trueblue99
Semprot Kecil
- Daftar
- 18 Aug 2015
- Post
- 59
- Like diterima
- 3
asikk jalur ceritanya, lanjutkan huuu
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
CERBUNG - TAMAT True Story of Adelaide (Indo-Australi)
- Thread starter ratata7gh
- Start date
-
- Tags
- true story
kontolbergetar
Kakak Semprot
- Daftar
- 29 Nov 2013
- Post
- 194
- Like diterima
- 22
Ternyata masih belum update yah
AlienBadguy
Suka Semprot
- Daftar
- 26 Sep 2017
- Post
- 6
- Like diterima
- 0
Ga sabar nunggu lanjutannya hu
Salam maknyus suhu semua
Sori nih ane belum apdet lagi soalnya istri ane masih suka ngungkit2 soal masa lalu jd drpd berantem ane tinggalin dulu storynya. Sebetulnya udh ada chap berikutnya tapi terpaksa dihapus prematur karena HP disidak istri haha...
Nnt coba curi2 waktu nulis d kantor... Mudah2an bisa
Makasih buat suhu2 yang udh baca n kasih komen
Sori nih ane belum apdet lagi soalnya istri ane masih suka ngungkit2 soal masa lalu jd drpd berantem ane tinggalin dulu storynya. Sebetulnya udh ada chap berikutnya tapi terpaksa dihapus prematur karena HP disidak istri haha...
Nnt coba curi2 waktu nulis d kantor... Mudah2an bisa
Makasih buat suhu2 yang udh baca n kasih komen
galey
Guru Besar Semprot
- Daftar
- 26 Nov 2016
- Post
- 2.092
- Like diterima
- 64
Google drive ... Tp kalo polda Tau password nya ribet juga . . Hahaha
Taiossas10
Semprot Kecil
- Daftar
- 28 Dec 2016
- Post
- 52
- Like diterima
- 17
Gua tunggu terus hu cerita ente hehe
16-Sogok
Jalan 3 bulan pacaran, progress skinship saya dengan Adelaide hanya sampai grepe-grepe payudara saja. Saya, sih, no complain, karena memang saya cukup puas dengan itu. Lagipula hubungan kami adem ayem saja.
Kami mulai bertengkar waktu Adelaide wisuda duluan. Saya dapat tekanan dari keluarga yang bilang harusnya cowok harus wisuda dan dapat kerja duluan.
Awalnya saya tidak terlalu peduli, tapi ketika Adelaide diterima kerja mengajar di tempat les yang lumayan terkenal, mulai muncul gesekan-gesekan di antara kami.
Saya dan Adelaide jadi jarang ketemu karena dia sibuk. Plus, karena Adelaide sudah punya gaji, dia jadi lebih mandiri. Dulu saya yang lebih banyak jajanin dia, sekarang jajan dia sudah melebihi kapasitas jajan saya.
Walaupun kontak lewat HP masih rutin, karena kita jarang ketemu jadi obrolan pun jadi berkurang.
Saya mulai risih dengan itu dan ternyata Adelaide juga. Dia mulai memaksa saya buat cepat lulus dan cari kerja. Saya yang suka mati sama Adelaide mulai ngebut skripsi dan lulus tiga bulan setelahnya. Tapi, bukannya membaik, hubungan kami malah makin renggang karena status saya sudah berubah menjadi pengangguran.
Suatu hari, saya dan Adelaide jalan berdua setelah beberapa lama tidak ketemu. Saya bawa mobil punya orang tua dan ajak dia makan ramen abal-abal. Sepanjang malam, saya dan Adelaide sedikit bicara karena memang topik yang kami punya sudah sedikit. Adelaide, karena memang sudah dari lahir dia baik hati, tidak pernah membicarakan pekerjaannya karena tahu saya masih menganggur. Saya juga tidak berani bertanya soal kerjaan dia.
Setelah makan, Adelaide mendahului membayar makan dan itu membuat saya tambah bete. Saya manyun sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya.
Akhirnya, Adelaide bertanya duluan. "Emang enggak boleh kalo gue yang bayar?" katanya seperti dia sudah tahu kenapa saya bete.
Saya bilang bukan tidak boleh, tapi saya merasa sedikit sedih kalau dibayari makan.
"Ya, udah, kan, lu lagi cari kerja juga."
"Tapi, kan, bukan berarti gue enggak punya duit."
"Ya, kan, gue enggak mah ganggu keuangan lu. Masih dijatah sama ortu, kan?"
Entah saya yang kelewat sensitif, tapi dibilang begitu berasa beteee banget. "Ya, udah, kalo gitu sampe gue dapet kerja kita enggak usah jalan lagi."
"Jangan ngambek kayak bocah gitu, dong. Kan, enggak apa-apa kalo gue yang bayarinn sekali-kali."
Padahal ini sudah yang kesekian kalinya saya dibayarin.
"Selama lu masih nganggur, mah, biar gue yang bayar. Suruh siapa nganggurnya lama?"
Saya tidak menjawab tapi Adelaide tahu kalau perkataannya menyunggung. Dia diam lama lalu turun dari mobil tanpa pamit. Besoknya, saya mogok kontak Adelaide.
Lucunya, karena saya berpikir itu adalah salah dia, saya berharap Adelaide yang menghubungi saya duluan. Ternyata, sampai seminggu, tidak ada kontak dari Adelaide.
Suatu pagi, ketika saya sudah mulai lupa dengan marah sama Adelaide, saya dapat telepon dari dia. Katanya saya harus ke rumah ASAP.
Saya iya saja karena, toh, sudah tidak begitu marah.
Sesampainya di rumah Adelaide, saya mengetuk pintu tapi tidak dibukakan. Biasanya ada Bibi yang keluar tapi saat itu tidak. Sebagai gantinya, suara Adelaide terdengar dari dalam menyuruh saya masuk karena pintu tidak dikunci.
Saya masuk. Adelaide menyuruh saya ke kamarnya. Saya menurut. Pintu kamarnya setengah terbuka. Saya mengetuk pintu dan meminta ijin masuk. Ketika pintu saya dorong terbuka, saya hampir pingsan.
Adelaide berdiri di kamarnya tanpa pakaian sehelai pun. Dia berdiri di samping jendela sehingga cahaya membuat semua detail tubuhnya menonjol.
Adelaide tampak sedikit bingung. Atau mungkin malu.
Perlahan-lahan, dia mendekati saya, melingkarkan lengannya di leher saya dan kami berciuman lamaaa sekali.
Saya diam sebentar melihat Adelaide. Di situ saya belum percaya kalau dia tidak pakai baju. Yang artinya dia sudah siap untuk all out.
Adelaide mencium saya lagi dan kontan penis saya berdiri tegak. Tangan saya otomatis bergerak ke payudara, pantat dan seluruh badan Adelaide, merasakan mulus kulitnya dan meremas-remas apa yang bisa diremas.
Adelaide menarik saya ke ranjang dan saya mencopot badan saya dengan cepat. Adelaide membuka kedua kakinya dan saya menempatkan penis saya di depan vaginanya. Sebelum saya mula, saya menatap Adelaide lagi cukup lama untuk meyakinkan kalau dia benar-benar siap.
Adelaide masih diam tapi tidak protes. Okelah, pikir saya, dan saya pelan-pelan mulai memasukkan penis ke vaginanya. Susah. Kayak ada yang menghalangi. Beda dengan Teh L dkk yang tinggal slep. Adelaide meringis dan saya berhenti sejenak. Lalu dia mengangguk dan saya mulai lagi. Pelan, pelan, sembari memperhatikan wajahnya. Ketika dia meringis kesakitan, saya berhenti lagi.
Dengan sabar saya mencoba memasukkan penis tapi karena tidak tega melihat Adelaide yang meringis, jadi saya hanya berhasil memasukkan sedikit dari kepala penis dan bergerak maju mundur.
Tidak full tapi enaknya mengalahkan ML dengan Teh L atau threesome dengan Hana dan Mega sekali pun. Tak lama, crotlah saya di perut Adelaide dan kami berbaring di ranjang cukup lama.
"Gue kemarin ngomongnya enggak sopan," kata Adelaide.
"Enggak apa-apa. Mungkin gue lagi PMS."
Dia tertawa kecil. "Jangan enggak ada kabar lama-lama lagi."
"Lu juga enggak ada kabar."
"Harusnya lu yang kontak duluan. Gue, kan, gengsi."
"Yeh."
Adelaide tertawa lagi. "Takut gue."
"Kenapa?"
"Kalo lu punya pacar lagi."
"Enggaklah."
"Makanya nanti kalo marah, marah aja. Jangan diemin gue."
Saya menjawab iya.
"Maaf, ya."
Tentu dimaafkan. Lagian, kalau sudah disogok pakai seks begini, siapa yang bisa bilang tidak?
Jalan 3 bulan pacaran, progress skinship saya dengan Adelaide hanya sampai grepe-grepe payudara saja. Saya, sih, no complain, karena memang saya cukup puas dengan itu. Lagipula hubungan kami adem ayem saja.
Kami mulai bertengkar waktu Adelaide wisuda duluan. Saya dapat tekanan dari keluarga yang bilang harusnya cowok harus wisuda dan dapat kerja duluan.
Awalnya saya tidak terlalu peduli, tapi ketika Adelaide diterima kerja mengajar di tempat les yang lumayan terkenal, mulai muncul gesekan-gesekan di antara kami.
Saya dan Adelaide jadi jarang ketemu karena dia sibuk. Plus, karena Adelaide sudah punya gaji, dia jadi lebih mandiri. Dulu saya yang lebih banyak jajanin dia, sekarang jajan dia sudah melebihi kapasitas jajan saya.
Walaupun kontak lewat HP masih rutin, karena kita jarang ketemu jadi obrolan pun jadi berkurang.
Saya mulai risih dengan itu dan ternyata Adelaide juga. Dia mulai memaksa saya buat cepat lulus dan cari kerja. Saya yang suka mati sama Adelaide mulai ngebut skripsi dan lulus tiga bulan setelahnya. Tapi, bukannya membaik, hubungan kami malah makin renggang karena status saya sudah berubah menjadi pengangguran.
Suatu hari, saya dan Adelaide jalan berdua setelah beberapa lama tidak ketemu. Saya bawa mobil punya orang tua dan ajak dia makan ramen abal-abal. Sepanjang malam, saya dan Adelaide sedikit bicara karena memang topik yang kami punya sudah sedikit. Adelaide, karena memang sudah dari lahir dia baik hati, tidak pernah membicarakan pekerjaannya karena tahu saya masih menganggur. Saya juga tidak berani bertanya soal kerjaan dia.
Setelah makan, Adelaide mendahului membayar makan dan itu membuat saya tambah bete. Saya manyun sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya.
Akhirnya, Adelaide bertanya duluan. "Emang enggak boleh kalo gue yang bayar?" katanya seperti dia sudah tahu kenapa saya bete.
Saya bilang bukan tidak boleh, tapi saya merasa sedikit sedih kalau dibayari makan.
"Ya, udah, kan, lu lagi cari kerja juga."
"Tapi, kan, bukan berarti gue enggak punya duit."
"Ya, kan, gue enggak mah ganggu keuangan lu. Masih dijatah sama ortu, kan?"
Entah saya yang kelewat sensitif, tapi dibilang begitu berasa beteee banget. "Ya, udah, kalo gitu sampe gue dapet kerja kita enggak usah jalan lagi."
"Jangan ngambek kayak bocah gitu, dong. Kan, enggak apa-apa kalo gue yang bayarinn sekali-kali."
Padahal ini sudah yang kesekian kalinya saya dibayarin.
"Selama lu masih nganggur, mah, biar gue yang bayar. Suruh siapa nganggurnya lama?"
Saya tidak menjawab tapi Adelaide tahu kalau perkataannya menyunggung. Dia diam lama lalu turun dari mobil tanpa pamit. Besoknya, saya mogok kontak Adelaide.
Lucunya, karena saya berpikir itu adalah salah dia, saya berharap Adelaide yang menghubungi saya duluan. Ternyata, sampai seminggu, tidak ada kontak dari Adelaide.
Suatu pagi, ketika saya sudah mulai lupa dengan marah sama Adelaide, saya dapat telepon dari dia. Katanya saya harus ke rumah ASAP.
Saya iya saja karena, toh, sudah tidak begitu marah.
Sesampainya di rumah Adelaide, saya mengetuk pintu tapi tidak dibukakan. Biasanya ada Bibi yang keluar tapi saat itu tidak. Sebagai gantinya, suara Adelaide terdengar dari dalam menyuruh saya masuk karena pintu tidak dikunci.
Saya masuk. Adelaide menyuruh saya ke kamarnya. Saya menurut. Pintu kamarnya setengah terbuka. Saya mengetuk pintu dan meminta ijin masuk. Ketika pintu saya dorong terbuka, saya hampir pingsan.
Adelaide berdiri di kamarnya tanpa pakaian sehelai pun. Dia berdiri di samping jendela sehingga cahaya membuat semua detail tubuhnya menonjol.
Adelaide tampak sedikit bingung. Atau mungkin malu.
Perlahan-lahan, dia mendekati saya, melingkarkan lengannya di leher saya dan kami berciuman lamaaa sekali.
Saya diam sebentar melihat Adelaide. Di situ saya belum percaya kalau dia tidak pakai baju. Yang artinya dia sudah siap untuk all out.
Adelaide mencium saya lagi dan kontan penis saya berdiri tegak. Tangan saya otomatis bergerak ke payudara, pantat dan seluruh badan Adelaide, merasakan mulus kulitnya dan meremas-remas apa yang bisa diremas.
Adelaide menarik saya ke ranjang dan saya mencopot badan saya dengan cepat. Adelaide membuka kedua kakinya dan saya menempatkan penis saya di depan vaginanya. Sebelum saya mula, saya menatap Adelaide lagi cukup lama untuk meyakinkan kalau dia benar-benar siap.
Adelaide masih diam tapi tidak protes. Okelah, pikir saya, dan saya pelan-pelan mulai memasukkan penis ke vaginanya. Susah. Kayak ada yang menghalangi. Beda dengan Teh L dkk yang tinggal slep. Adelaide meringis dan saya berhenti sejenak. Lalu dia mengangguk dan saya mulai lagi. Pelan, pelan, sembari memperhatikan wajahnya. Ketika dia meringis kesakitan, saya berhenti lagi.
Dengan sabar saya mencoba memasukkan penis tapi karena tidak tega melihat Adelaide yang meringis, jadi saya hanya berhasil memasukkan sedikit dari kepala penis dan bergerak maju mundur.
Tidak full tapi enaknya mengalahkan ML dengan Teh L atau threesome dengan Hana dan Mega sekali pun. Tak lama, crotlah saya di perut Adelaide dan kami berbaring di ranjang cukup lama.
"Gue kemarin ngomongnya enggak sopan," kata Adelaide.
"Enggak apa-apa. Mungkin gue lagi PMS."
Dia tertawa kecil. "Jangan enggak ada kabar lama-lama lagi."
"Lu juga enggak ada kabar."
"Harusnya lu yang kontak duluan. Gue, kan, gengsi."
"Yeh."
Adelaide tertawa lagi. "Takut gue."
"Kenapa?"
"Kalo lu punya pacar lagi."
"Enggaklah."
"Makanya nanti kalo marah, marah aja. Jangan diemin gue."
Saya menjawab iya.
"Maaf, ya."
Tentu dimaafkan. Lagian, kalau sudah disogok pakai seks begini, siapa yang bisa bilang tidak?
Taiossas10
Semprot Kecil
- Daftar
- 28 Dec 2016
- Post
- 52
- Like diterima
- 17
Akhirnya update haha
Similar threads
- Locked
CERBUNG - TAMAT
Kisah Hidup Dokter Anak dan Sopir Ojol (True Story)
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
