Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sweet Potatos (Real Story)

Tanggung jawab huuuuu
Ane kecanduaaaaan wkwkwk
 
Tanggung jawab huuuuu
Ane kecanduaaaaan wkwkwk
 
Ada beberapa Aplikasi Pertemanan yang kugunakan, selain Tant*n, kadang aku jg bermain Tind*r, namun TO2 disini kebanyakan highclass yang kalau dilihat dari foto fotonya ala ala selebgram. Aku yang sadar diri terkadang minder untuk ngelike karena pesimis bakal match. Seandainya match pun terkadang malah grogi mau ngomong apa, karena kebanyakan si rada jutek dan jual mahal.

Ada beberapa TO yang match denganku di Tinder ini, dan ada yang pernah sampai baper denganku walau sebatas chat dan belum pernah ketemu. Namun tidak kulanjutkan karena lokasinya yang jauh di Sukabumi dan dia sedikit memiliki pribadi yang aneh dan temperamen.

Namun yang akan kuceritakan ini, TO yang kukenal beberapa saat setelah aku mengucapkan say goodbye dengan Arin, sebut saja namanya Viana. Kebetulan Viana merupakan seorang istri alias Bini Orang sebagaimana pengakuannya dengan memiliki 1 orang anak. Namun dia tinggal sendiri di Jakarta, tepatnya di sebelah Selatan. Kenapa TO2 ku kebanyakan yang kuseriusi berada di selatan Jakarta? Karena supaya sejalan arah pulang saja sebagai pertimbanganku dan gampang menemuinya sewaktu waktu.

Sebagaimana ceritaku sebelumnya, aku memang lebih suka melakukan pendekatan dengan cara meet up dan mengobrol agar aku lebih bisa menilai karakter baik lahir maupun bathin. Selain itu, menunjukkan keseriusan kita untuk bermain api asmara dengan mereka.

Singkat cerita, obrolan kami berpindah ke WA setelah aku berhasil mendapat nomor kontaknya. Beberapa obrolan ringan untuk mencairkan suasana dan membuatnya nyaman sekaligus sebagai cara untuk mengetahui seberapa antusias dia untuk berkomunikasi denganku.

Akhirnya aku memcoba meminta izin melakukan Video Call dalam salah satu pembicaraan kami saat itu, dan hingga suatu saat aku beranikan diri menghubunginya via VC tanpa huruf S.

"Drrrrtttt..." panggilan VC keluar.

Hingga beberapa kali dering, namun tidak diangkatnya.

Tak lama, terdapat pesan WA dari Viana yang kuterima.

"Maaf..lagi meeting. Ntar ya kutelp balik" bunyi pesan WAnya

Kemudian terdapat WA susulan darinya berupa image sebuah buku notulen dan suasana meja rapat dengan terlihat beberapa tangan yang entah siapa pemiliknya.

"Oh..maaf" balasku

Kurang lebih sejam kemudian, kulihat terdapat panggilan masuk darinya, dia berusaha menepati janjinya menelpon balik. Agak berbeda dengan Arin, yang bila kutelpon saat dia sedang sibuk, dia berjanji akan menelpon balik, namun seringkali tidak ditepati.

"Halo.." sapaku
"Iya halo..sori tadi aku lagi meeting" jawabnya

"Oh iya..gpp..aku yang minta maaf dah ganggu" balasku
"Lagi sibuk ya?" tanyanya
"Ga terlalu kok, ini lagi siap siap mau pulang" jawabku

"Oh..di xxx tinggalnya dimana?" tanyanya
"Di jalan xxx" jawabku sedikit menerangkan daerah tempat tinggalku, namun tidak sedetail mungkin tentunya.

"Kapan kapan kuajak ketemuan mau ga? tanyaku balik
"Hmm..boleh" jawabnya

Pembicaraan pun kami akhiri, dan aku bersiap untuk pulang. Malamnya sengaja tidak kuhubungi, supaya tidak terlihat sekali misal aku hendak mendekatinya. Hanya kuperhatikan saja beberapa status WAnya yang tengah Dinner bersama beberapa teman wanitanya. Sedangkan status lainnya berupa selfie mode boomerang dengan mengedipkan matanya dan menampilkan bibirnya yang sensual. Agak terlihat sedikit genit menurut penilaian awalku ini.

Esok harinya, kulihat dia sudah update status WAnya kembali. Kali ini dia ingin menceritakan suasana tempat kerjanya di pagi hari, dimana terdapat kejahilan kejahilan rekan kerjanya serta selfie dirinya di meja kerjanya.

"Dah di kantor ya?" komenku di salah status WAnya
"Iya udah ni" balasnya

"Berangkat jam berapa?" tanyaku
"Jam 8 kurang" jawabnya

"Emang ga telat ya? Masuk jam 8 kan? tanyaku
"Ya jam 8 lewat dikit gpplah..hehe" jawabnya

"Hehe..dah sarapan?" tanyaku lagi
"Belum..lagi pesen si. Kamu udah?" balasnya

"Udah kok, sebelum berangkat biasa sarapan dulu" jawabku
"Wah enaknya..hehe" kata Viana

"Hehe..selamat kerja ya" tutupku

Kulanjutkan kerjaku, sambil kuselingi dengan membrowsing beberapa informasi dan berita di Internet. Saat terasa mulai jenuh, biasanya aku pergi menuju balkon untuk merokok dengan beberapa temanku yang perokok. Biasanya kupanggil Franz untuk menyusulku ke balkon, untuk sekedar cerita kerjaan, bola, hingga TO2ku.

Namun kali ini, pembicaraan kami hanya bisa melalui pesan Whats*p. Dia senang mendengar update cerita tentang TO2ku, namun tidak untuk ikut ikutan mencoba. Prinsipnya mending beli putus, urusan selesai.

Ada sebuah joke diantara kami, "Bila ingin merasakan daging kambing, cukup beli satenya, jangan kambingnya dipiara. Awalnya aku yang mencetuskan demikian, namun akhirnya aku sendiri yang kemakan omongan.

"Nyong..ada yang baru ni" kataku saat awal mengirim pesan kepada Franz
"Mana..mana..liat" ujarnya antusias

Penampakan body Viana



"Montokan nyong dibanding Arin" komentarnya
"Iya kayaknya..tapi yg ini binor hahaha" jelasku

"Halah..kemaren sama Arin aja ga dapet apa apa, ini sok sokan mau coba binor" ledeknya
"Yeee..lakinya kerja di luar kota..kali aja butuh bantuan..hihihi" jawabku

"Oya..emang kerja dimana lakinya?" tanya Franz
"Ada proyek di pulau xxx, jarang pulang juga kata dia (Viana)" jelasku lagi

"Kalo gw mending ini nyong, teteknya gede kayaknya" katanya sambil mengamati detil foto Viana lainnya yang kukirim kepadanya hasil capture dari status WA Viana sebelumnya.

"Ah loe..mesti toket mulu di pikirannya. Tapi iya si kayaknya gede yak" jawabku sambil melihat kembali foto tersebut

"Emang kerja dimana?" tanya Franz.
"Bilangnya si Sekretaris di Perusahaan xxx" terangku

"Kayaknya mukanya nafsuan ya" tukas Franz
"Iya kayaknya, ada kumis tipisnya" jawabku

Pembicaraan kami sudahi agar dapat melanjutkan pekerjaan kami masing masing.

Hari hari berikutnya, aku lebih sering mengomentari status WAnya, biasanya lebih sering sifatnya meledek dan candaan. Dan untungnya dia asyik asyik saja menanggapi candaanku.

Hingga suatu hari aku berniat meminta IGnya untuk ku follow dengan Fake IGku, namun ditolak dengan alasan Private katanya. Its oke, pikirku

Seminggu kemudian, aku lupa tepatnya, dia mengajakku Lunch di sebuah Mall di area Jaksel. Mumpung bosnya lagi tidak ada di kantor alasannya. Kebetulan aku juga tidak terlalu sibuk dan juga tidak terlalu jauh dari tempat kerjaku lokasinya. Akhirnya kuiyakan ajakannya untuk makan siang, walau sebenarnya jarak Mall tersebut lebih jauh dari kantornya dibanding kantorku.

Jam 11.30 wib aku meluncur menuju lokasi setelah memesan taksi online via aplikasi. Sekitar 15 menit kemudian aku telah sampai terlebih dahulu. Setelah menanyakan posisi keberadaan Viana, aku memberi tahu lokasiku menunggunya di lobby mall tersebut.

Lima belas menit kemudian akhirnya Viana tiba dengan menggunakan Taksi Online. Sempat terjadi miskomunikasi terkait meeting point kami. Akhirnya dengan berkomunikasi lewat telepon kita sepakati bertemu di titik lain mall tersebut yang sama sama kita ketahui. Aku sempat merasa deg degan juga saat menunggunya, biar bagaimana mau ketemu seorang wanita yang baru kukenal dengan niat tertentu soalnya.

Akhirnya sambil masih berbicara menggunakan telepon, kulihat dia dari kejauhan berjalan hendak menuju tempatku. Viana yang saat itu mengenakan blazer dengan rok selutut terlihat anggun dengan busana kerjanya layaknya seorang wanita karier. Tubuhnya terlihat lebih berisi dan montok dibanding Arin, namun payudaranya belum bisa kuamati dengan jelas karena tertutup blazernya.

"Hai.." sapanya

Kamipun saling bersalaman.

"Aku kira tadi di sebelah sana" katanya
"Hehe..aku jarang sebenarnya kesini, makanya agak bingung sama tempat yang kamu maksud" jawabku

Kami pun berjalan beriringan menaiki eskalator menuju lantai atas. Kulihat caranya berjalan sambil melenggak lenggokan bokongnya yang padat berisi. Kutawarkan dia untuk memilih tempat yang dia mau, akhirnya dipilihlah cafe bet*wi sesuai usulnya. Suasana cafe tersebut sangat ramai dengan pengunjung karena bertepatan dengan waktu makan siang. Untungnya kami mendapat tempat walau berdekatan dengan meja sebelah. Sangat tidak nyaman sebenarnya untuk membicarakan hal hak private buatku. Pelayan cafe tersebut pun datang menghampiri hendak menanyakan menu pesanan kami. Kupersilahkan Viana untuk memilih terlebih dahulu.

Saat dia sedang memilih menu, kuamati baik baik fisiknya mulai dari ujung rambut hingga sekitar dadanya. Hmm..menarik menurut penilaianku, begitu halnya Arin. Ah..masih aja bahas Arin 😓. Namun Viana terlihat lebih menor dandanannya ditambah menggunakan bulu mata palsu sebagai penunjang penampilannya. Arin terlihat lebih segar menurutku, karena disamping usianya jauh lebih muda dan juga menggunakan make up yang tidak terlalu tebal.

Kalau aku disuruh memilih, mungkin akan tetap memilih Arin sebagaimana penilaianku tadi, karena terlihat lebih alami wajahnya dan yang pasti lebih muda. Namun, secara body Viana lebih yahud, sex appealnya tinggi.

Viana sepertinya sudah menentukan pilihannya, tahu telor kalau aku ga salah ingat. Pelayan pun selesai mencatat dan meninggalkan kami berdua.

"Lagi ga sibuk ya?" tanyaku memulai obrolan
"Iya mumpung bosku lagi ga ada, jadi bisa kabur deh hehe" jawabnya

"Emang bergerak di bidang apa kantor kamu?"
"Di jasa xxx" jawabnya

"Owh.."
"Kalo kamu sendiri?" tanyanya

Kami pun akhirnya berbincang terkait pekerjaan masing masing yang tidak bisa kuceritakan disini.

"Eh..kalo misal aku log out Tind*rku, orang lain masih bisa lihat ga?" tanyanya
"Ya masih bisa aja si, emang kenapa?" tanyaku

"Ya gpp, takut aja ketauan temen sekantor" jawabnya
"Terus ngapain maen gituan?" selidikku

"Iseng aja si, habis ada temen kantor maen Tind*r kayaknya asyik aja" jawabnya
"Oh..terus dah dapet berapa match?" tanyaku

"Ga sampe 5 si, itu juga ga semuanya aku chat" jelasnya
"Ah masa si?" godaku sambil tertawa

"Iya beneran, ga semuanya nyambung soalnya" jawabnya
"Owh.." jawabku sambil senyum senyum dan manggut manggut

"Kenapa?" tanyanya setengah heran dan tertawa
"Hehe..gpp kok" jawabku senyum senyum sendiri

"Itu juga rencana mau aku hapus aja juga kok" lanjutnya
"Lho kenapa?" tanyaku

"Ya gpp, kan cuma iseng iseng aja..lagian takut ketauan temen kantor" jawabnya

Mungkin sudah sekitar 1 jam kami makan siang bersama, Viana harus segera kembali ke kantornya. Sebagai seorang lelaki, aku tahu tugasku. Tanpa banyak omong aku lantas menuju ke kasir dan membayar semua tagihan kami, lalu segera kembali ke meja kami.

"Yuk.." ajakku
Viana yang sedang membalas pesan di hpnya, segera berdiri dari mejanya. Saat hendak keluar, kami melewati meja kasir cafe tersebut, namun dia hendak menghampiri meja kasir tersebut.

"Lho..mau ngapain?" tanyaku
"Mau bayar" jawabnya

"Udah" kataku singkat sambil tersenyum
"Lho..kan aku yang ngajak maksi, kok malah kamu yang bayarin si" ucapnya sembari menyusulku

"Hehe iya gpp" jawabku
"Tapi lain kali, gantian aku yang traktir ya" pintanya

"Oke" jawabku. Berarti bakal ada pertemuan selanjutnya, pikirku. Sesampainya di lobby Mall, aku menemaninya menunggu kedatangan taksi online yang telah dipesannya. Akhirnya kami berpisah, untuk kembali ke kantor kami masing masing setelah taksi online yang kamj pesan menjemput kami secara bergantian.

Sejam berselang, kukirimkan sebuah pesan kepada Viana.
"Dah nyampe kantorkah?" tanyaku
"Udah baru aja..lumayan macet tadi" jawabnya

"Oh..syukur deh" jawabku
"Makasi ya bwt lunchnya. Next gantian aku yang bayar ya" balasnya menutup percakapan.

Sebenarnya aku belum mendapat feel dari perkenalanku dengan Viana ini. Entah karena masih terbayang dengan Arin, atau sang TO terlalu mudah menyambut umpanku sehingga sensasinya agak terasa kurang.

Ah iya Arin, kenapa aku masih saja teringat dengan dirinya ya. Apa aku menyesal telah meninggalkannya ya, pikirku.

Setelah selesai dengan Arin, sesekali aku membuat status di WA "B" ku, cuma untuk sekedar memancing Arin apakah masih kepo dengan membaca statusku. Terkadang sengaja kuposting foto makanan saat aku sedang Dinner atau kadang foto foto makanan lawas yang pernah kuabadikan namun kushare kembali, sekedar mengingatkan sekaligus mengomporinya hehe

Ya, dia selalu mengabadikan makanan yang dia pesan saat makan bersamaku di IG Stories atau WA nya, namun tanpa terlihat diriku tentunya. Kami tidak berani terang terangan mengekspose hubungan kami, walau di sosmednya sekalipun.

"Kenapa jadi cerita Arin lagi ya 😓"..skip skip

Kini komunikasiku hanya sebatas dengan Viana, aku dan Arin sama sama saling menahan diri untuk memulai menyapa, walau sama sama masih saling mengintip updatetan status kami di sosmed.

Viana lebih komunikatif dibanding Arin, ada feedback berupa pertanyaan atau perhatian bila berkomunikasi dengannya. Bahkan tanpa ditanya pun, terkadang dia suka mengabarkan kegiatannya. Sedikit mulai agresif menurutku dan merupakan sinyal positif pastinya. Walau aku sendiri belum bisa memastikan apa motivasinya, apakah sekedar mencari teman atau lebih. Kalau kuperhatikan dari updatetan status WAnya dia memang terlihat seperti kesepian, sehingga aktivitas di luar kantornya lebih banyak dihabiskan bersama teman temannya.

Tapi pertanyaannya kenapa dia agak intens menghubungiku yang merupakan seorang lelaki yang baru dikenalnya di aplikasi. Bahkan beberapa kali dia mengajakku meet up kembali, namun kutolak karena kesibukanku.

Hingga akhirnya, di suatu pagi setelah sampai di kantor, seperti biasa sebelum memulai pekerjaan, aku menikmati secangkir kopi dan rokok di balkon kantor. Sambil mengisi waktu, kulihat beberapa status teman di WA "B" ku yang kebanyakan merupakan wanita kenalanku sebagaimana yang pernah kuceritakan.

Ada yang sedang galau entah karena uang atau asmara , ada juga yang ngeshare foto senam aerobiknya karena dia merupakan seorang instruktur senam di Kepulauan Babel, foto foto hangout bahkan tulisan tulisan bijak, seperti itulah yang biasa kulihat dari status WA teman teman wanitaku tersebut. Tidak semuanya menjadi targetku, beberapa hanya sebatas menjadi teman ngobrol saja dan kugoda dengan mengomentari status WA nya. Kucari di list update status dari Arin, kulihat dia sedang jalan bersama teman dekatnya yang pernah dia ceritakan tadi malam. Kuperhatikan jam dia mengupdate status, yaitu sekitar jam 3 pagi. Wah sampai dinihari berarti dia keluyuran malamnya, walau sebatas jalan dan makan di sebuah taman kota.

Selanjutnya kulihat status Viana, sebuah foto yang menggambarkan kemacetan di tol saat dia hendak menuju ke kantor, selainnya merupakan foto selfienya di kantor atau di taksi online.

"Makanya berangkatnya jangan kesiangan 😛" godaku mengomentari statusnya
"Hahaha..iya tadi kesiangan berangkatnya" jawabnya

"Lagian..kebiasaan si" lanjutku
"Biasanya ga sampe macet parah gini kok" balasnya

"Terus dah nyampe ni?" tanyaku
"Udah 10 menit lalu" jawabnya

"Oohh.." kataku singkat

"Kamu sibuk ga hari ini?" tanyanya
"Ga terlalu si" jawabku

"Meet up yuk" ajaknya
"Kapan?" tanyaku

"Siang ini bisa ga?" tanyanya
"Hmm..dimana?" tanyaku

"Di Gandaria gimana, ga jauh kan kalo dari kantor kamu?" tanyanya
"Ga si..jam berapa?" tanyaku

"Jam 12 ketemu disana ya?" katanya lagi
"Okay" jawabku.

"Kamu suka makan udon ga, kayak mie gitu?" tanyanya
"Hmm..boleh deh" jawabku

"Tapi suka ga? Takutnya ga doyan" tanyanya memastikan
"Iya suka..ngikut aja deh hehe" jawabku sambil menggugling apa itu Udon dan bagaimana bentuknya 🤭

"Tapi kali ini aku yang bayar ya" pintanya
"Hehe oke" tutupku.

Akhirnya jam 11.30 wib aku keluar dari kantor setelah sebelumnya memesan taksi online. Perjalanan menuju tempat tersebut, membutuhkan waktu sekitar 20 menitan, tepatnya di sebuah Mall yang tidak jauh dari situ terdapat tempat Spa Massage langganan. Setiap aku dan Franz ke tempat Spa tersebut selalu turunnya di Asuransi Abd* 🤣.

Sambil menunggu Viana datang, kunikmati sebatang rokok di lobby Mall tersebut. Akhirnya tak lama kemudian, Viana pun tiba. Kami pun berjalan beriringan menuju lantai atas. Viana mengenakan longdress hitam kali ini, sehingga menampilkan setiap lekuk tubuhnya. Dadanya terlihat membusung dan pantat bahenolnya semakin terlihat jelas karena busananya yang agak ketat, kutebak dia mengenakan Bra size 36 C untuk menggambarkan besar payudaranya.

Sampailah kami di lantai 2, tepatnya sebuah rumah makan jepang yang menyajikan menu utamanya berupa mie dengan ukuran yang besar besar. Kupersilahkan dia untuk duluan memesan, karena aku memang agak kurang faseh dengan SOP makanan Jejepangan. Benar saja, cara memesannya agak lain daripada biasanya. Viana mengambil sebuah nampan kemudian memesan Udon sesuai menu yang ditawarkan terlebih dahulu, kemudian bergeser ke etalase sebelahnya untuk memilih menu tambahan seperti tempura dan gorengan lainnya dengan istilah Jepang 🤣.

Otomatis aku hanya mencontoh makanan apa saja yang dia pesan dan ambil, daripada salah pesan pikirku.

Setelah memesan minuman di kasir, Viana pun hendak membayar dengan merogoh dompet di tasnya setelah mengetahui nominal yang harus dibayar. Langsung saja buru buru kukeluarkan dompetku dari saku celanaku, dan segera membayarnya. Viana tampak terkejut melihatku telah menyerahkan sejumlah uang kepada kasir tersebut, hingga sempat terjadi insiden rebutan bayar saat itu.

"Ih..kok jadi kamu yang bayarin si. Mbak jangan diterima mbak, biar saya aja" katanya kepada kasir tersebut berupaya membatalkan pembayaranku
"Udah gpp..biar aku aja. Udah mbak pake uang saya aja" jawabku kepada mereka berdua

"Curang ah..tadi kan dah janji aku yang bayar" protesnya
"Hehe..lain kali aja deh" jawabku

Kami lalu mencari meja kosong di resto tersebut. Setelah sama sama meletakkan nampan berisi makanan, Viana menawariku untuk mengambil minuman yang kumau, diapun beranjak menuju tempat minuman yang telah disediakan. Kuperhatikan bokongnya yang montok dan bahenol tersebut saat dia mulai berjalan. Namun orientasiku lebih ke payudara sebenarnya, hingga kutunggu dia kembali duduk di hadapanku.

Makanan pun siap untuk disantap, namun aku masih sibuk dengan HPku. Diam diam kuarahkan HP ke arah tubuhnya lalu kuambil fotonya yang terfokus di area dadanya. Sebelumnya sudah kusetting mode tanpa suara tentunya supaya dia tidak sadar kalau aku sudah mendapatkan foto payudaranya yang besar walau masih tertutup busana. Kemudian kukirimkan foto tersebut kepada Franz.

"Image sent"
"Gede banget ya nyong..Mie nya" demikian captionku di pesan tersebut.

"Buset dah gede banget..loe lagi maksi sama Viana" balas Franz
"Hooh..mienya kan yang gede 🤣" jawabku singkat

"Toketnyalah maksud gw" protesnya
"Hahahaha" balasku

"Wih..di Resto Jepang itu ya" sambungnya yang hafal betul dengan mie udon yang kebetulan terlihat dalam foto tersebut.
"Yoi" jawabku singkat sambil memulai makan

"Restonya yang dimana?" tanyanya
"Gandaria" jawabku singkat karena tidak enak bila sibuk chat

"Ooh..jangan lupa pict nudenya ya" kata Franz
"Wkwkwkk" tawaku tanpa mengiyakan

Sambil menyantap hidangan, kami pun saling berbincang tentang kerjaan masing masing. Viana asyik bercerita tentang kegiatan acara kantornya di Bali minggu lalu, dimana dia menjadi ketua panitia acara tersebut dengan segala problem yang dihadapi namun akhirnya berakhir dengan sukses.

Aku berusaha mendengarkan dan sesekali kuselingi dengan bertanya untuk menunjukkan antusiasku dengan ceritanya.

Kurang lebih sekitar 1 jam kami makan siang bersama, sehingga sudah saatnya kami untuk balik ke kantor masing masing. Kami pun berjalan berbarengan menuruni lantai dengan menggunakan eskalator hingga menuju lobby Mall. Beberapa pria tampak memperhatikan kebersamaan kami, lebih tepatnya body Viana yang lekuk tubuhnya terlihat jelas mulai dari rambut hingga ujung kaki.

"Kamu ngerokok ga?" tanyanya
"Hmm..ngerokok si" jawabku

"Yah kenapa ga bilang, tau gitu milih tempat yang bisa ngerokok kan" sesalnya
"Hehe ga enak aja sama kamu ntar" jawabku

"Lho emang kenapa?" tanyanya sambil senyum
"Ya gpp..emang kamu ngerokok juga" tanyaku

"Hehe iya..kadang kadang si kalo pas suntuk" jawabnya
"Hahaha..sama sama jaim ya ternyata" kataku

"Suka ngopi ga?" tanyaku lagi
"Suka suka aja si" jawabnya

"Ya udah kapan kapan ngopi sambil ngerokok bareng" kataku
"Oke deh" tutupnya

Taksi online yang dipesan Viana pun datang, dan akhirnya kami berpisah setelah bersalaman. Sempat kuajak dia merokok bareng di Lobby sambil menunggu taksi yang dipesannya, namun ditolaknya. Mungkin dia pilih pilih tempat dan waktu juga untuk merokok.

Sejam kemudian, kamipun tiba di kantor masing masing dan saling mengabari posisi sudah di kantor.

Bersambung...
 
Ane lg mau pancing TO bercadar nih.. pengen jadiin binal.. sekarang ini kalo ditelpon ane pancing masalah ranjang, gak pernah mau dimatiin, tapi seolah-olah menikmati.. desahnya pun gak terlalu terdengar hu..

Masih malu2 tapi pengen dijejel
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd