Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

TOMBO ATI

Bimabet
Uuuppsss iya aku lupa memperkenalkan diri, namaku Mohamad Johar Arifin, atau lebih sering dipanggil Mojo. Keren kan ?? tentu saja sekeren orangnya. Tinggi 160 cm, berat badan 60 kg, dan ukuran jidad 30 cm, jadi jangan heran kalau kalian ketemu aku pasti tidak tahan dengan pancaran cahaya yang keluar dari jidadku.
Gak sekalian ditambahin jidat lo dilapisi chrome?
 

Ijin ikut nyimak disini om @Bukanguguk


Kiki
• nama lengkap: Rizki Kintani
• umur: 23th
• status: single

t4pCfba.jpg
 
PART 2

Pasti kalian mengira aku dan kak Kiki kecelakaan kan?, kasian sekali kalian, masa kaya gitu aja ketipu. Kami kan anak baik-baik, jadi tidak akan semudah itu kecelakaan. Lagian kemampuanku mengemudi lebih jago dari Marc Marquez kok, buktinya tadi gak jadi jatuh. Cuma mimpi agak gak enak aja sih.

Setelah lelah bermain air dan berkejaran di pantai, sebenarnya aku terlelap di pangkuan kak Kiki. Memang ya, yang namanya paha wanita itu sensasinya bisa bikin apa aja jadi enak. Makanya setelah menemukan tempat yang pas untuk beristirahat, aku yang memang capek dan ngantuk, langsung saja tanpa permisi meletakkan kepala ke pangkuan pacar sewaanku ini. Untunglah kak Kiki maklum dan nggak marah saat aku sudah ndlosor di paha empuk miliknya.

Ntah berapa lama aku tertidur. Yang jelas paha wanita itu memang recommended banget buat bantal. Aku yang seumur umur nggak pernah tidur di pangkuan wanita, jelas sangat menikmati momen langka ini yang belum tentu akan terjadi lagi. Lagipula kan kak Kiki di awal sudah bilang kalo sehari ini akan jadi pacarku. Jadi ya suka suka aku mau ngapain aja. Hehehe.

"Mojo cabul ayo bangun", sambil menggoyang goyangkan tubuhku, kak Kiki mencoba untuk membangunkanku. Tampaknya kakinya sudah diserang oleh ribuan semut yang kadang suka datang kalo kita terlalu lama nggak gerak gerakin kaki.

"Huwaaaaaaaaaaaaaaa kak!!! ", aku terlonjak dan jatuh dari daging kenyal yang jadi alas tidurku.

"Ihh apaan sih. Kamu bikin ini bikin kaget aja", ku lihat wajah kak Kiki nampak pucat gemetaran dan menahan marah setelah aksi berlebihanku tadi.

"Eh eh maaf, kak. Abis mimpi buruk", ucapku sambil terengah engah.

"Mimpi apa kamu? "

"Abis mimpi kita kecelakaan setelah pulang dari sini, kak".

Dengan daya ingat yang pas pasan, ku coba menceritakan mimpiku barusan. Sumpah itu mimpi bener bener nggak assoy banget. Pokoknya amit amit deh kalo aku sampai beneran kecelakaan. Aku ga akan rela bila harus berpisah dengan kak Kiki.

"Makanya itu otak jangan mesum mulu isinya. Tuh liat tititmu sampai tegang gitu. Hih! ", kata kak Kiki dengan sebal sambil menunjuk nunjuk area bawahku.

Waduuuhh, aku jadi pengen malu...

"Ayo pulang. Udah hampir malam ini", ucapnya kemudian.

Segera saja sambil menghembuskan nafas yang berat, aku menuruti keinginan kak Kiki. Jangan sampai dia kembali ke wujud asli Kuntilanaknya kalo sudah marah. Kalau itu sampai terjadi bisa dipastikan aku akan gagal mendapat kenikmatan kenikmatan terselubung darinya.

"Kak, kita jangan lewat Irung Petruk ya. Aku takut mimpi tadi beneran terjadi", ucapku saat kami sudah di atas motor dan bersiap untuk meluncur pulang.

"Iya terserah kamu, Mojo mesum", kata kak Kiki sambil di iringi hembusan nafasnya di telingaku.

Aku yang memang masih dalam mode DONGAMU alias dobel ngaceng mupeng, jadi sedikit bergairah lagi. Mojo junior juga masih dalam posisi aktif siap meluncur. Tapi gara gara mengingat mimpi sialan itu, aku segera menepis fantasi liar tentang kakak bahenolku ini. Ku stater motorku, lalu segera mengarahkannya ke arah yang berlawanan dari tikungan Irung Petruk.

Syukurlah selama perjalanan pulang tidak terjadi hal hal yang tidak aku inginkan. Walau selama di perjalanan, beberapa kali bukit kembarnya kak Kiki menggesek gesek mesra punggungku dan lingkaran tangannya merambati pahaku, aku tetap berkonsentrasi dengan laju motorku. Pokoknya jangan sampai aku hilang fokus karena akselerasi dada dan tangan nakal kak Kiki. Kami akhirnya tepat sampai di rumah sesaat setelah adzan isya selesai berkumandang.

"Kemana saja kalian kok baru nyampai?", dengan wajah khas yang mengkhawatirkan anaknya, ibu menyambut kami saat aku menuntun masuk motorku ke dalam garasi.

"Abis dari Kukup, Bu. Biar si jomblo ini hidupnya tidak sengsara karena kurang piknik", ucap si monster cantik sambil meledekku.

"Wooo situ juga jomblo kok gak mau ngaku", balasku sengit.

"Lha kan kamu itu memang jombang, dek", ledeknya lagi.

"Apa itu jombang, kak?" tanyaku penasaran.

"Jomblo gak berkembang". ucapnya sambil terkekeh kekeh.

Dapuk !

"Sudah sudah. Kalian ini sudah gede kok ya masih suka berantem. Kamu Kiki , jangan meledek adikmu terus. Cepetan mandi terus makan. Ibu sudah siapkan makanan di meja. Abis ini Ibu dan Ayah mau pergi ke rumah Om Firman", sambil bersungut Ibu melerai pertengkaran kecil kami.

Begitulah kehidupan keluarga kami. Pertengkaran kecil tapi penuh canda selalu menghiasi. Aku yang tersakiti, selalu mendapat bala bantuan dari ibu dan ayah. Memang enak kalo kita menjadi yang lebih muda. Selalu dibela. Dan kakak kita yang harus mengalah. Walau memang ada kalanya kak Kiki kalau lagi keluar unsur gaibnya, suka seenak udelnya menyuruhku, menggodaku dan bahkan menganiayaku. Huuftt, untung saja dia itu cantik. Kalau nggak, sudah ku tukar dia dengan krupuk asin.

Suatu sore, kak Kiki entah sengaja atau tidak, mengenakan pakaian yang sangat mengundang syahwat, dengan santainya glundang glundung di kamarku. Dan hal ini jelas jelas membuatku gelisah akan kelangsungan hidup si Mojo kecil. Gimana si Jocil gak mulai ngaceng coba, lha wong dengan posisinya yang telentang selonjoran sambil merentangkan kedua pahanya, dengan jelas bisa kulihat celana dalam warna pink di balik boxer longgar yang sekarang di pakainya.

Belum lagi kaos you can see yang menampakkan ketiak tanpa bulu dan sebagian dada indahnya, sekarang terlipat ke atas akibat tingkah polahnya di atas kasur. Aku yang berada di bawah, sudah mencoba sekuat hati untuk tidak ngiler, mau tidak mau harus menahan konak akibat pemandangan erotis yang ada di hadapanku ini.

Seperti yang di jelaskan Newton dalam hukum ke III nya, dimana setiap dada dan bokong seksi beraksi, otomatis akan mengakibatkan si konti bereaksi, aksi kak Kiki ini sangat sukses untuk membuat Jocil yang tadinya tidur, sekarang ngulet, bertambah besar dan bertambah panjang 7cm serta sudah mencapai tahap ngaceng maksimal. Oh Tuhan, jangan biarkan Mojo Kecil tersiksa seperti ini, kasihanilah dia, dan berikan dia secelup dua celup kenikmatan yang tiada terkira, doaku tulus dalam hati.

Eh iya ngomong ngomong soal hukum ke III Newton tadi, hukum aksi-reaksi ini ternyata tidak hanya berlaku untuk kaum adam ke kaum hawa saja lho tapi juga berlaku di kalangan para penyuka sesama. Jadi jangan heran bila ada cowok yang dada dan bokongnya capcus banget, bisa bergandengan mesra dengan cowok lain yang memiliki bentuk dada dan bokong yang sama dengan miliknya.

Ntahlah mau jadi apa dunia ini nantinya. Di saat populasi wanita yang semakin jauh lebih banyak dibandingkan para pria, kok ya banyak banget pria yang memilih pria lain sebagai teman hidupnya. Kalau udah kayak gini, mau dikemanakan para wanita ? Mau di daur ulang dan dibuat dalam kemasan "seorang pria" kan gak mungkin toh ya. Jadi sangat memprihatinkan sekali bila kalian para cowok sampai saat ini masih menyandang status "jombang".

Pppfffttttt.

"Mojo cabul mupeng ya?", si iblis cantik ini meledek sambil menatapku yang cuma bisa blingsatan ngempet dan ngumpetin si junior biar tidak meluncur ke tempat yang salah.

"Iiii....yyyaaaa eeh tiiiii daaaak, kak", dengan gelagapan aku mencoba mengusir jauh jauh bayangan erotis yang ku harapkan akan terjadi.

"Lha itu kenapa tanganmu nempel di celana terus daritadi?" ucapnya sambil menahan tawa.

Memang damput dan gak peka sama sekali kakakku ini. Udah tau adiknya sedang mupeng tingkat tinggi, bukannya ngasih kesempatan grepe grepe malah tambah meledek sesuka hati. Huufff dasar manusia laknat. Tak sumpahin kejejelan Mojo Kecil nyaho ntar, ucapku dalam hati.

"Ayo anterin kakak jalan jalan, Jo".

"Kemana, Kak?".

"Ke tempat yang enak. Nanti biar kita bisa enak enakan", ucapnya sambil mengulum lidahnya dan mengerlingkan matanya.

Lha kan memang asem beneran kakak setengah kuntilanak ini. Ntah cobaan macam apalagi yang akan dia berikan kepadaku. Yang jelas wajahku langsung sumringah menyambut ajakannya.

"Hayuuuk, kak", ucapku dengan mata berbinar dan semangat menggebu seperti yang di kobarkan Bung Tomo dalam pertempuran 10 november yang terkenal itu.

"Ya sudah 30 menit lagi kita berangkat, ya sayang" ucapnya sambil beranjak dari kasur dan berjalan pelan ke arahku.

"Kamu dandan yang cakep ya", sebuah bibir indah menyerempet bibirku dan membuatku hanya bisa melongo menahan gairah.

"Iiiii... yyyyyaaaaa, kak".

Akhirnya setelah setengah jam dan ditambah ekstra time 20 menit, aku dan kak Kiki siap meluncur ke tempat enak yang diinginkan kak Kiki. Ntah tempat macam apa itu yang jelas aku mengharapkan tempat itu bener bener enak. Enak bagiku dan enak bagi Mojo Kecil tentunya.

Penampilan kak Kiki kali ini biasa saja. Nggak terlalu menonjolkan unsur kesyahwatan karena dia hanya mengenakan kaos putih ketat dipadu dengan cardigans warna hitam. Di tambah celana jeans warna biru dongker yang bolong di lututnya serta rambutnya yang di biarkan bebas tergerai justru membuat aura keseksiannya nambah 90 derajat di hadapanku.

"Kita kemana, kak?" ucapku sambil menstater motor saat bokong cemeples-able itu sudah nempel di atas jok motorku.

"Udah jalan aja. Nanti kakak arahin rutenya".

Aku memacu motorku dengan perlahan, setiap detik bersama dengan kak Kiki harus benar-benar aku nikmati. Apa lagi tangannya melingkar sangat erat di perutku.

"Ini perut apa ular piton?" kata kak Kiki sambil mencubit perutku karena gemas.

"Ini perut kak, ular pitonnya masih tidur-tiduran dibawah sana." jawabku sambil mengarahkan tangannya menuju penisku.

"Ihhh, dasar Mojo cabul, suka banget cabulin kakaknya." Ledek kak Kiki sambil tertawa.

Jalanan berkelak-kelok kami lalui berdua, pemandangan indah dikanan dan kiri jalan menambah suasana damai hari ini. Kak Kiki memintaku untuk berhenti sejenak di kawasan Hutan Wanagama. Dia memintaku untuk memarkirkan motor dan mencari tempat yang teduh.

Akhirnya setelah muter muter mencari lokasi yang dirasa enak, kini aku benar benar deg degan. Di sampingku kini telah nangkring dengan anggun sesosok bidadari yang selama ini hadir dalam setiap mimpi indahku. Perasaanku campur aduk ga karuan. Kikuk rasanya harus ngapain. Mau nanya nanya tapi takut kak Kiki malah kehilangan moodnya. Ah sudahlah. Apa yang selanjutnya akan terjadi ya terjadilah saja, batinku. Keringat dingin yang membasahi wajahku ternyata menarik perhatiannya kak Kiki.

“Kamu kenapa, Jo ? Sakit ?”, tanyanya dengan raut wajah yang menampakkan kecemasan.

“Eeeengggg .. nggga papa kok, kak. Hanya hawanya disini agak dingin ya?”, terbata bata ku mencari alasan yang tepat untuk menutupi kegugupanku. Seeeeerrrr , tiba tiba gejolak dalam dadaku meluap melihat paras ayu kakak kandungku ini.

Oh Tuhan, mengapa Kau ciptakan makhluk sesempurna ini untuk menjadi kakakku ? Mengapa tak Kau buat saja dia sebagai teman sekampusku ?. Dengan begitu aku punya semangat untuk belajar dan segera menyelesaikan pendidikan yang sangat membosankan itu. Rasanya kalau nggak mengingat norma sosial yang ada di masyarakat, aku pastikan saat ini juga akan ku nyatakan perasaan cintaku pada kak Kiki.

“Gimana Jo tempatnya enak bukan ?” tanyanya antusias sambil diiringi senyumnya yang merekah. Duh Gusti, bibirnya itu pengen sekali aku lumat habis habisan.

“Iiiii...yyyyyaaaaa eeeenak banget Kak”.

“Kamu suka tempat ini, Jo?”.

“Iiiiyyya suka banget, kak”.

Dia kembali tersenyum. Matanya menerawang jauh menatap pohon pinus yang ada di hadapan kami. Binar binar kepuasan tampak sekali terlihat di wajahnya. Lalu entah disengaja atau tidak, tiba tiba kepala kak Kiki sudah berada di pundakku.

Ya Tuhan ingin sekali ku peluk makhluk cantik ini. Gejolak darah mudaku langsung meluap dan dengan perlahan ku lingkarkan tanganku ke samping perut kak Kiki. Ku belai lembut perut yang masih tertutupi kaos itu sambil sesekali tanganku usil bergerak ke atas untuk mencari kenikmatan yang lebih.

Sepertinya kak Kiki tidak protes dengan aksi nakalku. Ku lirik sekilas, matanya mulai terpejam sambil diiringi desah nafas yang pelan keluar dari bibirnya. Dia tampaknya benar benar menikmati momen yang bagiku, sangat romantis.

Tanganku pun mulai meningkat lagi kadar keusilannya. Tak hanya mengelus, sekarang sudah mulai bergerak aktif meremas remas. Insting kelelakianku menuntun dan mengarahkan tanganku ke bagian yang enak di atas perut.

Ku naikkan jemari tanganku bergerilya ke salah satu bukit kenyal kak Kiki. Ku remas perlahan daging membusung itu dengan 3 jariku. Kak Kiki sendiri nampaknya masih tidak sadar dengan aksi cabul adiknya.

Aku yang seolah mendapat lampu hijau, tentu saja semakin berani mengeksplorasi lebih instens. Tak hanya 3 jari tapi kini telapak tanganku sudah berada tepat di tangkupan payudara milik kak Kiki. Ku remas remas perlahan sambil memejamkan mata.

PLAAAAAAKKK

Sebuah tamparan mendarat dengan kencang di pipiku.

“Dasar mesum. Kakak sendiri kok di grepe grepe”, kata kak Kiki sambil memasang ekspresi manyunnya.

“Hehehe abisnya terbawa suasana sih, kak”, sambil mengelus pipi aku melakukan pembelaan.

Dasar sial. Baru dapat enak dikit udah kena gampar. Aturan ditunda bentar sadarnya, jadinya aku bisa rasain enak-enakan lebih lama. Hadew, kak Kiki sih gak tahu waktu. Masa kaya gitu harus aku ajarin, tahu gitu tadi minta perpanjangan waktu sebentar.

"Kak, boleh lagi?" tanyaku

"Boleh." kata kak Kiki sambil mengangguk
.

Tuh kan kalau ngomong baik-baik pasti dikasih, lagian kan kakakku ini orang yang sangat pengertian, jadi gak mungkin membiarkan adeknya yang paling disayang ini mupeng sendirian.

PLAAAAAAKKK

"Itu udah ya dek." kata kak Kiki sambil tersenyum
.


bersambung.....
 
Dalan muali pathuk neng pyungan dalam mudun tur menggak menggok,tapi nek bengi view apik nontok lampu kota yogya,marai kepingin mudik ae.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd