menyarankan agar aku mempunyai ‘pacar’.

"Kamu nggak merasa kesepian tak pernah mendapat nafkah batin?" tanya salah satu temanku dan itu pertanyaan sejak beberapa tahun lalu.
"Enggak!" sahutku waktu itu.

Namun dengan berjalannya waktu, aku mulai merasa kesepian dan kehampaan. Apa artinya harta benda? Esensi kehidupan dan kenikmatan kehidupan bukan hanya benda. Aku membutuhkan kehangatan lelaki. Namun itu tidak aku dapatkan, sementara teman-temanku yang senasib telah menggandeng lelaki di belakang para suami mereka. Aku tahu suamiku adalah suamiku tetapi dia bukan suamiku. Sungguh benar tulisan yang sering aku baca tentang, “Kau Suamiku, Tetapi Bukan Suamiku.” Dan, kini aku ingin menjadi pelaku kisah cinta kalangan selebritas seperti teman-temanku.

Pada Sabtu pagi ketika anakku pamitan menginap di rumah kakakku, terasa hatiku sepi. Gerimis di luar menambah hatiku berontak, aku telah dibelenggu waktu. Hatiku begitu tercabik-cabik oleh kesedihan, tersayat-sayat oleh kesunyian dan terbelenggu oleh kesepian. Apa yang aku inginkan sekarang? Ya … Aku ingin menikmati laki-laki. Berhari, berbulan, bertahun aku menginginkan sentuhan dari tangan dan lidah seorang laki-laki. Suamiku tidak mungkin memberikan, ia tidak ada di sini, masih enam bulan lagi baru bisa pulang. Sebagai wanita normal aku juga menginginkan laki-laki yang bisa memberikanku kepuasan batin.

Rasa berat antara perasaan ya dan tidak, akhirnya aku keluar rumah, aku sengaja tidak membawa kendaraan, aku mau naik kendaraan umum saja. Aku naik taksi tanpa tujuan pasti, aku tidak tahu mau kemana. Ketika sopir taksi menanyakan arah tujuan, aku menjadi kebingungan. Akhirnya dengan sekenanya aku katakan “Taman Ismail Marjuki”. Di sana aku turun, meskipun sepanjang hidupku tinggal di Jakarta, tetapi tempat ini baru pertama kali aku kunjungi. Aku ragu melangkah arah, mau kemana di Taman Ismail Marjuki ini? Akhirnya aku ke gedung bioskop, aku pura-pura melihat iklan film yang mau aku tonton. Sebenarnya pikiranku tidak nyambung dengan pengelihatanku. Jadi apa yang aku lihat, tidak masuk ke otakku. Keinginan yang menggebu dari rumah untuk dapat menikmati laki-laki menjadi hilang. Aku sepeti orang linglung. Akhirnya aku duduk di tempat tunggu sambil merencanakan pulang.

Keramaian pengunjung bioskop membawa pandanganku tertuju pada seorang laki-laki dengan umur kira-kira 40 tahun bersama anak-anak remaja perempuan. Laki-laki itu cukup tampan dan bersahaja, badannya begitu tegap dan tinggi semampai. Kelihatan mereka berbincang membicarakan rencana kegiatan. Akhirnya remaja-remaja itu pergi meninggalkan laki-laki itu sendirian. Laki-laki itu kemudian melangkah duduk di sebelahku sambil membuka koran. Mungkin karena yang duduk di situ hanya aku dan dia, maka ia menawari aku membaca majalah milik anaknya.

“Terimakasih pak…” Aku meraih majalah itu.
“Bapak mengantar anak-anak mau nonton film?” Aku mencoba membuka pembicaraan.
“Tidak bu… anak saya ke sini tidak untuk menonton film. Mereka kumpul dengan teman-temannya karena mau menjadi pager ayu di pesta kawinan”. Jawabnya dengan senyum simpulnya.
“Ooo… wah bapak harus sabar juga menunggu mereka sampai selesai”. Kelakarku.
“Tidak bu, mereka di sini hanya rias wajah dan pakaian, kemudian mereka dijemput ke Taman Mini sampai malam. Pulangnya mereka diantar dari sana. Ibu juga sedang menunggu putra ibu?” Tanyanya begitu sopan.
“Ooo… tidak pak, saya tadi ingin nonton film, tapi ternyata film yang mau saya tonton sudah tidak diputar lagi” Aku menjawab sekenanya. Untung dia tidak menanyakan nama film itu.

