Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT TRAMPOLINE - Re Upload

Dah page 12 hu :)
 
Sempet putus ASA berharap cerita ini Di terusin, sdh bertahun2 mandek, tapi akhirnya Di lanjut juga, cerita yg masih mbekas, salah satu tulisan yg paling awet d kepala.... Thanks sudah melanjutkan cerita ini
 
Dilanjutpun...

Cerita Sebelumnya:

Who the hell are you wanting my life?

Tetapi perasaan ini, lebih banyak sedihnya daripada marahnya...

"Terimakasih banyak Jo, mungkin ini kali terakhir aku menemuimu..." kataku getir

"Kamu sudah menemukan jawabannya?"

"Ooo ya... Aku tidak yakin itu yang terbaik buatku, namun aku yakin itu yang terbaik..."

"Temui aku lagi kalau begitu, setelah menurutmu sudah berakhir. Aku yakin, semua akan berakhir dengan baik" jawabnya ngademin

"Kuharap begitu..." Desisku lemah

"Ayolah, semangat dong... Lagian, tagihanku ini nanti harus kamu bayar kan? Hehehe..."

Aku tersenyum

Dan bersiap meninggalkan ruang praktek psikolog cantik ini

Semoga, kita bisa bertemu kembali

Walau aku kurang yakin...




Use Your Imagination


Aku bersila dengan sabar di Alam yang begitu putih, sejauh mata memandang hanyalah warna monoton itu yang terlihat. Walau sesekali bias-bias warna lain berkelebat secara acak, namun hanya putih yang mendominasi. Nafasku kuatur setenang mungkin, bahuku menggelosoh turun seakan ingin melepas semua beban yang ada disana. Namun begitu, aku sebenarnya tidak sepenuhnya tenang. Sesekali aku memejamkan mata dan menghela nafas panjang.

Ya ini saatnya, inilah saatnya penentuan.

Hari ini dia dan aku akan berhadapan secara langsung untuk yang pertama kalinya, dan mungkin untuk yang terakhir kalinya. Dua Entitas yang terjebak dalam satu raga, saatnya menentukan siapa yang tinggal dan siapa yang harus pergi. Tidak ada kesepakatan kali ini, tidak ada perdamaian. Hanya ada kemenangan dan kekalahan. Kehidupan dan Kematian.

Pertarungan ini, bagaimanapun cepat-atau-lambat pasti terjadi!

Pertarungan terbesar dalam hidupku, Sebuah pertarungan hidup dan mati!

Aku sudah mengetahui kemampuannya. Iblis itu memang menakutkan, tapi tekadku sudah bulat. Aku akan menang, atau aku akan mati untuk mencoba menang.

Aku memejamkan kembali mataku, merangkai dan mengingat potongan-potongan memori saat aku dan dia memiliki kesadaran yang bangkit pada pereode yang sama.

Tentang mungkin sakitnya Vika saat itu dan misteri percakapan si Iblis dengannya, tentang Rara yang juga tidak aku ketahui ujung pangkalnya padahal saat itu aku sudah berniat untuk memeluknya lagi, apapun yang terjadi, tentang Ine, Ani, tentang hancurnya kehidupan yang sudah kususun sedemikian rupa, tentang segala hal yang kami perselisihkan, bahkan tentang kesepakatan-kesepakatan yang terjalin secara sepontan, seolah memang kami adalah entitas yang sama, yang menyetujui hal-hal yang sama.

“Imajinasimu sederhana sekali, begitu naif dan telanjang” Sebuah suara mengejutkanku dari belakang

“Akhirnya kamu datang juga” Sambutku ketus, suaraku kubuat semirip mungkin dengan pendekar dalam film-film silat. Demi efek dramatisasi – yang secara konyol, sepontan muncul diantara ketegangan-ku

“Kalau aku, akan kutambahkan beberapa ornamen arsitektur yang artisitik, kuil yang penuh ukiran religious dengan warna keemasan mungkin? atau taman dengan air yang berkelok-kelok, hanya untuk menyalurkan jiwa kreatifku” lanjutnya mengomentari alam putih-ku, sambil menoleh ke kanan dan kekiri, berlagak seperti supervisor.

Aku memutar posisi dudukku, menghadapnya

Seorang pemuda, tampak persis seperti aku, seperti yang selalu ku-imajinasikan dalam bayanganku sendiri tentang seperti apa seharusnya si-iblis ini akan berwujud. Dengan kulit dan rambut yang sedikit lebih gelap, pandangan mata yang sangat tajam, serta senyuman penuh percaya diri berdiri dihadapanku, memandangku dengan santai.

“Kita serupa, karena aku adalah kamu, yah… dengan sedikit modifikasi genetis dan otak yang jauh lebih sempurna, belum menyebutkan tentang kreatifitas dan jiwa seni, ah, kau akan cemburu denganku” dia kembali bicara

“Tahi lalat di pipimu…”

“Iya, aku memiliki tahi lalat, kenapa? Manis kan?”

“Kayak Tompel!”

“Hihihi… ah, kamu cuman iri…”

Iya, selain tahi lalat dan sedikit perbedaan warna kulit, kami memang benar-benar serupa, identik. Tahi lalat itu, aku yakin sekali pernah melihatnya, dimana aku pernah melihatnya? Sial, ingatan itu seakan terkubur jauh di otakku.

Ah, peduli setan dengan tahi lalat, kita disini untuk menyelesaikan sebuah urusan yang jauh lebih penting dari pada sekedar tahi lalat, karena kelangsungan hidupku bisa dibilang akan di tentukan di sini. Dan aku akan bertarung mati-matian sekuat tenaga untuk memperebutkannya.

“Kamu tahu, kenapa kita di sini?”

“Untuk memperebutkan kehidupan didunia yang buruk itu? Dunia yang telah kamu acak-acak karena ketidakmampuanmu untuk menjalaninya dengan benar sebelum aku…” jawabnya

“Itu kalimatku, lagipula dosa itu ada di pundakmu!” potong-ku ketus

“Ah, dan kamu sekarang merasa berhak menentukan di pundak siapa sebuah dosa harus di letakkan?”

“Tidak perlu ber-retroika denganku, kau sendiri tahu, siapa yang…” Aku menyahutnya sambil berdiri, sekarang kami berhadapan. Tingggi kami benar-benar sejajar, perawakan kami, semua identik. Tapi pipi dengan tahi lalat itu, dimana aku pernah melihatnya?

“Ah, Vika? Sudahlah… itu masalah kecil, Rara? Ah, memang seharusnya sudah dari dulu kamu mengambil keputusan itu… Apa lagi?” Tebaknya

“Masalah Kecil?!!!” sepontan aku emosi, aku meyergap dan menarik leher bajunya

“Wow… wow… wow… sabar jagoan… kamu bilang mau bicara…” Iblisku mengangkat kedua tangannya seperti isyarat menyerah, seolah tidak bermaksud menanggapi emosiku

Aku melepaskan cengkeramanku “Kau tau benar, kita disini untuk menentukan, siapa yang berhak untuk melanjutkan kehidupan! Pasang kuda-kudamu, siap tidak siap aku akan menyerang!” Aku masih mengancam

“Rokok?” katanya santai sambil dengan cepat merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebungkus Marlboro

Aku mundur lagi, dan geleng geleng kepala, namun sambil menyambar rokok yang dia tawarkan, menyalakannya dan menyedotnya dengan dalam. Sedikit berhasil meredam emosiku, namun aku masih sangat marah. Kulemparkan kembali padanya bungkus rokok itu beserta koreknya yang dengan mudah dia tangkap.

Ibisku, atau entitas yang selama ini kusebut begitu, menyalakan sebatang rokok lalu langsung duduk ngongkong dengan cuek.

“Kita sama-sama tahu, kalau kita berkelahi, kamu gak akan bisa mengalahkanku” desahnya lirih

“Cukup membualnya, ayo kita selesaikan sekarang!” jawabku ketus

“Dengan apa kamu mau ngalahin aku? Karate? Tejokusuman? Ayolah, aku tau persis kekuatan dan kelamahannya, aku juga menguasainya kan? Duduklah, gak enak bicara sambil berdiri…” dia masih santai, sambil melambai-lambaikan tangan menyuruhku duduk di sampingnya

Ah, sedih harus kukatakan, tapi dia memang benar…

Tak secuilpun kata-katanya yang bisa ku bantah tentang itu…

Dengan menarik nafas panjang, aku turuti juga, aku menggelosoh di sampingnya. Bukan berarti aku menyerah sebelum bertarung, itu bukan aku!

Aku?

Aku tidak akan pernah menyerah!

Minimal aku akan lari!

Kulirik, pandangannya menerawang jauh kedepan, sejenak kami membisu. Keheningan alam putih itu seakan meliputi kami, membungkus kami dengan dunia sepi tak bersuaranya.

Dia mendesah panjang…

“Cepat minta maaf sama aku!” desahnya kemudian

“Apa?” aku nyinyir

“Bertahun-tahun kau mengurungku di dunia yang membosankan ini, ah, tapi duniamu ternyata juga gak begitu menyenangkan juga sih… yawis, gak usah minta maaf aja lah… Anggap aja aku memaafkanmu…”

“Apa?! Eh, Kamu! Kamu menghancurkan semuanya, hidupku, Vika, Rara, Ine, Ujian Profesiku, semuanya… semua sudah aku tata, sudah aku rencanakan, dan kamu mengacak-acaknya semau-mau-mu sendiri, dan sekarang aku yang salah?!!” aku nyiyir panjang lebar, sambil menunjuk-nunjuk dia

“Vika? Rara? Masa depan? Rencana? Apa yang kamu ketahui tentang itu? Kita berdua tidak ada yang tahu tentangnya…”

“Ujian Profesiku! Kau menggagalkannya, Vika dan Rara… Apa yang ada di otakmu? Apa kamu benar-benar tak berperasaan? Tak punya hati? Mengapa? Apa alasanya?”

“Oh? Jadi semua harus memakai alasan? Logikamu dangkal! Ujian profesi? Kau mau jadi apa? Makanan ikan? Sarden? Heh…!”

“Mengapa? Mengapa kamu muncul? Mengapa aku?!”

“Mengapa? Hah? Mengapa aku harus ngejelasin sesuatu yang aku sendiri nggak tahu?!” jawabnya dengan sedikit emosi juga

Hening…

“Aku mau hidup dan tubuhku kembali” ujarku memecah keheningan

“Ambil aja…”

“Apa!? Semudah itu? Semudah itu kau mencampakkannya, setelah semua permainan gilamu? Setelah semua kamu acak-acak! Kamu hancurkan! Lalu kamu sekarang bosan dan mencampakkannya begitu saja? Bajingan!” emosiku meluap kembali

“Hei, jaga bahasa-nya!” hardiknya tegas

“Maaf!” jawabku spontan

“Ok deeehhh… Baidewai, lagian apa salahku? Kamu minta tubuh itu, ya kukasih, seharusnya kamu berterimakasih dong, kok malah marah-marah sih?”

“Tapi sebelumnya? Bahkan menggerakkan tanganku pun…”

“Sebelumya apa kamu pernah meminta?” dia memotong pembicaraanku

“Eh?”

“Nah, kan?”

“Haaaahhh…. Aku benar-benar ingin menghajarmu!”

“Hahahaha… Sabar jagoan, sabar, tidak semua harus dengan kekerasan kan?”

“Haaaaaiiiiiizzzzzzzz!!!!!” Aku berteriak melampiaskan amarahku, sambil menendang-nendang secara emosi kedepan

“Sudahlah, gak usah marah-marah gitu, kamu kan gak sendirian, kan ada aku…” ucapnya sambil menatapku dan mengangkat-angkat alisnya, becanda

“HAAAAA…IIII…ZZZZZ….!!!!!!” Aku kembali teriak, hampir ingin guling-guling karena beneran dongkol

“Hahahaha… Rokok lagi?”

Aku menyambar Marlboro itu dan menyalakannya dengan emosi, dia tertawa sambil menepuk-nepuk punggungku serta mengkucel-kucel rambutku. Persis seperti perlakuan seorang kakak terhadap adik kecilnya.

Kakak?

Eh!

Kakak?

Sekarang aku inget!

“Kamu…”

Foto itu mendadak terpampang jelas di mataku. Foto dua bayi lucu kembar yang kutemukan secara tidak sengaja di folder surat-surat penting milik Bundaku. Kedua bayi itu benar-benar identik kalau saja salah satunya tidak memiliki tahi lalat di pipinya…

Tetapi mendadak dunia putih itu seperti larut.

Seperti terserap dalam pusaaran serba putih, aku kehilangan visualisasi-ku tentang nya

Hanya wajah temaram yang kulihat tersenyum

Dengan ekspresi bangga

Kakak?

Kakak?

Dan semua kini gelap gulita…

“Kamu!!!!”

Dan teriakanku pun seperti terserap

Hilang…

Hening…



- End of: Use Your Imagination –


To be Conticrot…


---

INDEX
 
Terakhir diubah:
makasih om.. semoga terealisasikan apdet malam ini hehe
#barugabungajaudahditodongapdetanwkwkwkwk

salam kenal semuanya...
salam kenal om TS...
Siap mas bos, sudah di update

Minor update sih...
 
Sempet putus ASA berharap cerita ini Di terusin, sdh bertahun2 mandek, tapi akhirnya Di lanjut juga, cerita yg masih mbekas, salah satu tulisan yg paling awet d kepala.... Thanks sudah melanjutkan cerita ini
Terimakasih sudah mengikuti carita sederhana nubi suhu

Padahal cerita ini sudah nubi tulis dan selesaikan bertahun-tahun lalu juga, tetapi karena sawah memang sedang membutuhkan banyak perhatian, maka proses editing yang terhambat, sehingga upload terhambat

Sempat ilang juga, saat lepie terkena stroke akut, eh ternyata saiya menyimpan back-up di gdrive - Jadina aman

Silahkan menikmati suhu, mohon masukan-nya, agar bisa nubi pakai untuk referensi cerita selanjutnya
 
Ah cerita lama nongol lagi
Siap...

makasih sudah pernah membaca cerita nubi suhu. Dulu hanya diapload sampai CH.2 kalau tdk salah - sekarang tinggal 2 chapter tersisa menuju tamat

atau berpindah ke cerita selanjutnya - trilogi?
 
makasih om udah apdet...

seperti biasalah, selalu kentang diakhir part hehe
kurang 2 chapter lagi ya ? semoga semuanya menjadi jelas di ending...
 
puzle itu bernama sodara....
 
semoga sang iblis sudah bisa dikendalikan, dlm kekang kendali yg kokoh, makasih updatenya suhu @fran81
kakak?
kakak?
menarik part berikutnya pastinya
kakak?
Hehehe...

Makasih sudah mengikuti cerita nubi suhu, eh, aku dah bilang makasih belum ya?
 
Bimabet
Whatttt....... Puzzle.... Again...... Haahahhaahahaa kowe memang paling jos..... Sak kota atlas paling jossaa kowe. Jon.....
Yo ora ngono kas, soale ancen uripe neng kene, nek ndeskripsike lokasi luwih gampang. Ngerti sak gang2 tikus'e - makane critane tak gawe semarangan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd