Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tabir Seorang Wanita

Status
Please reply by conversation.
Yes suhu gee is back...kayanya ini cerita misteri dan ada unsur incest...moga kali ini ceritanya lancar...joss gandoss :beer::semangat::jempol::mantap:
 
KUCING HITAM PAK KARDUN

Malam membuyarkan hingar bingar kerumunan warga Komplek Jatimulya. Satu per satu dari mereka pulang ke rumah masing-masing. Patut diketahui sebelumnya, menjelang adzan Maghrib berkumandang, warga jatimulya ramai mengerumuni bangkai kucing hitam yang terbujur kaku dengan mulut mengeluarkan darah. Kucing itu mati akibat ditabrak seorang pengendara motor yang melintas ke arah luar komplek. Dua orang warga dengan berboncengan sempat mengejar pelaku, tetapi kehilangan jejak di pertengahan jalan. Sebaliknya warga yang berkumpul bukannya meributkan soal siapa yang akan mengurus bangkai itu, justru membicarakan akibat dari matinya kucing hitam tersebut. Sebab, kebanyakan dari mereka percaya bahwa kematian kucing hitam itu bisa membawa kesialan bagi Komplek Jatimulya.

Warga Jatimulya mengenali kucing hitam tersebut milik si Kardun (43 tahun), seorang duda yang ditinggal kabur istrinya merantau ke Kuwait. Oleh karenanya, Kardun tinggal seorang diri di rumah. Istri kardun sudah lebih dari 5 tahun tidak mudik ke Indonesia. Banyak yang beranggapan kalau istri kardun yang bekerja sebagai TKW sudah menikah lagi di sana. Namun Kardun tidak terlalu memusingkan apa yang digosipkan warga. Dia tetap menjalani rutinitasnya sebagai karyawan pabrik yang pulang pukul pukul 7 malam. Lagipula ia dengan istrinya masih kerap berhubungan baik lewat media sosial.

"Selesai sudah kita kuburin ini kucing....", seorang lelaki menepuk-nepuk kedua telapak tangannya yang berlumuran tanah liat.

"Apa perlu kita beritahu si kardun?"

"Jangan, jangan dulu... lebih baik memang kardun menyadarinya sendiri"

"kalau itu yang paling baik, saya ikut saja...", dua orang rela menggotong hingga menguburkan bangkai kucing si kardun di taman komplek. Mereka masukkan bangkai kucing si kardun tepat di liang tanah yang sudah digali, dekat pohon mangga.

"Beneran gak apa-apa ini?"

"Selama kamu tidak beritahu si kardun, akan aman-aman saja..."

"Saya tahu, cuman saya takut kardun menuduh warga komplek yang membuat kucingnya mati.."

"Kardun punya kemampuan menerawang, saya yakin dia mengetahui pelaku sebenarnya tanpa harus diberitahu...."

"semoga benar..."
Kemudian Kedua laki-laki tersebut berjalan menjauhi tempat dikuburnya kucing si kardun. Dengan harap-harap cemas mereka lalu berpisah menuju rumah masing-masing di pertigaan jalan.

Kebanyakan warga komplek beranggapan kalau kucing hitam si kardun itu adalah kucing jadi-jadian. Suatu hari pernah ada seorang warga yang mengusir kucing hitam si kardun karena mencuri ikan kembung yang baru dimasak di rumahnya. Diusirlah kucing itu dengan amarah sambil dipukul-pukul dengan sapu lidi. Tak lama, warga tersebut kemalingan motor. Atau, ada pedagang yang mencoba menendang-nendang kucing si kardun karena warga tersebut tidak menyukai kucing mendekati dagangannya. Alhasil, pedagang yang biasa ramai pembeli itu pun menjadi sepi di hari-hari berikutnya hingga ia pun bangkrut.

Warga tidak hanya mengira kardun memelihara kucing jadi-jadian. Mereka juga menduga kardun juga menganut ilmu hitam. Padahal, tidak ada dalih sama sekali untuk mengatakan kardun seorang dukun atau sebutan lainnya yang mirip. Kardun tetap ramah dengan warga sekitar. Kardun masih suka saling berbagi makanan dengan tetangganya. Kalau ada acara di komplek pasti dia hadir. Bahkan, dia rajin sembahyang di masjid kalau sedang berada di rumah. Barangkali begitu sayangnya kardun pada kucing hitamnya menimbulkan kesalahpahaman di mata warga jatimulya.

"Apa gak bakal terjadi apa-apa pak ustadz sama komplek ini setelah kucing itu mati?", tanya salah seorang jamaah sepulang menunaikan ibadah maghrib berjamaah di masjid.

"Masya Allah, kamu masih percaya sama pendapat itu?", pak ustadz terkejut.

"Bukannya percaya sih pak ustadz, saya khawatir aja komplek kita ini kena musibah..."

Pak ustadz menggelengkan kepala, dia tidak menyangka Amar yang merupakan salah seorang muridnya mengatakan hal seperti itu, "Astaghfirullah al 'adzim... Nak Amar, musibah itu datangnya dari Allah... kamu lupa sama rukun iman yang keenam? Apa perlu saya ajari lagi?"

"Iya maaf pak ustadz, saya inget... tapi kan....", Amar terdiam usai ditegur.

"Kalau kamu masih beranggapan seperti itu, kamu gak ada beda dengan warga-warga sini...."

"Bukannya begitu pak ustadz.. pak ustadz tahu sendiri kan kejadian selama ini.. maaf ya pak ustadz... saya minta maaf.. gak bermaksud meyakini kalo kucing itu keramat kok...", Amar berusaha mencium tangan guru agama tempat ia selama ini belajar mengaji. Pak ustadz pun menerima dengan tulus permintaan maaf Amar. Kemudian ia pamit karena telah sampai lebih dulu di rumahnya yang berdekatan dengan masjid. Lagipula ia yakin amar sudah tahu jawaban yang betulnya tanpa harus disebutkan. Menurut beliau Iman anak itu sedang digoyahkan setan.

Setelah pak ustadz pulang ke rumah, Amar kembali melanjutkan perjalanan pulangnya. Berjalan dengan langkah pelan, amar mengamati rembulan yang sedang bersinar. Purnama sedang dikawani bintang-bintang. Pujian ilahi yang baru terutarakan di sanubarinya berubah sekilas. Tiba-tiba pandangan matanya terusik. Antara percaya atau tidak, ia melihat cahaya seperti bola api terbang di langit. Amar dibuat melongo. Entah apa bola api itu. Setankah? Jinkah? Atau Santet?

= O =​

"Mau makan malam apa Danil? Tante mau beliin nih.. lagian om dan tante juga belum makan"

"Apa yaah...", pikir danil. Ia duduk di ruang tamu bersama om yandi dan tante tika. Mereka bertiga sedang bermusyawarah menentukan makan malam.

"Tik, aku pengen ikan bakar...", usul om yandi.

"Oke deh aku berdua aja makannya sama kamu", sahut tante tika.

"Lah, kamu beli aja... takut gemuk ya?"

Tante tika menjawab dengan anggukkan sambil mengerucutkan bibir. Ia sebetulnya sedang berusaha keras untuk diet melangsingkan tubuh. Akan tetapi, om yandi sebagai suaminya tidak terlalu mendukung. Dia lebih menyukai tubuh istrinya yang molek seperti sekarang.

"Aku ayam bakar aja....", danil menyahut.

"Nah, berarti makan malamnya ikan sama ayam bakar yaa...", tanpa basa-basi panjang tante tika lalu merogoh dompet dan memberikan lembaran lima puluh ribu rupiah pada danil. "Nih, uangnya nil..."

Tangan danil sigap mencomot. Ia berdiri bersiap keluar rumah.

"Mau beli dimana?", tanya om yandi.

"Depan komplek...."..

"Yaudah hati-hati....", pesan tante tika.

Danil berjalan keluar sambil melirik-lirik kembali tante tikanya. Apalagi selama musyawarah tadi danil kerap membuang muka, acuh tak acuh. Ia takut dicurigai punya pikiran macam-macam dengan adik kandung papanya tersebut. Sebagai lelaki bujang sewajarnya danil tentu terangsang oleh penampilan seorang perempuan yang terkadang suka menampilkan setengah aurat tubuh. Tante tika setibanya di rumah danil tanpa malu-malu membuka blazernya. Tanktop hitam yang dikenakan dia telah membusungkan payudara yang selama ini bikin teman dekat laki-lakinya jatuh hati, termasuk keponakannya sekarang, danil. Birahi danil sebagai lelaki seutuhnya yang bergelora mendapat kesempatan memandangi belahan payudara tantenya. Penisnya yang ereksi pun disembunyikan agar tidak diketahui om yandi dan tante tika. Terlebih dia mengenakan celana pendek.

Sepanjang jalan danil berupaya untuk tidak mengingat apa yang dilihatnya barusan di rumah. Danil beristighfar berkali-kali. Mengendurkan birahi. Mengurangi tegangnya penis di bawah perut sana. Dia mencoba mengingat hal lain. Melihat apa yang bisa dilihat sepanjang jalan. Ketika melintasi taman komplek, danil mendengar suara gemerisik di antara rumput dan dedaunan. Lampu penerang jalan membuatnya semakin ingin mendekat untuk lekas mencari tahu. Danil mengira itu tikus selokan. Kemudian tiba-tiba muncul seekor kucing hitam. Danil sontak kaget.

Kucing itu hanya mengeong. Danil mengelus dada. Dia kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa jarak dia coba menoleh ke belakang. Kucing tersebut lenyap entah kemana.

Sebaliknya di rumah danil, om yandi duduk di sofa ruang tengah. Ia duduk dengan penuh percaya diri seraya memamerkan otot dadanya dengan perut yang sixpack. Televisi di rumah danil berganti-ganti chanel. Om yandi tampak bosan karena tidak ada acara yang menarik untuk ditonton. Tiba-tiba ia menarik tante tika yang sedang berdiri ikut menonton juga. Ia peluk istrinya sehingga jatuh ke sofa bersamaan.

"Kamu apa-apaan sih... kalau ketahuan danil mau ngomong apa nanti?", gerutu tante tika ketika om yandi memeluk tubuhnya.

"Dia belum pulang ini kan? Kamu mending pegang ini...", om yandi mengarahkan salah satu tangan tante tika ke selangkangannya. Karena hanya mengenakan celana pendek yang lumayan ketat, tante tika mengetahui maksud om yandi.

"Gak lucu, danil itu beli makanan deket sini... jangan macem-macem ah..."

"Di kantor aku mikirin kamu terus yang....", om yandi meraba-raba buah dada istrinya. Bisikan erotis pun ia haturkan di telinga tante tika.

Tante tika mencoba melepas rabaan tangan om yandi. Ia sedang tidak ingin dirangsang. "Udah ah, nanti malem aja.."

"Kamu kocokkin kontol aku aja... aku lagi bener-bener udah gak tahan...", pinta om yandi seraya menurunkan bagian atas celana pendeknya hingga batang penisnya menjulur keluar.

Situasi sekarang membuat tante tika yang sudah hafal gelagat suaminya untuk segera meraih kemaluan om yandi. Ia genggam. Lalu ia urut naik turun. "Enghh... engh... engh..."

Om yandi tidak tinggal diam. Ia menyambut kocokan tante tika dengan menyingkap bagian bawah tanktop istrinya, hingga menyembul puting berwarna cokelat. Kemudian ia remas buah dada istrinya. "Eurgghh... eurghhh aku gak pengen kamu kurus yang... aku itu suka banget sama susumu ini.. eurghh..."

"Aaihhh...", tante tika mendesah halus.

"Ayo terusss, lebih cepat... kita gak bisa lama-lama..."

"Iyyaaah engh enghhh...", tangan tante tika makin cepat mengurut penis om yandi.

"Arghhhhh....", menjelang detik-detik klimaks, bibir om yandi menyambar bibir tante tika. "Emhhh..."

Tante tika membalas dengan semakin cepat kocokannya. "Enghhhh..."

"Arrggghhhh crottttt.......", menyemburlah sperma om yandi hingga membasahi tangan tante tika dan celana pendek dia sendiri. "Aku sayang sama kamu tik....", om yandi langsung mendekap tubuh istrinya.

= O =​

Dalam perjalanan menuju rumah sambil menenteng makan malam yang dibeli, danil ditemani pak kardun yang baru pulang bekerja. Mereka bertemu di gapura komplek. Pak kardun yang tambun mengendarai sepeda motor sehingga ia tak segan untuk menawarkan bocengan kepada danil yang cukup ia kenal.

"Makan malam buat siapa? Baanyak bener kayaknya", tanya pak kardun seraya membetulkan kerah kemeja di balik jaket yang ia pakai.

"Ini pak, untuk om sama tante..."

"Ohhh.... Mmm..bapak sama ibu kamu udah di yogya kan saya denger-denger...?"

"Sudah, dua hari yang lalu mereka berangkat..."

"Nah, kamu bisa manfaatin ini untuk mulai belajar mandiri nil... sebentar lagi kamu kuliah kan?"

"Iya pak.."

"Tuh, kalau bisa kamu udah belajar cari duit sendiri... dulu saya sewaktu kuliah di yogya ngekos sambil usaha kecil-kecilan gitu. Hasilnya kan lumayan buat nambahin uang jajan. Ya enggak?"

"Hehe iya....", danil hanya tersenyum mengangguk-ngangguk.

Mendekati rumah pak kardun, dari kejauhan danil memperhatikan kucing hitam yang ia temui di taman komplek. Kucing itu sekarang percis berada di depan rumah pak kardun. Danil mencoba menghubung-hubungkan apa kucing ini yang merupakan kucing yang mati ditabrak sore tadi. Warnanya hitam pula. Akan tetapi, danil tidak bisa melihat rupa bangkai kucing yang mati sore hari karena ramainya kerumunan warga. Lagipula bagi danil, kalau iya ini kucing yang ditabrak seharusnya ia sudah mati. Tidak mungkin hidup kembali.

Pak kardun lalu memberhentikan motornya pas di depan rumah beliau. Dia meminta danil untuk menunggu sebentar karena ia mau menaruh helm dan ransel yang ia bawa. Namun, Danil tidak mau membuang-buang waktu. Dia mengatakan cukup sampai di sini pak kardun mengantarnya. Lagipula danil tidak enak hati karena pak kardun juga baru pulang kerja.

"Kumbang pussss... pusss...", pak kardun memanggil kucing kesayangannya. Ketika kucing itu mendekat, pak kardun lantas mengelus kepalanya.

Danil justru menaruh kasihan pada pak kardun yang begitu memanjakan kucing hitam tersebut. Ia pikir mengapa tega istri pak kardun meninggalkan suami yang sudah perlahan dimakan umur. Apa mungkin rasa sayang pak kardun pada istrinya selama ini, ia tumpahkan pada kucing hitam itu. Bisa saja kucing hitam tersebut sebagai pengganti. Danil berusaha berpikir positif. Apalagi pak kardun pernah bilang kalau hubungan dia dengan istrinya masih baik-baik saja. Tidak seperti kata orang-orang.

"Pak, tadi sore ada kucing mati ketabrak...."

"Kucing siapa?", pak kardun terperanjat.

"Warnanya item kayak warna kucing bapak ini..."

"Ah masa sih, setahu saya di komplek ini kucing yang warnanya item itu ya kucing saya si kumbang ini....", jawab pak kardun sambil berjongkok, masih mengelus-ngelus kucing kesayangannya.

"Bapak ngerawat kucing ini dari dia kecil?", tanya danil.

"Kecil banget sih enggak, saya temuin dia di situ...", pak kardun menunjuk tempat pembuangan sampah miliknya.

"Kasihan juga yaa.. jantan apa betina pak?"

"Kalau betina saya gak mungkin mau pelihara... entar anaknya banyak, saya yang repot hehe..."

"Oh jantan kucingnya..." danil mengamati dengan seksama bagaimana bentuk kucing peliharaan pak kardun. "pak, saya pamit dulu yaa... om dan tante saya mungkin udah nungguin daritadi..."

"Hmmm kelupaaan kan... yaudah silahkan, silahkan..."
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd