Astaroththethird
Semprot Lover
- Daftar
- 26 Aug 2018
- Post
- 280
- Like diterima
- 307
season 2nya kapan Suhu @Rubbergrease
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
FANTASY THE INFLUENCER
- Thread starter Rubbergrease
- Start date
zaxfani
Senpai Semprot
ikut menanti
masamasaterlahir
Suka Semprot
- Daftar
- 7 Nov 2021
- Post
- 4
- Like diterima
- 2
Seru banget anjir. One of the best lah cerita satu ini
WidoSelwan2
Kakak Semprot
- Daftar
- 22 May 2022
- Post
- 181
- Like diterima
- 203
Masih nungguin season 2...
juans chuck
Semprot Kecil
- Daftar
- 22 Apr 2014
- Post
- 56
- Like diterima
- 86
Ayo suhu bikin session 2 nya
Rubbergrease
Semprot Kecil
- Daftar
- 6 Feb 2011
- Post
- 65
- Like diterima
- 1.759
Waah ternyata sudah 4 tahun aku buat cerita ini.
hehehe maaf teman-teman, baru ini bisa dapat waktu untuk menulis lagi. Alasan resminya sudah tentu banyak kerjaan, tapi kalo mau jujur ya karena malas aja wkwkwkw.
Kemarin-kemarin sempat mampir kesini sekali dua kali, tapi apa daya belum ada bahan untuk dipostingkan. Ide nya sudah ada, belum tertuangkan saja ke tulisan.
Season 2 dekat ini bakal rampung, semoga bisa segera update.
Oh ya, untuk yang tanya ada gap cerita tentang Lilis, jangan kuatir, saya akan tambahkan di season 1 ini, sebelum season 2 ready untuk diposting.
Seperti biasa, jangan bosan untuk memberi saran, kritik, yang pedas boleh. Tujuan saya bikin cerita ini juga untuk belajar. Apakah pace nya terlalu cepat? timeline nya mbulet? tata bahasa kurang dipahami? paragraf terlalu tebal? kurang hot? kurang setting tempat? kurang banyak ceweknya?
anyway, thanks for reading this amateur story!! please keep reading and criticize to your heart content!!
I'll see you around,
RG
hehehe maaf teman-teman, baru ini bisa dapat waktu untuk menulis lagi. Alasan resminya sudah tentu banyak kerjaan, tapi kalo mau jujur ya karena malas aja wkwkwkw.
Kemarin-kemarin sempat mampir kesini sekali dua kali, tapi apa daya belum ada bahan untuk dipostingkan. Ide nya sudah ada, belum tertuangkan saja ke tulisan.
Season 2 dekat ini bakal rampung, semoga bisa segera update.
Oh ya, untuk yang tanya ada gap cerita tentang Lilis, jangan kuatir, saya akan tambahkan di season 1 ini, sebelum season 2 ready untuk diposting.
Seperti biasa, jangan bosan untuk memberi saran, kritik, yang pedas boleh. Tujuan saya bikin cerita ini juga untuk belajar. Apakah pace nya terlalu cepat? timeline nya mbulet? tata bahasa kurang dipahami? paragraf terlalu tebal? kurang hot? kurang setting tempat? kurang banyak ceweknya?
anyway, thanks for reading this amateur story!! please keep reading and criticize to your heart content!!
I'll see you around,
RG
Rubbergrease
Semprot Kecil
- Daftar
- 6 Feb 2011
- Post
- 65
- Like diterima
- 1.759
Update kali ini adalah spinoff, dari sudut pandang yang berbeda.
Saya juga ingin sambil belajar untuk melihat dari sisi wanita ketika berhadapan dengan Haris.
Hitung-hitung untuk pemanasan sebelum saya luwes bisa menulis banyak lagi.
Yang sudah baca season 1 lengkap pasti langsung tau letak timeline ini dimana. yang pingin langsung baca pun bisa, cerita ini hanyalah pendukung saja.
Enjoy!!
Kita Ini Ngeseks Bukan Sih?
“Abiiii….!!! Uda mateng nasinyaa..!!”
Namaku Lilis.
“Oh nasi goreng?”
Aku hanya seorang perempuan biasa, kerja di sebuah kampus ternama di kota Milang. Cuma sebagai Admin.
Yaaa kasarnya kerja di office.
“Iya Abi, semalam nasinya tinggal dikit, sama ada sisa ayam. Sekalian deh. Tuh ambil aja di wajan”
Aku sudah menikah sejak umur 17 tahun, namun belum punya anak hingga sekarang.
Lelaki yang sedang mengambil piring itu adalah suamiku, Reza namanya, umurnya selisih hampir 20 tahun dariku. Aku memanggilnya Abi.
“Dinda, kamu nanti pulang jam berapa? Aku mau mampir kos yang di Jagayana”
Dan dia memanggilku Dinda. Sweet banget kan??
Aku senang dengan ke romantisan dia yang tak pudar, namun aku tak bisa memungkiri, romantis saja tak cukup membantu kita untuk dapat anak.
“Oh sama sih, jam 5an sampe rumah. Tumben mau mampir kos di Jagayana Abi? Gimana nasi gorengnya? Enak?”
Usaha apa yang kurang? Entahlah.
“Enak, kurang manis sih. Ituu, katanya ada kran yang bocor, si pak Dodik masih pulang kampung”
Urusan ranjang juga kurasa cukup bagiku. Jika Abi pingin aku langsung siap sedia. Kecuali lagi halangan.
Sering juga pas aku lagi ga mood, tapi tetap kuusahakan untuk menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri.
“Kok kurang manis sih? Kan emang ga aku kasih kecap atau gula”
“Iya kan manisnya uda diambil kamu Dinda”
“Apaan sih gombal pagi-pagi? Abi genit deh !”
Uda bermacam-macam tips dan trik kita coba untuk meningkatkan potensi kehamilan, tapi hasilnya nihil.
Kalender juga sudah kucoret kuitung kutandai berkali-kali, namun tak ngefek juga. Berbagai ramuan sudah diminum juga, tapi akhirnya sampai kita bosan dan eneg juga lama-lama.
“Ehehehe, senyummu itu loh Dinda, hemat banget sih, ditutupin lagi. Kamu berangkat jam berapa?”
Akhirnya aku pun pasrah hingga sekarang. Abi pun terasa semakin jarang menemuiku, dan…… maninya juga tak sebanyak dulu keluarnya.
“Sekarang, Abi, tolong bukain pager yah”
“Udah dari tadi dinda, kamu ga makan dulu?”
“Duuh ga sempet, uda mau telat ini, apalagi ntar macet di jalan, lagi banyak maba. Uda bawa bekal kok”
“Yauda kamu masuk mobil aja dulu”
Bahkan pernah sampe ga keluar sama sekali. Sejak awal emang uda lemes, masukinnya aja agak susah, sampai kutarik-tarik pake jariku, akhirnya masuk, trus abi diem, bilangnya uda sampe. Waktu dicabut ga ada yang merembes sedikitpun.
“Cek lagi Dinda, hape? Charger? Dompet? Kartu ID? Kotak kacamata?”
Aku membetulkan kaca spion tengah, sekilas melihat wajahku sendiri. Apa aku sudah tak menarik lagi di mata suami?
Stress sih enggak, cuman bikin kepikiran aja. Akhirnya aku coba alihkan itu semua dengan pekerjaanku.
“Dadah Abi sayaaanng..!! Asslamualaikuum..!!”
Pekerjaanku, aku cukup senang disini, lingkungan yang nyaman, rekan yang ramah, ga toxic, ga ada yang sikut-sikutan. Emang perkembangan karirnya ga begitu seberapa, namanya juga admin. tapi itulah yang menyebabkan orang sadar dan lebih fokus ke pekerjaannya daripada mikirin karir.
Asal gajian tanggal 1, uda seneng. Ga banyak, tapi seneng kan?
Posisiku kini sekarang di bagian koordinator jadwal dosen. Paling sibuk cuma di awal dan akhir semester. Sisanya mungkin kalo ada perubahan dikit-dikit.
Aku bekerja disini pun karena dulunya supaya ada aktivitas, Abi membolehkanku untuk bekerja sebelum punya anak. Kalo uda punya anak, kalo memang ga memungkinkan, aku akan keluar dari pekerjaanku.
Tapi yang ada sekarang malah terkesan jadi sebagai pengalihan kehidupan rumah tanggaku.
Pengalihan, yaa semoga aja ini bersifat sementara. Karena aku tak seharusnya terlalu nyaman dengan lingkungan pekerjaanku, malah berat ngelepasnya ntar.
Bicara lingkungan pekerjaan, ternyata di tempatku tak sesempurna yang kubayangkan. Seks bebas masih merajalela. Kemarin aja aku sempat ngelihat dosen dan mahasiswa berduaan di balik gedung.
Dosen berjilbab loh !! mau aja dibawa ke belakang gedung, tempat yang bener-bener sepi. Itupun, kurasa ada unsur pemaksaan.
Tapi karena ini masalah yang sensitif, apalagi di dunia pendidikan, aku harus hati-hati dalam menyikapi kejadian itu. aku tau dosennya siapa, tapi mahasiswanya aku masih belum tau.
Belum.
Aku telah sampai di kampus. Kuparkir mobilku, aku mengambil barang-barangku di baris kursi kedua.
Setelah memencet tombol Lock di kunci mobilku, aku berjalan menuju gedung admin, kantor tercinta.
Pagi ini jalanan agak basah, sepertinya subuh tadi hujan. Aku sedikit mengangkat rok pink ku supaya tak terkena genangan air di area parkiran dosen.
“Pagi Lis”
“Pagi Mir”
Mira. Dia adik kelasku waktu SMA dulu. dia baru aja gabung di bagian admin sini, kebetulan ada lowongan disini aku tawarin dia, dia mau. Yaa langsung masuk deh.
“Eh kamu pulang jam berapa kemarin Mir?”
“Hah? Jam 4an Lis. Kenapa?”
“Oh pantes, kucariin ga ada sorenya. Eh kamu tau ga kemarin ada dosen sama mahasiswa berduaan di belakang gedung?”
“Hah? Siapa? Kapan?”
“Bu Febri Mir, jam 9an gitu”
“Masa sih? Sama siapa?”
“ga tau, yang liat wajahnya cuma si Meggy. Ngomong-ngomong, Meggy belum datang?”
Meggy adalah mahasiswa magang disini. Karena ga ada yang mau nampung dia, dan daripada dia balik kucing, kuterima aja ditempatku. Sekalian mumpung aku lagi sibuk-sibuknya di awal semester ini.
“tadi sih aku ga liat Lis, aku aja baru dateng ini”
“Anehnya, sebelumnya itu Bu Febri telpon bu Khofifah untuk diganti jadwalnya sambil agak nangis gitu katanya”
“Pagi Mbak Lilis, Pagi Mbak Mira”
“Nah ini dia orangnya. Kamu tau siapa yang sama Bu Febri kemarin?”
“Eeeh…. Aku ingat sih wajahnya, tapi ga tau siapa mbak. Tapi aku tau motornya suprax”
“Emang Bu Febri kemarin nangis ya Meg?”
“Banget Mbak, mukanya sembab banget”
“Trus trus, diapain Bu Febri di balik gedung?”
Meggy tolah toleh, lalu agak menunduk sambil sedikit menutupi mulutnya.
“Itunya Bu Febri dijilatin sama cowok itu”
“EEHH~~?!?!”
“Ibu-ibu, sudah ngrumpinya?!?”
Kita bertiga menoleh bersamaan ke sumber suara.
“Eh Pak Jarwo, hehehe mana ada kata sudah di ngrumpi di ciwi-ciwi. Yuk Meg”
Aku kembali ke mejaku sendiri. Sepertinya pak Jarwo ada perlu dengan Mira.
Dengan cepat aku tenggelam di pekerjaanku sendiri, dibantu oleh Meggy.
…
Kruuukkk
Ah laparnya.
Asiknya kerja di kantor tuh, bisa aku sambil makan kalo lapar, kalo ga sempet sarapan.
Aku menggapai tas punggungku, hendak mengambil tuperware isi nasi goreng.
Loh?
Kok ga ada? Jangan jangan ketinggalan di mobil? Tapi tadi harusnya keliatan kalo kutaruh di mobil….
Oh iya !! tadi sempet kutaruh deket rak sepatu. Habis pake sepatu aku langsung keluar rumah ke mobil.
Asem, kok pas laper lagi.
“Ada cemilan Meg? Aku laper belum sarapan”
“Hmm? Ga punya mbak Lilis. Mau kubelikan?”
“Ga usah deh. Bentar aku ke Mira. Mana tau dia ada”
Aku menggeser kursiku ke meja yang selisih 4 cubicle dariku.
Loh? Ada cowok ikutan duduk di sebelah Mira. Dia ngerjain sesuatu di laptop Mira.
“Cieee siapa ini mir? Kok sudah punya asisten sih??”
Dia melihatku sebentar, lalu kembali ngerjain sesuatu di laptop.
Dih ga sopan banget sih diajak ngobrol tapi dicuekin !!
Hmm? Bentar, ada bau aneh. Apa bau si cowok itu?
“Oh iya nih, asisten baru. Gimana, asik kan, baru sebulan kerja uda punya asisten.”
Aku kembali melirik cowok itu. masih mahasiswa dia. Lebih cute dia daripada si Jimmy, pacar Mira sekarang.
“Asisten apa asisteennn…”
“Beneran, dia bantuin ngerjain presentasinya pak Jarwo”
“Trus Jimmy mau kau kemanain mir?”
“iih apaan sih, awas kalo kamu ngomong Jimmy.”
“Hihihi biarin, aku laporan jimmy aaahh”
“Oh iya ini kenalin dulu”
Mira menepuk pundaknya, dia langsung mengulurkan tangannya.
“Haris”
Ih siapa dia? Berani beraninya ngajak salaman.
Ogah.
Aku mengatupkan tanganku. Entah kenapa firasatku jelek sama orang ini.
“Lilis. Eh mir mana dokumenku yang kamu pinjem kemarin senen?”
“Dokumen apaan?”
“Ituu jadwal kuliah teknik mesin. Yang kamu pinjem dari bu Khofifah”
“Hah? Oooh ini masih nyangkut di printerku”
Di sela percakapanku sama Mira, aku seperti diliatin terus sama si Haris. Tadi cuekin. Sekarang jelalatan ngeliatin? Creepy banget sih.
“Balikin lah kalo uda beres, ntar kebuang lagi”
“Ini nih si haris yang butuh kemaren, jadwal kelas dia”
Hah? Berarti dia di kelas bu Febri kemarin sebelum dia nangis dan ditarik ke belakang gedung. Apa dia orang yang melecehkan bu Febri?
“Oh kamu kelas 3A ris? Jadi gimana rasanya punya 3 jadwal bu Febri? Hihihi”
Dia tersenyum diam.
“Apes duluan pas hari pertama, uda telat, trus disuruh ngerjain soal di depan, salah lagi. Trus dikasi deh tugas 60 soal suruh ngumpulin besoknya.”
“Seriusan??? Hahahahahaha”
Loh, bau aneh tadi kecium lagi. Tapi asalnya bukan dari si haris, lebih ke Mira.
“Eh kok bau anyir yah? Kayak baunya campuran vanili gitu,”
Mira heran, lalu seperti mencari bau yang kumaksud.
“Bau apaan, ga ada bau apa apa Lis. Kamu bau sesuatu gak ris?”
“Hmm? Ah palingan bau mi ayam tadi.”
“Looh kalian tadi mampir ke mi ayam belakang gedung ekonomi? Kenapa gak ajak-ajak sih? Aku laper banget tau, ga sarapan tadi pagi”
“iih kamu ris, harusnya rahasia ituu”
Mira memukuli pundak haris. Kok Mira uda kayak akrab banget gitu sama si haris?
“Eh rahasia yah, oh tadi gak ke mi ayam kok Lis”
“Bilang aja kalo pingin makan berdua aja, awas kamu ya mir, kubilangin ke Jimmy ntar. Wah bisa bikin gosip baru nih, skandal Mira dan asistennya, hihihi”
Ga biasanya Mira kayak gini. Ada yang aneh sama lelaki ini. Perasaanku mengatakan aku harus berhati-hati dengan dia.
“Yaah jangan dong Lis, pliiss, ribet ntar jelasinnya. Ris bantuin dong jangan cuek bebek gitu, gara-gara kamu juga niii”
“Yaudah biar adil ntar Lilis ikut aku makan siang”
Nah gitu dong biar adil.
“Oke ris”
“Heh? Tumben…”
Tumben? Tumben makan siang?
“Hah apanya mir yang tumben?”
“Oh enggak, bukan apa apa kok.”
Aku melirik jam, uda hampir jam 11.
“Yauda mir aku selesaiin kerjaanku dulu yah. Ntar abis makan kita lanjut lagi ngobrolnya hihihi”
“Yukk ahh uda deket makan siang ini, kerjaan blom ada yang beres”
Aku kembali ke mejaku.
“Mbak Lilis, aku uda selesai, aku istirahat dulu yah”
“Hah cepet banget Meg?”
“Iya heheh ada janji ama temen jam 11”
“Oh yaudah duluan aja Meg”
Aku kembali tenggelam di balik Excel dan Word.
.
.
.
.
4 File kemudian, aku merasa ada yang melihatku kerja dari samping. Aku menoleh.
“Eh haris, jangan bikin kaget ih.”
“Fokus banget sih. Jam berapa ini”
Suka-suka aku dong mau kerja kayak apa sampe jam berapa. Jangan sok kenal deh.
“Iya bentar dikit lagi. Sabar yaa”
Aku tak menghiraukan Haris, segera kuselesaikan pekerjaanku. Tanpa melihatnya, aku tau dia sedang lihat-lihat mejaku. Aneh banget sih? Risih tau, pingin rasanya aku sembunyiin semua barang-barangku darinya.
Dan akhirnya selesai juga pekerjaanku.
“Yuk makan, Ke kantin aja yah, capek mau keluar kampus.”
Aku mengambil hapeku di bawah meja, kemudian langsung jalan meninggalkannya.
Aku pingin makan apa yah? Gado-gado enak kayaknya.
Sesampai di kantin aku menuju stand gado-gado bu Darmi.
“pesen 1 ya Bu Darmi, makan sini. Ga usah pake sambal”
“Nggih. Duduk dimana?”
“nnngg….. Di situ, sama es jeruk yah.”
Aku langsung menuju meja yang kutunjuk, supaya ga keburu diambil orang.
Si Haris kemana?
Oh dia mau makan nasi campur. Dia berjalan kemarin sambil membawa tumpukan nasi dan lauk di atas piring. Cukup banyak juga makanan dia. Ga meletus itu perut diisi segitu banyak? Padahal tadi uda makan mi ayam sama Mira.
Kok bisa yah dia deket sama Mira? Sejak kapan Mira kenal dengan dia? Setauku kalo dia kenal sama orang harusnya aku sudah tau juga. Artinya Mira baru aja kenal sama si Haris ini. Tapi kenapa bisa sedeket itu?
Haris sudah duduk di hadapanku persis. Eh malah dia nyelonong duluan makan !! ga sopan banget sih. Dasar brondong. Mana kelihatan enak banget itu, lahap banget dia memasukkan bersendok-sendok nasi.
Glekk
Aku menelan ludah. Aku lapar banget nget nget.
“Uda mulai skripsi ris?”
Dia berhenti sejenak dari luncuran sendok yang kesekian.
“Belum, bulan depan Lis, eh, bu”
Hah, dia bilang apa?
“Bu? Kamu tadi panggil aku apa?”
“Iya bu eh, iya, maaf”
Hmm sepertinya si Mira baru aja ngejelasin hal-hal yang ga seharusnya ia jelaskan.
“Wait, Mira abis ngomong apa ke kamu, jujur ris!”
“Eeehh…..mmm… kalo kamu uda nikah?”
Eh pake acara sembunyiin segala. Uda kebaca semua gelagatmu !! kukerjain sekalian aja lah dia.
“Nggak nggak, dia pasti bilang kalo umurku udah lebih tua gitu? Dia bilang umurku berapa?”
“Eeh… 35?”
35? Whaat? Aku ga setua itu!! dasar si Mira.
“Emang dasar, si mira itu ngerjain kamu! dia emang suka ngerjain orang lain ris, apalagi yang baru-baru kenal gini. Umurku masi belom 35 tau! Umurku… ehh….. ga usah tau kamu umurku!!”
Fiuuh hampir aja aku ngasi tau umur asliku ke dia.
Si haris tampak masih ga percaya. Dia mulai makan lagi.
“Lah emang kamu uda berapa lama jadi koordinator jadwal dosen?”
“Koordinator jadwal dosen??? Ris mana ada orang semuda saya bisa ngatur ngatur jadwal dosen yang jauh lebih senior? Bu khofifah itu koordinator jadwal dosen!!”
“Yaah berarti aku dikerjain ini”
Weekk rasain biar bingung kamu kukerjain.
“Sangat”
“Jadi kamu di bagian apa lis di admin?”
Waduh aku jawab apa yah?
“Ituu… eehh… macem macem ris, bantu bantu aja, serabutan”
Dan akhirnya yang ditunggu tiba…. Bu Darmi !! I luv yuu Bu Darmiii !!
Aku langsung mengambil sendok dan garpu yang terkumpul di tengah meja.
“Lis supaya anak-anak di afrika bisa kebagian makan, kalo kamu makan gado-gado ini pake sendok yang dibalik, sisi cembungnya di atas. Dan garpunya jangan dipake”
Loh iya yah, kan di afrika ada anak yang kesusahan makan. Bener juga si haris. Aku harus membalik sendok ini. Dan garpu ga usah di pake.
Aku ingin makan sayurnya terlebih dahulu ah.
Loh.
Kok..?
Aku menyendok sayuran itu, tapi terus terjatuh dari sendok. Sekali dua kali tiga kali empat kali, yang sampai di mulutku hanya sisa bumbu gado-gadonya.
Duuuh gimana sih caranya makan pake sendok ini?? Apa yang salah?
“Kenapa lis, susah yah”
Aku meletakkan sendok itu.
“iya susah banget”
Aku melihat si Haris sudah menyelesaikan suapan terakhirnya.
“Ya seperti itu susahnya anak-anak di afrika cari makan, bahkan lebih susah lagi”
Yaaa bener sih, tapi bantuin kek !!
“Aku laper banget ris”
“Gini aja. Kamu ingin makan kan? Kamu minta bungkus itu gado-gado, jangan lupa sendoknya. Kita ke belakang gedung admin”
Belakang gedung admin? Ngapain? Kan sepi disitu?? Kemarin aja baru ada kejadian disitu??
Aku tak habis pikir, aku ingin makan. Aku segera meminta Bu Darmi untuk membungkus makanan yang sudah di piring ini, tak lupa meminta sendok plastiknya.
Setelah membayar bu Darmi, aku segera menemui si Haris.
“Yuk”
Duuh haris mau ngapain minta aku ke daerah sini.
“Ini tempat sepi banget ris, kok aku gak nyaman yah, kita gak boleh berdua aja di tempat sepi gini”
“Tenang, karena tempat sepi seperti ini kamu bisa pake sendok yang cekungnya di atas”
Iya yah? kalo ga ada yang liat aku bisa makan pake sendok yang dibalik.
“….iya benar ris”
“Oke supaya kamu bisa makan dengan cepat, kamu harus menggunakan sendok itu untuk memasukkan gado-gado ke mulutku baru kamu mengambilnya menggunakan mulutmu”
Benar kata haris, kalo ga lewat mulutnya ini ga bakal cepet. Keburu diliat orang entar.
Oke aku cari tempat untuk bisa menaruh dan membuka bungkusan gado-gado ini.
Haris ternyata sudah duduk di dekatku, sudah bersiap. Aku langsung menyendok kentang dan bumbunya. Kutadahi dengan tangan, lalu kuarahkan sendok itu ke mulut Haris.
Haris memasukkan kentang itu ke mulutnya. Kini giliranku untuk mengambilnya.
Cupp
Bibir haris terasa hangat, sedikit lebih tipis dari punya Abi.
Lidahku mencari keberadaan kentang di dalam mulutnya.
Dapat!
Kukaitkan lidahku, sedikit kuhisap langsung masuk ke mulutku.
Aaahh akhirnya aku makan juga.
Enak juga gado-gado bu Darmi ini.
Sambil mengunyah, aku menyendok sayuran dan kembali kuarahkan ke mulut Haris.
Setelah menelan suapanku pertama, aku masuk ke mulutnya, dan segera mengambil sayuran itu dari mulut haris.
Eh? Kok gerak-gerak lidahnya?? Risih tau !! kan jadi mirip ciuman kalo gini?!?
Duuh gara-gara lidahnya gerak jadi pindah-pindah sayurnya !!
Gimana sih Haris ini?!?! Sebel banget ih !!
Kucabut mulutku dari mulutnya, lalu kupegang kepalanya supaya berhenti bergerak.
“jangan gerak-gerak mulu, susah tau ngambilnya”
Aku kembali memasukkan lidahku ke mulutnya, mencari sayuran itu dari mulut Haris. Padahal sudah kupegangin, tapi lidah Haris masih lumayan gerak. Aku tak habis pikir, kumasukkan lidahku lebih dalam, kukaitkan kuat sayuran itu sambil kuhisap kuat.
Ini bukan ciuman kan? Aku cuma ingin mengambil makananku di mulut haris.
Tapi kenapa terasa sensual seperti sedang ciuman.
Aahh tubuhku kok jadi berdesir.
“Jadi sebenarnya kamu sudah nikah belum Lis?”
Oh si Mira ga cerita kalo aku uda nikah?
“Aku tu uda nikah ris, dulu waktu umur 17 tahun uda dijodohin sama ortu tapi sampai sekarang masi belum dikaruniai anak”
Aku sudah menelan suapan kedua, di tanganku sudah menenteng sendok ke tiga, kuarahkan ke mulut Haris.
“Oh jadi fotomu di mejamu itu sama suamimu?”
Kali ini aku tak mau berlama-lama, karena kok rasanya seperti lebih dekat ke ciuman daripada makan.
“iya ris, dia emang jauh lebih tua dariku”
Aku sudah memasukkan suapan ke tiga ke mulut Haris, langsung kupegangi kepalanya, kumasukkan lidahku, langsung kukaitkan lidahku, kuhisap kuat. Bisa cepat juga ternyata. Aku yang kurang cekatan memang.
“Eh Lis kamu ga capek makan sambil berdiri?”
Ya iyalah!! Kok enak kamu yang duduk santai disitu? Nyadar ga sih?
“Ya capek ris. Tapi mau gimana lagi uda lapar banget”
“Kan capek, makanya duduk sini di pahaku. Tapi duduknya satu kaki di kiri satu kaki di kanan biar ga jatoh”
Benar juga, kalo aku mau bisa aja duduk di paha Haris, tapi harus melebarkan kakiku…. Bentar… gimana caranya??
“……Kan aku pake rok ris, susah jadinya kalo duduk seperti itu”
“Oh supaya bisa, kamu lepas CD kamu, trus angkat rokmu sepaha”
Hmm.. betul juga, aku harus melepas CDku dan mengangkat rok ku supaya bisa kulebarkan kakiku. Kok aku ga kepikiran tadi ya?
Bentar, kalo aku melepas CDku dia jadi ngelihat dong CD ku kayak apa? Kan malu jadinya. Aku harus sebisa mungkin menyembunyikannya. Ah langsung aku masukkan aja ke saku kiriku. Untung ada saku di rok ku.
Nah sekarang aku bisa menarik rok ku sepaha…. Sepaha seberapa?
“Gini?”
“Ya seperti itu. Oke supaya adil, aku keluarkan penisku dari celana. Kamu bebas mau ngelihat ato enggak.”
Nah gitu dong!! Biar adil dia juga keluarin penisnya. Masa aku doang yang narik rok sepaha…..
Looh?? Penisnya haris kelihatan !! apa dia ga malu?! Aku langsung membuang mataku, melihat yang lain.
Oh my god…. Jelas banget penisnya tadi kelihatan, terlihat ngacung gitu, agak kecoklatan. Aku kok jadi malu yah ngelihatinnya? Tapi katanya bebas kok boleh liat apa enggak.
Tapi aku maluu!! Ga seharusnya aku melihat bagian terprivat milik Haris seperti itu. Abi aja jarang-jarang nunjukin miliknya di depanku !!
Tapi aku penasaran…..
“Ngapain masi berdiri di situ? Katanya lapar. Deketin dulu itu bungkusan, agak kesini biar kamu agak menggapai”
Haris benar, dia masih fokus supaya bantuin aku makan, aku yang kelewat mikir mesum. Maafkan aku Haris. Aku langsung berbenah mempersiapkan yang dia bilang.
TAPI TITITNYA KELIHATAN NGACUNG BANGET ITUUU !!
iiih risih banget tauuu !!!
“Oke kamu bisa duduk di pahaku supaya gak capek. Oh ya, aku lupa, kan waktu duduk bisa saja gak imbang, jadi ntar gampang jatuh”
Hah?? Sama aja boong dong kalo bisa duduk tapi gampang jatuh??
“Trus gimana dong ris?”
“Supaya imbang, kamu pegangan sama penisku”
Heee???? Pegangan??? Sama penisnya?? Benar juga!!
Tapi…..
“Tapi kan tanganku uda sibuk untuk makan ris?”
“Ah ya kalo gitu vagina kamu aja yang pegangan penisku Lis, kan nganggur”
Good idea!! Si Haris ini kenapa idenya spot on banget sih? Kayak….. semua yang dia bilang itu solusi yang ga kepikir sebelumnya. Mungkin ini yang bikin si Mira bisa cepet deket sama si Haris.
Mungkin.
“Oh gitu, oke”
Aku kini sudah mengangkangi paha Haris. Aku tak bisa lagi melihat penisnya karena tertutup oleh gerai rok ku.
Gimana masukinnya?
Oh ya, kan itu barang miliknya, biar dia aja yang arahin.
“Bantuin masukkan penismu ris ke vaginaku”
“Siap nyonya”
NYONYA?!?! Ih jijik banget deh!! Jangan panggil aku nyonya !! cuma Abi aja yang boleh panggil aku nyonya !!
Sudah cukup Lilis, fokus di makanmu. Mungkin maksud dia becanda. Becanda garing.
Aku segera menurunkan badanku, memperkirakan posisi penisnya supaya pas di vaginaku.
Aaah penisnya menyentuh kulit terluar vaginaku.
Panas banget, empuk, mengganjal di bibir terluar. Perlahan aku turunkan. Kok mentok sih, aku coba dorong, bukan mentok sih, tapi masi keset banget vaginaku.
Eh… loooh…. Kok sakit?
“Auuww! Sakit ris, masi kering vaginaku”
Aku menarik kembali tubuhku ke atas.
“Ooh masih kering, yauda kubantu kujilat yah supaya agak basah”
Nah itu bener, vaginaku harus basah dulu supaya bila ada benda luar masuk. Sama seperti seks, harus kubasahin dulu biar punya Abi bisa masuk. Dan kali ini si Haris mau bantuin sampe segitunya.
Kenapa dia sebaik itu mau bantuin aku? apa ada maunya? Jangan-jangan dia deketin aku? kan dia uda tau aku uda nikah?
Whatever it is, aku harus bisa jaga jarak darinya, aku harus menjaga kehormatanku.
Aku sudah mundur menjauh dari Haris. Haris setengah menunduk, kepalanya di depanku persis.
Eehh?? Kalo dia mau jilatin vaginaku, aku harus buka rok ku dong supaya bisa nyampe??
“Aku malu ris kalo mengangkat rok ku, jadi kelihatan auratku”
“Yauda biar kepalaku aja yang masuk ke dalam rokmu lis”
Hmmm ide bagus. Tapi tetap aku harus mengangkat rokku sebentar. Aku harus mengangkat dan menurunkan dengan cepat supaya ga terlihat.
1…2….
Saattt !!
Kepala Haris sudah kubungkus di dalam rokku.
Uuuhh napasnya menerpa area intimku. Aku gemetaran. Baru pertama kali ini aku akan dijilat oleh orang, di bagian terprivatku. Abi ga pernah.
Kenapa aku jadi sering mikir mesum sih? Mungkin gara-gara aku abis suci, sampe sekarang belum ditemui sama Abi. Uda hampir 2 minggu. Tapi aku pernah lebih lama dari ini, dan ga mikir semesum ini. Kenapa yah??
Tahan Lilis, kamu kuat, si Haris uda susah-susah bantuin kamu, jangan mikir jorok mulu.
Kok dia diem aja di dalam sana? Ngapain dia disana? Dia ngeliatin bagian privatku ga yah? bukannya di dalam gelap ga bisa ngeliat apa-apa?
Kalo emang dia ngeliatnya, apa ada yang aneh? Apa milikku aneh? Atau bau? Vaginaku bau? tapi kan tiap hari kusabun di area itu? masa bau?
Haaahhhkk !!?? si Haris memegang pantatku ?!?! GA SOPAN !!
Plak !!
Aku menepis tangan Haris.
“Ris kita bukan muhrim, maaf, tolong kita gak boleh bersentuhan yah”
Aku ingat jelas, ketika dia menyentuh pantatku, aliran darahku langsung melonjak tinggi, berdesir. Mungkin ini lah kenapa yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan, karena sentuhan lawan jenis dapat memberikan efek luar biasa.
Aku juga senang ketika Abi terkadang menyentuh pantatku, sebagai bukti rasa sayangnya.
“Kalo gitu majuan dikit, maju lagi, dikit lagi, oke cukup”
Aku kini sudah sangat dekat dengan Haris, napasnya semakin terasa terhembus di kemaluanku. Terasa geli, dan……… enak
Enak?
Aahhh !!
Aku merasakan benda asing yang…… yang……. Yang….. YANG….. aku kenal???
Ini BIBIR !! bibir haris !! Bibir Haris di permukaan vaginaku !!
Dan LIDAH !! Aahhh !! Lidah Haris menyeruak di sela-sela organ intimku!! Aauuhh !! terasa panas sekali Lidahnya !! Panas dan bertekstur….. kasar….. bergesekan…… Aaahhh……
Benar-benar pengalaman yang menegangkan. Semua syaraf di permukaan vaginaku menginformasikan otakku akan sebuah rasa baru, rasa yang tak pernah kualami sebelumnya, inikah rasanya kemaluan dijilat??
ENAK BANGET !!
AAHH!!
Lidahnya menjilati area klit di atas lubang pipisku, biasanya waktu kena rambut kemaluan Abi sakit nyeri, kenapa ini……..terasa nikmat sekali !! enak banget !! enak !! nikmaatt !! mantab !! uuuuhhh tubuhku rasanya ingin meledak!!
Dan kini…. Kini…. Lidahnya mulai turun dan…. Dan…… dan…….. memasuki liang vaginaku!! Oooohh kenapa ini nikmat sekaliiiii??????
Rasanya beda banget dengan penis !! seperti…… daging yang kasar, dan aktif !! bergerak-gerak !! seperti vaginaku menyambut sepenuhnya kedatangan tamu aktif ini !! TUBUHKU menyambut kedatangan tamu aktif ini !!
Aku ingin lebih, aku ingin lidahnya menyentuh bagian terdalam vaginaku, aku ingin dijilat lebih dalam, boleh gak ya?? Aku tak bisa berpikir jernih…
Boleh gak ya?
Lebih dalam
Boleh gak yaa?
Lebih dalaamm
Boleh gak yaaa?
Lebih dalaaammm…..
“Rissszzz… sshhhttt…. Enak…. Rissss….”
Mulutku tiba-tiba meracau tak terkontrol !! semua seperti otomatis digerakkan. Aku tak bisa membendung, aku hanya bisa…….. menikmati… nikmat sekali tarian lidah Haris…. Aaahhh…..
Eeehh looohhh ??! kok dia mencabut lidahnya?
Aku hampir aja terjatuh, kehilangan keseimbangan.
Haris keluar dari rok ku, mulutnya basah mengkilat. Itu basah karena liurnya sendiri atau basah dari aku?
“Uda basah lis, yuk, Jadi makan ga?”
Jadi dong !!
Haris kembali duduk kayak tadi. Aku kembali menarik rok ku sepaha, layaknya putri, kemudian maju hingga di atas paha Haris.
Kenapa aku gemetaran? Aku grogi. Aku nervous. Aku ingin vaginaku dijamah, vaginaku gatal sekali. Aku ingin dijilat kayak tadi. Atau penis…… penis juga boleh… penis abi tentunya…… aah pokoknya apa aja yang bisa menggaruk vaginaku. Tapi aku harus segera menyelesaikan makananku.
“Arahin ris…”
Satu tangan Haris berpindah ke tengah, aku tak bisa melihat karena terhalang rok ku.
Aku mulai turun, perlahan.
Tenang Lilis, biasa aja kok, cuma mau pegangan supaya ga jatuh…
Aaahh… ujung penisnya yang panas telah bertemu dengan permukaan vaginaku. Kudorong lebih dalam, kuturunkan pinggulku. Licin banget, berlebihan malah. Lebih ke becek banget vaginaku. Seberapa banyak liur Haris di dalam sana?
Sleeppp
WOW !!!!!
Kenapa terasa sesak!! Kayak pentungan yang masuk ke vaginaku!! Ini sih lebih gede dari punya Abi!!
Sesak bangeett..!! Aku seperti…… terbelah dua !! sesaakk… dan…. NIKMAT..??
“Ahh….riss.. gede banget penismu…. Sesak jadinyaaa…”
Sekali lagi mulutku meracau ga jelas. Aku tak bisa berpikir, mulutku sesimpel mengomentari apa yang terjadi, apa yang kualami. Auto pilot.
Dan akhirnya….. aku duduk juga. Di paha Haris. Dengan pentungan di dalam vaginaku. Ada rasa lega akhirnya bisa masuk seluruhnya. Terasa banget detak jantung di penisnya, kalo aku mau, aku bisa menghitungnya.
Vaginaku…. Terasa penuh….. aku seperti kesulitan bernapas. Seperti ada 2 nyawa yang berjejal berebut dengan tubuhku sendiri. Dengan Abi tak pernah merasa seperti ini.
Tenang Lilis, kamu hanya pegangan dengan penis Haris, walaupun serasa ada yang kurang, kalo hanya diam aja gini.
Yaudah sekarang fokus makan dulu.
“Buruan yuk uda mau deket jam 1 …..hhhh”
“Emang kerjaan kamu masih banyak lis?”
“Bangettthhh…”
Aku mengambil sendok dan mulai memasukkan ke mulut Haris, untuk kemudian kuambil lagi, sambil tetap kupegangi kepalanya supaya ga gampang gerak kayak tadi.
NYUT
AUUHH…..!?!?
PENISNYA GERAK !! PENISNYA GERAK DI DALAM VAGINAKU !!
DAN RASANYA……… NIKMAT BANGETTT~~!!
“ssshhhhtt….apaan sih penismu ngapain ituuuu riss…?”
“yaa normal Lis, kalo penis uda di dalam vagina itu harusnya bergerak. Kalo ga gitu ya bakal gerah, panas.”
Gerah? Panas? Bukannya barangnya sendiri sudah panasnya minta ampun?
“jadi harus gerak ini?”
“iyalah, kamu naik turun aja, biar tetep bisa sambil makan”
Solusinya benar, tapi aku jadi doble-doble dong gini kerjanya?
“enak kamu dong kok aku yang kerja”
“yaa kan entar kuimbangi”
Nah gitu dong diimbangi. Awas yah kalo ga ikutan gerak.
Aku mulai pelan naik turun, supaya bisa sambil makan.
Diiih susah banget arahin sendok ke mulut Haris !?!
Walaupun kuusahakan sebisa mungkin, sepertinya aku tak bisa menstabilkan tanganku ke mulut Haris.
Tiba-tiba Haris maju, mencoba untuk menggapai sendok itu dengan mulutnya.
Kok… imut banget sih?
“shhhsshht… lucu banget sih kamu riss… aahh… kayak… ade… bayi… yang disuapin… aahh…”
Aku segera menggaet mulutnya dan menarik makananku.
Tapi… kenapa aku tak ingin melepas mulutku? Lidahku juga masih di mulutnya. Mungkin aku capek, dan lidahku terasa nikmat tidak berada di mulutku sendiri.
Mmmggghh….. kenapa kenikmatannya menjadi berlipat-lipat begini???
Srringg sriiinggg srrrinngg
begitu rasanya vaginaku, aku tak bisa mengekspresikan seperti gimana lagi. Payudaraku terasa nyeri, ingin kuremas, ingin diremas oleh Haris. Kedua putingku terasa setengah gatal, karena mengeras, dan bergesekan dengan Bra ku. Aku tak bisa 100% konsen, tubuhku sudah berubah, menganggap setiap gerakan, gesekan dan sentuhan adalah sebuah kenikmatan.
Dan aku tak puas dengan kondisi yang sekarang. Aku ingin mengejar sesuatu dari dalam tubuhku.
Karena terus bergerak, aku merasa gerah, panas, sumuk istilah jawanya. Ingin melepas jilbabku namun kuurungkan karena ada Haris disini. Melepas jilbab? Salah. Aku ingin melepas semua bajuku.
Kita ini ngeseks bukan sih?
Ah bukan, aku lagi makan kok. Dan si Haris bantuin aku makan. Kalo Haris ga bantuin aku bakal kelaparan kayak anak di afrika.
Tapi kenapa senikmat ini? Dan yang merasa nikmat adalah vaginaku, bukan mulutku atau perutku. Apa seenak ini kalo penis masuk ke vagina?
Emang seks itu hanya sekedar memasukkan penis ke vagina? Enggak lah.
Seks itu kayak waktu aku sama abi, penuh keromantisan, ada ciuman mesra di tempat yang privat, dengan orang tercinta.
Seperti kemarin-kemarin.
Dan seks sama abi ga seenak ini rasanya vaginaku.
Fix ini bukan seks, karena seks ga senikmat ini. Entah apa namanya ini, secara teknis Haris bantuin aku makan dan aku pegangan dia supaya ga jatuh.
Uuuh nikmat banget sih barangnya Haris ini, rasanya seperti ditusuk-tusuk masuk ke perutku, dengan beribu syaraf di kemaluanku menyambut kehadiran setiap milimeter persegi kulit kemaluan milik Haris.
Kok aku mesum banget sih mikirin kemaluannya Haris??
Dia susah payah bantuin aku malah aku mikirin ga jelas ke dia.
Mungkin karena dia baik, aku emang cepet suka sama cowok yang baik sama aku. mungkin dulu karena aku terkesan buru-buru mencari cowok supaya tak dijodohkan oleh ayah ibu.
Tapi ujung akhirnya aku tetap dijodohkan.
Bukannya aku menyesali. Tapi sifat ingin segera mencintai itu ternyata tak bisa hilang dariku.
Cinta?
Aku cinta sama Haris?
Ih jijik ogah !!
Siapa yang mau sama Haris?! Aku uda punya Abi!! Yang romantis, perhatian, yang penisnya gede….. yang mau jilatin vaginaku….. yang…. Yang…. Kok aku pingin pipiss….
“aahh riss.. mmmhhhh…AAhh..shhhssshhtt..hhhhhaa”
Uggghhh gelombang kenikmatan tiba-tiba menyelimutiku !! aku…. aku…. pipis….. sangking enaknya….aku tak bisa membendung pipisku….. aku … gelap…. Otakku tak bekerja, hanya terasa nikmat sekali… NIKMAAAAAATTT….OOOHH……!!!!
.
.
.
Aku kembali sadar, napasku memburu. Aroma rexona bercampur keringat menyambut hidungku. Aroma maskulin, milik Haris kah? Ini kah bau Haris? Kenapa aku bisa mencium bau keringat dan rexona Haris? Aku perlahan membuka mataku.
“kayaknya kamu sudah gak nafsu makan Lis, kenyang kah?”
Aku kaget, ternyata aku sedang merangkul kepala Haris, dahiku bersandar di dahinya. Deket banget. Sekuat tenaga aku memundurkan tubuhku.
“Aku masih lapar ris, tapi capek…”
“Katanya ada kerjaan banyak”
Bisa-bisanya dia godain aku saat seperti ini?
“Iya bentar ih! Ini juga mau kuselesaiin makannya!”
Aku coba kembali menaik turunkan tubuhku, tapi hanya bisa sedikit saja, vaginaku terasa ngilu, dan aku tak punya sisa tenaga. Aku mulai menyendokkan makanan ke mulut Haris, lalu kutarik kembali untuk makan dengan lidahku.
Perlahan rasa ngilu itu mulai menghilang, tergantikan rasa nikmat seperti tadi.
Aku mendesah, tak karuan, aku tak peduli aku mendesah, mulutku seperti punya otak sendiri, aku tak bisa mengontrol. Setiap kenikmatan garukan penis di dinding vaginaku, aku mendesah. Setiap gesekan puting yang mengeras di bra ku, aku mendesah. Namun aku masih tetap mencoba fokus untuk makan.
Beberapa kali asupan, kini sudah tinggal sedikit gado-gado di bungkusan. Tinggal 2 kali lagi.
“Supaya kamu dapat cukup asupan gizi, kamu perlu protein deh”
Hmm? Apa maksudnya?
“aahh… ahhhh… ahh.. pproteinn…?”
Kini tinggal suapan terakhir.
“iya entar kalo gado-gadonya abis, aku mau kok ngasi spermaku ke kamu, sebagai tambahan protein buatmu Lis”
HAH? SERIUS?? Ni anak ga mikir apa yah? Ngasi sperma untuk kumakan? Sebagai protein?
KOK BAIK BANGET SIH?
“Oooh.. shhhsshht… kamu mau ejakulasi untukku ris?”
“Iya, tapi entar bantuin hisap Lis biar cepat keluar”
Oh oke, emang butuh dihisap biar cepat keluar yah.
“aah.hh….hhh…ahh… iya rissszz”
Aku telah selesai makan, kulipat kertas bungkusannya dan kumasukkan ke kresek.
“Oke Lis udah mau keluar… buruan hisap…”
Hah uda mau keluar?
Aku harus cepat melepas penisnya dari vaginaku
Aku tak ingin bersentuhan dengannya, aku sedikit menjaga jarak darinya.
Dan penis itu, penis yang membuatku nikmat itu, terlihat menjulang gagah mengkilat.
Kenapa terlihat perkasa sekali ?? punya Abi tak membuatku terpana seperti ini.
Oh my God, vaginaku semakin becek melihat penis yang segar dan manggut manggut itu.
Oh iya, Aku harus menghisapnya dengan mulutku.
“Nih Lis, hisap proteinkuuuuu…!!”
Croott crooott crooooottt croott
WOW deras banget spermanyaaa !!!!
aku tak bisa… aku tak bisa menampungnya.!!! Gimana ini? Bentar lagi mulutku penuh !!
Langsung telan ??
Ya !!
harus langsung kutelan!! Ayo telan Lilis !! Telan teruss !! Pokoknya telan semuaa!!
Jadi gini toh rasa sperma, agak manis, bercampur asin, dan lengket. Mirip yogurt.
Sperma Abi tak sebanyak ini. Ga ada sepertiganya.
Kenapa…. Aku merasa sayang? Kenapa tak dimasukkan aja ke vaginaku? Bisa cepet hamil kalo sperma sebanyak ini.
Sadar Lilis !! Emang kamu pingin punya anak dari Haris?!?
Dan kata haris sperma miliknya untuk protein bagiku. Ya berarti itu adalah protein, bukan benih.
Aku ingin mengambil tisu di sakuku untuk mengelap mulutku yang sedikit belepotan. Aku langsung sadar ada CD di saku ku, aku segera memakainya. Tapi kenapa aku merasa tak malu memakai CD di depan Haris? Ah masa bodo pikirin nanti, mending daripada aku tak pakai CD nanti kalo uda balik ke kantor. Lagipula tubuhku tak ada yang terbuka, aku memakai CD masih tertutup rok.
“Jam berapa sekarang Lis?”
“satu seperempat. Yuk balik. Makasi yah uda kamu bantu”
“Loh emang bantuin gratis, Makasi doang ya banyak”
Dasar cowok cupu, emangnya aku ga tau kalo kamu ada maunya.
“Perhitungan banget sih! Iya gampang besok besok aja ris.”
Aku segera berjalan cepat untuk kembali ke gedung admin.
Sesampainya di gedung admin, terlihat Mira lagi duduk di depan komputer. Tapi kok, wajahnya kayak kusut gitu?
Apa dia sebel aku makan sama Haris? Jangan-jangan dia suka sama Haris?
Kok aku kayak ga rela Mira suka sama Haris? Ah whatever lah.
Kulihat Meggy uda di depan komputer, menungguku. Memang banyak sih kerjaan, tapi aku sudah kehilangan semangat untuk kerja. Nanti di rumah aja lah kukerjakan, kan tinggal menata dokumen untuk besok rapat aja.
“Meg kamu pulang aja, uda ga ada yang dikerjain buat kamu, uda beres semua sebelum istirahat tadi”
“Oh gitu? Kebetulan, sebenarnya aku mau ijin ada keperluan sama temen”
“Mau kencan yaa?”
“Ehehe jangan gitu lah mbak, aku malu”
“Sama siapa? Kok aku ga pernah kamu ceritain pacar kamu sih?”
“Emang bukan pacar mbak, baru kenal aja”
“Oooh mana mana lihat”
“Ntar aja lah mbak!! Besok deh besok deh”
“Yaudah lah buruan sana kencan!! Awas kebablas loh!!”
“iya mbak makasih yaa!!”
Meggy meninggalkanku sendiri. Aku membuka laptopku malas. Aku seperti mengantuk, mungkin karena abis makan yah.
Tapi aku merasa penasaran banget. Makan model apa yah kok bisa bikin aku nikmat banget gitu? Nikmat atas bawah deh pokoknya. Uuuh sampai sekarang pun vaginaku masih terkesan basah, kayak belum puas makan tadi.
Aku kepikiran haris lagi. Aku teringat kembali rasanya seberapa penuh di dalamku. Lagi apa dia sekarang?
Oh lagi ngobrol sama Mira. Ngobrol apa mereka? Jangan-jangan ngobrolin aku tadi? Ah emangnya kenapa, cuma makan doang.
Aku ingin kesana, ketemu si Haris lagi. Eh bentar, aku pingin ngaca dulu. kuambil cermin mini di tasku.
Kurapikan jilbabku, memasukkan beberapa rambut yang keluar. Kutarik lagi kacamataku. Ada lipgloss di meja, kuapply lagi ke bibirku supaya ga kelihatan kering.
Aku menarik kursiku menuju meja Mira.
Eh? Loh, si Mira jalan pergi, mau kemana dia? Oh ke pak Jarwo. Semakin kulihat kok dia kayak suram gitu sih? Kayak hantu.
“Mira kenapa sih kok kayaknya pucet gitu?”
Si Haris setengah tersentak, rupanya dia kaget. Hihihi rasain.
“Ga tau Lis, kayaknya sakit deh, barusan tadi dia semacam ngomel-ngomel ke aku. lagi M mungkin?”
“Ah mana ada, aku tau tanggalan dia kok”
“Eh Lis ngaku deh, kamu tu koordinator jadwal dosen juga kann”
Yah cepet banget. Ah si Mira ga asik ga kooperatif.
“Eh ketahuan juga yah… hehehehe.. Abisnya seru kalo ada yang penasaran gitu ris”
“seru apaan, bikin bingung iya, dasar emak emak”
“Kamu bilang APA? Aku belum emak emak tau….!!”
Sialan nih cowok. Aku melihat buku di sampingnya kayaknya pas di lengannya.
Plak plak plak plak plak
“Iya pukul aja yang banyak Lis, emang dasar ni cowok nyebelin”
“tadi ketemu pak Jarwo Mir? Dia ga bilang apa-apa gitu?”
Mira duduk di kursinya, perlahan ditahan gitu. Apa pantatnya sakit? Bisulan? Atau wasir?
“Ga ngomong apa-apa tuh Lis, seperti biasa ada di tempat rokok, makin jelalatan aja dia.”
“Emang kamu favoritnya dia mir, hihihihi”
“Udah deh Lis, kalo lagi nganggur mending bantuin kerjaanku deh”
“Lah ini asisten nganggur buat mijetin kamu gitu Mir?”
“ih ini asisten mampunya cuma bikin powerpoin doang, kalo kerjaan admin asli mana tau”
“gitu yah, yang uda bantuin di bully teruss”
Eh bisa juga yah dia sewot.
“Duuh sensi amat sih ris, becanda becanda, cowok kok gampang sewot gitu sih”
Sedetik kemudian dia mendekat ke aku
What?! Mau ngapain dia deket-deket???
(“Aku lagi pedekate ini ke Mbak Mira, jangan menurunkan reputasiku dong”)
Oh mau bisik bisik toh. Sekilas aku mencium bau rexona itu, bau yang kuingat ketika aku pipis gelap tadi. Aahh darahku berdesir lagi. Aku pingin lagi kayak gitu.
(“Looh kan Mbak Mira uda ada cowoknya?”)
Ngapain sih dia mau pedekate ke Mira? Bikin bete banget deh.
(“Ini terhitung latihan, kan uda pasti ditolak. Makanya jangan sampe bikin putus sebelum dapet ilmunya”)
Latihan kok sama Mira sih? Kenapa kok…. Ngapain aku mikir untuk menawarkan diriku??
(“Latihan kok sama yang uda punya cowok. Ntar kalo kecantol beneran gimana? Cinta segitiga deh jadinya”)
(“Ya daripada sama kamu uda ada suaminya. Kan selama janur kuning belum melengkung Lis”)
Loh kok aku merasa kecewa yah. apa yang kukecewakan? Entah.
(“hihihi bentar bentar, kayak gini dibilang pdkt? Kamu pernah pacaran ga sih??”)
(“Kaga”)
HAH?? KESEMPATAN DONG.
“….Serius?”
“Apaan yang serius Lis, kalian kalo mau ngobrol atau bisik-bisik jangan disini deh, tetep aja ganggu”
Aku melihat Mira, masih dengan wajah pucatnya.
“Eh Mir, tau ga, banyak yang suka sama kamu looh hihihihi”
“Halaah pasti si Haris, uda tau, dari awal uda pingin traktir traktir sok deket gitu”
“Tuhkan ris, Cewek mah peka banget urusan ginian.”
“Yaaah jadi ketauan deh, Trus aku gimana dong”
Mira mendekatkan wajahnya ke Haris. Apaan sih deket-deket dia?
“Kamu pingin tau cara pdkt yang bener ris?”
“Gimana mbak??”
“Kamu usir si Lilis dulu, aku pingin fokus selesaiin kerjaanku”
Cuih bilang aja pingin berdua aja sama Haris.
“Jyaah hahahaha iya iya sante aja Mir, bentar juga jam 4”
“Looooh kan, duuuh mana blum beres lagi”
“Hihihi Aku ga ikut ikut. Beres beres mejaku aahh”
Aku meninggalkan Haris dan Mira, segera merapikan kembali mejaku, memasukkan laptop ke tas. Entah kenapa aku merasa senang setelah ngobrol sama Haris…… dan Mira.
Malam ini masak apa yah? Abi kayaknya pingin cap jay kemarin bilang. Si Haris suka cap jay ga yah?
Eh ngapain aku mikir si Haris suka apaan?
Tadi nasi belum masak juga. Kopi Abi uda abis belom yah?
Yay akhirnya rapi juga mejaku. Laptop dkk uda masuk tas. Aku melihat jam.
Setengah lima.
Pulang aah.
Loh Mira sama Haris uda ga ada. Kayaknya Mira bakal lanjut kerja di kosannya, makanya langsung pulang duluan.
Setelah menyapa bu Khofifah, aku keluar dari gedung ini, menuju parkir dosen.
Yep motor Mira juga uda ga ada, dia uda pulang duluan.
Aku memencet tombol gembok terbuka di kunciku, lalu membuka pintu driver xenia silver ini.
Dengan santai aku mengegas mobil ini keluar kampus, sampai rumah.
.
.
.
“Assalamualaikum Abiii !!”
“Waalaikum salam Dinda!!”
Aku mencium tangan suamiku.
“Tolong masukin mobil ya Abi !”
Aku memang agak kesusahan untuk memasukkan mobil ke dalam rumah, uda dua kali baret bodinya kena tembok. Hihihi. Biasa juga kuhentikan di depan pagar, lalu aku minta Abi untuk masukinnya.
“Kan mau keluar lagi? Ke Kos di Jagayana”
Aku melepas sepatuku.
“Oh iya, yaudah deh biarin aja di depan”
Dan…. Aku menemukan bekalku di rak sepatu. Sepertinya Abi juga ga tau ada bekal disini.
“Tapi kamu kunci kan di depan?”
Aku menaruh tas punggungku di sofa depan TV.
“Udah ini kubawa kuncinya”
Aku menaruh kacamata, jam tangan sama hape di meja rias di kamar.
“Oh yauda oke. Kamu mau mandi dulu?”
Aku melepas jilbabku. Aah leganya. Kucium jilbabku, sudah agak bau. yauda masuk kantong laundry.
“Ho oh. Tolong bukain laptopku di tas dong Abi ! ada kerjaan yang belom kelar buat besok, jadi ntar pulang dari kosan bisa langsung kukerjain”
“Oke oke bentar”
Aku mengambil set baju baru dan daleman dari dalam lemari, begitu pula kantong laundry, lalu keluar kamar mengambil handuk dari gantungan, lalu menuju kamar mandi.
Di depan pintu kamar mandi aku melepas baju dan rok ku. Bawah rok ku ternyata agak kotor, kena tanah waktu di belakang gedung admin siang tadi.
Aku melepas Bra krem ku, Fiuh lega bangett. Kayak terbebas dari kekangan. Apa emang Bra ku uda kekecilan yah? berarti dadaku makin gede dong?
Aku meremas-remas dadaku, memperkirakan ukurannya dan membandingkan dengan yang kemarin-kemarin
Aaahh…
Kok aku mendesah? Abis enak sih.
Aku keingat putingku kegesek sama Bra. Padahal bagian dalam Bra uda halus banget, tapi aku masih bisa ngerasa gesekan itu. aku memastikan kembali bagian dalam Bra tak ada benda kasar, emang ga ada. Lalu kumasukkan ke kantong laundry.
Aku menurunkan CDku
Whaat???
Aku melihat bercak basah di CD ku. Basah dan licin, lengket. Kutarik jariku, bahkan bisa sampe bikin benang cair.
Aku horny? Ah mungkin sisa tadi siang.
Aku mengusap vaginaku. Malah ada lebih banyak di dalam.
Ah sudah sudah. Aku melempar CD itu ke kantong laundry, lalu memasukkannya ke mesin cuci tanpa menyalakannya. Nanti kalo uda agak penuh aja.
“Dindaa udah beloom?? Keburu Magrib ini…!!”
“Iya Abii…!!”
Aku lanjut mandi, keramas.
20 menit kemudian, aku sudah siap untuk berangkat. Ga perlu make up banyak-banyak, aku berlari keluar rumah, mengunci pintu.
Abi uda di dalam mobil, menungguku. Setelah mengunci pagar, aku masuk ke mobil. Mobil ini melaju cepat.
.
.
.
.
Kita baru sampai lagi di rumah sekitar jam 8an. Cukup banyak juga rekues dari anak kos, ga cuma kran bocor aja ternyata.
Sepulang tadi Abi juga minta makan bungkus aja dari warung, jadi aku tak masak malam ini.
Setelah berganti baju tidur, aku menuju sofa depan TV untuk melanjutkan kerjaan. Sedang Abi langsung masuk kamar, istirahat.
Aku menghadap laptop yang udah terbuka di depan TV tadi, dan segera menata file ku untuk rapat besok. Harusnya setengah jam kelar kalo aku fokus.
.
.
.
.
Dinggg
Eh ada sms dari Meggy.
[Mb.Lilis cowok yang sama BuFebri kmrn itu namanya Haris, dia skrg di kos Mira] -Meggy
Hah…..
APA?!?!
JADI BENAR DUGAANKU !?
Pantas dia membawaku ke belakang gedung admin !! tapi dia ga ngapa-ngapain aku? malah membantuku, malah bikin aku nikmat….
Apa ini semua ilusi? Masa aku dihipnotis? Tapi itu semua terasa real, nyata.
Apa itu nyata?? Bagaimana aku bisa tau itu nyata?
Semakin kupikir, aku semakin bingung.
Tapi yang jelas sekarang aku harus memperingatkan Mira, dia dalam bahaya, bisa aja dia adalah korbannya, sedang aku cuma batu loncatan supaya dipercaya olehnya.
Aku mencari kontak Mira untuk ku sms, aku harus segera ngabarin dia.
Oh? Ada sms dari Meggy.
[Motor Haris suprax] -Meggy
Fix sudah berarti Haris lah yang melecehkan Bu Febri kemarin.
Duuuh si Mira kok belum jawab sms ku??? Apa dia uda kena??
Eh? Ini dia akhirnya Mira uda balas sms.
[Tenang Lis, dia uda ga di kamarku] -Mira
Loh uda pulang dia?
Krrriiiiinnnngggg
Tiba tiba ada telepon, dari Meggy.
“Halo Meg? Halo?? Meg?”
{“Kamu masih perawan Meg?”}
Itu…..???? suara Haris !!
Ah kini Meggy sedang bersama Haris!! Dan dia sengaja menelpon aku tanpa diketahui. Aku harus merekam telepon ini.
{“Sudah enggak ris. Kamu mau ngapain di kamarku??”}
Berdasarkan sms Mira tadi, kayaknya Haris baru aja keluar dari kamar Mira, lalu menuju kamar Meggy.
{“Supaya kamu tau jawaban pertanyaan itu, kamu lepas semua pakaian kamu sekarang”}
Hah? Apa-apaan itu? Meggy dilecehkan untuk membuka semua pakaiannya di depannya? Jadi Meggy yang dalam bahaya sekarang???
{Srruukk sreekk}
{“Kamu mahasiswa atau kerja meg?”}
{“mahasiswa ris”}
{“Kamu ada hubungan apa sama Lilis?”}
{“Yaa aku magang ris, bantuin Lilis. Uda hampir selesai. Harusnya awal semester uda selesai, tapi molor dikit, diminta sama Lilis.”}
{“Kamu yang ada di samping gedung admin kemarin pagi kan?”}
{“Iya ris. Kamu apain Bu Febri itu? Jujur deh! Aku liat semuanya sampai selesai. Endorfin? Supaya nangis berhenti? Bego banget yang terima alesan itu.”}
{“Buktinya Bu Febri terima aja kan?”}
Enak aja !! bisa-bisanya dia komentar gitu !! dasar kriminal !! bajinngan mesum !!
{“Iya karena Bu Febri masih rentan! Asal kamu tau aja yah, aku udah cerita semua ke Lilis. Bentar lagi Lilis bakal lapor ke komite, atau sekalian ke polisi. Siapa lagi korban selain bu Febri? Jangan jangan mbak Mira.”}
{“Kamu bicara seolah-olah aku penjahat kelamin Meg, padaha-“}
{“EMANG PENJAHAT KELAMIN! Tadi aku tanya mbak Mira kamu ngapain di kamarnya, emangnya aku ga tau?”}
{“……Emang mbak Mira bilang apa?”}
{“Dia bilang kalo kamu disitu bakal bantuin masturbasi, nyelesaiin horny nya yang ga bisa hilang. Kamu apain dia sampe bikin sange ga berhenti?”}
Whaaatt…??? ohmyGod… jadi Mira beneran uda kena juga… kalo kupikir-pikir, dia emang terkesan membela Haris sih tadi. Pake alasan pdkt lagi. Huh aku telah ditipu.
{“Oke, aku tanya dulu, gimana kamu bisa sampe ada di samping gedung admin itu?”}
{“Waktu itu aku abis beli es teh diminta sama Lilis, baru mau masuk gedung admin, si Lilis telpon untuk datang ke samping gedung, cek belakang gedung ada apa tapi sembunyi-sembunyi. Eh gatau nya dapat pahlawan mesum!!”}
{“Oke cukup. Karena kamu uda agak emosi, sekarang kamu duduk di pinggir kasur, dengan membuka pangkal paha kamu, lalu kamu mulai menggosok klitorismu sambil bayangin aku jilat klitoris kamu.”}
Hah…. Maksudnya apa ini? Dia melecehkan Meggy, menyuruhnya masturbasi? Kenapa Haris seperti bisa menyuruh Meggy seenak udel? Apa Meggy….. Kayak….. ditawan gitu?
{“Apa kamu cerita ke orang lain selain Lilis, Meg?”}
{“Ga ada, Tapi ga tau kalo Lilis”}
{“Lalu, apa kamu ada semacam bukti hasil rekaman suara atau gambar, video mungkin?”}
{“Ada seabrek di hapeku, sekarang pun aku lagi nelpon Lilis, mungkin sekarang uda direkam sama beliau”}
Loh iya yah? Waktu itu kan Meggy kusuruh untuk merekam dengan hape sebisanya, kenapa aku ga ngecek tadi pagi?? Kalo uda liat videonya pasti langsung tau kalo itu haris!! Dan semua ini ga bakal terjadi !!
{“Mana hapemu?”}
{“Itu kututup sama baju yang kutaruh tadi.”}
Looh…?? Ngapain kamu beritahu lokasi hapemu?? Meggy kok pinter banget sihh?!?
“Halo? Hei Haris !! Haloo!! HARIS….!!”
-Tuut tuut tuut tuut
Nah kan, diputus deh telponnya.
Duuh gimana ini? Apa Meggy bakal baik baik saja?
Oh iya, Aku harus telpon Mira untuk bantuin Meggy!!
Aku coba telepon Mira berkali-kali, tapi ga bisa nyambung. Duuuh kamu lagi telpon siapa Miirr?? Apa hapemu juga di sabotase Haris??
Aku harus ngapain?? Apa aku harus kesana malam-malam gini??
Tapi aku ga bisa ngeluarin mobil !! aku harus bangunin abi dulu.
Aku buru-buru berdiri, bersiap berganti baju dan memakai jilbab yang masih standby di gantungan lemari. Aku mencari tas mini untuk menaruh dompet dan hapeku. Tak lupa aku membawa kamera tustel untuk jaga-jaga.
Makeup? Kurasa aku perlu makeup, ringan aja. Siapa tau Haris…….. ngapain aku perlu makeup untuk Haris?!?
“Abi… abi…. Bangun….. abi….!!”
Aiih susah banget bangunin abi. Sudah kugoyang-goyang keras. Mungkin emang dia capek banget abis kerja banyak tadi di kosan.
Trus gimana dong?
Apa telepon polisi? Kayaknya telpon polisi ide bagus deh. Aku kan uda ada buktinya rekaman hape ini.
Oke….. eeeee….. nomor telpon polisi berapa yaah?
Aku berjalan keluar kamar, menuju laptopku untuk mencari info nomor polisi.
Krriinnggg
Loh Meggy?
Langsung kuangkat telponku
“Halo Meg? Kamu gak papa?”
{“Gapapa mbak, tadi sempet pingsan, tapi waktu bangun, aku ngeliat dia lagi macem-macem sama mbak Mira. Aku cari sesuatu yang bisa memukulnya, aku kasi dia termos, langsung pingsan dia”}
“Wow keren banget kamu Meg? Jadi sekarang dia gimana?’
{“baru aja kuikat di kursi mbak. Tadi aku telepon mbak Lilis rekam kan?”}
“Oh tentu, uda kusimpan Meg. Mantab banget kamu Meg !!”
{“Trus selanjutnya kita gimana ini Mbak Lilis?”}
“Hmmm… kalo uda bangun, ancam aja dia aku uda punya rekaman, besok aku laporkan ke komite, dan, kalo mereka setuju, lanjut ke polisi. Abis itu suruh dia pulang aja. Aku yakin dia uda letoy ga bisa apa-apa !!”
{“Hmm, yauda oke. Aku tutup dulu ya mbak”}
“Oh iya, gambar atau videonya masih di hapemu kan? Ga dihapus sama Haris?”
{“iya masih ada mbak, dia belum sempat ngehapusnya”}
“Kirim semua ke aku Meg!! Sekarang!! Jangan sampai bukti itu hilang!!”
{“Oke siap, kumatiin telponnya sekarang mbak, biar bisa kirim langsung”}
“Iya meg, sampai ketemu besok yaah, termosnya gapapa itu?”
{“Iya mbak hihihi gapapa kok, daah”}
Tuutt
Fiuuh akhirnya ketangkap juga dia.
Berarti situasi disana tak separah yang kubayangkan, aman terkendali. Syukurlah aku tak terburu-buru telepon polisi tadi.
Kini aku harus menyiapkan berkasnya juga untuk besok ke komite.
Tapi sebelum itu, aku harus punya backup file rekaman semua ini.
Aku akan menyimpannya di laptopku.
Aku segera mencari kabel data dari hape ke laptopku. Tadi sih kayaknya masih di tasku.
Eh tapi… kalo kukopi ke laptop aja ga akan cukup, aku harus menyimpan ke internet.
Tapi gimana caranya yah?
Ah kirim email aja ke alamat Abi, kan jarang juga dibuka itu. jadi di email ku ada, di email Abi juga ada.
Oke good idea…..
And…… Done !!
Uda cukup sekian untuk hari ini. Aku merasa senang malam ini, akhirnya terkuak juga kasus pelecehan di kampus, ini juga untuk pertanda buat para penjahat kelamin biar ga seenak jidat mereka berkeliaran di kampusku tercinta.
Pekerjaan admin juga sudah kuselesaikan, besok aku siap untuk ikut rapat.
Aku menuju kamar, melihat Abi masih tidur pulas di kasur, dia tidur menyamping, membelakangiku.
Aku ikut merebahkan diri di sebelahnya, menarik selimut velvet favoritku.
Lagipula, kenapa Haris melakukan itu? padahal dia baik, dan pentungan….. ah ngapain aku mikirin pentungannya lagi !? ih bikin sebel deh.
Tapi emang rasanya tadi siang kayak di luar nalar, wajar lah terngiang lagi, ga akan kelupa rasanya itu, rasa ketika kepala penisnya merasuki dinding terdalam vaginaku, yang penis Abi aja ga pernah sampe disitu….
Aaaahh
Loh kok aku basah?!
Aku mengecek dengan jariku.
Emang basah.
Aku mengorek lagi lubang kelaminku, klit ku terkena sedikit dengan jari.
Uuhh kok enak rasanya. Tapi ga bisa ngimbangin rasanya kayak lidah Haris.
Lidah Haris….
Gimana yah tadi siang itu?
kayak gini? Ssshhhtt… aaahhh bukan bukan….
Kalo gini?..... uuuhh…. Ga juga…hmmm…
Duuh jadi kebelet deh pingin masturbasi malam gini.
Hmmm… boleh deh, kan aku baru aja menangkap penjahat malam ini, bagusnya aku dapat reward dong, dan ini adalah reward ku…. Aahhh….sshhhttt……
***
Pagi ini aku bangun dengan bahagia, di kamar mandi aku sampai ditegur oleh Abi kenapa kok nyanyi-nyanyi ga jelas.
Ya, kemarin aku baru saja mengalami hari terbaik dalam hidupku, mulai makan enak, hingga menangkap penjahat.
Belum selesai sih, aku harus mematok paku terakhir, supaya dia tak bisa lolos.
Haris !! ternyata dia adalah seekor serigala berbulu domba.
Dari luar tampak polos cupu, tapi sebenarnya seorang kriminal kelas kakap.
“Abi !! ada plan sore ini?”
“Mmm, sepertinya ga ada. Emang kenapa Dinda?”
“Hari ini ada rapat sama dosen-dosen, harusnya tengah hari selesai. Tapi aku ada urusan sama komite, jadi entah kapan pulangnya, kayaknya agak telat”
“Oh yaudah.”
“Mau makan apa pagi ini? Aku belum menanak nasi”
“Hmmmm… bikinin roti bakar aja deh, nanti aja kalo kamu uda pulang baru masak nasi”
“Ocreee !!”
“Aku keluarin dan panasin mobil ya dinda”
“Makasih Abiiii !! Mmmuaachh!!”
“Kamu ini, kenapa sih? Kok pagi ini kayaknya seneng banget”
“Hihihihi enggak, gapapa kok”
Setelah meng-kotaki roti bakar untukku sendiri, aku mencium tangan Abi dan segera masuk ke mobil.
Sesampai di parkiran dosen, aku mengunci mobilku setelah memastikan semua peralatan perangku sudah kuambil.
Aku sampai di gedung admin. Mira dan Meggy belum datang. Yaa aku yang kelewat pagi sih berangkatnya.
Setelah menaruh beberapa barang di mejaku sendiri, aku segera menuju ruang Anggrek, sambil membawa laptopku sendiri untuk ku set up disana.
Eh tapi, kayaknya mampir komite dulu deh untuk di submit laporannya, biar mereka review dulu, mana tau butuh laptop. Selepas rapat aku bisa kesana lagi.
Oke good idea.
Aku segera berangkat menuju gedung pusat.
Ruang Komite tak sebegitu besar, hanya cukup untuk 5-6 orang. Dengan tumpukan berkas yang kurang tertata rapi di tiap pojokan.
“Ya Bu? Ada yang bisa dibantu?”
Bu. Cukup jarang juga aku dipanggil Bu. Mungkin karena sudah lama aku tak mengembangkan social circle ku, hampir semua orang yang kukenal memanggilku Lilis.
Seorang bapak-bapak, masih muda, jauh lebih muda dari Abi. Wajahnya terlihat segar seperti baru saja mandi. Sepertinya dia dosen dari jurusan lain, dan pastinya dia termasuk dalam tim komite ini.
“Maaf kalo ga sopan masuk duluan pak. Saya Lilis, salah satu admin di Jurusan Mesin. Saya mau melaporkan adanya potensial tindakan asusila di kampus ini”
Aku menyerahkan satu map ke dia.
“Oh ya?”
Dengan nada penasaran dia menarik menarik beberapa lembar kertas dari map ku dan mulai membaca.
“Hmmm, oke.. oke…. Baik”
Aku sedikit kecewa dia tak sebegitu antusias dari yang kubayangkan.
“Jadi….. gimana pak?”
“Saya perlu untuk membahas ini bersama tim saya mbak, Sore ini mungkin kita akan meminta mbak untuk datang lagi kesini. Bisa?”
Dan sekarang ia memanggilku mbak. Kurasa ia sudah mulai ragu dengan umurku hahaha.
“Bisa aja, tapi pagi ini saya masih ada rapat, entah kapan selesainya”
“Oh ga masalah, kalo emang kita memutuskan untuk segera raise issue ini, kita akan bertindak walaupun tanpa mbaknya”
“Hmmm oke pak. Apa ini ada kemungkinan memanggil polisi pak?”
“Yaaaa bisa jadi, kalo memungkinkan. Mbak nya ada nomor yang bisa dihubungi?”
“Ada. Ini silahkan pak”
“Baik terima kasih mbak, saya pamit dulu ada jadwal ngajar pagi”
“Oke oke, terima kasih juga sama-sama. Mari”
Aku bergegas kembali ke gedung admin.
“Pagi Lis”
“Pagi Mir. Eh jadi kemarin malam itu ceritanya gimana sih?”
“Uda ga usah dibahas Lis, kalo mau langsung aja ke Haris nanyanya”
Loh kok gitu? Apa Mira, masih terpengaruh oleh Haris? Bukannya mereka berdua semalam mengikat Haris?
“Kok gitu sih? Aku kan pingin denger cerita dari kamu Mir?”
“Entahlah, tapi aku ga pingin cerita Lis”
Oh mungkin dia masih shock dengan kejadian semalam, masuk akal sih. Akunya yang kurang peka, lupa kalo aku harus melihat dari sisi Mira seperti apa, yang dia sendiri mengalami, menyaksikan langsung.
“Yauda oke oke Mir. Kamu ikutan rapat?”
“Ngapain? Ga ada undangan, ngapain juga aku disana?”
“Hmmm iya juga sih. Tapi kan salah satu powerpoin dari kamu ntar muncul disana”
“Ah biarin masa bodo, biar Pak Jarwo bingung sendiri kalo dia ga baca-baca dulu sebelum presentasi”
“Hihihi bener bener. Eh Mir….”
“Hmmm? Kenapa Lis?”
“Gapapa, gak jadi. Semangat yah !!”
Aku meninggalkan cubicle setelah menggaet tas punggungku, menuju ruang anggrek, bersiap-siap ikut rapat.
Jangan minta update cepat-cepat yah, soalnya sambil kerja.
kalo ada waktu senggang, baru kuusahakan update.
Saya juga ingin sambil belajar untuk melihat dari sisi wanita ketika berhadapan dengan Haris.
Hitung-hitung untuk pemanasan sebelum saya luwes bisa menulis banyak lagi.
Yang sudah baca season 1 lengkap pasti langsung tau letak timeline ini dimana. yang pingin langsung baca pun bisa, cerita ini hanyalah pendukung saja.
Enjoy!!
Kita Ini Ngeseks Bukan Sih?
“Abiiii….!!! Uda mateng nasinyaa..!!”
Namaku Lilis.
“Oh nasi goreng?”
Aku hanya seorang perempuan biasa, kerja di sebuah kampus ternama di kota Milang. Cuma sebagai Admin.
Yaaa kasarnya kerja di office.
“Iya Abi, semalam nasinya tinggal dikit, sama ada sisa ayam. Sekalian deh. Tuh ambil aja di wajan”
Aku sudah menikah sejak umur 17 tahun, namun belum punya anak hingga sekarang.
Lelaki yang sedang mengambil piring itu adalah suamiku, Reza namanya, umurnya selisih hampir 20 tahun dariku. Aku memanggilnya Abi.
“Dinda, kamu nanti pulang jam berapa? Aku mau mampir kos yang di Jagayana”
Dan dia memanggilku Dinda. Sweet banget kan??
Aku senang dengan ke romantisan dia yang tak pudar, namun aku tak bisa memungkiri, romantis saja tak cukup membantu kita untuk dapat anak.
“Oh sama sih, jam 5an sampe rumah. Tumben mau mampir kos di Jagayana Abi? Gimana nasi gorengnya? Enak?”
Usaha apa yang kurang? Entahlah.
“Enak, kurang manis sih. Ituu, katanya ada kran yang bocor, si pak Dodik masih pulang kampung”
Urusan ranjang juga kurasa cukup bagiku. Jika Abi pingin aku langsung siap sedia. Kecuali lagi halangan.
Sering juga pas aku lagi ga mood, tapi tetap kuusahakan untuk menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri.
“Kok kurang manis sih? Kan emang ga aku kasih kecap atau gula”
“Iya kan manisnya uda diambil kamu Dinda”
“Apaan sih gombal pagi-pagi? Abi genit deh !”
Uda bermacam-macam tips dan trik kita coba untuk meningkatkan potensi kehamilan, tapi hasilnya nihil.
Kalender juga sudah kucoret kuitung kutandai berkali-kali, namun tak ngefek juga. Berbagai ramuan sudah diminum juga, tapi akhirnya sampai kita bosan dan eneg juga lama-lama.
“Ehehehe, senyummu itu loh Dinda, hemat banget sih, ditutupin lagi. Kamu berangkat jam berapa?”
Akhirnya aku pun pasrah hingga sekarang. Abi pun terasa semakin jarang menemuiku, dan…… maninya juga tak sebanyak dulu keluarnya.
“Sekarang, Abi, tolong bukain pager yah”
“Udah dari tadi dinda, kamu ga makan dulu?”
“Duuh ga sempet, uda mau telat ini, apalagi ntar macet di jalan, lagi banyak maba. Uda bawa bekal kok”
“Yauda kamu masuk mobil aja dulu”
Bahkan pernah sampe ga keluar sama sekali. Sejak awal emang uda lemes, masukinnya aja agak susah, sampai kutarik-tarik pake jariku, akhirnya masuk, trus abi diem, bilangnya uda sampe. Waktu dicabut ga ada yang merembes sedikitpun.
“Cek lagi Dinda, hape? Charger? Dompet? Kartu ID? Kotak kacamata?”
Aku membetulkan kaca spion tengah, sekilas melihat wajahku sendiri. Apa aku sudah tak menarik lagi di mata suami?
Stress sih enggak, cuman bikin kepikiran aja. Akhirnya aku coba alihkan itu semua dengan pekerjaanku.
“Dadah Abi sayaaanng..!! Asslamualaikuum..!!”
Pekerjaanku, aku cukup senang disini, lingkungan yang nyaman, rekan yang ramah, ga toxic, ga ada yang sikut-sikutan. Emang perkembangan karirnya ga begitu seberapa, namanya juga admin. tapi itulah yang menyebabkan orang sadar dan lebih fokus ke pekerjaannya daripada mikirin karir.
Asal gajian tanggal 1, uda seneng. Ga banyak, tapi seneng kan?
Posisiku kini sekarang di bagian koordinator jadwal dosen. Paling sibuk cuma di awal dan akhir semester. Sisanya mungkin kalo ada perubahan dikit-dikit.
Aku bekerja disini pun karena dulunya supaya ada aktivitas, Abi membolehkanku untuk bekerja sebelum punya anak. Kalo uda punya anak, kalo memang ga memungkinkan, aku akan keluar dari pekerjaanku.
Tapi yang ada sekarang malah terkesan jadi sebagai pengalihan kehidupan rumah tanggaku.
Pengalihan, yaa semoga aja ini bersifat sementara. Karena aku tak seharusnya terlalu nyaman dengan lingkungan pekerjaanku, malah berat ngelepasnya ntar.
Bicara lingkungan pekerjaan, ternyata di tempatku tak sesempurna yang kubayangkan. Seks bebas masih merajalela. Kemarin aja aku sempat ngelihat dosen dan mahasiswa berduaan di balik gedung.
Dosen berjilbab loh !! mau aja dibawa ke belakang gedung, tempat yang bener-bener sepi. Itupun, kurasa ada unsur pemaksaan.
Tapi karena ini masalah yang sensitif, apalagi di dunia pendidikan, aku harus hati-hati dalam menyikapi kejadian itu. aku tau dosennya siapa, tapi mahasiswanya aku masih belum tau.
Belum.
Aku telah sampai di kampus. Kuparkir mobilku, aku mengambil barang-barangku di baris kursi kedua.
Setelah memencet tombol Lock di kunci mobilku, aku berjalan menuju gedung admin, kantor tercinta.
Pagi ini jalanan agak basah, sepertinya subuh tadi hujan. Aku sedikit mengangkat rok pink ku supaya tak terkena genangan air di area parkiran dosen.
“Pagi Lis”
“Pagi Mir”
Mira. Dia adik kelasku waktu SMA dulu. dia baru aja gabung di bagian admin sini, kebetulan ada lowongan disini aku tawarin dia, dia mau. Yaa langsung masuk deh.
“Eh kamu pulang jam berapa kemarin Mir?”
“Hah? Jam 4an Lis. Kenapa?”
“Oh pantes, kucariin ga ada sorenya. Eh kamu tau ga kemarin ada dosen sama mahasiswa berduaan di belakang gedung?”
“Hah? Siapa? Kapan?”
“Bu Febri Mir, jam 9an gitu”
“Masa sih? Sama siapa?”
“ga tau, yang liat wajahnya cuma si Meggy. Ngomong-ngomong, Meggy belum datang?”
Meggy adalah mahasiswa magang disini. Karena ga ada yang mau nampung dia, dan daripada dia balik kucing, kuterima aja ditempatku. Sekalian mumpung aku lagi sibuk-sibuknya di awal semester ini.
“tadi sih aku ga liat Lis, aku aja baru dateng ini”
“Anehnya, sebelumnya itu Bu Febri telpon bu Khofifah untuk diganti jadwalnya sambil agak nangis gitu katanya”
“Pagi Mbak Lilis, Pagi Mbak Mira”
“Nah ini dia orangnya. Kamu tau siapa yang sama Bu Febri kemarin?”
“Eeeh…. Aku ingat sih wajahnya, tapi ga tau siapa mbak. Tapi aku tau motornya suprax”
“Emang Bu Febri kemarin nangis ya Meg?”
“Banget Mbak, mukanya sembab banget”
“Trus trus, diapain Bu Febri di balik gedung?”
Meggy tolah toleh, lalu agak menunduk sambil sedikit menutupi mulutnya.
“Itunya Bu Febri dijilatin sama cowok itu”
“EEHH~~?!?!”
“Ibu-ibu, sudah ngrumpinya?!?”
Kita bertiga menoleh bersamaan ke sumber suara.
“Eh Pak Jarwo, hehehe mana ada kata sudah di ngrumpi di ciwi-ciwi. Yuk Meg”
Aku kembali ke mejaku sendiri. Sepertinya pak Jarwo ada perlu dengan Mira.
Dengan cepat aku tenggelam di pekerjaanku sendiri, dibantu oleh Meggy.
…
Kruuukkk
Ah laparnya.
Asiknya kerja di kantor tuh, bisa aku sambil makan kalo lapar, kalo ga sempet sarapan.
Aku menggapai tas punggungku, hendak mengambil tuperware isi nasi goreng.
Loh?
Kok ga ada? Jangan jangan ketinggalan di mobil? Tapi tadi harusnya keliatan kalo kutaruh di mobil….
Oh iya !! tadi sempet kutaruh deket rak sepatu. Habis pake sepatu aku langsung keluar rumah ke mobil.
Asem, kok pas laper lagi.
“Ada cemilan Meg? Aku laper belum sarapan”
“Hmm? Ga punya mbak Lilis. Mau kubelikan?”
“Ga usah deh. Bentar aku ke Mira. Mana tau dia ada”
Aku menggeser kursiku ke meja yang selisih 4 cubicle dariku.
Loh? Ada cowok ikutan duduk di sebelah Mira. Dia ngerjain sesuatu di laptop Mira.
“Cieee siapa ini mir? Kok sudah punya asisten sih??”
Dia melihatku sebentar, lalu kembali ngerjain sesuatu di laptop.
Dih ga sopan banget sih diajak ngobrol tapi dicuekin !!
Hmm? Bentar, ada bau aneh. Apa bau si cowok itu?
“Oh iya nih, asisten baru. Gimana, asik kan, baru sebulan kerja uda punya asisten.”
Aku kembali melirik cowok itu. masih mahasiswa dia. Lebih cute dia daripada si Jimmy, pacar Mira sekarang.
“Asisten apa asisteennn…”
“Beneran, dia bantuin ngerjain presentasinya pak Jarwo”
“Trus Jimmy mau kau kemanain mir?”
“iih apaan sih, awas kalo kamu ngomong Jimmy.”
“Hihihi biarin, aku laporan jimmy aaahh”
“Oh iya ini kenalin dulu”
Mira menepuk pundaknya, dia langsung mengulurkan tangannya.
“Haris”
Ih siapa dia? Berani beraninya ngajak salaman.
Ogah.
Aku mengatupkan tanganku. Entah kenapa firasatku jelek sama orang ini.
“Lilis. Eh mir mana dokumenku yang kamu pinjem kemarin senen?”
“Dokumen apaan?”
“Ituu jadwal kuliah teknik mesin. Yang kamu pinjem dari bu Khofifah”
“Hah? Oooh ini masih nyangkut di printerku”
Di sela percakapanku sama Mira, aku seperti diliatin terus sama si Haris. Tadi cuekin. Sekarang jelalatan ngeliatin? Creepy banget sih.
“Balikin lah kalo uda beres, ntar kebuang lagi”
“Ini nih si haris yang butuh kemaren, jadwal kelas dia”
Hah? Berarti dia di kelas bu Febri kemarin sebelum dia nangis dan ditarik ke belakang gedung. Apa dia orang yang melecehkan bu Febri?
“Oh kamu kelas 3A ris? Jadi gimana rasanya punya 3 jadwal bu Febri? Hihihi”
Dia tersenyum diam.
“Apes duluan pas hari pertama, uda telat, trus disuruh ngerjain soal di depan, salah lagi. Trus dikasi deh tugas 60 soal suruh ngumpulin besoknya.”
“Seriusan??? Hahahahahaha”
Loh, bau aneh tadi kecium lagi. Tapi asalnya bukan dari si haris, lebih ke Mira.
“Eh kok bau anyir yah? Kayak baunya campuran vanili gitu,”
Mira heran, lalu seperti mencari bau yang kumaksud.
“Bau apaan, ga ada bau apa apa Lis. Kamu bau sesuatu gak ris?”
“Hmm? Ah palingan bau mi ayam tadi.”
“Looh kalian tadi mampir ke mi ayam belakang gedung ekonomi? Kenapa gak ajak-ajak sih? Aku laper banget tau, ga sarapan tadi pagi”
“iih kamu ris, harusnya rahasia ituu”
Mira memukuli pundak haris. Kok Mira uda kayak akrab banget gitu sama si haris?
“Eh rahasia yah, oh tadi gak ke mi ayam kok Lis”
“Bilang aja kalo pingin makan berdua aja, awas kamu ya mir, kubilangin ke Jimmy ntar. Wah bisa bikin gosip baru nih, skandal Mira dan asistennya, hihihi”
Ga biasanya Mira kayak gini. Ada yang aneh sama lelaki ini. Perasaanku mengatakan aku harus berhati-hati dengan dia.
“Yaah jangan dong Lis, pliiss, ribet ntar jelasinnya. Ris bantuin dong jangan cuek bebek gitu, gara-gara kamu juga niii”
“Yaudah biar adil ntar Lilis ikut aku makan siang”
Nah gitu dong biar adil.
“Oke ris”
“Heh? Tumben…”
Tumben? Tumben makan siang?
“Hah apanya mir yang tumben?”
“Oh enggak, bukan apa apa kok.”
Aku melirik jam, uda hampir jam 11.
“Yauda mir aku selesaiin kerjaanku dulu yah. Ntar abis makan kita lanjut lagi ngobrolnya hihihi”
“Yukk ahh uda deket makan siang ini, kerjaan blom ada yang beres”
Aku kembali ke mejaku.
“Mbak Lilis, aku uda selesai, aku istirahat dulu yah”
“Hah cepet banget Meg?”
“Iya heheh ada janji ama temen jam 11”
“Oh yaudah duluan aja Meg”
Aku kembali tenggelam di balik Excel dan Word.
.
.
.
.
4 File kemudian, aku merasa ada yang melihatku kerja dari samping. Aku menoleh.
“Eh haris, jangan bikin kaget ih.”
“Fokus banget sih. Jam berapa ini”
Suka-suka aku dong mau kerja kayak apa sampe jam berapa. Jangan sok kenal deh.
“Iya bentar dikit lagi. Sabar yaa”
Aku tak menghiraukan Haris, segera kuselesaikan pekerjaanku. Tanpa melihatnya, aku tau dia sedang lihat-lihat mejaku. Aneh banget sih? Risih tau, pingin rasanya aku sembunyiin semua barang-barangku darinya.
Dan akhirnya selesai juga pekerjaanku.
“Yuk makan, Ke kantin aja yah, capek mau keluar kampus.”
Aku mengambil hapeku di bawah meja, kemudian langsung jalan meninggalkannya.
Aku pingin makan apa yah? Gado-gado enak kayaknya.
Sesampai di kantin aku menuju stand gado-gado bu Darmi.
“pesen 1 ya Bu Darmi, makan sini. Ga usah pake sambal”
“Nggih. Duduk dimana?”
“nnngg….. Di situ, sama es jeruk yah.”
Aku langsung menuju meja yang kutunjuk, supaya ga keburu diambil orang.
Si Haris kemana?
Oh dia mau makan nasi campur. Dia berjalan kemarin sambil membawa tumpukan nasi dan lauk di atas piring. Cukup banyak juga makanan dia. Ga meletus itu perut diisi segitu banyak? Padahal tadi uda makan mi ayam sama Mira.
Kok bisa yah dia deket sama Mira? Sejak kapan Mira kenal dengan dia? Setauku kalo dia kenal sama orang harusnya aku sudah tau juga. Artinya Mira baru aja kenal sama si Haris ini. Tapi kenapa bisa sedeket itu?
Haris sudah duduk di hadapanku persis. Eh malah dia nyelonong duluan makan !! ga sopan banget sih. Dasar brondong. Mana kelihatan enak banget itu, lahap banget dia memasukkan bersendok-sendok nasi.
Glekk
Aku menelan ludah. Aku lapar banget nget nget.
“Uda mulai skripsi ris?”
Dia berhenti sejenak dari luncuran sendok yang kesekian.
“Belum, bulan depan Lis, eh, bu”
Hah, dia bilang apa?
“Bu? Kamu tadi panggil aku apa?”
“Iya bu eh, iya, maaf”
Hmm sepertinya si Mira baru aja ngejelasin hal-hal yang ga seharusnya ia jelaskan.
“Wait, Mira abis ngomong apa ke kamu, jujur ris!”
“Eeehh…..mmm… kalo kamu uda nikah?”
Eh pake acara sembunyiin segala. Uda kebaca semua gelagatmu !! kukerjain sekalian aja lah dia.
“Nggak nggak, dia pasti bilang kalo umurku udah lebih tua gitu? Dia bilang umurku berapa?”
“Eeh… 35?”
35? Whaat? Aku ga setua itu!! dasar si Mira.
“Emang dasar, si mira itu ngerjain kamu! dia emang suka ngerjain orang lain ris, apalagi yang baru-baru kenal gini. Umurku masi belom 35 tau! Umurku… ehh….. ga usah tau kamu umurku!!”
Fiuuh hampir aja aku ngasi tau umur asliku ke dia.
Si haris tampak masih ga percaya. Dia mulai makan lagi.
“Lah emang kamu uda berapa lama jadi koordinator jadwal dosen?”
“Koordinator jadwal dosen??? Ris mana ada orang semuda saya bisa ngatur ngatur jadwal dosen yang jauh lebih senior? Bu khofifah itu koordinator jadwal dosen!!”
“Yaah berarti aku dikerjain ini”
Weekk rasain biar bingung kamu kukerjain.
“Sangat”
“Jadi kamu di bagian apa lis di admin?”
Waduh aku jawab apa yah?
“Ituu… eehh… macem macem ris, bantu bantu aja, serabutan”
Dan akhirnya yang ditunggu tiba…. Bu Darmi !! I luv yuu Bu Darmiii !!
Aku langsung mengambil sendok dan garpu yang terkumpul di tengah meja.
“Lis supaya anak-anak di afrika bisa kebagian makan, kalo kamu makan gado-gado ini pake sendok yang dibalik, sisi cembungnya di atas. Dan garpunya jangan dipake”
Loh iya yah, kan di afrika ada anak yang kesusahan makan. Bener juga si haris. Aku harus membalik sendok ini. Dan garpu ga usah di pake.
Aku ingin makan sayurnya terlebih dahulu ah.
Loh.
Kok..?
Aku menyendok sayuran itu, tapi terus terjatuh dari sendok. Sekali dua kali tiga kali empat kali, yang sampai di mulutku hanya sisa bumbu gado-gadonya.
Duuuh gimana sih caranya makan pake sendok ini?? Apa yang salah?
“Kenapa lis, susah yah”
Aku meletakkan sendok itu.
“iya susah banget”
Aku melihat si Haris sudah menyelesaikan suapan terakhirnya.
“Ya seperti itu susahnya anak-anak di afrika cari makan, bahkan lebih susah lagi”
Yaaa bener sih, tapi bantuin kek !!
“Aku laper banget ris”
“Gini aja. Kamu ingin makan kan? Kamu minta bungkus itu gado-gado, jangan lupa sendoknya. Kita ke belakang gedung admin”
Belakang gedung admin? Ngapain? Kan sepi disitu?? Kemarin aja baru ada kejadian disitu??
Aku tak habis pikir, aku ingin makan. Aku segera meminta Bu Darmi untuk membungkus makanan yang sudah di piring ini, tak lupa meminta sendok plastiknya.
Setelah membayar bu Darmi, aku segera menemui si Haris.
“Yuk”
Duuh haris mau ngapain minta aku ke daerah sini.
“Ini tempat sepi banget ris, kok aku gak nyaman yah, kita gak boleh berdua aja di tempat sepi gini”
“Tenang, karena tempat sepi seperti ini kamu bisa pake sendok yang cekungnya di atas”
Iya yah? kalo ga ada yang liat aku bisa makan pake sendok yang dibalik.
“….iya benar ris”
“Oke supaya kamu bisa makan dengan cepat, kamu harus menggunakan sendok itu untuk memasukkan gado-gado ke mulutku baru kamu mengambilnya menggunakan mulutmu”
Benar kata haris, kalo ga lewat mulutnya ini ga bakal cepet. Keburu diliat orang entar.
Oke aku cari tempat untuk bisa menaruh dan membuka bungkusan gado-gado ini.
Haris ternyata sudah duduk di dekatku, sudah bersiap. Aku langsung menyendok kentang dan bumbunya. Kutadahi dengan tangan, lalu kuarahkan sendok itu ke mulut Haris.
Haris memasukkan kentang itu ke mulutnya. Kini giliranku untuk mengambilnya.
Cupp
Bibir haris terasa hangat, sedikit lebih tipis dari punya Abi.
Lidahku mencari keberadaan kentang di dalam mulutnya.
Dapat!
Kukaitkan lidahku, sedikit kuhisap langsung masuk ke mulutku.
Aaahh akhirnya aku makan juga.
Enak juga gado-gado bu Darmi ini.
Sambil mengunyah, aku menyendok sayuran dan kembali kuarahkan ke mulut Haris.
Setelah menelan suapanku pertama, aku masuk ke mulutnya, dan segera mengambil sayuran itu dari mulut haris.
Eh? Kok gerak-gerak lidahnya?? Risih tau !! kan jadi mirip ciuman kalo gini?!?
Duuh gara-gara lidahnya gerak jadi pindah-pindah sayurnya !!
Gimana sih Haris ini?!?! Sebel banget ih !!
Kucabut mulutku dari mulutnya, lalu kupegang kepalanya supaya berhenti bergerak.
“jangan gerak-gerak mulu, susah tau ngambilnya”
Aku kembali memasukkan lidahku ke mulutnya, mencari sayuran itu dari mulut Haris. Padahal sudah kupegangin, tapi lidah Haris masih lumayan gerak. Aku tak habis pikir, kumasukkan lidahku lebih dalam, kukaitkan kuat sayuran itu sambil kuhisap kuat.
Ini bukan ciuman kan? Aku cuma ingin mengambil makananku di mulut haris.
Tapi kenapa terasa sensual seperti sedang ciuman.
Aahh tubuhku kok jadi berdesir.
“Jadi sebenarnya kamu sudah nikah belum Lis?”
Oh si Mira ga cerita kalo aku uda nikah?
“Aku tu uda nikah ris, dulu waktu umur 17 tahun uda dijodohin sama ortu tapi sampai sekarang masi belum dikaruniai anak”
Aku sudah menelan suapan kedua, di tanganku sudah menenteng sendok ke tiga, kuarahkan ke mulut Haris.
“Oh jadi fotomu di mejamu itu sama suamimu?”
Kali ini aku tak mau berlama-lama, karena kok rasanya seperti lebih dekat ke ciuman daripada makan.
“iya ris, dia emang jauh lebih tua dariku”
Aku sudah memasukkan suapan ke tiga ke mulut Haris, langsung kupegangi kepalanya, kumasukkan lidahku, langsung kukaitkan lidahku, kuhisap kuat. Bisa cepat juga ternyata. Aku yang kurang cekatan memang.
“Eh Lis kamu ga capek makan sambil berdiri?”
Ya iyalah!! Kok enak kamu yang duduk santai disitu? Nyadar ga sih?
“Ya capek ris. Tapi mau gimana lagi uda lapar banget”
“Kan capek, makanya duduk sini di pahaku. Tapi duduknya satu kaki di kiri satu kaki di kanan biar ga jatoh”
Benar juga, kalo aku mau bisa aja duduk di paha Haris, tapi harus melebarkan kakiku…. Bentar… gimana caranya??
“……Kan aku pake rok ris, susah jadinya kalo duduk seperti itu”
“Oh supaya bisa, kamu lepas CD kamu, trus angkat rokmu sepaha”
Hmm.. betul juga, aku harus melepas CDku dan mengangkat rok ku supaya bisa kulebarkan kakiku. Kok aku ga kepikiran tadi ya?
Bentar, kalo aku melepas CDku dia jadi ngelihat dong CD ku kayak apa? Kan malu jadinya. Aku harus sebisa mungkin menyembunyikannya. Ah langsung aku masukkan aja ke saku kiriku. Untung ada saku di rok ku.
Nah sekarang aku bisa menarik rok ku sepaha…. Sepaha seberapa?
“Gini?”
“Ya seperti itu. Oke supaya adil, aku keluarkan penisku dari celana. Kamu bebas mau ngelihat ato enggak.”
Nah gitu dong!! Biar adil dia juga keluarin penisnya. Masa aku doang yang narik rok sepaha…..
Looh?? Penisnya haris kelihatan !! apa dia ga malu?! Aku langsung membuang mataku, melihat yang lain.
Oh my god…. Jelas banget penisnya tadi kelihatan, terlihat ngacung gitu, agak kecoklatan. Aku kok jadi malu yah ngelihatinnya? Tapi katanya bebas kok boleh liat apa enggak.
Tapi aku maluu!! Ga seharusnya aku melihat bagian terprivat milik Haris seperti itu. Abi aja jarang-jarang nunjukin miliknya di depanku !!
Tapi aku penasaran…..
“Ngapain masi berdiri di situ? Katanya lapar. Deketin dulu itu bungkusan, agak kesini biar kamu agak menggapai”
Haris benar, dia masih fokus supaya bantuin aku makan, aku yang kelewat mikir mesum. Maafkan aku Haris. Aku langsung berbenah mempersiapkan yang dia bilang.
TAPI TITITNYA KELIHATAN NGACUNG BANGET ITUUU !!
iiih risih banget tauuu !!!
“Oke kamu bisa duduk di pahaku supaya gak capek. Oh ya, aku lupa, kan waktu duduk bisa saja gak imbang, jadi ntar gampang jatuh”
Hah?? Sama aja boong dong kalo bisa duduk tapi gampang jatuh??
“Trus gimana dong ris?”
“Supaya imbang, kamu pegangan sama penisku”
Heee???? Pegangan??? Sama penisnya?? Benar juga!!
Tapi…..
“Tapi kan tanganku uda sibuk untuk makan ris?”
“Ah ya kalo gitu vagina kamu aja yang pegangan penisku Lis, kan nganggur”
Good idea!! Si Haris ini kenapa idenya spot on banget sih? Kayak….. semua yang dia bilang itu solusi yang ga kepikir sebelumnya. Mungkin ini yang bikin si Mira bisa cepet deket sama si Haris.
Mungkin.
“Oh gitu, oke”
Aku kini sudah mengangkangi paha Haris. Aku tak bisa lagi melihat penisnya karena tertutup oleh gerai rok ku.
Gimana masukinnya?
Oh ya, kan itu barang miliknya, biar dia aja yang arahin.
“Bantuin masukkan penismu ris ke vaginaku”
“Siap nyonya”
NYONYA?!?! Ih jijik banget deh!! Jangan panggil aku nyonya !! cuma Abi aja yang boleh panggil aku nyonya !!
Sudah cukup Lilis, fokus di makanmu. Mungkin maksud dia becanda. Becanda garing.
Aku segera menurunkan badanku, memperkirakan posisi penisnya supaya pas di vaginaku.
Aaah penisnya menyentuh kulit terluar vaginaku.
Panas banget, empuk, mengganjal di bibir terluar. Perlahan aku turunkan. Kok mentok sih, aku coba dorong, bukan mentok sih, tapi masi keset banget vaginaku.
Eh… loooh…. Kok sakit?
“Auuww! Sakit ris, masi kering vaginaku”
Aku menarik kembali tubuhku ke atas.
“Ooh masih kering, yauda kubantu kujilat yah supaya agak basah”
Nah itu bener, vaginaku harus basah dulu supaya bila ada benda luar masuk. Sama seperti seks, harus kubasahin dulu biar punya Abi bisa masuk. Dan kali ini si Haris mau bantuin sampe segitunya.
Kenapa dia sebaik itu mau bantuin aku? apa ada maunya? Jangan-jangan dia deketin aku? kan dia uda tau aku uda nikah?
Whatever it is, aku harus bisa jaga jarak darinya, aku harus menjaga kehormatanku.
Aku sudah mundur menjauh dari Haris. Haris setengah menunduk, kepalanya di depanku persis.
Eehh?? Kalo dia mau jilatin vaginaku, aku harus buka rok ku dong supaya bisa nyampe??
“Aku malu ris kalo mengangkat rok ku, jadi kelihatan auratku”
“Yauda biar kepalaku aja yang masuk ke dalam rokmu lis”
Hmmm ide bagus. Tapi tetap aku harus mengangkat rokku sebentar. Aku harus mengangkat dan menurunkan dengan cepat supaya ga terlihat.
1…2….
Saattt !!
Kepala Haris sudah kubungkus di dalam rokku.
Uuuhh napasnya menerpa area intimku. Aku gemetaran. Baru pertama kali ini aku akan dijilat oleh orang, di bagian terprivatku. Abi ga pernah.
Kenapa aku jadi sering mikir mesum sih? Mungkin gara-gara aku abis suci, sampe sekarang belum ditemui sama Abi. Uda hampir 2 minggu. Tapi aku pernah lebih lama dari ini, dan ga mikir semesum ini. Kenapa yah??
Tahan Lilis, kamu kuat, si Haris uda susah-susah bantuin kamu, jangan mikir jorok mulu.
Kok dia diem aja di dalam sana? Ngapain dia disana? Dia ngeliatin bagian privatku ga yah? bukannya di dalam gelap ga bisa ngeliat apa-apa?
Kalo emang dia ngeliatnya, apa ada yang aneh? Apa milikku aneh? Atau bau? Vaginaku bau? tapi kan tiap hari kusabun di area itu? masa bau?
Haaahhhkk !!?? si Haris memegang pantatku ?!?! GA SOPAN !!
Plak !!
Aku menepis tangan Haris.
“Ris kita bukan muhrim, maaf, tolong kita gak boleh bersentuhan yah”
Aku ingat jelas, ketika dia menyentuh pantatku, aliran darahku langsung melonjak tinggi, berdesir. Mungkin ini lah kenapa yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan, karena sentuhan lawan jenis dapat memberikan efek luar biasa.
Aku juga senang ketika Abi terkadang menyentuh pantatku, sebagai bukti rasa sayangnya.
“Kalo gitu majuan dikit, maju lagi, dikit lagi, oke cukup”
Aku kini sudah sangat dekat dengan Haris, napasnya semakin terasa terhembus di kemaluanku. Terasa geli, dan……… enak
Enak?
Aahhh !!
Aku merasakan benda asing yang…… yang……. Yang….. YANG….. aku kenal???
Ini BIBIR !! bibir haris !! Bibir Haris di permukaan vaginaku !!
Dan LIDAH !! Aahhh !! Lidah Haris menyeruak di sela-sela organ intimku!! Aauuhh !! terasa panas sekali Lidahnya !! Panas dan bertekstur….. kasar….. bergesekan…… Aaahhh……
Benar-benar pengalaman yang menegangkan. Semua syaraf di permukaan vaginaku menginformasikan otakku akan sebuah rasa baru, rasa yang tak pernah kualami sebelumnya, inikah rasanya kemaluan dijilat??
ENAK BANGET !!
AAHH!!
Lidahnya menjilati area klit di atas lubang pipisku, biasanya waktu kena rambut kemaluan Abi sakit nyeri, kenapa ini……..terasa nikmat sekali !! enak banget !! enak !! nikmaatt !! mantab !! uuuuhhh tubuhku rasanya ingin meledak!!
Dan kini…. Kini…. Lidahnya mulai turun dan…. Dan…… dan…….. memasuki liang vaginaku!! Oooohh kenapa ini nikmat sekaliiiii??????
Rasanya beda banget dengan penis !! seperti…… daging yang kasar, dan aktif !! bergerak-gerak !! seperti vaginaku menyambut sepenuhnya kedatangan tamu aktif ini !! TUBUHKU menyambut kedatangan tamu aktif ini !!
Aku ingin lebih, aku ingin lidahnya menyentuh bagian terdalam vaginaku, aku ingin dijilat lebih dalam, boleh gak ya?? Aku tak bisa berpikir jernih…
Boleh gak ya?
Lebih dalam
Boleh gak yaa?
Lebih dalaamm
Boleh gak yaaa?
Lebih dalaaammm…..
“Rissszzz… sshhhttt…. Enak…. Rissss….”
Mulutku tiba-tiba meracau tak terkontrol !! semua seperti otomatis digerakkan. Aku tak bisa membendung, aku hanya bisa…….. menikmati… nikmat sekali tarian lidah Haris…. Aaahhh…..
Eeehh looohhh ??! kok dia mencabut lidahnya?
Aku hampir aja terjatuh, kehilangan keseimbangan.
Haris keluar dari rok ku, mulutnya basah mengkilat. Itu basah karena liurnya sendiri atau basah dari aku?
“Uda basah lis, yuk, Jadi makan ga?”
Jadi dong !!
Haris kembali duduk kayak tadi. Aku kembali menarik rok ku sepaha, layaknya putri, kemudian maju hingga di atas paha Haris.
Kenapa aku gemetaran? Aku grogi. Aku nervous. Aku ingin vaginaku dijamah, vaginaku gatal sekali. Aku ingin dijilat kayak tadi. Atau penis…… penis juga boleh… penis abi tentunya…… aah pokoknya apa aja yang bisa menggaruk vaginaku. Tapi aku harus segera menyelesaikan makananku.
“Arahin ris…”
Satu tangan Haris berpindah ke tengah, aku tak bisa melihat karena terhalang rok ku.
Aku mulai turun, perlahan.
Tenang Lilis, biasa aja kok, cuma mau pegangan supaya ga jatuh…
Aaahh… ujung penisnya yang panas telah bertemu dengan permukaan vaginaku. Kudorong lebih dalam, kuturunkan pinggulku. Licin banget, berlebihan malah. Lebih ke becek banget vaginaku. Seberapa banyak liur Haris di dalam sana?
Sleeppp
WOW !!!!!
Kenapa terasa sesak!! Kayak pentungan yang masuk ke vaginaku!! Ini sih lebih gede dari punya Abi!!
Sesak bangeett..!! Aku seperti…… terbelah dua !! sesaakk… dan…. NIKMAT..??
“Ahh….riss.. gede banget penismu…. Sesak jadinyaaa…”
Sekali lagi mulutku meracau ga jelas. Aku tak bisa berpikir, mulutku sesimpel mengomentari apa yang terjadi, apa yang kualami. Auto pilot.
Dan akhirnya….. aku duduk juga. Di paha Haris. Dengan pentungan di dalam vaginaku. Ada rasa lega akhirnya bisa masuk seluruhnya. Terasa banget detak jantung di penisnya, kalo aku mau, aku bisa menghitungnya.
Vaginaku…. Terasa penuh….. aku seperti kesulitan bernapas. Seperti ada 2 nyawa yang berjejal berebut dengan tubuhku sendiri. Dengan Abi tak pernah merasa seperti ini.
Tenang Lilis, kamu hanya pegangan dengan penis Haris, walaupun serasa ada yang kurang, kalo hanya diam aja gini.
Yaudah sekarang fokus makan dulu.
“Buruan yuk uda mau deket jam 1 …..hhhh”
“Emang kerjaan kamu masih banyak lis?”
“Bangettthhh…”
Aku mengambil sendok dan mulai memasukkan ke mulut Haris, untuk kemudian kuambil lagi, sambil tetap kupegangi kepalanya supaya ga gampang gerak kayak tadi.
NYUT
AUUHH…..!?!?
PENISNYA GERAK !! PENISNYA GERAK DI DALAM VAGINAKU !!
DAN RASANYA……… NIKMAT BANGETTT~~!!
“ssshhhhtt….apaan sih penismu ngapain ituuuu riss…?”
“yaa normal Lis, kalo penis uda di dalam vagina itu harusnya bergerak. Kalo ga gitu ya bakal gerah, panas.”
Gerah? Panas? Bukannya barangnya sendiri sudah panasnya minta ampun?
“jadi harus gerak ini?”
“iyalah, kamu naik turun aja, biar tetep bisa sambil makan”
Solusinya benar, tapi aku jadi doble-doble dong gini kerjanya?
“enak kamu dong kok aku yang kerja”
“yaa kan entar kuimbangi”
Nah gitu dong diimbangi. Awas yah kalo ga ikutan gerak.
Aku mulai pelan naik turun, supaya bisa sambil makan.
Diiih susah banget arahin sendok ke mulut Haris !?!
Walaupun kuusahakan sebisa mungkin, sepertinya aku tak bisa menstabilkan tanganku ke mulut Haris.
Tiba-tiba Haris maju, mencoba untuk menggapai sendok itu dengan mulutnya.
Kok… imut banget sih?
“shhhsshht… lucu banget sih kamu riss… aahh… kayak… ade… bayi… yang disuapin… aahh…”
Aku segera menggaet mulutnya dan menarik makananku.
Tapi… kenapa aku tak ingin melepas mulutku? Lidahku juga masih di mulutnya. Mungkin aku capek, dan lidahku terasa nikmat tidak berada di mulutku sendiri.
Mmmggghh….. kenapa kenikmatannya menjadi berlipat-lipat begini???
Srringg sriiinggg srrrinngg
begitu rasanya vaginaku, aku tak bisa mengekspresikan seperti gimana lagi. Payudaraku terasa nyeri, ingin kuremas, ingin diremas oleh Haris. Kedua putingku terasa setengah gatal, karena mengeras, dan bergesekan dengan Bra ku. Aku tak bisa 100% konsen, tubuhku sudah berubah, menganggap setiap gerakan, gesekan dan sentuhan adalah sebuah kenikmatan.
Dan aku tak puas dengan kondisi yang sekarang. Aku ingin mengejar sesuatu dari dalam tubuhku.
Karena terus bergerak, aku merasa gerah, panas, sumuk istilah jawanya. Ingin melepas jilbabku namun kuurungkan karena ada Haris disini. Melepas jilbab? Salah. Aku ingin melepas semua bajuku.
Kita ini ngeseks bukan sih?
Ah bukan, aku lagi makan kok. Dan si Haris bantuin aku makan. Kalo Haris ga bantuin aku bakal kelaparan kayak anak di afrika.
Tapi kenapa senikmat ini? Dan yang merasa nikmat adalah vaginaku, bukan mulutku atau perutku. Apa seenak ini kalo penis masuk ke vagina?
Emang seks itu hanya sekedar memasukkan penis ke vagina? Enggak lah.
Seks itu kayak waktu aku sama abi, penuh keromantisan, ada ciuman mesra di tempat yang privat, dengan orang tercinta.
Seperti kemarin-kemarin.
Dan seks sama abi ga seenak ini rasanya vaginaku.
Fix ini bukan seks, karena seks ga senikmat ini. Entah apa namanya ini, secara teknis Haris bantuin aku makan dan aku pegangan dia supaya ga jatuh.
Uuuh nikmat banget sih barangnya Haris ini, rasanya seperti ditusuk-tusuk masuk ke perutku, dengan beribu syaraf di kemaluanku menyambut kehadiran setiap milimeter persegi kulit kemaluan milik Haris.
Kok aku mesum banget sih mikirin kemaluannya Haris??
Dia susah payah bantuin aku malah aku mikirin ga jelas ke dia.
Mungkin karena dia baik, aku emang cepet suka sama cowok yang baik sama aku. mungkin dulu karena aku terkesan buru-buru mencari cowok supaya tak dijodohkan oleh ayah ibu.
Tapi ujung akhirnya aku tetap dijodohkan.
Bukannya aku menyesali. Tapi sifat ingin segera mencintai itu ternyata tak bisa hilang dariku.
Cinta?
Aku cinta sama Haris?
Ih jijik ogah !!
Siapa yang mau sama Haris?! Aku uda punya Abi!! Yang romantis, perhatian, yang penisnya gede….. yang mau jilatin vaginaku….. yang…. Yang…. Kok aku pingin pipiss….
“aahh riss.. mmmhhhh…AAhh..shhhssshhtt..hhhhhaa”
Uggghhh gelombang kenikmatan tiba-tiba menyelimutiku !! aku…. aku…. pipis….. sangking enaknya….aku tak bisa membendung pipisku….. aku … gelap…. Otakku tak bekerja, hanya terasa nikmat sekali… NIKMAAAAAATTT….OOOHH……!!!!
.
.
.
Aku kembali sadar, napasku memburu. Aroma rexona bercampur keringat menyambut hidungku. Aroma maskulin, milik Haris kah? Ini kah bau Haris? Kenapa aku bisa mencium bau keringat dan rexona Haris? Aku perlahan membuka mataku.
“kayaknya kamu sudah gak nafsu makan Lis, kenyang kah?”
Aku kaget, ternyata aku sedang merangkul kepala Haris, dahiku bersandar di dahinya. Deket banget. Sekuat tenaga aku memundurkan tubuhku.
“Aku masih lapar ris, tapi capek…”
“Katanya ada kerjaan banyak”
Bisa-bisanya dia godain aku saat seperti ini?
“Iya bentar ih! Ini juga mau kuselesaiin makannya!”
Aku coba kembali menaik turunkan tubuhku, tapi hanya bisa sedikit saja, vaginaku terasa ngilu, dan aku tak punya sisa tenaga. Aku mulai menyendokkan makanan ke mulut Haris, lalu kutarik kembali untuk makan dengan lidahku.
Perlahan rasa ngilu itu mulai menghilang, tergantikan rasa nikmat seperti tadi.
Aku mendesah, tak karuan, aku tak peduli aku mendesah, mulutku seperti punya otak sendiri, aku tak bisa mengontrol. Setiap kenikmatan garukan penis di dinding vaginaku, aku mendesah. Setiap gesekan puting yang mengeras di bra ku, aku mendesah. Namun aku masih tetap mencoba fokus untuk makan.
Beberapa kali asupan, kini sudah tinggal sedikit gado-gado di bungkusan. Tinggal 2 kali lagi.
“Supaya kamu dapat cukup asupan gizi, kamu perlu protein deh”
Hmm? Apa maksudnya?
“aahh… ahhhh… ahh.. pproteinn…?”
Kini tinggal suapan terakhir.
“iya entar kalo gado-gadonya abis, aku mau kok ngasi spermaku ke kamu, sebagai tambahan protein buatmu Lis”
HAH? SERIUS?? Ni anak ga mikir apa yah? Ngasi sperma untuk kumakan? Sebagai protein?
KOK BAIK BANGET SIH?
“Oooh.. shhhsshht… kamu mau ejakulasi untukku ris?”
“Iya, tapi entar bantuin hisap Lis biar cepat keluar”
Oh oke, emang butuh dihisap biar cepat keluar yah.
“aah.hh….hhh…ahh… iya rissszz”
Aku telah selesai makan, kulipat kertas bungkusannya dan kumasukkan ke kresek.
“Oke Lis udah mau keluar… buruan hisap…”
Hah uda mau keluar?
Aku harus cepat melepas penisnya dari vaginaku
Aku tak ingin bersentuhan dengannya, aku sedikit menjaga jarak darinya.
Dan penis itu, penis yang membuatku nikmat itu, terlihat menjulang gagah mengkilat.
Kenapa terlihat perkasa sekali ?? punya Abi tak membuatku terpana seperti ini.
Oh my God, vaginaku semakin becek melihat penis yang segar dan manggut manggut itu.
Oh iya, Aku harus menghisapnya dengan mulutku.
“Nih Lis, hisap proteinkuuuuu…!!”
Croott crooott crooooottt croott
WOW deras banget spermanyaaa !!!!
aku tak bisa… aku tak bisa menampungnya.!!! Gimana ini? Bentar lagi mulutku penuh !!
Langsung telan ??
Ya !!
harus langsung kutelan!! Ayo telan Lilis !! Telan teruss !! Pokoknya telan semuaa!!
Jadi gini toh rasa sperma, agak manis, bercampur asin, dan lengket. Mirip yogurt.
Sperma Abi tak sebanyak ini. Ga ada sepertiganya.
Kenapa…. Aku merasa sayang? Kenapa tak dimasukkan aja ke vaginaku? Bisa cepet hamil kalo sperma sebanyak ini.
Sadar Lilis !! Emang kamu pingin punya anak dari Haris?!?
Dan kata haris sperma miliknya untuk protein bagiku. Ya berarti itu adalah protein, bukan benih.
Aku ingin mengambil tisu di sakuku untuk mengelap mulutku yang sedikit belepotan. Aku langsung sadar ada CD di saku ku, aku segera memakainya. Tapi kenapa aku merasa tak malu memakai CD di depan Haris? Ah masa bodo pikirin nanti, mending daripada aku tak pakai CD nanti kalo uda balik ke kantor. Lagipula tubuhku tak ada yang terbuka, aku memakai CD masih tertutup rok.
“Jam berapa sekarang Lis?”
“satu seperempat. Yuk balik. Makasi yah uda kamu bantu”
“Loh emang bantuin gratis, Makasi doang ya banyak”
Dasar cowok cupu, emangnya aku ga tau kalo kamu ada maunya.
“Perhitungan banget sih! Iya gampang besok besok aja ris.”
Aku segera berjalan cepat untuk kembali ke gedung admin.
Sesampainya di gedung admin, terlihat Mira lagi duduk di depan komputer. Tapi kok, wajahnya kayak kusut gitu?
Apa dia sebel aku makan sama Haris? Jangan-jangan dia suka sama Haris?
Kok aku kayak ga rela Mira suka sama Haris? Ah whatever lah.
Kulihat Meggy uda di depan komputer, menungguku. Memang banyak sih kerjaan, tapi aku sudah kehilangan semangat untuk kerja. Nanti di rumah aja lah kukerjakan, kan tinggal menata dokumen untuk besok rapat aja.
“Meg kamu pulang aja, uda ga ada yang dikerjain buat kamu, uda beres semua sebelum istirahat tadi”
“Oh gitu? Kebetulan, sebenarnya aku mau ijin ada keperluan sama temen”
“Mau kencan yaa?”
“Ehehe jangan gitu lah mbak, aku malu”
“Sama siapa? Kok aku ga pernah kamu ceritain pacar kamu sih?”
“Emang bukan pacar mbak, baru kenal aja”
“Oooh mana mana lihat”
“Ntar aja lah mbak!! Besok deh besok deh”
“Yaudah lah buruan sana kencan!! Awas kebablas loh!!”
“iya mbak makasih yaa!!”
Meggy meninggalkanku sendiri. Aku membuka laptopku malas. Aku seperti mengantuk, mungkin karena abis makan yah.
Tapi aku merasa penasaran banget. Makan model apa yah kok bisa bikin aku nikmat banget gitu? Nikmat atas bawah deh pokoknya. Uuuh sampai sekarang pun vaginaku masih terkesan basah, kayak belum puas makan tadi.
Aku kepikiran haris lagi. Aku teringat kembali rasanya seberapa penuh di dalamku. Lagi apa dia sekarang?
Oh lagi ngobrol sama Mira. Ngobrol apa mereka? Jangan-jangan ngobrolin aku tadi? Ah emangnya kenapa, cuma makan doang.
Aku ingin kesana, ketemu si Haris lagi. Eh bentar, aku pingin ngaca dulu. kuambil cermin mini di tasku.
Kurapikan jilbabku, memasukkan beberapa rambut yang keluar. Kutarik lagi kacamataku. Ada lipgloss di meja, kuapply lagi ke bibirku supaya ga kelihatan kering.
Aku menarik kursiku menuju meja Mira.
Eh? Loh, si Mira jalan pergi, mau kemana dia? Oh ke pak Jarwo. Semakin kulihat kok dia kayak suram gitu sih? Kayak hantu.
“Mira kenapa sih kok kayaknya pucet gitu?”
Si Haris setengah tersentak, rupanya dia kaget. Hihihi rasain.
“Ga tau Lis, kayaknya sakit deh, barusan tadi dia semacam ngomel-ngomel ke aku. lagi M mungkin?”
“Ah mana ada, aku tau tanggalan dia kok”
“Eh Lis ngaku deh, kamu tu koordinator jadwal dosen juga kann”
Yah cepet banget. Ah si Mira ga asik ga kooperatif.
“Eh ketahuan juga yah… hehehehe.. Abisnya seru kalo ada yang penasaran gitu ris”
“seru apaan, bikin bingung iya, dasar emak emak”
“Kamu bilang APA? Aku belum emak emak tau….!!”
Sialan nih cowok. Aku melihat buku di sampingnya kayaknya pas di lengannya.
Plak plak plak plak plak
“Iya pukul aja yang banyak Lis, emang dasar ni cowok nyebelin”
“tadi ketemu pak Jarwo Mir? Dia ga bilang apa-apa gitu?”
Mira duduk di kursinya, perlahan ditahan gitu. Apa pantatnya sakit? Bisulan? Atau wasir?
“Ga ngomong apa-apa tuh Lis, seperti biasa ada di tempat rokok, makin jelalatan aja dia.”
“Emang kamu favoritnya dia mir, hihihihi”
“Udah deh Lis, kalo lagi nganggur mending bantuin kerjaanku deh”
“Lah ini asisten nganggur buat mijetin kamu gitu Mir?”
“ih ini asisten mampunya cuma bikin powerpoin doang, kalo kerjaan admin asli mana tau”
“gitu yah, yang uda bantuin di bully teruss”
Eh bisa juga yah dia sewot.
“Duuh sensi amat sih ris, becanda becanda, cowok kok gampang sewot gitu sih”
Sedetik kemudian dia mendekat ke aku
What?! Mau ngapain dia deket-deket???
(“Aku lagi pedekate ini ke Mbak Mira, jangan menurunkan reputasiku dong”)
Oh mau bisik bisik toh. Sekilas aku mencium bau rexona itu, bau yang kuingat ketika aku pipis gelap tadi. Aahh darahku berdesir lagi. Aku pingin lagi kayak gitu.
(“Looh kan Mbak Mira uda ada cowoknya?”)
Ngapain sih dia mau pedekate ke Mira? Bikin bete banget deh.
(“Ini terhitung latihan, kan uda pasti ditolak. Makanya jangan sampe bikin putus sebelum dapet ilmunya”)
Latihan kok sama Mira sih? Kenapa kok…. Ngapain aku mikir untuk menawarkan diriku??
(“Latihan kok sama yang uda punya cowok. Ntar kalo kecantol beneran gimana? Cinta segitiga deh jadinya”)
(“Ya daripada sama kamu uda ada suaminya. Kan selama janur kuning belum melengkung Lis”)
Loh kok aku merasa kecewa yah. apa yang kukecewakan? Entah.
(“hihihi bentar bentar, kayak gini dibilang pdkt? Kamu pernah pacaran ga sih??”)
(“Kaga”)
HAH?? KESEMPATAN DONG.
“….Serius?”
“Apaan yang serius Lis, kalian kalo mau ngobrol atau bisik-bisik jangan disini deh, tetep aja ganggu”
Aku melihat Mira, masih dengan wajah pucatnya.
“Eh Mir, tau ga, banyak yang suka sama kamu looh hihihihi”
“Halaah pasti si Haris, uda tau, dari awal uda pingin traktir traktir sok deket gitu”
“Tuhkan ris, Cewek mah peka banget urusan ginian.”
“Yaaah jadi ketauan deh, Trus aku gimana dong”
Mira mendekatkan wajahnya ke Haris. Apaan sih deket-deket dia?
“Kamu pingin tau cara pdkt yang bener ris?”
“Gimana mbak??”
“Kamu usir si Lilis dulu, aku pingin fokus selesaiin kerjaanku”
Cuih bilang aja pingin berdua aja sama Haris.
“Jyaah hahahaha iya iya sante aja Mir, bentar juga jam 4”
“Looooh kan, duuuh mana blum beres lagi”
“Hihihi Aku ga ikut ikut. Beres beres mejaku aahh”
Aku meninggalkan Haris dan Mira, segera merapikan kembali mejaku, memasukkan laptop ke tas. Entah kenapa aku merasa senang setelah ngobrol sama Haris…… dan Mira.
Malam ini masak apa yah? Abi kayaknya pingin cap jay kemarin bilang. Si Haris suka cap jay ga yah?
Eh ngapain aku mikir si Haris suka apaan?
Tadi nasi belum masak juga. Kopi Abi uda abis belom yah?
Yay akhirnya rapi juga mejaku. Laptop dkk uda masuk tas. Aku melihat jam.
Setengah lima.
Pulang aah.
Loh Mira sama Haris uda ga ada. Kayaknya Mira bakal lanjut kerja di kosannya, makanya langsung pulang duluan.
Setelah menyapa bu Khofifah, aku keluar dari gedung ini, menuju parkir dosen.
Yep motor Mira juga uda ga ada, dia uda pulang duluan.
Aku memencet tombol gembok terbuka di kunciku, lalu membuka pintu driver xenia silver ini.
Dengan santai aku mengegas mobil ini keluar kampus, sampai rumah.
.
.
.
“Assalamualaikum Abiii !!”
“Waalaikum salam Dinda!!”
Aku mencium tangan suamiku.
“Tolong masukin mobil ya Abi !”
Aku memang agak kesusahan untuk memasukkan mobil ke dalam rumah, uda dua kali baret bodinya kena tembok. Hihihi. Biasa juga kuhentikan di depan pagar, lalu aku minta Abi untuk masukinnya.
“Kan mau keluar lagi? Ke Kos di Jagayana”
Aku melepas sepatuku.
“Oh iya, yaudah deh biarin aja di depan”
Dan…. Aku menemukan bekalku di rak sepatu. Sepertinya Abi juga ga tau ada bekal disini.
“Tapi kamu kunci kan di depan?”
Aku menaruh tas punggungku di sofa depan TV.
“Udah ini kubawa kuncinya”
Aku menaruh kacamata, jam tangan sama hape di meja rias di kamar.
“Oh yauda oke. Kamu mau mandi dulu?”
Aku melepas jilbabku. Aah leganya. Kucium jilbabku, sudah agak bau. yauda masuk kantong laundry.
“Ho oh. Tolong bukain laptopku di tas dong Abi ! ada kerjaan yang belom kelar buat besok, jadi ntar pulang dari kosan bisa langsung kukerjain”
“Oke oke bentar”
Aku mengambil set baju baru dan daleman dari dalam lemari, begitu pula kantong laundry, lalu keluar kamar mengambil handuk dari gantungan, lalu menuju kamar mandi.
Di depan pintu kamar mandi aku melepas baju dan rok ku. Bawah rok ku ternyata agak kotor, kena tanah waktu di belakang gedung admin siang tadi.
Aku melepas Bra krem ku, Fiuh lega bangett. Kayak terbebas dari kekangan. Apa emang Bra ku uda kekecilan yah? berarti dadaku makin gede dong?
Aku meremas-remas dadaku, memperkirakan ukurannya dan membandingkan dengan yang kemarin-kemarin
Aaahh…
Kok aku mendesah? Abis enak sih.
Aku keingat putingku kegesek sama Bra. Padahal bagian dalam Bra uda halus banget, tapi aku masih bisa ngerasa gesekan itu. aku memastikan kembali bagian dalam Bra tak ada benda kasar, emang ga ada. Lalu kumasukkan ke kantong laundry.
Aku menurunkan CDku
Whaat???
Aku melihat bercak basah di CD ku. Basah dan licin, lengket. Kutarik jariku, bahkan bisa sampe bikin benang cair.
Aku horny? Ah mungkin sisa tadi siang.
Aku mengusap vaginaku. Malah ada lebih banyak di dalam.
Ah sudah sudah. Aku melempar CD itu ke kantong laundry, lalu memasukkannya ke mesin cuci tanpa menyalakannya. Nanti kalo uda agak penuh aja.
“Dindaa udah beloom?? Keburu Magrib ini…!!”
“Iya Abii…!!”
Aku lanjut mandi, keramas.
20 menit kemudian, aku sudah siap untuk berangkat. Ga perlu make up banyak-banyak, aku berlari keluar rumah, mengunci pintu.
Abi uda di dalam mobil, menungguku. Setelah mengunci pagar, aku masuk ke mobil. Mobil ini melaju cepat.
.
.
.
.
Kita baru sampai lagi di rumah sekitar jam 8an. Cukup banyak juga rekues dari anak kos, ga cuma kran bocor aja ternyata.
Sepulang tadi Abi juga minta makan bungkus aja dari warung, jadi aku tak masak malam ini.
Setelah berganti baju tidur, aku menuju sofa depan TV untuk melanjutkan kerjaan. Sedang Abi langsung masuk kamar, istirahat.
Aku menghadap laptop yang udah terbuka di depan TV tadi, dan segera menata file ku untuk rapat besok. Harusnya setengah jam kelar kalo aku fokus.
.
.
.
.
Dinggg
Eh ada sms dari Meggy.
[Mb.Lilis cowok yang sama BuFebri kmrn itu namanya Haris, dia skrg di kos Mira] -Meggy
Hah…..
APA?!?!
JADI BENAR DUGAANKU !?
Pantas dia membawaku ke belakang gedung admin !! tapi dia ga ngapa-ngapain aku? malah membantuku, malah bikin aku nikmat….
Apa ini semua ilusi? Masa aku dihipnotis? Tapi itu semua terasa real, nyata.
Apa itu nyata?? Bagaimana aku bisa tau itu nyata?
Semakin kupikir, aku semakin bingung.
Tapi yang jelas sekarang aku harus memperingatkan Mira, dia dalam bahaya, bisa aja dia adalah korbannya, sedang aku cuma batu loncatan supaya dipercaya olehnya.
Aku mencari kontak Mira untuk ku sms, aku harus segera ngabarin dia.
Oh? Ada sms dari Meggy.
[Motor Haris suprax] -Meggy
Fix sudah berarti Haris lah yang melecehkan Bu Febri kemarin.
Duuuh si Mira kok belum jawab sms ku??? Apa dia uda kena??
Eh? Ini dia akhirnya Mira uda balas sms.
[Tenang Lis, dia uda ga di kamarku] -Mira
Loh uda pulang dia?
Krrriiiiinnnngggg
Tiba tiba ada telepon, dari Meggy.
“Halo Meg? Halo?? Meg?”
{“Kamu masih perawan Meg?”}
Itu…..???? suara Haris !!
Ah kini Meggy sedang bersama Haris!! Dan dia sengaja menelpon aku tanpa diketahui. Aku harus merekam telepon ini.
{“Sudah enggak ris. Kamu mau ngapain di kamarku??”}
Berdasarkan sms Mira tadi, kayaknya Haris baru aja keluar dari kamar Mira, lalu menuju kamar Meggy.
{“Supaya kamu tau jawaban pertanyaan itu, kamu lepas semua pakaian kamu sekarang”}
Hah? Apa-apaan itu? Meggy dilecehkan untuk membuka semua pakaiannya di depannya? Jadi Meggy yang dalam bahaya sekarang???
{Srruukk sreekk}
{“Kamu mahasiswa atau kerja meg?”}
{“mahasiswa ris”}
{“Kamu ada hubungan apa sama Lilis?”}
{“Yaa aku magang ris, bantuin Lilis. Uda hampir selesai. Harusnya awal semester uda selesai, tapi molor dikit, diminta sama Lilis.”}
{“Kamu yang ada di samping gedung admin kemarin pagi kan?”}
{“Iya ris. Kamu apain Bu Febri itu? Jujur deh! Aku liat semuanya sampai selesai. Endorfin? Supaya nangis berhenti? Bego banget yang terima alesan itu.”}
{“Buktinya Bu Febri terima aja kan?”}
Enak aja !! bisa-bisanya dia komentar gitu !! dasar kriminal !! bajinngan mesum !!
{“Iya karena Bu Febri masih rentan! Asal kamu tau aja yah, aku udah cerita semua ke Lilis. Bentar lagi Lilis bakal lapor ke komite, atau sekalian ke polisi. Siapa lagi korban selain bu Febri? Jangan jangan mbak Mira.”}
{“Kamu bicara seolah-olah aku penjahat kelamin Meg, padaha-“}
{“EMANG PENJAHAT KELAMIN! Tadi aku tanya mbak Mira kamu ngapain di kamarnya, emangnya aku ga tau?”}
{“……Emang mbak Mira bilang apa?”}
{“Dia bilang kalo kamu disitu bakal bantuin masturbasi, nyelesaiin horny nya yang ga bisa hilang. Kamu apain dia sampe bikin sange ga berhenti?”}
Whaaatt…??? ohmyGod… jadi Mira beneran uda kena juga… kalo kupikir-pikir, dia emang terkesan membela Haris sih tadi. Pake alasan pdkt lagi. Huh aku telah ditipu.
{“Oke, aku tanya dulu, gimana kamu bisa sampe ada di samping gedung admin itu?”}
{“Waktu itu aku abis beli es teh diminta sama Lilis, baru mau masuk gedung admin, si Lilis telpon untuk datang ke samping gedung, cek belakang gedung ada apa tapi sembunyi-sembunyi. Eh gatau nya dapat pahlawan mesum!!”}
{“Oke cukup. Karena kamu uda agak emosi, sekarang kamu duduk di pinggir kasur, dengan membuka pangkal paha kamu, lalu kamu mulai menggosok klitorismu sambil bayangin aku jilat klitoris kamu.”}
Hah…. Maksudnya apa ini? Dia melecehkan Meggy, menyuruhnya masturbasi? Kenapa Haris seperti bisa menyuruh Meggy seenak udel? Apa Meggy….. Kayak….. ditawan gitu?
{“Apa kamu cerita ke orang lain selain Lilis, Meg?”}
{“Ga ada, Tapi ga tau kalo Lilis”}
{“Lalu, apa kamu ada semacam bukti hasil rekaman suara atau gambar, video mungkin?”}
{“Ada seabrek di hapeku, sekarang pun aku lagi nelpon Lilis, mungkin sekarang uda direkam sama beliau”}
Loh iya yah? Waktu itu kan Meggy kusuruh untuk merekam dengan hape sebisanya, kenapa aku ga ngecek tadi pagi?? Kalo uda liat videonya pasti langsung tau kalo itu haris!! Dan semua ini ga bakal terjadi !!
{“Mana hapemu?”}
{“Itu kututup sama baju yang kutaruh tadi.”}
Looh…?? Ngapain kamu beritahu lokasi hapemu?? Meggy kok pinter banget sihh?!?
“Halo? Hei Haris !! Haloo!! HARIS….!!”
-Tuut tuut tuut tuut
Nah kan, diputus deh telponnya.
Duuh gimana ini? Apa Meggy bakal baik baik saja?
Oh iya, Aku harus telpon Mira untuk bantuin Meggy!!
Aku coba telepon Mira berkali-kali, tapi ga bisa nyambung. Duuuh kamu lagi telpon siapa Miirr?? Apa hapemu juga di sabotase Haris??
Aku harus ngapain?? Apa aku harus kesana malam-malam gini??
Tapi aku ga bisa ngeluarin mobil !! aku harus bangunin abi dulu.
Aku buru-buru berdiri, bersiap berganti baju dan memakai jilbab yang masih standby di gantungan lemari. Aku mencari tas mini untuk menaruh dompet dan hapeku. Tak lupa aku membawa kamera tustel untuk jaga-jaga.
Makeup? Kurasa aku perlu makeup, ringan aja. Siapa tau Haris…….. ngapain aku perlu makeup untuk Haris?!?
“Abi… abi…. Bangun….. abi….!!”
Aiih susah banget bangunin abi. Sudah kugoyang-goyang keras. Mungkin emang dia capek banget abis kerja banyak tadi di kosan.
Trus gimana dong?
Apa telepon polisi? Kayaknya telpon polisi ide bagus deh. Aku kan uda ada buktinya rekaman hape ini.
Oke….. eeeee….. nomor telpon polisi berapa yaah?
Aku berjalan keluar kamar, menuju laptopku untuk mencari info nomor polisi.
Krriinnggg
Loh Meggy?
Langsung kuangkat telponku
“Halo Meg? Kamu gak papa?”
{“Gapapa mbak, tadi sempet pingsan, tapi waktu bangun, aku ngeliat dia lagi macem-macem sama mbak Mira. Aku cari sesuatu yang bisa memukulnya, aku kasi dia termos, langsung pingsan dia”}
“Wow keren banget kamu Meg? Jadi sekarang dia gimana?’
{“baru aja kuikat di kursi mbak. Tadi aku telepon mbak Lilis rekam kan?”}
“Oh tentu, uda kusimpan Meg. Mantab banget kamu Meg !!”
{“Trus selanjutnya kita gimana ini Mbak Lilis?”}
“Hmmm… kalo uda bangun, ancam aja dia aku uda punya rekaman, besok aku laporkan ke komite, dan, kalo mereka setuju, lanjut ke polisi. Abis itu suruh dia pulang aja. Aku yakin dia uda letoy ga bisa apa-apa !!”
{“Hmm, yauda oke. Aku tutup dulu ya mbak”}
“Oh iya, gambar atau videonya masih di hapemu kan? Ga dihapus sama Haris?”
{“iya masih ada mbak, dia belum sempat ngehapusnya”}
“Kirim semua ke aku Meg!! Sekarang!! Jangan sampai bukti itu hilang!!”
{“Oke siap, kumatiin telponnya sekarang mbak, biar bisa kirim langsung”}
“Iya meg, sampai ketemu besok yaah, termosnya gapapa itu?”
{“Iya mbak hihihi gapapa kok, daah”}
Tuutt
Fiuuh akhirnya ketangkap juga dia.
Berarti situasi disana tak separah yang kubayangkan, aman terkendali. Syukurlah aku tak terburu-buru telepon polisi tadi.
Kini aku harus menyiapkan berkasnya juga untuk besok ke komite.
Tapi sebelum itu, aku harus punya backup file rekaman semua ini.
Aku akan menyimpannya di laptopku.
Aku segera mencari kabel data dari hape ke laptopku. Tadi sih kayaknya masih di tasku.
Eh tapi… kalo kukopi ke laptop aja ga akan cukup, aku harus menyimpan ke internet.
Tapi gimana caranya yah?
Ah kirim email aja ke alamat Abi, kan jarang juga dibuka itu. jadi di email ku ada, di email Abi juga ada.
Oke good idea…..
And…… Done !!
Uda cukup sekian untuk hari ini. Aku merasa senang malam ini, akhirnya terkuak juga kasus pelecehan di kampus, ini juga untuk pertanda buat para penjahat kelamin biar ga seenak jidat mereka berkeliaran di kampusku tercinta.
Pekerjaan admin juga sudah kuselesaikan, besok aku siap untuk ikut rapat.
Aku menuju kamar, melihat Abi masih tidur pulas di kasur, dia tidur menyamping, membelakangiku.
Aku ikut merebahkan diri di sebelahnya, menarik selimut velvet favoritku.
Lagipula, kenapa Haris melakukan itu? padahal dia baik, dan pentungan….. ah ngapain aku mikirin pentungannya lagi !? ih bikin sebel deh.
Tapi emang rasanya tadi siang kayak di luar nalar, wajar lah terngiang lagi, ga akan kelupa rasanya itu, rasa ketika kepala penisnya merasuki dinding terdalam vaginaku, yang penis Abi aja ga pernah sampe disitu….
Aaaahh
Loh kok aku basah?!
Aku mengecek dengan jariku.
Emang basah.
Aku mengorek lagi lubang kelaminku, klit ku terkena sedikit dengan jari.
Uuhh kok enak rasanya. Tapi ga bisa ngimbangin rasanya kayak lidah Haris.
Lidah Haris….
Gimana yah tadi siang itu?
kayak gini? Ssshhhtt… aaahhh bukan bukan….
Kalo gini?..... uuuhh…. Ga juga…hmmm…
Duuh jadi kebelet deh pingin masturbasi malam gini.
Hmmm… boleh deh, kan aku baru aja menangkap penjahat malam ini, bagusnya aku dapat reward dong, dan ini adalah reward ku…. Aahhh….sshhhttt……
***
Pagi ini aku bangun dengan bahagia, di kamar mandi aku sampai ditegur oleh Abi kenapa kok nyanyi-nyanyi ga jelas.
Ya, kemarin aku baru saja mengalami hari terbaik dalam hidupku, mulai makan enak, hingga menangkap penjahat.
Belum selesai sih, aku harus mematok paku terakhir, supaya dia tak bisa lolos.
Haris !! ternyata dia adalah seekor serigala berbulu domba.
Dari luar tampak polos cupu, tapi sebenarnya seorang kriminal kelas kakap.
“Abi !! ada plan sore ini?”
“Mmm, sepertinya ga ada. Emang kenapa Dinda?”
“Hari ini ada rapat sama dosen-dosen, harusnya tengah hari selesai. Tapi aku ada urusan sama komite, jadi entah kapan pulangnya, kayaknya agak telat”
“Oh yaudah.”
“Mau makan apa pagi ini? Aku belum menanak nasi”
“Hmmmm… bikinin roti bakar aja deh, nanti aja kalo kamu uda pulang baru masak nasi”
“Ocreee !!”
“Aku keluarin dan panasin mobil ya dinda”
“Makasih Abiiii !! Mmmuaachh!!”
“Kamu ini, kenapa sih? Kok pagi ini kayaknya seneng banget”
“Hihihihi enggak, gapapa kok”
Setelah meng-kotaki roti bakar untukku sendiri, aku mencium tangan Abi dan segera masuk ke mobil.
Sesampai di parkiran dosen, aku mengunci mobilku setelah memastikan semua peralatan perangku sudah kuambil.
Aku sampai di gedung admin. Mira dan Meggy belum datang. Yaa aku yang kelewat pagi sih berangkatnya.
Setelah menaruh beberapa barang di mejaku sendiri, aku segera menuju ruang Anggrek, sambil membawa laptopku sendiri untuk ku set up disana.
Eh tapi, kayaknya mampir komite dulu deh untuk di submit laporannya, biar mereka review dulu, mana tau butuh laptop. Selepas rapat aku bisa kesana lagi.
Oke good idea.
Aku segera berangkat menuju gedung pusat.
Ruang Komite tak sebegitu besar, hanya cukup untuk 5-6 orang. Dengan tumpukan berkas yang kurang tertata rapi di tiap pojokan.
“Ya Bu? Ada yang bisa dibantu?”
Bu. Cukup jarang juga aku dipanggil Bu. Mungkin karena sudah lama aku tak mengembangkan social circle ku, hampir semua orang yang kukenal memanggilku Lilis.
Seorang bapak-bapak, masih muda, jauh lebih muda dari Abi. Wajahnya terlihat segar seperti baru saja mandi. Sepertinya dia dosen dari jurusan lain, dan pastinya dia termasuk dalam tim komite ini.
“Maaf kalo ga sopan masuk duluan pak. Saya Lilis, salah satu admin di Jurusan Mesin. Saya mau melaporkan adanya potensial tindakan asusila di kampus ini”
Aku menyerahkan satu map ke dia.
“Oh ya?”
Dengan nada penasaran dia menarik menarik beberapa lembar kertas dari map ku dan mulai membaca.
“Hmmm, oke.. oke…. Baik”
Aku sedikit kecewa dia tak sebegitu antusias dari yang kubayangkan.
“Jadi….. gimana pak?”
“Saya perlu untuk membahas ini bersama tim saya mbak, Sore ini mungkin kita akan meminta mbak untuk datang lagi kesini. Bisa?”
Dan sekarang ia memanggilku mbak. Kurasa ia sudah mulai ragu dengan umurku hahaha.
“Bisa aja, tapi pagi ini saya masih ada rapat, entah kapan selesainya”
“Oh ga masalah, kalo emang kita memutuskan untuk segera raise issue ini, kita akan bertindak walaupun tanpa mbaknya”
“Hmmm oke pak. Apa ini ada kemungkinan memanggil polisi pak?”
“Yaaaa bisa jadi, kalo memungkinkan. Mbak nya ada nomor yang bisa dihubungi?”
“Ada. Ini silahkan pak”
“Baik terima kasih mbak, saya pamit dulu ada jadwal ngajar pagi”
“Oke oke, terima kasih juga sama-sama. Mari”
Aku bergegas kembali ke gedung admin.
“Pagi Lis”
“Pagi Mir. Eh jadi kemarin malam itu ceritanya gimana sih?”
“Uda ga usah dibahas Lis, kalo mau langsung aja ke Haris nanyanya”
Loh kok gitu? Apa Mira, masih terpengaruh oleh Haris? Bukannya mereka berdua semalam mengikat Haris?
“Kok gitu sih? Aku kan pingin denger cerita dari kamu Mir?”
“Entahlah, tapi aku ga pingin cerita Lis”
Oh mungkin dia masih shock dengan kejadian semalam, masuk akal sih. Akunya yang kurang peka, lupa kalo aku harus melihat dari sisi Mira seperti apa, yang dia sendiri mengalami, menyaksikan langsung.
“Yauda oke oke Mir. Kamu ikutan rapat?”
“Ngapain? Ga ada undangan, ngapain juga aku disana?”
“Hmmm iya juga sih. Tapi kan salah satu powerpoin dari kamu ntar muncul disana”
“Ah biarin masa bodo, biar Pak Jarwo bingung sendiri kalo dia ga baca-baca dulu sebelum presentasi”
“Hihihi bener bener. Eh Mir….”
“Hmmm? Kenapa Lis?”
“Gapapa, gak jadi. Semangat yah !!”
Aku meninggalkan cubicle setelah menggaet tas punggungku, menuju ruang anggrek, bersiap-siap ikut rapat.
Jangan minta update cepat-cepat yah, soalnya sambil kerja.
kalo ada waktu senggang, baru kuusahakan update.
zaxfani
Senpai Semprot
Asyik ada update
danachristiani
Semprot Lover
- Daftar
- 3 Oct 2019
- Post
- 218
- Like diterima
- 201
Mamtapp suhuuuu lanjutkan terusss
Putraandalas
Senpai Semprot
- Daftar
- 23 Oct 2018
- Post
- 835
- Like diterima
- 1.114
Suhu is comeback wkwk
shadow_monarch
Semprot Kecil
- Daftar
- 5 Feb 2021
- Post
- 77
- Like diterima
- 100
Mantapp huu kangen banget gua samaa luu wkwkwk
Sierpa73
Pertapa Semprot
- Daftar
- 4 May 2019
- Post
- 4.561
- Like diterima
- 27.280
Makasih ... @Rubbergrease
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
