Hai makasih yang udah baca dan comment. Semoga masih bisa nulis dan lanjut sharing ya. Lupa pisan ini mah kemarin tuh Petrichor bagian satu dan ini bagian dua.
Happy reading.
5| PETRICHOR II
Terkadang semua peristiwa harus dilihat setidaknya dari dua arah. Pagi ini habis sudah kesabaran Ryan saat melihat istrinya sedang asyik mengelap mobil ditengah kondisi kehamilan. Tentunya reaksi ini berlebihan, karena saat ini Lisa hanya bisa menangis sembari memegang mug berisi teh panas.
Tak jauh berbeda Ko Atong yang hanya bisa temenung, apakah semua itu hanya hayalannya sendiri?.
Berulang kali Ko Atong menanyakan pada benak dan ingatannya, berbagai cara sudah ia coba namun nihil, tak lama setelah teriakan Ryan, Ko Atong segera beranjak menuju garasi. Tapi sayang, hanya ada ember berisikan sabun cuci. Tak ada motor di depan apalagi tukang galon.
Heran.
Bingung.
Bahkan jari Ko Atong masih terus bergetar, melihat semua kilasan balik dari hari kemarin. Tingkah binal Lisa, tatapan merayu Lisa atau bahkan peristiwa dikamar mandi. Itu semua hayalan?
Tanda tanya besar menimpa pria tua itu. Giginya bergetar, ia tahu betul ini bisa jadi tanda-tanda penyakit pikun atau lebih parah Skizofrenia, ia tahu betul mendiang Maya menjelang akhir hayatnya di diagnosis penyakit ini. Halusinasi tak berkesudahan bahkan hampir gila.
Satu persatu rangakaian ingatan Ko Atong seperti hancur berkeping-keping, bersama turunnya hujan di Kota Bandung yang semakin besar.
Samar suara obrolan Lisa dengan Ryan mengganggu monolognya, dilihatnya Lisa yang sedang dipeluk Ryan. Akal Ko Atong seketika terfokus pada satu pilihan, bukan tentang hasrat apalagi nafsu. Ini jauh lebih besar, masalah kejiwaannya.
Pilihan pertama, ia yakin betul jika Lisa memang binal. Dan voila! Kesehatannya aman.
Namun, jika itu gagal otomatis Ko Atong bernasib sama dengan istrinya. Menjadi pengidap Skizofrenia.
Helaan nafas menjadi akhir dari segala pertarungan batin, Ko Atong meneguhkan keyakinan dan segera beranjak dari sofa ruang tamu untuk menuju kamarnya.
Saat melewati ruang keluarga, Ryan mengintrupsi ayahnya itu.
âBeh, bisa bantu jaga Lisa kan?â. Ucap Ryan polos.
âkamu jadi berangkat meski hujan gini?.â Balas Ko Atong dengan keheranan.
âIya Beh, nanggung semua akomodasi udah di booking. Oh iya, Lisa lagi ngidam. Maaf Ryan baru ngasih tahu kabar ini ke Babeh hehe.â Ucap Ryan yang masih memeluk tubuh Lisa
âRencananya minggu depan sekalian pas ulang tahun Babeh, tapi ya gimana lagiâŠ. Yaudah Ryan berangkat dulu yaa.â Lanjut Ryan sembari berdiri dan masih berpegang tangan dengan Lisa.
Entah mengapa tatapan Lisa seperti menunjukkan raut jumawa, batin Ko Atong bergejolak antara kebenaran fikirannya atau ini semua masih mimpi. Entahalah, yang pasti mulai hari ini investigasi terhadap menantunya akan dimulai.
âKamu hati-hati dijalan ya sayangâ ucap Lisa dengan manja
Ko Atong hanya bisa berdecih dalam hati, jika saja Ia bisa menunjukkan pada Ryan maka hari ini wanita itu sudah pergi dari rumah ini. Tak ada lagi nafsu, hanya ada rasa amarah yang semakin memuncak di benak Ko Atong.
Tapat pukul Sembilan pagi, keluarga kecil itu melepas kepergian Ryan, terlihat Lisa masih setia di depan pintu garasi sembari melambaikan tangan kearah mobil meski tertutup derasnya hujan. Sedangkan Ko Atong memilih kembali ke kamarnya, rasanya pening jika terus memikirkan semuanya.
âLisa, Babeh ke kamar dulu ya.â Yang hanya di balas anggukan oleh Lisa.
----
Saat ragu membelenggu
Saat mimpi berubah saru
Saat senyum manismu membiru
Saat itu pula aku meragu
---
Sore hari di kediaman Ko Atong.
Sepeninggal Ryan, rumah ini terasa sepi. Tak ada obrolan hangat antara Lisa dengan anaknya. Ko Atong sendiri sedang hanya diam dan terduduk disisi ranjang sembari memegang kalung mendiang istrinya.
Semua penyesalan memang datang di akhir, tak tanggung-tanggung semua perlakuan dia pada Maya sejak dulu berkumpul pada lubang karma yang membesar seperti lubang hitam yang menghisap segala kejahatan dan menghasilkan penyesalan dikemudian hari. Anaknya yang sedang kasmaran menjadi korban kelakuannya dahulu, mendapat isteri dengan kelakuan bejat dan segala misterinya.
Namun, itu semua tak berbanding lurus jika penyakit ini memang di idapnya.
Tok Tok Tok
âBeh, makan malam duluâŠâ Seru Lisa
âIya Lis, bentar Babeh mandi dulu.â Balas Ko Atong
âLisa tunggu ya Beh..â Putusnya.
Kaus dalam, celana dalam, celana pendek dan handuk. Semua sudah disiapkan Ko Atong diatas kasur sebelum masuk kedalam kamar mandi.
Ritual berjalan seperti biasa sampai saat Ko Atong termenung di depan cermin yang menghadap dirinya dan pintu kamar mandi.
Cermin berukuran 1 meter persegi itu menampilkan pria tua dengan keriput disana sini.
Ko Atong memegang dadanya yang istilah sunda sudah âmanyunâ itu.
Diangkat dan diusap secara perlahan sembari membayangkan jari Lisa yang sedang menyentuhnya. Sentuhan itu terus berlanjut hingga tangannya mulai turun kearah perut. Bermain antara lipatan lemak dan pusar yang tak terlewatkan untuk di jamah.
âbabeh Lisa sangeeeeeeâ
Bisikan itu semakin membuat penis Ko Atong berdiri, dilihatnya tegak dan mengacung. Mata Ko Atong kembali terpejam.
Sentuhan itu masih berada di perut, namun ada sentuhan lain yang bergerak dari arah bawah, setuhan itu bergerak sangat lambat diantara bagian paha hingga berakhir di pantat Ko Atong bersamaan pula degan sentuhan yang sebelumnya berada di perut, kini sudah berada di penis.
Sentuhan itu menagih dan bergerak dengan ritme acak, mengocok.
Sshhhhh
Shhhhhh
âLisa sangehhhhhh Behhhâ
Akhhhhh sentuhan itu terus bergerak tanpa henti, dada Ko Atong tak lepas dari jamahan saat kocokan semakin cepat hingga puncak kenikmatan akan tercapai mata Ko Atong terbuka.
âakhhhhh aku keluar LISAAAAAâ desah Ko Atong di depan cermin.
Hanya ada Ko Atong.
Tak ada Lisa.
Tak ada wanita lain.
Hanya pria tua yang sedang onani sembari memegang dadanya sendiri.
Rasa bingung dan benci bersatu saat mata Ko Atong menatap dirinya sendiri, air matanya menetes dengan perlahan.
âAKU SAKIT MAYAAA!!!!!â
Terkadang semua berjalan sebagaimana penglihatan kita
Tanpa tahu
Tanpa mau tahu
Meski kenyataan sudah terlihat jelas
Biar harum tanah yang mengambil peran
Tidak dengan asa ini.
Petrichor.
Selanjutnya semoga bisa Minggu ini yaa.