Kemudian aku dan dia tenggelam dalam obrolan biasa sampai obrolan rumah tangga. Dari ceriteranya aku tahu kalau istrinya lagi keluar kota mengantar orangtuanya kembali ke kampung. Obrolan itu cukup mengasikkan sehingga melupakan mengapa aku sampai ke Taman Ismail Marjuki. Obrolan kami semakin seru dan terus berkembang hingga tidak terasa aku merasakan keakraban dengan laki-laki ini, keakraban ini kunikmati sekali.

“Kita sudah berlama-lama ngobrol tetapi belum tahu nama masing-masing. Namaku Hendra.” Katanya sambil memberikan tangan kanannya padaku.
“Ida ….” Jawabku pelan sambil menyambut uluran tangannya.
“Kamu sendirian? Di mana rumahmu?” Suaranya begitu lembut terdengar di telingaku.
“Ya pak, saya tinggal di daerah Rawamangun” jawabku.
“Jangan panggil pak ahk … panggil nama saja atau apa.” Pintanya sambil melemparkan senyuman yang lumayan menggetarkan hatiku.
“Oh … eh … ya Mas …” Kujawab dengan gugup.
“Kalau kamu mau pulang sekarang, kita bisa sama-sama, saya mau ke bengkel di Kelapa Gading.” Aku tidak menyambut tawaran itu karena aku belum ingin pulang.
“Terimakasih Mas, ngak usah repot-repot, saya masih ada keperluan di tempat lain”. Aku mencoba berkelit.
“Oh begitu …, barangkali tempat lain itu satu arah dengan tujuan saya, kita bisa melanjutkan obrolan tadi. Kamu kan belum cerita keluargamu?” Pintanya sedikit memaksa, dan akhirnya aku terima tawaran itu dan aku tanpa paksaan mengikuti ke mobilnya. Ketika sudah ada di atas mobil, ia tidak segera menjalankan. Mungkin ada yang ditungunya.
“Ida, maaf ya … Apakah kamu punya waktu kalau kita jalan-jalan sebentar sambil ngobrol? Saya kok merasa cocok dengan obrolan tadi”. Laki-laki ini ternyata mengajakku untuk jalan-jalan.
“Boleh juga Mas, saya hari ini juga tidak ada kegiatan yang perlu saya selesaikan”. Entah kenapa aku merasa welcome dengan ajakannya.

Keakraban kami berdua menyebabkan obrolan kami selanjutnya berubah menjadi cerita pribadi, bahkan cerita kehidupan sex kami. Ia menceriterakan hubungan dengan istrinya sangat terbatas, karena istrinya seorang pramugari jalur luar negeri, sehingga sering ditinggalkan. Umur istrinya tiga tahun lebih tua dari Mas Hendra. Sedangkan aku menceriterakan suamiku yang bekerja di luar negeri. Sepanjang perjalanan, yang aku juga tidak tahu mau kemana, tema obrolan kami menjadi sangat variatif. Aku merasa sudah tidak canggung lagi dengan keberadaan Mas Hendra di sampingku. Sejujurnya, aku sangat menikmati momen seperti ini.

Entah awalnya bagaimana dan siapa yang memulainya, tangan kami saling meremas, bahkan kadang-kadang Mas Hendra lingkarkan tangannya di bahuku. Awalnya aku sangat gugup mendapatkan perlakuan itu darinya tetapi lama kelamaan aku malah menikmatinya. Laki-laki di sampingku ini begitu lembut memperlakukanku seperti halnya memperlakukan gelas kristal yang rapuh, hingga membuatku mulai menyukainya. Jantungku berdegup dengan kencang saat sambil menyetir, tangan kiri Mas Hendra meraba pahaku. Aku diam saja ketika dengan perlahan tangan kiri itu menyusup di bawah rokku. Rasa geli itu kurasakan pada pahaku yang sedang dibelai lembut Mas Hendra, sentuhan tangannya membuat bulu kudukku merinding.

“Kemana kita … Aku ingin bisa ngobrol dengan tenang.” Katanya.
“Terserah Mas Hendra ...” Saat itu birahiku mulai bangkit, aku melirik ke mukanya, dalam hati aku berkata, “Apakah laki-laki ini yang akan memberiku kepuasan?” Aku tidak punya pengalaman. Ini pengalaman pertamaku, gairahku terus naik merasakan sensasi kenikmatan yang baru pertama kualami.
“Bagaimana kalau kita ke Puncak?” Laki-laki itu menentukan lokasi.
“Terserah Mas Hendra saja ...” Jawabku sepertinya aku menyetujuinya.

Selama perjalanan, kami terus berbincang-bincang dengan mesranya. Suatu ketika, Mas Hendra meraih tanganku dan menciumnya dengan sangat romantis sekali. Apa yang terjadi barusan? Membuat kepala dan dadaku sesak akan banyak pertanyaan. Jiwaku yang naif ini masih bertanya-tanya. Mas Hendra masih sibuk dengan jalanan di depannya, seakan tidak mempedulikan responku akan perbuatannya barusan. Namun melihat hal itu aku merasa tersanjung karena tingkahnya yang sangat gentle itu.

Pengalaman yang indah ini terganggu oleh rasa kantukku sehingga aku tidak memperhatikan jalan lagi ketika mobil itu masuk ke jalan tol. Aku tidur, aku mengantuk sekali, dan rasa kantukku diketahui Mas Hendra yang kemudian menyuruhku untuk tidur sejenak. Entah berapa lama kemudian, aku terbangun dan mobil sudah terparkir di suatu penginapan yang tertutup di wilayah Puncak. Mas Hendra turun dan membimbingku menuju kamar.

Kamar penginapan yang cukup mewah, bisa dibilang kamar penginapan pribadi, lengkap dengan kamar mandi dan sofa yang begitu indah. Kami duduk di tepi tempat tidur sambil makan pisang dan minum jus yang telah tersedia di atas meja kamar hotel. Mas Hendra mulai membersihkan sisa-sisa makanan dan setelah itu dia duduk persis di sampingku. Mas Hendra menatap tajam wajahku, akupun balas tatapannya. Lama kami saling bertatapan persis adegan dalam sinetron remaja yang sedang jatuh cinta. Sedikit demi sedikit wajah kami mulai saling mendekat. Oooh, ternyata Mas Hendra tidak mencium bibirku, tetapi mencium keningku begitu lama.

Sungguh, ciuman itu sangat memabukkan, mataku terpejam. Tubuhku terasa melayang-layang ke angkasa. Aku cengkram kedua tangan Mas Hendra, meresapi sentuhan bibirnya di keningku. Kurasakan ciuman itu semakin dalam. Aku bisa merasakan nafasnya mulai memburu dan berat. Dengan pasti, akhirnya bibir kami saling bertemu, pertama-tama hanya ciuman ringan, namun kemudian mulai menjadi liar tidak terkendali lagi, mataku semakin terpejam erat menikmati setiap sensasi yang kualami.

Bibir Mas Hendra mencoba menggoda bibirku agar aku membuka mulut. Ciumannya kali ini begitu lembut. Aku membuka mulut pelan-pelan, Mas Hendra menggoda bibir atas dan bawahku bergantian membuatku mendesah karena sensasi ciuman yang begitu nikmat. Lidah Mas Hendra langsung menerebos masuk ke mulutku, bibir kami berdua saling bertautan, tak ayal Mas Hendra menggigit bibir bawahku membuatku merinding sekaligus mendesah.

“Aku suka desahanmu...." Kata Mas Hendra di sela-sela ciuman kami. Dia makin memperdalam ciuman dengan menekan tengkuk leherku. Aku mulai mengalungkan lehernya dan makin menarik Mas Hendra.

"Aahhh ...." Desahku saat Mas Hendra mulai memegang pinggulku dan mengangkatku ke atas pangkuannya.

Lama kelamaan ciuman Mas Hendra yang lembut berubah menjadi bergairah. Aku pun merasa celana dalamku sudah mulai basah dan mulai tak nyaman dengan kondisi seperti ini. Aku memainkan rambut Mas Hendra dengan menggulung-gulung rambutnya dengan tanganku. Mas Hendra mulai memindahkan mulutnya ke leherku dan mengecupnya berkali-kali membuat badanku menggelinjang karena geli dan nikmat, dia juga dengan sengaja meremas payudara kiriku dari luar baju.

“Aku pingin banget Ida …..” Ia membisikkan di telingaku. Aku didorong rebah ke tempat tidur. Aku pura-pura jual mahal, aku pegangi bajuku agar dia tidak mudah membuka. Aku masih ingin memperoleh ciuman mas Hendra lebih lama sebelum dimulai dengan yang lebih intim. Ternyata ia tidak memaksaku. Sambil menindih badanku, mas Hendra mulai menciumi kembali mukaku, leherku dan bibirku dikecup dengan kuat. Kemudian ciuman itu bergeser ke telinga terus ke belakang telinga, sehingga membuat aku merinding nikmat.

“Ooohhh…….. ssssss….ttttt …!!!” Eranganku mulai terdengar. Setelah puas menciumi belakang telinga, ciuman itu bergeser ke arah pundak. Rasanya nikmat sekali sepeti terbang. Ya … aku haus kenikmatan seperti ini. Geseran bibirnya semakin turun ke dada. Tangan Mas Hendra mulai membuka satu persatu kancing baju atasanku. Kemudian ciumannya bergerak di payudaraku.

Badanku digulingkan sedikit ke kiri agar tangannya dapat melingkar ke badanku untuk membuka kancing BH-ku. Sekali raih BH-ku terlepas dan kedua bukit kembarku tersembul. Mata mas Hendra terbelalak memandangi payudaraku yang tidak begitu besar tapi kencang dan putingnya coklat mengeras. Ia kelihatan kagum memperhatikan payudara yang ranum milikku. Dengan pelan-pelan hidungnya diusapkan di puting susuku kemudian kumis tipisnya ia geser-geserkan, sungguh surga dunia yang tak terkira nikmatnya.

“Maa…sss…..ooohhhh…” Aku mengerang nikmat.

“Ter…r..uss mas, kenyot yang kuat…maa…sss…oooohhh!!!”. Tangannya meremas payudaraku semakin kencang, sehingga nafasku terengah semakin memburu. Ketika puas menikmati bukit kembarku, mulut panas itu bergeser ke bawah diantara pusarku. Tangannya dengan perlahan menarik rokku ke bawah. Tanpa menunggu waktu, tangan satunya telah memelorotkan celana dalamku yang sudah basah.

Vaginaku yang ditutupi rambut rapi karena aku cukur, sekarang telah ada di muka Mas Hendra siap dihidangkan. Rasanya Mas Hendra mengagumi vaginaku yang selalu kurawat. Mas Hendra menarik napas panjang dan meloncat turun membuka baju dan celananya sendiri. Kini hanya tertinggal celana dalam saja yang belum dibuka. Dada bidang berbulu milik Mas Hendra sangat mempesona.

Vaginaku dan kelentitku terasa tebal karena aku sudah sangat terangsang. Dengan penuh nafsu mas Hendra kembali meremas payudaraku dan menghisap pentilnya. Hisapan itu dengan perlahan turun ke perut, ke pusar terus ke vaginaku. Namun kemudian mas Hendra mengalihkan hisapan ke pangkal pahaku. Ia menjilati dan menghisap pangkal pahaku sampai puas, sedangkan tangan kanannya mengusap-usap bagian luar vaginaku.

Aku masih dalam posisi rebah di tepi tempat tidur. Badanku ada di atas kasur sedangkan kedua kakiku terjuntai ke bawah. Posisi ini sangat pas buat mas Hendra yang mulai berjongkok dihadapan selangkanganku dan mendekatkan mulutnya ke vaginaku. Tangan mas Hendra membuka bibir vaginaku yang membasah dan lidah mas Hendra mulai menyentuk klitorisku. Aku menjerit nikmat…..

“Haa…..ooo……hhhh…..ssttttt….. haa…..ooo…..hhhh….ssttttt…!!!” Aku mengangkat pantatku supaya lidah mas Hendra bisa lebih leluasa menjilat klitorisku. Aku belum pernah senikmat ini memperoleh dari suamiku. Aku bermain cinta dengan suamiku tanpa ada rangsangan, begitu buka baju, langsung penis suamiku ditancapkan. Baru kali ini aku menikmati kewanitaanku, aku benar-benar wanita yang merasakan gairah cinta yang sebenarnya.

“Haa….. ooo……hhhh….. ssttttt….. terruuusss….ter…usss … ooo…..hhhh….ssttttt……” Eranganku menjadi-jadi. Mas Hendra tidak berhenti di situ. Tiba-tiba kelentiku dihisap lembut. Aku kembali menjerit nikmat.

“Aaaaa……ooohh….hhh……mas………..sssss!” Aku tidak bisa menahan eranganku yang semakin keras.

Aku terengah-engah merasakan geseran bibir dan hisapan yang bergantian. Kemudian hisapan itu semakin kuat, kuat dan kuat…… Aku menjadi tidak tahan, aku goyangkan kepalaku ke kanan dan ke kiri, pantatku aku naikkan lebih ke atas, tanganku meremas kasur. Dan, tiba-tiba denyutan yang tiada tara nikmatnya menjalar melalui pinggulku menuju arah kelentit. Nikmat…..nikmat sekali.

“Aaaaaaccchhhhhh …..!!!” Jeritku penuh nikmat menyambut orgasmeku.

Denyutan itu terjadi beberapa kali dan semakin memanjang dan akhirnya hilang. Aku mencapai puncak orgasme, puncak kenikmatan yang tertinggi. Aku baru sekali ini merasakan. Enam belas tahun dalam hidup rumah tanggaku aku belum pernah merasakan senikmat ini dengan suamiku. Badanku lemas dan mataku terpejam nikmat melepas denyutan.

Tiba-tiba mas Hendra berdiri, ia membuka celana dalamnya, ia merapatkan pinggulnya ke pinggulku. Tangannya memegang penis yang telah mengacung tegak. Aku belum sadar saat itu, aku masih menikmati orgasmeku. Ketika ia membuka kedua pahaku, mataku terbuka aku harus bergantian memberikan kepuasan kepada mas Hendra. Aku bangkit, aku pegang penis itu, kencang seperti batu. Mas Hendra membisikkan kata-kata agar aku mengulum penisnya. Aku ragu, aku belum pernah seperti itu. Tapi bukankan tadi mas Hendra menjilati vagina dan kelentitku? Bukankah aku telah menerima kenikmatan dari jilatannya? Dengan rasa ragu aku mendekatkan mulutku dan memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Mas Hendra mendorong penisnya masuk lebih dalam ke mulutku, aku malah terbatuk sehingga mau muntah. Akhirnya Mas Hendra mengurungkan permintaannya.

Kembali Mas Hendra merebahkan aku di pinggir tempat tidur. Ia membuka selangkanganku dan penisnya ia pegang dengan tangan kanan mulai digosok-gokkan ke bagian kelentit. Mungkin maksudnya agar kepala penisnya basah dengan cairan vaginaku. Mula-mula terasa geli. Kemudian geli itu berubah menjadi nikmat. Aku mulai terangsang lagi. Kepala penisnya digeser-geser semakin dalam. Aku mulai mendesah nikmat. Setelah cukup lama dengan permainan itu, kedua tangan mas Hendra meraih kakiku diangkat ke pundaknya. Aku belum pernah menikmati permainan senggama seperti ini. Mas Hendra mulai mengerakkan penisnya. Separuh penisnya sudah masuk ke liang peranakanku. Tiba-tiba ia mendorong dengan satu gerakkan dan penisnya amblas masuk seluruhnya ke vaginaku. Aku menjerit ketika menerima hentakan itu, ada sedikit rasa ngilu ketika penis itu masuk seluruhnya.

Kemudian gerakkan maju mundur dilakukan sangat pelan. Aku merasakan vaginaku mulai berdenyut menjepit penis mas Hendra. Tampaknya Mas Hendra menikmati sekali denyutan vaginaku yang memeras penisnya sehingga terasa lebih sempit. Tubuhku terasa penuh seakan penisnya menancap tepat di rahimku. Dengan hujaman-hujaman yang teratur, penis Mas Hendra mengobok-obok isi liang vaginaku. Laki-laki yang baru aku kenal ini terus mengocok vaginaku maju-mundur, dan aku pun sangat menikmatinya. Mulutku tak henti-hentinya meracau mengeluarkan desahan dan erangan kenikmatan.

“Aaaaacchh ….. ooohhh ….. hhaaahhhhh….. terruusss … masss ….!!! ” Mulutku tidak bisa diam, rasa nikmat menjalar dari dalam pinggangku ke paha dan kaki. Buah dadaku yang mengencang ingin sekali diremas. Vaginaku yang berdenyut-denyut ingin diberi gerakkan penis yang lebih cepat. Aku menarik tangan Mas Hendra yang bertumpu di kasur ke arah payudaraku. Aku minta dia meremas.

“Ma..sss…re…mas…….. rem…aaasss … ku..aaa…tttt!”. Pintaku memelas.

Mas Hendra meremas payudaraku sambil menggerakkan maju mundur pinggulnya. Jepitan vaginaku semakin kuat ketika jari Mas Hendra menarik puting susuku. Aku mulai menggoyang pantatku untuk menambah kenikmatanku. Begitu juga kepalaku mulai bergerak ke kanan dan kiri. Penis Mas Hendra memompa keluar masuk vaginaku semakin cepat, aku semakin merasakan nikmat. Gesekan demi gesekan kurasakan semakin nikmat menyentuh kulit halus liang vaginaku.

“Ohh… sayang ... nikmat sekali … Punyamu begitu rapat ...” Kata Mas Hendra sambil terus mengocok vaginaku maju dan mundur dan akupun semakin menikmatinya, hilang rasa sedih dihati karena suamiku terobati dengan kenikmatan yang tiada taranya. Lama Mas Hendra memacu birahinya dan aku pun mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya kembali aku mengejang dan sambil memeluk erat tubuh Mas Hendra.

“Aaaaccchhhh …. Maaasss … akuuu ….!!!” Aku kembali menyemprotkan cairan yang meledak dalam rahimku, aku orgasme untuk yang kedua dari Mas Hendra. Untuk beberapa saat Mas Hendra menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuhku sambil melumat bibirku. Aku benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, mataku terpejam sambil kulingkarkan kedua kakiku ke pinggangnya.

Tak berapa lama kemudian Mas Hendra mencabut penisnya yang masih mengacung kokoh dari dalam rahimku. “Oh…” Ada sesuatu yang hilang rasanya dari tubuhku. Perlahan ia bergerak menyamping dan membalikan tubuhku, kali ini aku hanya menurut saja. Kembali ia menaiki tubuhku, kali ini dari belakang dan mulai menusuk-nusukan penisnya ke vaginaku. Akupun menyambut sodokan benda tumpul itu dengan sedikit membuka kakiku dan mengangkat pantat kenyalku, cairan yang keluar dari rahimku mempermudah masuknya senjata Mas Hendra melalui jalan belakang dan kembali menancap di vaginaku. Ia bergerak sambil kedua tangannya meremas payudaraku dari belakang dan menggenjotkan pantatnya menghantam liang vaginaku.

Lama posisi itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Mas Hendra semakin gencar menyodok vaginaku, gerakannya semakin cepat. Kelihatannya Mas Hendra tidak tahan lama, karena kelihatan dari gerakkannya yang semakin cepat. Ganti suara erangan kenikmatan Mas Hendra yang lebih keras dari eranganku. Bersamaan dengan itu, tanpa sadar aku menggigil dan merintih. Aku merasakan kenikmatan yang lain dalam diriku. Tubuhku rasanya semakin melayang-layang. Setelah beberapa saat, tubuhku menegang dan berkelojotan sesaat.

“Aaaahhhh… aaaahhhh… ooohhhh … masss … akuu … laggiii!” Aku menjerit tidak bisa bisa meneruskan kata-kataku. Ketika gerakan mas Hendra sangat cepat, terasa badanku berkontraksi dengan kenikmatan yang lebih hebat dibandingkan kenikmatan sebelumnya.

“Sa … ma … kii..taaa ….. b..a..r..e….n..g…… saayyaaaanngg!!!” Begitu juga aku, Mas Hendra mengejang, mendorong penisnya sampai ke pangkal paha. Aku merasakan air mani mas Hendra menyemprot beberapa kali membasahi rahimku. Mas Hendra jatuh tertelungkup lemas menindih dalam pelukanku, ia merangkul kuat dan mukanya ia dibenamkan diantara kedua payudaraku.

Setelah beberapa lama, Mas Hendra kembali mengenyot buah dadaku, menciumi leherku, memainkan kumis tipisnya di daguku serta menyedot lembut bibirku. Pelukan Mas Hendra semakin mengendor, begitu juga penis dalam vaginaku ikut mengendor. Kemudian Mas Hendra berdiri mencabut penisnya dan merebahkan badannya di kasur. Kami pun saling tatap satu sama lain dan saling membalas senyuman.

Malam terus berlanjut tanpa putus, kami pun terus melanjutkan persatuan tubuh kami sampai benar-benar tenaga kami terkuras. Aku sungguh menikmati persetubuhan ini, tak sedikitpun rasa penyesalan, yang ada kebahagiaan yang luar biasa. Sungguh aku tidak menyangka bahwa kenikmatan ini begitu indah, menyenangkan dan memuaskan. Rasa ini, ya rasa ini adalah rasa yang kuidamkan selama ini.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd