Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ternyata Suamiku Nakal

Bimabet
EPISODE 5: Datangnya Malaikat.


EPISODE SEBELMUMNYA.

Kedua tanganku memegang pinggul Marni bersiap melakukan serangan.

Ayo Pa....Marni enak......ah....desah Marni sambil memutar-mutar bokong seksinya.

Aku sudah sangat bernafsu sekali. Seperempat penisku sudah tenggelam di telan vagina Marni. Sementara Marni nungging pasrah dengan kepala ditaruh di bantal dan bokong yang mencuat tinggi siap digempur.

Tiba tiba....

Papa!

----

Point of View: Revita

Malam itu, aku terbangun dari tidurku aku merasa sangat gerah, rasa-rasanya AC di kamarku tidak berfungsi. Suamiku? Semalam usai bercinta dia memelukku tapi sekarang entah dia dimana. Mungkin sedang sibuk di ruang kerjanya pikirku.

Sejenak ku ingat permainan suamiku tadi malam. Ah...puas sekali. Benar-benar tiada duanya. Ku nyalakan lampu di kamar, ku lihat sendiri tubuh telanjangku masih menyisakan banyak bekas cupang kemerah-merahan di payudaraku. Jadi, kepengen lagi. Sepintas ku lihat jam di dinding. Masih jam 01.23.

Haus.aku membatin segera ku kenakan daster tanpa pakaian dalam. Lagipula satu-satunya pria di rumah ini hanya suamiku saja.

Aku beranjak menuju dapur di lantai 1. Ketika ku ambil air dari kulkas aku mendengar desahan-desahan aneh dari kamar Marni. Seperti suara desahan orang sedang bercinta pikirku. Ku hampiri kamar Marni yang memang tidak jauh dari dapur.

Aneh.pikirku.

Ku dengar desahan-desahan semakin jelas ketika aku semakin dekat dengan pintu kamar Marni. Ku lihat ada cahaya keluar dari balik daun pintu kamar Marni. Untung saja penerangan kamar Marni jauh lebih terang daripada di luar kamar. Memang kami punya kebiasaan mematikan lampu-lampu utama dan hanya menggunakan
lampu tidur saja.

Pelan-pelan ku dekati pintu itu, agar tidak menimbulkan kekagetan. Astaga, apa ini. Ku lihat Marni sedang menggoyangkan bokongnya nungging.

Ayo Pa....Marni enak......ah....desah Marni.

Papa!

Suaraku tercekat.

Rupanya laki-laki yang sedang berdiri dibelakang menyetubuhi Marni adalah suamiku sendiri. Aku baru tahu ternyata suamiku nakal. Benar-benar nakal. Selama ini aku memang menutup mata perihal hubungan suamiku dengan wanita-wanita di luar rumah, selama perhatian dan kasih sayangnya tetap dicurahkan kepadaku. Tapi, apa yang ku lihat kini benar-benar menyesakkan. Gadis yang menjadi pelampiasan nafsu suamiku adalah Marni. Gadis yang selama ini ku kenal cukup baik. Apakah dia telah menjadi selingkuhan suamiku. Aku hanya menduga-duga. Entah siapa yang menggoda duluan. Entah, suamiku atau Marni yang memulai. Yang jelas kini ku lihat Marni dalam posisi nungging sementara suamiku dibelakang Marni memegang pinggul Marni. Bersiap-siap melakukan penetrasi lebih dalam.
Aku merasa jengah juga mengintip dari celah pintu yang terbuka. Ingin rasanya ku labrak, namun entah mengapa nyaliku ciut melakukannya. Apa yang bisa ku lakukan kini hanyalah menyaksikan suamiku menyetubuhi Marni.

Ayo Pa, masukin lebih dalam...Marni merajuk pada Suamiku.

Ku lihat suamiku hanya tersenyum saja. Nampak suamiku memegang batang penisnya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih memegang pinggul Marni. Pelan-pelan suamiku menggerakkan bokongnya maju, kemudian mundur begitu seterusnya. Berkali-kali, hingga membuat Marni mendesah-desah tidak karuan. Aku yang menyaksikan pemandangan itu menjadi panas dingin. Terasa ada yang meleleh dari vaginaku, ya ampun aku terangsang melihat suamiku selingkuh di depan mataku.

Ah...enak Pa...ah...shs...Marni mendesah tidak karuan.

Aku sendiri menggosok vaginaku dengan jariku sambil tetap mengintip permainan suamiku dengan Marni.

Ah..aku mendesah tertahan saat jari-jariku menggesek kelentit vaginaku.

Aku hanya heran kenapa suamiku masih memegangi penisnya. Aku hanya menduga suamiku belum mau menjebol keperawanan Marni. Aku yakin itu. Beberapa menit berlalu. Suamiku mencabut batang penisnya dari vagina Marni, kemudian membalik tubuh Marni telentang.

Ku lihat Suamiku mementangkan kedua kaki Marni lebar-lebar. Sehingga nampak kini vagina tembem Marni begitu merangsang. Aku pun tidak kalah, ku masukkan jari tengahku ke dalam vaginaku sendiri.

Ah...shsh....aku hanya mendesah tertahan.

Kali ini, ku lihat suamiku sudah berjongkok menempatkan dirinya di antara paha Marni. Penis besar suamiku nampak gagah. Mengangguk-angguk mencari mangsanya. Marni sendiri nampak sudah pasrah.

Suamiku dengan lembut, menggosokkan kepala penisnya di bibir vagina Marni.

Ssss....ashss....ss.sss....en...anyak....Pa....Shshshsh...Marni mendesah tak karuan.

Sementara aku semakin kelojotan merasakan sensasi masturbasi sambil mengintip. Apa aku kelainan? Tanyaku sendiri.
Kini bukan hanya gosokan lagi, Papah suamiku mulai mendorong penisnya.

Clepkepala penis suamiku sudah menancap di lubang vagina Marni.

Egh...Suara Marni tertahan.

Dengan posisi seperti itu, suamiku dengan mudah menggerakkan penisnya maju mundur. Marni sepertinya benar-benar sudah tidak tahan. Kedua kakinya mengapit pinggang suamiku seakan tidak rela melepas penis suamiku dari vaginanya.

Ssss...sss...ah....ssss...Marni terus mendesah tidak karuan.

Aku semakin banjir dan semakin panas dingin menyaksikan persetubuhan suamiku. Tidak berapa lama aku pun merasakan ada yang akan segera keluar.

Ah........aku mendesah lirih merasakan orgasmeku. Gila baru kali ini aku merasakan sensasi seperti ini.

Sementara di dalam kamar ku lihat tubuh Marni menegang. Tangan Marni memeluk erat suamiku. Kedua kaki Marni tampak mencengkram erat pinggul suamiku.

Ah.....Pa...pa.....Marni mendesah merasakan orgasmenya.

Beberapa saat kemudian, nampak tubuh Marni melemas, kedua kaki yang tadinya mencengkeram erat pinggul suamiku melemas, lepas dari pinggul suamiku.

Sementara disana aku yang sedikit lemas akibat orgasme hasil masturbasiku. Ku lihat jelas penis suamiku masih menegang dan hanya seperempatnya saja yang
tenggelam di dalam kemaluan Marni. Dugaanku benar, suamiku belum berani memerawani Marni. Terbukti dia tidak memasukkan seluruh penis besarnya ke dalam lubang vagina Marni.

Suamiku kemudian mencabut penisnya dari lubang vagina Marni, dengan setengah jongkok ku lihat suamiku mengocok sendiri penisnya dengan tangannya. Tidak beberapa lama suamiku mengangkangi wajah Marni.

Astaga....Batinku.

Marni menelan penis suamiku, menelan sperma suamiku. Nampak jelas bibir mungil Marni tidak dapat menampung penis besar suamiku. Hanya kepala penis suamiku yang masuk ke dalam mulut Marni. Ku lihat dengan jelas, dari bibir Marni menetes sperma suamiku. Suamiku pun nampak puas. Kemudian dia merebahkan tubuhnya di samping Marni. Keduanya kemudian berciuman sangat lama dan kemudian tubuh keduanya diam. Ku rasa mereka tertidur.
Aku benar-benar merasa cemburu, marah namun juga bergairah. Ingin rasanya aku melihat persetubuhan itu lagi.

Ah sudahlah biar saja. Suamiku adalah orang yang bertanggung jawab.pikirku.

Aku segera kembali menuju kamarku, setelah ku bersihkan vaginaku aku beranjak tidur lagi. Jam 3 pagi. Sudah hampir pagi. Aku memejamkan mata dengan sangat sulit namun akhirnya aku pun terlelap.

---

Ku dengar jam weker di kamarku berdering sangat keras. Aku masih telungkap di kasur, tanganku mencari-cari jam weker tersebut, dapat. Ku matikan alarmnya dan ku lirik jam weker itu. Sudah jam 6 pagi. Aku menggeliatkan badanku, dan ku lihat suamiku sudah ada di sampingku masih tertidur. Kapan dia pindah ya. Ku tatap wajah suamiku dengan masih tiduran di kasur. Sebel, gemas, cemburu, marah rasanya melihat wajah tanpa dosa suamiku ini.Padahal jelas-jelas semalam dia berselingkuh dengan Marni. Bisa-bisanya tidur disebelahku seolah tidak terjadi sesuatu. Dengan gemas ku cubit pipi suamiku.

Aduduh.....Mam.....ma...mmama....Suamiku mengaduh.

Sakit Ma!suamiku terbangun dengan nada kesal.


Sudah pagi Papa, tuh lihat Matahari udah mau sarapan.aku beralasan.

Sebelum suamiku beranjak ke kamar mandi sempat dia merayuku.

Mama, semalem luar biasa deh, mau lagi dong.rayu Suamiku.

Ogah....jawabku.

Ah mama...Suamiku agak ngambek.

Minta aja sama yang lain weks...aku ejek suamiku, sengaja menyindir tapi suamiku tetap bersikap biasa.

Ya sudah deh Papa mandi aja. Huft.suamiku beranjak ke kamar mandi.

--

Suamiku nampak ganteng dan gagah dengan baju kebesarannya siap berangkat ke kantor. Sementara aku masih mengeringkan rambut basahku. Hari ini aku ada pembukaan butik lagi di daerah Sudirman.

Pa, papa sarapan dulu deh.kataku pada suamiku.

Iya deh Papa turun duluan yah Mah.kata suamiku.

15 menit aku pun turun menuju ruang makan.

Kok sepi Mbok, Papa sama Marni mana Mbok?tanyaku pada Mbok Imah.

Tadi habis sarapan terus ke depan Ndoro.Jawab Mbok Imah.

Ku pikir Mbok Imah pun tak tahu hubungan cucunya dengan suamiku. Ku sambar segelas susu dan ku habiskan dengan cepat. Aku segera beranjak ke ruang depan. Ku lihat suamiku sedang memangku Marni. Suamiku maupun Marni tidak menyadari keberadaanku karena aku sengaja pelan-pelan mengendap-endap. Aku penasaran sampai dimana hubungan keduanya.

Gila...pikirku.

Rupanya bukan sebuah pangkuan biasa. Ku lihat rok Marni tersingkap dan penis suamiku berada tepat di vagina Marni. Aku yakin penis itu sudah masuk ke dalam sana. Tidak semuanya memang paling tidak kepalanya saja. Ku lihat Marni mendesah desah dalam pangkuan suamiku. Sungguh pemandangan yang menggairahkan melihat seorang remaja duduk di pangku seorang yang cocok di panggil Om.
Aku tidak akan membiarkan kali ini. Dengan sengaja ku panggil mereka berdua.

Papa, Marni, cepat berangkat entar telat.kataku.

Aku seakan-akan berjalan dari ruang tengah. Ku lihat suamiku membelakangiku. Marni sendiri membenahi rok seragamnya. Mereka berdua nampak salah tingkah.

Sudah sana berangkat.Aku menyuruh suamiku berangkat.

Aku sendiri sudah siap berangkat ke Butik. Tapi aku masih tidak menyangka suamiku senekat itu.

Huft....sebel.aku mengumpat sendiri.

Bagaimana tidak di satu sisi aku cemburu. Marah. Kecewa. Namun, di satu sisi aku sangat mencintai suamiku. Sejelek apapun kelakuan dia tetap dia suamiku.

---

Tidak terasa pembukaan Butik di daerah Sudirman cukup lancar. Jam 2 siang aku sudah sampai di rumah. Aku cukup lelah dan ketika aku hendak menuju kamarku. Mbok Imah mengagetkanku.

Ndoro!Mbok Imah heboh.

Kenapa sih Mbok?tanyaku kalem.

Tadi ada cewek yang ngaku anaknya Bapak Sudjarwo datang kesini.cerita Mbok Imah.

Terus sekarang dimana Mbok?tanyaku.

Simbok suruh istirahat di ruang kerja Ndoro Wijaya. Lha wong kamar Marni di kunci, kamar satunya kuncinya Simbok lupa dimana. Maklum sudah tua Ndoro.

Ya sudah ga papa Mbok, dia sepupunya Papa Wijaya kok, adik sepupu. Lagian Papa juga aneh adik Bapaknya dipanggilnya Pak Dhe.ceritaku memang suamiku agak aneh memanggil saudara muda Bapaknya Pak Dhe harusnya kan Om atau Pak Lik.

Oh yawis Ndoro simbok ke belakang lagi.ujar Mbok Imah.

Aku segera beranjak ke lantai dua. Ku tengok sebentar ruang kerja suamiku. Ku lihat sesosok gadis remaja seumuran Marni sedang tidur telentang di kasur yang ada di ruang kerja suamiku dia mengenakan rok hitam selutut di padu dengan atasan yang sesuai.

Cantik.pikirku.

Nampak, nafas gadis itu naik turun beraturan seirama dengan gerakan dadanya. Aku menatap payudaraku sendiri.

Masih gedean punyaku. Aku berbangga diri.

Aku kemudian beranjak ke kamarku, beristirahat melepas lelah.

--

Jam 4 sore, biasanya suamiku sudah pulang dari kantor kadang lebih cepat malah. Bukan makan gaji buta, tapi karena kebanyakan tugas lapangan jadi suamiku
bisa pulang lebih cepat kalau sudah selesai. Aku turun ke bawah, ku lihat suamiku, Marni dan Mbok Imah sedang duduk di meja makan sambil minum es jeruk, mereka bertiga.

Aku sambar Es jeruk suamiku ketika tangan suamiku akan menjangkaunya namun aku lebih cepat. Segera ku tenggak habis es jeruk suamiku.

Ah...seger.

Mama...itukan punya Papa.

Eh siapa bilang. Bukannya punyamu punyaku juga dan punyaku tetap punyaku.jawabku.

Marni dan Mbok Imah tertawa saja mendengar ucapanku. Sejenak aku maupun Mbok Imah lupa kalau ada tamu di rumah ini.

Ma Papa ke atas dulu yah.kata suamiku

Marni, Bi Imah saya ke atas dulu.sambung suamiku. Jangan heran kadang kami memanggil Mbok Imah dengan Bi Imah tapi lebih sering Mbok Imah sih.

Ketika suamiku sudah menghilang dari pandangan mataku. Aku baru ingat kalau ada tamu di ruang kerja suamiku. Suamiku sendiri lebih sering pulang langsung istirahat di ruang kerjanya.

Segera aku naik ke lantai 2. Aku segera membuka pintu ruang kerjanya. Ku lihat suamiku sedang menggesek-gesekkan penisnya di belahan vagina gadis yang masih terlelap itu.

Heh Pa, ngapain?tanyaku.

Bersambung........
end part 5
 
Sesusia janji updatenya malam minggu tapi maaf Brada Marni belum mau tampil, masih mojok sama ane soalnya.

EPISODE 6: AKU KETAHUAN
POV: WIJAYA (PAPA)

Ku tatap seorang gadis cantik sedang terbaring telentang dengan rok yang tersingkap hingga ke perut dan mengenakan sebuah dres yang serasi dengan warna rok yang dipakai. Ku kenali wajah gadis itu, Susan sepupuku, anak gadis Pak Dhe Jarwo.

Sudah sangat berbeda dengan terakhir kali aku bertemu dengannya. Kini dia telah tumbuh menjadi gadis cantik yang sangat seksi. Kedua paha Susan benar-benar mulus, ditambah dengan buah dada Susan yang nampak bergerak naik turun mengikuti setiap hembusan nafasnya. Aku masih laki-laki sama seperti yang lain.
Mumpung ada kesempatan, segera ku keluarkan penisku yang telah tegang terangsang melihat kemolekan tubuh Susan. Dengan hati-hati ku sibakkan celana dalam warna hitam Susan dan pelan-pelan ku gesek-gesekkan penisku ke vagina Susan. Namun, belum sempat ku nikmati momen itu.Tiba-tiba.....

"Heh Pa, ngapain?".

Jantungku seakan copot mendengar suara Istriku dari belakang. Aku tidak tahu harus berkata apa. Kepalang tanggung dan ketahuan. Penisku yang tadinya menegang keras dan sempat ku gesekkan ke bibir vagina Susan sepupuku mendadak lemas. Segera ku masukkan penisku ke dalam celanaku dan ku tutup selangkangan Susan dengan roknya. Dengan kebingungan aku menjawab pertanyaan istriku.

"Eng...enggak Ma. Papa sedang...."jawabku gagu.

Susan pun rupanya terbangun mendengar suara berisik atau mungkin karena sudah lama dia tidur. Dengan penuh tanda tanya Susan mengucek matanya dan sempat menggeliat seksi di depanku.

"Hoam...."Susan menguap.

Raut wajahnya jelas dipenuhi tenda tanya melihatku dan juga istriku dalam satu ruangan dengannya. Namun, kemudian Susan memelukku erat dan mencium bibirku tepat di depan Istriku. Tiba-tiba, sebuah tangan menarik telingaku dan menyeretku keluar dari ruang kerjaku. Rupanya istriku benar-benar marah.

"Sakit Ma...."aku mengaduh kesakitan, namun Revita istriku terus saja menarik daun telinga kananku dan membawaku masuk ke kamar kami.

"Papa! Duduk!"perintah Istriku seraya kemudian melepas tangannya dari daun telingaku.

"Apa-apaan kelakuan Papa tadi? Papa jelasin sekarang!" istriku marah-marah sambil menunjuk-nunjuk ke arahku. Aku shock hingga terduduk di tepian ranjang.

"Bukankah Susan sepupu Papa!"Istriku menambahkan.

"Kenapa Pa, kenapa?!"Istriku kemudian melipat tangannya memalingkan mukanya seolah tidak mau melihatku lagi.

Aku kebingungan bagaimana aku harus menjelaskan kejadian tadi. Sudah jelas aku tertangkap basah sedang memainkan penisku di belahan vagina Susan. Apalagi
ditambah dengan Susan yang tiba-tiba memagut bibirku. Aku bingung. Aku hanya bisa duduk terdiam menyesali kecerobohanku.

"Pa, kok diem! Mana penjelasan Papa!"Istriku menagih penjelasan.

Sekilas ku tatap wajah Istriku, kemudian aku berdiri memandang Istriku kemudian memeluk erat Revita.

"Maafin Papa Mah."

Istriku mencoba melepaskan diri dari pelukanku.

"Pa, lepasin Mama. Mama mau denger dulu penjelasan Papa!"kata Istriku.

Aku masih belum mau melepas pelukanku sekalipun Revita mencoba berkali-kali mendorong tubuhku.

"Tapi Mama janji dulu ya gak bakal ninggalin Papa."kataku.

"Papa......"mendadak suara Istriku menjadi lembut seperti biasa.

"Sudah berapa lama kita bersama? Apa pernah Mama menyalahkan Papa? Apa pernah Mama marah? Apa pernah Mama berpikir ninggalin Papa?"kata Istriku balik
bertanya padaku.

Aku terkejut mendengar itu. Ku pikir Revita bakal membentak-bentak, marah dan kemudian minta cerai.

"Pah...Mama sebenarnya gak papa kalau memang Papa merasa belum cukup dengan pelayanan Mama, Mama sadar Pa, Mama gak pernah cukup mampu untuk muasin Papa."tambah Revita.

Aku justru semakin mempererat pelukanku.

"Pah, sakit! Peluknya kenceng amat!"Istriku mengeluh sakit karena pelukanku.

Pelan-pelan ku longgarkan pelukanku dan kemudian ku lepas tubuh Istriku, namun tangannya tetap aku pegangi. Aku masih takut Revita bakal kabur.

"Jadi, Mama gak marah?"tanyaku agak ragu.

"Ya gak lah Pa. Cuma Mama mau tahu kenapa Susan juga Pa? Diakan sepupu Papa!"kata Revita Istriku.

"Gimana jelasinnya ya Ma..."aku kebingungan sambil menggaruk-garuk kepala.

"Jelasin ke Mama sekarang atau pulangkan saja Mama ke orang tua Mama!"Kata Istriku dengan nada marah.

"Jangan dong Ma, oke Papa jelasin!"

"Mmmmmm....."aku masih bingung bagaimana menjelaskan.

"Gimana? Ya sudah Mama pulang ke rumah Mama di Bandung!"sambil mencoba melepas tangannya dariku.

"Jangan pergi, Papa jelasin sekarang. Jadi, sebenarnya Papa sama Susan udah gituan Ma."

"Apa?!"Istriku kaget.

"Belum selesai Ma."kataku.

"Jadi Papa dan Susan uda pernah petting. Waktu itu, Susan masih umur 12 tahun Ma. Waktu kuliahkan Papa pernah cerita ke Mama kalau Papa tinggal di rumah
Pak Dhe Jarwo di bandung."

"Terus?"Istriku penasaran.

"Ya kan Papa disana selama 3,5 tahun. Selama disana Papa sering telanjang-telanjangan sama Susan." Ceritaku berputar-putar karena aku memang bingung harus
cerita bagaimana.

"Oh jadi gitu Pa, kelakuan Papa selama ini? Pas waktu kita pacaran juga berarti?"tanya Istriku.

"I..i...iya Ma."kataku.

"Lalu kan Pak Dhe Jarwo pindah Ma, sampai akhirnya Papa ketemu dua bulan lalu."tambahku.

Istriku, sendiri kemudian malah tersenyum. Sungguh aneh, baru kali ini aku tahu ada seorang Istri yang menangkap basah suaminya kemudian mendapati suaminya
bermain dengan wanita lain, tapi tidak marah. Malah justru tersenyum. Ada apa dengannya, pikirku.

"Sudah Papa perawani juga Susan?"tanya Istriku.

"Ya belumlah Ma, Papa gak tega waktu itukan dia masih kecil."

"Oh masih kecil. Kalau sekarang apa Papa masih mau merawani dia?"tanya Istriku.

"Gak, gak, gaklah Ma, diakan sepupu Papa."jawabku sekenanya. Padahal sebenarnya aku memang ada niat kesana karena memang sekarang Susan benar-benar sudah
cantik, seksi dan menggiurkan, apalagi waktu dia tidur tadi pahanya benar-benar mulus, dadanya besar pas dengan postur tubuh Susan. Jadi keingetin waktu
dia masih umur 13 tahun, vaginanya masih gundul. Sekarang, aku yakin banyak laki-laki yang ingin menjamah tubuh Susan.

"Hayo, Papa bayangin apa? Susan? Atau.................."suara Istriku dipotong dengan sengaja membuat aku penasaran.

"Atau Papa mikirin Marni?"sambung Istriku Tidak habis pikir darimana Revita tahu.

Aku menelan ludah. Rupa-rupanya Istriku sudah tahu semua kelakuan nakalku. Harus bagaimana sudah kepalang basah.

"Gaklah Ma, papa lagi mikirin Mama kok. Istriku yang cantik dan seksi."aku coba merayu.

"Halah, dasar laki-laki gombal. Mama sudah lihat sendiri kelakuaan mesum Papa. Mama baru tahu sekarang ternyata suamiku benar-benar nakal."kata Istriku.

"Jadi Papa, apa Papa ada niat memerawani Marni dan Susan?"tanya Istriku.

"Niat sih ada Ma. Tapi, resikonya itu, bisa-bisa Papa diceraiin Mama. Papa gak mau."kataku.

"Baiklah Papa, kali ini Papa Mama maafin tapi ada syaratnya."kata Istriku.

"Kok pake syarat segala sih Ma."protesku.

"Mau gak?"tanya Istriku.

"Ya sudah Papa mau."kataku pasrah.

"Pertama, Papa harus nuruti semua kata Mama, gimana Pa?"ujar Revita, Istriku.

"Iya."jawabku.

"Kedua, Papa harus bilang Mama kalau ada wanita selain Marni dan Susan."

"Iya Ma."jawabku sedikit lega. Artinya ada sinyal hijau.

"Yang ketiga, malam ini sampai besok pagi, Papa gak boleh keluar dari kamar."

"Lho lho masa Papa disuruh di dalam kamar sih Ma?"

"Protes?"sambil menatap tajam ke arahku.

"Iya iya iya."jawabku pura-pura ketakutan.

"Sekarang lepasin tangan Mama."kata Istriku.

Kemudian tidak lama berselang istriku meninggalkanku di dalam kamar.

"Dah Papa......"Istriku melambaikan tangan di depan pintu.

"Cekrek.."rupanya pintu kamar dikunci dari luar. Aduh, aku terjebak dalam kamar. Tidak bisa kemana-mana lagi selain melihat tv di dalam kamar. Oh iya HP.

Aku baru kepikiran dengan handphoneku. Ku raba-raba saku celanaku namun hasilnya nihil. Aku kemudian teringat kalau handphonek ketinggalan di ruang kerja.
Aku teringat dengan hasil spy cam waktu aku main dengan Marni tempo hari. Pikiranku galau, takut kalau Revita, membuka handphoneku dan melihat video itu. Tapi, aku justru lebih takut kalau Susan yang membukanya.

Akhirnya aku rebahkan saja tubuhku di ranjang sambil menonton tanyangan TV Syfy. Sedikit aku bisa melupakan kejadian barusan. Namun, sial ternyata dalam adegan film ada adegan kissing yang cukup panas. Dasar laki-laki dimanapun sama. Otakku jadi ngeres, aku kepikiran lagi beberapa tahun silam ketika aku masih nebeng di rumah Pak Dhe Jarwo.

Beberapa tahun lalu, ketika Susan masih berumur 13. Waktu itu, Susan mendapat PR IPA dari gurunya untuk mempejari masalah reproduksi hewan.

"Bang Jay, bantuin Susan dong."Susan memang memanggilku Jay.

"Bantuin apaan sih San?"tanyaku, aku sendiri sedang telungkap dalam kamar membaca majalah bisnis hanya berbalut celana kolor,dan kaos oblong tanpa pakaian
dalam.

Aku sendiri sempat melihat Susan yang hanya berbalut rok warna biru dengan tanktop. Baru pulang sekolah pikirku.

"Ini Susan ada PR IPA tentang reproduksi. Tapi Susan gak ngerti nih."kata Susan polos.

"Ya sudah sini."Akhirnya Susan ikut tengkurap disampingku.

"Nih, tadi Susan sempet pinjem buku ke temen Susan."kata Susan sambil menunjukkan sebuah buku bersampul lambang pria dan wanita di depannya.

"Buku apaan tuh San?"tanyaku. Langsung ku rebut buku itu dari tangan Susan kemudian ku buka isinya. Astaga ini bukan buku pelajaran SMP tapi buku porno, isinya benar-benar vulgar. Berbagai posisi seks dan juga foto-foto alat kelamin pria dan wanita bertebaran di dalam buku itu.

"Ini namanya penis yang Bang?"tanya Susan sambil menunjuk gambar penis di buku.

Aku kaget ketika Susan mengatakan hal tersebut segera aku tutup buku itu.

"Jangan, buku ini bukan buat kamu yang belum cukup umur!"aku melarang Susan membuka buku itu.

"Susan udah lihat semua kok."kata Susan polos.

"Biasa aja. Kayak Ayah sama Mama waktu malem-malem kemarin."cerita Susan.

Ini bocah ternyata. Susan kembali merebut buku itu kemudian dia buka buku itu.

"Ini kata Ani, namanya ngentot. Bener gaksih Bang?"tanya Susan.

"Waduh, darimana kamu tahu kata macam gitu.?"tanyaku.

"Dari Ani Bang, Ani malah cerita kalau dia pernah di entot sama papanya lho."ucap Susan."

"Seriusan San?"tanyaku.

"Serius sumpeh"kata Susan sambil masih membuka buku itu, yang belakangan aku tahu kalau itu adalah buku Kamasutra.

Aku pun hanya terdiam membayangkan sosok gadis remaja umur 13 tahunan dientot oleh orang berusia setengah abad. Penisku mengeras dibawah sana. Apalagi kini
di sampingku ada sosok bidadari kecil yang cantik, Susan sepupuku.

"Bang Jay, Susan boleh lihat punya abang?"

Aku sempat kaget mendengarnya tapi juga kegirangan.

"Boleh sih tapi lihat aja yah."aku kemudian berbalik badan telentang di ranjang kemudian ku plorotkan celanaku hingga selutut.

"Bang, ini to yang namanya burung."Susan memperhatikan Penisku dengan seksama.

"Kok gede sih?"tanya Susan sambil kemudian memegang-megang penisku yang sudah ereksi seratus persen.

"Iya dong, apalagi dipegangin sama gadis secantik Susan."aku merayu Susan.

"Ah Abang bohong, Susan kan masih anak-anak. Tetek Susan aja belum ada."Susan nampak malu.

Aku malah merasa keenakan mendapat rabaan dari gadis kecil seperti Susan. Aku sendiri terus terang waktu itu, aku pacaran dengan Revita pun hanya sebatas
cium pipi. Namun, kini gadis kecil itu malah memegang-megang batang penisku.

Malah kemudian tanganku membimbing tangan Susan mengerakkan tangannya naik turun di batang penisku. Rasanya sungguh nikmat dan enak sekali. Baru kali ini aku merasakan sensasi kocokan tangan seorang gadis.

"Lho abang kok merem melek gitu? Geli yah Bang?"Susan bertanya dengan wajah polosnya.

"Iya San, habisnya enak."kataku.

"Masa sih."Susan kemudian malah semakin cepat mengocok penisku dengan tangan mungilnya yang tidak mampu menggenggam penuh batang penisku. Aku semakin
kegelian dan keenakan.

"Udah San, udah Abang gak tahan geli."aku mencoba melepaskan tangan Susan dari batang penisku dan tanpa ku pikir lagi.

"San, emut dong burung Abang, kayak kamu ngemut es krim"permintaan yang aneh sebenarnya untuk gadis seusia Susan.

Alangkah senangnya aku ketika Susan mencoba memasukkan kepala penisku ke dalam bibir mungilnya.

"Bang Hak Hisa Massu....kehedean."Susan ngomong tidak jelas karena bibirnya sudah melahap kepala penisku. Jelas saja gak bakal muat Penisku terlalu besar
untuknya.

Enak juga bibir Susan, sensasinya benar-benar membuatku melayang keenakan. Cukup lama Susan mengoral penisku bahkan tanpa ku tahu Susan sangat lihat
mengoral penisku. Entah dia belajar darimana.

"San kok kamu...ah...enaknya."Aku semakin keenakan ketika Susan menjilati kedua biji pelerku.

Susan kemudian duduk disampingku yang masih telentang dengan celana terbuka. Penisku nampak mengkilap.

"Susankan pernah bilang lihat Ayah sama Mama. Mama jilati burung Ayah sampai Ayah merem melek gitu Bang"kata Susan polos.

Pikiranku sudah gelap, aku sudah dilanda birahi tanpa banyak kata ku terkam tubuh mungil itu.

"Ah...abang geli...."Susan menggeliat ketika lehernya aku ciumi dan aku jilati. Sedangkan tanganku sibuk mengelus-elus sekujur tubuhnya.

Sambil melepas celana yang masih nyangkut dilututku aku telanjangi Susan hingga benar-benar telanjang bulat. Kini di ranjang itu, nampak sosok gadis kecil dan seorang laki-laki dewasa dalam kondisi telanjang. Bedanya aku masih mengenakan kaos oblong. Aku perhatikan Susan yang kini telentang dibawahku, ku pandangi sejenak dan kemudian ku lepas kaosku. Susan nampak bingung dan malu, wajahnya merona. Entah malu atau bernafsu yang jelas penisku sudah mengangguk-angguk mencari pasangan.

Tanpa menunggu lama segera ku sosor bibir mungil Susan. Meskipun aku juga termasuk perjaka, dan minim pengalaman setidaknya pengalaman melihat film porno ku praktekan disini. Susan masih sangat pasif bahkan ketika kumainkan lidahku di dalam mulutnya Susan masih tidak bereaksi. Kaget mungkin, ku lepas pagutanku dan sejenak ku tatap wajahnya sambil membelai-belai rambutnya. Aku setengah merangkat di atas tubuh mungil Susan. Pelan-pelan kini bibirku beralih ke leher Susan. Susan menggeliat-liat kegelian.

"Bang...geli...."

Aku meneruskan permainan lidahku. Aku tidak bodoh dengan meninggalkan cupangan di leher Susan. Untung saja hari ini rumah sepi, hanya ada aku dan Susan
saja.

Ciumanku kemudian ku alihkan ke dadanya yang baru mulai tumbuh. Puting susu Susan masih sangat imut, berwarna merah kecoklatan. Aku hisap puting susu itu bergantian. Reaksi tubuh Susan benar-benar luar biasa.

"Aduh Bang, geli.....enak...."

Aku lihat tubuh Susan tidak saja menggeliat-liat. Tangan Susan meremas rambut kepalaku, bahkan sesekali menjambak rambutku. Sakit memang tapi aku benar-benar menikmatinya. Sesaat ku alihkan lidahku ke bagian dalam paha Susan, kiri dan kanan bergantian. Susan semakin merintih tidak karuan karena kegelian. Ciumanku akhirnya ku arahkan ke vagina mungil Susan yang mash gundul dan polos itu. Ku buka lebar kedua paha Susan hingga vagina Susan yang tadinya nampak hanya sebuah garis kini terlihat ada lubang mungil di dalamnya.

"Ah....abang geli....Sss.....enak...bang...."Susan merintih semakin keras ketika lidahku menjilati permukaan vaginanya.
Susan benar-benar telah terhanyut dalam nafsu birahi mendadak kepalaku dibenamkan ke dalam vaginanya hingga aku kesulitan bernafas dan Susan mendesah tubuhnya pun menegang.

"Ahhhhh........................"

Tiba-tiba ku rasakan cairan asin-asin gurih di lidahku, cairan itu semakin membanjir mau tidak mau ku hisap sekalian cairan itu. Beransgur-angsur tubuh mungil Susan melemah dan tangan Susan juga sudah lepas dari kepalaku. Ku tatap wajah Susan nampak lelah namun cukup puas sangat kelihatan sekali di matanya.
Penisku sendiri masih sangat tegang dan keras. Aku berpikir sejenak apakah harus ku renggut keperawanan Susan. Aku menimbang-nimbang sendiri dalam hati, di satu sisi aku memang ingin sekali merasakan vagina seorang wanita. Apalagi selama ini Revita hanya mengijinkanku untuk menciumnya saja. Tapi, Susan masih kecil, apa muat vaginanya, pikirku.

Aku mendapat ide lain. Ku buka lebar lagi kedua paha Susan. Kemudian ku arahkan kepala penisku tepat ke vagina Susan dan pelan-pelan ku bimbing kepala penisku di belahan bibir vagina Susan.

"Agh...Abang sakit."Susan mengaduh ketika ku tekan penisku di depan liang vaginanya. Beberapa kali ku coba, namun Susan mengaduh kesakitan. Aku bisa memakluminya karena memang penisku cukup besar.

Akhirnya, yang dapat ku lakukan hanyalah menggesek-gesekkan saja kepala penisku di belahan bibir vagina Susan. Ku pikir rasanya akan berbeda. Namun, ternyata rasanya cukup nikmat juga. Beberapa lama masih kegesek-gesekkan penisku di vagina Susan. Susan pun kini sudah dapat menikmatinya juga.

"Asss...sh....ssss.....enak bang....."desah Susan.

Mendengar Susan mendesah aku coba lagi menekan penisku ke dalam liang senggamanya, kali ini Susan masih diam, bahkan menikmati benda asing di dalam
vaginanya. Walaupun baru kepalanya saja yang masuk penisku seakan-akan diurut oleh dinding ketat vagina Susan. Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. Ku dorong maju mundur penisku di dalam vagina Susan, rasanya sangat enak sungguh nikmat. Kepala penisku ku dorong semakin dalam, namun tangan Susan mendorong pinggulku.

"Abang jangan dalam-dalam Susan sakit."cegah Susan. Ku rasakan penghalang di dalam lubang vagina Susan.

"Ya sudah kalo gitu segini aja yah."Aku sebenarnya tidak tahan tapi aku tidak mungkin menyakiti sepupuku ini. Akhirnya, seks pertamaku dengan Susan ku
lakukan dengan hanya menggesek-gesekkan kepala penisku di liang senggamanya.

"Yah...gitu Bang...enak Susan enak......"

Tidak berapa lama aku pun merasakan ada cairan yang akan keluar dari penisku. Segera ku pegangi penisku dan ku kangkangi Susan.

"Crot...crot...crot....."spermaku tumpah menyemprot muka dan dada Susan sebagian mengenai rambut sebahu Susan.

"Ah...abang apaan nih......bau...."Susan mencium aroma sperma di wajahnya.

Aku lemas, dan kemudian berbaring di sampingnya.

"Itu....namanya sperma Sayang."aku menjelaskan.

"Kalo masuk ke dalam sini, kamu bisa hamil."terangku sambil memegang vaginanya.

"Masa sih bang, Susan bisa hamil dong?"tanya Susan.

"Ya gak lah kan tadi gak masuk."jelasku.

Kami pun akhirnya tertidur pulas dalam keadaan bugil hingga malam tiba. Untungnya kami terbangun tepat sebelum orang rumah lainnya pulang. Aku dan Susan semenjak kejadian itu, seringkali melakukannya. Hingga akhirnya aku pun lulus kuliah dan diterima kerja di Jakarta. Setelah itu, kami jarang ketemu,
apalagi kemudian Pak Dhe Jarwo pindah rumah. Sudah hampir 10 tahun aku tidak ketemu.
Kenanganku dengan Susan, tiba-tiba buyar ketika pintu kamar itu terbuka.

"Cekretk..."

"Papa...."ternyata Istriku Revita datang. Anehnya, Revita sudah mengganti bajunya dengan t-shirt bertuliskan touch me, nampak puting susunya tercetak di
t-shirt itu, pasti dia tidak memakai BH. Payudaranya nampak bergoyang-goyang ketika Istriku menghampiriku. Tidak habis pikir bukannya t-shirt itu, aku yang
beli buat Marni. Sudahlah namanya juga keluarga bertukar baju hal wajar pikirku.

"Nih, Papa minum ini."Revita menyodorkan sebotol minuman yang aku tak tahu apa sebenarnya.

"Apaan nih Ma?"tanyaku. Ku amati botol itu, tidak ada tulisan latin di situ, tapi sangat jelas aku kenal itu tulisan cina mandarin berwarna merah.

"Sudah minum aja, nanti Papa juga tahu."kata Istriku.

"Papa kan laper nih Ma, masa yaiya malah disuruh minum mana cuma ada sandwich doang di kulkas."aku menggerutu.

"Minum dulu aja. Entar mama kasih makan malam istimewa."kata Istriku.

Aku tenggak habis minuman seukuran botol M150 itu. Rasanya manis agak pahit.

"Apaan sih ini Ma, rasanya aneh gini."aku penasaran. Tubuhku menjadi panas dilanda birahi sesaat setelah ku tenggak minuman itu.

"Papa mandi sana udah malam."kata Revita.

"Nanti Mama nyusul."sambung Istriku sambil kemudian keluar kamar dan lagi-lagi pintu kamar di kunci. Aku pun penasaran juga dengan makan malam istimewa
yang dimaksud istriku.

Aku sempat menatap istriku dari belakang, bokong itu memang masih sama, masih terlihat menggoda di balut rok span warna abu-abu selutut. Ku biarkan Istriku berlalu, namun kini aku kelabakan sendiri penisku rupanya menggembung, semakin mengeras.

Entah apa yang ku pikirkan entah Marni, entah Susan, entah juga Revita. Apalagi ditambah bayangan tentang Susan, Enaknya vaginanya Marni dan Payudara istriku yang menggodaku. Segera aku menuju ke dalam kamar mandi di dalam kamar untuk meredam birahiku yang tiba-tiba meledak-ledak. Ku lepas semua bajuku dan sesaat kemudian aku sudah bertelanjang. Aku melepas penat dan beban pikiranku dengan menceburkan diriku ke dalam bathup. Penisku benar-benar telah menegang sempurna hingga muncul ke permukaan air bath up. Ku pegang dan ku elus-elus penisku sendiri. Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang dan ku rasakan gundukan yang sangat familiar menempel di kepalaku begitu kenyal dan empuk tidak salah lagi. Sepasang Payudara. Tapi, aku yakin sekali ini bukan payudara Istriku, aku hanya berspekulasi. Aku tahu persis payudara Istriku ukuran dan juga bentuknya.

"Papa kok main sendiri?"suara Istriku terdengar di telingaku.

"Mama.....ah Mama kok genit sih....."kataku. Aku mencoba menebak.

Ku coba melepas tangan itu, namun ku dengar Istriku berkata.

"Eit..tunggu dulu."suara Istriku.

Kemudian ku rasakan ada yang menjamah penisku. Ku pikir-pikir lagi bagaimana bisa mataku di tutup dengan dua tangan. Kalau yang menutup mataku adalah
istriku lalu siapa yang memegang penisku? Aku berspekulasi......

"Ini makan malam istimewa buat Papa....."

Bersambung....

Banyak koment, updatenya cepat apalagi episode selanjutnya bakal lebih gila dan sudah siap di upload. Eh Enggak ding...Nunggu Marni Siap. Susan ikut juga. Asyik....
end part 6
 
EPISODE 7: RAHASIA SUAMIKU
POV REVITA (MAMA)

Singkat cerita ku tinggalkan suamiku di dalam kamar dengan keadaan pintu kamar yang terkunci. Aku kini sudah berkumpul dengan Marni dan Susan di kamar Marni. Kami bertiga sangat cepat akrab. Bahkan dalam waktu yang sebentar aku sudah dapat membongkar semua rahasia mereka dengan Suamiku Wijaya.

Maafin Marni yah, Ma. Marni mencuri Papa dari Mama, padahal Marnikan bukan siapa-siapa di rumah ini. Marni merasa bersalah Ma.nampak ada sedikit penyesalan di mata Marni.

Susan juga yah Teh, waktu itu Susan penasaran Teh, tahunya jadi keterusan, tapi sumpah Teh, Susan masih perawan. Abang Jay belum sampai memerawani Susan. Susan minta maaf.kata Susan sambil menundukkan kepala.

Ku tatap kedua gadis muda di depanku. Nampak raut muka mereka gelisah dan sedikit ketakutan. Aku sendiri bukan orang yang mudah marah, apalagi menyangkut suamiku. Bagiku apapun tindakan suamiku selama dia masih tetap mencintaiku aku tidak akan menyalahkannya. Semua karena sejak kami pacaran aku pernah berjanji pada suamiku tidak akan pernah menyalahkan dia untuk semua tindakannya asalkan dia tetap mencintai dan menyayangiku.

Ku raih kedua gadis itu ke dalam pelukanku, kemudian keduanya menangis di dadaku. Aku elus kedua rambut gadis itu. Kalau aku pikir-pikir lagi, sebenarnya
usia kami juga selisih tidak jauh. Marni 17 tahun, Susan baru masuk 23 dan aku sendiri sebentar lagi akan masuk usia 26. Ku rasakan dadaku semakin basah, dengan air mata kedua gadis itu. Aku sangat yakin keduanya benar-benar menyayangi suamiku juga seperti aku. Marni, bercerita kalau sampai detik ini sudah belasan cowok di sekolahnya yang dia tolak lantaran sudah terlanjur cinta kepada suamiku, bahkan rahasianya yang sebenarnya aku sudah tahu dia ungkapkan juga. Sementara Susan, mengakui semua perbuatan yang dilakukan dengan suamiku dulu. Susan mengungkapkan bahwa dalam hatinya tidak ada tempat lain selain untuk Suamiku.

Aku merasa gamang, serba salah sebenarnya. Sudahlah mungkin ini memang sudah suratan takdir. Suamiku memang punya kharisma, kalaupun dia mau bukan hanya aku, Susan atau Marni. Puluhan wanita lain di luar sana bahkan sangat mungkin ditaklukan suamiku dengan mudah.
Pikiranku menerawang teringat kembali sewaktu aku masih SMA kelas tiga dan Suamiku waktu itu baru saja diterima kerja di tempat dia kerja sekarang. Dengan penuh perhatian dia selalu memberikan kejutan-kejutan yang tidak pernah ku duga, entah bunga, coklat atau pun hal-hal kecil yang sebenarnya sangat berarti buatku. Bahkan teman SMA-ku Wulan pernah mengatakan kalau saja suamiku belum pacaran denganku, Wulan pasti akan mengejar-ngejar suamiku padahal Wulan adalah primadona di sekolah wakti itu jadi sangat mudah baginya mendapat cowok manapun. Masa pacaran kami memang tidak pernah kami habiskan dengan hal-hal mesum, mungkin inilah yang menjadikan Suamiku melampiaskan kepada sepupunya Susan yang baru saja aku ketahui dari mulut Susan secara langsung detail kejadiannya.

Beginilah hidup, terkadang ada rahasi-rahasia yang sebaiknya tidak kamu tahu. Ketika kamu mengetahuinya, hidupmu bukan lagi hanya milikmu. Akhirnya, ku putuskan hari itu juga, akan ku bagi suamiku dengan kedua gadis ini. Sementara, aku terhanyut dalam lamunan kedua gadis itu masih menangis dalam pelukku.

Sudah, sudah, Mar, Mama gak marah kok. San, Susan, Teteh ngerti kok perasaan kamu.

Serius Teh?Susan nampak mengusap air matanya.

Mama, gak marah sama Marni?Marni pun menanyakan hal yang sama.

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Kedua gadis itu serempak memelukku.

Makasih Ma....Marni memelukku.

Makasih Teh...Susan pun demikian.

Aku merasa sesak di peluk begitu erat.

Sudah...sudah...sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan kedua gadis itu. Wajah mereka sudah lebih ceria.

Tuh, bajuku basah semua, gara-gara kalian nih.

Hihihihihi.....kedua gadis itu malah cekikikan.

Teh, Susan boleh manggil teteh Mama juga, habisnya Susan iri sama Marni?tanya Susan kepadaku aku sempat kaget juga mendengarkanya. Tapi, aku maklum saja.

Terserah Susan aja....kataku.

Ma...mama...Susan memanggilku dengan nada manja. Lucu juga, belum hamil tapi kini aku punya dua anak.

Ma, bajunya di lepas aja, basah gitu kok Ma...kata Marni sambil beranjak mengambil t-shirt dari lemarinya.

Pakai ini aja deh Ma, all size kok.Kata Marni sambil menyodorkan t-shirt berwarna pink kepadaku bertuliskan touch me.

Ku lepas bajuku, di depan kedua gadis itu. Keduanya hanya melihat saja dengan wajah penasaran. Sesaat kemudian yang tersisa hanya BH berwarna merah yang
memang tidak mampu menampung seluruh payudaraku yang besar.

Wow, Mam...Payudaranya gede banget.Kata Susan terkagum.

Berapa ukurannya Ma?Tanya Susan. Aku mulai terbiasa dengan panggilan Mama dari Susan.

Mmmm...terakhir sih Mama ukur 36D.kataku.

Marni yang dari tadi berdiri disampingku tiba-tiba meraih payudaraku. Kedua tangan Marni memegang payudaraku kiri dan kanan.

Oh pantes aja Marni ngerasa punya Mama gede banget.kata Marni.

Ih Marni apaan sih.kataku mencoba melepas tangan Marni dari payudaraku yang masih berbalut BH.

Ah Mama Marnikan udah tahu semua punya Mama, lepas aja sekalian deh Ma. BH Mama basah juga tuh.kata Marni.

Tapi lepas dong tangan kamu.sambil ku raih pengait BH di punggungku.

Sini Susan bantu.tahu-tahu Susan sudah dibelakangku.

BH itu pun segera terlepas dari tubuhku, kini aku setengah telanjang hanya berbalut rok span selutut. Ku rasakan kini dari belakang Susan memainkan
payudara besarku.

Ah...Susan geli......perasaan enak melanda di kedua payudaraku. Marni pun tidak tinggal diam. Marni, berusaha mencium bibirku seperti tempo hari. Dengan

Sedikit berjingkat Marni meraih kepalaku dan kemudian kami berciuman. Lidah kami saling membelit. Sementara Susan menciumi tengkuk dan leherku. Bulu kudukku meremang, ku rasakan kegelian luar biasa, enak bercampur aduk. Aku benar-benar terangsang terhanyut dalam permainan Marni dan Susan. Aku masih normal, pikirku. Namun, aku akui ini benar-benar sensasi yang luar biasa. Kalau saja, Suamiku melihat kelakuan kami bertiga entah apa yang dia pikirkan.
Ku pejamkan mataku menikmati permainan mereka. Ku rasakan dua buah tangan menjamah pantatku dan ku rasakan rokku meluncur turun. Mereka benar-benar ingin menelanjangiku. Kini ku rasakan dua buah peyudara menempel di punggungku. Jelas sekali, bukan payudara Marni. Sementara, Marni masih berciuman mesra denganku, ku rasakan tangan Marni meremasi payudaraku begitu pula dengan ku ku remas payudara Marni entah kapan Marni menelanjangi dirinya. Tangan Susan tidak mau menganggur begitu saja. Ku rasakan belaian dan gosokan halus di vaginaku yang masih terbungkus celana dalam. Aduh aku tidak kuat lagi. Dengan posisi ditengah-tengah kedua tubuh. Tangan Susan mencoba masuk kedalam celana dalam ku dan aku sungguh tidak dapat menahan lagi ketika jari Susan memasuki lubang vaginaku yang sudah semakin basah.

Aku mendesah tidak karuan.

Mam....ma...udah mau nyam....pe......suaraku berakhir dengan keluarnya cairan kewanitaanku. Tubuhku menegang, hampir saja aku terjatuh, namun kedua gadis
itu menopang tubuhku.

Gimana Ma, enakkan...?tanya Susan dari belakangku.

Aku hanya mengangguk sambil menoleh, kemudian ku rasakan bibiku di pagut dengan mesra oleh Susan.

Ayo ke ranjang ajaAjak Marni.

Aku seperti terhipnotis mengikuti saja kemauan kedua gadis itu. Aku tidak tahu sejak kapan keduanya sudah telanjang bulat. Tinggal aku sendiri masih mengenakan celana dalam yang sangat basah ini. Kedua gadis itu kemudian berciuman bagai sepasang kekasih, mereka saling raba, saling meremas. Aku malah bengong di pinggiran ranjang.

Loh Ma kok malah bengong?tanya Marni.

Celana dalamnya di lepas juga dong Ma, udah basah gitu.kata Susan.

Kemudian keduanya saling memainkan jari di lubang vagina mereka bergantian.

Aduh...S.ssss....San jangan dal....amm.....dalam Mar.....ni.....mass......perawan....Kata Marni sambil mendesah merasakan jari-jari Susan semakin dalam.

Aw.......en....ank Mar...............ku lihat Susan menikmati permainan jari Marni di dalam lubang vagina Susan.
Sesaat kemudian tubuh kedua gadis itu menegang.

Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh......................desahan panjang bersamaan terdengar dari kedua gadis itu. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.

Ayo dong Ma..***bung......masa cuma lihat ajakata Marni lirih masih menikmati sisa orgasmenya.

Ayo Mah...Susan sambil menarik tanganku.

Kini aku berada ditengah-tengah kedua gadis yang baru saja merasakan orgasme. Ku pehatikan wajah sayu mereka. Mereka berdua benar-benar dilanda birahi.
Memang ternyata aku sadari payudaraku memang yang paling besar, Marni ukurannya 32D aku pernah mengukurnya saat membelikannya baju dan lagi aku juga pernah terlibat permainan dengannya, Susan aku taksir berukuran 34C.

Aku berciuman bergantian dengan Marni dan Susan, tangan kami saling raba dan saling meremas. Sungguh sebuah permainan yang sungguh baru sekali ini ku rasakan, aku berada di antara dua perawan yang sudah di mabuk birahi.

Entah siapa yang mulai, mulutku kini sedang emncumbui vagina Susan. Sementara Susan mencumbui vagina Marni, marni sendiri mencumbui vaginaku. Sungguh pemandangan yang sangat menggairahkan, aku membayangan seandainya suamiku melihat kami bertiga dalam keadaan seperti ini aku yakin, dia tidak akan mampu menahan diri. Kami bertiga bagai mesin pencari nafsu, kamar Marni sekarang menjadi medan pertempuran birahi antara tiga wanita. Aku colok vagina Susan dengan jariku, Susan merintih tertahan karena mulutnya masih beradu dengan vagina Marni.

Nghh.....desah Susan.

Agh.....aku pun mendesah ketika jari Marni semakin dalam di dalam vaginaku, bahkan Marni sesekali mengocok jarinya di dalam vaginaku.

Ah....Sssss.....aku mendesah sambil memainkan lubang vagina Susan.

Asss......enyak San.....desah Marni.

Desahan demi desahan bergantian memenuhi ruangan kamar itu. Tidak lama kemudian ku rasakan kedua paha Susan menekan kepalaku. Sepertinya Susan sudah hampir mendapat orgasmenya. Aku pun juga hampir sampai. Dalam hitungan detik aku mendesah, disusul dengan desahan Susan dan juga Marni.

Ah..........................kami mengejan bersamaan disertai dengan desahan yang bersamaan pula.

Hari sudah semakin malam. Nampak di luar semakin gelap. Aku baru sadar kalau jendela kamar Marni terbuka tanpa penutup tirai. Untung saja pagar rumah kami
cukup tinggi sehingga orang yang lewat di jalan samping rumah kami tidak akan dapat melihat ke dalam rumah.

Kami bertiga, sama-sama lemas menikmati momen yang baru saja kami rasakan. Ku lirik jam di dinding kamar Marni. Jam 18.30. Cukup lama juga kami bermain hampir 1 setengah jam.

Makasih yah Ma...kata Marni.

Thanks Mam.kata Susan sambil mengecup bibirku yang masih menyisakan cairan kewanitaan Susan.

Aku pun tersenyum puas. Ini adalah pengalaman tak terlupakan sepanjang perjalanan seks dalam hidupku. Selain suamiku kedua gadis ini bisa memuaskanku juga, aku sampai 2 kali orgasme. Permainan tanpa penetrasi penis seorang lelaki.

Mar, San...aku membuka pembicaraan.

Mereka berdua menatapku lekat-lekat.

Apakah kalian mencintai Papa.tanyaku meyakinkan diri untuk membagi suamiku dengan mereka.

Marni cinta Papa, Mah....kata Marni penuh keyakinan.

Susan juga Mam...kata Susan.

Mama ingin buat sebuah keputusan Mama harap kalian mau menerimanya.kataku.

Marni ikut kemauan Mama saja.kata Marni.

Terserah Mama baiknya gimana.kata Susan lebih dewasa dari Marni.

Begini, karena sekarang kita bertiga sudah slaing tahu rahasia masing-masing, ditambah pula semua rahasia Papa kita bertiga tahu. Mama, sudah memutuskan
untuk membagi Papa dengan kalian.kataku penuh kesabaran.

Mama yakin?tanya Marni

Mama serius Mar.jawabku.

Mama tidak bercandakan?tanya Susan.

Ya enggaklah Sayang.jawabku.

Sayang Mama.kata Susan kemudian memelukku.

Marni juga sayang Mama.sambil ikut memelukku.

Kami berpelukan bertiga dalam keadaan telanjang. Entah berapa lama kami tertidur. Aku terbangun ketika ku dengar suara ketukan di pintu kamar Marni.

Tok...tok....tok....

Ndoro, Marni sudah waktunya makan malam.jelas itu suara Mbok Imah.

Iya, Mbok bentar.kataku.

Aku yakin Mbok Imah tidak akan memasalahkan aku berada di kamar Marni karena lumrahlah jika seorang Ibu angkat akrab dengan anak angkatnya. Mungkin yang tidak diketahui Mbok Imah apa yang kami lakukan di dalam kamar ditambah dengan adanya Susan juga.

Aku baru ingat, aku mengunci suamiku di dalam kamar dari tadi sore. Kelaparan tidak yah, aku rasa tidak aku masih menyisakan sandwich di kulkas kecil dikamar. Biar sajalah itung-itung hukuman buat suamiku yang nakal itu.

Ayo bangun udah waktunya, makan malam.

Kedua gadis itu kemudian terbangun dari tidur mereka. Wajah mereka nampak sedikit kelelahan.

Capek Mam...kata Susan.

Yuk Mandi dulu terus makan.ajakku.

Kami bertiga akhirnya Mandi bersama dalam kamar mandi kamar Marni yang sebenarnya tidak muat untuk kami bertiga, alhasil tubuh kami saling berhimpitan,
saling bergesekan.

Udah ah Mama gak mau lagi. Mama mau main sama Papa aja.kataku sambil ke luar kamar mandi meninggalkan Marni dan Susan yang tengah asyik bercumbu.

Yah Mama curang.kata Marni dan Susan serempak.

Kau keringkan badan basahku dengan handuk lalu ku baju-bajuku. Ketika ku temukan celana dalam dan BH ku rupanya sangat basah, aku tidak mungkin lagi mengenakan celana dalam dan BH ku yang sudah basah itu, bisa-bisa jamuran vaginaku. Kamar Marni tidak terlalu gelap karena cahaya penerangan di luar cukup bisa memberi sedikit penerangan. Segera ku tutup tirai kamar Marni dan ku nyalakan lampu kamar Marni. Aku pun segera mengenakan rok spanku dan memakai t-shirt warna pink dari Marni. Sesaat kemudian Marni dan Susan keluar kamar mandi berbalut handuk.

Ma...Marni ikut dong main sama Papa.rengek Marni.

Hmmm.....gimana yah, papa kan punya Mama...kataku sambil tersenyum.

Yah Mama tadi bilangnya mau bagi Papa sama kita.kata Marni sewot.

Iya nih Mama gimana sih. Susan ikutan juga dong.kata Susan.

Memang kalian gak capek?tanyaku.

Capek sih Mam...tapikan....kata Susan terpotong.

Tapi apa?tanyaku.

Susan kangen burungnya Papa?kata Susan dengan wajah memerah.

Ih Susan cuma kangen sama burungnya Papa.kata Marni meledek.

Susan kangen sama Papa apa burungnya sih?tanyaku menggoda Susan.

Dua-duanya.Kata Susan dengan wajah memerah.

Marni juga, Marni juga.Marni tidak mau kalah.

Gampanglah yang penting kita makan dulu.ajakku.

Mereka berdua kemudian berpakaian dan akhirnya kami bertiga makan ditemani Mbok Imah di ruang makan. Sedangkan suamiku ku biarkan dalam kamar untung saja Mbok Imah tidak menanyakannya.

Mbok Imah gak makan?tanyaku.

Sudah Ndoro, daritadi saya nungguin Ndoro dan yang lain karena keburu lapar Simbok makan dulu.kata Mbok Imah, aku tidak masalah dengan itu lagipula memang biasanya juga kalau kami belum datang ku suruh Mbok Imah makan dulu.

Oh iya Mbok ini sepupu Papa, Susan.kataku memperkenalkan Susan.

Saya sudah kenalan tadi Ndoro.kata Mbok Imah.

Oh sudah saling kenal ya sudah.kataku.

Simbok ke belakang dulu Ndoro.Mbok Imah kemudian mengundurkan diri dari ruang makan.

Jadi gimana Mam....Susan ikut yah?tanya Susan.

Ikut apaan sih?kataku pura-pura lupa.

Itu Mam, main sama Papa. Susan udah lama nih gak ngerasain itu lagi.kata Susan.

Marni menatap dengan pandangan mata elang ke arah kami.

Pokoknya kalau Mama sama Susan main sama Papa, Marni ikut.kata Marni penuh emosi.

Iya tapi apa kalian tidak capek?tanyaku.

Kalau masalah itu tenang aja Mam. Susan ada solusinya. Bentar yah. Susan kemudian meninggalkan kami berdua.

Mau kemana sih, Susan.tanya Marni. Aku hanya mengangkat bahuku kemudian melanjutkan makanku.

Selang beberapa menit kemudian Susan kembali dengan membawa 4 botol seukuran You C bertuliskan Cina. Sebuah berlabel merah, 3 lainnya berwarna biru.

Apaan itu San?tanyaku.

Ini Susan dapet dari teman kuliah Susan yang kuliah di Aussie, anak Hong Kong. Ini obat penambah stamina seks.kata Susan.

Hah?aku dan Marni terperanjat.

Kayak gak pernah denger aja. Gini-gini Susan gaul tahu. Masa yaiya sarjana lulusan Ausie ketinggalan info.kata Marni.

Mah, Susan niat banget tuh Mah, pengen sama Papa.kata Marni menyindir.

Kamu mau gak?tanya Susan ke Marni.

Ya mau.kata Marni.

Nah, Susan jelasin dulu. Ini yang merah buat laki yang biru buat yang wanita. Berhubung kita bertiga jadi pas satu-satu.kata Susan.

San, kamu kok kepikiran sih?tanyaku.

Enggak sih Mam, Cuma temen Susan itu pacarnya bule nafsunya gede. Jadi dia cerita gimana cara ngimbangi cowoknya itu.cerita Susan.

Susan gak main sama Bule juga?tanyaku.

Gak mau, bule-bule rata-rata Cuma mau nikmati tubuh kita cewek asia terus kabur.cerita Susan.

Nih, Marni. Mama dan Ini buat Susan.kata Susan sambil membagi-bagi ketiga botol berwarna biru.

Aman gak nih San?tanyaku.

Aman kok Mam, gak bikin ketagihan.kata Susan.

Tapi reaksinya setengah jam setelah diminum lho.Susan menambahkan.

Trus yang merah diapaain San?tanya Marni.

Kasihin Papa aja deh. Kata temen Susan cowok yang minum ini bisa tahan seharian.jelas Susan.

Serius San?tanyaku.

Serius Mam...kata Susan.

Mama pikir Papa gak usah dikasih deh San, gak minum kayak gitu aja Papa kuat 2 jam lho.aku menjelaskan.

Yah Mama, sekarangkan ada tiga orang lawan Papa.kata Susan.

Lagian kan besok libur, Susan juga udah cukup istirahat tadi.tambah Susan.

Iya Mah, Marni pengen ngerasain punya Papa lagi....tandas Marni.

Kalian berdua kan masih perawan? Yakin pengen?tanyaku.

Iya Mam, apa sih yang gak buat Papa.Kata Susan.

Marni relain semua buat Papa.kata Marni

Ya sudah ya Mama gak tanggung jawab kalau kalian ketagihan. Ya sudah Mana.aku ambil botol itu dan kemudian ku berikan kepada suamiku di dalam kamar.
Setelah yakin diminum oleh suamiku aku kunci lagi dia di dalam kamar.

Sudah, Mama berikan ke Papa, San.kataku kepada Susan.

Terus gimana Mah?tanya Marni.

Ya kita tunggu aja setengah jam lagi.kataku.

Oh iya Mam, Susan lupa kalau buat cowok itu, reaksinya agak cepet, diminum langsung reaksi.jelas Susan.

Eh, serius? Pantes Papa langsung gelisah. Biar saja deh biar Papa menderita dulu hahahaha.....Ayo punya kita minum. Lagian Papa udah Mama suruh
Mandi.kami pun menenggak obat penambah stamina itu. Malam ini, kami akan menghabiskan malam dengan bercinta.

Ayo ke kamar Mama.

Bersambung.....

Awas kalo cuma koment kentang lagi yah...episode berikutnya muhahaha....RAHASIA......
Gaknolak kalo ada yang mencet GRP dipojokan but afterall i just need your comment, cerita ini akan segera saya tamatkan mengingat imajinasi liar saya menuntut saya membuat satu cerita lagi...semoga cepat teralisasi, terima kasih kepada pembaca Nubie merasa terhormat, Semoga cerita ini dapat menjadi pelepas penat Anda, Sampai jumpa di episode berikutnya....Mantra terakhir kentang...kentang....kentang...
end part 7
 
Update lagi ah mumpung gak ketiduran.

Episode 8: Ternyata Istriku Nakal (Juga)
POV: Papa

Preview Last Episode

Papa kok main sendiri?suara Istriku terdengar di telingaku.

Mama.....ah Mama kok genit sih.....kataku. Aku mencoba menebak.

Ku coba melepas tangan itu, namun ku dengar Istriku berkata.

Eit..tunggu dulu.suara Istriku.

Kemudian ku rasakan ada yang menjamah penisku. Ku pikir-pikir lagi bagaimana bisa mataku di tutup dengan dua tangan. Kalau yang menutup mataku adalah istriku lalu siapa yang memegang penisku? Aku berspekulasi......

Ini makan malam istimewa buat Papa.....

--

Istriku benar-benar memberikan sesuatu yang sangat mengejutkan, aku tahu pasti dia tidak sendirian di dalam kamar mandi ini. Aku mencoba menebak, Marni atau Susan. Aku benar-benar penasaran. Penisku sudah menegang sangat keras daritadi apalagi setelah ku minum, sebotol minuman dari istriku entah apa. Apalagi ditambah dengan kocokan halus di batang penisku. Rasanya sungguh-sungguh nikmat.

Sekarang Papa boleh buka mata Papa!suara Istriku Revita memberi perintah.

Tangan yang tadinya menutup mataku pun akhirnya di lepas dan alangkah terkejutnya aku, ternyata Istriku sudah berada di depanku hanya memakai kaos bertuliskan Touch Me di bagian dada, puting susunya nampak menonjol, kelihatan sekali puting susu itu mengeras ditambah dengan vaginanya yang sepertinya sudah basah.

Marni, rupanya Marni sudah telanjang bulat sedang mengocok penisku di pinggiran bathup. Aku semakin terkejut ketika
menolehkan kepalaku ke belakang. Susan! Bagaimana bisa mereka bertiga ada disini. Tidak habis pikirku.

Ini rencana Mama, PaKata Marni kemudian mencaplok penisku.

Ah...aku mengerang kaget mendapat serangan mendadak.

Susan yang ada di belakangku pun tidak mau ketinggalan segera saja dia menjilati daun telingaku. Geli dan merinding seluruh urat syaraf di tubuhku. Revita sendiri belum ikut bergabung dengan kami, bayangannya menghilang dari depan mataku. Sambil ku nikmati permainan kedua gadis itu, aku mencari-cari Revita Istriku, namun sosoknya ternyata memang tidak ada di ruangan itu.

Marni semakin asyik dengan permainan mulutnya di batang penisku yang pangkalnya masih tenggelam di dalam air. Sementara Susan telah beradu mulut denganku, tangan Susan mengelus-elus dadaku gemricik air menjadi saksi kemesuman kami bertiga. Kemana Revita, apakah dia membiarkan saja suaminya berlaku nakal.

Aku semakin tidak karuan merasakan kenikmatan yang diberikan kedua gadis belia itu. Marni, yang sedang dalam masa pertumbuhan, payudara,pinggang dan pantatnya benar-benar seksi sekali. Susan sepupuku yang dulu ketika kecil belum memiliki payudara sekarang, aku dapat meremas payudara besarnya itu. Sungguh inikah surga dunia.

Aku benar-benar sudah tidak tahan dengan permainan mereka. Ku rasakan penisku mulai berkedut-kedut aku merasakan spermaku akan segera muntah keluar. Serangan keduanya semakin intens dan gencar membuat pertahananku semakin lemah.

Ahmm...aku mendesah bersamaan dengan melesatnya spermaku menembak di dalam rongga mulut Marni. Bibir kecil Marni
jelas tidak dapat menampung semua spermaku. Susan yang sudah tahu aku sudah memperoleh tembakan pertamaku segera menghampiri Marni yang masih membiarkan mulutnya berada di ujung penisku, seakan tidak mau menyisakan spermaku terbuang percuma.

Sungguh mengejutkanku Susan tiba-tiba menarik Marni dan mencium bibir Marni. Keduanya berbagi spermaku dengan mulut mereka. Sungguh gila, sungguh eksotis melihat dua bidadari sedang berciuman berbagi makanan, spermaku. Mereka berdua nampak tenggelam dalam birahi. Aku yang menyaksikan itu hanya tertegun dan sesekali menelan ludah. Barukali ini aku melihat secara langsung dua orang gadis dalam keadaaan sama-sama telanjang berciuman dengan mesra dan kini keduanya malah saling raba dan saling gesek.

Payudara Marni dan Susan kini beradu, keduanya sangat menikmati momen itu. Namun, sungguh menjengkelkan seorang laki-laki dengan penis yang mengacung keras dibiarkan begitu saja. Aku sebenarnya tidak ingin mengganggu kesenangan mereka namun, apa artinya aku sebagai lelaki.

Ehmm...aku berdehem sambil kemudian bangkit dari bathup dan segera meraih handuk menutupi selangkanganku yang masih membengkak.

Marni dan Susan terkejut keduanya nampak kebingungan, namun tiba-tiba tersenyum. Mereka berdua kemudian mengikutiku ke luar menuju ke kamar. Sebuah surprise lagi ku dapatkan di atas kasur pembaringan, sebuah tubuh indah dibalut dengan lingerie bermotif macan, yang sangat seksi, rupanya Revita benar-benar sudah menyiapkan segalanya. Yang aku tidak habis pikir adalah bagaimana cara dia membawa Marni dan Susan ke dalam permainan ini.

Eit...Marni, Susan, keringin dulu badan kalian!kata Istriku ketika kedua gadis itu ingin bergabung dengannya.

Revita kemudian mendekat ke arahku yang masih berdiri, bengong menyaksikan betapa liarnya dirinya. Ku pikir istriku benar-benar binal malam ini, aku baru tahu ternyata istriku nakal juga. Padahal selama ini dia yang ku kenal cukup alim dan kalem.

Istriku, berdiri di depanku mengarahkan tangannya ke depan seperti harimau, sambil mengaum-aum lucu. Justru, gairahku semakin meningkat dengan cepat ku terkam tubuhnya dan kami pun langsung terjatuh ke kasur bertindihan, ku tindih tubuh istriku tepat dibawahku. Penisku seakan-akan tergencet, lumayan sakit, namun hanya sesaat. Dengan setengah merangkak ku ciumi wajahnya dengan rakus, sementara tangan istriku sudah bergerak menyingkap handuk yang menyelimuti selangkanganku.

Handuk itu pun sudah terbang entah kemana. Kini aku sepenuhnya telanjang sedang menggumuli tubuh seksi dihadapanku. Revita nampak terengah-engah menghadapi seranganku, entah mengapa aku merasa sangat perkasa malam ini.
Ku rasakan penisku dijamah tangan halus dari belakang. Aku melihat sekilas rupanya Susan dan Marni sedang memperebutkan penisku. Mereka nampak sangat menggairahkan sekali, apalagi dengan balutan busana yang entah kapan mereka pakai. Marni dengan wajah polos cantiknya entah sejak kapan sudah memakai lingerie warna hitam, Susan pun tidak kalah seksi dalam balutan HEM warna putih tanpa pakaian dalam, karena semuanya tercetak jelas disana. Aku tahu pasti itu adalah baju kerjaku.

Aku sungguh-sungguh jadi seorang raja malam ini. Tiga tubuh wanita cantik akan menjadi makan malamku kali ini. Dua diantaranya ku tahu masih perawan. Namun, Revita Istriku bukan wanita sembarangan sekalipun sudah ku tusuk berkali-kali vaginanya memang tetap rapat seperti perawan.
Ku rasakan kini bahkan ketika ku jilati leher Revita, lubang anusku seperti dijilati sesuatu.

Ah...aku menggelinjang kegelian. Susan sedang mencumbui lubang analku. Tangannya meremas kuat-kuat pantat kekarku dan Marni asyik menyedoti penisku. Aku benar-benar tidak kuasa menghadapi semua ini. Benar-benar, sebuah permainan seks yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Aku benar-benar tidak tahan lagi aku bangkit dari kasur meninggalkan tubuh istriku yang masih terengah-engah sehabis menerima seranganku, lingerienya nampak sudah berantakan. Aku berdiri dengan angkuh menatap ketiga wanita yang sedang dilanda hawa nafsu. Aku merasa mereka seperti lebih liar-lebih panas dan lebih menggairahkan.

Ku tarik badan mungil Marni dalam pelukanku ku ciumi bibir dan lehernya hingga dia merintih-rintih kegelian. Susan memeluk tubuhku dari belakang menempelkan bukit indahnya ke punggungku sembari tangannya mempermainkan batang penisku dari belakang. Aku bagai sandwich diantara dua roti.

Tubuhku seakan-akan hilang keseimbangan hingga hampir saja kami bertiga menjatuhi tubuh istriku Revita yang masih tergeletak di kasur menanti kenikmatan selanjutnya. Istriku rupanya dengan cepat menghindar dan akhirnya kini aku berada diantara ketiga wanita seksi yang siap disetubuhi dengan batang penisku yang keras bagai tugu monas.

Susan yang bersebelahan dengan Istriku kemudian mendapat serangan dari Istriku Revita, untuk kedua kalinya aku melihat lagi. Dua wanita saling bercumbu dan saling merangsang satu sama lain. Aku sendiri tidak mau ketinggalan hanya menonton segera ku raih tubuh Marni dan segera ku lumat bibir Marni, suara desahan Marni semakin menjadi manakala kedua puting susunya ku pelintir keras. Desahan demi desahan semakin mewarnai ruangan itu. Lingerie marni sungguh sangat seksi dan sangat mudah sekali mengakses area-area vital di tubu Marni tanpa melepas ligerie itu. Aku lihat permainan Istriku dan Revita semakin panas, Susan mengangkangi wajah istriku, sementara istriku mencumbui vagina Susan, aku makin bergairah melihat permainan panas mereka. Tubuh Marni ku posisikan merangkak, dari belakang Marni aku jilati permukaan vagina Marni hingga terkadang menyentuh anusnya. Lubang vagina Marni, semakin basah dan menganga seakan-akan minta untuk segera disetubuhi. Ku tepiskan G-string yang masih menyangkut di selangkan Marni, sangat mudah melepas g-string basah itu. Dengan sigap ku posisikan diriku. Susan dan Revita, sempat berhenti sejenak melihatku yang siap menjebol lubang perawan Marni. Ku tempatkan kepala penisku tepat di depan lubang vaginanya, kali ini aku bersiap memetik keperawanan gadis itu.

Susan dan Revita, sempat tertegun namun keduanya kemudian tenggelam lagi dalam cumbuan mereka. Mereka berdua kini saling jilat dan saling hisap. Rintihan demi rintihan semakin riuh, ketika Marni ikut mendesah-desah karena penisku yang semakin menusuk ke dalam lubang vaginanya. Kepala penisku telah terjepit diantara bibir vaginanya, ku dorong lebih dalam dan lebih dalam, ku tarik keluar lagi. Ku tarik ulur penisku dalam vagina Marni yang sudah basah. Meskipun demikian Marni adalah seorang perawan tidak mudah bagi vagina Marni untuk langsung menerima penis besar di dalam vaginanya.

Ayo Pa...Lakukan Pa...Pinta Marni. Aku semakin bersemangat mendengar itu.
Sak...kit..Pa...jerit Marni ketika ku lesakkan lebih dalam penisku dalam vaginanya.
Nampaknya hal itu, mengganggu Susan dan Revita. Mereka berdua menghampiri kami dan dengan sigap Revita membentangkan bibir vagina Marni lebih lebar. Sementara Susan menyodorkan payudaranya kepada Marni. Penisku pelan-pelan bisa masuk lebih dalam dengan bantuan dari Istriku. Marni, mengurangi rasa sakitnya dengan menghisap puting susu Susan.

Bless!ku hentakkan penisku kuat, jebol sudah pertahanan Marni. Susan menjerit ketika Marni menggigit puting susunya bersamaan dengan amblasnya seluruh batang penisku. Penisku seakan menyentuh hingga ke rahim Marni. Nampak senyum puas di wajah Istriku. Revita kemudian menciumku. Ku balas ciumannya dengan tidka kalah mesra. Tangan kananku meremas payudara Revita dari luar lingerie tipisnya, sambil ku genjot penisku di dalam lubang vagina Marni.

Ah....ah....ah....Marni mendesah keenakan. Apalagi Susan kini sudah telentang di bawah Marni menghisapi dan mempermainkan payudara Marni.

Enyak...Marni menceracau.

Tetesan peluh membasahi tubuh kami berempat. Revita masih asyik bercumbu denganku. Susan pun masih asyik memainkan payudara Marni. Ku genjot terus penisku dalam vagina Marni yang sempit itu. Ku rasakan gesekan demi gesekan membuat pinggul Marni semakin liar.

Ku rasakan vagina Marni berdenyut menandakan dia akan segera mencapai klimaks. Aku semakin cepat memacu penisku hingga akhirnya tubuh Marni menegang.

Ahhhh....desahan panjang di sertai dengan semburan panas di dalam vagina Marni. Tubuh Marni ambruk ke samping, ku lihat darah bercampur mani Marni berceceran di selangkangan Marni. Untung saja Marni ambruk ke samping, Susan pasti akan tergencet tubuh Marni. Revita yang masih bergelayut padaku segera ku dorong kepalanya tepat jatuh diatas perut Susan. Jadilah perut Susan menjadi bantal. Dalam posisi itu, ku buka lebar paha Revita, ku rentangkan sangat lebar, celana dalam tipis yang dia kenakan aku tarik hingga sobek. Bret!

Revita sempat terkaget. Namun tak lama karena penisku tiba-tiba aku hujamkan sedalam-dalamnya tanpa peringatan. Revita mengerang keenakan, ketika bagai seorang kesetanan ku genjot vaginanya. Marni nampak mengambil nafas ada raut puas diwajahnya. Susan, aku tidakmembiarkan dia nganggur begitu saja. Tubuh telanjang Susan yang kini menjadi bantal bagi Istriku memudahkanku mempermainkan payudaranya yang besar meskipun punya Revita memang paling besar. Ku hisap dan ku jilati payudara Susan. Tangan kananku memainkan klitoris Susan. Sementara tangan kiriku ku gunakan sebagai tumpuan. Pinggulku dan pinggul Revita masih beradu. Cukup lama, bagiku untuk mengalahkan Revita, entah sejak kapan Istriku menjadi begitu kuat.

Hingga lima belas menit kemudian kaki istriku mengapit pinggangku erat dan kurasakan Susan membenamkan kapalaku di dalam dadanya dalam-dalam. Kedua wanita itu mengerang bersamaan.

Arghh.....Revita menjerit.

Awh.....Susan menjerit lebih gila. Cairan vaginanya menyemprot keras. Squirting! Baru kali ini ku lihat itu. Mereka berdua nampak puas sekali. Namun, aku masih belum terkalahkan, masih ada satu lubang perawan yang harus ku bobol malam
ini. Susan. Vagina Susan.

Plop!bunyi suara ketika penisku terlepas dari vagina Revita.
Nampaknya Revita paham dengan maksudku sehingga dia segera beringsut agak menjauh dari Susan ke dekat Marni yang masih meresapi kenikmatan yang baru saja ia rasakan.

Ku tarik kaki jenjang Susan, ku buka kedua paha mulus itu. Vagina Susan yang baru saja klimaks benar-benar membuatku terangsang. Ku cium vagina itu aromanya lebih kuat dibanding terakhir kali ku ingat. Ku mainkan vagina Susan dengan lidahku, begitu liar dan begitu ganas.

Tangan Susan menjambak-jambak rambutku, aku rasa Susan benar-benar menikmati permainan lidahku. Aku cukup puas memainkan vagina Susan dengan lidahku, namun aku tidak akan membiarkan keperawanan Susan terlalu lama.
Aku pun segera menempatkan diriku diantara kedua pahanya, dengan setengah jongkok ku bimbing kepala penisku mencari lubang kenikmatan Susan.

Ku rasakan vagina Susan begitu ketat seperti vagina Marni. Namun, karena vagina Susan sangat basah, aku tidak terlalu kesulitan memasukkan penisku lebih dalam. Ku dorong lebih dalam ketika penisku sudah sepertiganya masuk. Susan nampak menahan nafas ketika ku dorong semakin dalam. Tanpa aba-aba segera ku tusukkan dengan kuat penisku ke dalam vagina Susan, hingga ku rasakan robekan selaput tipis di dalam vagina Susan.

Argh...Mmm...Susan meraih bibirku ketika ku hujamkan penisku dalam-dalam.
Pelan-pelan ku biarkan Susan mengambil alih, rupanya Susan sudah terangsang hebat. Pinggulnya ia putar-putar sendiri mencari kenikmatan. Aku pun tidak mau membiarkan dia menderita sendiri, segera ku goyangkan pinggulku di dalam vaginanya.

Plok...plok...plok...suara pinggul kami beradu sama seperti ketika ku mainkan penisku di dalam vagina Marni dan Revita.

Ah...ah...ah...ena...nak....Pa...Aku dengar Susan memanggilku Papa, pasti kerjaan Revita, biarlah aku semakin bergairah mendapat sambutan itu. Tidak lama kemudian.

Papa...Su...su...san...nyampe....Ah.....Susan melenguh disertai cairan menyemprot kuat di dalam vaginanya. Panas. Aku merasakan penisku sangat panas, segera ku cabut saja penisku darinya dan cairan kewanitaan Susan menyemprot mukaku. Wajahku basah kuyup.

Maaf...Pa...kata Susan lirih.
Segera ku raih tubuh Istriku, dan kemudian ku masukkan penisku dalam vaginanya. Revita yang sudah cukup lelah, hanya pasrah saja tubuh seksinya menjadi bulan-bulananku. Hingga 15 menit kemudian ku semburkan spermaku dalam vagina Istriku.

Aku masih tanggung penisku masih sehat berdiri apa yang salah denganku, namun ketiga wanitaku sudah terkapar kelelahan padahal baru satu babak. Aku pikir mereka kehabisan tenaga karena terlalu bersemangat melayaniku. Aku kehausan ku cari minum di kulkas mini kamar namun ternyata airnya habis.

Ah..padahal aku masih ingin merasakan kenikmatan bersama mereka bertiga. Malam sudah agak naik sudah sekitar jam 11 malam, sudah cukup lama rupanya ketiga bidadarku ini, hampir 3 jam rupanya. Biarlah mereka istirahat sebentar, aku pikir tenaga mereka akan segera pulih. Ku tinggalkan sejenak mereka ke lantai satu menuju dapur. Aku malam itu hanya mengenakan boxer, penisku masih sangat keras dan tegang entah mengapa mungkin karena belum menembakkan sperma lagi. Suasana lantai 1 sudah sangat sepi. Jelas saja karena di lantai hanya ada satu orang saja yaitu Mbok Imah yang kini sudah lelap dalam mimpi. Dia tentu saja tidak tahu, cucunya sudah kehilangan keperawanannya di ujung penis tegangku ini.

Ku raih sebotol air dingin dari kulkas dan ku minum.

Ah segar.aku membatin.

Tok...tok..tok...tok...pintu ruang depan di ketuk-ketuk dengan kasar.

Siapa malam-malam begini? Kasar amat sihpikirku.

Aku pun segera menuju ke depan dan ku longok melalui jendela. Seorang gadis dengan pakain seksi, tubuhnya terbalut dres hitam tanpa lengan dengan belahan dada yang rendah, mengetuk-ngetuk pintu. Nampaknya wanita itu mabuk.

Ku dengar dia berkata,Pa...bukain pintunya cepet!

Bersambung....


Jangan cuma baca aja. Inget cerita kayak gini bukan untuk dipraktekan sama orang dengan lain dengan tidak bertanggung jawab. Iklan layanan msyarakat ini dipersembahkan oleh https://www.semprot.com . :D

Cukup dengan sedikit komen dan ijo-ijolah penulis merasa dihargai atas kerja bakti di https://www.semprot.com salam Salv...
end part 8
 
Episode 9: Bonus

Pov: Papa (Lagi)

Preview Last Episode.

Aku pun segera menuju ke depan dan ku longok melalui jendela. Seorang gadis dengan pakain seksi, tubuhnya terbalut dres hitam tanpa lengan dengan belahan dada yang rendah, mengetuk-ngetuk pintu. Nampaknya wanita itu mabuk.
Ku dengar dia berkata,Pa...bukain pintunya cepet!

--

Namaku Wijaya Saputra, seorang lelaki muda yang sudah matang dan memiliki seorang Istri Bernama Revita Sari Puspitasari. Belakangan ini kenakalanku semakin menjadi apalagi setelah kedatangan Marni yang notabene adalah cucu Mbok Imah pembantu setia kami. Istriku Revita sepertinya menyadari gelagat nakalku hingga suatu hari ku lihat bagaimana Marni dan Istriku bercinta. Kali ini diperparah dengan datangnya Susan sepupuku. Masa lalu yang seharusnya menjadi rahasia akhirnya terkuak juga bahkan kini aku sudah bermain dengan mereka sekaligus di satu ranjang.

Malam belumlah berakhir ketika aku masih begitu ingin bermain cinta dengan mereka bertiga. Namun siapa sangka bila malam ini aku akan mendapatkan bonus. Wanita yang sedang mengetuk pintu rumahku jelas sedang mabuk dan aku begitu terpukau dengan potongan tubuhnya yang seksi dan juga mini dress yang dia pakai sungguh membuat penisku yang tadi setengah tegang mencuat keras di dalam celanaku. Penis 19 Cm dan diameter 5 cm yang tidak pernah mengecewakan selama ini.
Entah apa yang ada dalam pikiranku saat ini. Tanpa pikir panjang ku buka saja pintu rumahku. Eh...dia masuk begitu saja ke dalam dan segera masuk ke kamar Marni. Seribu tanda tanya menyesaki kepalaku. Ah...sudahlah. Eh tapi kok dia bisa masuk bukannya biasanya jam segini gerbang depan sudah dikunci, jangan-jangan dia hantu. Ah...tidak mungkin. Mana mungkin hantu secantik dan seseksi itu. Ku pikir aku perlu memeriksa pintu depan dan benar saja, ternyata gerbang depan belum terkunci. Mungkin Mbok Imah lupa, maklumlah sudah tua. Jadi, sudah jelas wanita yang masuk ke kamar Marni pasti manusia.

Pikiran mesum memasuki kepalaku. Segera aku beranjak masuk ke dalam apalagi di luar cukup dingin dan sepi sekali. Setelah memastikan semua aman, ku masuki kamar Marni dan surprise. Wanita itu sudah terlelap hanya mengenakan celana dalam dan BH saja. Sungguh rejeki nomplok. Mana ada kucing yang nolak dikasih ikan.

Ku amati tubuh wanita yang kini terlelap itu, nafasnya naik turun teratur. Dari ujung kaki hingga ujung kepala ku amati dengan seksama. Pusaka kebanggaanku yang telah menaklukan tiga lembah basah rupanya sudah tidak sabar lagi. Ku lepas saja celana kolor yang menjadi penghalang terakhir penisku.
Wanita ini cantik dan seksi. Kalau aku nilai secara fisik 8,5 ku berikan. Cukuplah karena buatku sekarang sudah ada tiga wanita yang secara fisik 9. Orang asing tidak akan aku nilai lebih. Ku dekati dengan hati-hati tubuh wanita berwajah cantik dan seksi ini. Ukuran payudaranya pas sangat proporsional dengan tubuhnya yang tidak lebih tinggi dari istriku, Revita. Bukan perkara sulit melepas penutup terakhir kewanitaannya. Wanita mabuk cenderung terhanyut dalam fantasi ketika mereka mabuk, bahkan saat mereka diajak main seks 80% tidak akan menolak sekalipun orang asing.
Tubuh itu kini sudah telanjang bulat, polos seperti bayi, bulu kemaluannya cukup lebat juga. Nafsunya pasti besar, begitu kata orang. Tanpa menunggu lama, langsung ku lahap payudara wanita itu. Puting susunya yang coklat kemerahan ku plintir-plintir hingga mengeras dan menegang. Wanita itu mendesah.

Pa.....jangan siksa Nancy....

Ternyata nama wanita yang kini sedang aku geluti ini Nancy. Mungkin dia pikir aku suaminya. Tangannya mendekap kepalaku dengan mesra. Bibirnya terus menggumam tidak jelas.

Suaminya? Aku terkejut sejenak. Hei...dia istri orang. Malaikat dalam hatiku mencegahku lebih jauh. Tapi penguasa nafsu lebih kuat. Apalagi pengaruh minuman itu masih terasa. Aku yakin dengan keadaan sekarang 5 wanita lagi aku masih sanggup. Ku hisap kuat puting susu itu, terkadang ku berikan cupangan-cupangan bergantian kiri dan kanan. Tangan kiriku tidak kalah sambil menindih tubuh Nancy ku gosok klitoris Nancy dengan jari-jari tanganku.

Ah....SSssss.....Nancy melenguh dan mendesah tak karuan.

Aku benar-benar sudah tidak tahan saja, ingin segera ku masuki tubuh Nancy. Tapi, aku tidak mau terburu-buru. Nafsuku serasa meleda-ledak. Rasanya ada yang lain denganku. Ku hentikan semua aktivitasku dan segera ku arahkan penisku ke arah gua lembab Nancy, dalam hitungan detik, kepala penisku sudah ditelan vagina Nancy.

Ah...Nikmatnya desahku.

Angh....Suara Nancy tertahan.

Entah mengapa aku ingin segera merasakan vaginanya, bukan karena dia cantik atau seksi. Akan tetapi, sepertinya aku keluar kendali. Dengan pasti ku hentakkan penisku. Bless...Penisku amblas seluruhnya.

Papa...Penis papa kok gede banget sih Pa....enak....Nancy menggumam. Untung saja dia masih memejamkan matanya.

Dalam posisi ini, aku dapat melihat dengan jelas wajah Nancy. Sepertinya tidak asing, sangat familiar malah. Aku tidak mau berpikir lama. Bagiku sekarang kenikmatanlah yang aku cari.

Ku pompa terus vagina Nancy. Vaginanya begitu sempit menjepit nikmat penisku.

Argh...Dia mengerang saat ku hujamkan penisku.

Sungguh nikmat rasanya, apalagi sensasi dari orang asing yang tidak ku kenal. Tubuh Nancy tiba-tiba menegang, ku rasakan cairan panas menyemprot mengenai
seluruh batang penisku yang sedang menjajah vaginanya. Sungguh sensasi yang luar biasa.

Pa....Nancy uda dapet sekali..bisik Nancy.

Papa kok tumben lama...imbuh Nancy.

Tubuh Nancy melemah setelah mendapat orgasme pertamanya. Aku tidak ambil pusing selama dia tidak menyadari bahwa aku bukan suaminya. Malah semakin membuat aku deg-degan saja. Bagaimana jika, bagaimana jika dia adalah istri tetanggaku. Ah..Fantasi macam apa. Terkadang sering ku baca cerita panas di salah satu forum, cerita tentang perselingkuhan yang terjadi karena kebetulan. Mungkin saja. Mungkin aku salah satu orang yang mengalaminya. Toh...bukan salahku juga. Ada kesempatan indah yang membuatku melakukannya.

Tubuh Nancy masih menyatu dengan tubuhku. Matanya setengah terpejam. Pelan-pelan ku lepaskan penisku dari vaginanya., kemudian aku berbaring miring disamping tubuhnya. Ku angkat sebelah kakinya. Bless...Penisku kembali mencocol vaginanya dari samping. Nancy mendesah.

Ah...Papa....

Kemudian tanpa perintah dan tanpa komando bagai seorang atlit olimpiade segera ku pacu penisku dalam vagina Nancy.
Astaga, vaginanya mencengkeram kuat, kontraksi di dalam vaginanya sungguh sesuatu yang sangat nikmat. Ku pacu terus vagina tembem Nancy, hingga ku rasakan seakan-akan ada yang menggempur dari dalam sana dibawah sana. Ku rasakan sebentar lagi aku akan mencapai klimaksku.
Ku percepat goyanganku dan ku rasakan sebentar lagi. Sungguh siapa sangka dan siapa kira ketika hampir ku raih klimaksku.

Papa!

Bersambung....
end part 9
 
EPISODE 10 : Perfect Dream
POV: Nancy

Hari ini aku bahagia sekali. Setelah 3 tahun saling mengenal satu sama lain kini kami telah resmi menjadi suami istri. Malam ini adalah 100 hari aku menikah dengan Mas Anton, aku benar deg-degan. Sejujurnya ini bukan yang pertama kali dan aku memang bukanlah gadis polos yang tidak tahu apapun tentang seks. Aku sudah sering melihat berbagai macam film biru. Mulai dari threesome, deepthroat, softcore dsb. Oh iya, Namaku Nancy Notonegoro,umur 25 tahun, profesi model. Sudahlah tak perlu membayangkan terlalu jauh. Aku tidak begitu cantik, tapi banyak yang bilang aku mirip dengan Mariana Renata.

Ih Papa kok lama sihbatinku. Sudah sejam lebih aku dianggurin di kamar sendirian. Padahal sudah hampir jam 11 malam. Dasar laki-laki, tidak tahu saja kalau wanita dibiarkan terlalu lama mood-nya bakal hilang. Padahal sudah sedari tadi aku sudah siap, bahkan aku sudah ganti bajuku dengan lingerie merah yang sebenarnya aku risih memakainya. Sama saja tidak pakai baju karena tembus pandang. Tapi biarlah, toh ini juga bukan pertama kali Mas Anton Suamiku melihatku polos. Mas Anton sendiri lebih sering ku panggil Papa, alasannya simpel sih sebenarnya Cuma takut aja kalau nantinya punya anak aku dipanggil emak, kalau memanggil suamiku Mas atau Ayah.

Tidur aja ah..Aku ngomel sendiri kemudian menutup tubuhku dengan selimut. Jadi kalau ada yang bilang malam pertama itu sesuatu yang indah, ku pikir bukan buat aku.

Aku pun terlelap entah berapa lama. Ku rasakan dingin menerpa tubuhku. Aku menggelinjang ketika ku rasakan ada yang menghisap puting susuku. Rasanya nikmat, geli dan enak. Ku pikir pastilah Mas Anton. Biar sajalah, aku malu untuk membuka mata. Ku nikmati saja perlakuannya padaku.
Jelas sekali Mas Anton mempermainkan payudaraku. Aku merasa puting susuku mengeras dan menegang.
Aku hanya bisa merintih menikmati perlakuan Mas Anton.

Pa.....jangan siksa Nancy....

Serasa tersetrum kenikmatan 1000 volt ketika ku rasakan benda-benda yang ku tahu jari-jari tangan menyentuh vaginaku.

Ah....SSssss.....Aku melenguh dan mendesah tak karuan.

Namun, aku merasa kecewa ketika ku rasakan jamahan dan belaian itu terhenti. Sesaat kemudian kembali ku rasakan kenikmatan yang luar biasa ketika sebuah benda tumpul di gosok-gosokkan di bibir vaginaku

Ah...Mas Anton sepertinya menikmati pula.

Angh....Suaraku tertahan aku benar-benar sudah basah. Nafsuku sudah berada di ubun-ubun. Seketika ku rasakan benda itu menyeruak masuk ke dalam vaginaku dengan sukses. Aku tahu pasti itu adalah penis seorang pria, penis suamiku tercinta.

Papa...Penis papa kok gede banget sih Pa....enak....Aku menggumam sambil memejamkan mata, dalam hubungan seks pujian kepada pasangan dapat meningkatkan kualitas seksual.

Aku tidak tahu bagaimana ekpresi wajah Papa, Mas Anton suamiku. Aku sendiri bukan saja karena malu tapi juga karena terlalu menikmati seks dengan suamiku. Penis itu seakan terjepit dengan ketat di dalam vaginaku. Begitu hangat dan besar. Besar? Ah aku memang merasa lain dari biasanya. Ah mungkin karena aku terlalu bernafsu. Aku mengerang nikmat saat penis itu menusukku tadi. Kemudian dengan gerakkan yang sungguh terarah penis papa mempompa tubuhku. Aku terombang-ambing dalam lautan kenikmatan yang luar biasa. Belum apa-apa aku merasakan sesuatu yang nikmat. Vaginaku menyemprotkan cairan kenikmatan membanjiri liang kenikmatanku.

Pa....Nancy uda dapet sekali..bisikku.

Papa kok tumben lama...Biasanya Mas Anton memang tidak tahan lama karena memang masih amatir. Namun entah kenapa sekarang dia lain. Tubuh Nancy melemah setelah mendapat orgasme pertamanya. Aku berpikir mungkin orang yang sedang menyetubuhiku bukanlah suamiku. Bahkan ketika ku rasakan penis itu lepas dari vaginaku, rasa-rasanya lebih besar dan lebih penuh. Mataku setengah terbuka namun aku tidak dapat melihat dengan jelas, kepalaku agak pusing. Tiba ku rasakan sebuah serangan lagi.

Ah...Papa....Aku mendesah. Sudah tidak terpikir lagi siapa yang sedang menyetubuhiku ketika ku rasakan penis besar itu menyeruak masuk membobol vaginaku dari samping. Benar-benar sesuatu yang baru bagiku. Sebelah kakiku diangkat dan secepat kilat penis itu menjajaki lubang vaginaku. Vaginaku mencengkram kuat penis itu dan ku rasakan sebentar lagi aku akan merasakan klimaksku.

Papa

Ah......Aku mengejang. Otot kewanitaanku seakan meremas penis di dalamnya dan ku rasakan semburan panas menyusul orgasmeku. Begitu banyak tembakan sperma dalam vaginaku bahkan penis itu menusuk hingga rahimku. Sungguh nikmat, ku buka mataku dengan berat dan menoleh ke samping.

Astaga!!!!

Bersambung.............

Maafkan nubie, nubie sekarang sibuk banar masalah kerjaan yang semakin menggunung alhasil seringkali tidak maksimal, harapannya pembaca tidak kecewa.
end part 10
 
Preview episode 10

Ah...Papa....Aku mendesah. Sudah tidak terpikir lagi siapa yang sedang menyetubuhiku ketika ku rasakan penis besar itu menyeruak masuk membobol vaginaku dari samping. Benar-benar sesuatu yang baru bagiku. Sebelah kakiku diangkat dan secepat kilat penis itu menjajaki lubang vaginaku. Vaginaku mencengkram kuat penis itu dan ku rasakan sebentar lagi aku akan merasakan klimaksku.

Papa

Ah......Aku mengejang. Otot kewanitaanku seakan meremas penis di dalamnya dan ku rasakan semburan panas menyusul orgasmeku. Begitu banyak tembakan sperma dalam vaginaku bahkan penis itu menusuk hingga rahimku. Sungguh nikmat, ku buka mataku dengan berat dan menoleh ke samping.
Astaga!
----
POV Orang ketiga
Astaga!

Marni menjerit meihat Papanya Wijaya sedang bergumul dengan wanita yang sama sekali tidak dia kenal.

Papa!Siapa sangka Revita juga berada di tempat tersebut.

Lebih parah lagi Susan pun menyaksikan kejadian itu. Namun, Susan memilih diam.

Eh...Ma...Mar...San....Wijaya nampak kebingungan akan menjelaskan darimana. Sedangkan Nancy hanya menatap sayu ketiga wanita yang nampaknya marah tersebut.

Plop.Bunyi penis Wijaya lepas dari kemaluan Nancy. Nampak cairan putih meleleh dari dalam sana. Tanpa menunggu penjelasan dari Wijaya. Revita menyeret Wijaya dalam keadaan telanjang dan membawa suaminya ke dalam kamar.

Papa jelasin sekarang!Revita membentak Wijaya. Belum pernah sekalipun Wijaya dimarahi oleh Revita.

Wijaya hanya dapat terdiam, dalam keadaan telanjang Wijaya diinterogasi istrinya. Wijaya diam terduduk tidak tahu harus bagaimana. Namun yang jelas penis Wijaya masih menegang keras padahal sudah beberapa kali dia bermain cinta malam itu. Revita tetap menghardik Wijaya minta penjelasan. Wijaya tetap diam hingga akhirnya Marni dan Susan datang.

Pa, kita minta penjelasan!Tutur Marni.

Akhirnya, Wijaya menceritakan bagaimana kronologi kejadiannya. Wijaya tidak habis pikir malam ini dia begitu bergairah dan ingin menyetubuhi semua wanita.

Oh jadi gitu toh.Kata Susan.

Ya sudah maafin kita deh Pa. Salah kita ngasih obat ke Papa.Terang Revita.

Hah?Wijaya terperanjat. Rupa-rupanya Istri dan dua selirnya sudah merencanakannya.

Kalian!Wijaya dengan sedikit emosi.

Aku masih sanggup tanpa itu semua. Wijaya bersungut-sungut.

Sebagai hukumannya....Dengan wajah mesum Wijaya segera mengejar ketiga wanita itu dan akhirnya Marni tertangkap. Untung saja, ketiga wanita itu masih mengenakan pakaian seksi mereka minus pakaian dalam tentunya.

Ih..papa lepasin Marni. Geli.Marni meronta-ronta saat Wijaya menjamahi seluruh lekuk tubuhnya.

Sudah Pa sudah geli.Marni berontak.

Yah Papa.***k asyikujar Susan.

Oh..iya Nancy gimana?Wijaya tiba-tiba nerocos.

Udah tidur dia Pa.Kata Revita.

Baru aja Mama tengok.sambung Revita.

Oh...Kembali kemudian Wijaya mempermainkan tubuh mungil Marni. Entah bagimana Wijaya berhasil menelanjangi Marni.

Ah...enak geli Pa...pi capek berdiri terus.kata Marni terengah-engah.

Dengan sekali merengkuh Wijaya membopong tubuh Marni ke ranjang dan kemudian merebahkan tubuh Marni. Wijaya pun segera melanjutkan serangannya, di buka lebar kedua kaki Marni dan kemudian membenamkan wajahnya ke pangkal paha Marni.

Aduh enak Pa...Marni menggeliat tak karuan.

Sesaat kemudian dirasakan oleh Wijaya sepasang bola kenyal di punggungnya.

Kita ikutan yah Pa.Bisik Susan sambil menjilati kuping dan leher Wijaya. Sementara Revita entah sejak kapan sudah bersiap melahap penis besar Wijaya yang sedari tadi masih dalam keadaan tegang maksimal. Penis Wijaya dalam keadaan tegang mencapai 19 cm dan diameter 5 cm. Perempuan mana yang akan menolak penis besar Wijaya.

Permainan semakin panas. Wijaya sudah bersiap memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Marni. Marni yang dalam keadaan telentang pasrah saja mendapati perlakuan tersebut. Wijaya bukanlah pemain seks amatir dengan pelan dan pasti Wijaya menggosok-gosok bibir kemaluan Marni dengan kepala penisnya yang berbentuk bagai jamur. Revita kemudian mengangkangi wajah Marni, menghadap ke arah Wijaya maksud hati hendak mencium bibir suaminya, malah tiba-tiba Susan menyosor bibirnya sambil menempatkan dirinya seakan menduduk perut Marni. Marni pun mengerti maksud Revita. Segera dijilatinya vagina Revita yang ternyata sudah basah. Kamar itu benar-benar menjadi kamar mesum. Seorang laki-laki dengan tiga wanita seksi.

Wijaya belum juga melesakkan penisnya ke dalam vagina Marni karena justru dia terpesona melihat bagaimana Susan dan Revita bercumbu. Gairah Wijaya semakin memuncak melihat pergumulan yang benar-benar luar biasa. Wijaya pun membayangkan seandainya Nancy juga ikut, apakh tidak mungkin dia akan jadi Raja Harem.

Angh...Marni terkejut menerima penis besar Wijaya karena masih asyik mencumbui vagina Revita. Susan tidak mau kalah, sambil bercumbu dengan Revita, Susan meremasi payudaranya dan juga memainkan vaginanya sendiri.

Sementara Wijaya sudah berhasil memasukkan seluruh penisnya ke dalam vagina Marni. Marni merasakan penis itu menusuk nikmat hingga ke dalam rahimnya. Dengan gerakan perlahan dan pasti Wijaya pun memompa penisnya dalam vagina Marni. Tidak mau membuat tangannya mengganggur Wijaya merengkuh tubuh Susan yang membelakanginya di depannya. Tangan kiri Wijaya meraih payudara Susan dan tangan kanannya menggantikan peran tangan Susan.

Ah...enak.Wijaya menggumam menikmati penisnya mengisi rongga dalam vagina Marni.

Mphm...Suara mulut Susan dan Revita beradu. Tiba-tiba kedua wanita itu berpelukan sangat erat. Cairan kenikmatan membasahi tangan Wijaya begitu pula dengan wajah Marni. Tidak lama kemudian Marni pun menegang.

Arhg....Marni mendapatkan klimaksnya. Namun Wijaya masih dalam stamina yang luar biasa. Tubuh Susan yang masih ada di depannya diraihnya. Revita segera mengerti dan segera merebahkan diri di samping Marni yang juga masih menikmati orgasmenya.

Plop.Penis vagina meninggalkan vagina Marni. Dengan lembut Wijaya mendorong Susan hingga seperti orang merangkak.

Bless...Penis Wijaya pun segera menyerang vagina Susan, layaknya doggy style. Sementara Marni yang masih berada di bawah Susan, dengan tatapn sayu dia menatap wajah Susan yang kini berhadap-hadapan dengannya. Nampak jelas Susan menikmati setiap sodokan penis Wijaya.

Ah...ah...ah...Susan mendesah.

Gairah Marni bangkir lagi, wajah Susan ia tarik kemudian dengan ganas Marni mencumbui Susan. Sementara Revita memainkan sendiri klitorisnya sambil menatap pejantannya menyetubuhi betina-betinanya. Kamar itu kini penuh dengan desahan dan rintihan nikmat. Sungguh Susan tidak sanggup bertahan lebih lama dan akhirnya tubuh Susan ambruk menimpa Marni. Penis Wijaya pun hampir saja terlepas dari vagina Susan. Namun, karena panjang penis Wijaya, kepala penisnya masih menancap di vagina Susan. Susan dan Marni pun akhirnya saling peluk dan saling mencumbu menikmati sisa-sisa orgasmenya.

Wijaya menatap Revita istrinya sedang bermasturbasi menatap dirinya seakan-akan ingin berkata cepat setubuhi aku.

Wijaya kemudian menempatkan dirinya di belakang Revita. Dengan gerakan yang sigap Wijaya mengangkat kaki kanan Revita sambil menempatkan penisnya tepat di lubang kenikmatan Revita.

Ah..Papa...Revita mendesah ketika penis Wijaya menelusup ke dalam lubang peranakannya. Wijaya kemudian memompa vagina Revita dengan lembut dan dengan penuh perasaan. Aneh pikir Wijaya biasanya dalam beberapa menit Revita akan takluk dan mencapai orgasme bila sudah dimasuki penisnya. Memang malam itu seakan-akan Revita wanita lain, staminanya begitu luar biasa. Selama 15 menit Wijaya masih memompa vagina Revita namun seakan-akan Revita tidak bergeming dan hanya menikmati gesekan-gesekan kelamin mereka dengan mendesah-desah dan menjerit-jerit keenakan.

Mam..ma..tum..ben lama amat..tanya Wijaya dengan nafas berat.

En..nak..Pa...sodok terus...pinta Revita.

Wijaya pun terus memompa penisnya ke dalam vagina Marni. 10 menit kemudian.

Ma....Papa mau keluar...

Bentar Pa mama..ju.***...

Argh...keduanya mengerang bersamaan. Mereka mendapati orgasme di waktu yang sama.

Gak sah di cabut Pah biar aja.Kata Revita. Sementara di depan Revita, Marni dan Susan sudah terlelap berpelukan dalam keadaan telanjang.

Pa...

Hmmm...jawab Wijaya.

Nancy, Papa ambil juga yah. Kasihan baru 3 bulan nikah suaminya meninggal.suara Revita.

Tapi Ma...

Belum sampai Wijaya menyelesaikan kalimatnya Revita memotong.

Sudah Papa ikut saran Mama aja. Toh, kita udah punya segalanya aset kita dimana-mana sekalipun Papa duduk di rumah kita tetap bisa hidup kayak gini.

Bukan itu masalahnya Ma, apa kata orang Ma, masa iya punya istri sampai empat?Wijaya menimpali.

Ah Papa jangan kolotlah. Hidup ini milik kita. Biar saja apa kata orang. Lagian Nancy otu temen Mama kok, jadi Mama tahu persis gimana Nancy itu Pa.Revita berucap.

Papa ikut Mama aja.dalam hati Wijaya bersorak kegirangan. Tapi, Wijaya berpikir bagaimana dia akan melayani empat wanita sekaligus.

Loh kok malah sekarang diem?Revita menoleh ke belakang.

Pa, malah melamun.mencoba menyadarkan Wijaya.

Eh..apa Ma?Wijaya gelapan.

Kalau masalah seks gampang Pa, Mama tahu apa yang ada dibenak Papa. Nanti kita bagi saja berdasarkan nama. Berarti Marni hari senin, selasa sama Nancy, rabu sama Mama, Revita lalu kamis sama Susan. Jumat Papa istirahat. Sabtu kita main bareng. Hihihihihi....tawa Revita cekikikan.

Eh Pa jangan gerak-gerak ngilu. Mana punya Papa masih tegang gitu.kata Revita.

Salah Mama kasih obat juga, ini kayaknya bakal tegang terus deh.Wijaya sok tahu.

Oh iya Pa. Mama ada kabar baik nih.

Apa lagi sih Ma kok kayak nya seneng banget gitu.Wijaya penasaran.

Mama hamil Pa, udah tiga minggu. Hihi..surprise....Sambil menoleh ke Wijaya.

Cup. Bibir Revita terkatup bibis Wijaya. Lalu Wijaya memeluk erat tubuh Revita.

Jadi, kita akan punya banyak anak.

Kedua makhluk itu kemudian terlelap menyusul Susan dan Marni yang sudah lebih dulu terlelap.

--
Sejak hari itu, secara resmi Wijaya memiliki empat orang wanita. Keempatnya juga resmi menyandang status Nyonya Wijaya. Dari Istri pertama Wijaya mendapat dua orang anak kembar perempuan. Istri keduanya memberikan 1 orang putra. Istri ketiga Wijaya memberikan 3 orang anak, 1 laki-laki dan 2 perempuan dan dari istri keempat seorang anak laki-laki. Kini, mereka hidup bahagia dan masih terus melakukan kegiatan mereka. Sepertinya akan ada anggota baru lagi.

----Tamat ----

Thanks to Barby Komentator pertama. De2yanto thank udah komen dan ngupil di page 1. Suhu dan Master di semprot dot com yang tidak bisa saya sebut satu- satu. Terima kasih semua. Oh iya Momod dan Mimin makasih yah thread ane masih ada dan belum dihapus. Hehehehehe.....
end part 11
 
Bahagia banget dah suhu ada cerita istri yg biseks favorit bgt iniii suhu
 
Untuk kesekian kalinya buka dan blm ada update

Saya doakan suhu sehat, lancar RLnya
Semoga nanti update langsung banyak šŸ˜
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd