Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiar Series: Anak magang ikut perjalanan dinas

Episode 4

Pukul setengah 8 pagi,

Tiar sudah berada didalam bath tub di kamar mandi kamar Putra, Ia berendam dengan air hangat, tubuh yang semalam dinikmati oleh Putra itu tertutupi oleh tebalnya sabun kecuali bagian kepala. Tiar menyenderkan punggungnya pada ujung bath tub, memejamkan mata, sambil menikmati lagu-lagu pop dari HP Putra yang Ia ketahui passwordnya, Tiar tidak menggunakan HP nya karena lowbatt dan kemudian mencharge nya kemudian Ia melihat HP Putra yang ini baterainya masih full.

Tiar mengingat lagi kejadian semalam, bagaimana ia berkali-kali orgasme karena Putra, Ia tak menyangka teman seangkatannya itu yang membuat ia terbuai, puas,dan menikmati sex setelah sekian lama, karena hal yang dilakukan Putra semalam berbeda dengan pacarnya Tiar yang ingin menikmati nafsu dan fantasinya sendiri tanpa memikirkan Tiar, Tiar seperti hanya dianggap bongkahan daging pemuas nafsu pacarnya.

“Gue harus tegas sama Vino. Gue harus putusin Dia.” Kata tiar mantap. Ia kemudian melepas penutup bath tub, membuat seluruh air yang tertampung mulai surut, Tiar kemudian membilas rambutnya yang tidak terkena air, kemudian Ia mandi dibawah guyuran shower.

Tiar akhirnya keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk putih hotel dan handuk kecil yang membungkus kepalanya. “Trinnggg....triinngggg” Tepat pada saat itu juga HP nya berbunyi, ternyata panggilan dari Mas Bagus, salah satu staff yang se divisi dengan mereka. “Halo Mas, kenapa?” tanya Tiar lembut.

“Halo Tiar, banner dan beberapa dokumen buat besok bakal dikirim jam 10, kalian bisa breakfast dulu ya.” Kata Mas Bagus di ujung telpon.

“Baik Mas. Makasih infonya.”

“Tadi saya nelponin Putra, Cuma ga diangkat-angkat, makanya Saya nelpon Kamu.”

“Iya Mas, Putra masih tidur mungkin.”

“Kebo tuh anak, ya udah, nanti tolong kasih tau Putra ya. Makasih. Sampai ketemu besok.”
“Baik Mas. Terima kasih.” Kemudian panggilan berakhir.

Setelah panggilan berakhir, Tiar menaruh HP Putra di meja, disamping HP Putra yang satunya lalu memutuskan membangunkan Putra untuk sarapan “Heii bangun, Putra, bangun.” Tiar memanggilnya lembut. Putra belum tersadar, Tiar membelai halus pipi Putra “Ganteng, ayo bangun, entar ga bisa sarapan.” Tiar melanjutkan membangunkan Putra. Tiba-tiba mata Putra langsung terbuka dan Ia duduk “jam berapa sekarang Ti?” tanya Putra. “Jam 8.” Jawab Tiar singkat. “Keburu berenang ga ya Gue?” Tanya Putra polos, Tiar gemas “Ihhh bukannya mikirin sarapan sama dekor, malah mikirin berenang.” Tiar mencubit perut samping Putra “Ahhh...aahahh sakit Ti.” Putra mengaduh. “Oh ya sarapan. Yuk.” Putra langsung bangkit berdiri, meregangkan semua ototnya kemudian membuka gorden, agar matahari bisa masuk. “Yak yuk yak yuk. Gue pake apa?” Tanya Tiar kesal. “Tanktop sama celana Lu lah.” Jawab Putra santai. “Gamau, basah Tra, sisa semalem.” Jawab Tiar. “Mau Gue ambilin dulu di kamar Lu? Atau mau pake baju Gue dulu?” tanya Putra memberikan pilihan. “Pake baju Lu dulu kali ya?” Tiar bingung “Ok, bentar, Putra mengeluarkan seluruh isi tas nya. “Pake ini aja ya?” Putra menawarkan jersey sepak bola klub favoritnya. “Kayaknya over size sih Ti, Gpp?” tanya Putra. “Iya gpp.” Jawab Tiar melepas handuk yang tadinya menutup tubuh putihnya. “Wadaawwww” Putra menutup matanya “Ihhh ngapain tutup mata sih?” tanya Tiar, ia sedikit geli melihat tingkah Putra namun, matanya beralih ke penis Putra “Adeknya bangun tuh?” Goda Tiar. “Wajar bangun, barusan ngeliat bidadari telanjang.” Balas Putra “Udah, bidadarinya udah ga telanjang nih.” Jawab Tiar, Putra membuka sedikit matanya untuk memastikan. Ternyata Tiar sudah meggunakan jerseynya. “Kayaknya udah ga perlu celana deh, ini cukup panjang kok.” Tiar mengira-ngira “Ti, kita gatau nih mata orang-orang sejeli apa, jangan nekat deh.” Putra ragu dengan keputusan Tiar. “Udah iihh lebay. Lu mending pake baju terus kita turun, keburu close.” Tiar mengingatkan, Putra mengambil pakaiannya disamping tempat tidur kemudian mengenakan pakaian yang sama sepeti semalam sebelum ia melepasnya. “Ayo.” Mereka berdua pun turun berbarengan.

“Selamat Pagi Bapak dan Ibu, dari kamar nomor berapa?” Tanya staff yang berjaga didepan restoran hotel. “7001 dan 7020.” Jawab Tiar, si staff melihat daftar, kemudian mempersilahkan keduanya masuk. Sempat terlihat sedikit oleh Putra bahwa si staff sempat melirik paha Tiar yang sebagian besar masih terlihat. Karena kondisi restoran tak terlalu ramai, mereka memutuskan untuk mengambil makanan terlebih dahulu. Tiar sudah menempati tempat duduknya sambil membawa sepiring nasi beserta lauknya dan juga segelas air putih. Sementara Putra baru kembali membawa sepiring nasi, semangkok sereal, ia menaruh piringnya dulu kemudian mengambil segelas es teh manis. Tiar melihat lauk Putra adalah daging semua. “Tra, Lu ga pake sayur? daging semua tuh.” Kata Tiar kepada Putra yang baru saja balik “Ga suka sayur.” Jawab Putra santai “Nih makan dikit punya Gue. Lu harus makan sayur.” Tiar hendak memberikan sedikit sayur capcay nya kepada Putra, Putra langsung mengangkat piringnya. “Gamau.” Tolak Putra.

“Bandel ya.” Kata Tiar.

“Bodo amat.”

“Ayo makan.”

“Gamau, ini aja dah sehat.”

Tiar merasa lelah berdebat dengan Putra, kemudian terbersit sedikit ide dari Tiar “Gue suapin deh.” Tawar Tiar. Putra sempat bengong tak percaya. Tiar menaikkan satu alisnya. Putra masih bengong, Tiar pindah duduknya ke samping Putra yang tadinya mereka bersebrangan, Tiar menyendok nasi, daging, dan juga sayur, kemudian mengarahkan itu ke mulut Putra “Hayoo AAAAAA” Tiar membuat Putra seperti anak kecil, Putra melirik sebentar, sepertinya tak ada yang peduli, Putra memakan suapan dari Tiar, wajah Putra sedikit kecut, karena memang Ia tak suka sayur, hanya karena disuapi Tiar, Putra mengunyah kemudian menelannya “Gimana enak?” tanya Tiar. “Pait Ti.” Jawab Putra “Ayo lagi.” Tawar Tiar, Putra tak kuasa menolak, lagi-lagi Ia menerima suapan kedua dari Tiar. “Kalo ini abis, boleh main sama Lu lagi Ti?” tanya Putra. “Main apa?” Tanya Tiar “Main kayak semalem lagi hehehe.” Balas Putra cengengesan. “Hhhhmmm” Tiar nampak pura-pura berpikir “Boleh.” Jawab Tiar semangat “Tapi...” Tiar menggantung kalimatnya “Lu harus makan sayurnya sendiri, terus di piring sendiri. Deal?” Tanya Tiar, Putra langsung bangkit, ia mengambil sayur capcay lumayan banyak. “Nih Gue makan sendiri ya.” Putra memberanikan diri “Gue liatin.” Tiar tersenyum melihat Putra yang memakan sayur, entah mengapa tiar merasa senang.

“Aaaahhh udah abis.” Putra menyenderkan punggungnya ke kursi restoran, Ia merasa sangat kenyang, bahkan serealnya tak tersentuh. “Anak pinter.” Tiar mengacak-acak rambut Putra menjadi semakin acak-acakan. “Langsung main?” Tanya Putra “Iiihh ambis banget sih? Entar ya kalo udah senggang, Kita masih harus dekor loh.” Jawab Tiar.“Ah iya bener, Gue lupa.” Putra menepok jidatnya. “Serealnya abisin dulu dong.” Kata Tiar “Kenyang Ti.” Jawab Putra sambil mengelusi perutnya. “Mau Gue suapin?” tawar Tiar “MAU” Jawab Putra semangat. Tiar pun menyuapi semangkok sereal kepada Putra sampai habis. “Kayak anak kecil deh Lu.” Kata Tiar setelah serelanya habis “Gpp, Gue kan emang lucu.” Jawab Putra setelah mengunyah habis sereal di mulutnya “Iiihh GR.” “Kok GR, kalo gue ga lucu, masak Lu mau nyuapin Gue Ti?” tanya Putra, wajah Tiar tampak bersemu merah kemudian menonjok lengan Putra “Sakit weehh” Putra mengaduh. “Bodo amat.” Jawab Tiar.

“Eehh abis ini temenin Gue ngambil tas Gue di kamar Gue dulu yuk?” ajak Tiar “Boleh” Jawab Putra singkat sambil menoleh-noleh “Nyari apaan sih Lu?” tanya Tiar “Cari cewek buat mutualan, kali-kali bisa pacaran.” Jawab Putra santai. “Putra...Putraaa” Tiar bangkit dari duduknya kemudian meninggalakan Putra “Ti, mau kemana? Tungguin.” Putra sedikit bingung dengan Tiar yang tiba-tiba bangkit, Putra mengikuti Tiar dari belakang. Mereka menuju lift “Kita ke kamar Lu dulu kan?” tanya Putra

“Iya.”

“Lu bawa kartu kamar?”

“Bawa kok, nih.” Tiar menunjukkan kartu kamarnya yang ia simpan di case HP nya.

Kini mereka sudah berada di lantai 7, lantai kamar mereka, mereka jalan berdampingan menuju kamar Tiar. Tiar memasukkan kartu kamarnya ke pintu dan pintu itu menunjukkan lampu hijau, kemudian mereka berdua masuk ke kamar untuk membawa tas Tiar. “Mau Gue bawain Ti?” tawar Putra. “Boleh Tra. Eehh bentar Gue ke kamar mandi dulu ya.” Kata Tiar. Tiar kemudian beranjak ke kamar mandi tanpa menutup pintunya “Sssrrrrr” terdengar air kencing dari kamar mandi, Putra yang pikirannya sudah kemana-mana memutuskan untuk ngevape saja di kamar itu. “Putraaa.” Panggil Tiar dari kamar mandi “Oiii” jawab Putra “Sini bentar deh.” Pinta Tiar, Putra pun bangkit dan menuju kamar mandi yang tak tertutup itu “Kenapa Ti? Tanya Putra yang berada di ambang pintu. “Selfie mirror yuk?” ajak Tiar “Hah?” Putra keheranan antara tidak tahu arti selfie mirror atau tak percaya yang Tiar meminta hal seperti itu. “Kita selfie yuk?.” Tiar berkata sambil berkaca merapikan rambutnya, Putra pun mendekati Tiar “Pake HP Lu aja” kata Tiar, Putra memberikan HP nya pada Tiar dan kemudian mereka berdua ber selfie ria melalui kaca di kamar mandi tersebut. Mereka melakukan berbagai pose “Ti, Lu telanjang dong.” Pinta Putra iseng, Tiar nampak berpikir sejenak, Putra jadi ketakutan “Becanda Ti, ga serius.” Putra mengelak. Tanpa berkata, Tiar melepaskan jersey yang dia kenakan. “Yuk, lebih romantis ya gayanya.” Kata Tiar, Putra senyum sumringah. Putra kini berada dibelakang Tiar dan memeluk perut Tiar, mereka memang mirip sepasang kekasih. Berbagai pose mereka lakukan, ciuman, meremas payudara Tiar, hand sign fuck, dan berbagai pose lainnya. “Banyak juga ya.” kta Tiar yang melihat hasil selfie mirror mereka. “Mau Gue kirim ke Lu Ti?” Tanya Putra “Ga usah, buat Lu aja. Biar ekslusif.” Jawab Tiar. “Tapi jangan lupa di hide ya atau di back up di tempat lain. Entar takutnya ketahuan sama orang-orang.” Lanjut Tiar sambil kembali menegnakan jersey Putra. “triinnggg......Triinngggg” HP Tiar kembali berbunyi, telpon dari Mas Bagus

“Halo Mas, kenapa?”

“Banner sama dokumen-dokumennya udah di receptionist ya, tadi drivernya nitip disitu.”

“Ok Mas, Kita turun sekarang.”

“Makasih ya, semangat kalian.”

“Baik Mas, makasih ya, dadah.”

Telpon pun tertutup.

“Turun yuk, paketnya udah sampe.”

“OK, yok.”



Di lobby,

“Selamat siang Mbak, ada paket atas nama Tiar atau Putra B****** ga ya?” tanya Tiar

“Siang Mbak, ada, ini ya?” Recepstionist itu menunjukkan banner dan beberapa dokumen lainnya.

“Iya bener Mbak, terima kasih ya.” lalu Putra mengambil banner dan dokumen itu.

“Oh ya Mbak, Kita boleh pinjem step gun buat masang banner ga?” kini putra yang bertanya.

“Bisa Mas, nanti staff kami yang anterin ke hall aja ya?”

“Makasih Mbak.”

Mereka pun lalu menuju hall acara. Disana mereka menunggu sekitar 5 menit dan staff yang ditugaskan mengantar step gun pun datang. Putra dan tiar kemudian menempelkan banner itu di triplek yang berukuran cukup besar yang memang berfungsi sebagai media banner untuk ditempel.

“Nah beres.” Kata Putra setelah berhasil menempelkan semua sisi banner.

“Beres deh.” Tiar juga berkata.

“Duduk dulu disini kali ya Ti? Mager banget keatas.” Kata Putra

“No prob.”

Setelah itu mereka kembali bercerita berbagai macam hal, bahkan Putra kaget ketika Tiar membahas bola “Ternyata wawasan Lu luas ya Ti, semua bisa Lu omongin.” Putra takjub “Apaan sih? Gue juga suka bola, Cuma mungkin Gue ga se fanatik Lu.” Tiar merasa malu, Kemudian Putra memegang paha Tiar. “Kita main cepet aja ya? Ke belakang yuk.” Ajak Tiar yang ingin bermain di belakang panggung itu, yang menyisakan ruang. Putra melihat apakah ada CCTV yang mengarah ke belakang panggung, ternyata CCTV hanya berfokus pada panggung dan tempat audience. Mereka pun beranjak ke belakang panggung. “Main 69 mau?” tawar Tiar yang sudah berbaring sambil mengangkat bajunya hingga ke atas dada nya “Sabiiii” jawab Putra sambil menurunkan boxernya dan menampakkan penisnya. Wajah Putra kini sudah berada diepan vagina Tiar, begitu juga wajah Tiar yang sudah disuguhkan penis Putra. Tangan Putra kini bermain di vagina Tiar diikuti lidahnya dan Tiar langsung melahap penis Putra. Desahan-desahan kecil terdengar dari mulut mereka yang tersumpal oleh kelamin mereka masing-masing. “Slllrrrppppp......sllrrppppp...cep...ceep...ceeeppp” begitulah bunyi kelamin mereka yang sudah becek. “Hmmmppphhh...hhhmmmppphhhhhhhhhhh” desahan panjang Tiar menandakan bahwa Ia mencapai orgasme nya. Putra lagi-lagi menyedot cairan yang keluar dari vagina Tiar. “Haahh....hhhaahhh..haahhhh” Nafas Tiar ngos-ngosan saat Putra melepas penisnya. “cepet amat Ti?” Ejek Putra. “Lu parah Tra.” Kata Tiar “Gue deep throat lagi aja ya? Biar Lu cepet keluar?” Tanya Tiar “Nanti malem aja gimana? Biar banyak.” tanya Putra “Siap baginda Raja. Putra menaikkan lagi celananya “Mau balik ke kamar?” Tawar Putra. Tiar mengarahkan kedua tangannya kepada Putra dengan isyarat untuk membangunkannya, Putra menurut, Ia menarik tangan Tiar, kemudian langsung memeluknya, tinggi mereka hampir sama, walau tinggi Putra sedikit, sehingga kedua mata mereka saling melihat lawan jenisnya, kemudian mereka saling berciuman mesra.

Setelah puas berciuman, mereka berdua mengambil dokumen dekat panggung dan mengambil tas Tiar yang tadi mereka bawa dari kamar, kemudian berdampingan menuju kamar Putra.



Di Kamar,

“Gue mandi dulu ya Ti.” Putra menuju kamar mandinya.

“Mau Gue mandiin?” tawar Tiar.

Putra senyum sumringah, ia dengan sangat cepat melepas seluruh pakaiannya, Tiar pun membuka jerseynya. Putra sudah berada dibawah shower, sebelum menyalakan air, tiar mengenakan shower cap nya, karena ia malas kalau harus keramas lagi. Air pun di nyalakan, Tiar membasuh seluruh badan Putra dan menyabuninya. Ketika sampai di penisnya, Tiar mengurut-urut bagian itu “Ti, jangan disitu mulu.” Putra mendesah, Tiar tertawa kecil, Ia senang mengerjai Putra. Setelah menyabuni Putra, Tiar membasuh rambut agak gondrong Putra, setelah itu Tiar kembali membasuh Putra untuk menghilangkan sisa sabun dan shampoo yang menempel. Tiar dengan telaten menghanduki Putra, membuat tubuhnya kering. Tiar juga menghanduki tubuhnya yang basah setelah memandikan Putra dan mereka berjalan keluar dari kamar mandi telanjang.

“Nanti siang mau jalan-jalan sekitaran sini gak Ti? Sekalian makan siang.” Tawar Putra “Ayo.” Balas Tiar. “Kira-kira makan dimana ya?” Putra bingung “Mall deket sini aja mau?” tawar Tiar “Hhhmm sabi-sabi. Ok deh.” Sambil menunggu jam makan siang mereka menonton film di TV sambil bermesraan, banyak cerita yang bisa mereka bagikan.

Episode 5
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd