Part 8.2
Pukul 22.07 sampailah kami di gerbang town house tempat kami tinggal..
Terlihat bapak bapak dan ibu ibu sudah ramai berkumpul untuk sekedar "liwetan"..
"
Assalamualaikum, selamat malam bapak bapak"
Ucapku menyapa para bapak2 yang terlihat asyik sedang ngobrol ringan diselingi dengan tawa..
"
Waalaikuumsalam pak boss muda, sibuk sekali sepertinya pasangan muda kita ini, hehehe"
Ucap pak Sofyan menyambut salamku
"
Iya nih bikin iri kami saja, hahaha"
Bu Rahma melanjutkan candaan suaminya
"
Hehehe, maaf bapak², ibu² habis dari cianjur langsung jemput istri dulu di klinik sekalian cari makan, dan gak tahu klo mau ada acara liwetan"
Ucapku sembari menyalami semua tetangga ku..
"
Wah setelah sekian lama akhirnya bisa kumpul lengkap juga kita, hehehe"
Lanjutku mengomentari
"
Maklum pak tanggal segini"
Pak Hadi tetangga ku dengan rumah No 4 ikut berkomentar.
Sementara ku lihat istriku berbaur dengan ibu ibu seraya menyerahkan cemilan yang kami beli di Bogor..
Sedikit gambaran akan denah cluster atau lebih tepatnya town house Berkah..
Dimana terdapat 16 rumah yang masing² berukuran 250m² yang berdiri di lahan 5000m..
Tentu sistem pembelian atau kredit dari rumah di cluster ini pun mennggunakan sistem syariah yang menjadi pondasi dari perusahaanku..
Meski demikian aku tidak membatasi pembeli dari agama manapun yang tertarik dengan rumah yang perusahaanku bangun..
Asalkan mereka setuju dengan mengikuti sistem yang aku gunakan..
Dan terbukti dari 16 rumah yang ku bangun, 3 di antara nya di huni oleh pemeluk agama lain di luar agamaku..
Oh ya rumahku sendiri nomor 9, berada di ujung dan berjadapan dengan rumah nomor 8 yang di beli oleh pak ustadz.
Town house ini memang salah satu properti perusahaanku yang aku bangun 3,5 tahun yang lalu dimana rumahku menjadi rumah pertama yang aku bangun sebagai rumah sample atau rumah percontohan..
Meski rumahku adalah rumah pertama yang dibangun, tapi aku dan istri adalah penghuni terbaru dari lingkunganku..
Ya, aku dan Sherly baru pindah ke cluster Berkah sekitar satu tahun lalu. Dimana sebelumnya kami tinggal di lantai 4 kantorku..
Sebelumnya kami memang sudah memiliki rumah sederhana, yang akhirnya aku jual untuk menambah modal usahaku yang saat itu masih merintis..
Dan kami putuskan untuk tinggal sementara di kantor perusahaanku..
Kembali ke cerita di lingkungan town house.
Tak ada kejadian menarik selama kami berkumpul dan bersilaturahmi..
Hanya sebatas obrolan ringan biasa mengenai berbagai hal..
Sampai waktu menunjukan pukul 12 malam lebih..
Tentu ada beberapa penghuni yang terlebih dahulu pamit pulang, sebagian masih bertahan.
Terlihat ibu ibu hanya tinggal Sherly, Bu Ine, Bu Rahma, Bu Dian, Bu Anisa, Bu ustadzah dan Bu Halimah yang masih bertahan dengan obrolannya..
"
Pak Harun, kalau tidak salah usaha pak Harun bergerak di bidang jasa finance juga ya?"
Tanya pak Hadi di sela sela obrolan kami..
Pak Hadi yang berusia sekitar 45 tahun ini merupakan suami dari Bu Anisa yang berusia sekitar 40 tahun atau lebih..
"
Oh iya pak, tapi hanya jasa bantuan pinjaman saja pak bagi masyarakat yang membutuhkan"
Jawabku menjelaskan..
"
Wah klo begitu saya ijin mengajukan pinjaman ke perusahaan finance pak Harun deh. Heheehe"
Lanjut pak Hadi
Aku yang mendengar ucapan pak Hadi pun ikut tertawa karna aku fikir itu hanya sebuah candaan saja..
"
Hehehehe, bisa ja si bapak mah"
Timpalku
"
Lohh saya seriusan pak, beberapa bulan terakhir ini keadaan beberapa toko saya mengalami penurunan yang signifikan, jadi perlu modal tambahan. Hehehe"
"
Tadi tuh sebelum pak Harun datang, saya sempet ngobrol dengan pak ustadz, pak Sofyan dan pak Miftah soal ini...."
Ucap pak Hadi
"
Nah berdasarkan info dari pak ustad sebaiknya bicara sama pak Harun yang memiliki usaha finance berbasis syariah agar terhindar dari riba"
Kembali pak Hadi menjelaskan
"
Mohon maaf loh pak Harun saya sudah lancang menyarankan tanpa ijin dulu sama bapak"
Pak ustad terdengar berbicara..
"
Ya gak apa apa pak, justru saya berterima kasih karna sudah bantu promosiin usaha saya, hehehe"
Ucapku agar tidak membuat pak ustad merasa bersalah
"
Maaf pak, memang kira kira kebutuhan modal tambahannya sekitar berapa ya?"
Tanyaku ke pak Hadi
"
Ehh tapi nanti saja kita bahas lebih lanjut. Mohon maaf saya nanya di depan umum seperti ini"
Lanjutku yang sadar harus tetap menjaga nama baik tetangga ku di mata tetangga yang lain..
"
Hehehe, gak apa apa pak, lagian bapak bapak disini juga udah pada tau angka yang saya perlukan. Hahahaha"
Jawab pak Hadi seolah tanpa beban
"
Iya sebaiknya di bahas secara privat dan profesional saja pak Hadi"
Pak Sofyan ikut berbicara mengomentari bahasan kami..
"
Ok lah pak Harun, besok deh saya ke rumah bapak"
Pak Hadi menyetujui ucapan pak Sofyan..
"
Siap pak, saya tunggu"
Ucapku
.......
.......
Sementara itu..
"
Piih, aku masuk duluan ya. Udah ngantuk. Heheehe. Sekalian mau cek Sandy takut kebangun"
Ucap Bu Ine di tengah para suami sedang ngobrol
"
Iya mih gak apa, papih nyusul bentar lagi"
Ucap pak Miftah.
Tak lama dari pamit Bu Ine, kembali terdengar suami wanita memanggil suaminya..
"
Biii...."
Mendengar panggilan Abi, aku dan pak ustad serentak menoleh ke belakang.
"
Ternyata Bu ustadzah yang manggil, saya fikir istri saya.. hehehe.. mohon maaf ya pak ustadz, hehehe"
Ucapku di sertai tawa dari bapak² yang lain..
"
Hehehe, iya gak apa² pak Harun.. tapi memang sudah larut juga, sebaiknya kita selesaikan ja ngobrol nya biar nanti gak kesiangan shalat subuh nya"
Jawab pak ustad diselingi dengan sedikit tauziah..
"
Yuk lah mari kita istirahat"
Ucapku menyetujui saran pak ustad..
Dan sepertinya lebah pun ingin istirahat dulu..
Capek ngetik hahaha
Sampe ketemu di part 9..
Semoga ada kejadian seru di part 9..
Salam sengat dari lebah