Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[ Tamat ] Aku lelaki biadab

Bimabet
Satu keputusan yg patut diacungin jempol klo rudi nikahin tante vita.. memang anak hendaknya menjadi pemersatu atas segala ego.. masih ada eposode lanjutannya kah huu ?

Makasih udah mo berbagi kisah/cerita di forum tercinta ini @botakajaib ..
Sukses selalu huu :semangat: :beer:
 
Makasi suhu uda ditamatin, meskipun gw masi agak penasaran nantinya siapa yang dipilih, kalo gw sih ambil semua, ;););)
 
hehe, terima kasih suhu semuanya. Mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan atau ceritanya gak sesuai dengan yang suhu harapkan.tapi untuk episode berikutnya memang sudah ane persiapkan, tapi dari sudut pandang pemain yang lain di thread baru pastinya, karena gak sesuai dengan judul kalo ane lanjutkan disini. :Peace:.
Suwun ya hu..Saran, kritik dan masukan suhu semua akan sangat beharga buat ane..
:ampun:
 
anjir selama gw jadi silent reader baru ini komen karena ceritanya bagus banget, di awal semangat baca cerita ngewenya tapi makin kesini ceritanya makin menarik jadi nggak pengen baca adegan ngewenya, malah tertarik pengen tau endingnya. wah great job suhu,
 
semoga msh ada lanjutannya...wkwkwk
Klimaks. Happy ending semua bahagia.
asem tenan..... akhir ceritanya mantpaf
anjir selama gw jadi silent reader baru ini komen karena ceritanya bagus banget, di awal semangat baca cerita ngewenya tapi makin kesini ceritanya makin menarik jadi nggak pengen baca adegan ngewenya, malah tertarik pengen tau endingnya. wah great job suhu,
terima kasih suhu sudah berkenan mampir.. :ampun:
 
Kalimat terakhir.. Dari cerita ini bikin bapernyaa hilang dalam sekejap... Mantulll suhu
 
Sinta lebih cantik dari tante Nela, hehehehe
Makasih atas tamat hehe
Moga terus berkarya :ampun:
suksess teruss masse,,,,
Kalimat terakhir.. Dari cerita ini bikin bapernyaa hilang dalam sekejap... Mantulll suhu
Selamat suhu label tamatnya...

Ditunggu karya selanjutnya...
:mantap: :mantap: :mantap:
terima kasih hu sudah berkenan mampir,ditunggu sekuel berikutnya ya.. :ampun:
 
Update

* * *

“Sampai kapan kamu akan terus – terusan hidup seperti ini le? menghamburkan uang gak jelas. Kamu juga semakin kurus sekarang.” Suara mama terdengar sedikit serak disaat aku mengunjunginya kali ini. Sosok ayah yang sangat sabar hanya terdiam menatapku. Kita bertiga duduk diruang tengah dirumah orang tuaku malam ini.

“Adikmu Siska sudah gadis, sebentar lagi pasti dia juga menikah. Sebelum itu kamu harus menata hidupmu dulu sebagai anak yang paling tua disini, biar mama sama ayahmu tenang melihat anak- anaknya” Lanjut Mama

“Aku seakan tak mampu lagi ma untuk mencari pengganti sebaik Sinta” Ujarku lirih

“Menikahlah, biar gairah hidupmu kembali seperti Rudi anak mama yang dulu”

“Seseorang itu punya sisi kelemahan dan kelebihan yang berbeda le, mungkin kamu nanti akan mendapatkan wanita yang punya kelebihan dimana Sinta tidak punya itu” Lanjut mama

Aku hanya terdiam menunduk dihadapan mama saat ini,

“Apa sudah ada seseorang yang kamu pikirkan sekarang?” Tanya ayah seakan menebak apa yang aku pikirkan saat ini.

Aku hanya mengangguk mendengar ucapan ayah tiba – tiba.

“Siapa dia?” Tanya mama

“Masih saudara dengan Sinta ma, dan sekarang ada di Jakarta. Tapi aku masih ragu” kataku pelan dan masih tetap menunduk

“Kalau dia sudah ada diruang hatimu, kenapa ragu. Susul dia. Nanti kamu pasti akan mendapatkan sisi kelebihannya yang mungkin Sinta tidak punya itu, mama yakin itu” Ucapan mama meyakinkanku.

“Apa mama dan ayah merestui?” Tanyaku

“Kamu sudah bukan anak kecil lagi Rudi, kamu bisa memilih yang terbaik buatmu pasti itu juga yang terbaik buat kita semua” Kata mama semakin mantab

Didalam hatiku sebenarnya sudah lelah hidup menyendiri, meskipun setiap malam aku habiskan di tempat hiburan malam dengan ditemani banyak wanita, aku tetap masih merasa sendiri dan semangat hidupku seakan benar – benar telah sirna. Itu terbukti dengan memberi efek yang sangat luar biasa di pekerjaanku. Semua project yang aku susun mati – matian sejak bersama Sinta disisiku, sekarang hancur berantakan. Aku dikantor lebih banyak melamun dan beberapa tugas yang harus ku kerjakan terbengkelai. Pernah aku ditegur pak Ronald atas sikapku ini. Untung saja pak Ronald ini adalah sahabat baik ayah yang mungkin membuatku masih bisa bertahan di perusahaan yang dipimpinnya sekarang.

“Baik ma, aku akan putuskan ini. Dan aku akan ke Jakarta secepatnya” Ucapku

Mendengar ini, kedua orang tuaku tersenyum menatapku. Aku serasa semakin mantab untuk menyusul tante Nela ke Jakarta.

***

Panas terik matahari siang ini ditambah suasana padatnya kendaraan dijalanan ibu kota seakan menyambut kedatanganku. Berbekal sebuah alamat yang dikirimkan tante Nela lewat pesan singkatnya, aku bertekad untuk berangkat. Aku memang mengabari tante Nela kalau aku rencana mau ketempatnya, tetapi tidak kusampaikan kapan tepatnya aku akan kesana. Suara terkejut dan terharu bahagia terdengar lewat sambungan telpon kemarin setelah aku memberi kabar ini.

Sopir taksi menghentikan mobilnya setelah memeriksa sekali lagi kertas catatan sebuah alamat yang aku kasihkan padanya.

“Sudah sampai pak, itu tokonya. Cat warna merah muda diseberang” Ujarnya sambil menunjuk ke bangunan itu yang letaknya diseberang jalan.

“Terima kasih pak, saya turun disni saja” Sahutku sambil memberikan ongkos taksinya.

Aku melangkah dengan sedikit gemetar. Tiba – tiba ada perasaan ingin segera bertemu dengan tante Nela, karena hatiku semakin mantab dialah nantinya yang akan menggantikan Sinta untuk mendampingiku. Kakiku terhenti disebuah butik pakaian, didepan tokonya terpampang jelas tulisan berwarna merah muda yang sangat serasi dengan cat dindingnya. “Devi’s Boutiqe”.

Tanganku sedikit gemetar saat meraih gagang pintu kacanya. Aku dorong pelan hingga pintu itu terbuka, hembusan pendingin ruangan seketika menerpa wajahku. Kutebarkan pandangan kedalam toko, sepi. Tidak ada pungunjung satupun disana. Pandanganku terhenti ke arah meja kasir, terlihat sorang wanita yang sedang sibuk dengan tumpukan kertas dan bolpoint ditangannya. Dia tampak serius dengan kertas – kertas yang ada dihadapannya itu sehingga tak menyadari akan kedatanganku. Wanita itu sangat aku kenal, bibirnya yang sexy yang dulu pernah aku cumbui, dia tante Nela.

“Serius amat, sampai aku datang gak disambut” Ucapku yang hampir bersamaan dengan tante Nela mendongak keatas menatapku dengan terkejut

“Hah..mas Rudi?” suaranya sedikit menjerit dan mulutnya menganga

Aku hanya tersenyum yang sekarang tepat dihapannya yang berseberangan dengan meja kasir.

“Ya ampun masss..sejak kapan disini? Aku kira baru besok sampek sini” Matanya terlihat berbinar dan berdiri dari tempat duduknya. Dia memelukku dengan erat.

“Hehe, memang rencana besok, tapi aku udah gak sabar ingin berangkat te” Ujarku

“Silahkan duduk mas” Tante Nela melepaskan pelukannya

“Gak nyangka tokonya besar ya te. Gimana kabar tante? Betah selama disini?” tanyaku. Kita sudah sama – sama duduk saling berseberangan

“Ya beginilah mas, pemilik toko ini baik sekali padaku. Hampir semua keperluan toko dia percayakan padaku mas. Dia hanya fokus merawat anaknya. Maklumlah, dia juga janda sama sepertiku”

“Mas menginap dimana?” lanjutnya

“Aku menginap dihotel te, tidak jauh dari sini” Kataku


Setelah sekitar 30 menit kita ngobrol dan bercanda, kini aku akan menyampaikan maksud kedatanganku

“Terima kasih ya mas, mas Rudi sudah menepati janji untuk main kesini” ucapnya

“Tujuanku kesini juga sesuai permintaan tante waktu itu”

“apa itu?” Tanyanya

“Tante akan menunggu jawabanku mengenai permintaan Sinta waktu itu kan?” Aku kembali bertanya

“Jadi mas Rudi serius?” tatapannya kini tajam ke arahku

“Ya, aku sudah memikirnya matang sesuai nasihat tante”

“Tujuanku kesini.........”

Assalamualaikum....”

Kata – kataku terhenti setelah mendengar suara wanita mengucapkan salam dari arah pintu masuk toko. Aku yang sedari tadi duduk membelakangi pintu itu, tak tahu pasti siapa yang datang. Akan tetapi suara itu membuat hatiku bergetar hebat. Suara yang sangat aku kenal, Suara yang bertahun – tahun lalu selalu aku rindukan. Aku memalingkan wajahku untuk menoleh kebelakang memastikan siapa pemilik suara itu. Terlihat seorang wanita berbaju panjang dengan hijab warna hijau muda memasuki toko, anak laki – laki yang sangat lucu mengandeng wanita tersebut. Aku benar – benar sangat terkejut, seakan langit – langit bangunan itu runtuh menerpaku. Tubuhku kembali lemas tak berdaya setelah melihatnya.

“Tante vita..” Suaraku gemetar

Mendengar panggilanku, secara spontan pandangannya mengarah kepadaku. Dia tidak kalah terkejutnya denganku

“Ma..mas Rudi?” Terlihat keningnya mengkerut dan mulutnya menganga menatapku, sesaat langkah kakinya terhenti, dia berdiri mematung disitu.

Sepintas pandanganku mengarah ke arah tante Nela yang juga sama – sama terkejut

“Kalian sudah saling kenal?” Tanya tante Nela heran

Aku hanya mengangguk sambil beranjak dari tempat dudukku. Aku melangkah mendekati tante Vita yang masih berdiri mematung, tante Nela terlihat masih terpaku ditempatnya.

Aku sodorkan tanganku kearah tante Vita bermaksud menyalaminya.

“Bagaimana kabar tante?” tanyaku gugup, bersamaan dia menyambut tanganku

“Ba..baik mas, mas kok bisa sampai disini?” Tanyanya dengan suara terdengar gemetar

Aku tidak menjawab pertanyaanya, pandanganku kini beralih ke anak kecil yang dari tadi tak bisa diam saat digandeng tante Vita

“Apakah dia...?” Aku menatap tante vita kembali

“Iya mas, dia Mahendra” Ucapnya yang kini terlihat matanya mulai basah

Aku tersentak mendengarnya. Seketika itu aku langsung jongkok memeluk anak itu dan menciuminya. Ya dia anakku, darah dagingku. Aku memeluknya dengan erat, air mataku tak terasa meleleh begitu saja.

Didalam dekapanku, Mahendra terlihat menatapku heran, sampai akhirnya dia mulai meronta melepaskan dekapanku. Setelah terlepas dari pelukanku, dia berlari masuk keruang belakang toko. Aku kembali berdiri sekilas terlihat mata tante Vita kini sudah sangat basah karena air mata, hingga menetes membasahi hijab yang dikenakannya.

“Mahendra, mau kemana sayang...?” Panggilan tante Vita tak membuat anak kecil itu menghentikan langkah cepatnya.

“Sebentar ya mas, aku kedalam dulu, takut dia kenapa - napa” Ucapnya sembari melangkahkan kaki nya menuju arah kemana mahendra tadi berlari.

Aku kembali duduk di depan tante Nela yang sedari tadi ternganga melihatnya.

“Kalian sudah saling kenal?” Pertanyaan itu kembali terulang dari tante Nela

Aku menghela nafas panjang, untuk menenangkan suasana.

“Iya..” jawabku pelan sambil mengangguk

“Devita kenal mas dimana?” Tanyanya semakin penasaran

“Siapa dia te?” tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaannya

“Ya, dia sahabat lamaku. Dia pemilik butik ini yang aku ceritakan mas” jawabnya

“Mungkin sebagai sahabat baik akan bisa lebih terbuka, jadi lebih enaknya kalau tante nanti bertanya langsung ke padanya” Aku menunduk didepan tante, hatiku serasa gemuruh

“Sekarang aku pamit dulu ya te, aku mau istirahat saja dulu ke hotel. Nanti aku akan menemui tante lagi selepas tutup toko” Kataku

“Baiklah mas, aku ngerti kok. Aku tunggu ya” Ucapnya sambil matanya menatapku penuh tanda tanya

Aku berdiri dari tempat dudukku, aku berbalik meninggalkan tante Nela.

***
Kurebahkan tubuhku di ranjang hotel, aku masih tidak menyangka akan kejadian tadi. Kenapa aku harus dipertemukan dengan tante Vita lagi. Pertemuan diwaktu yang kurang tepat, disaat aku berusaha keras untuk melupakannya dan disaat tekadku sudah bulat untuk menikahi tante Nela. Bayangan memori tentang tante Vita kembali memenuhi pikiranku, wajah lucu menggemaskan Mahendra darah dagingku terbayang begitu jelas di bayanganku.

“hmmmmffffff........” Aku menghela nafas panjang disaat aku memejamkan mata

Hampir seharian aku hanya merebahkan tubuhku disini, entah aku tak tahu apa yang harus aku lakukan pada saat ini.

Ponselku memekik pelan, tanda pesan masuk. Aku raih Ponselku yang berada di meja dekat tempat tidur, Tante Nela mengirim pesan :


Mas, nanti malam aku tunggu di cafe sebelah hotel tempat mas menginap ya.

Mas Rudi harus datang.



Aku letakkan kembali ponsel tanpa membalas pesannya, aku seakan tak sanggup lagi berucap didepan tante Nela.

---------
Malam telah tiba
Aku seakan enggan untuk berangkat menemui tante Nela. Tekad bulat akan keputusanku untuk menikahinya seakan sirna. Semenjak pertemuan tadi siang, hatiku kembali terpenuhi oleh tane Vita dan Mahendra. Aku kembali merebahkan tubuhku diatas tempat tidur, aku berdiam sejenak. Tiba - tiba perasaan malu pada diriku sendiri datang menelusup di hatiku, semua ini adalah hasil perbuatanku maka sebagai lelaki aku harus berani menghadapinya. Aku tak ingin lagi menjadi lelaki “biadab”, yang mana kata – kata itu selalu aku sebut disaat aku memaki diriku sendiri.

Aku melangkah menuju cafe dimana tante Nela akan menemuiku malam ini. Setelah aku memasuki ruangan cafe, disudut ruangan terlihat tante Nela duduk sendiri. Tatapannya kosong dan tangannya terlihat mengaduk – aduk minumannya dengan sedotan yang dia pegang. Aku melangkah mendekatinya,

“Maaf te, sudah lama ya menunggu?” Kataku membuatnya sedikit tersentak dari lamunannya

“Eh, Mas.silakan duduk mas” Ucapnya sedikit terkejut

“Mau minum apa mas” Tawarnya

“Hm...seperti yang tante minum itu juga boleh” Kataku sambil melirik sebuh gelas yang ada di hadapannya

Setelah memanggil pelayan cafe dan memesan sebuah minuman, kini tatapan tante Nela memandangku lekat dengan tersenyum, aku semakin bergetar, aku tidak tau maksud dari senyuman itu.

“Semenjak mas meninggalkan toko tadi, Devita tak keluar kamar dan tangisnya tak berhenti mas”

Aku hanya terdiam menatap ke arah tante Nela,

“Setelah tau aku yang hendak masuk kekamarnya, dia berhambur memelukku dengan erat, sangat erat bahkan. Disertai tangisnya semakin pecah” Lanjut tante Nela

“Maafkan aku te...” Ucapku pelan

“Lalu bagaimana dia bisa disini te? Bukannya dia ada diluar pulau” tanyaku

“Suaminya adalah seorang pengusaha yang bisa dibilang sukses. Beberapa bulan setelah dia terbang bersama suaminya ke kampung halamannya, Suaminya mengalami serangan jantung dan meninggal disana. Sejak saat itu Devita dibenci keluarganya, semua harta kekayaan suaminya diminta kembali oleh keluarga suaminya. Dia memutuskan untuk kembali kesini, karena hanya butik inilah salah satu usaha suaminya yang tidak diketahui keluarganya” Cerita tante Nela

Aku hanya bisa menunduk dengan hati gemuruh mendengar cerita tante Nela. Seakan tak tahu lagi apa yang aku perbuat sekarang. Tante Nela mengalihkan pandangannya dari arahku untuk beberapa saat dan terdengar dengusan nafas panjang dari hidungnya

“Ternyata kisah kalian juga sangat menyentuh ya?” Ucap tante Nela sambil menyeruput minumannya

“Ma..maksud Tante?” kataku gugup

“Devita sudah cerita semuanya kepadaku mas. Tentang semua kisah kalian, gimana perasannya kepada mas, dan siapa sebenarnya Mahendra” Matanya kembali menatapku dan lagi – lagi terlihat senyum dibibirnya

“Maafkan aku te..Sebenarnya aku nggak sebaik yang tante kira” Ucapku pelan

“Nikahi Vita mas” Kata – kata tegas terdengar dari bibirnya bersamaan kedua tangannya meraih dan menggenggam kedua tanganku diatas meja. Aku tetap menunduk tanpa bisa berucap.

“Nikahi Vita mas, cinta dia ke mas masih tetap seperti yang dulu, percayalah.!” katanya semakin tegas

Aku kini menatapnya, mata tante Nela terlihat berkaca akan tetapi bibirnya tetap tersenyum

“Taa..tapi te..” Kataku gugup

“Aku tahu kok mas perasaanmu. Dan kalau boleh jujur aku juga mencintai mas saat ini” Kini matanya terlihat benar – benar basah

“Tapi lihatlah Mahendra mas, dia anak mas Rudi. Aku bisa merasakan kebaikan dan ketulusan Vita ke mas Rudi bisa setara dengan Sinta, dan dialah yang pantas dengan mas” Kata-kata tante Nela sedikit bergetar, tangannya semakin erat menggenggam tanganku

“Aku akan lebih bahagia bila mas Rudi mendapatkan wanita yang lebih baik dari aku.” Katanya pelan dan kini menunduk sehingga terlihat airmatanya menetes jelas ke pipinya.

“Tapi aku tak yakin sekarang, apakah tante Vita masih berperasaan sama seperti yang dulu te” kataku

“Percayalah padaku mas..Nikahi Vita” Ucap tante Nela

“Maafkan aku te..” Suaraku sekarang terisak

Tangan tante Nela menyeka airmatanya, sekarang terlihat kembali tersenyum menatapku

“Aku yang harusnya terima kasih sama mas Rudi, Sinta, dan Vita”

“Karena kalianlah aku mengerti apa itu kebaikan, ketulusan dan apa itu cinta yang sesungguhnya..” Lanjutnya.


-----
“Bagaimana tante kok bisa tau semua ceritaku dengan tante Vita secara detail? Apa Vita menceritakan semuanya kepada tante?” Kataku pada tante Nela heran

“Jangankan cerita tentang hubungan kalian, mas Rudi pernah ngentot dengan Reni dan Maya sekaligus aku juga tau” Jawabnya

Aku semakin terkejut mendengar itu, badanku bergetar dan keringat dinginku mulai keluar seketika

“Tan..tante tau darimana?” Tanyaku dengan suara gugup

Mendengar pertanyaanku, tante Nela tersenyum. Tangannya meraih Ponsel yang ada di meja, sejenak dia tampak serius dengan ponselnya entah apa yang dilakukannya. Beberapa saat kemudian dia memperlihatkan layar Ponselnya kearahku

“Aku baca di sini mas” Katanya dengan senyumannya yang kembali nakal menggoda.

Kutatap dengan seksama layar ponselnya, terlihat sebuah halaman forum di pojok kiri atas tertulis, SEMPROT :p


~TAMAT~


*Terima kasih buat para suhu semua yang sudah mampir, mohon maaf apabila kurang berkenan dan susunan kata masih berantakan. Dan mohon maaf yang sebesar besarnya belum bisa bales komen para suhu satu-persatu..kritikan dan masukan para suhu sangat berharga buat saya..
Salam.. :ampun:
Hehe....mantap....bisa epilog suhu? Atau sekalian Sedang di jalan saja nikah kembar dgn tante nelayan dan tante Vita
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd