bukan anak teater, cuma tahu gosip2nya aj sih..
. teater luar kampus memang lebih gmn gt y?
Wah ga tau deh, teater ini doang yang ane tau abnormal gini hu
Hu panjangin dong ceritanya per episodenya hu biar lebih joss ane bacanya wkwk
Semoga ini lebih panjang dari sebelumnya
8-3 Kali Semalam
Para anggota Teater Underground memiliki prinsip bahwa seks ialah hak segala bangsa, eh, manusia maksudnya. Jadi, bagi mereka seks itu sama kayak dapat pekerjaan yang layak, makanya seks dipandang seperti hal yang biasa ditemui sehari-hari. Selain itu, buat mereka yang profesinya hanya mengandalkan teater, seks juga jadi pelepas penat dan stres. Saya tahu itu setelah mengobrol dengan para senior.
Teman saya Orgil sudah pecah perjakanya sama senior yang saya lupa namanya dan mulai mencoba-coba dengan senior lain. Dia jadi semacam ketagihan dan mengajak setiap senior untuk ML. Hanya 3 orang yang mau, yang lainnya berkata kalau seks itu perlu mood, tidak bisa kalau cuma dengan ajakan karena salah satunya sedang sange. Mendengar itu, saya jadi takut mengajak Teh L buat ML lagi.
Di bulan kedua kami latihan, ada kesempatan untuk menginap lagi dengan Adelaide. Karena dekorasi panggungnya harus diselesaikan setengahnya malam itu, tim Adelaide ronda sampai tengah malam.
Saya duduk di samping Adelaide di kursi penonton saat istirahat dan menanyakan soal film dokumenternya. Adelaide bilang dia belum mulai lagi karena sibuk. Dia pun cerita soal timnya yang kewalahan. Adelaide tidak secerewet biasa karena mungkin kelelahan. Tapi siapa peduli dengan apa yang dia katakan, karena saya sudah teracuni Teh L, otak saya malah membayangkan Adelaide telanjang.
Setelah semua latihan selesai, Adelaide sudah booking lapak di panggung. Saya otomatis tidur di sampingnya. Malam itu Adelaide tidur membelakangi saya dan setelah menunggu 1 jam, saya mulai menggerayanginya. Pertama, saya pegang pantatnua, terus naik ke pinggang dan saya peluk Adelaide dan saya remas dadanya. Kali ini saya yakin itu payudara bukan bra.
Tapi Adelaide bergerak. Saya buru-buru mundur dan pura-pura tidur. Padahal baru mulai, jangan-jangan Adelaide belum nyenyak. Setelah saya buka mata, Adelaide tidurnya tengkurap dan menutupi dadanya yang enak dipegang. Ya, sudah saya cuma elus-elus pantatnya.
Ketika malam berganti subuh, saya terbangun karena Teh L yang ternyata menginap juga membangunkan saya.
"Mau latihan enggak?" tanyanya.
"Capek, Teh. Besok malam lagi, yah. Udah mulai lancar, kok, koreonya."
"Bukan koreo. ML."
Rupanya Teh L terbangun karena ada 2 pasangan yang ML di ruang ganti dan mereka cukup ribut. Salah satu dari mereka adalah Orgil. Kata Teh L, Orgil jadi sering menginap supaya bisa ML tiap hari.
Saya dengan semangat mengikuti Teh L ke kursi penonton. Kami tidak banyak bicara waktu itu. Teh L langsung duduk di pangkuan menghadap saya dan bibir kami saling lumat. Penis saya tegang luar biasa, dan basah sebelum waktunya. Setelah agak dewasa saya baru tahu kalau itu adalah mekanisme lubrikasi laki-laki yang disebut precum. Supaya pas waktunya masuk ke vagina cewek jalannya lebih mulus.
Tangan saya gerayangan dan masuk-masuk ke dalam kaus Teh L. Teh L membuka baju dan branya. Dalam bayang-bayang lampu teater yang dipadamkan setengahnya, payudara Teh L seindah yang saya bayangkan. Putingnya lebar dan ukuran payudaranya cukup besar sehingga tangan saya dibuat sibuk ketika meremas-remasnya. Teh L menaruh dadanya di muka saya. Saya jilati putingnya dan Teh L berdesah nikmat. Bunyi desahannya yang buat saya tidak tahan. Burung saya seperti sudah siap muncrat.
Teh L membuka celananya dan berbisik, "Aku udah basah."
Saya buru-buru melepas celana juga. Teh L dengan baik membimbing penis saya lagi ke vaginanya. Penis saya diusap-usap ke klitorisnya. Terasa luar biasa. Teh L juga menikmatinya karena kini si desahan diikuti merem melek dan kepalanya terangkat nikmat.
Barulah dia masukan penis saya. Saya sempat menahan napas supaya tidak ejakulasi. Kali ini berhasil sampai penis saya masuk sepenuhnya ke dalam Teh L. Teh L yang sudah sepenuhnya telanjang mulai naik turun. Gesekan di lubangnya yang sempit menyiksa burung saya yang amatiran hingga dia sedikit lagi muntah sperma.
Tangan Teh L memegang bagian kepala saya dan naik turun lebih cepat. Sudah tidak tahan.
"Mau keluar Teh."
"Iya, di dalem aja. Tapi, tunggu dulu."
Teh L naik turun lebih cepat dan baru beberapa gesekan, si burung saya yang cupu kelepasan ejakulasi. Saya yang orgasme dengan penis di dalam vagina secara refleks meremas payudara Teh L dan dia mengerang kesakitan. Tapi dia tidak protes.
"Udahan?"
Saya mengangguk dan Teh L tertawa. "Aku belum. Dasar cupu kamu mah. Jangan dicabut dulu."
Teh L menyuruh saya meremas-remas payudaranya sementara dia naik turun di penis saya yang sudah turun setengahnya. Setelah beberapa menit, dia berhenti. "Tanggung jawab. Aku mau orgasme juga. Tapi burung kamu udah kecil jadi pake tangan aja."
Saya yang merasa bersalah menurut. Teh L melap vaginanya yang basah oleh sperma dengan tisu dari saku celananya. Dia duduk d kursi dengan kedua kaki dibuka. Teh L menyuruh saya memasukan dua jari ke dalam vagina dan menggerakkannya keluar masuk seperti gerakan penis dalam seks.
Saya mengikuti instruksinya. Kalau pakai jari, sensasi vagina beda lagi terasanya. Lebih bergerinjal. Saya gerakan jari saya keluar masuk. Satu tangan saya taruh di payudara Teh L dan meremas-remasnya. Teh L mendesah lagi. Makin lama makin keras. Desahannya itu membuat saya horny lagi dan burung saya naik lagi.
"Teh, saya naik lagi."
"Masukin buruan."
Saya berdiri dan memosisikan badan di depan Teh L. Saya arahkan penis ke vaginanya dan masuk lebih gampang. Teh L mendesah lagi. Saya mulai menggenjot dengan semangat. Tangan Teh L mencengkeram kaus saya, pertanda nikmat. Saya juga merasakan hal yang sama. Bedanya, saya bertahan cukup lama.
Wajah Teh L yang keenakan membuat gairah saya makin tinggi dan lebih semangat. Desahan Teh L makin keras, saya pun jadi ikut mendesah juga. Dan keluar lagi lah saya untuk kedua kalinya.
Teh L tertawa kecil. Dia belum klimaks sepertinya. Tapi performa saya mengalami kemajuan dan Teh L puas. Kami tidur di kursi saling berpelukan sebelum terbangun kedinginan dan pakai baju.
Sewaktu terbangun, saya pindah lapak tidur ke samping Adelaide. Bule blasteran itu posisinya terlentang sekarang. Saya yang mendadak horny lagi mencoba-coba meraba dadanya. Ketika yakin Adelaide tidak bereaksi, saya remaslah dadanya dengan 2 tangan dari atas. Penis saya naik lagi dan dengan hati-hati saya menggerak-gerakannya di celana Adelaide.
Adelaide tiba-tiba mengeluarkan napas panjang. Saya sempat panik tapi dia tidak bereaksi apa-apa. Ketika saya remas dadanya lebih keras, dia mengeluarkan napas panjang lagi. Apa mungkin dia menikmatinya dalam tidur?
Saya coba menggerakkan pinggang saya lagi, menggesekkan penis ke celana Adelaide. Reaksi Adelaide yang tertidur adalah: kedua kakinya meregang terbuka. Saya memanfaatkan momen itu untuk masuk ke antara selangkangan Adelaide. Posisi penis saya berada di depan vaginanya yang terbalut celana jins.
Saya sudah tidak tahan. Saya buka celana saya dan menggesekkan penis ke celana Adelaide tepat di bagian vaginanya.
Adelaide menggerakkan kepalanya tapi tetap tertidur. Saya sudah tidak peduli lagi. Sudah sampai ke posisi ini jadi kalau dia bangun terus marah ya apa boleh buat.
Saya menggenjot Adelaide seperti saya menggenjot Teh L. Kedua tangan meremas dada Adelaide. Beda sensasi dengan Teh L tadi karena Adelaide masih pakai baju lengkap. Tapi bodo amat. Adelaide bule, Teh L produk lokal. Horny-nya beda.
Akhirnya crot. Selesai.
Tapi sperma saya muncrat ke celana dan kaus Adelaide. Saya ambil tisu di ruang ganti dan melapnya sebersih mungkin.
Saya tidur berpuas hati. Keluar 3 kali dalam semalam, lumayan buat anak cupu.
Paginya, Adelaide tidak menyadari apa yang saya lakukan padanya semalam dan saya bersyukur. Hanya saja, ternyata hal itu bakal jadi urusan yang rumit nantinya.