Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[ Tamat ] Aku lelaki biadab

Update

Dua bulan berlalu...

Kabar perceraian tante Nela yang telah final di persidangan, membuat keluarga besar Sinta di kampung menjadi geger. Sikap tertutup tante Nela kepada keluarga dan saudara yang lainnya membuat pro dan kontra disana.
Karena hanya kepada Sinta istrikulah tante Nela mencurahkan semua masalahnya, ya termasuk aku pastinya yang sekarang dia juga sudah terbuka.
Ada beberapa saudara yang merasa simpati padanya, tapi banyak yang malah membencinya karena tante Nela dianggap sebagai pemicu perceraian itu.

Ya memang kalau dilihat secara finansial, om Naufal ini mempunyai masa depan yang enak, istilahnya “gak akan mati kelaparan” kalau hidup dengannya. Dia anak tunggal dari sebuah keluarga kaya dikampungnya. Ayahnya bisa dibilang tuan tanah yang mempunyai sawah dan ladang berhektar – hektar disana. Selain bertani, bisnis peternakan ayam dan sapi juga sedang berkembang pesat. Orang tua om Naufal tinggal ibunya saja yang usianya sekarang sudah menginjak 60 tahun, otomatis semua kekayaannya akan berpindah ke tangan om Naufal. Pihak keluarga tante Nela menyayangkan akan hal itu sehingga membencinya.

“Kamu itu wanita tidak tau diuntung, wanita bodoh. Kurang apa suamimu coba? malah kau menggugatnya cerai”

Kata tante Nela menirukan ucapan saudaranya di telpon saat bercerita.

Mama tante Nela atau neneknya Sinta semenjak kejadian itu sering sakit – sakitan. Kebencian keluarga dan saudara nya kepada tante Nela malah semakin menjadi. Mereka beranggapan karena tante Nela lah penyebabnya.

Hampir setiap hari tante Nela menelpon Istriku, terlihat Sinta terus menangis setiap ngobrol di telpon.
Karena banyaknya tekanan dari saudara, mamanya Sinta menawarkan tante Nela untuk tinggal dirumahnya untuk sementara. Rumah mamanya Sinta memang letaknya agak berjauhan dengan keluarga besar Sinta. Jadi maksud mama, tante Nela biar merasa agak tenang disitu.

“Mas, minggu besok ada rencana gak?” Tanya Sinta kepadaku disaat kita lagi duduk berdua di ruang tengah

“gak ada sayang, kayaknya free untuk minggu ini, ada apa?”

“ayo berkunjung ke rumah mama mas, aku kangen. Dan juga ingin tau keadaan tante Nela”

“Hm..boleh, sabtu pagi kita berangkat ya?”

Sinta mengangguk dengan mata berbinar

“Terima kasih ya sayang..” Sinta mengecup pipiku

Memang semenjak tante Nela disini dua bulan lalu, kita berdua tidak pernah berkunjung ke rumah mertuaku karena kerjaan kami yang bulan – bulan ini semakin banyak. Biasanya setiap bulan kita sempatkan untuk berkunjung kesana.

Mulustrasi Sinta

***

Mobil berjalan dengan kecepatan sedang meninggalkan rumah kami, kulihat Sinta diperjalanan sangat ceria, ya mungkin sudah lama kita tidak sempat berkunjung kesana.

Disepanjang perjalanan Sinta bercerita tentang apa yang dialami tante Nela mulai sebelum menikah, sampai kejadian perceraian saat Ini. Ternyata tepat apa yang aku duga sebelumnya, tante Nela ini menikah dengan om Naufal karena perjodohan dari kedua orang tuanya,

” ya mungkin neneknya Sinta ini keblinger dengan hartanya dari om Naufal” gumamku dalam hati.

Setelah 6 Jam perjalanan mobilku memasuki pelataran rumah mertuaku, dari jauh terlihat mama sedang berbincang dengan tante Nela di kursi teras. Melihat kedatangan kami, mereka berdua beranjak dari tempat duduknya. Tante Nela terlihat berjalan menyambut kami dan langsung memeluk Sinta yang baru aja keluar dari mobil, keduanya terlihat berkaca – kaca sambil berpelukan.Aku hanya bisa terharu melihat pemandangan ini, begitu besar rasa sayangnya kedua orang ini, antara tante dan keponakannya. Andai saja Sinta dan mamanya tau sebelumnya, kalau aku dan tante Nela pernah melakukan perbuatan yang terlarang selama tante Nela dirumahku, mungkin pemandangan seperti saat ini tidak akan terjadi.

“Terus rencana tante habis ini gimana te?” Sinta membuka obrolan disaat kita berempat sudah duduk dimeja ruang tengah.

“Entahlah Sin..” Jawab tante Nela sambil menggelengkan kepala, terlihat matanya masih berkaca – kaca

“Apakah tante mau balik lagi keluar negri?” sahutku

“Inginnya begitu, tetapi untuk berangkat juga perlu modal mas. Semua tabungan sudah habis, juga semua barang berharga pemberian mas Naufal dimintanya kembali” kini terlihat air matanya mulai meleleh di pipinya

“Tega benar dia ya”Gumamku

“Nela selama disini terlihat murung terus Sin, dia butuh teman untuk mendampinginya” Ucap mama

Sinta terlihat diam sejenak sambil menatap lekat ke arah tante Nela

“Hmmm....bagaimana kalau sementara tante Nela tinggal dirumah kami aja” Ucap Sinta tiba - tiba

“Ya sambil mencari kerjaan dikota, disana mungkin lebih banyak lapangan pekerjaan dari pada dikampung sini Te” Lanjutnya

Aku sedikit terkejut mendengar perkataan Sinta, antara kasihan dan bahagia. Bahagianya aku kalau misal tante Nela tinggal bersama kami lagi, aku akan bisa kapan saja menyetubuhinya. Tante Nela ini mempunyai nafsu sex yang sangat besar, apalagi sekarang dia menjanda, pasti dia juga akan membutuhkan aku. pikiran kotorku mulai timbul kembali.

“Benar Te, ikut kami saja sementara sambil cari pekerjaan” Aku seakan setuju dengan saran Sinta

“Mungkin perkataan Sinta benar Nel, Sinta adalah orang yang paling dekat denganmu, dia pasti bisa menghiburmu disana” mama menimpali

“Nanti aku malah merepotkan kalian” Pandangan tante Nela kini menatapku,

Ser...darahku kembali berdesir

“Tidak kok Te, benar kan mas?” Ucap Sinta yang kini metapku

“Iya te, kita malah senang kok” aku meyakinkannya

“Baiklah, terima kasih ya Sin..” kembali mereka berdua berpelukan

“yeeeessss” hatiku bersorak, akhirnya aku bisa menyetubuhi tante Nela lagi dirumahku..

Setelah obrolan itu, wajah tante Nela terlihat sedikit kembali ceria. Dia juga sudah berani mencuri pandang dengan tersenyum kepadaku lagi, sama seperti saat dia menginap dirumah waktu itu.

Karena permintaan Sinta yang katanya masih kangen dengan mama, maka kita memutuskan untuk menginap semalam disana.

Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Tante Nela dan mama sudah masuk kamar dari sekitar satu jam yang lalu, Sinta sendiri sudah terlelap di kamar tamu. Aku sendiri meskipun merasa letih karena perjalanan jauh tadi, tetapi mataku tak bisa terpejam. Aku beranjak dari tempat tidur untuk menyalakan TV diruang tengah. Sekitar 15 menit kemudian, suara tante Nela mengejutkanku

“Belum tidur mas?” tante Nela tiba – tiba duduk disebelahku

“eh, tante. Tau nih, padahal badan pegel begini, tapi tetep saja mata tidak bisa merem” jawabku sambil menatapnya

Dia memakai baju tidur terusan yang sangat tipis dan lagi – lagi tonjolan putingnya samar terlihat dibalik bajunya, membuat ku mulai bernafsu. Penisku kini terasa tegang.

“Tante bukannya sudah kekamar tadi?” tanyaku

“Sama mas, entah kenapa aku juga tidak bisa tidur”

“Sudah te, jangan dipikirkan lagi si pria berengsek itu”lanjutku

“Siapa juga yang memikirkan dia mas, aku lebih bahagia menjanda seperti sekarang kok mas” terlihat senyum dari bibir sexynya dan matanya kini menatapku, pandangan kami kembali bertemu

“serius tante lebih bahagia sekarang?”

Dia mengangguk dan tersenyum, bersamaan dengan itu dia kini merubah posisi duduknya lebih merapat ke badanku, kepalanya direbahkan kebahuku.

“tante, nanti kalau Sinta atau mama bangun gimana” aku sedikit terkejut dengan perlakuannya

“sekarang mereka sudah terlelap kayaknya mas” jawabnya tenang, seperti dia sudah tidak perduli lagi dengan situasinya

“Tante ini, tetap aja ya, nekad orangnya..hehehe” candaku

“Aku sebenarnya kangen kamu mas “ ucapnya semakin manja

“Kangen aku apa kangen yang lainnya?”

“Kangen ininya juga tau...” tangannya kini mengelus penisku dari luar celana pendekku yang sudah tegang sedari tadi..

“Eh, sudah siap temupr nih” Ledeknya setelah dia menyadari penisku sudah mengeras

“Tante malam ini terlihat cantik banget sih, jadi tegang aku melihatnya”

“Tuh, ngrayunya gombal banget..hehe” kita berdua tersenyum

Wajah kami saling berpandangan dengan jarak yang dekat sekali, tangan tante masih meremas penisku dari luar celana pendeku. Setelah beberapa saat kita berpandangan terlihat tante Nela menutup matanya. Aku paham maksudnya dan tanpa berpikir panjang, aku cium bibir sexynya, dia membalasnya. Kini bibir kami saling lumat, remasan tangannya di penisku semakin terasa.

“Slrrrupp...slruuppp...” suara bibir dan lidah kami saling beradu

Sekitar beberapa menit kita berciuman dengan panasnya, tiba – tiba
“Klek..” suara pintu kamar yang ditempati mamanya Sinta terdengar terbuka...


Berlanjut Ke sini
 
Terakhir diubah:
Semenjak kepergian tante Vita, perasaan bersalah terus menghantuiku. Setelah kutahu bahwa cinta tante Vita begitu tulus, tetapi aku sendiri beranggapan lain. Sekarang aku baru merasakan betapa sakitnya dia waktu itu, aku sendiri tidak akan mampu menanggungnya seandainya posisi kita ditukar, aku menjadi tante Vita.

Ah..andai waktu dapat diulang kembali dan dia mau berterus terang, pasti aku akan dengan senang hati menerimanya dan membawa hubungan kami ke jenjang pernikahan, toh aku juga tidak mempermasalahkan andai saja aku mempunyai istri yang berstatus janda dan sudah mempunyai anak.

Bayangan tante vita selalu hadir disetiap hariku, bahkan setelah aku melangsungkan pernikahan perasaan itu semakin menjadi - jadi. Aku mencoba membuang jauh kenangan bersama tante vita dengan mencoba mencintai istriku, tetapi semakin kubuang perasaan itu, semakin aku merindukan tante Vita dan Mahendra, darah dagingku yang aku sendiri belum pernah bertemu dan memeluk anakku secara langsung.
Bulan pertama pernikahanku berasa hambar, padahal aku tahu Sinta istriku sungguh sangat mencintaiku dengan tulus, tapi perasaanku tidak bisa untuk dibohongi. Disaat aku menyetubuhi istrikupun aku masih membayangkan bahwa dia adalah tante vita, sempat disaat penisku menyemburkan sperma didalam vagina istriku, aku mendesah dan secara tak sadar aku menyebut nama tante vita, beruntung istriku tidak menyadarinya.

Handphone berdering disaat aku menatap laptop dimeja kerjaku, kulirik layar Handphone, panggilan dari Sinta istriku.

A : “ Halo sayang..”
S : “ Halo Mas, hari ini bisa pulang cepet gak?” Suara istriku diseberang telepon
A : “ Ada apa sayang, kok tidak biasanya?”
S : “Tante Nela mau berkunjung kesini Mas, dia baru datang seminggu lalu dari taiw*n, dan sekarang lagi perjalanan kemari karena dia tidak sempat datang di acara pernikahan kita waktu itu. Mas bisa ya jemput dia distasiun nanti sore jam 5?”
A : “oke deh, nanti aku jemput”
S : “Makasih ya mas..aku kirim nomor HP nya, agar mas bisa menghubunginya nanti”
A : “ Oke sayang..”

Klik, sambungan telpon terputus, sesaat kemudian Handphoneku berbunyi,pesan singkat masuk dari istriku mengirim nomor telpon tante Nela.

Tante Nela ini adalah adik dari mamanya Sinta yang paling kecil. Hampir tujuh tahun dia dan suaminya bekerja sebagai TKI di negara tetangga, aku pun belum pernah bertemu dengannya, hanya dengar ceritanya saja dari Sinta istriku, tahun ini dia bisa pulang dan berkunjung kesini.

****
Kulirik jam tangan sudah menunjukkan pukul 04.30 sore aku sedikit tersentak, karena banyaknya kerjaanku hari ini nyaris terlupa kalau aku ada janji menjemput tante Nela. Bergegas ku meninggalkan kantor dan memacu mobilku ke stasiun dengan agak tergesa gesa, karena jarak kantorku kesana lumayan jauh, bisa lebih dari 30 menit untuk sampai stasiun, itupun kondisi jalanan tidak macet.

Sesampai distasiun kulirik arlojiku, pukul 05.15,

“Celaka, aku terlambat...” gumamku

Setelah memarkir mobil, kupercepat langkah menuju pintu keluar penumpang, terlihat disana sudah sepi. Aku raih Handphone ku, kutelpon tante Nela,

N : “Halo, selamat sore”
A : “Halo te, aku Rudi, suaminya Sinta, Aku sudah sampai distasiun, tante dimana?”
N : “Oh iya mas, aku lagi ditoilet sebentar ya mas”
A : “Oke te, aku tunggu ya”
N : “ Iya mas...”

Karena aku belum pernah bertemu sama sekali dengan tante Nela, aku putuskan untuk melangkah menuju toilet agar nanti mudah di temukan oleh tante Nela. Hanya berjarak kurang dari beberapa langkah sampai toilet, seorang wanita keluar dari sana, dia memakai celana jeans agak ketat dengan kaos lengan panjang, kutaksir usianya antara 30 sampai 35 an tahun. Yang membuatku tercengang, wanita ini sangatlah mirip dengan tante Vita, mulai dari bentuk badannya, bahkan bibirnya begitu sexy yang tak jauh beda dengan tante Vita. Hatiku kembali berdesir, seakan tante vita sekarang ada didepanku,

“ Mas Rudi ya? “ Suaranya menyadarkan lamunanku
“ Eh,ii..iya benar, tante Nela? “ ucapku sedikit gugup, kulihat dia hanya mengangguk dengan tersenyum
“ Maaf ya te, aku terlambat, sudah menunggu lama ya?”
“ Nggak papa kok mas, baru aja 10 menit ” jawab tante Nela santai
“Langsung kerumahku sekarang te?” tawarku
“Boleh, pasti Sinta juga sudah menunggu kan?”

“Iya pastinya te, Ayo deh kita berangkat, tasnya biar saya bawakan saja te.” kuraih tas ransel besarnya, dan kita berdua berjalan menuju parkiran mobil.

Di perjalanan pulang, tante nela duduk disampingku, sambil mengemudi aku sering mencuri – curi pandang ke tante Nela, terlebih bibir sexy yang membuatku semakin mengingat kepada tante Vita, mama dari anakku, Mahedra. Tante Nela merebahkan kepalanya bersandar di jog mobil, dengan posisi agak setengah tiduran membuat tonjolan payudara semakin jelas terlihat, disini pikiran mesumku mulai muncul, perasaanku sama persis ketika aku menemukan tante Vita dalam keadaan mabuk berat diterasnya beberapa tahun yang lalu, penisku mulai menggeliat didalam sana.

“Bener kata mama ya, Sinta keponakanku mempunyai suami yang cakep,bahkan mas Noufal ( Suami tante Nela ) aja kalah cakepnya, hihihi” suara tante Nela membuyarkan lamunanku
“aa..apa te? aku gak salah denger ni te?“ aku sangat terkejut mendengar ucapan tante Nela tiba – tiba.
“Nggak kok, awalnya cuma tahu di foto, eh ternyata gk beda juga dengan aslinya..”
“Dasar tante terlalu berlebihan, jadi besar nih kepala..hehe”
“Om Noufal nggak ikutan pulang te?” lanjutku
“Dia baru bisa pulang bulan depan mas, sambil menuggu kontrak kerjanya usai”
“oh,begitu,tante berapa hari rencana disini?”
“eem..kalau seminggu boleh gk?” jawab tante yang kini menatapku sambil tersenyum,

Seeer...hatiku tiba – tiba gemetar, senyum itu seakan membuka kembali semua kenanganku bersama tante Vita, andai saja aku bisa melumat bibir itu...ah, sangat tidak mungkin

“Boleh nggak? Kok malah melamun” Suara tante Nela kembali membuatku terkejut
“eh,ii..iya boleh kok te, jangankan seminggu, sebulan bahkan setahun juga boleh kok...hehehe”
“waaah...kalau sebulan nanti dikira nge kost dong,hahaha?” Tawanya membuat suasana menjadi cair
Tante Nela ini orangnya ceria dan suka bercanda, sehingga kita berdua terlihat sangat akrab, padahal baru berapa menit saja kita bertemu.

Tak terasa Mobil sudah memasuki halaman rumah, Sinta langsung memeluk tante Nela yang baru turun dari mobil, mereka saling melepaskan kangen.

---------------------
Penampilan tante Nela malam ini membuat pikiran mesumku semakin menjadi, dengan daster pendek tanpa lengan dan rambutnya tergerai terlihat agak basah, bayangan tante Vita kembali hadir di pikiranku. Aku hanya mencuri – curi pandang kearahnya yang sedang asyik mengobrol dilantai beralaskan karpet dengan istriku, aku yang sedari tadi menonton TV di kursi tetapi pandanganku tak lain hanya menuju ke tante Nela yang berada tepat di seberangku, sesekali bagian bawah dasternya tersingkap saat dia merubah posisi duduknya, tertangkaplah dipandanganku celana dalammnya walau dalam sekejap, celana dalam berwarna putih bersih. Penisku sangat tegang sekali melihat pemandangan itu.

Jam menunjukkan pukul 10 malam, tak terasa dari sehabis makan malam mereka berdua ngobrol dan bercanda. Karena aku yang sedari tadi seakan tak sanggup menahan nafsuku. Penisku terasa sangat ngilu karena tegang dari tadi, sungguh sangat menyiksa. Kuberanjak dari tempat dudukku, aku berpindah ke teras untuk menyalakan rokok, berharap nafsuku bisa mereda.
Belum habis satu batang rokok, tiba – tiba tante Nela muncul dari dalam rumah menuju tempat ku duduk,

“Mas Rudi gak tidur?” suara tante Nela membuatku terkejut
“Eh, belum te..sebentar lagi. Sinta kemana ?” jawabku gugup
“Udah masuk kamarnya mas, besok pagi – pagi katanya dia kan harus berangkat mengajar”

tante Nela duduk di kursi sebelahku dengan menyilangkan kaki kirinya ke atas kaki kanannya, otomatis daster pendeknya menyingkap memperlihatkan paha yang sangat mulus itu terpampang jelas disampingku. Dengan posisi duduknya seperti itu, kini otak mesumku yang sedari tadi belum reda, sekarang malah semakin menjadi. Sempat kulirik tonjolan dadanya, terlihat samar putingnya mencuat dibalik dasternya, aku sangat yakin kalau dia tidak menggunakan BH malam ini, Penisku kembali tegang.

“Sialan, bisa gila karena konak nih” kataku dalam hati

“Tante sendiri gak istirahat? Kan tadi habis perjalanan jauh?” kataku mengendalikan suasana
“Masih belum ngantuk mas”
“Oh iya, maaf ya mas tadi kita cuekin, abis aku kangen sih sama Sinta..” Ujar Tante Nela dan lagi – lagi dia memandangku dengan tersenyum.

Serrrr....hatiku kembali bergetar saat pandangan kami bertemu.

“nggak perlu minta maaf gitu te, ya wajar lah, namanya juga gak pernah ketemu pasti kangen, mungkin suatu saat nanti aku juga kangen sama tante setelah tante pergi lagi” candaku
“ih, bisa aja kamu mas..” ujar tante Nela sambil mencubit lenganku, kita berdua sama – sama tertawa.

Dari cerita istriku memang tante Nela ini adalah satu-satunya saudara yang sangat akrab dengannya, Sejak kecil mereka sering menghabiskan waktu bersama. Mereka berdua sering sekali telponan waktu tante Nela masih berada di luar negeri. Bahkan pada malam pertama pernikahan kami pun, aku harus menunggu mereka ngobrol di telpon selama dua jam. Entah apa yang mereka bahas hingga ber jam – jam, aku sendiri udah gak sabar untuk malam pertama..ye kan :p

Ilustrasi Tante Nela

Tak terasa hampir satu jam kita ngobrol diteras sambil aku tetap mencuri – curi pandang ke tubuh tante, sampai akhirnya tante Nela pamit untuk masuk kamar setelah terlihat menguap berkali – kali. Akupun memasuki kamarku, disana Sinta istriku sudah tidur terlelap dengan posisi terlentang, baju tidur terusan yang dipakainya menyingkap memperlihatkan celana dalamnya. Karena sedari tadi aku menahan nafsu dan penisku berasa ngilu karena terus menegang, tanpa pikir aku langsung membuka kedua kakinya, tanganku dengan cepat meloloskan celana dalamnya sehingga terlihat vaginanya yang ditumbuhi bulu halus. Tanpa melepaskan baju tidurnya, dengan cepat langsung kulahap vagina Istriku, kujilati dengan kasar dan sesekali aku gigit kelentitnya, karena nafsuku sudah tak terbendung lagi.

“Auu...masssss, pelan - pelan....” karena gigitanku, terdengar suara istriku yang telah terbangun dari tidurnya, tangannya menjambak rambutku. Aku seperti kesetanan malam ini.
Setelah vaginanya berasa basah, ku naiki tubuhnya, sambil mengarahkan batang penisku ke lubang vaginanya.
“Blessss”... Kuhentakkan pinggulku dengan kasar, sehingga penisku kini sudah masuk seluruhnya kedalam liang vaginanya.
“Aaaaah....maaaas..nakal kamu maaaasssss...oooohhhhh” ceracau istriku tak karuan
“Aku kangen sekali sama kamu sayang, aku sudah menunggu dari sore tadi” alasanku kepada Istriku agar dia tidak curiga, sebenarnya karena bayangan tante Vita dan tante Nela lah aku menjadi sangat bernafsu.

Aku goyangkan pinggulku dengan cepat, semakin cepat gerakanku, semakin keras desahan Istriku. Aku tak perduli lagi kalau desahan istriku bisa terdengar dari luar kamar. Setelah beberapa menit di posisi ini, terasa kedutan didalam vaginannya bersamaan dengan itu

vaginanya semakin membanjir...

“Aaaaah...sayaaaaangg.....“ Desahnya sambil memelukku semakin erat, Sinta mengalami orgasme.
Aku mempercepat sodokanku, karena aku juga sangat ingin menumpahkan spermaku yang sedari tadi sudah tak terbendung.
crot crot crot, penisku menyemprotkan spermanya diliang vaginanya, sangat banyak sekali sampai cairan itu merembes keluar dari liang kemaluannya. Aku terkapar disamping tubuh istriku dalam kepuasan.

“Nakal ya, abis kena setan darimana sih, gangguin orang tidur aja” celetuk Sinta manyun
“hehe, maaf sayang, kamu terlihat cantik malam ini, tiba – tiba pingin aja“ Jawabku
“dasar, gombal banget” ucap Sinta dengan tersenyum..

Aku peluk tubuh Sinta sampai kita sama – sama tertidur sambil berpelukan..



Lanjutannya Disini

Konak ngeliat tante Nela, Sinta yg jd bulan²an....
Kacau si Rudi....

:lol:
 
Semenjak menikah, aku dan istriku sudah menempati rumah sendiri walaupun bisa dibilang rumah yang sangat sederhana dengan 3 kamar tidur. Kamar yang pertama didekat ruang tamu digunakan sebagai kamar tamu. Kita memang persiapkan apabila ada saudara, kerabat atau teman yang datang dan ingin menginap disini, seperti saat ini tante Nela yang menempati kamar itu. Bersebelahan kamar tamu ada kamar utama yang aku tempati bersama istriku Sinta. Kamar satunya lagi dibelakang dekat dengan dapur, yang sekarang kosong dan aku alih fungsikan sebagai gudang. Sinta bekerja sebagai tenaga pengajar di sebuah SMA dikotaku, berangkatnya selalu pagi sekali, jam setengah tujuh pagi dia sudah berangkat dengan motor maticnya.
Seperti pagi ini, aku baru terbangun dari tidurku kulihat istriku sudah tidak ada lagi disampingku. Kukenakan baju dan celana pendekku karena tak terasa setelah aku menyetebuhi Sinta dengan kasar semalam aku tertidur dengan masih telanjang, aku keluar kamar, terlihat istriku sudah siap untuk berangkat.

“Haduuh, susah banget dibanguninnya!” gerutu istriku yang sudah rapi dengan membawa helm ditangannya
“hehe,semalam abis lembur sih.” Candaku hendak memeluknya
“Eits, ada tante Nela loh dibelakang” dia mencoba menghindar sambil tersenyum
“Udah ah, aku berangkat dulu ya mas tuh sarapannya udah siap, tapi mandi dulu gih” Kata istriku sambil meraih tanganku untuk dikecupnya.
“siap cantik, hati – hati ya sayang” kataku

Dengan agak tergesa istriku berbalik melangkah meninggalkanku, aku melangkah ke ruang belakang bersiap untuk mandi, sesampai disana terlihat tante Nela keluar dari kamar mandi. Aku tertegun sesaat melihatnya, hanya sebuah handuk yang melingkar di tubuhnya, itupun cuma menutupi dari atas gundukan payudaranya sampai pahanya bagian atas. Sungguh begitu mulus kulitnya, terlebih bagian tonjolan payudara yang terlihat menyembul diatas balutan handuk.

“kurang ajar, pagi – pagi udah dibikin konak lagi” Pikiranku kembali kotor
“Eh, mas Rudi, maaf ya udah menunggu lama ya kamar mandinya” Tante nela mandangku sambil tersenyum
“Nggak kok te, ini aja baru bangun” Jawabku agak gugup disertai nafas yang mulai berat karena nafsuku kembali naik
“Sinta sudah berangkat mas?”
“Sudah baru aja te, paling sekarang baru nyampek di gang depan” Jawabku
“Ya udah, mas Rudi mandi dulu gih” Kata tante Nela sambil berlalu menuju kamarnya,

aku masih berdiri mematung ditempatku, kuperhatikan tubuhnya yang hanya berlilit handuk dari belakang. Oh, benar – benar seperti tante Vita yang selama ini aku rindukan bentuk tubuh tante Nela ini. Penisku kembali berdiri sangat tegang.

------------

Pagi ini aku agak sedikit terlambat masuk kantor, karena jalan yang aku lewati terjadi macet yang luar biasa. Kubuka laptop kerjaku, aku mulai bergelut dengan angka – angka yang berada di layar laptopku, pikiran mesum semenjak tante Nela dirumah dari kemarin sedikit mereda. Beberapa menit kemudian, Handphone memekik pelan, tanda pesan masuk, Aku buka dari Sinta istriku,

Sayang, aku hari ini pulang sore, jadwalku mengajar ekstra untuk anak – anak yang harusnya besok di majukan hari ini, nanti kalau mas pulang tolong beli beberapa makanan untuk kita dan tante Nela ya.
Mas baik – baik ya kerjanya.
Love U..


Aku letakkan kembali Handphoneku tanpa membalas pesannya, aku kembali menatap laptopku.
“Tok..tok..tok..” terdengar pintu diketuk. Aku menghentikan aktifitasku, pandanganku beralih ke arah pintu, Selly sekretaris kantorku berdiri disana.

“Eh masuk aja, ada apa Sell?” tanyaku

Selly melangkah masuk, kini dia berada tepat didepan meja kerjaku

“Maaf mengganggu pak Rudi, tadi pak Ronald berpesan, kalau berkas dokumen dari PT. Ant**** yang pak Rudi bawa, diminta sama beliau hari ini”
“Oh oke. Beliau dimana sekarang sell?”
“Beliau ada keperluan keluarga mendadak pak, mungkin baru sampai kantor lagi setelah jam makan siang” Jawabnya
“Baik, terima kasih ya, nanti saya akan antar sendirike beliau”
“Baik pak, saya permisi dulu” Jawab selly sembari membalikkan badan meninggalkanku.

Kubuka tasku, aku sibakkan beberapa tumpukan dokumen yang ada didalamnya, sampai akhirnya aku teringat sesuatu, sambil menarik nafas panjang,
“Oh My God, dokumen itu tertinggal dirumah, semalam setelah aku pelajari lupa gak aku masukkan tas kerjaku lagi” kesalku memaki diriku sendiri
Aku lirik jam tanganku masih menunjukkan jam 10 pagi, masih cukup banyak waktu kalau aku ambil kerumah, karena dokumen ini sangatlah penting.

Pak Ronald ini adalah sahabat dari papaku dan beliau adalah orang yang bisa dikatakan sangat berjasa untukku, karena beliau juga aku bisa berkerja seperti sekarang. Aku dipercaya sebagai manager marketing di perusahaan yang dipimpinnya sekarang. Jadi aku tak enak hati apabila apa yang dia perintahkan kepadaku aku tak menunaikannya denan segera.
Bergegas kupacu mobilku meninggalkan kantor untuk kembali kerumah.
Sesampai didepan rumah, tampak sepi. Aku berjalan menuju pintu depan, kuraih gagang pintu dan sekali hentak,“Klek” pintu langsung terbuka

“wah, teledor amat sih tante Nela, pintu depan gak dikunci” gerutuku

Aku melangkah masuk hendak menuju kamarku, yang otomatis melintasi kamar tamu yang sekarang ditempati tante Nela. Langkahku terhenti tepat didepan kamar tante Nela dengan posisi pintu kamar tidak tertutup sempurna, aku dikejutkan dengan suara dari dalam kamar tante Nela, samar – samar seperti suara desahan tertahan, aku tahu itu adalah suara tante Nela. Kuhentikan langkahku dan sejenak berdiri mematung disitu.

“Aaaaaah...aaaaahhhhh”
Badanku langsung gemetar, ada apa dengannya? aku bertanya – bertanya.
Kudekati pintu kamarnya, suara erangannya semakin terdengar jelas.
“aaaaahhhh....aaaaahhhhhh.sssssh.”

Dengan tangan gemetaran karena diselimuti rasa penasaran yang luar biasa, kuraih handle pintu kamar tante Nela, aku dorong pelan – pelan hingga pintu sepenuhnya terbuka. Mataku terbelalak, betapa terkejutnya aku melihat posisi tante Nela di ranjang. Dia telentang tanpa memakai apapun ditubuhnya, dia telanjang bulat. Posisi kedua kakiya terbuka dan salah satu tangannya berada tepat diselakangannya, kulihat matanya terpejam sambil mendongak keatas.
Aku masih berdiri di depan pintu dengan tubuh semakin gemetar dan tidak percaya apa yang dilakukan tante saat ini. Entah seperti tidak kusadari secara reflek aku memanggil namanya

“Tante Nela..” kataku bergetar

Hampir secara bersamaan, tante Nela membuka matanya dan kini memandang kearahku, wajahnya sekarang terlihat berubah memerah.

“Mas Rudi..!” tante Nela tercengang melihat kedatanganku, posisinya tidak berubah, tangannya masih berada di antara pangkal pahanya dan tangan satunya lagi berada di atas payudaranya.

“Ma..maaf Te, aku lancang membuka kamar tante tanpa mengetuk pintu” Ucapku terbata

Aku kembali menarik handle pintu bermaksud untuk menutupnya kembali, tiba – tiba terdengar suara dari dalam kamar

“Mas Rudi...sebentar mas” terdengar pelan suara tante Nela dari dalam kamar, kini aku dorong kembali sehingga pintu terbuka kembali seluruhnya, tante nela terlihat beranjak dari ranjang dan berjalan mendekatiku dengan masih telanjang bulat. Kuperhatikan tubuh telanjang itu berjalan mendekatiku, tak terlihat sama sekali bulu kemaluannya, bersih mulus seperti bayi. Sepertinya dia telah mencukur habis bulu kemaluannya, aku semakin gemetar, antara terkejut dan nafsu. Setelah kita berdekatan tiba – tiba dia memelukku, mendekap tubuhku dengan erat.

“Jangan bilang Sinta ya” Suaranya terdengar lirih terisak seperti orang menangis di telingaku.

Aku masih tetap tidak menyangka, meskipun sejak kemarin aku selalu nafsu melihatnya karena sosoknya mirip dengan tante Vita tapi aku tak pernah berpikiran untuk lebih jauh dengan tante Nela, karena aku tahu itu tak mungkin terjadi karena dia adalah tante dari Sinta istriku berati sekarang dia adalah tanteku juga, aku hanya sekedar membayangkan saja. Akan tetapi kini tubuh telanjangnya sudah ada dipelukannku, penisku terasa sesak, sangat tegang disana dan mungkin tante Nela pun menyadarinya, karena posisi saat kita berpelukan, penisku tepat pada perut bagian bawahnya.
Entah setan dari mana seakan menyuruhku disaat aku masih seperti orang linglung dipelukannya, ku beranikan diri tanganku mengusap punggung nya dengan gemetar. Tante Nela kini menatapku, pandangan kami bertemu beberapa lama tanpa berucap kata – kata.
Sesaat kemudian terlihat tante Nela memejamkan matanya. Melihat kondisi ini, bayangan tante Vita langsung datang dipikiranku, posisi mata terpejam dengan sedikit mulut sexynya terbuka sama persis ketika aku melakukan ciuman pertama ke bibir tante Vita.
Melihat itu aku semakin berani, kucoba kecup bibir tipisnya, aku sudah tidak perduli jikalau dia nanti marah akan kenekatanku. Setelah kutunggu beberapa saat, tidak merespon, ku ulangi dengan sedikit menghisap bibir bawahya, dia mulai merespon.
Beberapa saat kemudian kita sekarang berciuman dengan panasnya, lidah kami saling beradu, posisi kita tetap berdiri sambill berpelukan. Tangan kiriku mengusap punggungnya dan tangan kanan sudah meremas bongkahan pantatnya yang sexy.

"Slruup.....Slruppp” hanya terdengar suara bibir dan mulut kita yang sedang beradu

Kini tangan tante Nela sudah mengusap – usap penisku diluar celana, ciuman kami bertambah panas.

“aaaahh...eeeeemmm” kini tante mulai mendesah, suara desahannya tertahan bibirku.

Agak lama kita saling lumat dan saling hisap bibir, kini tante Nela menggandengku ke arah ranjangnnya, dia mendorong tubuhku sehingga kini aku terlentang diranjang dan kakiku masih terjuntai ke bawah. Dengan sigap tangannya terlihat melepaskan kancing celanaku, dilolosinya celana dalamku, kini penisku berdiri bebas dengan tegangnya, matanya sedikit terbelalak melihat itu

“ternyata besar sekali punyamu mas, lebih besar daripada mas Naufal” ucapnya sambil jari lentiknya kini mulai mengelus batang penisku.

Belum sempat aku mengucapkan kata – kata, terlihat bibir sexynya mulai mengulum penisku

“aaaah..” Aku mulai mendesah, batangku terlihat keluar masuk didalam mulutnya terkadang lidah nakalnya mengusap – usap ujung penisku. Jari lentiknya tak henti – hentinya memberikan pijatan pada biji pelirku...

“Aaaaaah.....enak sekali te..” desahku

Setelah aku membuka kancing bajuku, kini tanganku beralih mengelus kepalanya, terlihat penisku keluar masuk semakin cepat dimulutnya, aku semakin tidak tahan. Terasa kedutan di batang penisku hampir saja jebol pertahananku. Menyadari hal itu, tante menyudahi aktifitasnya, kini dia menaiki tubuh ku. Kembali kita berciuman dengan ganasnya.
Tangan kananku tak hentinya meremas bongkahaan pantatnya, dan tangan kiriku meremas payudaranya bergantian. Sambil tetap berciuman, saat vaginanya menyentuh batang penisku tante Nela mulai menggoyang – goyangkan pinggulnya maka terjadilah gesekan disana. Terasa hangat dan sudah sangat basah. Setelah sekitar 5 menit diposisi itu, kini tangan tante Nela meraih batang penisku yang sudah tegang sedari tadi untuk diarahkan ke liang vaginanya, setelah dirasa tepat dipintu vaginanya, tante Nela menurunkan pinggulnya, dan “Bless...” terasa penisku menusuk liang vaginanya, terasa sangat licin
“Aaaaah...Kontolmu enak sekali sayang....”dia mulai mendesah dan terasa pinggulnya mulai naik turun diatasku
“oooooh...memekmu juga enak sayang” tak sadar aku mulai mendesah.
Liang vaginanya tidak terlalu sempit, tapi kedutan – kedutan didalammnya membuatku semakin blingsatan, apalagi ketika dia mulai menggenjotku dengan semaakin cepat..
“aaah.....aaaah...aku sange sayaaaaang...Aaahhh” kini desahnya semakin terdengar lebih keras
Beberapa kemudian, kedutan diliang vaginanya terasa sangat mencekeram batang penisku dan berasa semakin membanjir..
“aaaaaaaaaah.....mas Rudi saaaayaaaaaang...” lenguh tante Vita, dan beberapa kemudian dia rebahkan tubuhnya diatas tubuhku, dia mengalami orgasme. Kini aku peluk tubuh telanjangnya diatas tubuhku, dengus nafasnya terasa di wajahku, terengah2 dan terlihat dia menutup matanya.

“Kamu hebat sekali mas, aku sudah nyampek, kontolmu masih gagah juga” kata tante Nela dengan senyum kepuasan, aku hanya tersenyum mendengarnya.

Kini dia turun dari dari tubuhku lalu berposisi nungging disampingku dengan membuka sedikit pahanya, melihat itu tanpa berpikir panjang, kuberanjak dari ranjang menuju kebelakang pantatnya yang sedang nungging menggoda, terlihat vagina yang merekah berwarna merah jambu yang sudah membanjir, kudekatkan mulutku disana, dengan sekejap kulumat vaginanya dari belakang, jariku tak tinggal diam, aku coba tusuk2 lubang pantatnya dengan jariku sambil mulutku menjilat liang kemaluannya, tidak mulai mendesah...tangan kananku meremas pantat sexxynya.

“Aaaaaaah...terus sayaaaaaang...enaaaak ssaaaaayaaaangggg...aaaaahhhhh....”
Mendengar desahannya semakin keras, aku semakin melumat liang vaginanya dengan kasar, sesekali lidah ku menyapu lubang anusnya.
“Aaaaaah.....terus massssssss” desahannya sudah tidak terkendali di iringi pinggulnya yang terus bergerak tak beraturan,
“massss....akuuu gak tahan lagi....aaaaahhhh”

Liang vaginannya semakin membanjir, pahanya terlihat gemetar, dia telah orgasme lagi. Kusudahi aktifitasku, kini aku bangkit dengan posisi dia masih masih nungging dan terdengar nafasnya terengah – engah, aku arahkan penisku ke liang vaginanya, sekali hentak dan “blessss..”, batang penisku dilahap habis oleh vaginanya, dengan posisi ini terasa vaginanya lebih sempit, kugoyangkan pinggulku, terlihat penisku keluar masuk di liangnya,

“aaaaah....enak masssss...terus massssss....aaaaah” ceracaunya
Kupercepat genjotanku, semakin dia mendesah.
“aaaaaah......aaaahhhh”
“oh...memekmu enak sekali syaang...ooohhhh....” tanpa sadar ku mulai mendesah
“plok,plok,plok” Suara pahaku saat beertemu dengan bongkahan pantatnya yang bulat.

Setelah beberapa menit, terasa dinding rahimnya berdenyut kembali mengurut batang penisku. Bersamaan dengan itu, penisku seakan tak kuat bertahan lagi, dan “Crot, crot, crot,” beberapa semburan spermaku menyemprot liang vaginanya

“aaaaaaahhhhhh....” desahku

Pahanya bergetar dan beberapa saat kemudian dia terkulai lemas diranjang, penisku ikut terlepas dibarengi dengan lelehan cairan kami keluar dari liang vaginanya merembes di pahanya. Tante Vita kembali terengah2.

“makasih ya sayang” dia menatapku manja
Aku berbaring disampingnya,ku peluknya dengan erat
“Sama – sama sayang, kamu ternyata nakal juga ya” ujarku sambil mengecup keningnya manja
“Bener kata Sinta ya, kamu ini hebat banget diranjang” kata tante Nela tiba – tiba.
“Hah, Sinta cerita apa aja ke tante tentang aku?” Aku sedikit terkejut
“hihihi, mau tau aja urusan cewek” godanya
“dasar, awas ya, hehehe”
“emang enak, main sendiri gitu te? Pintunya gak ditutup lagi” tanyaku menggodanya
“hmm, mas Rudi kan tau aku udah lama gak dijamah mas Naufal, eh semalam aku di bikin iri oleh suara desahan kalian berdua dikamar sebelah, siapa gak pingin coba?” katanya
“Loh, berarti tante semalam belum tidur? Terus suara kami kedengeran emang disini?” selidikku
“Aku sudah hampir tertidur sih, tapi jadi sange denger kalian saling mendesah, dan pas aku mau kekamar mandi dan lewat depan kamar kalian, eh pintu kamar ga ditutup semua, ku intip deh..hihihi” Jawabnya santai
“huh, awas ya.tukang intip” Candaku
“Kamu juga sama mas, tadi juga ngintip kan?” kita berdua tertawa

Kulirik jam dinding kamar tante Nela menunjukkan 12.30, hampir dua jam kita saling melepas birahi, kini aku teringat akan tujuanku pulang kerumah yaitu mengambil berkas dokumen buat pak Ronald. Aku berbiri beranjak dari tempat tidur, tante Nela melihatku heran

“Maaf ya te, aku harus kembali ke kantor, masih ada beberapa kerjaan yang belum kelar”
“lo, kok mau balik mas, aku pikir hari ini pulang cepet dan gak balik lagi kekantor” katanya manyun
“masih kurang?” candaku
“Boleh, siapa takut? Mas Rudi ini udah cakep, hebat lagi ini nya” ucapnya tersenyum sambil jari lentiknya mengusap penisku yang sudah terkulai lemas
“Entar malam lagi ya” lanjutnya manja
“Boleh, siapa takut” jawabku dengan senyum menggoda

Tante Nela tersipu, terlihat makin cantik siang ini.




Lanjutannya Disini

Kena jg, tante Nela....
Ane berharap, ntar mlm tante Nela diAnalisa sm si Rudi...
Soalnya doi g keberatan dikobel boolnya....

Cakep, hu....
:top:
 
Bimabet
Update...

Malam ini kita bertiga makan malam di lantai beralaskan karpet di ruang tengah. Terlihat tante Nela memakai baju terusan pendek tanpa lengan yang dipakainya semalam. Tampak wajahnya lebih sedikit segar malam ini. Setelah kejadian siang tadi, Aku bersikap sama seperti malam sebelumnya, tetap memilih lebih banyak diam jikalau mereka berdua lagi asyik ngobrol. Akan tetapi yang terasa lain adalah pada diri tante Nela, sekarang dia lebih berani curi curi pandang kepadaku dengan senyuman menggoda, jari lentiknya sudah berani mencolek bagian tubuhku jikalau kita berpapasan didalam rumah, bahkan dia sudah tak canggung lagi untuk merubah posisi duduk sehingga baju bagian bawahnya tersingkap jelas didepanku. Entah itu disadari apa tidak oleh istriku Sinta, aku tak tau pastinya.

Ditengah kami sedang asyik menikmati makan malam,

“Aku ingin belikan oleh – oleh nih buat mama sama temenku juga Sin, mumpung aku di sini kira2 dimana ya daerah sekitar sini yang deket – deket aja?” Ucap tante Nela

“oh iya, sejak tante disini tidak pernah diajak jalan – jalan ya? Kita tinggal sendirian terus dirumah..hehehe” Kata Sinta

“Syukur deh, akhirnya ngerasa juga si tuan rumahnya, hahaha” tante Nela tertawa, lagi – lagi matanya melirik ke arahku, mata kami bertemu.

“Ya udah, abis makan kamu antar tante Nela jalan – jalan ya mas?” Sinta menatapku, mataku masih tertuju ke arah tante Nela dengan menghiraukan pertanyaan Sinta.

“Mas, mau tidak? Kok malah diem sih” Suara tegas Sinta mengejutkanku

“Ii..iya mau kok sayang” jawabku gugup

“Mungkin suamimu kecapekan Sin, baru aja pulang kerja. Besok pagi aja deh aku naik ojek sendiri” kata tante Nela

“Eh, gak papa kok te abis ini aku anter, kamu ikut kan sayang?” jawabku sambil bertanya ke Sinta

“Hm..***k deh, mas aja sama tante Nela, aku lagi ada tugas juga dari sekolah yang harus kelar malam ini”

“Gak papa kan te, aku gak ikut?” tanya Sinta ke tante

“Ya udah, nanti aku belikan juga juga buat kamu Sin” Jawab tante Nela

Sinta mengangguk dengan tersenyum,

“Ya udah, aku ganti baju dulu” tante Nela beranjak dari tempat duduk menuju kamarnya.

------------
Didalam mobil, tante Nela terlihat sangat sexy sekali malam ini. Baju berwarna merah muda sangat serasi dengan warna bibirnya, celana jeans yang dipakai agak ketat sehingga memperlihatkan lekukan tubuhnya, hatiku kembali bergetar

“Matanya mulai nakal ya, nekad banget didepan istrinya juga” Celetuk tante Nela sambil tersenyum

“Eh,ya maap, kelepasan tadi te..hehe” Jawabku sekenanya

“Abisnya tante sangat cantik banget sih..”lanjutku

“Kamu ni bisa aja mas. Tapi mas Rudi Juga ganteng banget kok, baik lagi. Hm..andai aja aku kenal mas Rudi sebelum mas Naufal, pasti ku embat duluan kamu mas.hehe”

“Tante ini terlalu berlebihan, memang mas Naufal kenapa te?” tanyaku sambil pandanganku tetap mengarah kedepan

“Sebenarnya bulan depan setelah dia tiba di Indonesia, kita mau ngurus perceraian dipengadilan mas.” Kini kepalanya terasa bersender dibahuku.

Aku sedikit terkejut, kulirik matanya kini terlihat berkaca – kaca.

“Apa te,Cerai?” tanyaku terkejut

“Ya, semua ini berawal karena hampir 3 tahun pernikahan kami belum diberi momongan, aku selalu dimusuhi oleh keluarga dari mas Naufal, terlebih mama mertuaku. Karena mas Naufal adalah anak tunggal dan dia satu – satunya penerus dari keluarga”

“Tante sudah coba periksa atau gimana gitu?” tanyaku

“Sudah beberapa pengobatan kami coba, hasilnya nihil. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan rumah dengan menjadi TKI, agar aku bisa menghindar dari keluarga mas Naufal yang makin lama semakin terlihat kebenciannya kepadaku, tau sendiri lah mas aku tinggal masih ngumpul sama mertua” lanjutnya

Aku sangat tersentuh bercampur terkejut mendengar ceritanya, seakan tidak percaya bahwa sosok tante Nela yang begitu ceria dengan tawa lepasnya ternyata dia sekarang sedang menghadapi suatu masalah yang serius dengan suaminya.

“Emang gak ada cara lain selain bercerai te?” tanyaku lagi

Terlihat tante Nela mengfela nafas panjang, posisi kepalanya masih bersandar di bahuku.

“Setelah enam bulan aku diluar negeri, mas Naufal menyusulku dengan alasan tidak mau jauh dariku. Tetapi setelah beberapa waktu disana, keadaan berubah mas. Entah pengaruh dari siapa. Disana sikap mas Naufal berubah, hampir setiap hari dia mabuk – mabukan, sikap yang dulunya lembut dan sangat menyayangi aku tiba – tiba berubah drastis. Dia sering marah tidak jelas dan tak jarang menamparku kalau emosinya tak terbendung dan itu sama sekali tidak pernah dilakukannya waktu kita sama – sama di Indonesia”

“Puncaknya, dia sudah berani membawa dengan gonti ganti wanita ketempat kami tinggal dan berduaan dikamar, kalau aku mencoba menegurnya maka bogem mentahnya yang aku terima di wajahku mas, aku sudah tidak tahan menghadapinya, sudah hampir 5 bulan aku memilih tinggal sendiri disana sampai akhirnya aku pulang ke Indonesia sekarang.” Kini air matanya sudah meleleh dipipinya

“Sinta tahu cerita ini semua?” tanyaku

“Dialah teman curhatku selama ini mas, Sintalah yang membuatku menjadi sekuat dan setegar ini” ucapnya pelan

“Maaf te, aku gak bermaksud membuat tante jadi sedih begini” Kataku mencoba menghiburnya.


Terlihat tangannya menyeka airmata yang ada dipipinya, kini wajahnya menatapku dengan senyuman


“Emang aku terlihat sedih ya” ucapnya

“kalau gak sedih, gak akan keluar tuh air mata” Kataku

“eh nggak kok, aku kelilipan barusan” dia mulai tersenyum

“emang aku anak kecil gitu, gak bisa bedain mana nangis mana kelilipan?”

“emang kamu kayak anak kecil, siang tadi masih minta netek ke tantenya” ledeknya

“abis, teteknya gemesin sih” aku colek payudaranya dengan jari tangan kiriku

“eh,,awas ya” dia mulai tertawa


Kita sama – sama bercanda dan suasana menjadi cair kembali. Selama didalam mobil dan waktu berjalan berdua ketoko oleh – oleh, tante Nela bersikap manja sekali kepadaku, tangannya selalu menggandengku kadang sesekali kepalanya bersandar kebahuku, terlihat romantis sekali. Mungkin kalau orang lain melihatnya jelas akan mengira kita adalah sepasang pasangan pengantin baru.

****
Sesampai dirumah, terlihat Sinta istriku masih serius didepan laptopnya, beberapa tumpukan kertas berserakan di meja ruang tengah, entah apa yang dikerjakannnya. Melihat aku dan tante Nela memasuki ruangan itu, Sinta menghentikan aktifitasnya

“Kok cepet banget mas” Tanya Sinta

“Cepet apanya, nih udah dapat segini banyaknya, duitku juga udah ludes” sahut tante nela sambil memperlihatkan dua kantong plastik besar di tangannya.

“wah borong nih te, hehehe” Ucap Sinta

Aku hanya tersenyum melihat mereka berdua. Aku beranjak menuju dapur hendak membuat kopi untuk kunikmati diteras. Disaat aku menuang airpanas kecangkir dimeja dapur, tiba – tiba terasa ada yang memelukku dari belakang, dagunya diletakkan di pundakku, aku sempet berfikir bahwa itu adalah Sinta istriku,

“Kalau ada kesempatan malam ini, kekamarku ya mas?” Aku sedikit kaget, terdengar dari suaranya, dia adalah tante Nela.

“ Gara – gara tadi siang, sekarang jadi ketagihan. Kamu harus tanggung jawab lo mas” suara menggoda tante Nela terdengar di telingaku sambil tangan kirinya mengelus penisku dari luar celana

“Eh, tante nekat banget, Sinta dimana? Nanti ketahuan bisa berabe” Suaraku gugup

“Tenang aja mas, dia masih serius tuh diruang tengah” Bisiknya ketelingaku

“Nakal ya” sahutku, dia terlihat tersenyum menggoda sambil melepaskan pelukannya lalu berjalan memasuki kamar mandi.

Sikap tante Nela aku yang rasakan semenjak kejadian tadi siang sangat berubah, dia terlihat makin manja kepadaku. Bahkan dia tak peduli lagi kalau sikap manjanya yang berlebihan bisa dipergoki Sinta kapan saja. Ah, apakah dia mempunyai perasaan yang lebih terhadapku, entahlah. Tapi kalau memang benar, harusnya dia tahu kalau aku ini suami dari keponakannya sendiri. Mempunyai perasaan yang lebih harusnya tidak mungkin terjadi. Tapi aku sendiri sebagai lelaki normal dan mungkin beberapa lelaki berpikiran sama denganku, diperlakukan seperti itu pastilah nafsu yang akan mengalahkan akal sehatnya. Seperti saat ini, aku sudah memikirkan sebuah rencana bagaimana nanti malam bisa menyelinap ke kakamar tante Nela yang tak lain adalah tanteku sendiri yang seharusnya sangat tabu bila aku melakukan hal ini, sedangkan di kamarku sendiri ada Sinta istri sahku yang tulus mencintaiku, dia bisa kapan saja melayani nafsuku.

Sungguh biadabnya aku...

-----

“Mas, bercinta yuk..!” Sinta memelukku dari belakang, aku yang sedari tadi pura – pura tidur di kamar dengan posisi menyamping tak kusadari kedatangannya. Karena semenjak aku masuk kamar Sinta masih asyik dengan tumpukan – tumpukan kertas di ruang tengah. Aku menggeliat membalikkan tubuhku kearahnya,

“Hm...aku capek sekali sayang, aku juga kasihan sama kamu, kamu juga pasti capek habis lembur gitu?” kataku menatapnya sambil memeluknya,

Sebenarnya ini adalah akal – akalanku saja, karena aku sudah mempunyai rencana kalau nanti tengah malam disaat Sinta tertidur, aku akan masuk kekamar tante Nela. Jadi aku simpan tenagaku buat nanti malam bersama tante Nela pikirku.

“ya sebenarnya capek sih, ya udah yuk, kita istirahat saja” Ucapnya sambil membalikkan badan setelah mengecup bibirku

Meskipun mata ini terlihat terpejam, tetapi pikiranku sudah melayang kedalam kamar tante Nela, tetapi hati kecilku sebenarnya ada rasa kasihan melihat Sinta ditambah rasa cemas yang tiba – tiba datang,

“gimana nanti kalau misal perbuatanku kepergok Sinta” .

Ah peduli setan, biar deh apa kata nanti aja. Nafsuku lagi – lagi menguasai akal sehatku.

Jam dinding menunjukkan pukul 01.20 Dini hari, Kulirik Sinta sudah tidur dengan lelapnya. Aku coba pastikan dengan menggoyang – goyangkan pinggulnya sambil memanggil namanya, dia tetap mendengkur pelan dan tidak merespon sama sekali. Memang entah secara kebetulan atau tidak, Aku dan Sinta ini kalau sudah tidur lelap, sama – sama susah sekali untuk dibangunkan. Sudah sering terjadi kita bangun kesiangan meskipun jam weeker telah distel sampai tiga kali.

Aku beranjak dari tempat tidurku, aku keluar kamar dengan langkah mengendap – endap, nyaris seperti pencuri yang takut kalau korbannya sadar dari tidurnya. Emang benar pencuri ya kalau dipikir – pikir. :p

Sesampai di depan pintu kamar tante Nela, terlihat pintunya tidak tertutup rapat, aku dorong pelan hingga terbuka. Terlihat tante Nela sudah telentang dengan selimut tebalnya, hanya terlihat kepala dan tangannya yang memegangi Handphone. Dia belum tidur.

Sadar akan kedatanganku, dia langsung menatap ke arahku sambil tersenyum. Aku segera masuk kamarnya dan menguncinya dari dalam.

“ Aku pikir kamu tidak bisa keluar kamar mas “ Sambut tante Nela dengan senyum nakalnya

“ Semua ini demi kamu sayang “ kataku

Aku sibakkan selimut yang dipakai tante Nela, aku terkesiap sesaat. Dibalik selimut, dia hanya mengenakan celana dalam model G-string yang sangat minim sekali dan payudaranya sudah bebas tanpa menggunakan BH, aku beberapa kali menelan ludah meilhat pemandangan ini, sepertinya dia sudah menunggu akan kedatanganku. Lekukan tubuhnya yang sexy, dan mulus kulitnya membuat nafsuku semakin menjadi seketika. Kedua tangannya menarik lenganku hingga aku terjatuh tepat diatas tubuhnya, kita saling menatap beberapa saat tanpa mengucapkan kata – kata sampai akhirnya bibir kami bertemu saling lumat dan lidah kami saling beradu dengan ganasnya.

Sambil berciuman tanganku menelusuri semua lekukan tubuhnya sampai berhenti pada payudaranya, aku remas dengan lembut dan sesekali memilin putingnya yang sudah sangat tegang. Tangan tante Nela tak tinggal diam, dengan jari lentiknya dia melolosi pakaian dan celana pendek yang aku pakai, kini aku sudah telanjang bulat diatas tubuhnya. Bibir kami masih saling lumat dan saling hisap

“Ssshhhhhh...Emmmm....”,“Slrrruppp...Slruuupppp” hanya suara itu yang terdengar

Tanganku beralih ke pangkal bahanya menelusup dari atas celana dalamnya, terasa celah vaginannya sudah sangat basah, aku usap dengan lembut kelentitnya, dia mulai mendesah

“Aaaaaaah....terus sayaaaangg....”

Kucoba jariku mencari liang vaginannya, terasa sangat licin, kumasukkan satu jariku dilubangnya, desahannya semakin keras

“ooooh...nakal kamu sayaaang...ohhhhh...”

Tangannya mulai mengurut batang penisku yang sudah sangat tegang. Disaat aku memaju mundurkan jariku di liang vaginanya, terasa tangannya mencekeram kuat batang penisku. Posisi kita tetap berciuman. Kini aku percepat kocokan jariku di vaginanya, dia semakin menggeliat tak beraturan,

“aaaaah....masssss,terusss...aaaah...terrrrussss...” ceracau nya semakin jelas terdengar, seakan sudah tak peduli kalau disamping kamarnya ada Sinta yang sedang tertidur, bisa saja dia terbangun dan mendengarnya.

Setelah beberapa saat kemudian, terasa pahanya menjepit jari dan tanganku, pinggulnya terangkat seperti mengejang, dia melepaskan ciumannya sambil menutup mata..

“aaaaah...aku keluar maaaassssss” desahnya

Aku tersenyum sambil menatapnya, sampai nafasnya tante nela kembali teratur, dia membuka matanya dengan tersenyum

“Yah...baru aja dimainin pakek jari udah KO” Candaku

“Ih, dasar..aku sudah sange dari tadi tau nugguin kamu” jawabnya manyun

“Enak ya sayang, mau lanjut gak nih?” Tanyaku

Dia hanya mengangguk pelan dengan senyuman nakalnya

Kita kembali berciuman dengan ganasnya, kali ini dia lebih aktif menggerayangi tubuhnya, mulai dari mengacak acak rambutku hingga akhirnya dia turun kepahaku, dikulumnya batang penisku dengan agak kasar, dia terlihat sangat agresif daripada siang tadi. Aku sedikit meringis ketika batang penisku tak sengaja mengenai giginya.

“Sluruppp...slurrrupp..” suara batangku penisku keluar masuk di mulutnya

Sapuan lidahnya di ujung kepala penis dan remasan jarinya di biji pelirku membuatku tak sadar mengeluarkan desahan

“Aaaaaaah.....terus saaayaaaaanng”

Ditambah jari lentiknya kini mengorek – orek lubang anusku membuatku semakin blingsatan dibuatnya

“Kamu semakin binal saayaangg...aaaaah”

Batang penisku terasa berdenyut, menyadari hal itu, dia langsung menaiki tubuhku, menduduki perut bawahku. Terlihat dia menyibakkan celana dalamnya dan mengarahkan batang penisku ke liang vaginanya yang sudah membanjir

“aaaaahhhhh...” Desahnya setelah sedikit demi sedkit dia menurunkan pinggulnya yang otomatis batang panisku semakin amblas ditelan liang vaginanya.

Setelah masuk sempurna, tante Nela mulai menaik turunkan pinggulnya perlahan dan semakin lama sekamin cepat

“ohhhh.....aaaaaah...aaahhh” desahnya.

Kedua tangannya bertumpu di dadaku yang terlentang dan kedua tanganku meremas kedua payudaranya sesekali memlilin putingnya.

“plok..plok..plok” Suara paha kami saling beradu

Pinggulnya kini sesekali memutar, membuat batang penisku serasa diperas – peras oleh dinding rahimnya

“terus sayangggg...lebih cepat saaayang” aku semakin mendesah

Setelah beberapa saat, kedutan dinding rahimnya sangat terasa mencekeram batang penisku dibarengi dengan cairan hangat yang semakin membanjir didalam sana.

“aaaah...aku gak kuat lagi sayang...” desah tante Nela

Aku pun sudah tak sanggup lagi menahan denyutan di batang penisku,

crot, crot,crot kusemprotkan spermaku di dalam vaginanya

“aaaah.......” aku mendesah puas

Terasa pahanya bergetar di atas tubuhku, dan beberapa saat dia rebahkan tubuhnya keatas tubuhku

“kamu memang luar biasa sayang, aku tidak pernah sampek sepuas ini” ucap tante Nela sambil mengecup bibirku, aku peluk tubuhnya diatasku dengan erat.

Kita sama – sama terdiam mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga, setelah itu kembali berciuman dengan panasnya.

Jam menunjukkan pukul 03.30 Dini hari, tak terasa 4 kali spermaku menyembur didalam vaginanya. Takut Sinta terbangun karena subuh akan datang sebentar lagi, aku segera beranjak sambil melirik tante Nela, dia sudah tertidur. Aku kecup bibirnya dia hanya menggeliat. Dengan langkah mengendap dan sangat hati –hati aku kembali kekamarku. Kubuka pelan pintu kamarku, disana terlihat Sinta masih terlelap dengan dengkuran pelannya,

“Aman...” gumamku

Aku rebahkan tubuhku disamping Sinta yang masih terlelap, aku tersenyum karena merasa usahaku telah berhasil dan akhirnya tertidur penuh kepuasan.



Berlanjut Kesini

Knp g diAnalisa Rud, tante Nelanya...
Doi dah ngasih lampu ojo, tuh....

Tp Belanda msih jauh, jd lanjoetkeun perjuanganmu, Rud....
:semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd