Chapter 6
Permainan Anggun
"Kalau gue menolak permintaan lu, bagaimana ?", tanyaku pada anggun.
"Pilihan lu cuma satu yaitu terima permintaan gue !", ucap dari anggun dengan nada tajam.
"Bukan itu jawaban yang ingin gue denger !", ucapku santai.
"Bagaimana ?", tanyaku lagi.
"Apa lu masih belum tau kalau lu sekarang berurusan dengan siapa ?", tanya balik anggun.
"Lu udah buang waktu gue dengan hal gak penting !", ucapku sedikit kesel.
Aku pun membalikan pandanganku dari anggun dan berlalu pergi dari pandangannya, namun belum sempat kaki ini melangkah tiba-tiba saja terdengar suara adrian yang menghentikan langkahku dan dia pun seketika muncul dari balik tembok persembunyiannya, ternyata secara diam-diam dia membuntutiku dan sengaja menguping pembicaraanku dengan anggun.
"Deeeaaaallll..... !", teriak adrian yang keluar dari persembunyiannya.
"Gue setuju... gue mau nerima permintaan dari lu !", ucap adrian kepada anggun dengan berlari mendekatiku.
Kehadirannya disini sangat tidak aku harapkan, entah kenapa dia selalu muncul disaat yang tidak tepat seperti ini. tapi saat kulihat wajah anggun begitu senang dengan senyuman kecil yang tersirat dari bibirnya, dan begitu pula dengan kedua temannya yang berada di sampingnya, mereka berdua nampak kagum dengan memandang anggun. aku merasa telah masuk dalam perangkap anggun, tapi aku tidak tahu apa yang telah dia rencanakan.
"Bego lu.. udah terima aja permintaannya !", ucap adrian kepadaku.
"Lu aja yang ngelakuin !", sautku.
"Gue gak butuh orang bodoh.. gue maunya lu !", saut anggun memotong pembicaraanku dengan adrian dan arah pembicaraan meunuju kepadaku.
"Sory.. gue menolaknya !", ucap pada anggun.
"Gue ulangi sekali lagi, lu gak punya pilihan selain nerima permintaan gue !", ucapnya menegaskan kepadaku.
"Naahh kan... lu gak punya pilihan lagi selain nerima apa maunya anggun, ngapain masih ngeyel seh !", ucap adrian padaku.
"Kan udah gue bilang.. lu aja sendiri yang ngelakuin kalau lu mau !", ucapku pada adrian.
"Kan dia udah bilang gak butuh gue !", saut adrian.
"Berarti lu bego donk !", celetukku menyindir adrian.
"Anjing... bener juga lu, secara gak langsung gue ngaku'in sendiri kalau gue bego !", ucapnya dengan tampang bloon dan menggaruk kepalanya.
"Woi.. gue bakal bantu kalian buat bujuk nathan tapi dengan satu syarat gue juga ikut terlibat dalam hal ini, ok !", ucap adrian kepada anggun dan rekannya.
Aduuuhhh... manusia tolol ini benar-benar menyusahkan saja, tapi aku bisa memanfaatkan ketololannya ini untuk mencari tau apa yang sebenarnya telah di rencanakan oleh anggun. dan kenapa dia sangat menginginkanku melakukan permintaannya ini, apa karena dia masih dendam akan kejadian di perpustakaan itu, sudahlah dari pada berpikir yang tidak-tidak lebih baik kita cari tau saja.
"Bagaimana nathael ?", tanya anggun.
"Apanya yang bagaimana ?", tanyaku balik.
"Jawaban lu begoo... duh bego amat dah lu, nih sebenere yang bego lu apa gue seh ?", ocehan adrian kepadaku.
"Aku ingin jawaban lu sekarang !", jawab dari anggun atas pertanyaanku.
"Bukannya udah gue jawab yaa.. !", ucapku tanpa menggubris omongan adrian.
"Udah tenang aja.. biar gue yang ngatur semuanya, pokoknya kesepakatannya deal, ok !", ucapan adrian kepada anggun.
"Bukannya udah gue bilang juga kalau lu gak punya pilihan lain !", ucap anggun dengan mengacuhkan omongan adrian.
"Tuh kan.. lu tuh gak punya pilihan lain selain.. !", ucapan adrian kepadaku terpotong oleh perkataanku.
"Kenapa lu maksa banget ?", tanyaku pada anggun dengan memotong perkataan adrian.
"Dancooookkk... gak onok seng ngereken cocotku koyok ngomong karo demit ae !", ucapan adrian di tengah pembicaraanku dengan anggun.
(Dancooookkk... gak ada yang dengerin mulut gue, kayak ngomong ama setan aja).
"Berisik lu.. diam aja napa !", saut dari salah satu teman anggun.
Perdebatan kami pun sangat seru dan mendebarkan, dimana anggun memaksaku untuk menuruti kemauannya sedangkan aku kekeh dengan pendirianku yaitu menolak permintaannya, saling serang perkataan pun terjadi di antara kita. adrian yang sebelumnya banyak bacot sekarang hanya diam saja dan memperhatikan dengan serius pembicaraanku dengan anggun, begitu pula dengan kedua teman anggun yang nampak tersenyum-senyum sendiri yang membuat kecurigaanku semakin mengguat.
Melihat kejadian yang sangat tiba-tiba saja dan gelagat mencurigakan dari kedua teman anggun membuat semua kecurigaanku semakin besar, aku mencurigai kalau anggun sengaja menjebakku kedalam permasalahan ini, tidak tau apa tujuannya tapi lebih baik jika mengikuti alur yang dia mainkan saja untuk mengetahui apa tujuannya yang sebenarnya dia inginkan dariku.
"It's ok gue terima permintaan lu tapi gue juga ada persyaratan untuk lu !", ucap ku pada anggun.
"Apa itu ?", tanya anggun padaku.
"Tapi sebelumnya ijinkan aku bertanya lebih dulu !", ucapku.
"Silahkan !", sautnya.
"Sama seperti tadi, jika aku menolak bagaimana ?", tanyaku.
"Teman lu yang akan menanggung resikonya !", jawabnya.
"Jika gue tidak perduli dengannya bagaimana ?", tanyaku lagi dengan menyangkal pernyataan anggun.
"Seriously... sedikit pun kau tidak akan membantunya ?", tanya balik anggun.
"Sudah gue bilang kalau lu salah memilih orang untuk jadi musuh lu !", ucap anggun dengan angkuhnya.
"Ehmm... gue pernah mengalami masalah seperti ini di masa lalu, tapi entah kenapa gue tidak merasakan aura yang mencekam yang bisa membahayakan gue dan orang di sekitar gue !", gumamku.
"Apa persyaratan lu ?", tanya anggun memotong gumamanku.
"Gue ingin menaikan taruhan dari pertarungan kita !", ucapku.
"Apa yang ingin lu pertaruhkan ?", tanya anggun.
"Jika gue kalah.. gue keluar dari kampus ini dan akan menerima permintaan dari lu tadi !", ucapku.
"Lalu jika gue yang kalah apa yang mau lu mau dari gue ?", tanya anggun padaku.
Ok, sekaranglah saatnya menggunakan melemparkan umpannya karena sang ikan sudah mulai menampakan dirinya, aku akan memanfaatkan ketololan adrian dan sifatnya yang selalu menggilai tubuh wanita, dengan begini anggun pasti akan merasa terpojok dan berpikir dua kali untuk meneruskan rencananya.
"Tergantung adrian !", ucapku.
"Weew... gue, napa gue.. maksudnya apaan nih, gak mudeng gue ?", tanya adrian padaku.
"Apa maksud lu ?", tanya anggun.
"Jika gue menang lu harus mengabulkan apa pun yang di minta oleh adrian !", ucapku.
"Waahhh.... dancok, koe koncoku seng paling seep !", ucap adrian dengan senangnya.
(Waaahh... dancok, lu temen gue yang paling top).
"Kenapa ?", tanya anggun.
"Karena lu sengaja memanfaatkan dirinya jadi akan sangat adil jika adrian yang mendapatkan kesempatan untuk membalas perbuatan lu !", paparku.
"Bener tuh... lu manfaatin kesalahan gue untuk kepentingan lu jadi wajar aja kalau gue yang dapet kesempatan itu !", ucap adrian pada anggun.
"Apa yang lu mau dari gue ?", tanya anggun pada adrian.
"Hehehe... gue pingin tubuh lu !", ucap adrian sangat bernafsu.
"Tolol.. gue tolak kesepakatan ini !", ucap anggun dengan membentak.
"Woi.. gak bisa gitu donk !", saut adrian.
"Adrian benar, lu gak bisa gitu aja menolak kesepakatan ini, karena lu tadi untuk maksa gue untuk menerima permintaan lu dan mencoba memanfaatkan adrian lalu aku sudah terima semuanya, jadi sudah sewajarnya jika kau terima kesepakatan ini !", ucapku pada anggun.
Hahaha... suara tertawa dari kedua teman anggun pun memecahkan ketegangan yang ada di antara kita berdua. sesaat kemudian adrian terlihat plonga-plongo kebingungan dengan sikap mereka, dan kemudian anggun pun tersenyum-senyum sendiri dengan bangganya. aku yang sudah merasakan keanehan antara mereka bertiga mencoba untuk setenang mungkin dan berpikir dengan tenang.
"Lu tau gak.. anggun cuma ngetes lu doank !", ucap salah satu teman anggun.
"Bener.. dan anggun juga sudah memprediksikan semua kejadian ini termasuk dengan langkah-langkah apa yang bakal kau ambil !", ucap dari temannya lagi.
"Iki sak jane piye seh.. ngeluh endasku cok !", ucap adrian dengan plonga-plongo.
(Ini sebenernya gimana seh... pusing pala gue, cok).
"Sudah terbuktikan !", ucap anggun kepada kedua temannya.
"Nath.. piye seh asli'e, mumet endasku cok ?", tanya adrian padaku.
(Nath.. Gimana seh sebenarnya, pusing pala gue cok).
"Anggun pingin ngetes kemampuan gue !", jawabku.
"Seng jelas ngunu lho oleh ngejelasno... !", ucap adrian dengan kesalnya.
(Yang jelas gitu lho kalau ngejelasin).
"Lu berdua dah kayak langit dan bumi... gue yakin kalau temen lu ini cuma jadi beban doank !", sindir anggun pada adrian.
"Kau benar.. dia cuma beban doank !", ucapku mengiyakan pernyataan anggun.
"Djamput... utekku semburat, gak kuat mikir iki !", ucap adrian.
(Dancok... otak gue ancur, gak kuat mikir ini).
"Kasian amat temen lu.. begonya dah over tuh !", ledek teman anggun.
"Jangkrek.. mayak arek wedok iki rek, tak emprut nangis koe !", ucap adrian pada teman anggun.
(Jangkrek.. nyolot nih cewek, gue entot nangis lu).
"Udah diem.. biar gue jelasin maksud mereka !", ucapku pada adrian.
"Pertama, anggun nyuruh temannya untuk bicara ama gue kalau sedang di tunggu anggun di parkiran dan gue di suruh datang sendirian, dia sengaja menyampaikan pesan itu saat gue sedang bersama lu supaya lu bisa mendengarnya sendiri, anggun manfaatin salah satu sikap buruk lu untuk memancing lu membuntutiku dan menguping dari balik tembok itu. dan sepertinya tempat ini juga sudah masuk dalam rencananya, kalau di lihat dari lokasinya anggun sudah mengatur dimana tempat yang cocok untuk lu bisa nguping pembicaraan kita !", penjelasanku pada adrian.
"Wow... gila bahkan dia sampai berpikir ke arah situ !", ucap salah satu teman anggun dengan takjub pada penjelasanku.
"Ucapan gue benar kan !", saut anggun pada temannya.
"Sifat buruk gue yang mana yaa ?", tanya adrian dengan tampang binggung.
"Salah satu sifat berandal jalanan yang lu adalah otak mesum, saat tau nathael akan bertemu dengan anggun yang merupakan primadona kampus pasti sifat kepo ama otak mesum lu jadi satu.. so, lu bisa dipastikan akan membuntuti adrian dan nguping pembicaraan kita !", pemaparan dari teman anggun.
"Lalu anggun mencoba mengetes kemampuan nathael dengan menyudutkan nathael dengan sebuah pilihan, nuruti kemauan anggun atau anggun akan memanfaatkan ketololan lu agar bisa masuk kedalam perangkap anggun !", papar dari teman anggun.
"Anggun sengaja meminta nathael untuk mau jadi sopir pribadinya, dengan begitu lu pasti akan bersemangat untuk ikut terlibat di dalam persoalan ini, karena lu akan berpikir kalau lu bisa setiap hari berinteraksi langsung dengan anggun, seorang wanita yang menarik perhatian lu... !", ucap dari teman anggun.
"Dan prediksi anggun sangat tepat, saat nathael merasa curiga dan merasa pembicaraan ini tak penting, nathael pun pergi meninggalkan kita bertiga, tapi dengan cepat kau keluar dari persembunyianmu dan mencoba untuk membujuk nathael agar mau menerima penawaran itu !", ucap lagi teman anggun.
"Lu disini cuma jadi umpan doank.. !", ucapku pada adrian.
"Buseettt... hina amat gue, cuma dijadiin umpan doank !", ucap adrian.
"Anggun mencoba menganalisa sifat nathael, dan berdasarkan sifat tersebut anggun sangat yakin kalau nathael gak akan tega ninggalin temen baiknya berada dalam masalah, jadi pilihan yang diberikan anggun akan membuat nathael terpojok !", tutur teman anggun.
"Tentang hal ini persentase kebenaran lu hanya 20% !", sautku pada anggun.
"Tapi tetap saja langkah yang lu ambil masuk dalam prediksi gue !", ucap anggun menyangkal pernyataanku.
Aku hanya tersenyum saja mendengar seluruh penjelasan dari teman anggun yang mencoba menggambarkan seluruh rencana anggun dan juga analisanya, sepertinya dia tidak menyadari kalau dia sedang menuturkan seluruh kelemahannya.
"Setelah itu anggun memprediksi kalau nathael akan menerima permintaan anggun tapi dengan sebuah persyaratan, berdasarkan sifat lu yang setia kawan itu, anggun pun memprediksi kalau lu akan memanfaatkan adrian sebagai salah satu faktor penentu !", ucap dari teman anggun kepada adrian.
"Gue juga sempat kepikiran tentang hal itu, dimana berandalan ini akan meminta tubuh gue sebagai taruhannya.. tapi tak gue sangka kalau dia benar-benar akan bicara seperti itu !", imbuh anggun padaku dengan telunjuknya mengarah ke muka adrian.
"Sombong amat lu pada.. dasar cabe-cabean lu semua !", ucap adrian dengan kesalnya.
"Mulut sama otak udah gak sinkron lagi tuh kayaknya !", sindir teman anggun pada adrian.
"Gue akui semua prediksimu tepat dan akurat !", ucapku.
"Tentu saja, Anggun... !", ucap anggun dengan angkuhnya.
"Tapi apa lu juga sudah memprediksi kalau gue akan membaca semua rencana lu ini ?", tanyaku pada anggun.
"Tentu saja.. semua rencanaku ini pasti akan menimbulkan kecurigaan untuk lu, saat seseorang merasa mulai curiga maka ada dua hal yang akan mereka lakukan !", ucap anggun.
"Pertama adalah mencari aman dengan menghindari sesuatu yang membuatnya curiga dan yang kedua adalah dia akan dengan sengaja mencari tau tentang kecurigaannya itu !", ucapnya lagi padaku.
"Dan untuk lu kemungkinan pertama tidaklah mungkin lu ambil karena gue dengan sengaja memasang adrian sebagai sandera jadi kemungkinan kedualah yang akan lu ambil, berhubungan ini hanya sebuah tes kecil-kecilan jadi tak masalah juga bagi gue jika lu akan mengetahui rencana gue ini !", ucap dari anggun.
"Bagaimana jika gue dengan sengaja masuk kedalam arus permainan lu ini ?", tanyaku pada anggun
"Tentu saja lu akan mengikuti permainan gue, karena lu penasaran dengan apa yang sebenarnya gue rencanakan !", ucap dari anggun.
"Ini hanyalah sebuah permainan, jika ini adalah sungguhan maka lu gak akan gue biarkan masuk ke dalam permainan gue, karena membiarkan musuh masuk kedalam markas kita sama dengan bunuh diri !", tutur dari anggun.
"Sepertinya gue salah menilai lu !", ucap pada anggun.
"Terima kasih atas waktunya, gue cabut dulu yaa... bye !", ucap anggun dengan sombongnya dan pergi meninggalkan diriku dan adrian.
Dari awal aku juga sudah merasakan ada hal yang sangat berbeda, secara tiba-tiba aku dibuat berada dalam sebuah tekanan yang dimana aku harus memilih untuk melakukan sebuah permintaan dari anggun dengan adrian sebagai alasannya untuk memaksaku melakuka permintaan anggun tersebut. semuanya terkesan sangat tergesa-gesa tanpa perencanaan yang matang dan tidak memiliki landasan yang kuat untuk menekanku dengan menjadi adrian sebagai sandera. tentu saja karena mereka tidak mengetahui siapa diriku yang sebenarnya dan apa yang terjadi dengan masa laluku.
Aku merasa kalau dia sengaja ingin bermain-main denganku jadi aku dengan sengaja pula memasuki arus permainannya untuk mengetahui tujuannya ini. jadi tujuannya hanyalah ingin mengetesku, dasar wanita aneh yang kurang kerjaan. tapi melihat kemampuan analisanya yang mampu memprediksi setiap langkahku dan secara diam-diam menjebak adrian, membuat tubuh dan pikiranku merasa gemetaran dan keringat dinginpun sempat keluar di keningku, dia mengingatkanku pada sosok yang pernah aku kenal dulu.
Anggun wijayanata, aku sudah membuat kesalahan dengan meremehkannya, tapi dia juga telah membuat blunder dengan terang-terangan mengumbar kemampuannya di depan musuhnya, yaitu aku sendiri.