Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sweet Home Part I - Miss You Dad..

Bimabet
seminggu terakhir ga ada yang donasi ijo2 hahaha..... santay aja ane mah...
 
  • Like
Reactions: VTV
Sweet Home Part VII - Everlasting [final]

Mendengar ucapan tante, aku tidak bisa berkata apa-apa. Cukup lama mereka menunggu jawaban yang tak kunjung kuucapkan.
"Tom... ga perlu dijawab sekarang... kamu pikir-pikir dulu aja..." kata tante Shelly. Kini mereka semua meninggalkanku diruang tengah.
Masih terngiang ditelingaku kala tante Shelly mengucapkan permintaannya padaku. Aku belum berbicara apapun sejak sore tadi.

Tante sangat mengerti keadaanku saat ini, sehingga ia tidak sampai hati jika harus mendesakku. Kini aku duduk termenung di teras rumah. Memandang kosong kearah semak dan rerumputan. Aku sama sekali tidak bisa berfikir saat itu. Pilihan itu sangat sulit untuk kucerna saat ini. Baru kali ini kurasakan benar-benar merasa sendirian, menanggung beban yang entah sampai kapan aku mampu menopangnya
Seekor kucing berwarna abu-abu dengan loreng hitam masuk ke pekarangan melalui sela jeruji pagar berwarna hitam itu. Aku menoleh ke arahnya.
Terbesit dalam pikiranku, kucing itu sendirian. Hidup tanpa tujuan pasti, tanpa teman, tanpa jaminan apakah ia bisa mendapatkan makanan esok hari. Aku mengulurkan tanganku kebawah mendekati lantai keramik berwarna merah itu. Kucing itu menoleh dan berjalan kearahku. Ia mengendus jemari tanganku. Kucing itu lapar, mungkin ia berpikir aku akan memberinya makanan.
Aku berjalan kedapur, mengambil sisa-sisa makanan yang sudah ditinggalkan dan membawanya dengan piring kecil. Aku berjalan menuju teras.
Kucing itu sudah tak ada disana, mungkin ia sudah pergi mencari makan ke tempat lain.

Kuletakkan piring kecil itu dibawah meja teras, mungkin saja kucing itu kembali, pikirku.
Jam tanganku kini menunjukkan pukul 11:30. Sudah malam, pikirku.
Aku bangkit dan berjalan kedalam rumah. Tak lupa kukunci pintu rumah dengan kunci yang menyangkut di bawah handle bagian dalam. Aku berjalan perlahan menuju kamarku, kamarku sendiri. tak terasa sudah beberapa bulan aku tidak tidur disana, semenjak hari pertama berhubungan sex dengan mama dan Naya, aku tidur bersama mereka di kamar mama.

Kulihat debu mulai menebal disudut meja, tempatku biasa menumpukkan buku-buku novel yang kupinjam semasa SMA dulu. Kini tempat itu kosong, tanpa ada sesuatu yang mengisinya.
Aku membuka laci paling atas di meja belajarku. Kulihat disana ada foto kelulusan ketika aku masih mengenakan seragam putih abu-abu. Kupandangi sejenak, mengenang masa-masa itu, dan kuletakkan foto itu di sudut meja yang berdebu.
Ranjang tidurku tertata rapi, bed cover berwarna merah dengan motif garis-garis itu menutupi seluruh permukaan ranjangku. Aku menekan saklar lampu dan bergegas naik ke ranjangku. Kusingkap bedcover tebal itu dan mulai menyelusup dibawahnya.
Bantal yang sudah lama tak kutiduri terasa begitu empuk. Aku memiringkan tubuhku kearah meja belajar. Kupandangi lekat-lekat foto kelulusanku. Dalam remangnya cahaya dikamar itu, hanya satu wajah yang kulihat dengan jelas. Indah ada disana dan tersenyum manis.

Akal sehatku tak kunjung pulang memasuki kepalaku. Dimana ia berada ketika aku sangat membutuhkannya. Aku mencoba berpikir, namun yang kudapat hanya ketakutan. Rasa khawatir akan akibat buruk yang bisa menimpa keluargaku. Aku memejamkan mata, berusaha mengusir ketakutan yang menguasaiku. Tanpa sadar air mataku menetes.

Mungkin ini adalah ganjaran dari tuhan, atas apa yang telah aku lakukan selama ini. Persetubuhan sedarah yang selama ini terjadi dibawah atap rumah ini, kusadari adalah dosa. Namun apa daya, aku hanyalah seorang manusia biasa yang memiliki hasrat, nafsu, dan cinta.
Ohh.. tuhan, apa yang harus hamba lakukan untuk mengakhiri penderitaan ini.

Malam itu sunyi sekali, sampai-sampai aku bisa mendengar suara jangkrik terbawa deru angin malam. Lamunanku akhirnya membawa aku terlelap.
Aku bermimpi, berada di sebuah padang pasir tandus. Kemanapun mata ini memandang, yang ada hanyalah lautan pasir berwarna kuning, teriknya matahari membakar kulitku, tak ada tempat berteduh, tak ada makanan, tak ada minuman, tak ada teman. Aku sendirian. Kurasakan kedua kakiku gemetar, aku jatuh tersungkur. Tubuhku berguling keras menuruni bukit pasir tempatku berpijak. Tanpa daya untuk melawan, tubuhku terperosok jauh sekali. Kini, pemandangan padang pasir itu telah berubah, menjadi sebuah tebing curam. Apakah aku jatuh dari tebing ini? Apakah aku sudah mati, pikirku. Aku terlentang di atas sebuah batu besar berwarna hitam. Tebing itu sangat gelap, satu-satunya sumber cahaya adalah tempat dimana aku masuk.
Aku terjebak, tak bisa berbuat apa-apa untuk keluar dari penderitaanku.
Terdengar ditelingaku suara air yang menetes dari stalagtit di langit-langit goa itu. Aku berjalan mendekat, berusaha mengumpulkan tetesan air itu di kedua telapak tanganku. Namun ketika aku menegadahkan tanganku dibawahnya, tetesan itu berhenti. Seakan tuhan tidak memberikan jalan untukku bertahan hidup. Mungkin lebih baik aku mati, pikirku. Aku kembali duduk termenung di batu besar itu, menunggu malaikat maut datang menjemput jiwaku yang berlumuran dosa.
Sebuah cahaya terang berwarna putih menyinari wajahku, silau sekali. Aku mengangkat sebelah tangan menutupi wajahku. Samar-samar kulihat seseorang disana. Aku tersenyum, mungkin inilah saat aku mati.
"jangan menyerah anakku..." sapa sosok itu.
Aku memicingkan mata untuk melihat siapa gerangan yang berbicara.
"ayah......" kataku. Aku berlari menghampiri sosok ayah dan memeluknya.
"masa depanmu masih panjang, yang harus kamu lakukan adalah melewati cobaan ini nak..." katanya.
Aku tak kuasa menahan tangis. Air mataku jatuh bagai rintik hujan yang tak dapat kubendung. Aku memeluk erat sosoknya.
"maafin aku yah.... Aku udah khianatin ayah...." Ucapku disela tangisanku.
Ayah mengusap lembut kepalaku. Usapan itu begitu hangat, penuh kasih sayang.
"ayah tidak menyalahkan kamu.... Ayah bangga punya anak yang kini bisa menggantikan peran ayah...., maaf ya Tom... ayah pergi terlalu cepat."
"aku harus bagaimana yah....?" Tanyaku.
"ayah tidak bisa memberi nasihat apapun... sekarang kamu sudah dewasa.... Kamu adalah ayah.. apapun yang kamu pilih, ayah akan selalu mendukung kamu dari belakang... jangan menyerah sampai disini....." sosok tubuh ayah kembali bercahaya, terang sekali. Perlahan cahaya itu memudar, aku larut dalam tangisanku. Berharap ayah masih berada disana menemaniku dalam kesendirian.
Aku duduk bersimpuh, dalam tangisanku aku berdoa. Semoga tuhan memberikan jalan padaku, walaupun jalan itu sangat sulit, sangat terjal, aku hanya berharap jalan itu terbuka untukku.
Tetesan air itu kembali menetes. Menciptakan bunyi berdecak yang bergema di seluruh goa.
Aku segera berjalan kearahnya, menegadahkan tanganku kembali. Tetesan air itu semakin cepat, perlahan tetesan itu berubah menjadi air yang mengucur. Deras sekali, memenuhi celah tebing itu dengan genangan air. Aku tenggelam di dalamnya.
"naik ke atas nak...." Kudengar suara ayah berbisik.
Aku segera berenang ke permukaan. Dalam riak air aku melihat ayah mengulurkan tangan dari atas. Aku mengulurkan tangan menyambut ulurannya.

"Tom.... Kamu kenapa? Tom bangun...." Kata Naya.
Aku terbangun dari mimpiku. Wajahku basah oleh linangan air mata, kaus yang kukenakanpun tak luput dari keringat.
"sayang.... Kamu kok nangis.... Ada apa?" kata Naya seraya memelukku.
Aku masih mengatur napas, tak mampu menjawab pertanyaannya. Jam di dinding menunjukkan pukul 03:00.
"kakak dengar kamu nangis, jadi kakak turun, kamu kenapa sayang... cerita dong sama kakak....." kata Naya.
Kulihat air mata Naya menetes di pipinya.
"kak...." Kataku.
"kenapa Tom..." Naya melepaskan pelukannya. Kini ia memegang wajahku dengan sebelah tangan.
"kalo menurut kakak, aku harus bagaimana....?" Tanyaku.
Naya tersenyum, ia sangat mengerti perasaanku.
"kamu turutin aja permintaan tante, biar bagaimanapun tante adalah orang yang sedang tertimpa musibah lebih berat daripada kita... kita harus tolong.." katanya.
"tapi... aku ga bisa khianatin kakak.... Aku sayang sama mama dan kakak.... Aku ga bisa berhubungan sex selain sama kakak, sama mama...."
"ini demi keluarga Tom...., kita diajarkan menolong sesama... kalau ada seribu orang yang butuh pertolongan, sementara ada satu diantaranya adalah keluarga, kita wajib menolong keluarga lebih dulu....., kamu jangan mikir terlalu jauh, kakak sama mama udah setuju, yang perlu kamu lakuin Cuma hamilin tante Shelly, setelah tante Shelly hamil, semua terserah kamu...." Kata Naya.
Aku diam sejenak, akal sehatku mulai kembali. Terima kasih Ayah, pikirku.
"mama ada dikamar?" tanyaku.
"iya mama dikamarnya...."
"tante?"
"tante ada dikamar kakak...."
"aku mau ngomong sama mama...." kataku.
Naya mengangguk, kini kami berjalan menaiki tangga ke kamar mama.
Mama sedang duduk termenung memeluk bantal besar berwarna putih yang menutupi tubuhnya.
Mama menoleh kearahku ketika aku memasuki ruangan itu. Naya menutup pintu kamar. Mama bangkit dan memelukku erat.
"sayang..... maafin mama ya..... mama meminta terlalu banyak sama kamu..." kata mama.
"mah.... Aku punya permintaan...." Kataku.

Naya duduk diranjang dan menarikku untuk duduk disebelahnya. Mama mengikuti kami, kini aku berada diantara mama dan Naya.
"permintaan apa Tom...?"
"setelah semuanya selesai, aku mau kita pindah dari sini...." Kataku.
"memang ada apa sayang?" tanya mama.
"karena........" kini aku menoleh, menatap wajah Naya. Wajah yang selama ini selalu terbayang dalam lamunanku.
"kak...... aku mau kakak nikah sama aku....." kataku.

Naya tersentak mendengar perkataanku. Kami bertiga kini diam seribu bahasa. Mama dan Naya seperti tak tau harus berkata apa.
Cukup lama Naya diam dan termenung. Akhirnya senyum tipis menghiasi wajahnya yang cantik. Mama masih terdiam menunggu jawaban dari Naya.
"menurut kamu kakak jawab apa?" kata Naya.
"ihhhh.... Kakak.... Aku serius...." Kataku.
Naya tertawa kecil melihatku merengek. Mama memelukku dari belakang, ia menyandarkan dagunya pada bahuku.

"ohhh.... Jadi begitu syaratnya..... oke deh... mama merestui...." Kata mama.
Naya kembali tersenyum dan mengecup bibirku. Kami bertiga berpelukan, erat sekali. Kehangatan kasih sayang dalam keluarga kami tak bisa kupungkiri.
Naya melepaskan ciumannya dan mengangguk.
"iya..... kakak mau kamu jadi suami kakak...." Katanya.
Ucapan Naya bagaikan air dingin di tengah padang pasir yang terik. Begitu melegakan hati dan perasaanku yang gundah gulana dirundung cobaan yang tak ada habisnya.

Keputusan kami sudah bulat. Mungkin ini adalah yang terbaik bagi kami. Walaupun segala resiko sudah menanti akibat keputusanku, namun aku bertekad menghadapinya. Kali ini tanpa penyesalan.

"aku mau ke kamar tante.... Mama sama kakak mau ikut?" tanyaku.
Naya menggelengkan kepala.
"kamu aja sayang.... Selesaikan kewajiban kamu...." Kata mama.

Aku mengangguk dan berjalan melewati pintu kamar itu. Meninggalkan mama dan Naya berdua yang menunggu aku menyelesaikan kewajibanku.
Kuketuk pelan pintu kamar tante Shelly.
Tak butuh waktu lama. Tante Shelly membukakan pintu, rupanya ia belum juga tertidur.
"eh.... Tom... ayo masuk...." Kata tante.

Tante Shelly membalikkan badan dan berjalan menuju ranjangnya, kulihat sepitas dari balik punggungnya, tante Shelly menyeka air mata diwajahnya.
Aku menutup pintu kamar itu dan berjalan kearahnya. Tante Shelly duduk di ranjang itu, aku mengikutinya. kini aku duduk berdampingan dengannya.

"tante kok nangis?" tanyaku pelan.
"maaf ya Tom.... Tante ga maksud nyusahin keluarga ini..... tante Cuma ga mau dihamilin sama pria-pria gak jelas diluar sana..." kata tante.
Aku tersenyum lebar, berusaha mencairkan suasana yang kurasa sangat canggung ini.
"udah si tan.... Santai aja...., tapi....." kataku.
"tapi apa Tom?"
"nanti anak kita gimana?" tanyaku.
Tante tersenyum, ia mendekap tanganku dengan tanannya yang hangat. Kurasakan tangan tante masih lembab oleh air mata.
"tante gak akan gugurin kandungan tante... tante akan urus anak kita sampai besar... kamu ga perlu khawatir, anak kita gak akan tau apa yang terjadi sebenarnya... tante akan bilang sama dia, kalau ayahnya ninggalin tante waktu tante mengandung..." kata tante.
"tapi sekali-sekali tante bawa anak kita ya.. main ke tempat Tomi..... Tomi kan mau liat perkembangan hasil antara Tomi sama tante..." kataku.

Tante tersenyum dan mengangguk. Kini ia memeluk bibirku dan menciumku dengan lembut.
Dalam ciuman itu kami merebahkan diri keranjang.

Ia memeluk tubuhku dengan erat. Kurasakan nafasnya yang hangat berhembus diwajahku.
Sambil berciuman, kini tanganku membuka pakaian yang dikenakan tante. Ohh... kulit tante yang mulus membuat nafsuku bangkit. Aku menjelajahi lekuk tubuhnya yang sintal dengan kedua telapak tanganku.

Kedua tangannya kini mulai melucuti pakaianku. Tangannya yang lembut menarik tubuhku untuk merebah di atas tubuhnya yang sudah tidak terbalut apa-apa.
Payudaranya yang besar kurasakan sangat hangat ketika menyentuh kulit dadaku. Lembut dan kenyal sekali. Aku melepaskan ciumanku dan mulai menjilati lehernya.
"Mmm..... geli sayang..." kata tante.
"kulit tante mulus banget... kaya masih perawan..." kataku.
Aku melanjutkan aksiku. Kuhisap lehernya dengan kuat, sampai meninggalkan bekas cupangan yang memerah dilehernya.

Perlahan, nafas kami mulai memburu. Kurasakan degup jantung tante ketika jilatanku merambah payudaranya. Mungkin ia gugup karena baru pertama kali ini ia bersetubuh selain dengan suaminya.
Tante meluruskan tangannya keatas kepalanya. Ia kini pasrah saja menerima semua rangsangan yang kuberikan.

"Aaaahhh.... Mmmpph...." Tante mendesah dan menggigit bibir bagian bawahnya ketika aku menjilati kedua putingnya bergantian. Puting berwarna merah muda itu sungguh sangat menggoda. Bagaikan setangkai buah chery diatas kue tart.
Kumainkan putingnya dengan lidahku. Aku kini merebahkan diri disampingnya. Tanganku mulai bergerilya di vagina tante. Kuraba belahan vagina yang mulai basah itu. Tante mulai bereaksi. Tubuhnya mulai menggeliang pelan. Ia menggerakkan pinggulnya maju mundur, seakan haus akan belaian di selangkangannya.

"keatas sedikit sayang..... elus-elus klitoris tante....Ahhh...." pintanya.
Aku tak terlalu terburu-buru dalam permainan kami. Kubiarkan nafsunya memuncak. Jemariku kini menjamah lubang vagina yang sudah mulai licin itu. Kubuka lubang itu dengan jari telunjuk dan jari manisku, lalu kumasukkan jari tengahku perlahan.

"Aaaaaahhh.... Kocokin memek tante sayang...." Ia kembali memintaku menaikkan tempo permainan. Nampak gelora nafsunya sudah mulai memanas. Ia kini meremas kuat payudaranya yang tak kumainkan.

Aku memasukkan jari tengahku lebih dalam. Kurasakan kehangatan dalam vaginanya. Cairan kenikmatan itu mulai meleleh di bibir vagina berwarna kemerahan itu. Perlahan jilatanku mulai menjalar turun dari payudara tante.

Kini kumasukkan dua jariku kedalam lubang vaginanya dan kugerakkan perlahan. Lidahku kini menyapu perutnya yang langsing. Sungguh bodoh suaminya, ia menyianyiakan kemolekan tubuh tante. Kini tubuh ini sudah menjadi milikku.
Jilatanku kini sudah sampai di selangkangannya. Kumasukkan lagi satu jari kedalam lubang vagina itu. Sempit sekali rasanya vagina itu ketika ada tiga jari yang memasukinya. Aku tidak leluasa menggerakkan jariku keluar masuk dalam liang vagina itu.

"Mmmmpphhh...Mmmmm....Aaaaaahhh...." ia mendesah ketika jilatanku sampai pada klitorisnya. Ia menekan kepalaku, pinggulnya bergerak liar. Lubang vaginanya semakin basah. Dapat kurasakan kini tiga jariku semakin leluasa menjamah lebih dalam.
"Ahhh... enak sayang......terus jilatin sayang...." Desahan yang keluar dari bibir tante menggema dalam ruangan kamar itu.
Waktu mulai bergulir. tak sampai tiga jam lagi matahari akan terbit. Namun permainan kami yang sebenarnya bahkan belum dimulai.

"Tom.... Masukin tom... tante pengen ngerasain kontol kamu......Aaaah...." Ceracaunya.
Tak kupungkiri, nafsu birahiku juga mulai menggelora. Penisku sudah menegang keras, siap menghujam lubang vagina tante yang sudah basah.

Perlahan aku mengatur posisi. Aku membuka selangkangan tante lebar-lebar. Kuarahkan kepala penisku kelubang vaginanya.
Dengan sekali hentakan kuat penisku menghujam lubang hangat itu.

"Aaaach...." Tante memekik.
"Ohh.... Memek tante enak banget......" kataku. Aku mulai menggerakkan tubuhku maju mundur. Membiarkan penisku menjelajahi vagina tante. Tanganku kini meremas kuat kedua payudara tante yang berguncang keras karena gerakanku.

"terus tom.... Enak banget....Aaaahhh.... entotin tante tom..." ceracaunya.
Aku merebah di atas tubuhnya. Mendekatkan bibirku kewajahnya.
Tante merangkul leherku dan kami mulai berpagutan. Lidahnya bergerak liar dalam rongga mulutku.

Aku mempercepat gerakanku. Kini tante tak kuasa menahan desahannya.
"Aaahh...Aaah....Aaaah.....Ahh...." tante mendesah singkat seirama dengan gerakanku.
Aku menekan bibirku erat kebibirnya.
"Mmmhhh...Mmmmmhhh....." desahnya.

Kurasakan denyutan vaginanya, membuat birahiku mulai memuncak.
"Mmmm....Aaaahh....Ahhhh.....Ahhh..." desahannya makin liar. ia kini mendekap erat kepalaku di lehernya. Leher jenjang dengan kulit putih itu kujilati dengan liar.
"Aaaaccchhh..AaAaaaaahhh....terus sayang...Aa...tante...... mau keluar...."

Vaginanya yang berdenyut kencang membuatku tak mampu lagi menahan luapan birahi ini.
"Ahh...tante.... Aku juga..... mau keluar....." kataku.
Tante mencengkeram tubuhku dengan kedua tangan dan kakinya. Tubuhnya menegang.

"Aaaaaa......sayang...Aaaaaaa..Aaaahhhhh......Aaaaa"
Orgasme pertamanya datang.
Aku menghujamkan penisku sedalam mungkin. Aku sudah bersiap menumpahkan spermaku dalam rahimnya.
(sfx : Croottttt.....Croottt....)

"Aaaaaaaahhhhhh........Aaaaach... hhaaaaaahh..."
Tubuhku terkulai lemas setelah menembakkan spermaku kerahimnya. Aku terkulai lemas disisinya.
Tak kukira, tante segera bangkit.
Ia mengulum penisku yang masih berlumuran dengan cairan kenikmatan kami.
Penisku yang sudah tidak sekeras tadi dikulumnya dengan liar. nampaknya nafsu birahi tante masih belum terpuaskan.
Penisku yang sudah mulai melunak ia masukkan seluruhnya kedalam rongga mulutnya. Ia menghisap batang penisku sambil menariknya agar kembali mengeras.

Tak butuh waktu lama. Kini penisku perlahan mulai bangkit.
"sekarang ronde dua ya..... " kata tante.
Tante menaiki tubuhku yang terkulai. Dengan jemari tangannya yang lembut, ia mengarahkan penisku memasuki lubang vaginanya.
Tante menggerakkan tubuhnya naik turun. Matanya terpejam, kulihat senyum tipis memekar diraut wajahnya.

"Ahhh.... Kontol kamu gede tom... enak......Ahhh.... Tante jadi ketagihan..." ceracaunya seraya menggerakkan tubuhnya.
Kedua payudaranya kini bergoncang naik-turun seirama dengan gerakannya.
Ranjang itu berderit. Seprei yang menutupinya kini sudah berantakan.

Aku masih terlentang tanpa berbuat apa-apa. Mengumpulkan tenaga untuk mengimbangi permainanya. Tante kini mulai merebah diatas tubuhku.
Ia menjilati bibir dan leherku. Lidahnya sungguh lembut kurasakan ketika jilatannya menelusuri kulitku. Gerakan pinggulnya semakin cepat.
Ia kini menjilati sekujur dadaku. Putingku dihisapnya dengan kuat.

"Ahhhh......enak banget tante..... Ahhh......" ceracauku.
Gerakan tubuh tante semakin liar. ia mengusap klitorinya dengan sebelah tangan ketika ia menghujamkan penisku kedalam vaginanya.

"uuuhhhh.....Mmmmppph.... Ah..." tante mendesah. Ia kini bangkit dari posisinya. Kedua tangannya kini bertumpu di dadaku. Gerakan tubuhnya yang liar membuat kedua payudaranya kembali berguncang.
Aku meraih kedua putingnya dengan tanganku. Kupilin puting yang mengacung itu dan sesekali kutarik dengan kasar.

"hhhaaaahh...Aaaaaahhh.....Aaaaaaaahhhhhhh...." tante mendesah panjang.
Irama gerakannya menurun, tampaknya ia baru saja menggapai orgasmenya yang kedua.

Penisku masih tertancap dalam vagina tante ketika ia kembali merebahkan diri di atas tubuhku.
Aku beralih posisi. Aku bangkit dari ranjang itu dan beranjak ke belakang tante. Kutarik pinggulnya agar ia menungging. Kumasukkan kembali penisku yang masih menegang kuat dan kuhujamkan berkali-kali kedalam vaginanya.

"Aaaaahhhh.....Ahhhh.....Ahhhhh....." desahnya.
Bersetubuh dengan tante dengan posisi doggy style benar-benar nikmat. Aku meraih kedua payudaranya dengan sebelah tanganku dan kuremas kuat. Tangan kananku kini meraih rambut tante yang tergerai di punggungnya.

Permainan kami kini berlangsung cepat. Kuhujamkan batang penisku kedalam vaginanya ketika aku menjambak rambutnya yang lembut.
"Aaaaahh......terus sayang....... Enak.... Ahhh..."
"Sssshh......ahhh..Aahh.... memek tante enak banget.... Gak kalah sama memek mama dan Naya.....Aaaahh......" gerakanku semakin liar.

Beberapa menit berlalu. Orgasmeku tak kunjung datang.
"Aaaaaaaahhh....Aaaaahhh..... Aaaahhaaaaaaaaaa...." Tante memekik ketika aku menhujamkan penisku dengan kasar kedalam vaginanya.
Cairan kenikmatannya menyembur di selangkangan kami. Ia sudah mencapai orgasmenya yang ketiga.

Jam dinding kini menunjukkan pukul 04:45. Tak terasa hampir satu jam kami melakukan permainan sex.
"kamu belom keluar lagi sayang...?" tanya tante.
"belum tante..... abis sayang kalo keluar lagi.... Aku belom puas nikmatin tubuh tante...."
"hihihi.....emank tubuh tante nikmat ya..... sampe mainnnya kasar gitu...."
"iya tante memek tante enak banget.... Maaf ya tante, aku kebawa nafsu"
"gapapa sayang..... tante suka kok digituin.... Orgasme tante cepet nyampenya...."

Tubuhku mulai lelah, kini aku berbaring di samping tante. Ia mengangkat sebelah pahanya dan mulai memunggungiku.
"masukin lagi sayang.... Tante masih kepengen nih...."
"lagi nih tan?"
"iya.... Abis kontol kamu nikmat banget sih......"

Aku kembali memasukkan penisku kedalam vaginanya. Kini dalam posisi kami berdua merebahkan diri di ranjang.
Aku menusukkan penisku dengan liar sementara tanganku meremas kuat payudara tante.

"Aaaaaahhh...aaaaaahhh....Aaah....." ia kembali mendesah
Tante mengusap cepat klitorisnya dengan tangannya. Sepertinya ia menikmati perlakuanku yang kasar terhadap tubuhnya.

"Ohh my god..... memek tante sempit banget.....Aaaahhh..."ceracauku.
Tante hanya tertawa kecil sambil terus mendesah.
"tante jarang ngentot sama om ya?" tanyaku.
"sering kok... tapi kontol dia gak segede punya kamu....Aaaahhh...Aacchh..Aaaahh..."
Aku tersenyum mendengar jawabannya. Pantas lubang vaginanya masih sempit. Rupanya ia belum pernah dimasuki oleh penis yang cukup besar.

Aku menggengam payudara tante dengan kuat. Kutarik kedua payudaranya kebawah agar penisku masuk semakin dalam ke liang vaginanya
"Aaaaaahh....Aaaahhh... terus sayang.......remas yang kuat......."
Gerakan jemari tante di klitorisnya semakin cepat. Vagiannya kembali berdenyut.
Jam dinding menunjukkan pukul 05:20. Kurasakan orgasmeku sudah mulai datang

"Ahhhhh....Ahhh.aku mau keluar tante......Ahhhh..."
"hhhhhAaahhhh...Haaaahhh.....tante......juga Aaaach..... mau sampai.....aaaaahhh...Aaahhh"
Kupercepat gerakanku. Tubuh tante juga menggeliang liar. rasa lelah pada tubuh ini kutahan sekuat tenaga. Aku bersiap memuntahkan spermaku setelah tante orgasme.

Tante menundukkan kepalanya. Tanganku yang meremas payudaranya kini terjepit kuat di ketiaknya. Tubuhnya menegang. Aku semakin mempercepat gerakanku.

"Aaaaaaaahahhhhhh....Aaaaaaaaahhhhhhhhhh.......AAAaaaahh......" tante mendesah panjang.
Kini saatnya aku memuntahkan spermaku dalam rahimnya.
Aku menekan kuat penisku.

(sfx : Crooooooootttt......Crooootttttttttt...Crooottt...)
Orgasmeku sampai. Kali ini jauh lebih nikmat dari sebelumnya. Tubuhku terkulai lemas. Penisku masih kubiarkan mencancap di vagina tante.
Tante menarik bedcover tebal untuk menutupi tubuh kami. Spermaku mulai meleleh di paha tante. Hangat dan lembab kurasakan lubang vagina tante yang masih berdenyut.

Aku memejamkan mata, beristirahat sejenak memulihkan tenagaku.


Pagi menjelang.
Kamar yang berantakan itu menjadi bukti, betapa liar permainan yang kami lakukan semalam.
Aku meninggalkan tante yang masih terlelap tanpa busana menuju ruang tengah. Kulihat mama dan Naya sudah ada disana. Mereka menoleh kearahku bersamaan. Mereka tersenyum lebar

"gimana? Tantemu oke ga?" tanya mama.
"kalian mainnya berapa ronde tuh? Sampe kedengeran ke sini...." Kata naya.
"emank udah lama disini?" tanyaku.
"dari jam lima pagi...." Kata Naya.
"gimana tom? Rasanya body tante kamu? Masih mantep kan?" tanya mama.
"tante mainnya hot banget mam.... Aku sampe kewalahan...." Kataku.
"berarti kemungkinan hamilnya gede nih... syukurlah... soalnya tantemu bilang sekarang lagi masa subur...." Kata mama.
Aku duduk di samping Naya. Kupeluk tubuhnya dari belakang.
"amin mah.... Semoga keinginan tante cepat terwujud.... Terus aku bisa nikah deh sama kakakku ini...." Kataku sambil mencium pipi Naya.
"iya-iya..... duh... calon suamiku ini udah ga sabar ya? Kan malam pertamanya udah sering..." kata Naya sambil tersenyum.
"beda dong..... kan kalo nanti udah sah..." kataku.
"hihihi..... dasar.. anak-anak mama ini lagi jatuh cinta ya...." Kata mama.
"iya dong mam...." Kata kami berbarengan.

Mama dan Naya hari ini akan pergi keluar. Mereka akan mengurus penjualan rumah kami ke agen property terdekat. Selain itu kami juga akan mengiklankan rumah kami di media internet. Harapanku cuma satu, masa depanku bersama Naya dan mama akan bahagia.
Kami bertiga kini mandi bersama, bersiap-siap menjalani hari ini.
"sayang.... Udah kepingin lagi belum?" tanya Naya.
"kakak kepingin ya..... " kataku sambil mencubit putingnya yang sudah mengacung tegang.
Naya mengangguk. Kini Naya berdiri berhadapan dengan mama.

Mereka berpelukan erat. Naya mengangkat sebelah kakinya yang kini dipegang oleh mama.
Penisku sudah mengeras. Aku membimbing penisku dengan tanganku menuju lubang vagina Naya.

Perlahan penisku mulai memasuki lubang hangat itu. Naya mengulum payudara kanan mama. sementara aku menghisap payudara kirinya. Aku menyelusupkan tangan melalui pinggang Naya, mencari letak lubang vagina mama.
Lubang vagina mama juga mulai licin. Aku memasukkan tiga jari kedalam lubang itu dan mulai mengocoknya.

"Aaahhh...Aaahhh.... Kocokin yang cepet sayang...." Kata mama.
"Ahhhhh....Aahhhhh...... terus sayang... masukin yang dalem...." Naya pun tak mau kalah.

Permainan kami dimulai.
Naya menyalakan shower. Kucuran air yang deras itu kini membasahi tubuh kami.
Tetesan air yang mengalir melewati punggungku menghasilkan sensasi merinding. Hujaman penisku di vagina Naya menghasilkan bunyi 'plop..plop..' karena basah oleh guyuran air.

"Mmmmh....Ahhh..Ah Nay......" kata mama.
"Aahhh a...pa mah...?"
"masukin....juga Ahh....jari kamu....."
Nampak mama merasa kurang terpuaskan. Hasratnya yang menggebu menghipnotisnya. Membuatya haus akan sex yang liar. Naya merogoh selangkangan mama. mama kini mengangkat sebelah kakinya untuk memudahkan Naya memasukkan jemari tangannya.
Entah apa yang dipikirkan Naya. Bukannya memasukkan jari ke vagina mama, ia kini memasukkan jari ke anusnya.

"AaaaaaaaaAahhh... Aahhha. Nay.... Kocokin Nay.... Ahhhh...."
Sensasi itu membuat mama menggila. Ia kini menjambak rambut kami dan menekan erat kepayudaranya. Aku merespon dengan menggigit pelan puting mama. Naya pun mengulum payudara mama dengan beringas.

Aku sudah tidak bisa menahan permainan ini. Tenagaku mulai habis.
Aku mempercepat gerakanku. Penisku keluar masuk dengan cepat melalui lubang vagina Naya yang licin oleh guyuran air.
"kak.....Ahhh..Ahhhh....... aku udah ga tahan.....Ahhh...." ceracauku sambil terus menghujam vagina Naya dengan penisku.
Naya menggenggam lenganku.
"keluarin aja tom.... Gapapa.....Ahhh...Ahhhh...."

"Uhhh....Ahhhh....kocokin yang cepet sayang.... Ahhh.... Mama mau keluar.... Ahhhh....."
Mama semakin menggila. Gerakan pinggulnya menekan jemariku lebih jauh memasuki lubang vagina mama. tubuhnya menegang. Aku memainkan jemariku dengan liar di dalam vagina mama. kugerakkan jemariku seperti sedang mencuci gelas. Mama melenguh panjang.

"Aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh......Aahhh....."
Orgasmenya begitu hebat. Mama segera melepaskan bibir kami dari payudaranya dan berjongkok di depan Naya. Kini Naya bertumpu pada dinding.
Kedua tangan mama kini meremas payudara Naya. Mama mendekatkan lidahnya ke vagina Naya yang sedang dihujam oleh penisku. Ia mulai menjilat.

"Ahhhh..Ahhhhhhh....AaAaaaaaahhh... terus mah....."
Jilatan demi jilatan membuat Naya semakin lupa diri. Tampaknya double penetration yang dilakukan Naya kepada mama sangat dinikmati oleh mama. aku membasahi jari tengahku dengan air liur dan mengarahkannya ke anus Naya.
Dengan sekali tekan aku menusuk anusnya dengan jariku.
"Aaacchhhhhhh......" ia memekik.
Sepertinya Naya merasakan agak perih, namun ia sama sekali tidak mengeluh.
Aku mempercepat gerakanku. Sesekali lidah mama menyapu buah penisku. Rasa geli itu membuat birahiku memuncak.

"Ahhhhh....Ahhhh...... kak.... Aku udah mau... keluar...."
Kurasakan vagina Naya juga mulai berdenyut. Aku meremas tangan mama yang menggenggam payudaranya dengan kasar. Berharap orgasmenya sampai sebelum aku.
"Ahhhh...Ahhhh.... Kakak.... Juga.....Ahhhhh..." ceracaunya.
Perkataan Naya membuatku semakin bersemangat. Kupercepat lagi gerakanku. Penisku perdenyut kencang. Aku menahan sekuat tenaga untuk tidak memuntahkan spermaku terlebih dulu.

Tubuh Naya menegang, ia mendorong tubuhnya kebelakang dengan tangannya yang menumu di dinding kamar mandi itu. Penisku menancap lebih dalam.
"Aaaaaaaaahhhhh........Aahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.........." ia melenguh panjang.
Kini saatnya aku menyelesaikan permainan ini.
Dengan sekali dorongan kuat aku menekan penisku kedalam vagina Naya.

"Aaaaaahhhhhh...." Aku memekik tertahan.
(sfx : Crrroooootttt.....Crooooottt...)
Spermaku sudah kukeluarkan. Penisku terasa ngilu, mungkin karena beberapa kali berhubungan sex dalam waktu yang berdekatan.
Aku melepaskan jariku dari anus Naya dan menyandar di dinding kamar mandi yang dingin.
Denyutan Vagina Naya masih terasa di penisku.

"dimasukin di pantat enak juga ya mah...." Kata Naya.
"iya kan... sensasinya beda..."
"walaupun agak perih tadi... tapi lama-lama enak....."
Aku melepaskan penisku dari vagina Naya. Spermaku meleleh keluar dan menetes di kamar mandi itu. Guyuran air yang menggenang mengalirkan sisa spermaku menuju saluran air.

Aku masih menghela nafas panjang. Kedua kakiku gemetaran. Aku kesulitan berdiri.
"mah.... Udahan yuk... aku udah ga kuat...." Kataku.
"yuk... kita bilas..."

Kami menyudahi permainan kami, bersamaan dengan orgasme Naya. air kini mengucur deras, membasahi tubuh kami dan melepaskan sisa-sisa busa sabun yang masih menempel.
Kami keluar dari kamar mandi bertiga tanpa busana.

Kulihat tante Shelly baru saja keluar dari kamarnya tanpa sehelai benang pun. Tampaknya ia tidak canggung untuk bertelanjang ria bersama kami.
Mama menghampiri tante dan mengelus perutnya.

"semoga cepet hamil ya Shel....." kata mama.
"tenang aja Sher.... Tomi hebat banget.... Aku sampai orgasme empat kali semalam.... Kemungkinan hamilnya pasti besar...." Kata tante.
Aku dan Naya hanya tersenyum-senyum saja sambil bergegas menuju kamar untuk mengenakan pakaian.

Aku berniat pergi ke bengkel hari ini, untuk membicarakan kepindahanku kepada Andi.
Kutunggangi motorku dan kupacu menuju tempat itu.
Sesampainya disana kulihat Andi sendang briefing bersama kedua karyawan kami.
"wetssss..... tumben pagi-pagi uda nongol... sini lah... kita lagi dapet project baru..."

Aku menghampiri mereka, kami saling bertukar ide untuk membuat pemilik motor merasa puas dengan hasil modifikasi kami.

Tak lama, kami telah selesai berbincang. Aku mengajak Andi untuk berbicara diwarung kopi yang berjarak sepuluh meter dari bengkel kami.
Disana aku duduk bersama Andi disebuah bangku kayu panjang berwarna cokelat. Pesanan kopi kami segera tiba.
Andi mengambil kopinya dan meniup uap panas yang mengepul.
"eh.... Gue mau ngomong penting nih....."
"soal apa bro.... ngomong aja......" kata Andi sambil menyeruput kopinya.
"gw mau keluar dari bengkel...." Kataku.

(sfx : Buurrrrrrr.........)
Andi menyemprotkan kopi dimulutnya. Kopi itu membasahi kaca etalase diwarung itu.
"ehhh... kenapa mas.... Masi panas jangan di seruput dulu....." kata penjaga warung seraya menyerahkan lap putih bermotif kotak-kotak kepada kami.
Aku mengambil lap itu dan mulai mengelap kaca etalase yang penuh dengan lelehan kopi.
Andi memandang kearahku, terdiam. Aku menyadarinya, namun aku tetap tak berbicara sambil masih sibuk membersihkan sisa-sisa kopi yang kini mengalir di meja.
"maksudlu gimana bray? Lu mau ninggalin gw sendirian?" tanya Andi, wajahnya kini menunjukkan keseriusan. Kontras sekali dengan kebiasaannya yang 'selengean' dan 'urakan'. Aku masih terdiam.
"coba-coba.... Lu kasih gw satu alasan yang bagus kenapa lu mau ninggalin bengkel kita.... Kita udah kerja keras bro... dan kerja keras kita udah berbuah manis... masa lu mau tinggalin gitu aja?"tanya Andi.
"gw bakal pindah rumah...." Kataku singkat.
Andi terdiam. Cukup lama aku menunggu hingga Andi kembali berbicara.
"oke... alasan yang bagus..... sekarang pertanyaan kedua.. lu kasih alasan ke gw, kenapa lu harus pindah rumah...." Tanya Andi lagi.
"masalah keluarga bray....." kataku.
Andi menggaruk rambut dikepalanya. Rambutnya yang tadi tersisir rapi kini berubah awut-awutan seperti daun nanas.
"kok tiba-tiba begini......" tanya Andi.
"namanya masalah kan ga tau kapan datengnya bray...."
"ya... tapi lu ga pernah cerita apa-apa ke gw kalo lu ada masalah.... ternyata selama ini lu ngelamun kaya ayam sakit, ada masalah keluarga.....dan bisa-bisanya lu ga mau cerita ke gw kalo lu ada masalah. Gw bakal bantu lu bray......"
"kalo yang ini maaf bray..... sampai matipun gak akan gw ceritain ke siapapun lagi...." Kataku.
"lagi? Berarti lu pernah cerita keseseorang...."
"dua orang tepatnya......"
"siapa?" tanya Andi.
"lu kepo banget si.......... Udah lu ga perlu ambil pusing.... Jalan satu-satunya ya gw pindah rumah...."
"gini-gini-gini...... emang seberapa serius masalah keluarga lu?"
"mau tau aja apa mau tau banget?" kataku sambil tersenyum.
"ahhh.... Ngehe banget ni anak..." kata Andi. Andi langsung memiting leherku dengan tangannya sambil mengacak-acak rambutku.
"awww... ampun....ampun....." kataku.
"emank seberapa serius?" Andi bertanya lagi.

Aku diam sesaat. Raut wajahku berubah serius
"gue cuma punya dua pilihan...... bunuh diri, atau pindah rumah.... Kalo lu jadi gw lu pilih mana?" tanyaku.
Andi terdiam, mungkin ia kini menyadari, betapa serius masalah yang menghampiriku.
"apa ga ada yang bisa gw lakuin buat bantu lu?" tanya Andi.
Aku menggelengkan kepala.
"kalau ada..... gw pasti udah cerita..... lu sohib gw bray. Mana mungkin gw ga cerita satu masalah kalo lu bisa cari jalan keluarnya..." kataku.
"jadi seserius itu masalahnya......?" tanya Andi.
Aku kembali mengangguk sambil menyeruput kopiku yang sudah agak dingin.

"oke gini..... kalo memang itu jalan satu-satunya.... Gw dukung.... Tapi sampai kapan pun lu ga boleh keluar dari bengkel....titik" kata Andi.
"tapi kalo gw pindahnya keluar pulau, atau keluar negeri gimana? Gw masih belom dapet kepastian......" kataku.
"emank gw pikirin..... kalo lu masih di pulau jawa.... Lu bisa dateng kesini sebulan sekali, kalau di luar pulau atau luar negeri lu bisa tetep briefing sama kita via internet..... abad 21 nih bray......" kata Andi.
"ya tapi kan gw ga enak sama lo..... masa lo doang yang cape di sini sementara gw enak-enakan..."
"pokoknya..... kalo lo masi nganggep gw temen lo.... Lo jangan keluar dari bengkel... titit.... Ehh titik......, bengkel ini kita bangun berdua... kalo bengkel ini mau diakhirin, kita harus akhirin berdua.... Sekarang kalo lo emank kekeh mau keluar dari bengkel... lo pecat Dadang sama Woko..... dan persahabatan kita berakhir....." kata Andi.
"ya elah...... parah lu... ga kasian lu ama anak bini mereka?" tanyaku.
Andi mengangkat bahunya.
"yah.... Itu semua tergantung lu....." andi kembali menyeruput kopinya yan tinggal separuh gelas itu.

Aku menghela nafas dan bersandar di tembok. Kupejamkan mataku, tak tau harus berkata apa.
"yawdah.... Kalo lo ga enak sama mereka, biar gw yang mecat...." Andi bangkit dari tempat duduknya.
Kutarik tangannya untuk kembali duduk.
"iye-iye oke........." kataku.
"hahahahahaha........ nah gini kan baru sohib gue......" andi tertawa dengan tawanya yang khas.
"ketawalu bikin rumput liar aja mati tau... ngaca sono... lo kalo ketawa mukalu mesum..." kataku.
"hahaha.... Udah-udah yang penting masalah sekarang uda kelar.... Gw ga perlu tau masalahlu apa... pokoknya lu selesaiin masalahlu trus lu kontak gw..... oke... sekarang kita back to work mannn..... mas kopi dua berapa?" Andi bangkit dari duduknya.
"lima rebu aja...." Kata penjaga warung. Andi menyerahkan selembar uang berwarna cokelat.
"oke mang.... Tengkyu....." kata Andi.
Kami pun kembali menuju bengkel. Sekali lagi aku menghela nafas panjang.
Teringat kembali kenanganku bersama Andi, ketika kami merintis usaha ini bersama-sama. Belajar bersama, gagal, memperbaiki kesalahan, merugi, sampai sekarang kami telah sukses. Andi memang sahabat terbaikku sejak dulu. Walaupun muka mesum dan perilaku 'selengean' itu tak kunjung sembuh, namun kuakui baru kali ini aku memiliki sahabat yang selalu ada ketika aku membutuhkan.

Waktu berlalu. Jam tanganku menunjukkan pukul 14:00. Aku bersiap untuk pulang.
Aku pamit kepada Andi dan kedua karyawanku. Aku berjanji akan memberikan kabar secepat yang aku bisa. Kutunggangi motorku dan bergegas pulang.

Sesampainya dirumah kulihat mobil mama tidak ada. Mungkin belum pulang, pikirku.
Kuparkir motorku dihalaman. Kulihat piring kecil yang kuletakkan dibawah meja teras kini telah kosong. Kucing itu kembali rupanya. Aku mengambil piring itu dan meletakkannya di dapur.

Sesampainya di dapur, tante Shelly baru saja keluar dari kamar mandi. Kuletakkan piring itu di bak cuci.
"mama sama kakak belum pulang tan?" tanyaku.
"belum sayang.... Tadi mereka telpon... katanya mereka nemu rumah bagus di daerah bogor. Mereka minat, jadi mereka langsung kesana buat lihat lokasi."
"wah... bogor, deket juga.... Alhamdulilah... kirain nyari rumahnya di jawa tengah gitu..." kataku sambil tersenyum
"tante minta maaf sekali lagi Tom.... Tante jadi nyusahin kalian...." Kata tante.
"ga papa tante.... Tomi suka kok ML sama tante semalam... tante hebat banget.."
"Ahhhh... masa sih tante jadi malu...." Kata tante yang kini menutupi wajah dengan kedua tangannya.
"kita main lagi yuk tan.... Mau ga?"
"ehhh... tadi pagi kan udah main sama Naya sama mamamu..... udah kepingin lagi?"
"hehehe...... abis tante sexy banget sih......" kataku sambil meraba tubuh tante yang hanya terbalut kimono berwarna merah.
"kalo gitu.... Puasin tante lagi dong sayang..." tante berbisik ditelingaku.
"lagi nih tan?" maniak juga tanteku ini, begitu pikirku.

Tante menggengam lenganku dan menarikku keruang tengah
Kami berjalan menuju ruang tengah. Tempat dimana aku sering melakukan hubungan sexual bersama mama dan Naya. Aku merebahkan tubuh tante kesofa dan mulai membuka seluruh pakaianku.

"sekarang mau gaya apa lagi nih tan...." Tanyaku.
"apapun lah.... Yang penting kan sama-sama enak....." kata tante.
Kini ia meraih penisku yang belum menegang. Dalam satu hari ini sudah tiga kali aku orgasme, entah aku mampu melayani nafsunya kali ini atau tidak.
Ia mulai mengulum penisku. Mulut tante menyedot kuat batang penisku yang masih lunak. Bibirnya menyapu kulit peniku dari pangkal sampai ujung.

"Mmmmmm...... tante pinter banget nyepongnya... emank sering begini sama om ya?"
"ahh dia mah susah bangun, mesti di kenyot dulu kontolnya baru bisa bangun... bisa orgasme sekali aja udah sukur..." kata tante. Ia kembali memainkan bibirnya yang lembut.
Penisku mulai menegang, ia mulai kewalahan memasukkan seluruh penisku kedalam mulutnya. Namun bak seorang pro, ia tetap mengulum penisku sampai ke pangkal. Kurasakan penisku menyentuh pangkal lidahnya.
"Ahhhhh......gila... enak banget tante....." ceracauku.
Tante hanya menggumam ketika ia tertawa kecil. Aku meraih rambutnya dan menggenggamnya erat. Payudara tante berguncang pelan ketika ia memajumundurkan tubuhnya yang sintal.

"lama-lama keluar di mulut ini tan....Ahhhh... nikmat banget...." Kataku.
"jangan donk.... Keluarin di memek tante aja... masa dibuang sia-sia spermanya."
Aku mengerling ke halaman belakang rumah. Sepertinya asik juga berhubungan sex di udara terbuka. Apalagi halaman belakang rumah kami ditutupi oleh dinding yang cukup tinggi. Sehingga aku tak khawatir ada orang yang memergoki kami.

"tan..... ML diluar yuk..."
"ehh...nanti kalo ada yang liat gimana?"
"temboknya tinggi kok tan... yang penting jangan terlalu berisik...." Kataku.
Tante tersenyum lebar.
"ponakan tante ini ada-ada aja.... Yuk keluar, tante juga udah ga tahan nih..."

Kami berjalan melewati pintu kaca menuju halaman belakang. Di halaman itu tumbuh dua pohon yang cukup besar salah satunya adalah pohon mangga, yang lain adalah pohon jambu.
Dibawah pohon jambu itu ada sebuah kursi taman yang panjang berwarna putih, namun karena cuaca warnanya kini mulai merubah kecoklatan. Aku menuntun tante menuju bangku yang terbuat dari semen itu.
Tanpa di komando, tante langsung merebahkan diri di atas bangku yang dingin itu. Udara luar yang segar membuat hasratku mulai bangkit. Aku menundukkan badan dan mendekatkan wajahku ke vagina tante.
Kujulurkan lidahku dan mulai menjilati klitorisnya.

"Ahh....Ahh...mmmhh..." tante mendesah perlahan, ia khawatir ada yang mendengar desahannya.
Aku menjilati klitorisnya dengan liar sementara kedua tanganku memegang paha tante.
Ia mengulurkan kedua tangannya meraih kepalaku. Menekan erat hingga aku agak kesulitan bernapas. Ia menggerakkan pinggulnya naik turun perlahan, nafsunya mulai bangkit.

"Sssssh.... Tom... ayo masukin..... tante udah kepengen banget..." kata tante setengah berbisik.
Aku bangkit dan mengarahkan penisku ke lubang vaginanya.
Tante menarik kepalaku mendekat ke wajahnya.
"puasin tante sayang..." bisiknya.

Ia mulai mengulum bibirku yang basah karena cairan kewanitaanya. Aku menekan penisku perlahan. Ohhh man.... Berhubungan sex di alam terbuka benar-benar nikmat. Hembusan angin yang berdesir membuat bulu kuduk merinding, suara gemeresik daun menambah syahdu suasana di halaman belakang saat itu.

Aku mulai menggerakkan penisku. Perlahan-lahan kunaikkan tempo gerakanku semakin cepat.
Tante menekan bibirnya pada bibirku

"mmmmmhh...mmmhh....mhhh...." ia mendesah di sela hembusan nafasnya.
Aku mendekap erat tubuh tante. Tubuhnya begitu lembut, kulitnya kenyal dan mulus. Nikmat sekali kurasakan kehangatan tubuh tante ketika kulit kami menyatu. Hawa dingin dari hembusan angin tak mampu menggoyahkan nafsu kami yang mulai membara.

Gerakanku kini mulai liar. aku tau, tante menyukai permainan yang kasar. Maka dari itu aku menghujamkan penisku dengan keras ke liang vaginanya.
"MMmmmm...Ahh...mmmmm..." desahannya mulai tak terbendung.

Tante membuka mulutnya, membiarkanku memainkan lidahku diantara bibirnya yang lembut. Ia "hhhhaa...hhaaahh...hhaa...." Ia mendesah pelan ketika lidah kami bertautan.

Hujaman demi hujaman kulancarkan. Penisku menusuk vagina tante dengan liar. tak kusisakan sedikitpun penisku diluar vaginanya. Aku menancapkan penisku dengan kuat hingga seluruhnya tenggelam.
"Mmmhh.hh... sayang.... Cepetin lagi dong...." Pintanya.
"hhhahh...Hhaaahh... aku gak kuat tante......"
"capek ya? Sini gantian, tante aja yang di atas..... kasian kamu kecapean.."

Aku mengangguk. Kami bertukar posisi, kini aku merebahkan diri di bangku itu.
Tante menaiki tubuhku. Meski tante bertubuh sintal nan berisi, namun badannya tidak begitu berat. Ia mengarahkan penisku menuju liang vaginanya.
Tante mulai bergerak naik turun, payudaranya berguncang keras sekali. Indah sekali pemandangan buah dada berputing merah muda itu bergoyang dihadapanku. Cahaya yang masuk dari sela-sela daun dari pohon rindang ini menambah eksotis pemandangan yang kusaksikan.

"mmmmppphh..mmmmm...." tante mendesah sambil menggigit bibir bawahnya.
Ia menghujamkan tubuhnya dengan liar. penisku tenggelam kedalam lubang vaginanya yang licin. Kurasakan sensasi geli ketika kulit penisku bergesekan dengan vaginanya.

(sfx : duuugg....)
Sebuah suara di genteng rumah sebelah mengagetkan kami. Gerakan tante berhenti, kini ia mendekap tubuhku erat. Kami berdua menoleh ke tempat suara itu berasal. Jangan-jangan ada orang yang mengintip kami dari tadi, pikirku.

BUSEEEEETTTTT...... SATU POST GA MUAT :galau:
 
Sesosok bayangan melintas, ternyata itu seekor kucing.

"Haaaahhhhhh..... kupikir apa....." aku menghela nafas
"hihihi.... Bikin kaget aja......" tante menyentuhkan dahinya kedahiku.
Kami mulai berpagutan, tante kembali menggerakkan pinggulnya naik turun. Vaginanya yang sempit menghisap penisku dengan kuat ketika ia menggerakan tubuhnya naik.

Rasa kaget yang kami alami tadi membuat nafsu kami memuncak. Kini gerakan pinggul tante semakin liar. aku meremas kuat payudara tante yang menempel di dadaku.

"Ohhhhh.....Ssshhh....Ahh...Ahh..." tante mendesah pelan bersahutan.
Ia memang sangat menikmati perlakuan kasar dalam hubungan sex kami. Aku mencubit putingnya yang mengacung tegang.
"Mmmmmppphh.. Ahhh..." ia mendesah dan mempercepat gerakan.
Sepertinya orgasmenya sudah mau datang, aku mencium bibir tante dengan liar. mencegahnya mengeluarkan suara keras ketika orgasmenya tiba.

Beberapa menit berlalu.
Namun sepertinya orgasmenya belum kunjung datang, irama gerakan tante menurun. Sepertinya ia kelelahan.
"sini tan gantian....." aku berbisik di telinganya.
Ia mengangguk.
Aku menarik tangan tante untuk berbaring di rerumputan. Ia merebah perlahan, mungkin karena kulitnya terasa gatal karena bersentuhan dengan ujung daun rerumputan itu.
Aku segera menusukkan kembali penisku.
Ia mencengkeram kuat tubuhku dengan kedua tangannya.

Kugerakkan tubuhku maju mundur dengan liar.
Rerumputan itu bergemeresik ketika tubuh sintal tante bergesekan dengan mereka.
Penisku mulai berdenyut dalam vaginanya. ia memeluk tubuhku erat, payudaraya yang besar menekan dadaku, empuk sekali. Ia kembali mencium bibirku. Pagutannya kini sungguh berbeda, ia menyedot bibirku dan menelan air liurku. Bagai hewan yang kehausan di padang gurun.

"hhhaa.....aku mau keluar tan...." Kataku berbisik.
"mmmhh.... Tante... juga mau..... keluar sama-sama sayang..."
Aku mempercepat tempo gerakanku.
Penisku menghujam keras liang vagina tante. Gerakan yang cepat mulai menimbulkan suara hentakan antara kelamin kami.


"uuuhhh.... Dikit lagi sayang...."
Kurasakan vagina tante berdenyut. Semangatku berkobar. Aku memompa penisku semakin cepat. Suara gemeresik rerumputan semakin terdengar.

Rasa haus akan tubuh wanita menuntun naluriku untuk menghisap kedua payudaranya. Jilatanku di mulutnya kini mulai turun kebawah. Aku menekan kedua payudaranya dengan kedua tanganku. Kedua puting yang telah bersentuhan itu kini kuhisap bersamaan.

"Ohhhh......Mmmmppphh....Ahhh...Ahhh..." desahan tante semakin liar.
Ia mendekap erat wajahku dengan kedua tangannya.

Penisku berdenyut kencang. Tempo gerakan ini sudah terlalu cepat untuk kunaikkan lagi. Kuhujamkan dengan kuat penisku kedalam vagina tante. Tubuhnya menegang.

"Aahh..........................................hhah...." Tante memekik tertahan seakan berbisik.
Orgasmenya sudah sampai. Aku bersiap memuntahkan spermaku dalam rahimnya.

Dalam sekali hentakan kuat, kutancapkan penisku sedalam yang aku bisa kedalam vagina tante.

(sfx ; Crooottttt....Crooottt... Croottt...)
"Aaa..........." aku memekik tertahan sambil membuka mulutku.
Spermaku sudah menyembur kedalam rahimnya.

Aku terkulai lemas di rerumputan itu. Tante memeluk tubuhku, ia mendekap wajahku di payudaranya. Aku menhisapnya perlahan.
Tampaknya ia masih ingin menikmati sisa-sisa orgasmenya.

Sisa-sisa orgasme masih kental kurasakan. Tante Shelly benar-benar liar. Bodoh sekali suaminya meninggalkan tante, pikirku.
Tante mengenakan kembali kimononya, kami berjalan masuk kembali ke dalam rumah dan berbaring di sofa.
Aku menyalakan TV untuk mengusir rasa sepi.

Sore menjelang, mama dan Naya kini telah pulang.
Roman wajah mereka terlihat sangat gembira. Ternyata rumah yang mereka lihat sangat bagus. Akses jalannya pun mudah. Rumah itu terletak disebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Di dalamnya ada sebuah kolam renang, halamannya pun luas. Mewah sekali, aku sempat tidak percaya ketika mereka mengatakan rumah itu dua ratus juta lebih murah dari rumah kami sekarang.
Tuhan tampaknya memberikan jalan untuk kami.
Syukurlah, masalah yang datang silih berganti kini perlahan mulai berakhir.

Beberapa hari berselang, kami berempat sempat terdiam ketika tante Shelly mencelupkan secarik kertas panjang berwarna putih kedalam air seninya. Perlahan garis merah mulai muncul. Samar-samar kami lihat dua garis tercetak di kertas itu.

"hore........................." Kami berempat bersorak bersamaan. Kami mengucapkan selamat atas kehamilan tante Shelly. Hal itu membuktikan bahwa tuduhan suaminya tidaklah benar.
Mama dan tante Shelly berpelukan, erat sekali. Kulihat tante Shelly menitikkan air mata.
"selamat ya Shel..... sebentar lagi kamu jadi ibu...." Kata mama.
"makasih ya kak.... Aku ga tau harus bagaimana berterima kasih sama kalian...." Tante terisak di pelukan mama.
"itulah gunanya keluarga tante.... Suatu saat, kalau tante butuh sesuatu... tante ngomong aja sama kita... kalau kita bisa bantu pasti kita bantu...." Kata Naya.
"makasih ya Nay...." Tante Shelly melepaskan pelukannya dari mama.

Ia kini menoleh kearahku. Ia mengusap air matanya dan tersenyum.
"Tom..... makasih ya.... Tante akan jagain anak kamu...." Katanya.
Aku mendekat dan berjongkok di depan tante. Kutempelkan telingaku di perutnya.
"nanti kamu kalo udah besar jangan nakal ya......" kataku sambil mengelus perut tante.

Setelah hari itu tante mengirimkan foto kepada mantan suaminya. Foto test pack dengan dua garis merah itu membuktikan bahwa dirinya tidak mandul seperti yang dituduhkan oleh suaminya.
Tak lama setelah foto itu dikirim, suami tante menelepon. Ia meminta maaf atas segala ucapannya, ia kini sadar ternyata dirinyalah akar dari masalah yang terjadi dalam rumah tangga tante Shelly. Namun tante Shelly menolak halus ketika suaminya meminta untuk rujuk kembali.
"masa lalu bukan untuk disesali, tetapi untuk mengajari kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dimasa lalu" begitu kata tante.

Hari ini adalah hari dimana kami pindah dari rumah lama kami, rumah yang penuh dengan kenangan indah. Tempat dimana aku, Naya, mama, dan ayah tinggal. Kenangan indah itu membuat kepindahan kami serasa berat. Sungguh sedih mengetahui kenyataan bahwa rumah itu sudah tidak menjadi milik kami lagi. Seseorang telah membelinya.
Mama telah resign dari tempat kerjanya. Terlalu jauh, kata mama. kini ia sibuk bersama Naya membuka usaha butik.

Hari ini adalah hari pertama kami menempati rumah baru itu. Kami kini tinggal di sebuah rumah yang cukup besar berwarna putih. Seperti lembaran baru yang akan kami tulis bersama.
Memang butuh perjuangan untuk menikahkan aku dengan Naya. Berhari-hari kami melobby petugas di KUA untuk memalsukan identitasku. Akhirnya ia menyetujuinya setelah mama memberikan uang sepuluh juta rupiah. Kini, aku dan Naya sudah resmi menjadi suami istri.

Kandungan tante Shelly kini berusia satu bulan. Memang belum kelihatan perubahan pada bentuk tubuhnya. Namun, sifat tante mulai berubah. Kini naluri keibuannya mulai muncul. Ia mulai peduli pada hal-hal kecil menyangkut kehamilanya. Aku lega, anakku mendapatkan ibu seperti tante Shelly.

Ia kini telah membeli sebuah rumah entah dimana. Kata tante, kapan-kapan ia akan mengundang kami main kesana.

Jarak antara Bogor dan Jakarta tidak begitu jauh. Seminggu dua kali aku rajin pergi ke bengkel untuk membantu pekerjaan Andi. Andi senang sekali, ternyata kepindahanku tidak begitu mengganggu pekerjaan kami. Semua berjalan normal.

Rumah baru kami memiliki tiga kamar, masing-masing kamar ukurannya sangat besar. Sehingga kami memutuskan untuk memakai satu kamar saja untuk tidur bersama.

"sayang..... nanti malam pertama mau ngapain?" tanya Naya.
"emank kenapa sayang? Uda kepingin ya?" kataku.
"cieeee.... Pengantin baru....., mama boleh ikut ga malam ini?"
"boleh dong ma.... Masa mama ditinggal sendiri... lagian kan kita tidur bertiga..." kata Naya.
Kami kini duduk di ruang tengah. Kami menata rumah baru kami semirip mungkin dengan dekorasi rumah kami yang lama. Komputer kami letakkan di sudut ruang tengah, begitu pula dengan rak TV, rak buku, meja, sofa, sampai pada hal kecil seperti pot tanaman kami letakkan di tempat yang senada dengan rumah lama kami.
Yang berbeda hanyalah sebuah kolam renang yang ada di samping ruang tengah. Air kolam itu begitu dingin pada pagi hari, mungkin karena pengaruh cuaca.

"berenang yuk..." kataku.
"boleh......" kata Naya.
Kami bertiga kini menanggalkan pakaian kami. Kami berenang di kolam yang dikelilingi oleh rumpun bambu yang cukup tinggi. Sehingga kami tak khawatir ada orang yang mengintip kami sedang telanjang.

Perlahan kami memasukkan diri ke kolam itu. Air kolam itu begitu dingin. Kami berpelukan erat, sempat terpikir untuk mengurungkan niat, namun pelukan mama begitu hangat kami rasakan.
"mah..... aku mau masukin kontol aku dong...." Kataku.
Mama mengangguk. ia menyenderkan tubuh Naya di bibir kolam. Naya merangkulkan tangan ke leher mama dan mereka mulai berpagutan. Aku yang berada di belakang mama mengarahkan penisku ke lubang vaginanya. cukup sulit melakukan hubungan sex dengan cara baru. Namun akhirnya aku menemukan letak lubang kenikmatan itu.

Air yang membasahi tubuh kami membuat lubang vagina mama tidak sulit untuk dimasuki.
Aku menghujamkan penisku masuk ke dalam liang kenikmatan itu.

Air mulai beriak dan bersuara ketika aku memaju-mundurkan tubuhku. Sensasi berhubungan sex dialam terbuka yang sebelumnya kurasakan bersama tante kini kurasakan kembali.
Hangatnya vagina mama mengusir rasa dingin yang kurasakan. Penisku kini menegang semakin kuat. Aku menempelkan dadaku di punggung mama dan meremas kedua payudaranya.

"Aaaahhh...Ahhhhhh...Ahhhhhhh..Ahhhh..." desahan mama bersahutan.
"mah.... Kocokin memek Naya dong mah...." Kata Naya.
Mama tersenyum dan mulai meraba selangkangannya. Ia memasukkan tiga jari kedalam lubang vagina Naya yang tidak seberapa lebar itu.
"Ohhh....Mmmahh...terus mah.."

Mama mengocok vagina Naya dengan cepat ketika aku menghujamkan penisku dalam vaginanya. vagina mama mulai berdenyut. Aku tersenyum merasakan penisku yang diremas oleh denyutan vagina mama. aku mendekatkan wajahku ke tengkuknya dan mulai menjilatinya.

"Ahhhh....Ahhhh..Ahhh... tom......Ahh..." desahnya.
Tubuh mama menegang. Aku menghujamkan penisku semakin dalam, semakin cepat, semakin kuat mengejar orgasme mama yang sebentar lagi akan datang.

Tak lama tubuh mama bergetar. Denyutan vaginanya mengcengkeram kuat penisku yang menggesek liang kenikmatan itu.
"Aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh............" mama melenguh panjang.
Orgasmenya sudah sampai. Ia terkulai lemas dalam pelukan Naya.

"enak banget ya mah....?"
"Ahhhhh...... enak banget Nay.... Kontol suamimu bener-bener nikmat....." kata mama.
"suami aku kan suami mama juga....." kata Naya.
Mama hanya tersenyum mendengarnya, ia membalikkan posisi mereka, kini Naya membelakangiku.
"yap... pasien kedua...hehehe....." kataku.
Mama dan Naya hanya tersenyum.
"ayo sayang....masukin..... aku udah ga sabar...."

Seharusnya ia tak perlu meminta, karena sesungguhnya aku sudah tidak sabar untuk menghujamkan penisku dalam vaginanya.
Kembali kuarahkan penisku dengan jemariku.
Bless... penisku tenggelam seluruhnya. Kupompa penisku dengan cepat.

Kujilati tengkuk Naya seperti aku memperlakukan mama. tangan kiriku kuselipkan diselangkangannya, aku mulai menggesekkan jemariku pada klitorisnya.

Tubuh Naya menegang menahan sensasi kenikmatan yang ia terima. Mama mengulum bibir Naya sambil memilin-milin putingnya yang mengacung.

Kehangatan tubuh Naya merasuk di dadaku. Membuat nafsuku semakin menggebu. Hasratku membara. Kupercepat gerakan tubuh dan jemariku.
Vagina naya mulai berdenyut.

"Aaaaahhhhhh... sayang......enak banget......Ahhhhhhh......."
Naya merangkul leher mama dengan erat. Bibir mereka menyatu, eksotis sekali.

"aku..... udah mau keluar..... Ahhh..Ahhh..ahhh" kataku.
Mama meremas kedua payudara Naya dengan kuat, kedua putingnya diselipkan dan dijepit diantara jari telunjuk dan jari tengah. Ciuman mereka semakin liar. tubuh Naya menggeliat liar.

"Mmmmmmmppphhh...MMhhhhhhhh..." naya melenguh dalam ciumannya bersama mama.
Orgasmenya sudah sampai. Aku mempercepat gerakanku, mengejar orgasmeku sendiri.

Penisku yang berdenyut sudah siap meluncurkan sperma di rahim Naya.
Aku menekan kuat penisku.
(sfx : Crooooooootttt.... Crrrrroooottttt.......Crooottttt.......)
¬ Beberapa kali spermaku menyembur kedalam rahim Naya.

Spermaku meleleh keluar dari vagina Naya. Permainan sex seperti ini baru pertama kali kami rasakan. Benar-benar seperti pertama kali berhubungan sex. Ide untuk berenang ini benar-benar brilian.
Spermaku mengambang di air kolam itu. Perlahan ia mulai terbawa aliran air menuju kolam penyaring di sisi kolam utama.

Tubuh kami mulai kedinginan, kami mengambil handuk dan mengeringkan tubuh kami.
Duduk di sofa bukan ide yang bagus saat itu. Karena kini hari sudah hampir sore, udara dingin mulai menusuk. Kami belum terbiasa tinggal di tempat dengan iklim yang cukup dingin. Karena jakarta begitu panas.
Akhirnya kami masuk ke kamar dan meringkuk dibawah bedcover tebal.
Aku memeluk tubuh Naya dan mama yang berada di sampingku.

"sayang..... kamu mau punya anak cewe apa anak cowo?" tanya Naya.
"aku sih yang mana aja.. yang penting sehat..." kataku.
"emang kalian uda kepingin punya anak?" tanya mama.
Naya mengangguk.
"aku kan udah dua hari ngak minum pil...." Kata Naya.
"wah...... udah siap-siap rupanya..." kataku.
Kami berbincang cukup lama hingga kini kami tertidur.

Perubahan yang terjadi dalam kehidupan kami perlahan-lahan menuju ke arah yang lebih baik.
Entah sampai kapan masa tenang ini bertahan. Yang pasti kami hanya bisa menikmati masa ini, selama yana kami bisa.

8 bulan berlalu...

Tuutt.... Tuutt.... Tuutt....
Bunyi telepon rumah berdering. Saat itu aku dan Naya sedang berendam di kolam renang seperti biasa. Naya kini sedang hamil 8 bulan. Perut Naya kini sudah membuncit.
Aku mendekap tubuh Naya dan menempelkan telingaku di perutnya.
Mama berjalan menuju telepon yang berdering.

Ia mengangkat gagang telepon dan mulai berbicara.
"halo...."
'haloo... dengan kediaman ibu Sherly?' tanya suara di seberang telepon.
"iya benar... dengan siapa ini?"
'ini dari rumah sakit Pondok Indah... '
Apakah yang terjadi. Apakah ada salah satu keluarga kami yang sedang sakit? Pikirnya.
"ada apa ya?" mama bertanya.
'bu Shelly sedang dirawat disini bu...'
"Ya tuhan.... Kok bisa dirawat... dia sakit apa?"
Aku dan Naya menoleh kearah mama. apa gerangan yang terjadi. Kami berdua menebak-nebak dalam hati.
'tenang bu.... Saudara ibu tidak sakit apa-apa.... Beliau baru saja melahirkan?"
"Ohh..... ya ampun.... Saya kira apa... baik saya segera kesana.... Dia dirawat dimana?"
Aku dan Naya berpandangan. Lalu kami berdua beranjak keluar dari kolam dan menghampiri mama.

"oke.... Saya bersiap dulu... terimakasih." Mama menutup telepon itu.
"ada apa ma?" tanyaku.
"coba tebak?" kata mama.
"ihh mama.... ayo dong kasi tau..." kata Naya.

Mama mengedipkan sebelah matanya.
"tante Shelly udah melahirkan.... Sekarang ada di rumah sakit pondok indah..."
Senang sekali mendengar kabar itu. Tak kukira sudah 9 bulan berlalu semenjak tante positif hamil. Perasaanku berdebar. Seperti apa raut wajah anakku.
"wah.... Kalo gitu aku beres-beres dulu mah...." Naya beranjak meninggalkan kami. Langkah kakinya agak melompat. Tampaknya ia juga senang dengan kabar yang kami terima.

Waktu bergulir. kami bertiga kini sudah sampai di lahan parkir rumah sakit tersebut. Aku menengok kiri dan kanan mencari tempat parkir yang kosong.
Disudut lahan parkir tersebut aku memarkir mobil kami. Dibawah naungan sebuah pohon kamboja dengan bunga berwarna putih.

Mama dan Naya segera beranjak memasuki bangunan rumah sakit. Sementara aku mengambil tas berisi pakaian kami di kursi paling belakang.
Dengan menggendong tas besar itu aku memasuki pintu rumah sakit. Udara dingin dari AC menyeruak keluar. Aromanya begitu khas, seperti kotak obat. Hanya saja bercampur dengan aroma penyegar ruangan.

Aku memandang sekeliling. Kulihat mama dan Naya sedang berdiri di depan pintu lift yang masih tertutup. Aku menghampiri mereka.

Ketika pintu lift terbuka, kami beranjak masuk. Lift yang sempit itu berisi empat orang termasuk kami. Perlahan angka di atas pintu itu mulai bergeser. Kami mulai beranjak naik.
(sfx : Tingg.....)
Pintu lift terbuka. Di luar lift kulihat cukup banyak orang berlalu lalang. Kami keluar dari lift itu dan bergegas ke meja penjaga rawat inap.

"mbak..... ruangan ibu Shelly dimana ya?" Naya bertanya.
"sebentar ya mba......, kamar nomor 5.. lurus ke kanan lalu belok kanan..."
"ok makasih ya mba....."
Kami bergegas menuju ruangan yang dimaksud.

Langkah demi langkah, telapak kaki kami menyusuri petak-petak ubin berwarna krem itu. Aku semakin tidak sabar.
Tak lama kami sampai di sebuah ruangan dengan pintu berwarna cokelat muda. Di pintu itu tertempel papan bertuliskan angka lima.

Mama menggenggam gagang pintu berwarna krom itu. Ia memutar gagang itu, pintu pun terbuka dengan suara berderit kecil.
"Ahhhhh..... selamat ya Shell....., aduh... kamu kok ga bilang-bilang udah sembilan bulan..." mama memekik dan menghampiri tante seraya memeluknya.
"iya nih..... tadinya mau kasih kejutan... eh tapi tau-tau udah mules... ya mau gimana lagi..."

Saat itu pandanganku tertuju pada sosok mungil yang tertutup kain putih di sebelah tubuh tante. Anakku.
"selamat ya tante.... Ngomong-ngomong cowo apa cewe nih?" tanyaku seraya mencium pipi tante. Wajahnya masih sayu dan terlihat lemas.
"cowo dong...., kamu udah siapin nama belum?" tanya tante.
"lha... kok aku yang kasih nama... aku belom siapin nama...."
Tante mengulurkan tangan kepipiku.
"kamu kan ayahnya...." Kata tante seraya tersenyum.
"cieee.... Ada yang sudah jadi bapak....." kata Naya.
"sebentar lagi anaknya Naya lahir juga lho...." Kata mama.

Tante menoleh ke arah perut Naya yang sudah membuncit.
Wajahnya tiba-tiba berbinar.
"wah...... sebentar lagi nyusul... udah berapa bulan?"
"8 bulan tante... sebentar lagi sembilan.... Tinggal nunggu beberapa minggu."
"syukurlah.... Tante doain semoga persalinan kamu lancar ya Nay..."
Naya mengangguk dan tersenyum.

Perasaanku sangat bahagia saat itu. Terbayang dalam anganku, wajah ayah ketika Naya lahir. Ketika ia benar-benar menjadi seorang laki-laki sepenuhnya. Kini sebuah tanggung jawab ada di pundakku. Memang bukan aku yang akan mengurusnya kelak, namun ketika darahku mengalir dalam nadinya aku sadar. Kini aku sudah menjadi seorang ayah.

Aku mengambil handphone yang berada di saku celanaku. Mereka bertiga kini sedang mengobrol asyik sementara aku bercengkerama dengan handphoneku.
Nama apa ya yang sekiranya cocok untuk anakku. Aku bingung, karena ini adalah pertama kalinya aku mencarikan nama untuk seorang bayi yang suci.

Malam itu, tante sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah cukup baik, mungkin karena proses persalinannya yang normal tanpa operasi caesar. Kami membantu tante membereskan pakaiannya lalu mengantarnya pulang.

Dalam perjalanan mereka masih saja berbincang, seperti teman lama yang sedang reuni.
Mobil yang kukendarai sudah mendekati pintu keluar, namun aku belum mengetahui kemana kami akan mengantarnya pulang.

"ngomong-ngomong pulangnya kearah mana tan? Kita kan belum tau rumah baru tante..."
"kamu jalan aja ke perumahan kalian yang dulu... rumah tante disana.." kata tante.
"ah serius tan?" kataku.
Tante shelly mengangguk. Perumahan kami tak jauh dari sini, aku makin penasaran.

Timbul rasa rindu dalam hatiku ketika kami memasuki perumahan itu. Aku masih ingat dengan jelas, masa-masa ketika kami tinggal disana. Ketika aku masih anak-anak, beranjak dewasa, bersekolah, sampai saat dimana cerita ini berawal.

"kemana lagi tan?"
"lurus aja.... Mentok belok kanan..." kata tante.

Aku makin penasaran, itu kan arah kerumah kami yang lama. Apa jangan-jangan rumah tante berdekatan dengan rumah lama kami. Perasaan rinduku sudah tak terbendung, rindu sekali rasanya melihat lingkungan ini. Serasa ingin menangis.

Roda mobil kami bergulir perlahan menyusuri jalan itu. Aku memandang sekeliling, mengenang masa-masa itu.
"tuh rumah yang catnya warna hijau..." kata tante.
Aku terkejut sesaat ketika memandang rumah itu. Tak lain, ini adalah rumah lama kami. Hanya warna catnya saja yang berubah. Segala hal dirumah itu masih sama, posisi bunga di taman, sarang laba-laba di langit-langit teras.

"kejutan................" Tante berteriak di telinga kami.

Aku tak mampu berkata-kata, sementara mama dan Naya sudah sangat heboh ketika mengetahui rumah yang dibeli tante adalah rumah lama kami. Tak kusadari airmataku menetes. Aku tak kuasa menahan rasa haru. Kuusap air mataku dan bergegas masuk kedalam rumah menyusul mereka.

"kok gak ngomong-ngomong sih beli rumah ini....." kata mama.
"namanya juga kejutan... masa dibilangin....." kata tante.

Aku masih tak kuasa menahan rasa rindu ketika aku duduk kembali diruang tengah itu. Naya kini duduk disampingku. Ia merangkul bahuku dan menyenderkan kepalanya.
"jadi inget masa-masa dulu ya.... Aku kangen sama rumah ini.." katanya.
"iya... ga nyangka, aku pikir rumah ini ditempatin sama orang lain... ternyata sama tante..."

Hari sudah semakin sore, matahari sudah bersiap untuk tenggalam di cakrawala. Meninggalkan langit yang berwarna keemasan. Sosok bulan yang temaram mulai nampak.
Hari mulai gelap.

Kami menginap di rumah tante, menemani dirinya yang masih cukup lemas untuk melakukan segala hal. Tak berdiam diri, kami membantu tante membereskan rumah. Mama dan Naya membantu tante memasak sementara aku merapikan meja dan menyapu.

Aroma makanan yang harum sungguh menggoda perut kami yang lapar. Tante berjalan menghampiriku dengan dua piring nasi goreng di kedua tangannya.

"sudah dapet namanya belum?" tanya tante.
"sudah tan..."

Tante meletakkan kedua piring itu.
"siapa?" ia bertanya.
"Evan..... artinya pejuang..." kataku.
"aa.... Bagus tuh.. dapet darimana? Kok bisa tau artinya?"
"ya dari google tante...." Kataku.

Tante sangat senang sekali dengan nama yang kuberikan untuk anak kami. Ia kini menggendong Evan sambil memanggil namanya.

Tiga hari berlalu.
Sudah saatnya kami pulang. Mengingat tidak ada seorang pun yang menjaga rumah kami.
Kami berpamitan pada tante, tampaknya tante masih menginginkan kami untuk tinggal sementara disana.
Kugendong tas hitam besar tempat pakaian kami dan kumasukkan dalam mobil.
Kami melambaikan tangan kami dalam mobil kepada tante ketika kami beranjak meninggalkan tenpat itu.

Sesampainya dirumah.
Kulihat Naya sudah cukup lelah, aku merapikan ranjang agar ia bisa beristirahat.

"mah.... Capek ngak?" tanyaku.
"kenapa sayang?" mama sedang membuka pakaiannya.
Aku yang sudah tidak berbusana, kini mendekati mama.
Belum sempat ia melepaskan pakaiannya, aku langsung menyergap payudaranya yang terbuka. Lalu kuhisap putingnya.

"ehh.... Sabar sayang.... Mama kan belum selesai buka baju.."kata mama seraya melepaskan baju dari lengannya.
"dia mau ajak aku ML takut mah.... Perutku udah gede" kata Naya.
"ya sebenernya gak apa-apa sayang..... asal jangan terlalu bersemangat." Kata mama.

Mama yang sudah melepaskan bajunya kini merangkul leherku.
"di kasur aja yuk..." ajaknya.
Aku mengangguk.

Mama merebahkan diri dan membuka pahanya lebar-lebar. Naya duduk bersimpuh di sampingnya. Aku mengambil posisi duduk diantara kedua paha mama dan mulai memasukkan penisku kedalam lubang hangat itu.

"Mmmm..Ahhhhhh...." mama mendesah.
Naya membuka pakaiannya dan mendekatkan wajahnya kewajahku.
Kami mulai berpagutan sementara aku memompa penisku memasuki vagina mama.

"maaf ya sayang....Ahh.... aku masih takut ML sama kamu...." Kataku.
Naya tersenyum.
"gapapa sayang......."
Kami kembali berpagutan, sebelah tanganku meremas payudara Naya dengan lembut. Payudaranya kini makin membesar dan semakin kencang. Sementara sebelah tanganku yang lain meremas payudara mama.

Mama mengcengkeram tanganku yang berada di payudaranya.
"remas yang kuat... sayang....Ahhh...Ahhh...Ahhh" ia mendesah seirama dengan gerakanku.
Naya mengelus dadaku dengan telapak tangannya yang lembut. Sementara sebelah tangannya yang lain mengusap klitorisnya.

"Mmmhh....Ahh.." ia mendesah pelan dalam ciuman kami.
Suhu ruangan itu mulai menghangat. Rasa lelah setelah perjalanan tidak kurasakan lagi. Tergantikan dengan nafsuku yang menggelora.

Vagina mama mulai berdenyut. Ia mengcengkeram kuat lenganku. Kudorong penisku sekuatnya kedalam vagina mama. ia melenguh panjang.

"Ahhhhhhhh......Aaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh"
"cepet amat mah?" kataku.
"abis udah seharian gak ML.... rasanya memek mama udah gatel pengen di masukin..."
Aku hanya tertawa kecil. Kucabut penisku dari vagina mama.

"kamu rebahan disini aja Nay... biar mama jilatin memek kamu..."
Naya mengangguk. kami kembali mengatur posisi.
Kini aku menusukkan penisku dari belakang tubuh mama.

Paha Naya sudah terbuka lebar. Mama menjilati klitorisnya dengan liar. ia mengulum dan menyedot tonjolan daging berwarna merah itu.
"mmmmmppppphhh.....Ahhhhhh...Ahhhhhhhh....." Naya mendesah.

Aku masih sibuk menikmati vagina mama. kuhujamkan penisku dengan cepat, namun mama hanya mendesah karena sedang menjilati vagina Naya.
Jilatan demi jilatan menyapu kulit vagina Naya yang sudah licin. Mama memasukkan lidahnya kedalam lubang vagina Naya dan memainkannya disana.

"Ahhhhh....Ahhhhh....." suara desahan kenikmatan itu bergema dalam ruangan kamar kami.
Naya mengulurkan tangan ke klitorinya dan mulai mengusapnya dengan cepat.

"Mmmmmmaaahh...Ahhh...Ahhhh...Naya........mau keluar....."
Mendengar ucapan itu mama semakin menggila. Ia menekan wajahnya, memasukkan lidahnya semakin dalam ke lubang vagina naya. Lidah itu menyapu dinding-dinding lubang itu dengan liar.

Vagina mama mulai berdenyut lagi. Kurasakan cengkeramannya begitu nikmat di batang penisku.
"Ohhh..Ahhhh..Ahhh enak banget memek mama....Ahhhhh..."
Birahiku mulai memuncak. Penisku ikut berdenyut kencang.

"mmaahh....Ahhhhhhhhhhhhhh.................." Naya memekik.
"Ahhhh..Ahhhh.Aahhhh......Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh..."
Diikuti dengan lenguhan mama.

Aku mempercepat gerakanku. Kuhujamkan penisku sedalam-dalamnya.
(sfx : Crooooooottt.....Croooooootttt......Crooooottttttttt.........)
Spermaku menyembur dalam rahim mama.
Tubuhku yang lemas sudah tidak dapat lagi kutopang.

Kini aku merebahkan diri diranjang. Berada diantara Naya, dan mama yang sudah kelelahan.
Aku memejamkan mata. Menjawab panggilan rasa kantukku.

Satu bulan berlalu.
Kini aku sedang duduk termenung di depan pintu persalinan ditemani mama dan tante Shelly.
Kami sedang menunggu kabar persalinan Naya. Aku sangat cemas saat itu. Aku hanya bisa berdoa semoga proses persalinannya tidak menemui kendala.

Pintu ruangan itu terbuka, seorang suster dengan pakaian berwarna putih keluar sambil membawa sebuah papan penjepit dan selembar kertas di tangan kanannya.

"keluarga ibu Naya...." Katanya.
Seketika itu aku langsung bangkit dan mendekatinya.
"saya suaminya sus.... Gimana keadaan istri saya?"
"persalinanya sudah selesai, sekarang bapak tanda tangan dulu untuk formulir rawat inapnya ya..."

Aku menandatangani form itu tanpa membaca apa isinya. Aku tidak peduli, yang kuinginkan hanyalah menemui Naya dan anakku.
"terima kasih pak.... Sekarang bapak tunggu disini... ibu Naya sebentar lagi didorong keluar."

Aku kembali duduk di kursi ruangan yang terbuat dari plat besi itu. Kursi itu sangat dingin ketika kulit lenganku menyentuhnya.
"syukurlah..... persalinanya lancar...." Kata mama.
"iya Sher..... sekarang kamu udah jadi nenek lho...." Kata tante.
"biarpun udah nenek kan yang penting tetep sexy....."
Mereka tertawa bersama.

Aku hanya bisa tersenyu mendengarnya tanpa mengalihkan pandanganku dari pintu ruangan itu.

Tak lama pintu ruangan itu kembali terbuka.
Aku bangkit dari kursi panjang itu. Mama dan tante juga beranjak. Perlahan-lahan kami melihat sebuah ranjang didorong melewati daun pintu itu. Diatasnya kulihat Naya dan bayi kami berada disamping tubuhnya.
Kami bergegas menghampiriya. Kulihat Naya tersenyum.
Senyuman Naya begitu sejuk terasa di hatiku. Perasaan cemasku sudah hilang sepenuhnya.

Aku mengenggam tangan Naya yang dingin, mengucapkan kata-kata, betapa aku sangat bangga menjadi suaminya. Ia telah melahirkan seorang bayi perempuan. Cantik sekali seperti ibunya.
Kami bertiga berjalan mengiringi ranjang itu menuju kamar rawat inap.

Kamar itu cukup besar, dengan sebuah TV berada dinding. Aku mengucapkan terimakasih ketika perawat itu akan beranjak meninggalkan kami.
Aku duduk dikursi yang berada disamping ranjangnya.

"kamu udah siapin nama belum sayang?" tanya Naya.
"sudah....." jawabku.
"siapa?"

Saat itu aku hanya terdiam dan tersenyum.
"Reni...., sama kayak guru aku di SMA dulu" kataku.
"Reni... nama yang bagus....." kata Naya. Ia kini mengusap kepala Reni dengan lembut.

Mama dan tante sekarang sibuk bercengkerama dengan Naya. Mereka tertawa dan tersenyum ketika aku beranjak dari kursiku menuju balkon diruangan itu. Aku menggeser kaca dan melangkah keluar. Udara siang hari itu tidak kurasakan panas walau matahari bersinar terang. Dalam hembusan angin aku berdoa, semoga kebahagiaan kami tidak lagi hilang. Angin berhembus kencang menjawab doaku. Menyibakkan rambutku yang bergerak seirama dengan hembusannya.

Dua puluh empat tahun berlalu. Entah apa yang kami pikirkan, kini Evan dan Reni sedang berada di pelaminan. Cukup lama kami bersembunyi dari kenyataan bahwa kami melakukan hubungan sedarah dari mereka. Namun apa daya, mereka sudah dewasa. Mereka akhirnya mengetahui itu semua.

Apakah keputusanku salah, membiarkan hubungan terlarang ini tumbuh dalam keluarga kami?.
Entahlah, mungkin iya. Tapi keputusan ini tak pernah kusesali.

Apa yang telah berlalu dalam aliran sang waktu, menjadi kenangan indah sekaligus aib dalam keluarga kami. Mungkin diakhirat nanti kami tidak akan merasakan seperti apa indahnya surga.
Namun dalam kehidupan ini, kami bisa merasakan seperti apa surga itu sebenarnya.
Persetubuhan terlarang yang kami jalani masih berlanjut sampai saat ini, terkadang kami saling bertukar pasangan. Bahkan aku beberapa kali bersetubuh dengan anakku Reni.
Well..... selama kami semua bahagia, kurasa dalam cerita kami tidak akan pernah tertulis kata akhir.

Selamanya.....





akhir kata, sekian dari saya... jujur saya sangat berterima kasih atas semua support dan semangat yang diberikan oleh pembaca. kritik dan saran kalian benar-benar membuat saya berkembang.

mungkin ada diantara kalian yang kecewa dengan akhir cerita ini, tapi yahh.. apa mau dikata hahaha...
saya berusaha semampunya menghadirkan ending yang bahagia.

cukup lama memang prosesnya, maklum saya penulis pemula... belum bisa disandingkan dengan suhu-suhu yang sudah berkelana di dunia perlandiran hahahaha...

oh ya..... pesan dari saya....

DONT TRY THIS AT HOME.....:p
HAHAHAHAHA...................

sampai ketemu lagi di cerita ane yang lain ya.....
REGARDS........
 
Wawwwww :D nice story gannnn ! Happy ending :D jujur aja ane baru pertama kali baca cerita spt ini :D dua jempol untukmu dan jgn pernah berhenti untuk berkarya :semangat: :D
 
Saya terharu hiks hiks hiks lanjut gan kalo masih ada mah :p
 
:D sabar bray... nunggu inspirasi dulu... btw kalo ada yang punya film panas yang recomended ane minta donk..... buat bahan inspirasi :D nanti biaya burn sama ongkirnya ane ganti deh :D
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
benar benar top markotop heppy endingnya gan.trimakasih atas karyanya sangat sangat sempurna.lanjutkan dengan karya karya yang laen
 
Ijin copas gan!
mau ane bikin buku.
ane cantumin nama sm situs kq gan

buset... mau di jokul ketemen kampus kali gan hahahaha......
gpp copas aja.... ane nulis cerita untuk kesenangan aja kok, bukan untuk profit
 
kan udah tamat bro.....
 
Bimabet
akhir yang mengharu kan..ceriat yang sangat bagus..
terus berkarya gan...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd