Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG The Journey Of Leo

Part XVIII

Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa



Inda Puty


Terkadang manusia hanya tahu cara untuk menggapai sesuatu, tapi mereka sering lupa cara mempertahankannya. Manusia justru lebih superior merebut atau meraih hal yang baru dibanding menjaga apa yang sudah ada.

Kadang pula disaat kita sudah merasa memiliki sering kita lalai dan terlalu merasa aman karena semuanya sudah digenggaman. Bagai menggenggam pasir jika tidak segera diberi wadah maka akan segera terlepas dari genggaman, lalu kemudian akan sulit diraih kembali.

Sudah seminggu Inda tak lagi tinggal di sekitar perumahan ini, dia sudah kembali menempati rumah lamanya. Dibilangan Renon, rumah yang sangat besar dengan arsitektur mediterania, sangat modern di masa itu.

Aku pernah beberapa kali ke sana, tapi tak lama hanya sampai depan saja, aku masih belum berani untuk bertemu orang tuanya. Ya, kini Inda tinggal dengan orang tuanya, setelah kemarin rumah yang ditempatinya bersama kakak dan istrinya itu harus dijual karena sengketa bisnis.

"Ayo dong sayang main ke rumah, ngga apa-apa sama papa mama aku."

"Uhmmm pengen sih yang, tapi gemeteran ni dengkulku."

"Ah itu sih kebanyakan ML kitanya yang"

Hari ini sepulang sekolah Inda langsung ke rumahku dan ini sudah ronde keempat kami sebelum percakapan tadi. Setelah kejadian di rumah lama itu kami jadi semakin ganas dan rutin bercinta. Hampir setiap hari sepulang sekolah pasti sempat aja. Gejolak kawula muda.

Dua hari kemudian tepatnya malam minggu aku bertekad untuk main ke rumah Inda. Jujur aku agak keder juga untuk masuk ke rumah mewah yang berada di kawasan elit di Denpasar ini. Tapi demi menemui pujaan hati hajar sudah.

Sampai di depan rumah aku diinterogasi oleh satpam muda yang tampangnya ngga cocok jadi satpam. Tampangnya mirip vokalis band ternama asal Amerika Linkin Park, Chester Bennington. Tapi ini versi indonesia dan lebih jelek dikit.

"Cari siapa gus?" *Gus sapaan orang Bali selain Bli, digunakan untuk menyapa orang yang lebih muda.

"Eehhmm cari Inda bli, ada ?"

"Ada urusan apa sama gek Indanya? Ada pesen?"

"Mau ketemu bli saya temen sekolahnya" jawab sekenanya biar segera bisa ketemu.

"Tunggu dulu tak panggilkan" kemudian dia menelpon ke dalam rumah.

Akhirnya aku diijinkan masuk, si satpam tadi beberapa kali melirik dandanan dan sepeda motorku. Mungkin dia heran ni anak ileran jago juga bisa gaet anak orang kaya, modal motor bebek pula. Semacam memotivasi dirinya.

Rumah Inda benar-benar besar dan mewah sekali, dari pos satpam dan tempat aku menaruh motor saja mesti berjalan lumayan jauh ke belakang sebelum ke bangunan utamanya. Ada taman yang besar dibelakang ruangan, garase yang muat 4-5 mobil, lapangan basket mini dengan satu ring dan kolam renang. Aku makin ngga pede masuk ke rumah ini.

Aku dipersilahkan duduk oleh asisten rumah tangga Inda yang selanjutnya aku tahu bernama bik mang, di ruang tengah, perpaduan granit dan marmer menghiasi seluruh ruangan. Lukisan-lukisan yang tak dapat aku mengerti bentuknya, foto-fpto keluarga, dan guci-guci besar juga ada. Yang unik ada kolam renang lagi di dalam bangunan utama ini. Ini keluarga doyan nyelem kali ya.

Aku tak melihat orang tua Inda hari itu, mungkin benar-benar sibuk. Ayah Inda seorang anggota dewan DPRD Bali pasti sangat sibuk sekali. Lama aku duduk sambil celingak-celinguk sendiri di ruangan itu, kaku sekali rasanya, terlalubasing bagiku. Terakhir aku melihat rumah mewah adalah milik Trisa, tapi ini hampir dua kali lipatnya.

Kadang aku berpikir kok bisa ya Inda ini mau sama aku? Dia lebih cocok Putra yang sama-sama berasal dari keluarga yang punya kekuatan finansial. Cuman aku harus berbangga hati juga, mungkin aku punya selling point tersendiri buat Inda makanya dia milih aku.

Kalau bukan diri sendiri siapa lagi yang bakal nyombongin?

Akhirmya Inda ngagetin aku dari belakang, tepat sebelum aku mencet tombol on remote di tv besarnya itu. Jantungku mau copot rasanya aku pikir bapaknya, nangkepin orang asing yang tiba-tiba duduk di ruang tengah rumah mereka dan kesusahan nyalain tv. Betapa ganjilnya tingkahku hari itu.

Inda membawakanku seteko cola dengan es dan berbagai camilan. Rumahnya besar tapi benar-benar sepi. Letak ruang untuk asisten rumah tangga berada dibelakang, bangunan terpisah. Jadi kalau perlu apa-apa mesti nelponin dulu. Orang kaya bikin rumah mah bebas.

Inda mendadak duduk dipangkuanku, aku kaget dan takut kalau tiba-tiba ortunya nongol dan ngelihat kami. Dia cekikikan aja lihat tingkahku yang seperti itu, sambil nyiumin terus bisikin kalau papa sama mamanya lagi liburan ke Bangkok. Mulai deh dia nakal grepe-grepein aku yang lemah ini. Aku merasa dizolimi tapi anehnya aku menikmati dan mau lagi.

Dia mulai nekad membuka celanaku dan melahap penisku tanpa ampun. Awalnya aku masih was-was sampai penisku takut menampakkan kegagahannya. Tapi lama-lama inget kalau ortunya ngga mungkin tiba-tiba muncul darinpintu ke mana saja mulai kepancing juga, giliran aku yang hajar dia.

Kami melakukannya di sofa, saking tegang sama situasinya aku jadi lebih cepet orgasme dan hampir telat nyabut, untung tepat waktu tapi semburanku malah mengenai sofa mahal Papanya.

Kami melakukannya lima kali malam itu, di kolam renang juga, terakhir di kamar Inda. Ternyata ada sensasi tersendiri ngentotin pacar di ruang keluarganya, bajingan.

Setelah itu aku jadi biasa main ke rumahnya, setiap ke rumahnya pasti kami ngesex. Di mana aja, asal udah pengen hajar, sampai mau pulangpun aku masih sempat quickie, ngesex berdiri di dekat pos satpam tanpa sepengetahuan satpam yang lagi ngorok. Tapi sesering itu aku ke sana belum pernah ketemu ortunya sama sekali.

~~~O~~~

Di medio tahun 2002 geliat perfilm-an Indonesia mulai bangkit, sejak kemunculan film yang sangat fenomenal yang dibintangi oleh aktris pendatang baru yang langsung mampu menyita perhatian khalayak saat itu Dian Sastro. Filmnya berjudul AADC.

Bercerita tentang hubungan pacaran anak SMA dengan segala romantikanya. Yang unik adalah karakter prianya bernama Rangga yang diperankan apik oleh Nicholas Saputra. Karakter pria di film ini digambarkan dingin, introvert dan sangat puitis.

Akibat booming film ini, mendadak remaja-remaja jaman itu latah puisi. Sampai-sampai aku jijik diem di kelas waktu jam istirahat karena mendadak temen-temen cowokku berusaha jadi rangga. Ada yang tiba-tiba puitis, ada yang sok cool, mendadak misterius dan ada yang pengen manjangin rambut model Rangga. Ingin rasanya berkata kasar saat itu.

Kuakui film itu memang sangat bagus sekali, sang director Rudi Soedjarwo sangat mampu mendeliver emosi dari film itu ke penontonnya. Akhirnya aku bisa juga nonton, bareng Inda tentunya. Setelah itu bareng Hani, terus Jan yang terakhir, tapi diem-diem. Si Inda jadi melted waktu adegan ciuman di bandara sebelum Rangga dan Cinta, romantis banget katanya.

Aku sewot padahal aku nyium dia di pos satpam waktu mau pulang ngga kalah romantis kok.

AADC feverpun menyerang kekasihku Inda, korbannya jelas aku. Aku yang ngga ada hubungan darah dengan Chairil Anwar disuruhnya bikin puisi, jelas aja aku kesusahan. Tapi demi cinta apapun kulakukan. Mulai deh tiap hari aku disuruh bikinin dia puisi, kalau ngga romantis dia ngga bakal kasi jatah.

Akhirnya aku semakin mahir bikin puisi, mungkin akibat hobiku yang mengkhayal juga jadi lumayan bisa bikin puisi. Sampai-sampai temen-temen cowok di kelasku yang nilai bahasa Indonesianya degradasi akibat terbiasa ngetik sms dengan tulisan gede kecil ikut minta dibikinin puisi. Bukan buat mereka tapi buat dikirimin ke ceweknya.

Hani sama Jan juga ikut-ikutan minta dikirimin puisi, aku kirim aja puisi yang sudah. Jadilah aku semacem jasa pembuatan puisi kala itu. Mungkin sudah bisa masuk ke sastrawan angkatan pujangga baru lah atau angkatan 45 sebagai pencuci piring di sana.

Tapi aku takluk untuk urusan puisi sama wanita bernama Zoraya. Dia mengirimiku puisi yang kata-katanya luar biasa sekali. Aku kalah telak, memang gadis cantik yang cerdas sekali.

Akhirnya demam AADC berlalu, giliran demam sepakbola akbar empat tahunan yang waktu itu digelar, Piala Dunia 2002. Pertama kali digelar di Asia dan di dua negara sekaligus Korea dan Jepang. Jadilah semua masyarakat keranjingan bola lagi, aku? Sudah pasti.

Uniknya banyak teman-teman cowok di kelasku yang tak paham bola ikut-ikutan aja demi trend dan euforia sesaat itu. Buat gagah-gagahan di depan cewek juga saat itu, kalau cowok ngga bisa ngomongin bola waktu Piala Dunia kayaknya ngga keren.

Saking maksainnya mereka bahkan ada temanku yang masang nameset Ronaldo gundul yang dari Brazil di jersey Timnas Inggris. Kebayangkan yang jual jersey pasti merasa dikutuk waktu masangin namesetnya.

Pacarku? Ngga kalah antusias waktu itu, bahkan dia berencana ngajakin aku nonton langsung ke Korea - Jepang nyusulin kakaknya yang lagi nonton ke sana juga. Aku jelas nolak, bukannya ngga pengen, ya jelas pengen banget, tapi duitnya darimana? Jual jigong?.

Akhirnya dia mau ngalah dan nemenin aku nonton tiap hari meskipun kadang ketiduran dipahaku.

~~~O~~~


Bom Bali I

12 Oktober 2002
Pulau Bali diguncang kejadian memilukan yang selalu membekas dan takkan pernah hilang dari ingatanku.

Peristiwa pengeboman Paddy's dan Sari Club di Jalan Legian Kuta.

Ratusan tubuh manusia berserakan tak berbentuk lagi, potongan-potongan tubuh manusia terpental beratus-ratus meter. Kaca-kaca berhamburan, listrik padam dan kabel-kabel bergelantungan di jalanan.

Kuta, sebuah daerah di selatan Bali yang selalu menggeliat dan tak pernah tertidur saat itu dipaksa untuk tidur panjang. Dan dalam sekejap menjadi kota mati.

Di malam minggu yang mencekam itu Aku saat itu ada janji dengan kawan-kawanku untuk kumpul di Paddy's club karena ada salah sorang kawan kami dari Aussie sedang berlibur ke Bali.

Setelah minta ijin Inda aku berangkat sendiri menuju ke sana, Inda sebenernya ngotot pengen ikut tapi entah kenapa tegas kularang.
Entah kenapa malam itu kami kesulitan untuk segera tiba di sana, ada saja hambatannya.

Kawanku belum juga ada yang tiba di sana, termasuk kawan Aussieku yang masih nyangkut di daerah Ubud karena terjebak macet.

Kira-kira tinggal kurang lebih 3Km lagi aku tiba di Paddy's, tiba-tiba ada suara ledakan yang cukup keras tidak terasa apa-apa, namun yang selanjutnya adalah ledakan yang sangat keras, sampai jalananpun rasanya bergetar dan bergemuruh lama, hal yang sama juga aku rasakan di dadaku, sampai tangankupun gemetaran, kulihat dari kejauhan langit di memerah dan silau sejenak.

Suasana menjadi sangat chaos, banyak orang-orang yang memutar balik kendaraannya, jalanan jadi sangat macet. Aku tetap menerobos ke sana untuk segera menuju Paddy's, tak ada dipikiranku bahwa bom besar telah meledak, kupikir ledakan gardu dan kebakaran hebat saja.

Sekitar 2km dari pusat ledakan, kuparkir motorku dan mulai berjalan masuk menyusuri jalan legian. Bulu kudukku merinding menyaksikan pemandangan itu, para turis dan orang lokal berlarian tak tentu arah.

Beberapa dari mereka banyak yang terluka parah dan bahkankehilangan anggota tubuh mereka, kutelusuri lagi lebih jauh, aku menangis, semuanya seperti mimpi, Kuta yang selalu happy mendadak menjadi kota mati.

Aku segera meninggalkan tempat itu dan menuju rumah Inda. Wajah kawan-kawanku terlintas dipikiranku, apa mereka baik-baik saja? Kuhubungi mereka satu persatu tapi sinyal provider mati total. Sampai di tempat Inda aku menangis ketakutan, Inda menenangkanku, berita televisi mulai meliput kajadian tadi. Inda tercekat, dan tak henti mengucap syukur.

Akhirnya satu persatu kawan-kawanku saling menghubungiku dan luar biasanya semua sehat, termasuk kawan buleku. Beruntungnya kejadian itu terjadi sebelum pukul 12 malam di mana kawasan Legian masih bisa dikatakan sepi. Karena geliat hiburan di sana baru dimulai setelah jam 12. Jadi kamipun belum ada yang tiba di sana sebelum jam itu.

Malam itu aku menginap di rumah Inda dan kata Inda aku banyak mengigau. Sampai cerita ini ditulis peristiwa itu masih membekas jelas di hatiku, di hati kami orang Bali dan di hati kalian Indonesia.

Semoga tak ada lagi kejadian seperti itu di belahan manapun di Indonesia, berperang mengatasnamakan agama dengan membunuh sesama itu bukan perbuatan orang beragama dan perbuatan yang dikutuk Tuhan.

Sayangi sesama tanpa pengecualian.

~~~O~~~
Suatu siang ada kejadian yang membuat kami bertengkar hebat saat itu. Waktu itu aku jemput dia di sekolahnya. Di depan sekolahnya ada semacem kafetaria, aku jemput dia di sana. Tak berapa lama menunggu akhirnya dia muncul dengan teman-temannya.

Di dalam kafetaria itupun ada banyak anak-anak SMAN 1 Asoka, hanya aku yang dari sekolah lain. Kupesankan dia makanan yang dia pengenin, tapi aku merasa ada yang janggal dari sikapnya.
Aku merasa dikecewakan, dihadapan temannya Inda memperlakukan aku macam kacung.

Aku diperintahnya macam-macam, kemudian dia seperti mengolok-olokku dihadapan temannya dengan mengatakan "enak kan punya pacar nurut gini?". Yang kemudian disambut senyum dan tawa temannya.

Aku tahu mungkin maksudnya hanya bercanda saja. Tapi aku pikir ini sudsh keterlaluan buatku. Ini bukan yang pertama kalinya dia memperlakukanku seperti itu dihadapan teman-temannya. Aku juga punya batas kesabaran. Atau memang aku yang terlalu berlebihan menyikapinya? Namun yang pasti hatiku terluka.

Diperjalanan pulang aku sama sekali tak bicara, dia terus mendesakku untuk bicara dan aku menjadi lebih kesal dibuatnya. Akhirnya perang mulut tak terhindarkan, semakin keras dan semakin keras lagi. Aku semakin panas saat dia sedikit membandingkanku dengan Putra.

"Aku ngga ada maksud ngelecehin kamu !!!!"

"Ngga ada maksud? Ini bukan sekali ini kamu bersikap kayak gitu ke aku di depan temen-temen kamu."

"Okey aku minta maaf kalau udah nyakitin perasaan kamu, tapi come on Leo itu cuman bercandaan doang."

"Bercandaan apa macam begitu, taiklaaahhh !!! Kamu macarin aku cuman buat nunjukkin ke temen-temen kamu kalau aku ini pacar penurut yang gampang diinjek-injek harga dirinya gitu???? Fucckkk bangetlah!!"

"Leoooo !!!!" Plaaaakkk Dia menamparku.

"Jaga kata-katamu Leo, aku ngga nyangka ya? Kamu sepicik itu dan kasar sama aku, bahkan Putra aja ngga bakal ngelakuin hal itu ke aku!!!"

"Whaaatt?? Fuck bangetlah, apa hubungannya sama Putra? Kamu nyesel pacaran sama aku dan ngga milih Putra? Okeylah !!!! Anjing ini semua !!!" Aku sangat kesal hingga membanting helmku.

"Bukan gitu Leo !!!!"

Aku pergi meninggalkannya yang menangis sambil bersimpuh di teras depan rumahnya. Satpamnyapun langsung ngeloyor ke belakang saat kami bertengkar. Di jalan aku sedikit merasa kasihan telah membentaknya, apa aku berlebihan? Tapi perasaanku yang disakitinya duluan, apa aku juga tak berhak marah ?

Seminggu berlalu kami tak juga bertukar kabar, terus terang aku merasa bersalah juga karena terlalu keras padanya, tapi disisi lain ada semacam perasaan gengsi juga untuk ngomong duluan, apalagi dia udah tega-teganya ngebandingin aku sama Putra. Kalau sudah begini apa masih cowok selalu salah?

Akhirnya setelah kurang lebih sepuluh hari kami mulai berkomunikasi sembali. Memang dia yang lebih dulu mengirimiku sms, namun aku segera menelpnya. Iya aku tidak bisa bohong bahwa aku kangen dia. Begitulah aku, meski disakiti atau kesal terhadap seseorang pasti akan terlalu mudah dan cepat luluh dan memaafkan.

Terlebih orang yang kusayang.
Hari ini aku akan datang ke rumahnya, ini kali pertama aku bertemu dengannya setelah pertengkaran kami. Suasana awal terasa agak canggung. Kami seperti oramg yang belum pernah mengenal sama sekali.

"Aku minta maaf sayang" aku berinisiatif memulainya.

"Ngga perlu minta maaf kok aku yang salah"

"Ngga aku sayang"

"Aku kok"

"Ngga pokoknya aku"

"Ngga mau pokoknya aku"

Akhirnya aku hajar dia dia pake helm sampai sempoyongan karena ngga mau ngalah. Hehehe ngga begitu cerita aslinya.

Kami udah sama-sama melupakan pertengkaram kami, waktu itu kami berdua duduk di halaman belakang rumahnya yang ada tamannya itu. Dia bersandar di dadaku, aku membelai-belai lembut rambutnya sibuk mencari kutu, tanda sayang pastinya. Walaupun kami sudah baikan tapi rasa canggung itu masih ada.

Mumpung sepi aku berinisiatif mulai menciumi leher dan telinganya. Badannya mulai tidak canggung lagi bersandar didadaku, mungkin hatinya yang sedikit beku udah mulai cair.

Aku bisikkan kalau aku menyayanginya, dia berbalik, tersenyum lalu mencium bibirku. Di tengah keasyikan kami merajut kembali tali kasih, tiba-tiba sebuah mobil Land Cruiser VX berwarna hijau tua datang.

Aku mengamati dari jauh ternyata orang tua Inda, moodku yang tadi sudah hampir membaik karena udah kembali manja-manjaan sama Inda kembali berantakan. Jujur untuk anak SMA seumuran itu talut banget jika ketemu ortu pacar.

Inda lebih dulu berjalan untuk menyambut ortunya, aku berdiri di belakangnya kemudian memperkenalkan diri.

"Malem Om, Tante, saya Leo temannya Inda"

"Oh iya, ayo masuk kita ngobrol-ngobrol di dalem aja" ajak Om Oka.

Akhirnya aku diajak duduk di ruang tengah, Inda duduk disebelahku, raut wajahnya lebih santai dibanding wajahku yang udah nyaris semaput, Om Oka dan Tante Bintang ortu Inda duduk di depanku, kami berhadap-hadapan. Aku seperti merasa seperti sedand disidang karena ketangkep nyolong ayam.

Intinya Om Oka dan Tante Bintang tidak melarang kami berpacaran namun bukan berarti mereka menyetujui hubungan kami. Apalagi di tengah obrolan Om Oka melepaskan semacam kode bahwa Inda akan dikenalkan dengan anak dari salah satu kawan Om Oka di Jakarta.

Semacam tamparan keras bagiku, bahwa secara tidak langsung mereka menganggapku tidak pantas bersanding dengan anaknya.

Wajah Inda yang tadi masih bisa senyum-senyum mendadak seperti menahan tangis. Aku hanya mampu menunduk, sesekali mengangguk dan berkata iya. Kata-kata ortu Inda lama-lama semakin mengintimidasiku.

Setelahnya aku jarang main ke rumah Inda lagi, kecuali keadaan rumah sedang sepi. Tapi ortu Inda mulai membatasi ruang gerak anaknya dengan menyuruh satpam untuk selalu laporan apa aku selalu main ke sana atau tidak. Inda juga sudah diperkenalkan dengan anak kawan Om Oka yang dari Jakarta itu.

Sewaktu cowok itu liburan ke Bali Inda ditugasin ortunya untuk nemenin liburan. Satu bulan lamanya Inda selalu sibuk menemani cowok itu bepergian selama liburan. Dan selama itu kami tidak bertemu.

Hubungan kami masih berjalan, tapi Inda yang lebih sering mendatangiku ke rumah. Kami masih biasa melakukan hubungan badan, dan bisa dibilang masih rutin. Namun semakin lama semakin terasa ada jurang pemisah diantara hubungan kami.

Mungkin karena Inda tidak mau mengecewakan ortunya sehingga mulai menjaga jarak denganku atau memang Inda sudah mulai menyukai cowok itu, aku tak pernah tahu.

Sudah hampir setahun berlalu, setahun aku berpacaran dengannya dan setahun pula aku dimusuhi kawanku Putra dan asistennya Gede tentunya. Kini aku sudah naik ke kelas 2 SMA. Hubunganku dengan Inda masih berjalan, tapi makin lama makin terasa berubah, rasa sayangku padanya atau sayangnya ke diriku mungkin masih sama besar.

Tapi entah kenapa aku merasa, Kau dan Aku menuju ruang hampa.
 
Terakhir diubah:
Seperti sebelumnya, bli Leo pasti di tinggalkan lagi oleh orang yg dia sayang, seperti ny ini semacam latihan supaya dia menjadi orang kuat di masa depan .
Dan untuk peristiwa bom Bali, turut berduka cita, semoga kita menjadi pribadi yang lebih kuat lagi kedepannya, bahwa musuh ada di mana2, jadi kita harus peduli lingkungan sekitar kita biar tidak ada lagi yg merusak negara kita, semangat bli..
 
Bli, ceritanya buat saya nano-nano. Kadang sange, kadang ketawa, dan terakhir ini sedih. Ane masih SD wkt Bom Bali jadi saat itu belum kepikiran ribetnya. Turut berduka untuk kejadian tersebut, salut dg ketangguhan msy Bali yang telah melawati saat2 suram dg kebangkitan saat ini. Maaf OOT bli.
 
klasik, strata sosial memang sering jd jurang pemisah.
yah, tp gak ap2 kan bru naek kelas 2 sma. jaln hdup msh panjang.
 
Masalah Asam Lambung(Maag) obatnya gampang om, telur ayam kampung
ambil kuningnya aja diseduh pake bubur panas, Makasih Updatenya Om
 
Gk bisa nyalahin Inda jg sih, yg terbaik ya, berpisah dengan Damai saja. Request ya gan, kalau Inda dan Leo berpisah, pisahkan mereka dgn damai :galau: :hore:
 
Asli hu ini update bikin ane keinget 30 tahun yg lalu wkwkwkwkwkwk... Angkatan kolot yak.. Lanjut hu.. Biografi plus plus
 
Asli hu ini update bikin ane keinget 30 tahun yg lalu wkwkwkwkwkwk... Angkatan kolot yak.. Lanjut hu.. Biografi plus plus
 
Bimabet
Bangke jaen ne Bli. Yen sube promag sing mempan. Sube abe ke dokter nu masih perlu waktu 2-3 hari mare ilang asam lambung ne. Coba abe ke Penta Medika, rage ditu maan obat maknyus. Tumben meobat mesuntik. 1 jam langsung ngaceng. Sisane makan teratur bli. Kapahang makan angin jak makan hati.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd