Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tawaran Kehangatan dari Istri Kakak Ipar

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
III. Kado Ulang Tahun​

Kembali aku menindihnya, mengulum bibirnya. Saat lidah menerobos masuk ke mulut lawan mainku, lidahnya menyambut. Di dalam mulut mungilnya, lidah kami saling memilin. Hangat dan panjang.

Ditolaknya bibirku hingga ciuman panas kami terhenti. Napasnya tersengal-sengal, begitupula dengan nafasku. Istri kakak iparku, dengan tangannya, mengelap bibirnya yang basah dengan ludah kami. Aku bergerak masuk di antara kedua pahanya, menempelkan kontol ke lubang kenikmatan yang sudah siap menyambut.

"A-a-a-ahh..."Lenguhannya terdengar saat kontolku aku dorong masuk ke dalam lubang kelaminnya.

Lalu, aku mulai memajumundurkan kontol. Dengus birahi dari mulut istri kakak iparku kembali terdengar. Dua kakinya aku ambil dan kutaruh didepan dada. Sambil terus mendesak-desakkan kontol di kemaluannya, aku menjilati kakinya yang penuh dengan bulu-bulu halus itu.

Kemudian, kukangkangkan melebar dua kakinya dan aku masuk di antara dua paha itu. Dengan memeluk salah satu kakinya, kontolku memutari lubang bersemak itu, dan perempuan mungil itu kian bersemangat melenguh.

Tiba-tiba terdengar tangisan dari arah bawah tempat tidur. Spontan istri kakak iparku mendorong aku. Terjengkang aku dibuatnya. Dia bangkit. Dengan hanya menutupi tubuh bagian depannya dengan ala kadarnya, dia turun dari tempat tidur. Ditujunya tempat dua anaknya yang terbaring. Rupanya salah satu anaknya ada yang mengigau.

Dari atas tempat tidur, dimana aku berbaring, dapat kulihat istri kakak iparku berbaring disamping dua anaknya. Istri kakak iparku yang hanya menutupi bagian depan tubuh telanjangnya, sehingga lekuk pantatnya yang putih membulat puas aku nikmati, bersenandung kecil seraya menepuk-nepuk pantat anaknya itu. Tak tahan melihat pemandangan indah di bawahku, aku menyusul turun dan ikut berbaring dibelakangnya. Tangan aku rangkulkan ke tubuhnya, tubuhnya pun merapat.

Saat senjata milikku yang mengacung perkasa, aku selipkan di antara dua pahanya, dia menoleh ke arahku. Lalu,"Anakku belum tidur."

"Makanya Eceu jangan bersuara, biar aku saja yang kerja,"ucapku pelan di telinganya.

"Mana enak kalau tidak bersuara,"jawabnya menggoda.

"Eceu boleh bersuara, tapi jangan keras-keras."Buah dadanya berada dalam rengkuhan jemariku.

"Saya tidak suka pelan-pelan."Istri kakak iparku menahan tanganku."Maunya yang keras dan kencang."

"Eceu mau yang keras dan kencang?"Bisikku di telinganya sembari aku maju mundurkan kontolku yang berada dalam jepitan dua pahanya.

Jari telunjuknya menangkup di bibirnya, menyuruhku untuk diam, tapi dengan nakal aku menjilati areal telinganya.

"Anakku, anakku belum tidur."Dia menjauhkan telinganya dari kejaran mulutku.

Kutatap dia. Dia menatap kedua anaknya. Tangannya masih mengelus punggung anaknya sementara tanganku menggapai areal kelaminnya, memainkan bulu-bulu kasar di sana.

Saat dia menoleh ke arahku. Kesempatan itu aku ambil untuk mengulum bibirnya dan dia membalasnya. Jemariku meremas buah dadanya. Saat lidah kudesakkan masuk ke mulutnya, istri kakak iparku menyambutnya. Kupasrahkan saat lidah milikku disedotnya.

Kutinggalkan bibirnya. Aku merangkak di atas tubuhnya. Kutarik dua paha itu melebar dan dua tanganku melingkari pahanya, menggapai lubang berselimut bulu-bulu kasar yang tertata rapi itu, lalu kucecapi area sensitif miliknya. Pantatnya terangkat kala jari-jari menguliki lubang kemaluannya. Kusorongkan daging bulat panjang itu ke mulutnya dan mulut mungil itu menyambutnya. Dalam dekapan mulut itu, ada kehangatan melingkupi senjataku. Pelan aku majukan kontolku, dan dia menyambutnya. Saat kemudian kutarik keluar, mulut itu ikhlas melepaskannya. Kembali aku sosorkan senjataku ke mulutnya, kembali dia mengulumnya. Sambil aku nikmati kulumannya, sedotannya, emutannya, aku pun memberi kepuasan untuknya dengan menjilati klitorisnya, menusukkan lidah ke lubang itu sementara jari jemari mengobok-obok kemaluan itu.

Sementara aku mencumbui kemaluannya dan dia pun mencumbui kemaluanku, istri kakak iparku sibuk mengatur desahannya agar tidak terdengar keras agar dua anak itu tidak terbangun karena saat ini kami berdua sedang berposisi enam sembilan, 69 Style, disamping mereka.

Saat dua tangan istri kakak iparku memeluk aku, dapat aku perkirakan lawan mainku itu sudah merasa nyaman dengan keadaan dua anaknya. Pasti dia yakin kedua anaknya telah kembali tertidur, maka aku hentikan cumbuan di kemaluannya. Aku tinggalkan tubuhnya. Aku ajak dia ber-Doggy Style. Begitu kontolku, dengan perlahan, menusuk ke dalam lubang kenikmatan itu, perempuan mungil itu sudah berani melepaskan lenguhan khasnya dari mulutnya.

Lenguhan pun berganti desahan manakala kontolku maju mundur di belahan pantat itu. Senjata kebanggaanku memutari kemaluannya. Kontol bergerak ke kanan, naik ke atas, lalu kubawa ke kiri untuk turun ke bawah. Berulang aku melakukannya dan berulang pula desahannya terdengar berirama.

Begitu sperma hendak keluar, aku mempercepat sodokan di kemaluannya. Dan akhirnya, dalam lubang yang hangat dan basah itu, kutekan dalam-dalam senjataku. Kubiarkan sperma milikku memenuhi lubang kemaluannya.

Di lantai kamar tidur itu, berdampingan dengan dua anaknya, kami berbaring. Lengan kiriku masuk ke bawah kepalanya, menjadi bantal untuknya. Istri kakak iparku merapatkan tubuhnya dan kaki kanannya menumpang di atas perutku sementara tanganku jatuh menutupi buah dadanya. Kamar hening. Hanya deru nafas yang terdengar.

"Amir tidak bawa permen?"tanyanya kemudian.

"Bawa,"jawabku."Aku kira Eceu masih kenyang setelah tadi makan daging punyaku."

Dia berbalik, menimpakan tubuh telanjangmya padaku. Di atas dadaku, ia bertopang dagu. Senyum nakalnya timbulnya, lalu,"Tadi mah tidak dimakan, tapi diemut-emut saja. Takut jadi kecil burungnya."

Senyumku terbit me
ndengar guyonannya. Kusibak rambutnya."Terus, kalau jadi kecil, Eceu mau cari yang lain?"

"Iyalah. Mau cari yang besar, biar tidak habis-habis kalau dihisapnya."

"Memang sudah ketemu?"

"Apanya?"

"Ya, burungnya lah."

"Sudah, tapi masih disimpan."Jemari lentiknya bermain di daguku."Takut ada yang minder kalau melihatnya. Takut kalah bersaing. Hehehe..."

"Memang perempuan suka barang yang besar, ya, Ceu?"tanyaku kemudian.

Bibir itu tersenyum."Pastilah, Amiiir."

"Apa alasannya?"Penasaran aku jadinya.

"Kalau barang yang besar itu.... enak dilihatnya, dipegangnya."Dielusnya dadaku.

"Kalau kecil?"

"Mudah hilang. Suka lupa menyimpannya karena terlalu kecil barangnya."

Dasar betina ini, rutukku. Tidak pernah bisa serius kalau diajak ngomong. Aku menggeser dia turun. Aku duduk bersila. Istri kakak iparku ikut bangkit, ikut bersila. Berhadapan kami duduk. Saling bertemu dengkul. Aku menikmati keindahan tubuh telanjangnya. Entah, apakah dia menikmati apa yang aku nikmati atas keterlanjangan kami malam ini.

"Mana permennya?"Istri kakak iparku menadahkan tangannya ke arahku.

Aku berjalan keluar kamar. Kutuju dapur, tempat dimana aku tadi menyimpan barang bawaanku. Sengaja tadi, saat kedatanganku, aku tidak langsung membawanya ke kamar karena ada kejutan untuk dia.

Setelah mendapati barang bawaanku tadi, aku kembali ke dalam kamar. Istri kakak iparku telah berada di atas tempat tidur meski masih dalam posisi yang sama, masih bersila, masih telanjang. Cuma dua tangannya bersilang menutupi selangkangan.

Kutuju dia, ikut naik ke tempat tidur, kembali bersila didepannya, kembali menyatukan dengkul.

"Ini permennya."Kuserahkan asoy, sebutan untuk kantung kresek di Palembang, yang kubawa kepadanya.

Istri kakak iparku menyambutnya."Besar sekali asoynya? Apa permennya juga besar-besar?"

"Dibuka saja,"ucapku penuh rahasia.

Dengan penuh curiga dia menatapku. Tapi, akhirnya, dia membuka asoy itu dan mengeluarkan isi yang ada di dalamnya. Bungkusannya pipih."Apa ini? Permen kok pakai dibungkus segala?"

Bungkusan itu diangkatnya dan, sambil didekatkan ke telinganya, diguncang-guncangnya pelan.

"Di buka saja, Ceu."

"Pasti ini bukan permen,"tebaknya seraya merobek kertas pembungkusnya.

Aku hanya diam saat dia mengeluarkan isi bungkusan. Istri kakak iparku menatap aku sementara tangannya menggenggam pemberian dariku.

"Itu kado dariku. Kado ulang tahun dariku."

"Kado apa?"

"Kado untuk memperingati hari jadi dua minggu hubungan kita."

"Ha???"Bibirnya membulat mendengar ucapanku.

"Iya. Malam ini, tepat dua minggu kita menjalin hubungan. Eceu lupa?"

"Saya tidak lupa."Seraya menciumi beha hitam dan kolor yang sama hitam, dengan nada bercanda, ia bertanya. "Cuma kenapa harus beha hitam? Kenapa harus kolor hitam? Kenapa tidak anting atau gelang emas?"

"Karena suami Eceu tidak sanggup membelikan beha dan kolor untuk Eceu, jadi biar aku saja yang membelikannya,"aku balik bergurau."Gelang dan kalung emasnya nanti aku beri kalau aku sudah menghadap orang tua Eceu."

"Buat apa?"

"Untuk melamar Eceu."

Istri kakak iparku hanya tersenyum. Lalu,"Dipakai sekarang?"

Aku mengangguk.

"Bisa tolong bantu saya memakainya?"

Aku menggeleng."Aku ingin lihat Eceu pakai behanya."

"Tapi, ingat, ya."Jari telunjuknya bergoyang ke kanan dan kiri."Tidak boleh terangsang melihat saya."

"Iya. Aku tidak janji."

Bibirnya mencibir ke arahku. Kulihat istri kakak iparku mulai menyiapkan beha di dua tangannya. Mula-mula dia memasangkan beha hitam itu di bawah buah dadanya dengan posisi cungkup beha berada di punggungnya. Setelah pengait beha terpasang, beha hitam itu diputarnya. Kini posisi cungkup beha berada di bawah buah dadanya. Istri kakak iparku menaikkan cungkup beha hitamnya dan, jreng, beha hitam pun terpasang sempurna menutupi buah dada itu.

"Ma kasih, Amir. Kadonya bagus. Pas lagi."Dia membusungkan dadanya, melenggak-lenggokkan badannya, untuk memamerkan beha hitam itu. Ada keindahan yang muncul dari balik belahan dada beha hitam itu, beha hitam yang sangat kontras dengan kulit putihnya.

"Celana dalamnya juga dipakai?"Pertanyaannya
mengalihkan mataku dari buah dada yang mengintip seksi itu.

"Tidak usah, tapi sesuaikan ukurannya?"

"Amir tahu ukuran beha saya?"

"Sewaktu di toko pakaian, sewaktu mau beli beha itu, aku ditanya ukuran beha yang hendak kubeli oleh penjaga tokonya,"ceritaku,"Bingung aku jadinya karena aku 'kan tidak tahu ukuran beha Eceu. Untung saja saat itu ada perempuan yang mirip Eceu. Jadi aku tunjuk saja perempuan itu. 'Ukurannya seperti punya perempuan itu, kataku kepada penjaga toko.'"

"Pasti bohong."Sambil tertawa, istri kakak iparku berucap."Amir pasti bohong. Tidak percaya saya."

"Syukurlah kalau Eceu tidak percaya,"ucapku seraya menahan tawa."Pasti aku akan digampar habis oleh perempuan itu gara-gara nunjuk-nunjuk buah dadanya."

Dia manyun dan aku mendekatinya. Kuajak dia, istri kakak iparku, berdiri di atas lututnya. Buah dada mungilnya tepat berada didepanku."Boleh aku pegang?"

"Tidak boleh. Mahal bayarannya."Meskipun menolak permintaanku, Istri kakak iparku kembali membusungkan dadanya. Kedua tangannya ditaruhnya di pinggangnya. Bertolak pinggang. Pasti dia memberi kesempatan aku menjamah buah dadanya.

"Hei,"teriaknya kala jemari tanganku merenggut selangkangannya, menyentuh bulu-bulu yang ada di sana. Tubuhnya menjauh dariku.

"Laki-laki kurang ajar,"katanya,"Dikasih dada, minta memek."

Dengan sekuat tenaga aku menahan tawa. Tidak lucu kalau penghuni rumah ini terbangun gegara tawaku. Maka, kupeluk dia. Berbarengan kami rebah. Lalu, dibuatnya aku terlentang. Istri kakak iparku menaiki aku, menduduki senjataku. Tangannya diletakkannya di dadaku dan mata kami bersitatap, senyum pun mengembang.

Istri kakak iparku menindih aku. Diambilnya bibirku dan kami berciuman. Selagi bibir kami berpagutan, tanganku memeras pantatnya, mencari lubang kenikmatan miliknya. Dari sela bibir kami yang menyatu hangat, terdengar desahnya saat jemariku bermain di kemaluannya. Dengan rajin aku mengelus-ngelus lubang itu, memainkan daging kecil yang ada di belahan kelaminnya, dan sesekali aku tusukkan jemari masuk ke lubang bersemak itu. Gelagapan dia karena aku tidak melepaskan bibirnya dari dekapan bibirku.

Kudorong dia kembali menduduki aku. Pantatnya terangkat kala kontol aku arahkan ke lubang kemaluannya. Lalu, pantat itu diturunkannya hingga senjata milikku tertelan. Dari posisiku yang terbaring didudukinya, aku melihat istri kakak iparku, dengan mata yang terpejam, melonjak-lonjakkan diri. Lenguhannya terdengar. Buah dadanya yang masih tersimpan dalam beha hitam itu ikut terlonjak-lonjak seirama dengan desahannya.

Mata itu membuka. Kembali kami bersitatap. Lalu, istri kakak iparku merebahkan diri di atas tubuhku. Napasnya terengah-engah. Saat istri kakak iparku berhenti menggauliku, ganti pantat aku yang naik turun menusuki kemaluannya. Di atas tubuhku, dipeluknya aku erat-erat untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Jeritannya terdengar walau dia berusaha menahannya.

Aku duduk. Dia berada dipangkuanku. Tangannya diletakkannya di bahuku dan kami menyatukan bibir. Jemariku merambat di punggungnya, mencari pengait beha. Begitu beha hitam itu terlepas, langsung saja bibirku menyerbu gundukan daging kenyal itu dan Istri kakak iparku yang berada di pangkuanku hanya mampu menggeliat nikmat.

Lalu, sambil tetap mengulum butiran coklat di puncak gunung kenyal itu, pantatnya aku rengkuh, kupaksa pantatnya maju mundur menelan senjataku. Gerenyit tempat tidur terdengar ribut, seribut desahannya yang memenuhi kamar.

Aku rebahkan dia ke tempat tidur. Kini kami kembali ke posisi misionaris. Aku berada di antara dua pahanya. Membiarkan dua pahanya menjepit pinggangku. Terus aku tusuki lubang kemaluannya, membiarkan dia terus mendesah.

Kuhentikan seranganku dan dua paha itu melepaskan jepitannya. Kutimpakan tubuhku. Kaki kananku naik ke atas paha kirinya. Pantatku bergerak memutar, bergerak mengitari kemaluannya, dengan sesekali menghujamkan dalam-dalam kontolku ke lubang kemaluannya. Dia hanya bisa mendesah pasrah.

"Aku mau keluar,"ucapku diantara gemuruh nafas kami.

Dengan ditingkahi desahannya, tanganku bertumpu di kasur dan gerakan kontolku kian deras maju mundur di lubang kenikmatan milik perempuan itu. Tubuhku bergidik manakala aliran sperma mengalir cepat di kemaluanku. Cepat-cepat kutekan kontolku dalam-dalam dan percikan air itu memenuhi lubang itu.

Setelah kontolku berhenti memuncratkan sperma, aku berbaring di atas tubuhnya. Dapat kurasakan tubuhnya yang basah, napasnya yang memburu, dan detak jantungnya yang tidak beraturan.

"Sekarang Amir tahu 'kan alasan aku tidak pernah memakai beha setiap kali Amir datang?"Disela nafasnya yang masih memburu, ia berucap.

Sambil menyibakkan beberapa helai rambut dari wajahnya, aku berucap,"Tapi, kenapa Eceu tetap memakai celana dalam? Toh, bakal aku lepas juga."

"Kenapa aku pakai celana dalam?"Dia menatap aku. Ada senyum di wajahnya."Karena Amir harus berjuang dulu untuk mendapatkan memekku. Faham?"
 
Beruntungnya si Amir, sayang si Amir keluar duluan terus
 
Bagaimana kisah amir dan istri kaka iparnya selanjutnya apakah bakalan ada konflik...joss gandoss
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd