-Rumah Sakit-
Kalo yang lain kokeksi mainan atau sejenisnya, saya punya paling lengkap kartu pasien. Saya hampir punya setiap kartu dari rumah sakit atau faskes (fasilitas kesehatan). Penyakitan saya yah.. Hihihi... Bahkan saya punya kartu pasien rs Fatmawati. (Padahal saya bukan domisili jakarta).
Pengalaman opname saya dimulai sejak saya umur 5 tahun, entah bagaimana ceritanya, saya harus operasi karena ada benjolan di paha saya.
Opname kedua terjadi 3tahun yg lalu, sebuah kecelakaan membuat saya harus terbaring di IGD sebuah rsud. Setelah bangun dari pingsan, sayup2 saya dengar ada percakapan :
Co: nah kea gini jahitnya. Coba kamu terusin.
Ce: kea gini dok? (Sembari terasa kepala saya sedang dijahit).
Kemudian ke sadar an saya mulai menghilang. Bangun2 saya sudah di sebuah ruangan dengan beberapa pasien lain.
Langkah selanjutnya setelah keluar dari rumah sakit adalah kontrol ke dokter. Masih di rsud yg sama.
Dokter :waduh, jahitnya berantakan sekali. Sampai bernanah gini. Infeksi ini. Kemarin jahitnya dimana? Bukan disini pasti kan?
Aku : di sini kok dok, di IGD.
--- sang dokter terdiam---
Kemudian saya balik ke rumah, kontrol ke dokter spes bedah,
Dokter: gagal jahit ini namanya. Saya cabut aja jahitannya ya. Kulit kepala paling cepet kok sembuh nya.
Aku : waduh... Mal praktek dunk dok.
Dokter: iya... Padahal kulit kepala paling mudah dijahit karena langsung berpapasan dengan tengkorak kepala.
Saya hanya bisa melengos.
++++++
3 tahun kemudian saya harus kembali opname. Kali ini beda rsud. Semua asuransi saya tidak berlaku, saya harus membaya cash belasan juta untuk opname dan operasi pasang pen. Dan juga ada beberapa luka memar yang harus saya rawat juga. Dari IGD luka memar saya dibersihkan dan ditempel kassa. Dua hari kemudian diganti perban. Lalu dua hari kemudian diganti dan perawatnya komen bahwa seharusnya luka memar tidak boleh ditutup. Harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh pakai betadine. Sedangkan sehabis check out saya diberikan betadine dan kassa
--- biasa, habis c.o. pasti harus kontrol. Saya kontrol di rumah, ada dok spea bedah tulang di rumah. Untuk memar saya pakai bio placenton dan minyak tawon makasar.
Hanya 2-5hari kulit sudah kembali mulus. Kontrol pen saya ke dokter spes bedah tulang.
Dokter : sebentar ya (dia sibuk maen hp)
Saya hanya duduk mengangguk. Kemudian asistennya masuk dan menyuruh saya untuk rebahan di bed. Digantinya perban saya oleh si asisten. Sementara sang dokter (yang katanya spesialis bedah tulang masih asyik main gagdet).
Waktu itu sakit hati saya, dicuekin segitunya ama si dokter. Duh dok... Saya kesitu bayar kali... Kok berasa kek ngemis.
Kemudian saya disuruh duduk lagi di depan meja sang dokter.
Dokter: kok gak dikasih perban elastis?
Saya mengangkat kedua bahu saya tanda gak ngerti. Saya beneran gak tau lah apa itu perban elastis.
Dokter : kemaren pakai bpjs ya?
Aku : enggak dok... Umum saya... Saya aja habis sekian puluh juta dok.
Dokter: kok dikasih obat bpjs?
Kembali saya mengangkat bahu dan menggeleng.
Saya mana ngerti ya urusan pergituan.
Udah habis itu dipasang perban elastis. Dan obat, bayar, pulang. Preet! RO? NO lahh...
---dua hari kemudian saya ganti perban di puskesmas. Kata bapak sih biar ngirit. Saya nurut lah ya.
Perawat : ganti perban bu? Duh kok benangnya udah ketutup sama kulit baru? Seharusnya udah dicabut ini benangnya. Klo udah kek gini susah nih ngambil benangnya.
Kata perawat sembari mencoba menarik benangnya.
Saya udah dongkol lah. Gemana sih ni dokter spes, mau ngeliat aja ogah. Gak tahu kan dia gemana kondisi jahitanku. Dongkol +nyesek.
---esoknya saya langsung kontrol ke rs tni au,
Bak dunia kebalik disini semuanya ramah. Kuceritain lah semua pengalamanku selama berobat.
Dokter : gakpapa ini, seminggu lagi lepas jahitan ya. Kok belun ada dikasih obat tulang?
Kata dokter sembari melihat daftar obat dari rs dan dok spes.
Dokter : mau saya kasih obat tulang ? (Saya mengangguk) mau yg bagus atau biasa?
Saya : yang bagus lah dok. Capek saya sakit terus.
Bla bla bla... Intinya enak banget diperiksa dokter satu ini.
Seperti menemukan sebuah pasangan yg pas. Hihihihi...
Begitu melihat bill nya pun saya kaget karena gak ada jasa dokter disitu. Adanya hanya 10k untuk pendaftaran baru dan bill obat saja. Udah itu aja.
Saya pulang dengan senyuman di hati.
Ini pengalamanku, bagaimana pengalamanmu?
Kalo yang lain kokeksi mainan atau sejenisnya, saya punya paling lengkap kartu pasien. Saya hampir punya setiap kartu dari rumah sakit atau faskes (fasilitas kesehatan). Penyakitan saya yah.. Hihihi... Bahkan saya punya kartu pasien rs Fatmawati. (Padahal saya bukan domisili jakarta).
Pengalaman opname saya dimulai sejak saya umur 5 tahun, entah bagaimana ceritanya, saya harus operasi karena ada benjolan di paha saya.
Opname kedua terjadi 3tahun yg lalu, sebuah kecelakaan membuat saya harus terbaring di IGD sebuah rsud. Setelah bangun dari pingsan, sayup2 saya dengar ada percakapan :
Co: nah kea gini jahitnya. Coba kamu terusin.
Ce: kea gini dok? (Sembari terasa kepala saya sedang dijahit).
Kemudian ke sadar an saya mulai menghilang. Bangun2 saya sudah di sebuah ruangan dengan beberapa pasien lain.
Langkah selanjutnya setelah keluar dari rumah sakit adalah kontrol ke dokter. Masih di rsud yg sama.
Dokter :waduh, jahitnya berantakan sekali. Sampai bernanah gini. Infeksi ini. Kemarin jahitnya dimana? Bukan disini pasti kan?
Aku : di sini kok dok, di IGD.
--- sang dokter terdiam---
Kemudian saya balik ke rumah, kontrol ke dokter spes bedah,
Dokter: gagal jahit ini namanya. Saya cabut aja jahitannya ya. Kulit kepala paling cepet kok sembuh nya.
Aku : waduh... Mal praktek dunk dok.
Dokter: iya... Padahal kulit kepala paling mudah dijahit karena langsung berpapasan dengan tengkorak kepala.
Saya hanya bisa melengos.
++++++
3 tahun kemudian saya harus kembali opname. Kali ini beda rsud. Semua asuransi saya tidak berlaku, saya harus membaya cash belasan juta untuk opname dan operasi pasang pen. Dan juga ada beberapa luka memar yang harus saya rawat juga. Dari IGD luka memar saya dibersihkan dan ditempel kassa. Dua hari kemudian diganti perban. Lalu dua hari kemudian diganti dan perawatnya komen bahwa seharusnya luka memar tidak boleh ditutup. Harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh pakai betadine. Sedangkan sehabis check out saya diberikan betadine dan kassa
--- biasa, habis c.o. pasti harus kontrol. Saya kontrol di rumah, ada dok spea bedah tulang di rumah. Untuk memar saya pakai bio placenton dan minyak tawon makasar.
Hanya 2-5hari kulit sudah kembali mulus. Kontrol pen saya ke dokter spes bedah tulang.
Dokter : sebentar ya (dia sibuk maen hp)
Saya hanya duduk mengangguk. Kemudian asistennya masuk dan menyuruh saya untuk rebahan di bed. Digantinya perban saya oleh si asisten. Sementara sang dokter (yang katanya spesialis bedah tulang masih asyik main gagdet).
Waktu itu sakit hati saya, dicuekin segitunya ama si dokter. Duh dok... Saya kesitu bayar kali... Kok berasa kek ngemis.
Kemudian saya disuruh duduk lagi di depan meja sang dokter.
Dokter: kok gak dikasih perban elastis?
Saya mengangkat kedua bahu saya tanda gak ngerti. Saya beneran gak tau lah apa itu perban elastis.
Dokter : kemaren pakai bpjs ya?
Aku : enggak dok... Umum saya... Saya aja habis sekian puluh juta dok.
Dokter: kok dikasih obat bpjs?
Kembali saya mengangkat bahu dan menggeleng.
Saya mana ngerti ya urusan pergituan.
Udah habis itu dipasang perban elastis. Dan obat, bayar, pulang. Preet! RO? NO lahh...
---dua hari kemudian saya ganti perban di puskesmas. Kata bapak sih biar ngirit. Saya nurut lah ya.
Perawat : ganti perban bu? Duh kok benangnya udah ketutup sama kulit baru? Seharusnya udah dicabut ini benangnya. Klo udah kek gini susah nih ngambil benangnya.
Kata perawat sembari mencoba menarik benangnya.
Saya udah dongkol lah. Gemana sih ni dokter spes, mau ngeliat aja ogah. Gak tahu kan dia gemana kondisi jahitanku. Dongkol +nyesek.
---esoknya saya langsung kontrol ke rs tni au,
Bak dunia kebalik disini semuanya ramah. Kuceritain lah semua pengalamanku selama berobat.
Dokter : gakpapa ini, seminggu lagi lepas jahitan ya. Kok belun ada dikasih obat tulang?
Kata dokter sembari melihat daftar obat dari rs dan dok spes.
Dokter : mau saya kasih obat tulang ? (Saya mengangguk) mau yg bagus atau biasa?
Saya : yang bagus lah dok. Capek saya sakit terus.
Bla bla bla... Intinya enak banget diperiksa dokter satu ini.
Seperti menemukan sebuah pasangan yg pas. Hihihihi...
Begitu melihat bill nya pun saya kaget karena gak ada jasa dokter disitu. Adanya hanya 10k untuk pendaftaran baru dan bill obat saja. Udah itu aja.
Saya pulang dengan senyuman di hati.
Ini pengalamanku, bagaimana pengalamanmu?
Terakhir diubah: