Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Terdampar di Pulau Sunyi

DUA TAHUN SETELAH TERDAMPAR

Asap putih tipis membubung ke langit yang terik oleh panas matahari dari sebuah pulau berpantai pasir di samudera Pasifik. Donny, seorang remaja awal belasan yang bertubuh kecil dengan tubuh bagian atas telanjang, berkulit sewarna tembaga berdiri di samping setumpuk dedaunan yang sedang terbakar mengepulkan asap. Setiap hari ia bertugas memelihara agar asap itu tetap menyala, berusaha meneriakkan kepada dunia bahwa mereka ada di pulau terpencil itu. Setiap hari pula ia mengumpulkan segala macam dedaunan, rerumputan, ranting, dahan, sampah-sampah alam yang terbawa ombak ke pantai mereka, juga sampah plastik yang ternyata begitu banyak menumpuk terbawa arus samudera.

Dilihat dari berbagai label yang melapisi sampah plastik tersebut, nampaknya memang datang dari berbagai negara. Satu yang sangat menonjol adalah dari Jepang dan Tiongkok. Entah memang berasal dari negara Jepang nun jauh disana atau mungkin juga sampah dari kapal-kapal dagang Jepang yang melintasi Pasifik menuju Amerika atau sebaliknya. Sampah-sampah plastik tersebut sangat membantu dirinya untuk bisa tetap membuat api unggun menyala sesuai yang diperintahkan mamanya.

Donny berteriak kesal dalam hatinya. Sementara dia sibuk bekerja, mamanya sedang santai berteduh dibawah pohon kelapa. Hampir semua pekerjaan sekarang ini dikerjakan oleh dirinya sendiri sementara mamanya hanya tiduran, merawat tanaman sayuran, menyiapkan makanan seadanya, lalu tidur lagi.

Donny melengoskan pandangan yang sedari tadi menatap mamanya, kemudian berlalu perlahan menuju gubuk kecil yang mereka bangun tahun lalu.

********


Nina terbangun dari tidur siangnya diatas pasir. Nafasnya tersengal, jantungnya berdegup kencang. Sebuah mimpi telah membuatnya kaget dan terbangun. Mimpi yang membangkitkan sesuatu yang telah lama tidak dirasakannya. Seorang lelaki bertubuh tegap, berkulit cokelat terbakar matahari, bertelanjang dada telah datang di mimpinya. Lelaki tersebut menyentuhnya, menindihnya, menggumulinya hingga seluruh bulu-bulu halus di tubuhnya merinding. Tepat ketika lelaki tersebut akan memasuki tubuhnya, sebuah gledek bergelegar dan membangunkannya dari mimpi indah itu. Hujan sepertinya akan kembali turun. Nyaris setiap sore disini turun hujan, seakan tak mengenal musim.

“Sialan………” gumamnya sambil berusaha duduk.
Tangan kanannya bergerak ke bagian bawah tubuhnya, lalu meraba selangkangannya. Basah.
“Aaaaaah…..” erangnya. Kesal.

Sejenak Nina meratapi nasibnya terdampar di pulau terkutuk ini ketika ia sedang dalam perjalanan pulang dari Amerika ke Indonesia. Saat itu Nina, Hendrik suaminya, dan Donny baru saja selesai liburan panjang. Hendrik mungkin tidak selamat dari kecelakaan penerbangan itu.

Sudah beberapa kali mimpi itu datang, membangkitkan hasrat yang telah dua tahun terpendam. Ia berharap mimpi itu bisa tuntas, tidak menggantung seperti ini. Membuat kepalanya sakit.

Ia kembali meraba bagian bawah tubuhnya. Selangkangannya. Terasa basa celana dalamnya. Ketika jemarinya tepat menyentuh sebuah bagian yang mengeras, sebuah sengatan kenikmatan menjalar dari bagian tersebut menyebar hangat perlahan ke seluruh bagian di tubuhnya. Ia mengerang pelan.

“Nnnnggggghhh…………hkk”

Matanya terpejam sesaat, lalu membuka sayu. Kedua bibirnya merenggang, dan Nina menghembuskan udara dari paru-parunya yang sejenak tertahan. Jemari kanannya masih menempel diatas selangkangannya yang saat ini masih mengenakan celana dalam. Ia ragu untuk melepaskan jarinya dari sana. Lalu….

“Mmmmmmh………” ia memutuskan mengusap jarinya kembali.

Segera saja ia merintih.
Tubuhnya seakan menjadi lemah tak berdaya oleh kenikmatan itu. Sendi sendi di seluruh tubuhnya seakan terlepas, hingga tak disadarinya tubuhnya menggeletak kembali di pasir yang hangat. Tubuhnya miring ke samping kiri, meringkuk. Tangan kanannya bertahan di selangkangan, terjepit oleh kedua paha yang masih saja mulus walaupun kulit putihnya sekarang lebih berwarna kecoklatan. Roknya tersingkap hingga keatas. Jemari kanannya kini menyelinap ke balik celana dalam. Sementara jemari kiri menyingkapkan celana dalamnya ke samping. Lalu Nina terlentang.

Sebentuk celah hangat yang basah kini dirasakan oleh jemarinya. Nina mengusapnya perlahan, dari bagian bawah lalu menyusuri celah basah tersebut hingga keatas. Tepat diatas, sebuah daging kecil terasa mengeras. Nina mengusapkan lendir licin itu ke sekeliling klitorisnya.

“Aaaaaaahkkk……”

Surga …. !

Hayalannya menerawang. Membayangkan lidah seorang lelaki yang kasar sedang menjilati klitorisnya, lalu lelaki itu menjepit klitoris dengan kedua bibirnya sambil menggumamkan kata-kata “hmmmmm” yang menggetar perlahan dengan suara jantan yang kasar dan dalam, membuat klitorisnya bergetar seakan sedang disiksa oleh sebuah vibrator.

Hayalan Nina semakin tinggi, dan birahinya semakin bergolak seperti magma yang mendidih.
Perlahan jari tengahnya menyelusup ke bibir vaginanya yang empuk, menyelusup kedalam celah basah itu, merasakan dinding vaginanya yang berkerut-kerut lembut, dan terus semakin dalam.

“Ooooh……. kon……tol….. !” jeritnya. Ia butuh kontol.

Jari manisnya kini menyusul sang jari tengah.
Membuatnya jengah.
Dan sudah tentu makin basah.

Dengan dua jari, Nina mengobok kekiri dan kekanan, keluar lalu menghunjam masuk, keluar lagi sambil mengusapkan ke sekitar klitorisnya, dan kenikmatan itu semakin dekat. Mendera.

Klitorisnya begitu sensitif, setiap usapan bagaikan sengatan listrik. Bergetar menjalar hangat ke lobang pantatnya yang saat ini sedang erat mengempot berusaha mencapai puncak nikmat.

Dengan amat perlahan Nina mengusap klitorisnya, mencoba bertahan berada di ambang batas puncak kenikmatan.

Satu usapan lagi, ia melenguh dan bertahan “Ooooooh….”
Satu usapan yang lebih perlahan, ia menjerit lirih “Nnngggh…..hkkk”
Satu usapan yang makin perlahan, ia tak sanggup lagi bertahan ....... “kon…..tol…..” bibirnya menceracau
Lalu dengan satu kekuatan, ia menekan jari tengahnya tepat di klitoris yang sedang mendamba kenikmatan.

“AAAAAAAAAAaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh”

Dan jari tengahnya terus menekan.
Klitoris yang didera kenikmatan.

Nina menahan nafas.
Perutnya mengeras.
Kedua kakinya meregang.

Diawali sebuah gelombang kenikmatan yang teramat sangat, tubuhnya menghentak seakan tak sanggup menahan nikmat yang begitu sempurna. Dari selangkangannya muncratlah air bening seperti air mancur kencang sekali, mungkin sampai dua meter jauhnya. Ya, Nina adalah cewek squirt.

Tubuhnya terhentak
Tubuhnya terhenyak
Tubuhnya melonjak

Lalu gelombang demi gelombang kenikmatan ia rasakan.
Tubuhnya berkelojotan.
Tak mampu ia tahan.

Hingga perlahan gelombang itu melemah.
Melemah.
Melemah.
Lalu hilang.


Nina membuka mata.
Sesosok tubuh kecil berdiri di hadapannya :
Donny.

*****

(Bersambung)
 
Nih suhu-suhu dan senior semua.
Saya lanjutin.


MASIH DI TAHUN KEDUA

Setelah kejadian di pantai dimana Donny menyaksikan aku berkelojotan saat masturbasi, aku berusaha menjelaskan dengan berbagai cerita, alasan, kebohongan, ancaman, hingga menangis. Entah anak itu berhasil aku bohongi dengan alasan aku sakit, atau pura-pura percaya bahwa aku sakit. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja. Bagaimanapun, Donny sudah melihat aku, dan sangat mungkin dia sudah melihat bagian terlarangku.

Yang jelas, kini anak lelakiku yang masih setinggi pundakku itu seringkali menatapku dengan pandangan yang lain. Bahkan ia seringkali mencuri-curi pandang ke arah selangkanganku saat aku duduk. Tentu dengan teramat sangat sadar, aku berusaha menutup selangkanganku saat sadar Donny sedang menatapnya. Dia hanya melengos, dan beberapa saat kemudian aku lupa dan kembali duduk mengangkang. Dan ia kembali menatap lagi ke selangkanganku saat aku lengah, nanar menatap berusaha menembus celana dalamku. Lama-lama aku capek juga hingga hal tersebut menjadi terbiasa. Aku membiarkannya.

Mimpi itu berulangkali kembali datang dan datang lagi. Entah untuk ke berapa kalinya, dan selalu saja aku terbangun sesaat ketika lelaki dalam mimpiku itu akan memasukkan batang kerasnya kedalam vaginaku. Membuat sakit kepala dan uring-uringan.

Entah kapan kami akan diselamatkan. Mungkin para petugas SAR sudah menyerah. Dua tahun berlalu dan kami masih disini. Tapi kami masih belum mau menyerah. Setiap hari asap dari api unggun terus menyala, membubung ke angkasa. Dengan harapan ada kapal lewat yang akan mendekat.

Malam itu kembali aku bermimpi.
Lelaki itu datang mendekat lalu langsung menyentuh selangkanganku. Biasanya ia akan mencumbuku dahulu, berciiuman saling memagut, menindih tubuh, dan menciumi kedua putingku yang mengeras.

Aku mulai merasa geli ketika jemarinya mengelusi pahaku membuat seluruh bulu di tubuhku meremang hingga aku terangsang. Jemarinya kini merayap menelusuri sepanjang paha jenjangku hingga keatas. Ketika jemari kasar itu berhenti tepat di selangkanganku, aku mengerang nikmat. Dan jemari itu makin menggila merayapi selangkanganku.

Geli sekali.
Tambah geli.
Dan…..


Mataku terbuka perlahan. Mimpi sialan !

Tapi rasa geli di selangkanganku masih berlanjut. Dengan memicingkan mata, kuarahkan pandangan ke arah bawah tubuhku di tengah remang malam. Sesosok tubuh berada di sana.
Donny.

Aku bingung.
Harus apa aku ?

Aku menyadari tubuhku tengah terlentang, kedua kakiku lurus namun mengangkang terbuka. Rok ku tersingkap hingga ke pinggang. Donny sedang merunduk di tengah kedua kakiku. Dan selangkanganku terasa geli. Terasa ada jemari kecil namun kasar sedang merabai selangkanganku. Menekan lembut gundukan vaginaku, mengelus halus bulu-bulu kemaluanku. Lalu kurasakan jemari kecil itu meraba sepanjang belahan kemaluanku yang…. ah…. ternyata basah. Ya ampun…. apakah aku terangsang ?

Terasa bibir vaginaku disibakkan oleh jemari yang lain. Bukankan aku masih bercelana dalam ? Ya…… tapi…. sepertinya dia menyibakkan celana dalamku dengan tangannya yang juga menyibak kedua bibir vaginaku.
Tak sadar aku menahan nafas kala sebuah jari kecil menyelinap relung vaginaku.

Apakah aku harus bangun dan marah ?
Aku ragu berkepanjangan. Aku takut jika aku marah maka hubungan aku dan Donny menjadi renggang, atau dia malu, atau dia kecewa, atau dia juga marah. Ini pulau terpencil, aku tidak punya siapa-siapa lagi disini.

Tengah aku ragu berkepanjangan, klitorisku disentuh jari yang sudah licin oleh cairan vaginaku. Aku tersengat nikmat.
Dan aku hanya bisa diam tanpa tau harus apa. Diam seperti orang tidur. Aku pura-pura tidur.

Donny mengusap klitorisku ke kiri dan kanan, lalu perlahan memutari bergerak melingkar. Sekuat tenaga kupaksa agar aku tidak bersuara. Mataku terpejam erat, aku marah atas kelakuan anakku tapi ragu untuk memarahinya. Walaupun aku marah, tapi klitorisku tak bisa berbohong, klitorisku menikmati sentuhannya. Apalagi ketika klitorisku yang tengah tegang kemudian dijepit dengan dua jari dan dipilin-pilin dengan tekanan yang cukup kuat. Terpaksa kutahan pantatku agar tidak naik mengangkat. Kupaksa juga kakiku diam agar tidak kelihatan mengejang.

Dalam hati, kurutuki anakku yang lancang merabai tempat dimana dia dilahirkan.
“Bangsat kamu Donny…….. bangsaaaat……. mmmmmh……hhhhkkkkk….” bibirku memang tertutup rapat namun aku merutuki dari dalam hati. Anak sekecil Donny sudah paham mengenai sex ? anak sekecil ini sudah punya birahi ? belajar dari mana dia ? apakah hanya naluri ? Rasanya puber juga belum sampai tuh… eh apakah dia sudah puber ?

Tiba-tiba rasa geli dan enak itu hilang. Donny berhenti mengusapi klitorisku, dan aku berfikir mungkin dia mau mengobokkan jari lagi kedalam vaginaku. Aku setengah berharap dia meneruskan kegiatannya. Tapi lama tak kurasakan apa-apa, mungkin dia hanya memandangi tempat dia dilahirkan, di vaginaku yang saat ini mengucur basah.

Pertanyaan yang berkecamuk dalam hatiku segera terjawab dengan hembusan nafas di selangkanganku, dan terasa sebuah benda yang basah hangat agak kasar menyentuh klitorisku. Aku sedikit tak mampu menahan kenikmatan sapuan lidahnya. Kedua tanganku mengepal menahan agar aku tidak bergerak.

Sapuan lidah donny makin menggila. Sepanjang bibir vaginaku dijilatinya. Kenikmatan itu menderaku begitu sangat karena aku tak mungkin bergerak menyambut. Lidahnya menyelinap ke balik bibir vaginaku, dan keluar masuk menjilati relung vaginaku yang makin basah tak karuan.

Donny tiba-tiba berhenti.
Celanaku yang tersingkap dari samping kurasakan tertutup kembali.
Hah ? Udahan ?
Kok aku berharap dia terus menjilati selangkanganku ya ?

Kupicingkan sedikit mata kananku, mengintip.
Donny sedang berdiri… eh bukan berdiri itu… tapi dia bangkit dan bertahan dengan kedua lututnya.
Pandangannya ke wajahku. Untung remang-remang sehingga dia tak melihat bahwa aku memicingkan sedikit mata kananku.

Sedang apa dia ? batinku.
Dia…… dia…..
Memerosotkan celananya.
Aku berdebar.
Dan kupejamkan mata, menanti yang akan terjadi.

Beberapa saat kemudian kurasakan nafas Donny menghembus hangat di leherku.
Dia tepat berada di atas tubuhku, namun aku tidak ditindih melainkan dia bertahan dengan sebelah tangannya.
Dibawah sana sebelah tangannya meraih ujung celana dalamku yang sudah agak usang dan sedikit longgar. Memudahkan baginya untuk menyingkapkan celana dalamku kesamping, membut seluruh bagian vaginaku terekspos.
Debaran jantungku makin keras, penasaran dengan yang akan terjadi selanjutnya.

Tubuh bagian bawah Donny terasa makin turun kebawah, kuketahui dari suhu yang makin hangat dan makin hangat.
Lalu…….
Aaaaaaaaaah…….. gila…….. nikmat sekali saat kurasakan klitorisku ditempel oleh sesuatu yang hangat dan keras.
Ya ampuuuun…… akhirnya aku merasakan batang kontol lelaki menyapu-nyapu klitorisku yang telah dua tahun mendamba sentuhan lelaki. Walaupun lelaki itu akhirnya anakku sendiri yang belum lagi puber.

Nafas donny terdengar memburu.
Pantatnya bergerak maju mundur keatas kebawah dan menekan permukaan vaginaku. Ujung tititnya yang berbentuk helm menabrak-nabrak klitorisku.

“Mama……..” ia berbisik memanggilku. Aku tentu tak akan menjawab. Aku sedang pura2 tidur kan ?
“Aaaah….. mama……” ia terus berbisik perlahan memanggilku. Difikirnya aku terlelap.
“Memek mama enak sekali……” hah ? ia bilang memek ? dari mana ia belajar bahasa kotor itu ?
“Itil mama……. nikmat….” aduh….. kok aku jadi makin terangsang ? aku ingin teriak dan memeluk Donny, dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam vaginaku. Tapi aku membatu. Diam bagai batang pisang.
“Kontol donny….. ngentot memek mama….” ceracaunya.

Kurasakan gesekan batang kemaluannya di permukaan vaginaku semakin cepat dan semakin menekan keras. Aduh…. belum lagi tiga menit…
Aku melayang menikmati sodokan kepala kemaluan Donny yang menabrak nabrak klitorisku. Rasanya makin nikmat saja.
Dalam diam aku berusaha meraih kenikmatan.

Tiba tiba kurasakan tubuh Donny mengejang. Pantatnya menekan. Batang kemaluannya menempel erat di sepanjang bibir vaginaku.

“Mama……….. aaaaah…..”

Donny menekan makin kuat. Seluruh batang kemaluannya yang keras sekarang terkubur oleh bibir vaginaku. Batang kemaluannya tidak masuk menusuk ke vaginaku, tapi hanya menempel saja. Namun karena dia menekan keras, maka batangnya akhirnya sebagian melesak terkubur bibir vaginaku dari mulai bawah sampai bagian atas, di bagian klitorisku yang bertepatan dengan kepala kemaluannya yang juga menekan.

Aduuuuuh… nikmat sekali… aku ingin sekali meraih puncak orgasmeku.

Donny tiba tiba berkelojotan diatas tubuhku.
Keras.
Menghentak-hentak.

“Mamaaaa…… aaaah”

Tapi, tidak kurasakan sesuatu yang biasanya akan menyiram hangat saat seorang lelaki meraih puncak kenikmatan.
Ah… berarti…. dia …. orgasme kering ???
Donny belum mampu mengeluarkan sperma ?

Tubuhnya terus terlonjak lonjak tak keruan.
Tidak aku pungkiri, aku merasa bahagia dan senang saat dia meraih puncak kenikmatan.
Anakku dibuat nikmat oleh vaginaku, hanya bibir vaginaku…….

Dan aku ?
Kentang banget.

Aku terus pura-pura tidur ketika Donny bangkit dari atas tubuhku, kemudian dia kurasakan merapikan kembali rok ku yang tersingkap, merapikan celana dalamku, lalu berdiri dan tak lama kemudian dia keluar dari gubuk kami.

Ooooh….. tega sekali kamu Donny…… Tega sekaliiii.
Mama sekarang kentang.

(Bersambung)
(wkwkwk... maap kalo tambah kentang... emang sengaja)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd