Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SURGA DUNIA YANG HILANG

Yang kesepian....
 
KEDUA

Pengalaman pertamaku menjalin hubungan khusus dengan orang lain, selain suamiku, membawa kesan yang luar biasa dalam hidupku. Kebersamaanku dengan Mas Hendra di Puncak saat itu menjadi memori paling berkesan dalam hidupku. Aku mulai menikmati hidupku, karena tidak lagi harus hidup di antara pagar penghalang dan terowongan. Selama menjalin hubungan dengan Mas Hendra yang sudah berjalan satu bulan ini, aku melihat dan mengalami banyak hal menakjubkan, berbagai keindahan dan kenikmatan hidup.

Di sisi yang lain, ternyata Mas Hendra tidak mengekangku atau mengklaimku sebagai miliknya. Dia memberikan kebebasan untukku memilih dan menentukan sendiri jalan hidupku. Kebebasan dalam bertindak, kebebasan dalam memilih maupun kebebasan dalam menjalani hidup ini. Hubungan gelap yang kujalin selama ini dengan Mas Hendra membuka hati dan pikiranku yang selama ini terbelenggu, aku pikir pengalaman ini hanya menjadi batu loncatan untuk melangkah lebih jauh untuk mencari dan menemukan kesenanganku yang sempat hilang.

Pagi yang cerah, matahari masih malu-malu memancarkan sinarnya dari timur dunia, pohon-pohon rindang dengan daun-daun hijaunya yang masih basah oleh embun semalam. Masih pukul 6.00 pagi. Aku telah bersiap melakukan kegiatan rutin pagiku dengan bersepeda mengelilingi kompleks tempat tinggalku. Pagi itu jalan begitu lenggang, belum banyak kendaraan yang lalu-lalang, udara segar masih bisa dinikmati dan belum terkotori oleh timbale kendaraan-kendaraan yang membuat bumi ini kelabu oleh tumpukan polusi.

Telah hampir satu jam berselang perjalanan bersepedaku, aku pun berhenti sedikit melemaskan badan di halaman rumah. Tidak kusadari, kegiatan rutin ini membuat tubuhku terbentuk sexy, perut rata dan singset, pinggang dan pinggul padat berisi, dan yang paling kukagumi adalah payudaraku sendiri yang tampak serasi menghiasi keindahan tubuhku. Sering kurasakan, banyak mata laki-laki yang dengan terang-terangan menatapku seolah-olah ingin menelanjangiku.

Saat aku melanjutkan peregangan badan, terdengar bunyi smartphone-ku. Kuraih smartphone dengan lembut dari atas meja teras dan dengan tak kalah lembutnya kusapa lawan bicara di seberang sana.


Aku: “Selamat pagi Mas …”
Mas Hendra: “Selamat pagi sayang.”
Aku: “Tumben, pagi-pagi sudah meneleponku, Mas.”
Mas Hendra: “Ya, saya ingin mengajakmu ke Yogyakarta.”
Aku: “Asyik tuh, Mas … Aku mau.”
Mas Hendra: “bersiap-siap lah, jam 9 aku jemput ke rumahmu.”
Aku: “Hah …!! Kita pergi sekarang?”
Mas Hendra: “Ya ….”


Tak banyak yang kami bicarakan di telepon, namun aku mengetahui bahwa perjalanan ke Yogyakarta ini adalah perjalanan bisnis Mas Hendra. Dia akan melakukan presentasi pada para investor untuk pembiayaan proyek yang dirancangnya. Mas Hendra menyatakan bahwa dia harus bisa meyakinkan investor mengenai bisnis propertinya yang sedang dia kerjakan. Namun diakuinya hal ini tidaklah mudah, karena dia harus bersaing dengan pengusaha-pengusaha lain yang akan datang ke Yogyakarta. Secara pribadi aku sendiri tidak ambil pusing dengan segala kegiatan Mas Hendra di sana. Aku hanya menginginkan sebuah liburan yang menyenangkan.


Singkat cerita, pada hari Minggu malam aku bersama Mas Hendra telah berada di Novotel Yogyakarta. Malam itu kami serasa berbulan madu yang kedua. Kami bercumbu hingga separuh malam sebelum tidur nyenyak hingga saat subuh datang. Pagi harinya kami sempat sedikit jalan-jalan di taman hotel yang cukup luas itu untuk menghirup udara pagi sebelum kami sarapan bersama.


Jadwal kegiatan Mas Hendra ternyata sangat ketat, maklum di samping setiap session selalu diisi oleh pembicara tamu atau ahli, juga dihadiri oleh para investor penting dari berbagai tingkatan dan wilayah setanah air. Di hari pertama di Novotel Yogyakarta, aku baru bisa bertemu Mas Hendra sekitar jam 10 malam, sangat terlihat kelelahan di wajahnya. Kami memutuskan untuk beristirahat dan mengurungkan niat untuk jalan-jalan mengitari Kota Yogyakarta.

Keesokan harinya ….


Sesaat setelah Mas Hendra memasuki ruang pertemuan aku sempatkan jalan-jalan di seputar hotel kemudian mencari book store untuk membeli koran pagi. Kemudian duduk santai membaca koran di balkon kamarku yang berpanorama atap-atap kampung Yogyakarta sambil minum coklat instan yang tersedia di setiap kamar Novotel ini. Bosan membaca koran aku buka channel TV sana-sini yang juga membosankan. Akhirnya sekitar jam 9 pagi aku berpikir sebaiknya aku turun ke lobby sambil mencuci mata melihat etalase toko di seputarnya.

Aku keluar kamar melangkah di koridor yang panjang untuk menuju lift. Bersamaan dengan itu kulihat kamar di depan kamarku pintunya terbuka dan nampak sepintas di dalamnya ada seseorang sedang sibuk menulis. Dia sempat menengok ke arahku sebelum aku bergerak menuju lift. “Tampan juga orang itu,” bisikku dalam hati. Saat sekilas aku menoleh padanya tadi, kutemukan tatapan matanya sangat lembut. “Masa bodoh ahk,” gerutuku dalam hati. Hal yang lumrah di dalam hotel yang tamunya dari segala macam orang dan asal.

Kembali aku jalan-jalan di seputar lobby, di shopping arcade yang menampilkan berbagai rupa barang dagangan pernik-pernik menarik, ada parfum, ada accessories, ada boutique. Ah ... ternyata aku tidak begitu tertarik dengan semua itu. Sesudah satu jam jalan dan lihat sana-sini kembali aku dilanda rasa bosan yang menuntunku untuk balik ke kamar saja. Aku memasuki kembali lift menuju kamarku. Aku masih melihat kamar depanku yang tetap pintunya terbuka. Aku membuka pintuku dan masuk. Aku sedang hendak mengunci kembali kamarku ketika terdengar dari luar sapaan halus.

“Selamat pagi.” Suaranya begitu lembut terdengar.
“Eh … ya … pagi …” Jawabku agak gugup sambil membuka sedikit pintuku, dan aku balas senyuman manisnya.
“Boleh kita berkenalan … Ronald?” Katanya sambil mengulurkan tangannya.
“Ida …” Jawabku sambil menyambut uluran tangannya.
“Hhhhmm … Bagaimana kalau kita rayakan perkenalan kita dengan makan di luar?” Terdengar suaranya yang begitu lembut yang di dalamnya berisi ajakan.

Aku tak kuasa menolak ajakan pria tampan ini, dan tentu saja dengan senang hati kusambut tawarannya. Ketika aku mengikutinya, tak ada sedikitpun keraguan akan kemana aku dibawa pergi, tak ada sedikitpun ketakutan akan kemana aku menuju, dan yang pasti aku malah semakin dekat dan merasa ada feeling dengan dia, sejenak kulupakan Mas Hendra dengan kesibukannya. Entah kenapa saat itu aku seakan merasa sedang jatuh cinta, aku telah menyukainya hanya dari perkenalan singkat ini.

Hari itu kami habiskan dengan bersenang-senang mengelilingi Kota Yogyakarta, sungguh bahagia hatiku. Semua terjadi begitu saja, bagaikan air yang mengalir, lurus dan terus mengalir menuju tempat untuk bermuara. Mas Ronald yang kuperkirakan berusia 40 tahunan, mampu menyentuh hatiku yang paling dalam. Bahkan, aku merasa bahagia bisa dicium oleh pria yang sangat tampan ini.

Pada malam harinya, aku tidak bisa tertidur dengan tenang. Mas Hendra yang keletihan telah mendahuluiku tidur. Semalaman aku membayangkan yang ‘tidak-tidak’ tentang Mas Ronald, ingin rasanya dipeluk oleh tangan kekarnya, semakin aku membayangkannya tanpa sadar selangkanganku menjadi basah. Dengan perlahan aku turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar hotel. Tiba di depan kamarnya, aku coba beranikan diri mengetuk pintu, tetapi kuurungkan niatku. Dengan perasaan yang sangat tidak menentu aku kembali ke kamarku.


Kegelisahan mulai menerpa diriku, berjuta gejolak birahi melandaku ingin rasanya menikmati kelanjutan kisah bersamanya. Tiba-tiba ….

Deerrrt … deerttt ... deeertt …
Oh My God … Mas Ronald!” Pekikku kegirangan dalam hati. Dengan berbinar-binar aku buka pesan WhatsApp darinya.

Mas Ronald: “Moga-moga kamu belum tidur.”
Aku: “Sudah … Cuma terbangun.”
Mas Ronald: “Kalau gitu, tidur lagi saja. Maaf mengganggu.”
Aku: “Susah Mas … Ini gara-gara Mas …”
Mas Ronald: “Aduh Maaf … Tadinya saya ingin ajak kamu jalan-jalan.”
Aku: “Malam-malam begini?”
Mas Ronald: “Kamu keberatan?”
Aku: “Ya, Mas … Kakiku pegel-pegel Mas, tadi kita jalan-jalan cukup lama.”
Mas Ronald: “Mau kupijit?”
Aku: “Emang bisa?”
Mas Ronald: “Nih … Saya sudah di depan pintu kamarku.”

Aku melangkah perlahan-lahan menuju pintu kamar hotelku, mengendap-endap lebih tepatnya. Tanganku mulai meraih kenop pintu kamar, setelah merasa aman aku pun membuka pintu kamar dan kututup perlahan. Dengan wajah malu-malu aku mendatangi Mas Ronald yang sedang berdiri tenang di depan kamar hotelnya. Kemudian, Mas Ronald menggandeng tanganku memasuki kamar dan mengunci pintu.

“Berbaringlah di sana, akan kutunjukan pijatanku.” Perintahnya sambil menunjuk tempat tidurnya.

Aku duduk di tempat tidur dengan kaki diselonjorkan ke depan. Mas Ronald mulai memijat bagian bawah kakiku, sambil diselingi obrolan ringan. Rupanya Mas Ronald cukup mahir memijat. Terus terang, rasanya sangat nikmat dan aku suka tangannya di tubuhku, jadi aku pun tidak berusaha menarik kembali kakiku. Saat pijatannya naik ke arah betis, aku mulai santai. Perlahan aku merebahkan punggungku ke sandaran tempat tidur dan membiarkannya memijat kakiku yang semakin lama merayap semakin atas.

“Aku sangat kagum dengan kecantikanmu.” Bulu kudukku merinding mendengar perkataan itu.

“Aku sangat terpesona dan tak mampu menahan diriku.” Lagi ucapannya itu membuatku larut dalam rayuannya.

Kami saling pandang, sepertinya kami memikirkan hal yang sama saat itu. Kemudian kami membuka pakaian masing-masing dan terjerembab bersama ke kasur di kamar hotel ini. Kami bergumul di tempat tidur itu, saling raba dan saling cumbu. Aku berpusing. Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aku. Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat tak mampu kulawan. Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. Seribu lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam.

Dan saat kombinasi lidah yang menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yang mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku, aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku.

“Ooooohhhhhh …..!” Desahku langsung terlontar tak tertahankan begitu lidahnya yang basah dan kasar menggesek permukaan vaginaku.

Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi.

“Ooooohhhh ….. Aaaaacchhh … Maaassss …!!!” Aku telah tenggelam. Dan gelombang itu kini menggoyang pantatku. Aku menggelinjang. Aku histeris ingin ... Yaa… Aku ingin! Pintarnya lelaki tampan ini. Dia begitu yakin bahwa aku telah tenggelam. Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.

"Ayolah, sayang… Ambil nikmatmu… !” Katanya disela-sela hisapan dan jilatan di daerah kewanitaanku.

“Aaaaccchh … Maaasss ….!!!” Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita nikmat yang melandaku. Pada saat orgasme ini aku tekan kepalanya ke vaginaku keras-keras. Aku meronta menjemput nikmat. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatku dalam irama nafsu birahi yang menerjangku.

Sapuan itu terus berlangsung, menyapu dari mulai bagian lubang vaginaku terus naik sampai mendekati clitorisku. Tubuhku bergetar, padahal baru saja aku mengalami orgasme, namun rasanya sudah demikian menggilanya.

“Sssshhhh…. ooookkkhhh….!” Eranganku semakin keras dan panjang. Demikian juga dengan lengkungan tubuh bugilku. Pantatku kian tinggi terangkat sementara kedua pahaku langsung membuka penuh. Mas Ronald mulai menguak bibir vaginaku dengan lidahnya. Bergerak sangat luar biasa, padahal hanya sebuah jilatan pelan namun panjang memberikan efek yang sangat luar biasa padaku.

“Masss … Langsung aja …!!!” Rengekku memelas. Aku tak tahan lagi ingin segera merasakan “penyatuan” yang sempurna. Diapun mengerti dan mengabulkannya.

Dengan tenang dia mengarahkan batang kemaluannya ke selangkanganku, sambil membuka kedua pahaku lebar-lebar. Aku mengangkat kepalaku dan mengamati langkahnya. Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan penisnya ke vaginaku. Aku sebenar-benarnya berharap karena sudah tidak tahan merasakan badai birahiku yang demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sama sekali di luar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga, karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan pria tampan di atasku ini demikian besarnya.

“Aaaacchh …. Maaassshhh …!” Aku menjerit tertahan. Tak sadar aku mengeluh saat kurasakan desakan kepala batangnya di pintu masuk lubang vaginaku. Terasa sekali desakannya. Agak tegang juga aku dibuatnya. Dan ketegangan semakin meningkat saat kurasakan bagian kepala batangnya telah berada di rongga senggamaku.

“Pelan-pelan, Mas …” ujarku sedikit cemas karena merasa kurang yakin liang kemaluanku akan bisa dimasuki batang kemaluannya.

Mas Ronald menerkam bibirku. Dia kini berusaha meruyakkan lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan penisnya untuk menguak bibir vaginaku. Selama ini aku pikir penis suamiku dan penis Mas Hendra itulah pada umumnya kemaluan lelaki itu. Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar penis di gerbang kemaluanku saat ini, yang terus berusaha mendesaki dan menembusi vaginaku yang terasa agak mengalami kesulitan.

“Ssssshhhh…. oooouuukkkhhhh…. yyaaa…. tekk….kaan terr…ruuusshhh… Masss….!” Pintaku tak sadar menginginkan dia memasukiku lebih dalam dan merasakan kenikmatan yang semakin kuat. Aku sendiri sudah demikian kehausan dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku.

“Bleeessss … blessss ….!” Dengan sedikit susah payah Mas Ronald berusaha membenamkan seluruh penisnya ke dalam liang senggamaku. Kombinasi kesesakkan karena cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar penis lelaki ini sungguh menyuguhkan sensasi terbesar dalam seluruh hidupku selama ini.

“Sakit, sayang?” Tanyanya cemas. Aku menggeleng memberikan jawaban sambil menatapnya gemas bercampur gairah.

“Enak?” Tanyanya lagi. Sialan! Apa dia menggodaku? Aku semakin gemas.

“Udah, masukin terus aja!” Jawabku gemas, keki dan nikmat bercampur menjadi satu.

“Semuanya?” Dia benar-benar menggodaku namun aku tak memperdulikannya lagi. Gerakan Mas Ronald sangat perlahan. Dinding lubang kemaluanku juga tergesek dengan sangat perlahan, namun justru aku dapat meresapi setiap mili pergerakannya yang terasa sangat nikmat sekali. Karena ukurannya yang cukup besar sehingga dapat menggesek dengan kuat setiap mili dari bagian dinding lubang kemaluanku. Rasanya belum pernah kurasakan kenikmatan sekuat ini. Aku hanya bisa memejamkan mataku sambil meresapi sepenuhnya masukan batang kemaluan Mas Ronald ini. Dan dia jugalah lelaki kedua yang kuberikan kesempatan memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang vaginaku. Aku terus mengerang pelan sementara kedua betisku terangkat naik sambil mengangkang lebar.

“Gimana?” Ujarnya seakan terus menggodaku. Aku tetap diam, namun dengan kedua tanganku kuberikan isyarat agar dia terus menekan dengan memberi tekanan pada kedua bongkah pantatnya.

Semakin dalam Mas Ronald memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang vaginaku, aku semakin merasakan kenikmatan yang semakin kuat. Tak sadar otot-otot dinding lubang vaginaku sampai berkedut berkali-kali memberi efek remasan pada batang kemaluannya yang kurasakan sudah sangat dalam memasuki lubang vaginaku, namun Mas Ronald terus menekan dan terasa batangnya terus masuk semakin dalam ke lubang vaginaku. Gerakan Mas Ronald yang sangat perlahan, ditambah dengan godaannya membuatku gemas dan langsung kulilit pinggangnya dengan kedua betisku lalu kutekan dengan kuat hingga akibatnya.

“Aakh… !” Aku terpekik kuat. Tubuhku langsung tersentak dan kepalaku tumbang ke belakang saat kurasakan hujaman kuat batang kemaluannya di lubang vaginaku, membenam seluruhnya dan sampai menusuk kuat dasar lubang vaginaku. Kurasakan seperti ada hantaman di bagian bawah tubuhku, namun terasa sangat nikmat yang luar biasa. Kutekan kedua betisku kuat-kuat dan kurasakan tusukan ujung batang kemaluannyapun semakin kuat di dasar lubang kemaluanku.

Aku benar-benar tak menduga, persenggamaan pertamaku dengannya itu sangat nikmat sekali. Liang kewanitaanku terasa sangat penuh dan seperti diganjal seuatu namun sangat nikmat sekali. Desakan batangnya demikian kuat dan kurasakan lubang kemaluanku sampai meregang penuh. Tusukannya pun demikian dalamnya sampai terasa ke dalam perut. Baru kali ini kurasakan kenikmatan yang demikian sempurna.

“Sssshhh… uukkkhhh…. ooohhh … ooohhh …!” Akhirnya akupun langsung merintih kenikmatan saat dia mulai ‘bergerak’. Gesekan batang penisnya terasa sekali di dinding lubang vaginaku. Rasanya sangat nikmat sekali. Aku sendiri merasa bingung, rasanya bersenggama dengannya terasa sangat nikmat.

“Ooohh … ooohh … ooohh …!” Desahku berlanjut. Mas Ronald terus memaju mundurkan pinggulnya. Batang kemaluannya pun terus bergerak menggesek dinding lubang vaginaku mengalirkan rasa nikmat yang sambung-menyambung. Dan setiap kali ujung batang penisnya menusuk dasar lubang kemaluanku, akupun memekik karena merasakan sentakan dan lecutan kenikmatan. Gerakan maju mundur Mas Ronald semakin lama semakin cepat. Akupun semakin mengerang-ngerang dan memekik-mekik kenikmatan.

Dan akhirnya setelah beberapa menit aku menerima tusukan-tusukannya, akupun kembali memekik dan mengejang hebat. Aku mendapatkan kembali ledakan puncak kenikmatan persenggamaanku. Aku rasanya terlempar melayang ke langit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan …

“Aaacchhh … Maaassss …. Ssssttt …!!” Aku bergoncang dan bergoyang tak karuan. Orgasmeku dengan cepat menghampiri dan menyambarku. Aku kelenger dalam kenikmatan tak bertara. Lelaki ini langsung mematerikan nilai tak terhingga pada sanubariku.

Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.

Creeettt … creeettt … creeettt …

“Uuuhhh ... Aaaacchhh …!!!” Erang Mas Ronald merasakan kenikmatannya.

Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang sangat longgar. Aku merasakan seakan menerima pencerahan. Memahami arti nikmat yang sejati dari permainan ranjang ini. Demikian membuat aku seakan di atas rakit yang sedang hanyut dalam sungai dalam yang sangat tenang. Aku bahkan tertidur barang beberapa menit.

“Bangun sayang!” Sebuah suara manis membangunkanku.
“Apakah aku tertidur?” Aku mencoba membuka kelopak mataku.
“Ya …” Jawabnya lembut.
“Aku tertidur karena keenakan, Mas …” Ujarku tanpa malu.
“Hhhhmmm … Lebih baik kamu kembali ke kamarmu, takut suamimu mencarimu!” Perintahnya. Mas Ronald mengira Mas Hendra adalah suamiku tetapi aku membiarkannya.

Ah, bijak juga dia. Aku langsung memakai pakaianku yang berserakan di lantai. Kemudian aku keluar dari kamarnya dan memasuki kamarku. Kulihat Mas Hendra masih tertidur pulas. Aku pun berbaring di sisinya, sambil memejamkan mata aku mengingat betapa nikmatnya penis besar milik Mas Ronald yang berlipat-lipat kali nikmatnya. Aku sangat menikmatinya, dan dalam pikiranku “rasanya aku ingin mengulangi kenikmatan itu bersama pria tampan itu,” terus terang aku sangat ketagihan, karena selama aku berhubungan dengan suamiku dan Mas Hendra, aku tidak pernah merasakan nikmat seperti yang dilakukan Mas Ronald padaku.

Setelah kejadian di Yogyakarta itulah, akhirnya aku lebih intens berhubungan dengan Mas Ronald yang ternyata dia pun berdomisili di Jakarta. Hubunganku dengan Mas Hendra semakin lama semakin hambar dan tak lama kemudian aku pun memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan Mas Hendra.

Bersambung
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mantap gan..tapi jgn kegampangan jg gan..wkkwkwk..klo bisa cuckold..sm yg g selevel..satpam atau tukang gtu..mantap
 
Kalau selingkuh mah cewe sangat rapi apalagi kalau dh pengalaman, luar binasa dah, binor contohnya, di tunggu next ny gan..
 
binor kalo udah ngerasain kontol yg gede pasti ketagihan dan ketemu yg lebih gede dan perkasa pasti pindah beralih ke kontol yg lebih memuaskan birahinya....lanjut
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd