Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa karakter cewek yang mau dibuat menjadi binal ?


  • Total voters
    16
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Sebuah Kerinduan

JULIA



POV Julia

Anak-anak sudah dijemput orang tuaku dari sekolah. Aku sendiri masih sibuk menangani butik yang tinggal Esti. Memang Esti sudah jauh hari memberitahu, kalau dia mendapatkan tugas dari Ci Sella. Tugas untuk membantu memeriksa beberapa administrasi kontrak kerja dengan relasi bisnis di perusahaan. Tentunya Esti tidak bisa menolak. Memang pengelolaan perusahaan menjadi kewenangan Ci Sella, tetapi kami mempunyai tanggung jawab yang sama untuk membesarkan perusahaan.

Papahku sudah membagi tiga hak perusahaan kepada anak-anaknya. Pembagian sama rata yang artinya kami punya tanggung jawab yang sama. Meski begitu, aku dan Esti memercayakan pengelolaannya kepada Ci Sella, kakak tertua kami. Esti dan aku memilih mengelola butik yang sudah mampu mengeluarkan branding pakaian sendiri. Tentunya pakaian branding kami dibuat di pabrik koveksi milik keluarga yang dikelola Ci Sella. Jadi tidak ada alasan menolak, ketika Ci Sella meminta bantuan.

Kesibukan di butik membuat anak-anak harus kuserahkan kepada orang tua. Apalagi suamiku sedang berada di luar kota untuk mengontrol beberapa proyek dari perusahaan tempatnya bekerja. Sebetulnya tugas ke luar kota bukan hal yang baru bagi suamiku. Tetapi pikiranku kali ini semakin kacau. Mungkin perasaanku tidak ingin jauh dari suami, membuat pikiranku tidak tenang. Apalagi setelah pertukaran pasangan yang aku lakukan dengan Esti, justru membuatku semakin tidak ingin jauh dari suamiku.

Rasa cemburu yang membakar di hatiku, membuatku tidak ingin jauh dari suamiku. Tetapi rasa cemburu yang didapatkan dari pengalaman bertukar pasangan dengan Esti. Cemburu yang membara yang bisa membuat nafsu birahiku cepat naik. Perasaan itu yang akhirnya membuat pikiranku melayang pada pengalaman pertukaran pasangan beberapa minggu lalu. Ingin sekali aku melampiaskan rasa cemburuku dengan berhubungan seks dengan suamiku. Apalagi kalau melihat suamiku bersetubuh dengan perempuan lain di hadapanku, bisa membuat nafsu seksku semakin liar.

“Kebetulan sekali, Esti dan suamiku perginya barengan yah. Aaccchhh…. Mungkin hanya pikiranku saja. Mereka sudah komitmen tidak berhubungan tanpa diketahui pasangan,” gumamku dalam hati.

Bayangan yang merasuki pikiran kubuang jauh-jauh. Kembali konsentrasiku pada urusan butik. Mengontrol setiap barang yang keluar dan masuk. Kadang ikut melayani pembeli. Namun ketika sudah sepi, kesendiran mulai membuat pikiranku kembali berkecamuk. Bayangku kembali kepada suamiku. Memikirkan apa yang dilakukannya ketika di luar kota. Apa mungkin setelah kejadian pertukaran pasangan membuatnya semakin berani merayu perempuan. Tapi aku yakin dia tidak senekat itu.

Matahari sudah mulai tenggelam, aku memutuskan untuk segera pulang. Keluar dari butik, terlihat seseorang sedang menunggu. Seorang pria yang memang sudah aku kenal baik. Dia melambaikan tangan untuk memintaku mendekati. Langkahku mengarah ke tempatnya yang tidak jauh dari mobil yang di parkirnya. Ia tersenyum lebar melihatku melangkahkan kakiku mengarahnya.

“Tumben kamu ke butik. Emangnya Esti ga bilang sedang keluar kota sama Ci Sella,” ucapku kepada pria yang tidak lain suami Esti, adik kandungku.

“Hehehehehe, sengaja ke sini. Kudengar Ko Dean sedang dinas luar kota yah. Cici sudah makan,” sahutnya.

“Kirain kamu ga tau Esti keluar kota,” sahut lagi.

“Kita cari makan yuk. Bosen di rumah sendiri,” ajaknya kepadaku.

Tanpa memberikan jawaban, aku segera melangkah menuju pintu mobil sebelah kiri. Pria yang kupanggil dengan nama Rully segera membukakan pintu untukku. Setelah itu, bergegas menuju pintu mobil sebelah kanan. Ia langsung mengemudikan mobil bergerak menuju ke sebuah rumah makan. Kami duduk dan memesan makanan. Obrolan ringan meluncur dari mulut sembari menunggu pesanan makanan tiba di meja kami. Tidak ada pembahasan soal kejadian liburan yang kami lakukan.

“Anak-anak di rumah papah yah ci. Tadi pagi Esti juga mengantar anakku ke sana,” Rully mengalami pembicaraan kami.

“Iya. Tadi lumayan sibuk di butik. Ga sempat jemput anak-anak. Mamah tadi yang jemput mereka,” sahutku.

“Sendirian donk di rumah ci,” selidik Rully.

Pertanyaan Rully tidak kutanggapi. Aku memilih untuk diam. Sedangkan Rully tidak melanjutkan pertanyaannya. Makanan yang kami pesan sudah tiba. Keheningan menemani santap malam kami. Dengan santai kami habiskan makanan yang sudah tersedia. Rully terus menatap wajahku yang membuatku salah tingkah. Memang bukan pertama kami berduaan. Bahkan tatapan mata Rully menyapu wajahku, bukan pula yang pertama. Tetapi kali ini, ada perasaan deg-degan di dadaku. Kami belum berduaan di kota kami. Apalagi ada komitmen untuk tidak bermain di belakang pasangan masing-masing.

“Kita jalan-jalan dulu yuk ci. Lagian di rumah pasti sepi,” Rully memintaku menemaninya. Wajar saja, isterinya sedang tidak berada di rumah. Lagian aku pun sedang sendirian. Mungkin jalan-jalan ide yang baik, untuk menghabiskan waktu. Paling tidak sampai malam hingga mata mulai mengantuk.

“Terserah deh. Tapi jangan malam-malam pulangnya,” kataku lagi.

Mobil Rully mengarah ke pinggiran pantai. Memang tidak jauh dari tempat kami makan, maupun butikku. Ia hentikan mobilnya di tempat parkir yang jauh dari keramaian. Tempat yang dipilihanya memang tidak terlalu terang. Membuat kami tidak terlalu terlihat dari luar. Mesin mobil dibiarkan hidup. Musik instrument menemani kami menikmati indahnya pantai pada malam hari. Tidak ada suara yang kami keluarkan. Pandangan kami lurus ke pantai menikmati keindahannya. Kaca mobil dibiarkan tertutup, sedangkan di dalam mesin pendingin membuat sejuk.

“Teduh yah melihat ombak di pantai,” ungkap Rully memecah kesunyian kami.

Tidak kujawab omongan Rully. Aku hanya diam sambil menikmati sejuknya hembusan mesin pendingin mobil. Musik instrumental membuat kau terbawa suasana semakin nyaman. Rully menangkap lengangku. Digenggamnya jemari tanganku dengan cengkraman yang kuat. Tidak ada penolakkan yang kulakukan. Justru membiarkan tangan Rully semakin menggenggam erat jariku. Perlahan kurasakan telapak tangannya merabai ke atas lenganku yang masih tertutup sweater rajut cardigan panjang berwarna merah marun. Lengan panjang sweater tidak menghalangi Rully terus merabai hingga pangkal lenganku.

Tidak hanya pangkal lengan, kini rabaannya hingga pundakku yang tertutup rambut panjang sebahu. Disingkirkannya rambutku perlahan, dirabainya punggungku hingga leher. Perlahan wajahnya mendekat tanpa disadari bibir kami saling bertautan. Awalnya aku sempat kaget ketika bibirnya melumat. Tapi tidak ada penolakkan dariku. Apalagi bukan ciuman pertama yang kami lakukan. Sebelumnya kami sudah melakukan lebih dari sekedar ciuman. Tangan kirinya berada di leherku. Membuat wajahku semakin tertarik ke depan. Ciuman kami semakin lengket. Saling melumat bibir bawah maupun atas.

“Aku rindu masa-masa kita berduaan ci,” ucap Rully dengan nafas yang terengah ketika bibir kami terlepas.

Mulutku tidak memberikan repson atas ucapannya. Mataku terpejam masih merasakan kenikmatan dari mulut kami yang saling melumat. Melihat mataku terpejam, mulut Rully langsung memberikan lumatan kembali. Tidak hanya bibir yang menyatu. Lidahnya mulai menyeruak masuk ke dalam mulutku. Tangan kanannya mulai merabai susuku dari luar kaos t-shirt tanpa lengan berwarna putih yang dilapisan sweater rajut warna merah marun. Terasa remasan tangan Rully di susuku, meski masih berbalut t-shirt tipis, dan bra di dalamnya. Perlahan mulutku mengeluarkan desisan untuk memberikan respon kenikmatan dari rangsangan yang dilakukan Rully.

Sebenarnya aku bisa saja menolak ajakan Rully untuk jalan-jalan. Bahkan ketika Rully mulai merabai tubuhku, aku pasti punya kesempatan menolaknya. Apalagi Rully sangat menghormatiku sebagai kakak iparnya. Tetapi pikiran, dan hati berkata lain. Keinginan untuk mengulang kenikmatan yang kami alami di selama liburan, terus terngiang di pikiranku. Suamiku sendiri sangat memberikan kepuasan setiap kami berhubungan seks. Apalagi setelah pertukaran pasangan yang terjadi beberapa minggu lalu.

Tetapi ada sensasi yang lebih ingin kurasakan. Sensasi disetubuhi pria lain yang bukan suamiku. Rully merupakan satu-satunya pria lain yang sudah merasakan kenikmatan memekku. Tentunya dengan Rully pula aku hanya ingin melakukannya. Suamiku sendiri sudah mengusulkan rencana untuk kami mengulangi masa liburan. Tetapi rencananya masih menunggu kesibukan pekerjaan yang mulai mereda.

Kupasrahkan tubuhku dicumbui Rully tanpa perlawanan. Ada keinginan menolak mengingat komitmen yang kami buat. Tetapi hati, dan pikiranku sangat ingin bersetubuh. Memekku yang sedari tadi sejak di butik sudah lembab, mendesak ingin dipuaskan. Pikiranku terhadap suamiku yang berada di luar kota, membuat aku semakin bernafsu. Birahi yang sebetulnya ingin kusimpan sampai suamiku datang. Tetapi malam ini, justru Rully yang memancing birahiku untuk segera dituntaskan.

Puas meremas susuku dari luar t-shirt, tangan Rully beralih ke bawah. Rok pendek fishtail ankle-length vintage yang kukenakan menjadi sasarannya. Tangannya mulai masuk dari bawah merabai pahaku. Kulit putih pahaku bersentuhan dengan telapak tanganku. Tidak hanya merabai paha bagian dalam, sesekali sengaja Rully menyentuhkan jarinya pada celana dalam french cut panties warna hitam. Celana dalam yang dihiasi renda di garis tepinya yang menciptakan nuansa vintage yang elegan. Bagian potongan pahanya dibuat lebih rendah, sehingga mampu menampilkan kesan seksi.

Gerakan tangan Rully dan lumatan bibirnya semakin membuat aku terangsang. Bahkan memekku semakin lembab. Celana dalam french cut panties warna hitam milikku terasa basah, akibat cairan yang keluar dari memekku. Tetiba aku tersadar, kami masih berada di parkiran pinggir pantai. Aku berusaha menghentikan Rully. Tanganku mengangkat kepalanya, untuk menjauh dari wajahku. Kemudian aku berbisik pelan, untuk meminta pengertian darinya.

“Rul sebaiknya kita pergi dari sini,” ucapku sebelum seluruh pakaian yang melekat di tubuhku terlepas. Rully sendiri menatap wajahku. Tatapannya kujawab dengan anggukan kecil. Ia memahami maksudku. Tanpa banyak bicara, ia menghentikan seluruh aktivitasnya di tubuhku. Aku merapikan sweater, dan rokku yang sudah mulai tersingkap.

“Kita mau ke mana ci,” ucap Rully memecah kesunyian kami. Wajahku hanya menetap ke arah jendela mobil yang ada di samping kiriku. Tidak ada jawaban yang kuberikan kepada Rully. Dalam hati kecilku berharap, ia membawaku ke suatu tempat yang nyaman. Tentunya tempat yang tidak diketahui orang lain. Tempat yang membuat kami bisa meraih kenikmatan dahsyat dari nafsu yang kini sedang melanda seluruh tubuhku. Tetapi aku masih takut untuk mengatakannya. Aku tidak ingin dianggap sebagai perempuan murahan yang bisa seenaknya diajak kencan.

“Kita ke rumah cici yah. Aku mau nginap di rumah cici,” kata Rully lagi.

“Jangan Rul. Mamah sama papah besok mengantar anak-anak sekolah. Mereka pasti lewat depan rumah, untuk memastikan keberadaanku,” ungkapku mencegah Rully untuk menginap di rumahku.

“Ci aku kanget sama cici. Boleh kan sayang,” sahut Rully lagi.

“Jangan di rumah yah Rul. Kita cari tempat lain. Besok pagi, antar aku ke butik langsung. Biar aku kabarin mamah, kalau aku sudah ke butik pagi-pagi,” mulutku mengeluarkan perkataan sekenanya.

Setan apa yang merasukinya hingga aku berani mengajak Rully mencari tempat lain. Memekku yang terasa gatal. Tubuhku yang sudah dihinggapi nafsu, membuat aku tidak berpikir lagi soal komitmen yang pernah kami buat. Nafsuku membuatku semakin liar, ingin segera merasakan kontol. Suamiku sedang tidak berada di rumah. Kalau ada suamiku, kontolnya pasti menjadi pelampiasanku. Kini hanya ada kontol Rully yang bisa memberikan kepuasan. Asalkan tidak memberitahukan suamiku atau Esti, pastinya hubungan kami tetap aman. Rully tidak menjawab perkataanku. Ia konsentrasi mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam lewat 40 menit.

Mobil yang dikemudikan Rully menjauh dari bibir pantai. Mengarah ke dalam perkotaan melewati jalan perbukitan. Sebelum sampai tempat tujuan, aku memintanya untuk mampir ke toko pakaian. Aku membeli t-shirt tanpa lengan, bra, dan celana dalam. Tidak lama, kami tiba di sebuah hotel bintang empat bernama BS. Hotel yang sangat terkenal dengan loungenya. Mobil masuk ke area parkir. Rully mengambil sudut yang jauh untuk memarkir mobilnya. Setelah tiba di parkiran, ia mengambil beberapa barang miliknya Ia mematikan mesin, dan menyerahkan kuncinya kepadaku.

“Cici tunggu di mobil sebentar,” ucap Rully meninggalkanku.

Langkahnya bergegas menuju pintu masuk hotel. Aku sendiri masih di dalam mobil sambil menikmati musik yang diputarnya. Kurang lebih 30 menitan, Rully terlihat keluar dari lobi hotel. Langkah cepatnya menghampiriku yang berada di dalam mobil. Pintu sebelah kanan mobil terbuka. Rully langsung masuk ke dalam menyerahkan kunci berbentuk kartu dengan magnet yang didapatkannya dari hotel. Diserahkannya satu kartu kepadaku. Sedangkan dia masih memegang satu kartu lainnya. Dia mendapatkan dua kartu yang berfungsi sebagai kunci kamar hotel.

“Kamar 5** ci. Apa cici yang mau duluan, atau aku,” ucap Rully setelah menyerahkan kartu yang berfungsi sebagai kunci kepadaku. Kami memang tidak ingin terlihat masuk bersama ke dalam hotel. Bukan suamiku, atau Esti, isteri Rully yang ditakuti. Tetapi lebih menjaga, jangan sampai ada orang lain yang melihat kami masuk bersamaan ke dalam sebuah hotel. Suamiku atau Esti, pastinya memaklumi. Meski aku dan Rully dianggap telah melanggar komitmen. Tapi pastinya, masih bisa menerima penjelasan kami.

“Biar aku duluan. Kamu tadi barusan dari dalam. Nanti malah mengundang kecurigaan,” jelasku pada pada Rully.

Langkah kakiku segera meninggalkan parkiran mobil menuju hotel. Bergegas aku menuju lift, dan memencet tombol sesuai dengan nomor kamarku. Kamar kamu berada tidak jauh dari lift. Kubuka pintunya, dan menyalakan semua lampu yang ada di kamar. Langkahku mengara ke jendela untuk melihat pemandangan di luar. Kamar kami mendapatkan pemandangan mengarah perkotaan. Persisnya, aku bisa melihat parkiran mobil dari kamar. Tidak berapa lama, Rully sudah masuk ke dalam kamar. Kakinya melangkah mendekatiku. Tangannya langsung melingkar dari belakang dengan posisi telapaknya berada di perutku.

“Tubuhku bau yah. Tadi sore belum mandi, udah kamu jemput di butik,” ungkapku kepada Rully yang menciumiku dari belakang leher.

“Cici wangi,” jawabnya singkat.

“Gombal….,” sahutku kepada Rully yang diiringi dengan langkah kakiku meninggalkannya. Tangannya yang memeluk erat tubuhku dari belakang langsung terlepas. Kakiku melangkah menuju kamar mandi. Kututup pintu kamar mandi, dan langsung melepaskan sweater, t-shirt tanpa lengan, dan rok pendek fishtail ankle-length vintage. Shower langsung kuhidupkan membuat air hangat berhamburan keluar dari lubangnya. Seluruh tubuhku disirami air yang membuatku tubuhku semakin segar. Tidak lupa kusabuni seluruh tubuhku, dan shampoo yang sudah tersedia di kamar mandi hotel.

Tanpa kuketahui, Rully sudah bergabung denganku berada di bawah shower. Tubuhnya sudah menyatu denganku. Bahkan tangannya memberikan pelukan ke tubuhku membuat kami bermesaraan di bawah siraman air yang keluar dari shower. Ia membantuku mengusap tubuh dengan sabun. Seluruh bagian tubuhku tidak lepas dari usapannya. Telapak tangannya lama bermain-main, ketika giliran menyabuni susuku. Tangan kirinya begitu lincah menyabuni memekku ditumbuhi bulu tipis yang baru kukucur beberapa hari lalu.

Tanganku kini bergerak untuk menyabuni seluruh tubuh Rully. Setiap sudut tubuhnya kurabai menggunakan sabut hingga kakinya. Turun naik tanganku menyabuninya hingga sampai pada kontolnya yang gemuk. Telapak tanganku membuka menyabuni kontolnya. Perlahan tidak hanya menyabuni, tetapi mulai memberikan kocokan lembut. Kontolnya menegang semakin keras. Terus kuberikan kocokan hingga sabunnya hilang sendiri diguyur air yang keluar dari shower. Mulut kami pun akhirnya beradu saling melumat.

Sssllllrrrruuuuupppppp…..

Lumatan mulut kami mengeluarkan suara pelan. Tangan kami sudah mulai saling meraba. Susuku menjadi sasaran utama tangan Rully. Jarinya memainkan pentil susuku. Terkadan menjepit, dan memilin membuat putingnya perlahan mengeras. Tanganku yang sedari tadi berada di kontol Rully, terus memberikan kocokan dengan pelan. Lidah kami saling berebut masuk menyeruak ke mulut masing-masing. Saling balas lumatan disertai dengan gerakan tangan saling meraba membuat birahi terus memuncak.

Lumatan mulut kami terlepas. Nafas semakin memburu. Lidah Rully perlahan menjulur. Leherku dijilatinya, liurnya bercampur dengan air yang mengucur dari pancuran. Kocokan tanganku di kontolnya terlepas. Kepalaku mengenadah ke belakang menikmati setiap jilatan lidah Rully di leherku. Tidak hanya leher, lidahnya berselancar hingga kupingku. Membuat aku tidak kuasa menahan kuatnya tekanan birahi yang semakin memuncak. Desahan dan lenguhan keluar dari mulutku perlahan.

Sssssssssttttttttttttttt……Aaaacccchhhhh………..

Puas menjilati leher hingga kuping, lidahnya beralih hingga bagian susuku. Putingnya dijilati memutar menggunakan lidahnya. Putting susu bulat memanjang disedotnya menggunakan mulutnya. Membuat putting susuku berwarna coklat tua semakin menyembul. Kepalanya kutekan menggunakan tangan, untuk mempertahankan mulutnya mengisap putting susuku. Membuat mulut Rully semakin kuat mengisap, dan menyedot putting susuku. Cukup lama ia memainkan putting susuku, kepalanya perlahan turun. Lidahnya terus memberikan jilatan pada seluruh tubuhku sampai perut hingga akhirnya tepat berada di depan memekku.

Dibukanya kakiku hingga berposisi mengangkang. Kedua pahaku terbuka lebar menampakkan muara lubang memekku yang mulai dibasahi cairan yang keluar dari dalam. Kepala Rully semakin mendekat ke bibir memekku. Lidahnya menjulur menyentuh kulit di antara lubang memekku. Jilatannya terasa menyentuh ujung bagian bawah lubang memekku naik hingga atas. Biji kecil yang ada di atas lubang memekku dijilatinya berulang kali. Kadang lidahnya memberikan jilatan memutar dengan kuat.

Sssssssssttttttttttttttt…… Oooooowwwwwhhhhhh………

Desahan dari mulutku tidak mampu kutahan. Keluar begitu keras mengimbangi suara gemericik air yang keluar dari shower. Lidah Rully tidak lagi hanya menjilat. Berulang kali lidahnya berusaha masuk menyeruak ke dalam lubang memekku. Meski tidak masuk terlalu dalam, tetapi lidahnya terasa menyentuh dinding memekku bagian luar. Cukup lama sensasi jilatan lidahnya, dan lumatan bibir di memekku, membuat aku semakin melayang ingin terbang tinggi. Nafsu birahi memuncak ingin segera mendapatkan kenikmatan yang luar biasa.

Jilatan lidahnya kini fokus memainkan clitosku. Lubang memekku dipermainkannya menggunakan jari tangannya. Tidak hanya merabai, kurasakan jarinya perlahan mulai menyeruak masuk ke dalam lubang memekku. Satu jari berhasil menerobos masuk lubang memekku hingga menyentuh mulut rahimku. Memekku semakin basah, akibat kocokan jari Rully. Tidak hanya satu, kini tiga jari sudah berada di dalam lubang memekku. Dinding memekku memberikan reaksi jepitan terhadap jari-jari Rully yang berada di dalam.

“Oooooowwwwwhhhhhh……… my good. Rully….cici mau pipis,” ucapanku mengisyaratkan ada sesuatu yang mendesak ingin dikeluarkan dari lubang memekku. Itu membuat kocokan jari Rully di dalam memekku semakin dipercepat. Kocokannya seakan ingin membantuku untuk lebih cepat mengeluarkan cairan dari dalam. Membuat aku semakin mendesah tidak keruan. Badanku mulai mengejang. Dinding memekku semakin menjempit kuat jari tangan Rully. Memberikan sensasi sedotan terhadap jari Rully untuk lebih masuk ke dalam.

Clllllllllooooooookkkkkkkk………….. Cllllllllloooooookkkk…………..

Suara jari tangan Rully terdengar keras ketika mengocok lubang memekku dengan begitu cepatnnya. Memekku semakin dibasahi cairan yang keluar. Jari tangan Rully bersentuhan kuat dengan dinding memekku yang mulai menyempit. Tubuhku semakin mengejang kuat. Telapak tanganku menempel kuat ke dinding untuk mencari pondasi. Kakiku semakin mengangkang. Pahaku semakin terbuka lebar. Itu membuat jari tangan Rully yang mengocok di dalam lubang memekku semakin mudah.

Ccrreeeeeettttt…… Cccrrrrrreeeeeeeeeeeeeeetttt……. Sssseeeeeeeeeeeeerrrrrr……..

“Oooouuuuuwwwwwwwhhhhhh…….,” lenguhan panjang keluar dari mulutku. Beriringan dengan keluarnya cairan bening yang mengalir deras dari lubang memekku. Tangan Rully segera ditariknya dari lubang memekku. Membuat cairan bening semakin bebas mengucur dengan kuat dari lubang memekku mirip orang yang kecing. Sangat banyak cairan yang keluar dari lubang memekku, membuat kakiku bergerat kuat. Untungnya tanganku cukup kuat kutempelkan pada dinding kamar mandi, membuat tubuhku tidak ambruk.

Nafasku memburu kuat. Dengusan angin keluar dari lubang hidungku seirama dengan gemericik air yang mengalir dari shower. Mataku terpejam, kepala terdongkak ke belakang. Kepalaku menjadi lebih ringan, setelah cukup lama menahan birahi yang semakin memuncak. Perlahan Rully membalikkan tubuhku. Pantatku ditariknya ke belakang. Telapak tanganku menempel di kaca yang membatasi ruang shower. Posisiku menungging dengan kaki terkangkang. Kepala kontol Rully perlahan menyentuh bibir memekku yang masih terasa basah.

Bllllllleeeeeesssshhhhhh…….

Kontol Rully melesak masuk ke dalam memekku. Ia mengambil posisi dari belakang menyodokan kontolnya. Mataku terpejam merasakan kenikmatan kontol yang bersarang di dalam lubang senggamaku. Kenikmatan dahsyat kudapatkan dari hujaman kontol gemuk. Lubang memekku langusng mendapatkan kocokan yang cepat dari kontol Rully. Membuat aku tidak menolak datangnya birahi. Dinding memekku kembali menyempit membuat kontol gemuk milik Rully semakin tersedot ke dalamnya. Tubuhku kembali mengejang, lubang memekku terasa ingin mengeluarkan cairan kembali.

Ccrreeeeeettttt…… Cccrrrrrreeeeeeeeeeeeeeetttt……. Sssseeeeeeeeeeeeerrrrrr……..

“Oooooowwwwwhhhhhh……… Aaaaacccccchhhhhh……. Aaaaacccccchhhhhh…….,” suara erangan keluar keras dari mulutku. Kontol Rully terlepas dari lubang memekku. Cairan bening mengucur deras dari lubang memekku. Tubuhku kembali bergetar seperti orang kencing dengan begitu derasnya. Aku kembali mendapatkan kenikmatan dahsyat bersamaan dengan air bening yang mengucur deras dari memekku. Nafasku memburu kuat, mataku terpejam, kepala terdongkak ke atas. Merasakan sisa nikmat squirt kedua yang kudapatkan dari hujaman keras kontol gemuk milik adik iparku.

Perlahan nafasku kembali normal. Tenagaku kembali pulih. Rully menggiringku untuk membersihkan seluruh tubuh. Diusapnya seluruh tubuhku menggunakan sabun. Tanganku bergerak untuk menangkap kontolnya. Tidak lupa kontol Rully aku bersihkan menggunakan sabun di bawah air mengalir yang keluar dari shower. Rully berinisiati mematikan shower. Ia mengambil handuk, dan mengeringkan badanku. Begitu pula sebaliknya, tanganku membantu Rully untuk mengeringkan badannya.

Handuk digantung di kamar mandi. Sedangkan kami melangkah meninggalkan kamar mandi menuju tempat tidur. Rully mengambil tempat untuk duduk di ujung tempat tidur. Tubuhku ditariknya untuk merapat. Wajah kami berhadapan. Bibir kami menyatu untuk saling melumat. Nafsu birahi merasuki seluruh pikiran. Bibir kami saling melumat dengan ganasnya. Lidah bergantian masuk menyeruak hingga rongga mulut. Tubuhku semakin memepet Rully. Membuat Rully menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Kakinya masih menjuntai hingga menyentuh lantai.

Puas saling melumat, dan bertukar liur melalui lidah yang menyeruak masuk ke dalam mulut, kini lidahnya bermain dengan lincahnya mengitari leher Rully. Kujilati seluruh lehernya hingga basah terkena air liurku. Kusapi bersih lehernya hingga perlahan turun ke bagian dada. Pentil susu berukuran kecil berwarna coklat tua, menjadi sasaran lidahku. Kumainkan lidahku memutar menjilati, sesekali kuisap menggunakan mulut. Suara desahan Rully keluar dari mulutnya mendapatkan serangan lidahku di pentil susunya.

Aaaaacccccchhhhhh…….

Lidahku memainkan pentil susunya hingga basah. Malam ini aku merasakan dorongan nafsu yang berbeda dari biasanya. Membuat aku semakin buas mencumbui tubuh Rully. Apalagi Rully telah memberikan dua squirt kepada memekku di kamar mandi. Membuat nafsuku semakin memuncak. Aku menjadi perempuan yang sangat liar dalam hubungan seks. Nafsu liar yang selama ini masih mampu aku tahan, dan lampiaskan hanya kepada suamiku. Tetapi sejak pulang dari liburan, aku justru semakin tidak mampu mengendalikan nafsu birahiku sendiri. Bahkan ketika dengan suamiku, aku tidak segan memulainya terlebih dahulu. Kebiasaanku menerima rangsangan dari pria, kini beralih menjadi aku yang ingin dominan dalam setiap permainan seks.

Lidahku terus menjulur menjilati setiap sudut tubuh Rully. Perlahan turun hingga pangkal pahanya. Kontol gemuk yang sejak tadi menegang, langsung menjadi sasaran. Lubang kecil di kepala kontolnya kujilati dengan penuh nafsu. Tidak hanya menjilati, lubang kecil di kepala kontolnya sesekali kusedot menggunakan bibirku. Tanganku membantu memberikan kocokan kecil di batang kontolnya. Sesekali telapak tanganku memberikan rabaan pada biji yang ada di pangkal kontol milik Rully.

“Aaaaacccccchhhhhh……. Ci….. pintar banget cici sekarang. Nikmat sayang,” mulut Rully mengeluarkan pujian terhadap permainan mulut, dan lidahku di kepala kontolnya.

Pujian yang keluar di sela desahan nikmat yang dikeluarkannya. Aku sendiri sebetulnya tidak terlalu mahir dalam memperlakukan kontol pria. Dengan suamiku, biasanya hanya menjilati, dan mengulum kontolnya. Tapi kini, lidahku dan mulutku seperti perempuan professional yang mampu mempermainkan setiap sudut kontol pria. Bahkan dengan sangat bernafsu, mulut, dan lidahku seperti ingin menelan habis setiap sudut kontolnya. Tidak hanya menjilat, kini mulutku mengulum kepala kontolnya.

Kontol Rully yang keras perlahan kumasukkan ke dalam mulutku. Kukocok pelan menggunakan mulut dengan mengeluarkan dan memasukkan seluruh batang kontolnya. Sesekali aku menghentikan kocokan batang kontolnya di mulut. Lidahku menjilati batang kontol Rully hingga biji yang ada di pangkalnya. Biji kecil yang langsung aku lumat menggunakan mulut dengan kuat. Kembali kumasukkan batang kontolnya ke dalam mulutku. Terus kuulangi hingga membuat pantat Rully turut terangkat membuat kontolnya semakin tersodok ke dalam mulutku.

Lama aku mengulum dan mengocok keluar masuk mulutku, terlihat kepala kontolnya memerah. Kedutannya kepala kontolnya sangat terasa ketika bersentuhan dengan mulutku. Semakin kupercepat kocokan batang kontol Rully yang ada dimulutku. Tanganku turut membantu memberikan kocokan untuk mempercepat ejakuasi kontolnya. Pantat Rully semakin terangkat membuat batang kontolnya semakin masuk ke dalam. Tubuhnya menegang, dan lubang kecil di kepala kontolnya langsung menyemprotkan spermanya.

Croooooooootttttt…… crrrrrrroooooooooooooootttt………. Oooooooowwwwwwhhhhhh……

“Sepoangan cici enak banget. Cici semakin lihat mengulum kontol,” mulut Rully mengeluarkan pujian atas kuluman mulutku di kontolnya. Sperma yang menyemprot dari kontol Rully langsung berhamburan. Untungnya aku sempat menarik mulutku, sehingga spermanya tidak sempat masuk. Semprotannya hanya mengenai tubuh bagian depan. Rully mampu menggapai ejakuasi hanya dengan aku melayani dengan mengoral kontol dengan mulutku. Aku sendiri tidak peduli dengan omongannya. Namun menyadari bagaimana mungkin mulutku semakin lincah memberikan oral terhadap kontol pria. Itu diluar dugaan, karena suamiku sendiri belum pernah memuncratkan sperma ketika oral seks menggunakan mulutku.

Mata Rully terlihat masih terpejam. Deru nafasnya terdengar keras disertai dengan dengusan angin yang keluar dari hidungnya. Kubiarkan Rully menikmati sisa ejakuasi yang baru didapatkannya. Kakiku melangkah pergi meninggal tubuh Rully yang rebahan telentang di tempat tidur. Aku ingin membersihkan tubuhku yang terkena semprotan sperma Rully yang sangat banyak. Cairan kental berwarna putih memenuhi leher, dada, sebagian meleleh hingga susuku. Bergegas kuhidupkan shower untuk membersihkan sperma Rully yang berceceran. Setelah itu, aku langsung menyambar handuk untuk mengeringkan tubuhku.

Langkahku meninggalkan kamar mandi. Sekilas terlihat senyum lebar dari wajah Rully yang mengisyarakatkan kepuasan. Bibirku langsung memberikan balasan senyuman untuknya. Kuhempaskan tubuhku di samping Rully. Aku mengambil posisi telentang. Sedangkan wajahku berpaling mengarah ke Rully. Wajah kami berhadapan, mata saling memandang, hingga tanpa aba-aba mulut kami sudah saling memberikan lumatan. Cukup lama kami saling melumat hingga hampir kehabisan nafas.

“Kamu bersihkan dulu kontolmu. Permainan belum usai,” bisikku kepada Rully, ketika lumatan mulut kami terlepas. Tanpa disadari omongan yang keluar dari mulutku begitu vulgar. Menyebut alat kelaminya kontol. Bahkan aku memberikan tantangan kepada Rully, jika permainan kami belum usai. Permainan baru awal. Memekku yang dari tadi gatal, belum mendapatkan gempuran kontol Rully. Aku mendapatkan dua kali squirt dari kocokan jari tangan dan kontol Rully. Tapi belum mendapatkan orgasme. Rully sendiri mendapatkan ejakuasi dari oral seks.

“Tunggu yah cici sayang. Kita habiskan malam yang kita ridndukan bersama dengan memadu birahi sepuasnya,” sahut Rully. Bibirku memberikan senyuman merekah pertanda setuju. Semua terjadi mengalir seperti air. Tidak direncanakan, bahkan kami telah melanggar komitmen yang dibuat dengan suamiku dan Esti. Harusnya kami tidak boleh mendaki kenikmatan hanya berdua dengan Rully, tanpa kehadiran Esti dan suamiku. Paling tidak, mereka mengetahuinya, dan melakukan hal yang sama seperti kami.

Nafsu birahi yang bangkit seketika aku memikirkan keberadaan suamiku di luar kota. Ada sedikit rasa takut dan cemburu, Esti dan suamiku bertemu di luaran. Alasan tugas perusahaan, tetapi justru mereka mengatur pertemuan di belakangku. Tapi sebetulnya sangat tidak mungkin. Suamiku dapat tugas dari kantor. Sedangkan Esti mendapatkan tugas dari Ci Sella untuk membantu perusahaan. Rasanya tidak mungkin mereka mengatur pertemuan sembunyi-sembunyi. Tetapi pikiran itu, justru memancing birahiku. Sebetulnya kerinduan dan rasa cemburu harus dituntaskan suamiku dengan meadu birahi bersama.

Sayangnya ketika birahiku sedang terbakar cemburu yang mendalam, justru suamiku berada di luar kota. Rully datang seperti seorang pahlawan yang menyelamatkanku. Awalnya hanya mengajak makan malam yang akhirnya kami memutuskan untuk menginap di sebuah hotel berbintang empat. Tempat di mana baru saja kami menuntaskan birahi pascaliburan beberapa minggu lalu. Ada kerinduan untuk mengulang peraduan kelamin kami yang terjadi saat liburan. Apalagi kenikmatan yang diraih selama masa liburan, kami lakukan tanpa harus merasa bersalah. Suamiku mengetahui aku bersama Rully menuntaskan birahi. Sedangkan Esti, isteri Rully yang tidak lain adik kandungku, mengetahui suaminya sedang ngentot dengan aku.

“Habiskan malam untuk menuntaskan kerinduan. Kita akan memacu birahi sepuasnya, untuk mengobati kerinduan mengulang kejadian selama liburan,” hati kecilku berkata seperti yang diucapkan Rully sebelum melangkah menuju kamar mandi. Benarkah sebetulnya kami sama-sama rindu untuk mengulangi persetubuhan selama masa liburan, atau aku hanya sekedar melampiaskan nafsu birahi yang tiba-tiba menghinggapi otakku. Nafsu yang timbul dari rasa cemburu, akibat pikiran yang mengkhawatirkan suamiku di luar kota bertemu Esti. Rasa cemburu menimbulkan dampak nafsu hebat yang butuh dituntaskan.



Bersambung…………
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd