3|TAMU TAK DIUNDANG
Tak banyak yang tahu jika selama ini Lisa berprofresi sebagai wanita pemuas nafsu dikalangan atas, Amelia selaku temannya pun baru tahu akhir-akhir ini jika Lisa hanya mau melayani jika kliennya memberi uang diatas 10 juta.
Maka tak heran hutang orang tuanya bisa lunas hanya dalam waktu 5 tahun semenjak ia berumur 19 tahun.
Tepat pada hari ini Lisa genap berusia 26 tahun, perayaan yang biasa ia lakukan bersama Amelia kini telah terisi oleh binar bahagia Ryan.
Sajian sederhana bebagai jenis mie dan camilan lainnya memenuhi meja makan rumah keluarga besar keluarga Ko Atong.
Lisa hanya bisa berterima kasih karena telah diterima sebagai bagian keluarga itu. Tak ada harapan yang lebih besar seperti keluarga yang utuh dan saling melengkapi.
Ko Atong yang saat ini berusian 60 tahun tersenyum melihat senyum tulus Ryan yang sudah hilang semenjak Maya (istri kok Atong) meninggal 5 tahun lalu.
Maya adalah ibu kandung kedua anaknya sekaligus istri tercintanya. Namun sayang, besar cintanya belum bisa menutupi besarnya kasih tuhan.
Kanker ganas sudah menggrogoti tubuh cantik Maya, jelas diingatan Ko Atong bentuk hingga tingkah ketika Maya tersenyum yang anehnya sangat mirip dengan Lisa.
Entah kebaikan Tuhan atau akalnya yang tidak sedang baik-baik saja. Kejantanan Ko Atong mulai berdiri ketika tak sengaja menjatuhkan sendok ditengah makan malam yang memaksanya menunduk mengambil sendok.
Namun, tujuannya terpecah kala rok bermotif bunga milik Lisa tersingkap dan menampilkan betis hingga paha yang putih bersih.
Hanya bisa menahan gejolak dan logika, Ko Atong mulai bangkit dan memilih mengakhiri makan malam lebih cepat dengan alasan migrain.
'Yan, Ayah tidur dulu ya' ucap Ko Atong
Kasur empuk yang menjadi sandaran saat ini menghadirkan suasana nyaman 30 tahun lalu saat senyum Maya masih terkenang dengan manis.
30 TAHUN LALU
Ko Atong yang saat itu dipanggil Anto mulai merapihkan pekerjaannya sebagai staf admin grosir pasar Maju Jaya sore hari itu.
Maya yang saat masih bekerja di pabrik bakpao menunggu dengan senyum yang tak pernah pudar, Anto dengan penuh semangat menjemput Maya sembari ditemani rokok kretek favoritnya.
Tak ada motor yang menemani, hanya berjalan kaki menikmati pertukaran tugas matahari dan bulan. Aroma parfum yang bercampur keringat membuat Anto tak bisa menahan nafsunya.
Genggamannya semakin erat saat Maya dengan sengaja menggoda dengan mengelus jamari Ryan dengan perlahan dan desahan yang ia buat-buat.
“A Ryan udah ga sabar yahss, bayi nya mau dijenguk lohh..” goda Maya yang saat itu tengah hamil.
“Hehe, eneng tau aja kalo AA lagi pengen jenguk debay xixi.”
Perjalan menuju kontrakan mereka berdua terasa singkat saat Maya langsung melakukan blowjob di ruang tengah tanpa menghiraukan jika ada tetangga yang datang tiba-tiba.
Dengan ritme yang sama mulut Maya menikmati penis Anto yang berukuran diatas rata-rata itu.
Keringat Maya yang mulai mengucur deras seirama dengan gerakan pinggul Anto, berbagai respon seperti mendesah dan menjambak ikut meramaikan nafsu keduanya.
Cairan milik Ryan bercampur dengan liur Maya menghasilkan sensasi erotis yang membuat Anto tak fokus menahan sperma nya.
“Neng AA udah mau keluar, udahan yah ngemutnya…. Sssshhhhhh.” Maya hanya tertawa dan maklum, pengalaman selama 10 tahun memang tak bisa diragukan kala tempo dan teknik yang terus diasah.
“Eneng nungging aja yahh ssshhh, AA udah gak kuat pengen jenguk debay.”
Seakan mengerti, Maya langsung mengambil posisi memegang lemari hiasan yang berada dekat dengan jendela ruang tamu, Maya yang sudah siap dengan posisi menungging tak melihat jika didepannya ada seorang pria yang sedang jongkok membelakangi nya.
Dia adalah Pak Eko, tetangga Anto yang sedang mencuci motor dikala magrib.
Vagina Maya yang sudah merekah seakan siap menerima setiap penetrasi Anto, namun penis yang ia tunggu tak kunjung datang.
Mata Maya pun menoleh dan tidak menemukan sosok Anto. Bingung dan rasa penasaran terjawab kala pinggul Maya mulai diremas perlahan, namun yang Ia rasakan berbeda.
“Astaga, Pak Eko!!!!, lepas Pakk…” Maya tak menyangka jika yang sedang meremasi pinggulnya adalah Pak Eko, seorang pensiunan abdi Negara yang bertubuh besar namun berwajah cacat, banyak yang bilang jika beberapa luka didapatkan dari preman beberapa tahun lalu.
“Saya gini karena suami kamu, minggu lalu dia minta saya untuk memuasi kamu hhahahaha…” Maya tak bisa berkutik saat rengkuhan Pak Eko semakin kuat.
Dengan tergesa Pak Eko mulai menggigiti tengkuk Lisa hingga mulai tampak memerah. Daun telinga Maya tak luput dari penglihatannya, harum sabun dan bau badan khas Maya menguar mengganggu penciuman Pak Eko yang semakin menggebu.
“Maya tubuh kamu indah sekali….” Racau Pak Eko yang sedang mahsyuk melintir puting Maya dengan tergesa-gesa.
“Lepas Pakkkkkk, ini gak bener….. sssshhhhh ahhhhh.” Berbanding terbalik dengan yang diucapkan oleh Maya. Tubuhnya merespon dengan baik bahkan melebihi sentuhan suaminya sendiri.
Pak eko masih memeluk dan meremasi setiap jengkal tubuh Maya yang masih memberontak. Pakaian kerja Maya mulai kusut dan dipenuhi oleh keringat yang bersatu dengan keringat Pak Eko yang belum mandi sejak pagi hari.
Maya tahu kekuatan besar yang sedang merengkuhnya tidak main-main dan asal dalam lumatan serta gerakannya. Begitu professional dan tahu dimana titik lemah Maya yang terus menjerit.
“Pakkkk Maya udah gak kuat kalo gini terus. Jilat memek Maya PAKKKK sssshhhhhh…” pipi maya sudah seperti kepiting rebus saat Pak Eko tak menggubris keinginannya dan masih asyik memeluk Maya dari belakang sembari menggesekkan penis jumbonya.
“Neng Maya tenang aja. Kontol suami kamu gak seperti punya Aku HAHAHAH…” racau Pak Eko yang semakin congkak melihat pantulan bayangan Anto yang sedang mengelus selangkangannya.
Ia tak mengerti pola pikir Anto karena rela jika Maya yang secantik ini dipakai olehnya, bahkan kemarin dengan luwesnya Dia memohon seperti tak ada jalan keluar lain.
Disisi lain Anto masih fokus mempehatikan Maya yang pasrah diangkat dari lemari menuju sofa, dimana tempat itu adalah posisi favoritnya pagi hari karena biasa bercengkrama sembari meminum secangkir teh hangat.
Tubuh Maya saat ini hanya ditutupi BH berwarna biru tua dan rok. Ia melihat tangan jail Pak Eko sudah menarik celana dalam istrinya sebelum menggendong Maya layaknya karung beras.
Sofa yang biasa diisi oleh tiga orang itu mulai ikut basah dibanjiri keringat Maya yang terus bergerak tak karuan, Maya diletakkan dalam posisi duduk sembari bersandar pada sofa, sedangkan Pak Eko berlutut dan tenggelam dalam selangkangan Maya yang ia lihat berwarna merah menggoda.
“ckckckck, vagina kamu harum dan bersih Maya hahahaha….” Pak Eko semakin tak percaya jika saat ini bukan mimpi. Vagina yang bersih dipadu dengan bulu kemaluan Maya yang tercukur rapih.
“ssshhhh Pak Ekooooo…” Maya seketika menjerit kala lidah dan gigi Pak Eko bergeriliya dengan cepat dan menjilati tanpa ragu atau jijik.
Anto sedikit panik saat Pak Eko terlihat menjlati vagina istrinya itu. Muka Maya yang putih bersih berubah menjadi merah dan tangannya sibuk menggapai rambut Pak Eko yang sudah botak dibagian tengah kepalanya.
Anto hanya bisa diam dan dilema karena saat ini rasa cemburu, marah dan horny bercampur jadi satu.
Namun ada waktu saat Maya yang melihat kearah matanya seakan berbicara namun ia tak dapat menangkap maksud istrinya.
Maya mulai menggila saat klitorisnya digigit dengan gemas dan semakin tak berdaya dengan adanya kumis tebal Pak Eko yang ikut menyapu bagian atas vaginanya.
“sssshhh Pak Eko, aku mau ssshhh.” Kalimatnya terpotong saat orgasme nya yang akan didapat hilang begitu saja saat membuka mata.
Ditatapnya wajah seram Pak Eko yang berubah menjadi beraura sejati dan tak terbantahkan. Saat ini Maya merasakan seperti diayomi dan dilundungi oleh Pak Eko.
“Kamu suka?.” Tanya Pak Eko yang tersenyum jahil dan berdiri tepat didepan Maya yang masih membuka lebar pahanya.
“Pak Ekooooo. Ssshhh” desah Maya tak kuat sembari memainkan klitorisnya sendiri. Namun gerakan itu segera diberhentikan oleh tangan Pak Eko.
“sabar dong cantik.” Pak Eko segera membuka pengait celananya. Gerakan itu seakan melambat dimata Maya, waktu seakan berkonspirasi dan bekerja dengan lambat.
Hanya bisa tercengang. Begitu respon yang Maya melihat saat melihat penis Pak Eko. Kejantanan yang berwarna hitam itu berukuran 22 centimter dengan diameter yang tak bisa Ia tebak.
Namun adegan itu seketika terhenti saat pintu belakang rumahnya tiba-tiba terbuka oleh Anto yang memilih pergi karena tak kuat melihat Istri tercintanya berubah binal dan menggoda.
“Anto ngapain sih” Batin Maya berbicara melihat Anto yang marah karena ulahnya sendiri. Namun lamunan Mya lagi-lagi hilang saat Pak Eko mulai berlutut dan kembali menjilati vaginanya.
Lidah Pak Eko terasa kasar, belum lagi jari besar yang ikut meremasi kedua gunungnya itu.
Maya tak tinggal diam, tangan mungilnya mulai memelintir aerola Pak Eko yang membuat sang empu tersenyum bangga.
“Enak Maya.?... kamu suka kan hahahaha…” Pak Eko kembali meracau dengan congkak saat Maya menciumi telinganya.
Ia tahu betul wanita didepannya ini sudah dikuasai nafsu yang begitu besar karena sedang hamil.
“sssshhh Pak Eko awwww jangan di gigit dong klitoris Maya…” Maya merasa orgasmenya akan datang sebentar lagi, tubuhnya mulai bergetar.
Namun, lagi-lagi Pak Eko kembali menghentikan kegiatannya itu.
“Pak Eko apa-apaan sih dari tadi.” Maya marah karena pria botak dihadapannya hanya tertawa jail dan berdiri kembali.
“Saya cape Maya, umur saya bukan seperti kamu. Ayo emut kontol saya hahahaha…” Pak Eko yang mulai bertukar posisi dengan Maya.
Saat ini Maya yang mengambil alih permainan, ditatapnya kontol Pak Eko yang berukuran sama dengan Anto. Namun, diameternya lebih besar.
“hehehe, kontol Pak Eko lucu wkwwwk. Maya sukaaaa…” desah Maya merayu tetangganya itu.
Mulut lucu Maya mulai menggigiti ujung kontol Pak Eko yang agak bau pesing itu.
“hehehe, kontol bapak enak loh ssshhhh;” sembari menatap mata Pak Eko yang sudah kelewat sange itu, Maya terus menikmati sajian kontol yang kian menegang dan menonjolkan urat-urat berwarna hijau itu.
“masukin neng sshhhh” dengan patuh Maya langsung menenggelamkakan kontol super itu, namun hanya setengah yang bisa masuk.
“glkgkgkg knontl Apa Gkkk Muatjh.” Racau Maya tak jelas karena disodok dengan paksa sehingga deep throat yang terjadi membuat Maya menangis dan ingin muntah.
Karena tak tega Pak Eko memilih menyudahi sesi blowjob nya itu, dengan gerakan cepat Maya dipindahkan dengan posisi menungging sembari memegang lemari hiasan.
Terlihat vagina yang masih basah dan punggung Maya yang dilapisi keringat.
Meski terhalang cabang bayi, perut Maya masih terlihat seksi bahkan auranya terlihat berbeda seperti mantan istri Pak Eko.
Dengan sedikit paksaan penis yang berukuran jumbo itu berhasil masuk kedalam vagina Maya yang masih sempit.
“ssshhhhh ahhhh, Pak Ekoooooo…” saat ini Maya masih memegang lemari hiasan dengan erat, sodokan penis Pak Eko terasa menusuk dinding rahimnya, terasa perih namun menimbulkan sensasi yang berbeda ketika Anto melakukan penetrasi.
Perih dan geli bercampur aduk , Maya hanya bisa merespon dengan desahan yang begitu kencang saat pola gerakan penis Pak Eko bertambah cepat.
Anto yang saat itu kembali dan mengintip melalui jendala dapur.
Dia hanya bisa menikmati pemandangan yang indah dan tanpa sadar tangannya mulai melakukan onani.
Fantasi yang selama ini Ia pendam akhirnya terlaksana sesuai rencananya, Maya yang berkulit putih bersih sedang tak berdaya dibawah kendali Pak Eko yang sedang kesetanan.
Tangan Pak Eko tak tinggal diam semenjak melakukan penetrasi dengan penuh semangat, tanganya mulai menggapai payudara Maya dan meremas dengan gemas.
Ia lupa kapan terakhir kali penisnya dimanjakan seperti ini terlebih vagina Maya memiliki rasa yang berbeda dengan mantan istrinya.
“ssshhhh Pak Ekooo kontolnya enakkkk, A Anto mana siehhhhh…” Pak Eko hanya tertawa melihat Maya pura-pura tidak menikmati sodokan kontolnya.
Di remasnya payudara Maya dengan gemas sembari menciumi tengkuk yang begitu putih dan harum.
Ia tak menyangka jika hayalannya selama ini bisa terlaksana, perasaan aneh ketika ia melihat Anto sedang onani dengan ekspresi cemburu.
Bagai hewan yang mendapat kesempatan besar Pak Eko menambah kecepatan dalam setiap penetrasi, Maya semakin bergetar dan akhirnya orgasme pertama datang dengan begitu hebat.
"Sshhh Pakk.... Maya keluarchh"
Vaginanya seperti air mancur yang terus membasahi tubuh Pak Eko.
Senyum nakal tiba-tiba muncul dimuka Maya.
“Ayooo Pak. Genjot lagi dong memek Maya.” Desah Maya yang masih menungging sembari mentap lalu lalang orang di depan halamanya.
Semua tak menyadari jika rumah Anto kini sedang terjadi kegiatan yang tak senonoh.
Dengan menampar pantat Maya dengan gemas, Pak Eko dengan sigap langsung mengambil posisi dan mensejajarkan kontolnya dengan lubang vagina Maya.
“ssshhhaahhhh.” Hanya desahan yang keluar dari mulut Pak Eko, vagina Maya seperti memilin dan menyedot lebih dalam hingga ujung kontolnya seperti menabrak dinding tebal.
“ayooo goyang PAKKKK.” Maya berteriak manja sembari menatap wajah Pak Eko dengan ekspresi binal.
“Gak semudah itu geulis, sabar dong hahaha.” Kontol Pak Eko masih tetap di dalam vagina Maya namun tak kunjung digerakkan.
Tangan yang sudah berkeriput itu menggapai payudara Maya dan meremasnya dengan gemas. Terlihat sebagian tubuh Maya memerah akibat sedotan yang begitu kuat.
“ayo dong Pakkk ssshhhhh.” Maya kian gemas karena Pak Eko tak kunjung bergerak, dirinya bak dipermainkan dan itulah yang menimbulkan sensasi baru.
Vagina Maya mulai bereaksi dengan meremas secra tiba-tiba, Pak Eko terkejut karena baru kali ini rasa yang begitu hebat jatuh bersamaan.
Vagina Maya yang rapat. Kulit putih mulus. Beberapa helai rambut yang jatuh lepas dari ikat rambut.
Pantulan wajah cantik Maya yang bersemu merah terlihat dari kaca ruang tamu itu.
Dengan perlahan Pak Eko mulai mengayunkan penis yang sejak tadi hanya diam. Entah mengapa staminanya kembali berkobar setelah mendengar Maya mendesah.
“Jangan ditahan kalo emang mau desah.” Rayu Pak Eko sembari memainkan rambut Maya dengan lembut.
“BAPAK sshhhh gak liat didepan orang lalu lalang?.. sshhh aww.” Maya menjawab dengan terus bergerak maju-mundur karena penetrasi Pak Eko semakin beritme cepat.
“ssshhhh ahhh Pakkkk.” Pak Eko masih fokus dalam menggenjot Maya tanpa menghiraukan lalu lalang orang di depan halaman rumah Maya. Kesempatan ini tak akan Ia sia-siakan.
“ssshhh Pak Aku mau nyampessshhhh ahhh awww.”
“Tahan Maya, Aku juga mau nyampe… shhh uhhh memek kamu enak banget..”
Pak Eko menambah kecepatannya, ditariknya rambut Maya hingga sang empu terpaksa mendongak.
“pakk eughhh aww terus Pak lebih cepat… sshhh.”
“ssshhhh ahhhhh aku nyampe Mayaaaa ssshh.” Pak Eko memuntahkan mani yang begitu banyak
“AWWW SHHH Aku nyampee Pakkkk.” Seperti terbang menuju nirwana, Maya terus bergetar seiring dengan cairan yang terus keluar dari rahimnya.
Bau sperma dan kemaluan Maya bercampur dan menetes hingga ruang tamu yang saat ini ditempati kian basah.
Perlahan Pak Eko mencabut penisnya dan duduk mensejajarkan dirinya dengan Maya.
Dengan tatapan sayu dan lelah Maya mulai menegakkan badan, pipinya memerah saat Pak Eko tiba-tiba memeluk dan mencium keningnya dengan penuh rasa nyaman.
“Maaf ya saya tiba-tiba kayak gini.” Ucap Pak Eko sembari mengusap kening Maya yang penuh dengan bulir keringat. Terlihat dengan jelas Anto datang dan langsung ikut memeluk Maya dengan tatapan rasa bersalah.
Maya tahu betul suaminya memiliki fantasi yang berbeda dengan orang lain dan Ia memaklumi itu.
Tak ada penyesalan dalam diri Pak Eko, jiwa mudanya seketika bangkit dan menjadi buas saat melihat Maya tersenyum meski hanya dia yang bisa melihat, sangat kecil tapi sangat berarti.
Sepintas senyumannya sama persis seperti mendiang istrinya meski vagina Maya jauh lebih enak dan legit.
“Jaga istri kamu baik-baik Anto, Dia wanita yang nerima fantasi aneh kamu. Panggil saya kalo kamu masih penasaran.” Tanpa memakai baju kembali Pak Eko langsung keluar menju rumahnya dan melanjutkan kegiatan cuci motornya yang sempat terpotong oleh kenikmatan duniawi yang masih bisa ia rasakan.
Lamunan Anto seketika buyar saat Ryan mengetuk pintu kamarnya.
“Pah, Lisa mau nginep malam ini.” Anto hanya bias mengangguk pelan.
“Papah sakit?.” Balas Ryan dengan nada khawatir.
“Engga, Cuma kangen Ibu kamu. Yaudah suruh Lisa tidur di kamar kakak kamu aja. Jangan ngelewatin batas kalo belum halal.” Sembari menutup pintu, Ko Atong mulai tertegun saat Ryan dengan begitu gamblang mencintai Lisa.
Hanya bisa menatap jendela kamar yang langsung menghadap taman bunga seluas 12 meter persegi itu.
Malam ini seakan menenggelamkan rasa rindunya terhadap Maya, seakan tergantikan oleh prilaku lembut Lisa yang sampai saat ini masih Ia bayangkan jika bisa menikmati tubuh wanita pujaan anaknya.
Rasa lelah segera menghinggapi mata Ko Atong yang mulai menyamankan tubuhnya.
Malam ini menjadi saksi dimana Ko Atong yang kembali bergairah dan Lisa yang mulai merindukan belaian pria jantan, bukan Ryan tentunya.