Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TIGA ISTRIKU (Sequel Maya Istriku Versi KW)

BAGIAN 3

GELISAH





POV GIO

Cigetih, Kamis, 11 April 2024


Aku cukup kaget ketika Farin mengatakan kalau Frieska masih belum selesai urusannya di kantor pengacara, sehingga siang ini Farin pulang sendirian ke Cigetih, sementara Frieska kabarnya nanti akan diantar pulang oleh Leo….. Leo?!?! Lelaki yang akhir-akhir ini membuatku cemburu. Sial!!!

“Udah, Sayang…. jangan mikirin yang nggak-nggak… Frieska nggak akan kenapa-napa kok…” Ucap Farin yang sepertinya sudah paham betul dengan karakterku ini.

“Nggak mikirin apa-apa kok..” Jawabku mengelak tebakannya meskipun itu benar, aku memang sedang memikirkan istriku bermain gila di belakangku!!

Aku tak sempat menghubungi Frieska lagi, karena aku langsung rapat dan itu berlangsung lama, sampai pukul 7 malam baru selesai, dan ketika aku pulang ke rumah… hatiku semakin gelisah ketika aku mengetahui kalau Frieska belum pulang!!!

Aku langsung menghubungi Frieska melalui video call karena aku ingin tahu dia sedang apa dan berada dimana. Terlihat Frieska sudah berada di dalam mobil menuju pulang, katanya dia diantar sopir dan 15 menit lagi sampai di rumah. Wajahnya terlihat letih, kasihan istriku itu… seharian pasti dia menghadapi konsultasi hukum yang seharusnya tak perlu dia jalani di usia semuda itu.

Aku menunggu Frieska di depan pagar rumah, entah mengapa meskipun aku sudah tahu Frieska akan segera pulang dan hanya diantar sopir, tapi perasaanku masih saja gelisah. Saat aku merokok, dari kejauhan aku melihat sorot lampu dari sebuah mobil mendekati. Sepertinya itu Frieska.

Mobil itu kemudian berhenti di depan rumahku, sebuah mobil jenis Van yang sangat mewah, bahkan yang termewah dari yang pernah aku lihat. Ketika pintu mobil belakangnya terbuka, aku langsung memburu istriku itu. Istriku terkejut begitu tahu aku sudah berada di balik pintu mobilnya, dan aku pun sama terkejutnya karena ketika aku menengok ke dalam mobil, disana terlihat Leo yang sedang berbaring santai di sebuah jok mobil yang memang posisinya dibaringkan sambil menonton televisi yang berukuran cukup besar. Rupanya lelaki itu ikut juga, mau ngapain?!

“Eh, Mas… kenapa turun?” Tanya Frieska kepada Leo. Istriku terlihat sangat panik dan gugup di malam ini.

“Ini salaman doang…”

Leo turun dari mobil untuk menyalamiku, kulihat ia begitu berantakan, rambutnya acak-acakan dan kemejanya pun terlihat kusut, tidak seperti yang aku lihat tempo hari di kantornya yang berpenampilan sangat rapi. Kalau tidak ada sesuatu diantara mereka, mengapa istriku terlihat panik? Mengapa dia sampai gugup melihat Leo turun?

Leo pun langsung masuk mobil lagi dan izin pamit akan langsung pulang.

Saat mobil itu akan pergi, aku melihat kaca depan terbuka… dan ternyata sang sopir yang membukanya untuk berpamitan denganku. Aku mengucapkan terima kasih pada sopir tersebut sambil bertanya-tanya, karena dengan kaca jendela yang terbuka itu aku bisa tahu kalau ruang depan kemudi dengan bagian belakang penumpang itu terhalang dan tak ada celah sama sekali… jadi sepanjang perjalanan Jakarta-Cigetih, Leo dan Frieska bisa melakukan apa saja tanpa diketahui oleh Sopir di depannya… hmmmm…..


÷÷÷÷÷÷​



Cigetih, Jumat, 12 April 2024

Malam barusan aku dan ketiga istriku tidak melakukan seks seperti biasanya. Aku, Farin, dan Frieska tentu saja kelelahan setelah beraktifitas cukup berat seharian. Maka akupun langsung tertidur, tentunya di kamar Maya, karena aku ini tidak boleh tidur di kamar siapapun selain di kamarnya.

Aku terbangun sekitar pukul 1 malam. Tiba-tiba aku teringat lagi pada Leo, jangan-jangan ia tadi berbuat hal tak senonoh dengan Frieska? Tapi masa iya? Frieska yang selama ini kukenal lugu, setia, dan sangat menyayangiku rasanya mustahil melakukan hal semacam itu, tapi sikap cemburu yang didorong oleh perilaku cuckold terus memaksaku untuk selalu curiga.

Aku melirik pada Maya sudah tertidur pulas, dengan pelan dan mengendap-endap aku keluar kamar… yang kutuju adalah kamar Frieska.

Kulihat istri keduaku itu sudah tertidur juga, dia memang tidur sendiri, karena Dimas selalu tidur dengan Ambu dan Abah. Wajah Frieska saat tidur begini terlihat begitu polos seperti anak kecil. Dia tampak kelelahan dan tadi sejak dia pulang aku memang belum sempat bertanya apa saja yang dia lakukan selama di Jakarta. Niatku malam ini mendatanginya memang ingin mengobrol tentang pertemuannya tadi, tapi rasanya tak tega untuk membangunkannya.

Tiba-tiba mataku tertuju pada ponselnya yang tergeletak di atas meja di samping tempat tidur. Aku pun duduk di kursi dan langsung kuraih ponsel itu yang memang kode kunci pengamannya aku tahu. Naluriku langsung mengarah pada aplikasi WhatsApp, ternyata ia di malam ini sudah melakukan chat dengan Leo. Jantungku pun berdegup kencang dan aku mulai membaca seluruh chat mereka.

Aku membaca semuanya dari awal…. Pada awalnya, sekitar seminggu yang lalu mereka hanya berkomunikasi wajar dan singkat, hanya membahas masalah konsultasi hukum. Tapi apa yang mereka lakukan di malam ini jelas membuatku terkejut. Leo dengan santainya memanggil istriku langsung dengan namanya.

“Frieska, kamu udah tidur?” Leo memulai chat istriku, kurang lebih satu jam setelah Frieska pulang ke rumah.

“Belum, Mas… tapi udah baring di kamar. Mas udah sampe?” Jawab istriku.

“Ini baru nyampe, langsung ngehubungi kamu… hehehe.”

“Hehehe dasar!!!”


Aku tak menyangka Frieska bisa terkesan intim dengan orang lain dan melakukan pembicaraan dengan Leo seperti itu. Apakah benar dugaanku selama ini? Apakah Frieska benar-benar telah terbuai oleh Leo?

“Tadi makasih ya…” Lanjut Leo.

“Ih apaan sih, udah ah tidur!” Jawab istriku yang membuat aku semakin curiga.

“Iya Frieskaaa…. kayaknya Mas juga mau langsung tidur deh…. Lemes banget soalnya hahahaha.” Ujar Leo.

“Sana gih tidur, aku juga capek..” Balas Frieska.

Sampai sini chat istriku dengan Leo selesai. Anjing! Anjing! Anjing! Apa yang sudah mereka lakukan? Yang satu bilang lemes, yang satu bilang capek!!! Apakah aku harus kembali membunuh orang lagi?!?!?!

Mungkin dugaanku bisa jadi benar. Hatiku begitu sakit saat aku membaca chat mereka itu, tapi di sisi lain aku mulai terangsang membayangkan yang terjadi, kontolku begitu keras.

Aku berniat untuk melampiaskan marah dan nafsuku ini pada Frieska. Untuk sementara aku memang tidak akan membahas hubungannya dengan Leo, tapi aku ingin langsung menikmati memek yang mungkin telah ditusuk-tusuk oleh kontol pengacara muda itu.

“Fries…. kamu nakal banget…. aku suka, Fries..” Tanpa sadar aku mengucapkan hal itu saat mendekati tempat tidurnya.

Namun belum sampai aku mencapai tempat tidur, langkahku terhenti ketika kudengar Frieska mengigau.

“Massss…. Iihhhh…. iya… iya… boleh, Mas… Masssss.. mmmppphhh…” Ucapnya dalam tidurnya.

Hatiku kembali sangat sakit mendengar istriku mengigau seperti itu, benarkah istriku sudah melakukan hal yang sangat jauh bersama Leo? Atau ini hanya sekedar perasaanku saja?

Kali ini otak warasku muncul, dan lebih baik aku meninggalkan kamar Frieska untuk menenangkan diri.


÷÷÷÷÷÷​



POV BAH YOYO


Kehidupan keluargaku kini berubah menjadi jauh lebih baik, setelah Frieska, anak semata wayangku dinikahi oleh Gio, lelaki yang di dalam pandanganku sangat baik dan berperilaku sopan.

Kini aku dan Farida, istriku memang ikut diboyong oleh Frieska ke rumahnya yang cukup mewah atau sering mereka sebut sebagai Villa Merah, masih di sekitar Cigetih. Kami diberi uang bulanan yang tentunya sangat mencukupi dibandingkan dengan penghasilanku sebelumnya yang hanya sebagai tukang pijat keliling dan istriku yang suka bantu-bantu masak di sebuah perusahaan catering kecil di kampungku.

Aku tahu kalau Gio memberikan uang bulanan itu sebagai tanda bakti dari seorang menantu kepada mertuanya, tapi kami yang terbiasa bekerja justru dengan senang hati menangani semua pekerjaan rumah tangga anakku, meskipun Gio sudah berulang kali melarang kami untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Gio tentunya menghormati ayah dan ibu mertuanya, dia tidak ingin kami disini bersikap seperti ART.

Istriku beralasan kepada Gio dan juga Farin, bahwa rumah ini tak perlu ART atau tukang kebun, biar kami yang mengerjakannya, maklum rumah tangga ini banyak rahasia, kami tak ingin ada orang luar yang mengetahui rahasia di rumah ini.

Rahasia? Ya… aku sudah tahu semuanya dari cerita mereka sendiri yang berterus terang mengakui. Dimulai dari Gio yang telah membunuh beberapa orang termasuk si anjing Ikram yang telah menghamili anakku, kemudian Maya yang memiliki ‘kelainan seksual’ yang kini sedang dalam proses penyembuhan, lalu pernikahan yang sangat tak wajar ketika anak dan ibu berbagi suami… semua itu kami tahu dan cukup membuat kami tercengang tak percaya pada awalnya, tapi sudahlah… toh mereka sudah dewasa, dan aku percaya bahwa Gio melakukan semua itu atas dasar keterpaksaan dan tak akan mengulanginya lagi di lain waktu.

Meskipun aku sudah tahu semua ‘kegilaan’ mereka itu, tapi tak membuat aku tak merestui hubungan antara Gio dan Frieska, sekalipun status anakku hanya menjadi istri kedua. yang penting anakku Frieska berbahagia sekarang dan telah menemukan pasangan yang dicintainya…. Dibandingkan dengan si Ikram dulu!!

Hubunganku dengan semua penghuni rumah ini bisa dibilang sangat baik, hubungan kami cair dan tak kaku, tak jarang kami mengobrol bersama atau bahkan bergurau.

Kalau aku melihat Gio, kadang ada rasa iri di hatiku, di usianya yang belum menginjak 26 tahun, dia sudah memiliki 3 orang istri, tentunya dia akan selalu menemukan kepuasan di ranjang…. Nasibnya jauh berbeda denganku.

Entah sudah berapa lama aku tak melakukan hubungan suami istri, seingatku sejak Frieska di bangku SMP. Farida sudah benar-benar berhenti gairahnya, padahal usia istriku itu belumlah terlalu tua, tahun ini saja masih 45 tahun. Tapi entah mengapa, awalnya yang selalu menolak, sampai akhirnya merasakan kegerahan walau hanya sekedar tidur bersama denganku. Akhirnya kami resmi pisah kamar tidur, apalagi setelah kami dikaruniai seorang cucu, istriku setiap hari tidur bersama Dimas.

Bertahun-tahun di posisi seperti itu, membuatku ikut-ikutan cuek untuk urusan ranjang, bahkan sudah melupakan sama sekali hal-hal seperti itu. Sampai akhirnya aku berada di rumah ini, dimana kulihat gairah yang sangat besar tampak di keluarga dengan 3 orang istri itu. Membuatku kembali terbayang-bayang hal yang seharusnya masih bisa memuaskanku.

Namun pada siapa harus kulampiaskan? Istriku rasanya tak mungkin mau melayaniku. Akupun bukan tipe lelaki yang mau ‘jajan’ di luar meskipun kali ini aku sudah memegang uang. Akhirnya aku lampiaskan dengan tanganku sendiri, hal yang sudah sangat lama tidak kulakukan, tanpa kuduga aku kembali melakukannya di saat usiaku hampir menginjak 50 tahun.

Perisitiwa itu terjadi di sore ini, aku yang sedang duduk termenung di teras belakang sambil menikmati sebatang rokok dan secangkir kopi, tiba-tiba aku melihat Maya, keponakan yang sudah kuanggap anakku sendiri itu berjalan ke arah taman sambil membawa matras. Rupanya Maya akan melakukan senam di taman.

Awalnya dia tidak menyadari kehadiranku, tapi setelah beberapa lama, aku yang merasa tak enak melihat keponakanku sedang senam itu mencoba bangkit dari kursi, Maya akhirnya melihatku.

“Eh ada Abah, ternyata..” Ucap Maya yang memang seperti semua orang di rumah ini memanggilku ‘Abah’, mereka ikut-ikutan Frieska memanggilku seperti itu.

“Ngg.. i.. iya May…” Jawabku yang entah mengapa mendadak gugup.

Tanpa menghentikan gerakan senamnya, dia malah mengajakku mengobrol santai yang memaksaku akhirnya untuk duduk kembali sambil memperhatikan dia berolah raga. Gerakannya standar-standar saja, maklum namanya juga senam kehamilan. Tapi yang membuatku panas dingin tentu saja pakaian Maya yang ketat dengan bra sport-nya, ditambah lagi keringat mulai muncul di permukaan kulitnya yang putih mulus dan teramat cantik itu. Sungguh, hari ini dia membuatku gelisah.

Keponakanku ini memang sangat cantik, dengan tingginya yang semampai, dia adalah sosok wanita yang sempurna. Akupun dari pertama melihat sudah mengakui kecantikan keponakanku ini, walaupun tentunya hanya sebatas penilaian dari orangtua kepada anaknya. Tapi di sore hari ini penilaian itu menjadi bertambah parameternya, yaitu… sexy. Meskipun saat ini dia sedang hamil sekitar 3 bulan, perutnya belum terlalu menonjol sehingga dia tampak seperti gadis belia yang masih sangat ranum.

Tak heran juga jika kemarin-kemarin Maya ini menjadi incaran banyak laki-laki hidung belang, memang pesonanya tak bisa diabaikan, yang membuat lelaki manapun akan bersedia mati untuk dapat bercinta dengannya. Apalagi dia juga punya kelainan hypersex… ooohhh…. Maya.

Untungnya pengobatan kejiwaan yang dilakukan kali ini sepertinya bisa dibilang berhasil, setidaknya itu yang diceritakan Farin kepada istriku, walaupun sampai sekarang Maya masih harus diawasi secara ketat, tidak boleh keluar rumah dan bertemu dengan orang asing. Aku dan istriku lah yang bertanggung jawab mengawasi dan menjaganya selama berada di rumah, karena di siang hari Gio bersama Farin berangkat kerja, sementara Frieska sedang menyelesaikan Kejar Paket C dan juga disibukkan dengan Kursus Bahasa Inggris sebelum nanti rencananya dia akan masuk kuliah.

Kembali pada Maya, sebenarnya aku cukup kasihan kepada keponakanku itu, di usianya yang masih berusia 21 tahun, dia terpaksa harus dikekang dan terkurung di dalam rumah, demi tuntasnya pengobatan yang sedang ia lakukan. Tak jarang aku melihat dia termenung sendirian, dia juga suatu hari pernah jujur bercerita kepadaku, bahwa dia merasa sangat bersalah dengan perbuatannya dulu, sehingga kini Gio harus dihadapkan pada kasus hukum yang berlarut-larut, bahkan sampai saat ini belum menemukan titik terang.

Melihat dia seperti itu, aku menitipkan pesan kepada Farin, agar Maya saat kontrol ke Pskiater dicoba untuk disembuhkan juga trauma dan perasaan bersalahnya di masa lalu itu. Sungguh, aku takut dia menjadi gila betulan.

Sore ini, Maya sebentar saja melakukan senamnya, setelah itu dia masuk kembali ke dalam rumah. Untunglah, setidaknya pandangan dan pikiran kotorku terhadap dua buah payudaranya yang besar itu menjadi terhenti. Kini aku bisa menyiram tanaman di taman ini dulu sebelum aku mandi, meskipun sepanjang aku melakukan pekerjaan, bayangan tentang Maya terus saja memenuhi kepalaku dan tak bisa lepas barang sedetik pun.

Setelah selesai, aku pun masuk ke dalam rumah, akan tetapi pada saat aku melewati ruang TV, aku melihat Maya sedang terbaring di atas sofa, masih dalam keadaan berkeringat dengan pakaian senamnya. Sepertinya dia sangat kelelahan hingga tidur terlelap di depan TV, yang memaksa mataku untuk melihat keindahan tubuhnya. Pikiranku semakin kacau, tak pelak semakin membangkitkan nafsu birahiku.

Jika dia bukan keponakanku, dengan nafsu yang kumiliki seperti ini, rasanya aku sudah gelap mata dan langsung menindih tubuh indahnya. Namun tentunya itu hal yang terlalu gila untuk kulakukan.

Aku melihat-lihat keadaan sekitar, mencari tahu keberadaan istriku namun tak kutemukan. Sepi… sepertinya istriku sedang berada di kamar bersama Dimas. Pandanganku kembali tertuju pada Maya yang semakin kutatap semakin menggairahkan.

Aku tak tahan, dengan setengah berlari aku masuk ke dalam kamar mandi, langsung kubuka celanaku dan segera mengocok penisku untuk pertama kalinya setelah sekian lama tak melakukan masturbasi. Tentu saja yang ada di pikiranku adalah bayangan tubuh Maya dan kecantikan wajah keponakanku itu. Beberapa menit aku melakukannya, aku tidak puas… akhirnya aku nekat keluar kamar mandi, melangkah perlahan mendekat ke ruang TV, aku berdiri tepat di belakang sandaran sofa yang sedang digunakan oleh Maya. Aku kembali mengocok batang kemaluanku sendiri sambil melihat dengan seksama setiap jengkal tubuh keponakanku ini, jarak kami sangat dekat hanya dibatasi oleh sandaran sofa, aku membayangkan sedang menusuk-nusukan penisku ini ke dalam lubang vagina Maya.

"Oooh May, sssshhhh ahhhh sepertinya nikmat sekali memekmu itu, May…. Abah udah ga bisa nahan, pengen banget nge-crotin di dalam memek kamu…" gumamku lirih sambil mengocok penisku dengan mata yang tak lepas dari tubuh Maya yang masih tidur terlelap.

Suara dengkuran halus terdengar, Maya sedikit bergerak mengangkat tangan hingga menampakkan kulit ketiaknya yang putih, aku sempat menjauh sebentar, takut kalau keponakanku ini bangun, tapi ternyata tidak dan posisi tidurnya kali ini membuatku semakin terangsang.

Dada Maya yang turun naik adalah pemandangan yang begitu indah bagiku, kukocok penisku perlahan dengan penuh penghayatan dan rasanya ingin sekali sekedar menempelkan penis ini ke bagian tubuhnya, tapi aku tak punya nyali atau lebih tepatnya aku masih bisa berpikir jernih.

Nafasku kian memburu, tanganku semakin cepat mengocok batang kemaluanku ini, tiba tiba Maya berubah posisi lagi dan kali ini dia miring atau membelakangiku, kini yang kulihat adalah belahan pantatnya yang tercetak indah di celana senamnya yang sangat ketat.

"Ooooohh... aahhh, Mayaa aaaaahhh….. Abah muncratin di pantat kamu, yaa…. ohhh Mayaaaa ooohhh.."

Hanya dalam waktu singkat karena nafsuku yang sudah sangat tak terkontrol, maka muncratlah spermaku di lantai begitu banyak dan derasnya. Sialnya mungkin karena sudah lama aku tak mengeluarkan sperma, semburan pertama itu cukup kencang hingga melompati sandaran sofa dan mengenai Maya terutama di bagian pantat dan punggungnya. Aku langsung berlari mengambil tisu, kubersihkan ceceran sperma di lantai dan yang menempel di sandaran kursi dengan pelan-pelan agar tak membangunkan tidur keponakanku itu, tapi aku takut dan ragu untuk membersihkan sperma yang ada di bagian tubuh Maya.

Kini, celana dan punggung Maya terlihat basah oleh sperma yang yang kutumpahkan, berharap Maya tertidur lama, sehingga saat dia bangun nanti spermaku sudah mengering dan dia tak menyadarinya.​



÷÷÷÷÷÷​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd