Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Confluence (Revised Version)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Chapter 7 - Sandra's Game

Tuut...tuut... Tuut...tuut...
Suara telepon di dalam kamar mandi itu menyadarkan Sandra. Ia tak tahu sudah berada lama berendam sambil tiduran di dalam bath tub ini. Tubuhnya masih terasa lemas. Namun ia segera bangkit dan berjalan untuk mengangkat telepon itu.

"Halo."
"Maaf Non Sandra. Makanan sudah siap. Sebelum Non pulang, mungkin Non ingin makan siang dulu disini?" kata suara dari seberang.
"Oh.. Jam berapa sekarang, Mbak?" tanya Sandra.
"Sekarang sudah jam 12 lewat 10, Non."
"Baik, aku turun kira-kira 20 menit lagi. Makasih Mbak."
"Baik Non."

Saat itu seketika ia teringat akan air terjun yang dibicarakan oleh para wanita desa kemarin. Entah kenapa bayangan akan air terjun itu sungguh menarik minat dalam dirinya. Hmm, aku harus pergi kesana, batinnya. Tapi lalu ia teringat omongan mereka kalau jam berkunjung bagi wanita hanyalah sampai tengah hari. Sementara sekarang sudah lewat tengah hari. Dan lagi helikopter akan datang menjemputnya pukul dua siang.

Bagaimanapun aku harus kesana hari ini. Masa bodoh dengan helikopter yang telah dijadwalkan. Ia akan menunda penjemputannya sampai besok pagi. Kalau ada jadwal yang berbenturan, yang lain harus dijadwal ulang. Dirinya harus mendapat prioritas pertama. Bagaimanapun ia adalah anak dari bos besar yang memiliki semua ini.

Dan peduli amat dengan aturan mistis keramat itu. Ia tak percaya dengan hal klenik semacam itu. Di Amerika tak ada hal-hal seperti itu. Hanya orang-orang yang masih terbelakang pikirannya saja yang masih percaya hal-hal begituan di jaman now.

Bagi dirinya, jangankan aturan keramat yang tak jelas itu. Aturan yang tertulis pun kalau memang dirinya ingin melanggar juga akan dilanggarnya. Apapun yang ia kehendaki akan selalu berjalan sesuai keinginannya. Kini bahkan dengan sengaja ia akan melanggar aturan waktu berkunjung yang lebih besar daripada sekedar pembagian waktu antara pria dan wanita. Karena ia akan datang setelah jam berkunjung telah lewat bagi semuanya. Apalagi ia punya ide gila yang akan dilakukannya disitu nanti.

--@@@@--

Selepas pukul tiga sore, Sandra turun sendirian menuju ke desa. Seperti hari sebelumnya ia mendapat sambutan dari banyak penduduk desa. Setelah berbasa-basi sejenak, ia melanjutkan perjalanannya. Begitu memastikan tak ada orang berada di sekitarnya yang mampu melihatnya, segera ia berbelok menyusuri jalan setapak ke arah air terjun.

Seperti halnya kemarin, sepanjang perjalanan ia tak menemui seorang manusia pun. Sampai akhirnya ia sampai di tempat mereka berhenti kemarin. Tempat dimana tebing batu berlumut tinggi menghalangi air terjun yang terdengar keras suaranya itu dari pandangan matanya. Tanpa ragu sedikitpun, Sandra terus melangkahkan kakinya dan berbelok memasuki tebing tinggi itu. Begitu memasuki daerah ini seketika ia merasakan kelembaban dan hawa yang sungguh berbeda dengan sebelumnya. Sungguh menakjubkan. Hanya berjarak beberapa langkah saja, kini ia bagai berada di dunia yang berbeda!

Setelah melewati belokan terakhir, akhirnya air terjun yang sebelumnya hanya terdengar suaranya itu kini terlihat di depan matanya. Wow!!! Secara spontan Sandra berseru dengan penuh kekaguman.

Secara kasat mata air terjun itu hanyalah air terjun biasa. Namun energi yang terpancar darinya mampu menembus hati dan menyentuh bagian paling dalam diri Sandra. Ia seketika jadi terpesona dengan jutaan butir-butir air yang mengalir deras ke bawah setiap detiknya itu. Suasana alam sekeliling terasa hening di tengah gemuruh suara air saat menyentuh permukaan tanah. Sinar matahari sore yang kuning keemasan menyinari daerah itu. Semilir udara sekeliling terasa sejuk menghanyutkan. Empat elemen alam yaitu tanah, air, api, dan udara kini hadir pada saat yang bersamaan. Sandra terpaku diam tak bergerak. Dirinya begitu menyatu dengan alam sekitar.

Saat itu timbul dalam pikirannya untuk segera meninggalkan tempat ini. Ia telah merasakan kedamaian hati yang lama sekali tak pernah ia rasakan. Kini saatnya untuk pulang ke rumah bersama dengan kedamaian hati itu. Alam telah memberinya rahmat dan memaafkan kesalahannya. Kini gilirannya untuk membalas dengan memperbaiki kesalahannya. Go away, Sandra. Go back and go home. Dalam hatinya muncul suara lembut yang dengan ramah menganjurkan dirinya untuk kembali.

Namun sesaat kemudian ego dirinya muncul kembali ke permukaan. Selama ini dirinya selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Kenapa tidak untuk saat ini? Lagipula kapan lagi ia akan berada disini lagi. Besok ia sudah akan balik. Tidak, aku akan tetap tinggal disini sampai aku tak ingin berada disini lagi, batin Sandra dengan tegas. Peduli setan akan segala mistis takhayul yang tak jelas itu!

Pada akhirnya ego dirinya menguasai penuh dirinya. Kini ia melihat alam di sekelilingnya secara berbeda. Ia tetap merasakan keindahan alam sekitar melalui persepsi panca indranya. Namun mata hatinya tak lagi merasakan "koneksi" dengannya. Dirinya adalah dirinya, yang kini terpisah dari alam sekeliling dan memandang semua itu sebagai obyek.

Kini Sandra mengeluarkan smart phone-nya. Ia melakukan selfie dalam berbagai pose di depan air terjun itu. Hahaha.. Ini nanti bakalan jadi epik di medsos, batinnya dengan gembira.

Setelah puas ber-selfie ria, kini tiba saatnya menjalankan ide gila yang muncul dalam pikirannya tadi. Kali ini tentu ia tak akan melakukan selfie. Ia melihat ke segala arah memastikan tak ada orang di sekitar situ. Seperti yang ia perkirakan, tak ada jejak satu manusia pun disitu. Karena orang-orang itu terlalu percaya takhayul untuk berani datang kemari.

Sandra berjalan menuju ke dekat batu besar yang tingginya hampir setinggi dirinya itu. Setelah memastikan sekali lagi tak ada orang disitu, diloloskannya kaus bajunya dari tubuhnya. Begitu pula dengan celana panjang jins-nya. Kemudian dilepasnya juga BH-nya. Dan celana dalamnya. Tumpukan pakaiannya itu ditaruhnya di bawah batu besar. Dengan tubuh telanjang bulat tanpa selembar benangpun, Sandra berjalan dengan santai menuju ke air terjun itu.

Sampai akhirnya ia masuk ke dalam air sampai seluruh badannya berada di dalam permukaan air yang jernih itu. Meski awalnya agak dingin, lama-lama ia menjadi terbiasa juga. Setelah itu ia berjalan mendekati air terjun itu sampai persis berada di bawahnya. Merasakan sensasi ketika air itu menimpa punggungnya. Lalu ia duduk bersila dengan posisi seakan bersemedi di bawah air terjun itu. Untuk beberapa saat ia bersemedi dengan telanjang bulat di bawah terpaan air itu sambil tersenyum-senyum geli.

Sandra dengan penuh euphoria berteriak cukup keras ketika ia berenang dengan gaya punggung bolak balik di kolam air itu. Dengan tubuh telentang menghadap keatas, seolah ia sedang menantang dunia. Demikian pula ketika kedua kakinya diangkat menghadap ke atas langit dan dibukanya lebar-lebar membentuk huruf V seperti V untuk Vagina. I'm a bitch! Yes, I am a bitch!! Batinnya dengan menggelora. Tapi semuanya berada dalam kontrolnya. Karena ia adalah orang istimewa. Kaum yang mempunyai privilege.

Setelah puas, Sandra akhirnya keluar dari air. Dalam keadaan tubuh basah kuyup yang membuat bulu-bulu vaginanya menyatu, ia tidur di permukaan tanah dengan posisi telentang. Dengan penuh rasa puas ia berteriak sekencang-kencangnya.

--@@@@--

Garwo sedang tiduran di tengah hutan di tepi sungai yang menjadi bagian hulu dari air terjun itu saat tiba-tiba ia mendengar suara teriakan. Naluri hewaninya seketika membuat dirinya awas. Ini adalah satu hal yang tak wajar. Lalu kembali ia mendengar suara teriakan berulang-ulang. Dengan makin lama makin keras teriakannya. Suara teriakan seorang perempuan.

Dengan rasa penuh ingin tahu, ia berjalan mendekat ke arah sumber suara itu. Dari posisinya berdiri, ia tak dapat melihat apa-apa karena tertutup oleh dedaunan lebat. Namun ia tahu ada orang di bawah situ.

Untuk dapat menyelidiki lebih jelas, ia bergerak turun agak ke bawah. Hatinya agak terkesiap melihat rambut panjang basah dan bahu serta punggung telanjang yang juga basah. Pertanda kalau sebelumnya ia berada di dalam air. Seorang perempuan! Bahkan gadis muda!! Ia tak mampu melihat lebih dari itu karena gadis itu berdiri membelakanginya di balik batu besar. Namun dari gerak-geriknya terlihat kalau gadis itu dalam keadaan telanjang bulat dan kini sedang mengenakan pakaiannya.

Garwo sungguh bingung dengan apa yang dilihatnya. Siapa gadis ini? Agak aneh ada seorang gadis muda disini. Sendirian pula. Apalagi sebelumnya bahkan ia telanjang pula. Dan ia semakin kebingungan melihat kulit putih gadis ini dan wajah orientalnya. Jelas sekali ia bukan penduduk lokal desa sini. Apakah gadis ini muncul disini untuk memancingnya? Artinya keberadaannya telah terdeteksi oleh aparat?! Ah tapi kurang pas juga. Gadis ini sama sekali tak ada tampang untuk menjadi bagian dari aparat. Lagipula, ia berani memastikan tak ada orang lain di sekitar sini selain mereka berdua. Jadi tak mungkin gadis ini datang kemari seorang diri khusus untuk memancing dirinya. Sungguh ia mencari mati kalau seorang diri berani menantangnya. Apalagi gadis ini sungguh sama sekali tak cocok untuk berada disini.

Oleh karena penasaran ia menguntitnya dari jarak yang cukup aman ketika gadis itu berjalan pergi meninggalkan tempat itu. Diikutinya terus sampai sesaat sebelum mencapai desa Wonoselo. Sebelum akhirnya ia meninggalkan gadis itu karena ia tak ingin keberadaannya diketahui penduduk desa. Namun sebelum ia berjalan balik, ia sempat melihat adanya satu bangunan megah di bukit di atas desa. Kini titik terang mulai terkuak sedikit. Gadis itu tentu penghuni bangunan megah itu. Meski ia masih tak mengerti apa tujuan gadis itu berjalan masuk ke dalam hutan sendirian.

Yang pasti kini ia tahu apa yang harus dilakukannya. Yaitu mencari jalan untuk masuk ke bangunan megah itu. Paling tidak ia butuh makanan yang layak setelah berhari-hari hidup secara survival di dalam hutan. Untuk itu ia telah menetapkan rencana untuk mendatangi rumah mewah itu saat hari menjadi gelap.

--@@@@--

Di dalam kamar Sandra selepas maghrib...
Pintu kamar mandi terbuka. Sandra muncul dengan handuk melilit di tubuhnya sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Ia terlihat cukup gembira setelah baru saja berhasil menjalankan ide gilanya dengan sukses dan pulang balik ke rumah dengan selamat. Seperti yang diperkirakan sebelumnya, lagi-lagi ia mendapatkan apa yang diinginkannya.

Sementara Garwo diam tak bergerak dengan jantung agak berdebar. Gadis itu lagi! Batinnya sambil diam mematung di samping lemari di dalam kamar Sandra!

Sebelumnya, begitu hari berubah gelap ia langsung menuju mendekati bangunan megah itu sampai akhirnya ia berada di dasar jurang tepat di bawahnya. Dengan mengandalkan kemampuan fisiknya, ia memanjat tebing batu itu dengan tangan telanjang. Sampai akhirnya ia berhasil melompat naik masuk ke dalam balkon di depan kamar yang bersinar terang (kamar Sandra). Didekatkannya telinganya di dekat pintu balkon. Setelah memastikan tak ada suara di dalamnya (karena saat itu Sandra sedang mandi di dalam kamar mandi), dengan hati-hati dibukanya kunci pintu itu dengan menggunakan batang tanaman yang dibawanya dan telah diasahnya sehingga menjadi seperti kawat kaku. Pengalaman serta jam terbangnya yang tinggi dalam hal beginian membuatnya tak mengalami kesulitan berarti untuk membongkar kuncinya. Apalagi, mungkin merasa telah aman karena balkon ini berada di atas jurang yang dikiranya tak akan ada orang yang mampu naik kesini, pintu balkon ini hanya dikunci satu kali.

Begitu pintu balkon terbuka, ia segera masuk ke dalam. Dipastikannya tak ada orang di kamar itu. Lalu ditutupnya kembali pintu balkon itu untuk menghindari kecurigaan. Pada saat itu pintu kamar mandi terbuka dan terdengar suara seorang gadis yang bernyanyi-nyanyi kecil. Garwo segera bersembunyi di samping lemari besar tak jauh dari pintu balkon itu dengan hati berdebar. Sementara gadis itu terus bernyanyi dengan gembira. Tak sadar kalau ia sedang bersama laki-laki tak dikenal yang berhasil menyusup masuk ke dalam kamarnya.

Tuut...tuut... Tuut...tuut...
Tiba-tiba terdengar bunyi telepon. Garwo mendengar langkah gadis itu berjalan menuju ke arah telepon.
"Halo."
"Oh, siapa yang datang malam-malam begini?"
Dari pantulan cermin besar, Garwo mampu melihat sekilas gadis itu. Jantungnya berdebar makin keras. Gadis itu hanya memakai handuk mandi saja! Untuk kedua kalinya dilihatnya rambut panjangnya yang indah serta bahu putihnya.
"Apa? Oh, ok Mbak. Aku akan turun menemui mereka."
"Ya. Ini aku baru selesai mandi. Abis selesai pake pakaian aku akan langsung turun."
"Ok, Mbak." Dan telepon segera ditutup.

Tubuh Garwo seketika menjadi tegang. Isi pembicaraan itu kurang baik untuknya. Nalurinya mengatakan kalau para aparat itu telah mengejarnya sampai sini. Merekalah yang datang kemari, batinnya.

Namun tubuh Garwo jadi semakin tegang lagi saat gadis itu berjalan mendekati dirinya ke arah lemari itu. Ia membuka pintu lemari besar tepat di dekat ia berdiri itu. Dan di balik pintu lemari yang besar itu, gadis itu kini berdiri sangat dekat dengannya. Berjarak bahkan kurang dari semeter darinya. Sampai-sampai ia dapat melihat kedua kakinya. Dan jantungnya jadi semakin berdebar ketika dilihat ada handuk yang jatuh luruh di kaki gadis itu! Persis di balik pintu lemari ini, gadis itu sedang telanjang bulat!!! Biar bagaimanapun ia adalah seorang laki-laki normal. Membayangkan ada gadis muda telanjang bulat berjarak tak lebih dari semeter darinya di dalam kamar yang sama dengannya membuat batang penisnya menegang kuat!

Untuk kedua kalinya hari ini gadis ini telanjang bulat cukup dekat dengannya Kalau tadi pandangannya terhalang batu besar, kini pandangannya terhalang pintu kayu jati besar. Namun Garwo adalah seorang lelaki tempaan alam yang mampu berpikir jernih dan menahan nafsunya terutama di saat hidupnya terancam. Ia sadar kalau ia mengganggu gadis ini maka keselamatan dirinya akan terancam karena mereka yang di bawah sedang menunggu kemunculan gadis ini. Satu-satunya jalan bagi dirinya adalah terus menyembunyikan diri agar gadis ini tak tahu akan kehadirannya.

Sambil diam mematung menahan napas dan juga menahan nafsu dalam dirinya, Garwo membiarkan gadis ini memilih pakaian yang akan dikenakannya di balik pintu lemari. Sampai akhirnya gadis itu selesai berpakaian dan keluar dari kamar itu.

--@@@@--

Di luar kamar....
Dengan penuh keanggunan Sandra berjalan turun menyusuri tangga marmer yang megah itu. Ia memakai daster batik bercorak warna cerah dengan bahan kain yang halus. Membuat kain dasternya mengikuti alur lekuk tubuhnya terutama bagian dadanya yang terlihat agak menonjol di bawah kulit lehernya yang putih halus. Penampilannya saat itu begitu feminin.

Sementara menunggu di bawah ada Pak Sartono beserta beberapa pembantu utama. Di samping mereka berdiri lima petugas berseragam. Begitu dirinya muncul, mereka yang ada di bawah seketika menatap kearahnya.

"Bapak-bapak sekalian, inilah Non Sandra, putri majikan kami," kata Pak Sartono memperkenalkan dirinya.
"Pak Sartono, siapakah mereka ini dan ada perlu apa malam-malam datang kemari?" tanya Sandra kepadanya.
"Bapak boleh memperkenalkan diri?" tanya Pak Sartono kepada salah satu dari mereka.
"Baik. Maafkan kami mengganggu kenyamanan Nona serta bapak ibu sekalian malam-malam gini," jawab petugas yang ditunjuk Pak Sartono itu dengan sopan dan ramah. "Perkenalkanlah, saya Letnan Zulkifli, komandan dari tim kecil kami ini. Kami baru tiba dari desa sebelah. Kedatangan kami kemari karena kami sedang mencari seorang tahanan berbahaya yang sedang kabur. Disinyalir saat ini ia sedang berada di daerah sekitar sini. Tapi Nona dan bapak ibu sekalian tak perlu kuatir. Segala sesuatunya berada dalam kendali," lanjutnya berusaha menenangkan mereka semua.

"Dan saya adalah Juhari. LETNAN Juhari," tiba-tiba pria berkumis tipis itu maju ke depan memperkenalkan diri. Sengaja ia menyebut pangkatnya dengan keras seolah ingin menunjukkan kalau dirinya setara dengan komandannya. Ia berjalan ke depan ke arah Sandra sambil menjulurkan tangannya. Satu hal yang bahkan komandannya pun tak melakukannya. Melihat pria aparat ini maju dan mengulurkan tangannya, Sandra tak dapat berbuat banyak selain bergerak maju dan membalas salam tangan petugas ini. Seolah memanfaatkan kesempatan bisa memegang tangan halus gadis ini, Juhari sengaja tak segera melepas tangan Sandra. Membuat Sandra seketika merasa ilfil kepadanya. Apalagi pandangan mata lelaki ini begitu kurang ajar seolah menggerayangi tubuhnya terutama sengaja menatap bagian-bagian tertentu dirinya dalam jarak begitu dekat.

"Ok cukup Juhari. Lepaskan tangan nona ini," kata Zulkifli tegas. "Maafkan kami kalau membuat Nona tidak nyaman," kata Zulkifli dengan sikap sopan. Membuat Sandra yang sempat panas dan kesal hatinya jadi agak dingin kembali melihat sikap sopan perwira ini. Apalagi pria berkumis itu kini telah melepaskan genggamannya. Ia juga sadar, di saat normal mungkin ia orang yang paling berkuasa disini. Namun di saat yang tak biasanya seperti ini, boleh dibilang kekuasaan berada di tangan mereka karena mereka adalah aparat yang sedang bertugas dan membawa senjata. Oleh karena itu ia juga tak bisa bersikap terlalu keras terhadap mereka seperti dalam keadaan biasa. Untung baginya pemimpin rombongan ini bukan pria berkumis tipis itu.

Dalam hati ia merasa menyesal karena menunda kepulangannya. Seandainya ia pulang siang tadi, ia tak perlu berada pada situasi yang kurang menyenangkan ini. Namun nasi telah menjadi bubur. Saat ini hari telah gelap sehingga tak ada helikopter yang dapat menjemputnya sampai esok hari. Kini ia akan mencoba bersikap sebaik mungkin terhadap tamu yang tak diundang ini sambil menunggu waktu berlalu sampai pagi.

"Ah tak apa-apa," jawab Sandra dengan tersenyum manis. Membuat Juhari jadi semakin kesengsem. Matanya menatap Sandra dengan penuh nafsu.
"Omong-omong, apa rencana bapak sekarang?" tanya Sandra tak mempedulikan sikap Juhari dan memalingkan wajahnya menghadap ke arah Zulkifli. Ia sengaja bertanya kepada pria ini sebagai komandan mereka, juga ia menggunakan kata tunggal bapak bukan bentuk majemuk bapak-bapak karena ia hanya ingin berbicara dengan Zulkifli sebagai komandan mereka, bukan dengan yang lainnya apalagi pria berkumis tipis itu.

"Pertama, kami mohon supaya diijinkan untuk memeriksa tempat ini untuk memastikan bahwa buronan tahanan kami itu tak bersembunyi disini. Selain ini merupakan tugas utama kami juga hal ini demi keselamatan Nona dan seluruh penghuni tempat ini. Lalu besok kami akan melanjutkan pencarian kami di desa di bawah."

"Untuk itu kami ada permintaan kedua. Kalau diperbolehkan kami minta ijin supaya dapat menginap disini. Sehingga selain kami mendapat tempat istirahat yang cukup layak kami bisa membantu menjaga keselamatan seluruh penghuni disini."

"Demi keselamatan Dik Sandra, Abang bersedia menjaga di depan kamar Dik Sandra," kata Juhari tiba-tiba dengan gaya sok akrab. "Supaya kalau sewaktu-waktu diperlukan, Abang bisa dengan cepat datang membantu." Dalam hati ia membatin, kalau ia dapat berjaga di depan kamarnya, ia akan dapat dengan mudah mencari alasan untuk dapat masuk ke kamarnya dengan alasan untuk "melindunginya." Apabila sudah berada di dalam kamar berdua, maka hehehe... segala sesuatunya bisa dengan gampang "dibengkokkan" sesuai keinginannya. Apalagi ia membawa senjata sehingga dapat dengan mudah menakuti gadis ini, batinnya.
"Juhari, diam kau," sergah Zulkifli dengan agak keras membuat pria berkumis tipis itu jadi agak merah mukanya.

"Permintaan Pak Zulkifli sangat logis dan bisa diterima. Untuk itu kami persilahkan untuk memeriksa tempat kami dan selanjutnya bapak-bapak bisa bermalam disini," jawab Sandra dengan tersenyum sambil tetap berusaha tenang. "Bagaimana menurut Pak Sartono?" tanya Sandra menoleh dan meminta pendapat kepala pegawainya itu.
"Kalau Non Sandra telah setuju, saya juga akan mengikuti keputusan Non," jawab Pak Sartono. "Tapi untuk "penawaran" Bapak ini..." lanjut Pak Sartono menatap ke arah Juhari dengan pandangan agak sinis, "Saya rasa terlalu berlebihan," katanya untuk membela gadis majikannya. Dan perkataan pegawai paling senior itu diamini oleh semua pegawai yang ada di ruangan itu. Membuat seluruh aparat itu kecuali Juhari jadi merasa tidak enak dan malu hati.
"Ya. Kami bisa memenuhi dua permintaan Pak Zulkifli barusan. Bahkan selain itu, pegawai kami juga akan dengan senang hati menyiapkan makanan lezat untuk bapak-bapak semua," kata Sandra.
"Namun untuk privasi dan kenyamanan kami, rasanya tak perlu adanya penjagaan ekstra. Justru kami akan merasa lebih nyaman kalau kami dibiarkan sendiri. Hal ini tak hanya berlaku untuk saya saja tapi juga untuk semua pembantu yang ada disini. Khususnya pembantu perempuan," kata Sandra sambil menyindir Juhari.
"Ya betul. Kita semua setuju dengan Non Sandra," jawab seluruh pegawai perempuan yang ada disitu.
"Ah, tentu saja, Nona dan Mbak-Mbak sekalian," kata Zulkifli cepat. "Kami adalah aparat yang sedang bertugas. Tentu kami tak akan mengganggu siapapun disini, apalagi kami telah mendapat kebaikan dari tuan rumah disini."

"Terima kasih atas pengertiannya, Pak," jawab Sandra. "Oh ya, satu lagi. Villa ini berada dalam pengawasan yang terpusat selain juga terhubung dengan jaringan perusahaan kami. Jadi kalau Bapak-Bapak ingin mengakses informasi atau memerlukan fasilitas komunikasi, bisa dengan bebas memakainya. Silakan menghubungi Pak Sartono untuk informasi lebih lanjut," lanjut Sandra. (Read between the lines dari kata-kata Sandra: jangan coba-coba bertindak diluar semestinya, karena seluruh villa ini berada dalam pengawasan).

"Oh tentu, tentu," jawab Zulkifli sambil tersenyum. Ia sungguh mafhum dengan maksud nona pemilik tempat ini. "Terima kasih atas informasi dan bantuannya. Sebagai balasannya, kami akan tunduk dengan semua aturan tempat ini dan melindungi Nona serta seluruh penghuni disini."

--@@@@--

Beberapa saat kemudian setelah proses pencarian selesai dan Sandra telah menyelesaikan makan malamnya...

"Nona, kami telah menyisir seluruh villa ini dan hasilnya... bersih. Kami tak menemukan jejak dari buronan kami itu. Sehingga Nona dan seluruh penghuni disini bisa tinggal dengan tenang."
"Oh bagus. Bagus sekali. Terima kasih atas jerih payah dan kerja keras Bapak-Bapak," kata Sandra sambil menyatukan kedua tangannya di depan dadanya dan membungkuk dengan hormat ke arah Zulkifli dan lain-lainnya. Kecuali.... Juhari yang berdiri paling ujung. Entah sengaja entah terlupa gadis itu seolah sama sekali tak menganggap kehadirannya.

Sementara Zulkifli dan tiga rekannya membalas penghormatan Sandra, Juhari yang panas hatinya menyeletuk," Maaf Komandan, menurut saya penyisiran kita ini belum lengkap. Ada satu tempat yang terlewat yang belum kita periksa. Sementara kamera CCTV juga rupanya tidak meng-cover daerah di sekitar tempat itu."
"Ah masa? Sepertinya kita tadi telah mencakup semua tempat."
"Berarti Komandan kurang jeli," jengek Juhari dengan cepat seolah membalas perlakuan komandannya ini tadi.
"Saya rasa kita telah meng-cover semuanya, Juhari!" jawab Zulkifli dengan cukup tajam.
"Tidak!" jawab Juhari tak mau kalah. "Kita belum memeriksa kamar Nona ini!"
"Apa?!" seru Sandra agak marah. Ia tahu orang ini sengaja mencari-cari urusan dengannya. "Aku BARU SAJA keluar dari kamarku dan disana tidak ada siapa-siapa. Kalau buronan itu ada disitu, bagaimana aku bisa keluar tanpa diganggunya?"
"Kecuali kalau Bapak menganggap aku sengaja melindunginya??" jengek Sandra seakan mempertanyakan kewarasan petugas ini.
"Maaf, aku tak ingin berdebat dengan Nona, karena juga bukan tugas saya untuk itu," kata Juhari cepat. "Tapi, wahai Letnan Zulkifli... kau tahu betul prosedur tugas kita. Kita harus memeriksa semua tempat tanpa kecuali tanpa boleh berasumsi. Tapi mengapa kau sengaja melewatkan kamar Nona ini dan pura-pura tak tahu?"
"Ah ya... kau betul Juhari. Tidak, aku bukannya sengaja melewatkan dan pura-pura tak tahu. Tapi aku betul-betul terlupa," kata Zulkifli akhirnya. Ia berbohong. Karena sebetulnya memang ia sengaja melewatkannya karena rasa segannya terhadap Sandra. Namun didesak secara terang-terangan seperti ini, membuat ia tak bisa berbuat lain kecuali berbalik arah. Karena prosedur pencarian mereka memang seperti yang dikatakan Juhari, terlepas dari motif dirinya mengungkapkan itu. Apalagi ketiga rekannya juga mengangguk-angguk menyetujui ucapan Juhari.

"Maafkan kami Nona. Yang dikatakan Juhari memang betul. Kami percaya penuh dengan Nona tapi sesuai prosedur, kami tetap harus memastikan kamar Nona steril."
"Baiklah," kata Sandra sambil tersenyum. "Silakan Bapak-Bapak ikut saya naik ke kamar saya. Mbak Wati dan Mbak Sari, mari ikut aku ke kamar."

Sandra membuka pintu kamarnya.
"Silakan periksa, Bapak-Bapak."
"Terima kasih. Maafkan kami mengotori kamar Nona," jawab Zulkifli sebelum mereka semua masuk ke dalam kamar Sandra termasuk mengecek kamar mandi dan juga balkon luar.
"Ok, semuanya bersih," kata Zulkifli yang sejak dari awal memang tak ingin terlalu berlama-lama di dalam kamar gadis ini.

"Lemari besar itu apa isinya?" tanya Juhari tiba-tiba.
"Itu pakaian pesta dan pakaian sehari-hariku," jawab Sandra agak ketus.
"Pakaian pesta?!" tanyanya keheranan. "Memang pesta apa di tempat ini?" tanyanya agak curiga.
"Disini kita sering mengadakan acara. Baik acara keluarga maupun acara bisnis. itu sebabnya ada banyak pakaian pesta disini," jawab Sandra.
"Boleh aku lihat isinya?"
"Silakan."
"Ketemu sesuatu yang menarik?" tantang Sandra sekaligus menyindir Juhari. Karena selain sejumlah pakaian miliknya, memang tak ada sesuatu yang lain.

"Itu isinya apa?" tanya Juhari seolah tak mau kalah ingin membalas perlakuan gadis ini. Sementara tangannya menunjuk ke lemari kecil.
"Itu lemari pakaian juga. Isinya pakaian tidurku," jawab Sandra.
"Boleh aku periksa?"
"Omong2, apakah buronan yang kabur itu seukuran kurcaci jadi bisa sembunyi di lemari sekecil itu?" kata Sandra yang membuat dua pembantunya ketawa. Juhari semakin merah padam wajahnya.
"Maaf Nona. Apapun yang kami periksa adalah urusan kami. Nona tak berhak mencampuri urusan penyidikan kami. Kecuali kalau Nona ingin sengaja menghambat penyidikan kami!" jawab Juhari di atas angin.
"Ok, baik. Silakan Bapak mengecek lemari itu. Sepertinya Bapak tertarik untuk melihat pakaian-pakaianku," sindir Sandra. "Setelah ini mungkin laci kecil di dalam lemari itu juga akan diperiksa? Yang mana isinya adalah pakaian dalam saya."

"Eh, nona jangan bicara sembarangan. Saya adalah seorang aparat yang sedang bertugas mencari buronan berbahaya. Untuk apa saya tertarik dengan pakaian perempuan apalagi pakaian dalam."
"Mana saya tahu. Mungkin Bapak harus tanya kepada diri sendiri. Saya hanya berusaha membantu penyidikan Bapak saja karena dari tadi sepertinya Bapak tertarik memeriksa pakaian-pakaian saya," jawab Sandra sambil menantang balik Juhari.

Di saat genting itu tiba-tiba Zulkifli berbicara. "Maafkan kami Nona, prosedur pencarian kami mungkin agak aneh bagi Nona. Namun kami hanya menjalankan prosedur baku kami," katanya mau tak mau harus membela nama baik timnya. Sementara itu ia berkata kepada Juhari," Ok Juhari. Saya rasa penyidikan kita sudah selesai. Kini kita bisa meninggalkan kamar Nona ini dan TAK MENGGANGGUNYA lagi sampai esok hari," kata Zulkifli tegas kepada Juhari.

Setelah itu mereka semua dan beberapa pembantunya meninggalkan Sandra sendirian di dalam kamarnya.

--@@@@--

Sesaat kemudian...
"Kurang ajar! Cewek itu betul-betul menjengkelkan. Mentang-mentang anak konglomerat berani-beraninya melecehkan kita sebagai aparat!"
"Hmm... Melecehkan "aparat" atau melecehkan dirimu?" cibir Zulkifli kepada Juhari. "Aku tak merasa dilecehkan. Begitu pula yang lain. Hanya kau saja yang merasa seperti itu. Bicara tentang melecehkan, tidakkah kau sendiri yang terlebih dahulu melecehkan dirinya dengan pandangan matamu yang jelalatan kepadanya."
"Itu salah dia sendiri. Kenapa ia memakai pakaian yang membangkitkan hawa nafsu."
"Heh! Tapi diantara semuanya hanya kau sendiri yang mupeng. Kita semua tidak. Hanya kau saja yang menuruti nafsu dalam dirimu. Lagipula, ini adalah rumahnya. Jadi terserah dia mau memakai pakaian seperti apa. Kita disini adalah tamu. Jadi kita harus menghormati tuan rumah."

"Kita harus tetap hormat sementara ia melecehkan diri kita? Hanya karena dirinya anak orang kaya. Dimana harga dirimu sebagai aparat negara, Zulkifli?" jengek Juhari.
"Kuakui, gadis itu memang agak tinggi hati. Mungkin karena ia anak konglomerat yang terbiasa dilayani. Tapi sebaliknya, sikapnya seperti itu juga sedikit banyak disebabkan karena ulahmu terhadapnya tadi."
"Nah, karena kau juga setuju gadis itu tinggi hati sehingga terbiasa memandang rendah orang-orang seperti kita ini, mungkin ini saatnya kita memberi pelajaran kepadanya. Kapan lagi kita punya kesempatan seperti ini. Mumpung kita sekarang lagi bertugas, dimana kita punya otoritas penuh untuk secara independen mengambil keputusan sesuai dengan kondisi di lapangan."

"Apa maksudmu, Juhari? Kau tentu tak berpikiran gadis itu terlibat dengan Garwo bukan?"

"Ah Bos. Kau jangan pura-pura tak mengerti. Tentu gadis itu tak mungkin tahu menahu apalagi sampai terlibat dengan Garwo. Hanya orang gila saja yang berpikir ke arah situ. Namun kita sebagai aparat di lapangan khan tak boleh mengasumsikan sesuatu, seminim apa kemungkinan itu. Jadi kita interogasi dia akan kemungkinan keterlibatan dirinya sebagai bagian dari tugas kita. Interogasi di dalam ruang tertutup. Kalau dia melawan atau tak mau mengaku, kita akan gunakan segala macam cara untuk meruntuhkan mentalnya dan menundukkan dirinya. Semua ini kita lakukan semata karena kita menjalankan tugas yang diamanatkan negara kepada kita khan. Hehehe," kata Juhari sambil mengedipkan satu matanya.

"Gila kau Juhari. Idemu betul-betul gila."

"Bos, coba pikir baik-baik... Selama dua hari ini kita telah cape baik fisik dan mental gara-gara si Garwo bangsat itu. Bahkan nyawa kita adalah taruhannya. Tidakkah kau merasa kita butuh "hiburan" untuk mengembalikan energi kita. Sementara, kau jangan membohongi diri kalau kau tidak merasakan kecantikan dan daya tarik seksual yang tinggi dari gadis itu. Meskipun kulihat kau pura-pura jaim. Saat ini ia ibarat burung dara yang telah terperangkap. Kapan lagi Bos kita bisa menikmati cewek seperti dia kalau bukan saat-saat seperti ini. Hahahaha. Ayo, kalian jangan diam saja. Aku tahu kalian semua juga pengin ngerasain cewek cantik putih mulus berwajah oriental itu," kata Juhari kepada rekan-rekannya yang lain.

"Sebaliknya, kalau kita biarkan dia terlepas begitu saja, memang kau kira ia akan berterima kasih kepada kita. Tidak! Ia akan selalu bersikap sombong kepada kita. Barusan ia bersikap sedikit baik kepadamu, karena saat ini ia tak ada pilihan saja. Janganlah kau terbuai olehnya."

"Hmm Juhari. Sepertinya nafsu dalam dirimu telah mengalahkan logika berpikirmu yang biasanya berjalan cukup baik itu. Katakankah kita berhasil menjalankan niatmu itu, tapi ada satu hal penting yang kau lupakan."
"Apa itu?"
"Kau lupa dengan statusnya sebagai putri konglomerat besar Tanoto. Kalau ia dari keluarga yang kayanya sedang-sedang saja, mungkin kita bisa menutupi perbuatan kita dengan mengancam keluarga mereka supaya tutup mulut. Tapi dengan status sosial setinggi itu bagaimana kita bisa mencegahnya untuk tak melaporkan perbuatan kita. Perlu diingat, ayahnya punya relasi yang sangat kuat di ibukota. Bahkan bisa jadi punya hubungan baik dengan pucuk pimpinan kita. Meski saat ini kita berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan, bagaimana kita mempertanggungjawabkan perbuatan kita nantinya. Kita hanya kroco. Salah-salah nanti kita bisa dipecat atau bahkan lebih parah lagi!

"Halah Bos. Kau terlalu penuh pertimbangan dan peragu. Percayalah, mereka tak akan berani melapor karena pasti mereka takut dengan aib terhadap putri mereka. Lagipula, sepertinya kau kurang update. Tidakkah kau mendengar berita santer kalau gadis itu akan menikah beberapa minggu lagi dengan anak keluarga konglomerat juga. Kau kira akankah mereka berani membuka aib yang mempermalukan keluarga mereka? Tidak! Kuyakin mereka pasti akan memendam dalam diri mereka dan menutup mulut. Jadi ini adalah kesempatan bagus, Boss. Lagipula, apa yang kita lakukan adalah berdasarkan situasi lapangan. Kesatuan kita pasti akan berusaha membela kita dengan maksimal karena ini menyangkut nama baik kesatuan secara keseluruhan. Selain itu juga kita masih bisa menyangkal perbuatan kita. Khan tidak ada bukti secara mutlak juga. Hahaha."

"Lalu bagaimana dengan para pegawai yang ada disini? Ada banyak saksi mata yang bakal memberatkan kita."

"Ah, tenang saja Bos. Aku ada akal. Kita sekap seluruh pegawai perempuan yang ada disini dan dikunci di dalam satu kamar dengan alasan demi melindungi keselamatan mereka. Sementara untuk para pegawai cowoknya, hahaha, memang kau kira mereka ga mupeng dengan gadis majikannya? Mereka semua jaim karena tak ada kesempatan saja. Kalau kita kasih kesempatan, pasti gak ada yang nolak. Hahahaha. Jadi nanti kita garap cewek itu rame-rame. Tak ada bukti, tak ada saksi khan. Hahaha..."

"Gimana? Kita bertindak langsung sekarang? Semakin malam jadi semakin mupeng Bos," desak Juhari saat dilihatnya Zulkilfi tak kunjung mengiyakan.

"Hmmm, kau sungguh gila Juhari! Namun, tidak! Aku tak dapat menyetujui niatmu itu!" kata Zulkifli tegas.
"Ah, ada apa lagi memangnya Bos? Apa yang menyebabkan keraguanmu" tanya Juhari tak sabar.
"Pertama, idemu itu terlalu berbahaya. Tidakkah kau sadar kalau tempat ini berada di bawah pengawasan jarak jauh. Bahkan mungkin pembicaraan kita ini pun juga ada yang mendengarnya. Kedua, seperti yang kubilang tadi, katakanlah kita berhasil menjalankan niat kita, bagaimana kita bisa lepas dari perbuatan kita nanti. Ingat, selain dirimu kita berempat punya anak istri yang perlu dibiayai. Sementara kaupun juga harus ingat dengan kariermu. Ketiga, kita telah mendapat kebaikan dari pemilik tempat ini. Tak seharusnya kita membalasnya dengan kejahatan. Keempat dan ini yang paling penting, seperti kau bilang tadi, kita adalah aparat yang sedang menjalankan tugas negara yaitu menangkap kembali si Garwo. Jadi kita harus fokus kesana bukan memikirkan hal lain apalagi melakukan kejahatan. Jelas?"

"Ah, Zulkilfi, Zulkifli. Mengapa kau mendadak berubah begini? Apakah setelah kau teringat kalau tempat ini diawasi secara penuh? Sehingga belum apa-apa kau sudah ketakutan?" jengek Juhari. "Percayalah, semua itu hanyalah gertak sambal gadis itu tadi. Tak ada yang mengawasi tempat ini."

"Hmm kau salah Juhari. Sedari awal aku tak pernah ingin menyetujui ide gilamu itu. Aku tak pernah berubah pikiran. Tidak untuk sebelumnya dan tidak untuk sekarang!" kata Zulkifli tegas.
"Hmm, ternyata memang betul kau adalah seorang pengecut! Dan tukang cari muka. Ngaku saja kalau sebenarnya kau sedang ingin mencium pantat keluarga kaya ini demi keuntungan dirimu. Sementara kau tak keberatan menjadi anjing peliharaan mereka," ejek Juhari.

"Terserah kau mau ngomong apa. Pokoknya aku tidak setuju. Dan ini adalah perintah! Ingat, aku adalah komandan disini!" jawab Zulkifli.

"Hahaha. Kau memang secara resmi menjabat sebagai komandan. Namun sebenarnya kau tak punya kemampuan untuk itu. Kau kurang cerdas, terlalu peragu dan tak bisa mengambil keputusan dengan cepat. Hanya karena punya paman seorang jenderal saja jadi semua orang segan terhadapmu," sindir Juhari dengan telak.

"Eh kau jangan bicara sembarangan ya. Kalau kau meragukan kemampuanku, ayo kita tanding satu lawan satu saat ini juga!" bentak Zulkifli dengan marah. Sementara rekan-rekannya yang lain segera menenangkan mereka berdua untuk mencegah adu fisik diantara keduanya. Pada akhirnya suasana jadi tenang kembali. Sementara Juhari tak dapat berbuat apa-apa karena rekan-rekannya semua mendukung Zulkifli yang secara resmi adalah komandan mereka meski dalam hati mereka juga meragukan kapasitasnya sebagai pemimpin lapangan.

Dalam hati Juhari bertekad, ia akan bertindak sendiri untuk memberi pelajaran kepada Sandra, gadis yang telah membuat dirinya mupeng sekaligus membuat dirinya jengkel itu.

--@@@@--

Sandra sedang mengoleskan krim facial di wajahnya saat tiba-tiba ia menyadari ada sosok tak dikenal di dalam kamarnya.
"S-siapa kau? Apa yang kaulakukan disini?" desisnya dengan sangat terkejut. Tak hanya terkejut namun juga ia merasa ketakutan. Apalagi wajah orang ini sungguh menakutkan dengan badan bertato. Seketika pikirannya tertuju ke tahanan yang sedang kabur yang diceritakan mereka tadi.

"Aku adalah Garwo, orang yang dicari-cari oleh mereka tadi," jawab Garwo dengan tenang. Ia seolah tak mempedulikan sikap ketakutan gadis ini.

"Bagaimana kau bisa berada disini? Darimana kau masuk? Bukankah tadi kamar ini telah diperiksa dengan teliti?"

"Hahahahaha. Kau kira mereka mampu memeriksa dengan teliti? Mereka adalah gerombolan orang-orang yang tak becus. Sedari tadi aku berada di luar kamar ini. Tepatnya bersembunyi di bawah balkonmu itu. Kaukira mereka sanggup memeriksa disitu? Hahahaha..."

"Omong-omong, aku tadi senang mendengarmu beberapa kali menyindir salah satu dari mereka. Memang mereka hanya para pengecut yang beraninya hanya sama perempuan. Biar tahu rasa dia kena sindir gadis muda sepertimu."

Sandra tak terlalu menanggapi ucapan Garwo ini karena sebenarnya ia sungguh merasa ketakutan. Ia sedang menimbang-nimbang apa yang akan dilakukan. Percuma ia teriak karena kamarnya ini kedap suara. Sementara posisi dirinya saat ini tak memungkinkannya untuk dapat kabur keluar tanpa dicegah oleh laki-laki tak dikenal ini.

Seolah dapat membaca pikiran gadis itu, Garwo berkata," Hahaha. Jangan kuatir, Nik. Aku tak berniat mencelakaimu bahkan mengganggumu. Aku bukan seorang pengganggu perempuan, tidak seperti aparat itu," dengusnya. "Sebaliknya, kau jangan mencoba-coba untuk kabur. Mengerti?" katanya dengan tegas.

"Y-ya. Baik," jawab Sandra.
"Bagus. Karena aku juga tak ingin mencelakai dirimu," kata Garwo yang membuat Sandra makin bergidik.

"Apa maksudmu kemari?" tanya Sandra akhirnya.
"Aku kesini sebenarnya tujuannya hanya satu. Aku minta makanan. Aku kelaparan. Sudah berhari-hari aku tidak makan. Kau bisa menolongku?"

Sandra mengangguk. "Akan kuambilkan makanan dari bawah," jawab Sandra sambil melangkah menuju pintu keluar.
"Eiitt. Stop! Kau jangan main-main denganku Nik. Kalau kau keluar nanti kau bisa memanggil aparat sialan itu. Kau suruh pegawaimu mengantar makanan kesini!" perintah Garwo. Membuat Sandra mau tak mau mengikuti perintahnya dengan menyuruh pegawainya mengantar beberapa jenis makanan ke kamarnya.

Pegawainya agak keheranan mendengar permintaan nona majikannya yang tak biasanya itu. Namun ia tak banyak bertanya dan segera menjalankan permintaan itu.

"Ingat, kau jangan coba bertindak macam-macam. Kau terima makanan itu seperti apa adanya. Kalau kau berani bertindak macam-macam, kau akan kusiksa secara kejam bahkan aku bisa membunuhmu dengan mudah!" ancam Garwo dengan pandangan mata mencorong sambil berdiri di samping Sandra di balik pintu. Membuat Sandra jadi gemetar ketakutan dan ia menuruti perintah Garwo tanpa berani melanggar satu senti pun.

Begitu makanan beralih tangan, pintu kamar segera ditutup dan dikunci kembali. Kemudian Garwo langsung menyantap makanan itu dengan lahap. Baginya makanan itu sungguh makanan terlezat sepanjang hidupnya. Sementara Sandra duduk di ranjang tidurnya. Garwo terus menyantap makanan di depannya itu dan mengacuhkan gadis itu.

Sandra duduk di tepi ranjangnya sambil menundukkan kepala. Hari ini sungguh hari sial bagi dirinya! Baru terlepas dari ancaman aparat yang mupeng itu kini ia harus berhadapan dengan buronan residivis yang menyeramkan ini. Bahkan kini ia seperti tersandera di dalam kamarnya sendiri.

"Namamu siapa, Nik?" tanya Garwo memecah keheningan suasana kamar itu.
"Sandra," katanya singkat.
"Nama yang indah, dan sepertinya cocok dengan situasi sekarang nih. Hehehe," kata Garwo sambil tertawa. Sementara Sandra tak menanggapinya. Kalau orang ini mencoba melucu, sungguh lelucon yang tak lucu baginya.
"Kamu takut sama aku ya, Nik," kata Garwo lagi. "Kau tak perlu takut lagi denganku. Aku tak akan mengganggumu kok. Asalkan kau juga tidak berbuat macam-macam," kata Garwo berusaha menenangkan dirinya.

"Tapi aku ada satu pertanyaan untukmu," lanjutnya. "Tadi sore kau pergi ke air terjun khan. Mengapa kau kesana tadi?"
"Ya. Iseng aja," jawab Sandra singkat.
"Iseng?! Masuk ke dalam hutan sore-sore sendirian?" tanya Garwo dengan heran.
"Iya. Untuk selfie," jawabnya kembali singkat. Dalam hati ia merasa menyesal melakukan itu. Kini ia serasa mendapat hukuman atas permainannya yang sengaja melanggar aturan hukum alam.
"Dan tindakanmu telanjang bulat disana tadi... itu termasuk iseng juga? Termasuk untuk selfie juga_" jengek Garwo membuat wajah Sandra seketika jadi pucat pasi.
"Kau..kau melihat-ku tadi?" tanyanya dengan agak terbata-bata.
"Hehehehehe.... siapa yang ga suka ngeliat tubuh mulusmu Nik. Gara-gara keberadaanmu disitu tadi, aku membuntutimu tadi sehingga tahu tempat ini. Terima kasih, aku jadi kenyang sekarang," kata Garwo dengan senyum sumringah.

"Apa maumu sekarang," tanya Sandra ketakutan.
"Hahahaha... Sepertinya kau takut denganku ya. Tenang saja Nik. Aku khan sudah bilang, aku tak bermaksud mengganggumu. Kedatanganku kesini cuma untuk minta makanan. Sekaligus ingin bertanya. Karena aku heran dengan orang-orang kaya sepertimu. Disaat kaum miskin berjuang untuk bisa sekedar hidup, kalian justru suka melakukan hal yang aneh-aneh. Seperti kau, gadis muda masuk hutan sendirian dan telanjang bulat disana. Memang kau tak takut ada orang yang memergoki lalu memperkosamu. Kau kira uangmu bisa menyelamatkan dirimu? Atau jangan-jangan dirimu punya kelainan dan pengin diperkosa di tempat terbuka rame-rame? Hahahaha..." cibir Garwo sambil tertawa keras.

Saat Garwo tertawa dan kelihatan agak lengah, tiba-tiba Sandra bergerak menuju ke arah pintu dengan cepat. Melihat tindakan Sandra yang begitu mendadak itu, secara refleks dengan gesit luar biasa Garwo juga bergerak menuju ke arah pintu kamar itu. Namun, ia kalah cepat karena posisi Sandra semula yang lebih dekat ke arah pintu dibanding dirinya. Kini gadis itu telah mencapai pintu sementara ia masih berada di tengah ruangan.

Akan tetapi... malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Oleh karena gugup, Sandra gagal membuka kunci pintu kamarnya. Dalam waktu sepersekian detik yang krusial itu, Garwo mampu mencapai pintu dan berhasil mencengkeram tubuh Sandra. Tanpa mempedulikan teriakan gadis itu, didorongnya Sandra dengan sekuat tenaga ke arah berlawanan dari pintu itu. Saking kuat tenaga dorongannya, tubuh Sandra jadi terhuyung keras hampir terjatuh.

"Bangsat! Cewek yang tak tahu diri!" maki Garwo dengan marah. "Kau telah menyalahgunakan kepercayaanku," katanya dengan geram sambil menatap Sandra. "Berdiri kau disana!" bentaknya sambil telunjuknya mengarah ke lemari besar itu.

Dengan menahan tangis Sandra berdiri disitu. Sungguh tak terbayangkan dirinya dibentak-bentak dan "disetrap" oleh seorang cowok tak dikenal di dalam rumahnya sendiri seperti ini. Di dalam kamar tidurnya pula.

"Aku paling benci dengan seorang pengkhianat!" desis Garwo dengan pandangan mata mencorong kuat ke arah Sandra. "Bukankah sudah berkali-kali kukatakan, aku tak akan mengganggumu. Aku hanya penasaran ingin tahu dengan kebiasaan aneh kalian kaum berada. Tapi kau mengkhianati kepercayaanku dan berusaha kabur. Kalau aku ingin mengganggumu aku bisa melakukannya sejak tadi. Tahu! Kaukira karena kaya kau bisa berbuat seenaknya ya!"

"Maafkan aku Mas. Tolong jangan ganggu aku," kata Sandra lirih dengan nada mengiba. Belum pernah selamanya ia melakukan seperti ini. Karena memang ia tak pernah berada dalam kondisi segawat ini. Posisinya kini ibarat lepas dari kejaran beberapa serigala, kini terpojok oleh buaya ganas yang tak peduli hal-hal lain kecuali memangsa dirinya.

Ia sadar segala macam kekuatannya selama ini sama sekali tak ada artinya menghadapi cowok ini. Jelek-jelek, para aparat tadi masih ada rasa segan dengan status dirinya. Tapi buronan penjahat ini? Ia tak peduli dengan status sosial dirinya. Begitu pula dengan kekayaannya. Juga para aparat di luar yang sedang memburu dirinya itu. Karena orang ini bahkan tak takut mati! Lalu daya tarik kewanitaannya yang selama ini menjadi kelebihan utamanya? Wah, justru hal itu kini menjadi faktor yang paling menakutkan dirinya. Ia tak bisa membayangkan kalau dirinya dipaksa melayani nafsu bejat cowok serendah ini. Membayangkan itu dirinya jadi bergidik ngeri. Sambil menahan tangis Sandra mencoba berusaha tenang memikirkan jalan keluar dari neraka dunia ini.

"Huh! Sekarang kau memelas-melas," ejek Garwo menatap wajah cantik gadis didepannya itu. Makanya kalau sedang berada di atas kau jangan bersikap sok dan mentang-mentang."
"Maafkan aku Mas. Aku berjanji setelah ini aku akan memperbaiki sikapku. Tapi tolong.. tolong jangan ganggu aku," pinta Sandra dengan sikap begitu merendah.
"Huh!" dengus Garwo.

"Itu HP kamu ya?" tanyanya sambil menunjuk iPhone model terbaru yang tergeletak di meja sambil berjalan kesana mengambilnya.
"Password-nya apa? Ayo sebutkan."
Setelah disebutkan password-nya, Garwo membuka HP itu. Dilihatnya foto-foto Sandra saat sedang berselfie ria sore tadi.
"Hmmm... ternyata memang betul tadi kau sedang selfie ya," ujarnya dengan suara sedikit melunak.
"Ternyata memang kau betul-betul gila selfie sampai-sampai ada banyak foto disitu," ujarnya lagi sambil scrolling foto-foto Sandra. "Dasar memang kau anak orang kaya yang ga punya kerjaan," jengek Garwo.

"Namun, hehehe.... kok kamu ga selfie juga waktu sedang bugil tadi? Hehehehe. Kirain ada juga foto bugil kamu disini. Hahahaha."
Sandra hanya berdiam saja meskipun dalam hati cukup marah karena ia sama sekali tak berani berkutik melawan buronan tahanan yang telengas ini.

"Untuk melengkapinya, hehehe... ayo buka bajumu, Nik! Semuanya sampai kamu bugil. Hehehehe."
"Apa?! Jangan Mas!" teriak Sandra. Apa yang ditakutkan kini mendekati kenyataan!
"Sudah jangan banyak bicara. Ayo buka! Apa kau ingin aku yang merobek-robek seluruh bajumu?"

Dengan wajah merah padam, hati mendidih, dan menahan tangis, akhirnya Sandra dengan terpaksa membuka retsleting di punggungnya dan... diloloskannya daster batiknya berwarna cerah itu sampai di bawah kakinya.

"Wow! Mulusnya tubuhmu Nik. Hahahaha...," kata Garwo dengan mata tak berkedip menatap lekat-lekat tubuh putih mulus Sandra.
"Ayo buka celana dalam dan BH-mu! Lepaskan semuanya sampai tubuhmu polos."
"Jangan Maas.." pinta Sandra dengan mengiba.

"Buka!" bentak Garwo tanpa belas kasihan. Dengan air mata akhirnya berlinang, Sandra membuka bra-nya sampai payudara indahnya terlihat jelas di depan mata Garwo.
"Wow, susumu Nik. Suitt, suitt...," Garwo bersiul iseng sambil menatap payudara indah Sandra. "Memang beda ya susu cewek anak orang kaya. Hehehehe. Waduh, pentilnya merah lagi. Hahahahaaa," kata Garwo memandangi dada Sandra dengan tertawa terbahak-bahak. "Kayaknya susumu enak diemut-emut ya Nik."

"Satu lagi. Ayo buka! Pengin liat jembutmu Nik."
Kembali Sandra tak punya pilihan lain kecuali meloloskan kain penutup terakhir tubuhnya. Membuat bagian paling rahasia dirinya kini terbuka bebas di depan mata laki-laki yang tak pantas itu.

"Wow jembutmu ga gitu banyak rupanya bulunya hahaha. Dan liat memekmu tuh, hahahaha. Kayak gini toh memeknya cewek elit. Kalo dimasuki kontol gimana ya rasanya hahahaha."

Penghinaan yang diterima Sandra tak hanya berhenti sampai disitu. Tak hanya kata-kata abusive secara verbal, cowok bajingan itu juga kini menggunakan iPhone miliknya untuk mem-foto dirinya dalam keadaan bugil dari berbagai arah. Bahkan cowok itu memaksanya untuk berpose dalam keadaan menantang sementara ia mengambil foto bahkan video dirinya. Termasuk juga menyuruhnya duduk dengan kedua kaki mengangkang lebar dan wajah menoleh ke samping. Lalu cowok itu mengambil video serta gambar dirinya secara utuh. Sebelum kemudian kamera HP-nya di-zoom untuk mengambil gambar dan video vagina dan klitorisnya yang merah segar menggairahkan.

"Inilah hukuman bagi seorang pengkhianat!" hina Garwo kepada Sandra. "Sekarang, ayo pake lagi bajumu. Hahaha. Biar sopan. Lagipula, dengan foto-foto bugilmu ada di tanganku kau tak bisa kemana-mana lagi. Sewaktu-waktu bisa kusuruh telanjang lagi," kata Garwo dengan tersenyum sinis.

"Sekalian, kulengkapi koleksi foto-foto buat selfie-mu Nik. Hehehehe. Kapan mau di-upload nih. Biar jadi rame halamanmu penuh dengan penggemar. Jadi masuk rekor dunia. Huahahaha...."

Dan, Garwo semakin tertawa terkekeh-kekeh dengan puas melihat Sandra sampai terkencing-kencing membuat lantai kamarnya jadi basah. Entah karena takut, tegang, marah, atau semuanya. Seluruh emosi dirinya bercampur aduk. Karena ia tak tahu mana yang lebih gawat, dirinya dikontoli dengan tak senonoh oleh cowok buronan penjara ini atau video dan foto telanjang dirinya diungguh di media sosial. Atau malah kedua-duanya!!!

Untuk pertama kali dalam hidupnya, pada akhirnya ia terkena batunya. Sandra terjerumus dalam permainannya sendiri. Lalu bagaimana nasib Sandra selanjutnya?
 
Mantap suhu.
Pelan2 aja bro..semoga juheri dpt dikit2 enaknya..
 
Garwo mulai memanfaatkan situasi. Sandra bakalan di paksa binal nih. Jalan ceritanya mulai beda nih.. :mantap:
 
Chapter 8 - Morality, Lust, Betrayal

Garwo sungguh puas menyaksikan Sandra yang buru-buru mengenakan pakaiannya kembali. "Hahahaha, ngapain juga buru-buru gitu Nik. Foto-fotomu lengkap ada disini semua," katanya sambil mengangkat iPhone miliknya. "Walaupun kamu pake baju lengkap pun, aku masih bisa liat gambar bugilmu. Hahahaha. Kayak yang ini nih, " katanya sambil menunjukkan salah satu dari sekian puluh foto telanjang dirinya. "Atau ini. Atau yang ini bagus juga posemu.... Hehehehe."

Sandra hanya bisa terdiam tak mampu menjawab. Dalam sekejab, harga dirinya jatuh gara-gara cowok ini. Seandainya ia langsung memperkosanya kemudian langsung pergi, mungkin ia tak akan sejatuh ini. Kini dirinya berada dalam genggaman tangan cowok ini dengan ujung yang tak menentu. Dari sebelumnya berada di atas awan, dirinya bisa jatuh terpuruk ke dalam lubang yang tak berujung. Semua gara-gara cowok ini!

HP itu kini seolah seperti nyawanya. Seandainya cowok itu mengupload foto-fotonya di akun media sosialnya, maka habislah dirinya! Belum lagi dengan ancaman bahaya dimana cowok ini bisa sewaktu-waktu memperkosanya. Atau bahkan kedua-duanya! Ia tak tahu bagaimana akan menghadapi dunia setelah itu.

"Kenapa kau diam saja Nik? Pengin disuruh bugil lagi ya? Hahahaha. Atau minta dikontolin mungkin? Pengin ngerasain dahsyatnya kontolnya bromocorah? Hahaha. Makanya jadi orang jangan mentang-mentang. Sok punya duit, sok elit, sok berkuasa... Sekarang kena dikerjain orang rendahan yang biasa kauhina jadi tau rasa kamu."

Sandra hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Dengan HP yang berisi foto-foto bugilnya ada di tangan cowok ini, ia tak mampu berbuat apa-apa. Meski dalam hati ia sangat marah kepada Garwo.

Melihat gadis itu hanya terdiam kuyu dan pasrah, sikap Garwo jadi melunak. Memang sifat Garwo seperti binatang buas. Apabila pihak lawan berani melawannya maka ia akan menjadi beringas bila perlu sampai mati. Namun apabila pihak lawan telah bersikap tunduk dan pasrah, maka keganasannya akan sirna begitu saja. Apabila ia telah berjanji, maka janji itu akan dipegangnya sampai mati.

"Sudah kamu sekarang tidur saja, Nik. Sudah agak malam juga ini. Aku berjanji tak akan mengganggu dirimu seujung rambut pun. Bahkan mendekat pun tidak. Sejak awal aku telah berjanji kepada diriku untuk tak mengganggumu. Meski aku seorang bajingan dunia hitam, aku bukan seorang pengganggu perempuan. Jadi kini kau bisa tidur dengan tenang. Asal kau berjanji untuk tak mengatakan pertemuan kita disini kepada mereka bahkan setelah aku pergi dari sini. Maukah kau berjanji?"

Sandra menganggukkan kepalanya.

"Tapi ingat, kau jangan berani berbuat macam-macam. Aku tahu rumah sebesar ini biasanya selalu ada alarm rahasia. Kalau sampai tiba-tiba mereka datang untuk menyergapku, aku bersumpah kau adalah orang pertama yang akan menderita! Ingat, aku adalah orang yang tak segan-segan untuk membunuh orang! Atau kalau sampai aku tertangkap, bisa saja kutunjukkan foto-foto bugilmu di HP ini kepada mereka. Kuyakin mereka pasti gembira, terutama si kumis itu. Apabila itu terjadi, kau akan bernasib buruk seumur hidupmu! Jadi jangan sekali-kali bertindak bodoh! Mengerti kau Nik?"

Sandra kembali menganggukkan kepalanya. Namun dengan keberadaan laki-laki tak dikenal di dalam kamarnya, bagaimana mungkin ia bisa tidur. Apalagi orang ini bertampang menyeramkan dan sungguh berperangai buas. Ditambah lagi seorang buronan narapidana lagi. Membuat dirinya terjaga dengan perasaan campur aduk.

Sebaliknya justru Garwo yang terlebih dahulu memejamkan matanya sambil tiduran di kursi sofa dekat jendela. Sementara tangan kanannya menggenggam erat iPhone Sandra. Saking eratnya sampai urat di dekat jari-jarinya nampak keluar. Ibarat sinyal kepada gadis itu untuk tak sekali-kali main-main dengannya.

Pada akhirnya, Sandra yang kelelahan terutama mentalnya itu akhirnya pun tertidur.
.....
.....
.....

--@@@@--

Day 4

Matahari sudah agak meninggi ketika Sandra bangun dari tidurnya. Rasanya dirinya baru saja terlepas dari mimpi buruk. Ia merasa lega ketika dilihatnya pakaian tidurnya dalam keadaan utuh. Pertanda kehormatan dirinya tak terlanggar. Apalagi saat dilihatnya Garwo tak ada di dalam kamarnya.

Namun kegembiraan Sandra hanya sesaat. Karena HP-nya juga tak ada disitu. Sementara di atas meja terdapat secarik kertas dengan tulisan tangan yang hampir tak dapat dibaca saking jeleknya.

Maafkan atas perbuatanku kemarin yang agak keterlaluan. Aku tak bermaksud mengganggumu. Namun tak ada pilihan lain karena aku harus bertahan hidup. Hanya itulah satu-satunya jalan untuk meruntuhkan mentalmu supaya kau tak berani berbuat macam-macam dan melaporkanku kepada mereka.

Maafkan juga karena aku pergi dengan membawa HP-mu. Sekali lagi itu sebagai jaminan keselamatanku sampai aku betul-betul meninggalkan tempat ini karena aku tak tahu perangkap apa yang terpasang disini. Kini setelah aku meninggalkan tempatmu, aku tak ada keperluan apa-apa lagi dengan HP-mu ini. Namun aku sadar aku tak dapat meninggalkannya di luar halaman karena aku juga tak ingin HP itu jatuh ke tangan orang lain, apalagi ke tangan aparat mesum itu.

Kini kau bisa mengambil HP-mu di air terjun itu. Tapi datanglah kau seorang diri kesana. Akan kutaruh di bawah batu besar disitu. Tentu kau tahu yang mana. Untuk menjaga agar benda itu tak jatuh ke tangan orang lain, aku berjanji akan menjaganya sampai kau datang mengambilnya. Bila perlu dengan nyawaku!

Dengan kukembalikan HP itu kuharap hal itu bisa dianggap sebagai penebus kesalahanku kemarin. Sebaliknya kuharap kau bisa menepati janjimu untuk tak pernah menceritakan tentang diriku kepada mereka.

Sekali lagi, maafkan aku.
Garwo.


Bajingan! Dasar hewan alas yang tak tahu aturan! Maki Sandra dalam hati. Seenaknya mempermainkan orang dan memaksa seorang perempuan telanjang bulat lalu kini memintanya untuk melupakan semuanya. Ia masih merasa sangat malu dan marah membayangkan kejadian semalam.

Namun ia tak ada pilihan lain. Bagaimana pun ia harus mengambil balik HP-nya itu. Mau tak mau ia harus mendatangi air terjun itu lagi pagi ini dan menunda kepulangannya. Ia tahu batu besar mana yang dimaksud. Karena disitu hanya ada satu batu yang besar sekali. Tempat ia menaruh pakaian waktu ia berenang dengan telanjang bulat kemarin.

Setelah ke kamar mandi sebentar, segera ia turun ke bawah dan berjalan keluar menuju ke air terjun itu.

Sesampainya disana, ia langsung menuju ke batu besar. Ternyata Garwo betul-betul memenuhi janjinya. HP-nya memang berada disitu. Segera HP itu diambilnya lalu ia langsung berjalan balik untuk pulang.

Namun di belokan masuk, tiba-tiba muncullah Juhari!
"Selamat pagi Nona Sandra yang manis. Sedang apa pagi-pagi berada disini?" tanyanya sambil tersenyum sok ramah yang dimata Sandra terlihat sangat memuakkan.
"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya jalan-jalan pagi saja," jawab Sandra sambil berusaha menenangkan dirinya.
"Pagi-pagi begini? Sendirian masuk ke hutan?" tanya Juhari dengan tajam. "Dan dengan membawa HP?" tanyanya lagi sambil melihat ke HP yang berada dalam genggaman gadis itu. "Memang ada sinyal disini?"
Namun setelah itu ia tak mempedulikan HP itu karena perhatiannya kini tercurah ke orangnya.

Sandra diam tak menjawab. Ia sadar dirinya dalam keadaan cukup berbahaya. Apalagi di tempat sepi seperti ini. Hanya berdua dengan petugas mesum ini. Apalagi orang ini mulai memandangi sekujur tubuhnya sebelum matanya tanpa sungkan-sungkan lagi tertuju ke arah dadanya. Ia kini sadar, sendirian berdua dengan orang ini disini sungguh jauh lebih berbahaya dibanding Garwo.

"Hehehehe... mau lari kemana kau gadis manis," Juhari tertawa melihat sikap grogi gadis ini. Ia sungguh berada di atas angin dengan gadis ini. Apalagi di tempat sepi begini. Ia bergerak maju mendekat. Sementara Sandra secara reflek berjalan mundur untuk menjaga jarak dari orang ini.

"Apa... apa yang kau inginkan?" tanya Sandra dengan wajah nampak ketakutan.
"Hehehehe, kau tahu apa yang kuinginkan. Kalau tak tahu, tentu kau tak akan ketakutan seperti ini. Hahaha. Jangan kuatir. Awal-awal mungkin agak sakit tapi setelah itu pasti kamu akan menikmatinya," katanya sambil tersenyum mesum dengan pandangan seolah menelanjangi dirinya.

"Bangsat kau," maki Sandra dengan marah melihat tatapan jalang Juhari.
"Hahahaha, maki-makilah aku sepuasmu. Sebelum aku puas menikmati dirimu hahaha."
"Tahukah kau siapa ayahku? Kau tak akan selamat kalau berani menggangguku!"
"Hehehehe. Sandra, Sandra. Kalau di kota besar atau di rumahmu boleh kau mengatakan seperti itu. Tapi di dalam hutan seorang diri seperti ini, pengaruh kekuasaan ayahmu tak ada artinya sama sekali," senyum sinis Juhari sambil terus mendekati Sandra.

Tiba-tiba Sandra melihat sosok orang yang bergerak cukup cepat di antara pepohonan di dalam hutan di belakang Juhari. Namun sesaat kemudian di belokan masuk tempat itu tiba-tiba muncul sembilan orang wanita desa.
"Mbak! Mbak!!" teriak Sandra keras-keras.
"Ah Non Sandra!" seru salah satu dari mereka yang dua hari sebelumnya berjalan bersamanya.

Kemunculan sejumlah wanita desa ini membuat Juhari seketika menghentikan upayanya. Demikian pula dengan sosok di balik pepohonan itu seketika ia berhenti sebelum masuk menghilang diantara kerimbunan dedaunan.

Tanpa mempedulikan Juhari, Sandra langsung berlari mendekati para wanita desa itu.
"Non baik-baik saja?" tanya salah satu dari mereka merasakan ada gelagat yang kurang baik.
"Ya aku baik-baik saja," jawab Sandra dengan tersenyum.
"Non kesini bersama dia?" tanya yang lain sambil melihat ke arah Juhari dengan pandangan agak curiga.
"Tidak!" jawab Sandra tegas. "Tiba-tiba saja dia muncul disini."

"Hei, Mas! Saat ini adalah waktu berkunjung untuk perempuan. Kau tak boleh datang kesini!"
"Aku adalah seorang aparat yang sedang bertugas. Aku datang kemari untuk menanyakan sesuatu kepada gadis ini," jawab Juhari berkilah.
"Ya tetapi bukan disini tempatnya. Kau tak boleh datang kemari sebelum tengah hari!"
"Betul. Apalagi bertanya ke seorang perempuan kok di tempat sepi begini. Jangan-jangan sengaja mengikuti dari tadi karena punya niat ga baik ini."

Ucapan itu membuat wajah Juhari merah padam.
"Tidak! Aku sedang menjalankan tugasku. Kalian jangan ikut-ikut urusan orang lain."
"Kita akan selalu ikut campur kalau ada perbuatan yang tidak baik. Keberadaan bapak disini pun sudah salah sebenarnya."
"Betul. Mas harus menghormati aturan yang ada disini meski sedang bertugas. Seperti teman-teman Mas itu. Mereka semua berada di depan namun memilih untuk tidak masuk kesini setelah kami jelaskan aturan disini. Tidak seperti kau yang nyelonong masuk kemari untuk mengganggu gadis muda!" bentak wanita yang paling senior diantara mereka.

Wajah Juhari agak pucat mendengar rekan-rekannya telah berada disini. Rupanya mereka berhasil mengikuti jejaknya yang pergi secara diam-diam untuk membuntuti dan menyergap Sandra disini. Kini ia harus menghadapi rekan-rekannya dan menjelaskan niatnya datang kemari. Terutama kepada Zulkifli keparat yang suka bersikap sok kuasa kepadanya itu.

"Oh, mereka semua ada disini juga," seru Sandra.
"Iya, tapi mereka semua baik-baik. Tidak seperti dia ini," katanya sambil menatap Juhari dengan tajam.
"Kalau begitu aku akan menemui mereka sebentar," kata Sandra. Dirinya pun merasa agak waswas. Jangan-jangan mereka semua telah mencurigai dirinya dan diam-diam membuntutinya? Sungguh ia tak ingin pertemuannya dengan Garwo kemarin apalagi peristiwa yang terjadi di dalam kamar kemarin diketahui orang. Terlebih lagi kalau sampai iPhone-nya diamankan sebagai barang bukti. Untuk itu lebih baik kalau mereka tak tahu menahu akan hal itu. Kini ia ingin mengetahui maksud kedatangan mereka kesini.

Saat berjalan diantara tebing tinggi untuk keluar dari tempat itu, Juhari berkata sambil berbisik," Nona Sandra, biar aku menjelaskan tentang kesalahpahaman barusan." Sikapnya berubah menjadi sangat sopan. "Jangan dekat-dekat denganku!" bentak Sandra dengan ketus. "Kesalahpahaman" emak lu! batinnya.

"Selamat pagi Nona Sandra," jawab Letnan Zulkifli dengan hormat begitu melihat dirinya. Membuat Sandra jadi agak lega.
"Selamat pagi juga Pak," jawabnya dengan tersenyum.
"Nona baik-baik saja khan?"
"Ya saya baik-baik saja. Dengan kehadiran mereka (para wanita desa itu), tentu aku baik-baik saja," jawabnya sambil menyindir Juhari secara tak langsung.
"Ah, ya. Tentu, tentu," kata Letnan Zulkifli sambil tersenyum kemudian melirik ke arah Juhari dengan pandangan mata yang tak terlalu ramah.
"Sedang apa ini kok Bapak-Bapak semua kemari?" tanya Sandra sekaligus memastikan maksud kedatangan mereka disini.
"Kami sedang mencari rekan kami yang tiba-tiba menghilang. Eh, ternyata dia ada disini. Haha," jawabnya sambil menatap ke Juhari. "Sekarang kami akan meninggalkan tempat ini secara BERSAMA-SAMA untuk melanjutkan pencarian kami."

Juhari hanya tersenyum agak kecut mendengar perkataan komandannya itu. Maksudnya BERSAMA-SAMA adalah mereka akan mengawal dirinya untuk memastikan dirinya tak dapat berbuat macam-macam lagi.

"Namun sebelum itu, kami akan mengantar Nona pulang. Akan jauh lebih aman Nona berada di dalam rumah. Terutama selama buronan itu masih berkeliaran di sekitar sini," lanjut Letnan Zulkifli dengan serius.

"Terima kasih atas tawaran Bapak. Namun saya kira saya akan lebih baik bersama dengan mereka disini dulu saja sebelum nanti pulang bersama mereka juga," jawab Sandra yang dengan cerdas menyindir niat jahat Juhari terhadapnya secara halus.

"Ah tentu. Saya mengerti. Kalau ada kesalahan di pihak kami, sungguh kami mohon maaf sebesar-besarnya kepada Nona," jawab Letnan Zulkifli diplomatis. Ia sangat tahu apa yang membuat gadis ini tak ingin berjalan bersama mereka. Karena perilaku Juhari yang kurang menyenangkan terhadap dirinya. Namun disisi lain ia juga perlu untuk menjaga kehormatan kesatuan regu yang dipimpinnya.

"Baiklah saya tak akan memaksa Nona. Silakan Nona tinggal disini bersama mereka. Hanya pesan saya, harap Nona berhati-hati dan sebaiknya cepat pulang ke rumah. Karena penjahat berbahaya itu kami perkirakan masih berkeliaran disini."

Sandra tersenyum mendengarnya.
"Baiklah kami pamit dulu, Nona," kata Letnan Zulkifli dengan sikap hormat. Sebelum kemudian mereka berjalan meninggalkannya.

"Pak Zulkifli, tunggu!" kata Sandra tiba-tiba.
"Ada apa Nona?"
"Sejak kemarin Bapak bilang kalau sedang mencari tahanan yang kabur. Memang cirinya seperti apa? Apakah dia berambut pendek, berwajah menyeramkan dan dadanya bertato?"
"Betul sekali! Bagaimana Nona bisa tahu?!"
"Hmm... karena sesungguhnya aku TELAH BERTEMU dengannya."
"Oh!! Kapan dan dimana bertemunya?"

"Lebih baik saya ceritakan nanti di rumah saja," jawab Sandra sambil melihat ke sekeliling. "Untuk saat ini saya akan bersama mereka dulu disini. Nanti saya ikut mereka balik ke desa dan ke rumah. Saat itulah saya akan menceritakan semuanya kepada Bapak-Bapak sekalian."

"Baiklah. Sungguh sayang sekali Nona memilih untuk tak ikut bersama kami sekarang. Tapi saya mengerti. Baik, akan saya tunggu Nona di rumah Nona."

Tak lama kemudian mereka berlima berjalan meninggalkan tempat itu. Sementara Sandra balik memasuki air terjun itu untuk berinteraksi dengan para wanita desa itu. Setelah kepergian mereka semua, suasana tempat di luar air terjun itu menjadi sunyi sepi.

Bagi Sandra, bersama dengan para wanita desa ini adalah posisi yang paling aman. Ia tahu baik Juhari maupun Garwo tak akan berani mengganggu saat ada kehadiran mereka. Sementara agak sorean nanti, helikopter akan menjemputnya dan ia akan segera meninggalkan tempat ini. Kini ia kembali berada di atas angin. Tak ada orang yang bisa kabur begitu saja setelah mengusik dirinya, batinnya dengan senyum puas tersungging di bibir manisnya.

--@@@@--

Di luar air terjun itu...
Benarkah suasana disitu sungguh sunyi sepi? Kelihatannya memang begitu. Namun... tidak sepenuhnya benar. Paling tidak di balik rerimbunan pohon-pohon nampak sosok tubuh seseorang. Badannya mengeras kaku bagaikan seekor harimau kumbang yang sedang marah. Wajahnya terlihat tegang dan menakutkan. Ia menggeram penuh amarah.

Cewek bangsat! Cewek itu telah melanggar janjinya dengan mengatakan tentang dirinya kepada mereka.

Padahal ia telah menepati janjinya dengan tak mengganggunya malam kemarin. Seandainya ingin memperkosanya, ia dapat melakukan itu dengan mudah.

Dan barusan ia telah melakukan banyak kepada gadis itu. Dengan setia ia menepati janjinya untuk menjaga HP itu supaya tidak jatuh ke tangan orang lain. Padahal ia bisa dengan mudah kabur pergi demi keselamatan dirinya. Namun ia tak ingin gadis itu merasa gelisah terus menerus karena HP berisi foto-foto telanjangnya berada entah dimana. Setelah itu, saat aparat berkumis itu hendak mengganggu dirinya, ia telah bersiap untuk muncul dan menghajarnya demi menjaga kehormatan diri gadis itu. Padahal dengan melakukan itu ia jadi mengorbankan keselamatan dirinya sendiri.

Namun apa balasan dari gadis itu? Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, gadis itu berbalik mengkhianati janjinya dengan membocorkan informasi tentang dirinya kepada para aparat itu. Ia tahu gadis itu tentu akan menghilangkan barang bukti HP-nya dan juga tak akan menceritakan kejadian saat ia telanjang yang tentunya hanya mempermalukan diri sendiri saja. Namun diluar itu, ia bisa dengan bebas menceritakan semua tentang dirinya. Sementara kini dirinya tak punya sesuatu yang bisa dipegang untuk mencegah gadis itu berbicara.

Gadis itu harus diberi pelajaran! Ia telah mengkhianati dirinya. Tak ada orang yang bisa kabur begitu saja setelah mengusik dirinya, batinnya dengan pandangan mata menyeramkan.

Ia tak pernah mengganggu wanita apalagi melanggar kehormatannya. Namun kali ini ia akan membuat perkecualian untuk membalas perbuatan gadis itu kepadanya. Dengan begitu gadis itu akan selalu mengingat penghinaan yang terjadi pada dirinya seumur hidupnya!
 
Terakhir diubah:
Hmm...
Sandra mau coba coba sepertinya...
Mau unjuk kekuasaan...
Hati hati saja...

Jangan menyesal nantinya..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Intermezzo:
Garwo sangat marah dan ingin membalas perbuatan Sandra yang telah melanggar janji dan mengkhianati dirinya.

Namun disisi lain, bisa juga ini adalah akal-akalan Sandra untuk menjebak Garwo karena satu.satunya jalan untuk membalas dendam adalah dengan mendatangi rumahnya.

Menurut pembaca apa yang akan terjadi?
A. Garwo berhasil membalas dendam dan mengerjai Sandra.
B. Sandra berhasil menjebak Garwo.
C. Tak sehitam putih dua pilihan di atas.
 
Bimabet
Kayak Juhari berniat dengan Sandra
Sandra juga mungkin terpaksa kerana Juhari, lalu mengalih perhatian nguna Garwo

Kalau gw lebih suka B atau C :ampun:

Garwo mungkin salah paham
Gw fikir..Juhari bakal membelakangi tim nya lalu memperkosa Sandra..namun Garwo muncul..lalu... :adek:

Terima kasih ceritanya suhu :ampun:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd