Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Valerie Remake

Status
Please reply by conversation.
PROLOG

“Ughh enak tante..”

“Mpphh..” dengan semangat aku semakin memanjakan penis bocah itu. Dimulai dari ujung penisnya, aku menjilati secara perlahan dan mengulumnya dari atas ke bawah.

Memaju mundurkan kepalaku, aku membiarkan penis itu keluar masuk di dalam mulutku dan memberikannya kenikmatan yang tiada tara.

“Ughh tante, aku udah gak kuat..”

Mendengar rintihan kenikmatannya, aku semakin ganas memainkan penis dengan mulutku dan menekannya ke dadaku yang besar ini. Hal itu membuatnya tidak kuat seolah-olah ingin cepat mengeluarkannya.

Ting! Ting!

Suara bel berbunyi yang mengagetkan kita berdua. Melepas penisnya dari mulutku, terlihat wajahnya yang memerah dan sudah tidak kuat menahan nafsunya.

“Aduh siapa sih ganggu aja, tante ke depan dulu ya..”

Saat aku berbalik tanganku ditahan olehnya seolah-olah dia masih belum puas. Aku pun mempunyai ide dan memintanya untuk bersembunyi di belakangku.

Berjalan ke arah pintu depan aku melihat ke layar monitor cctv, satpam sedang membawa makan yang sudah kupesan sebelumnya. Melirik ke arah belakang, bocah itu tampak bersembunyi sambil mengocok batang penisnya.

Memberikan senyum menggoda aku membuka pintu tersebut. Mata satpam itu terbelalak melihat diriku sedang dalam keadaan telanjang bulat dan dibasahi keringat.

Matanya tidak ada hentinya memperhatikan tubuhku dari wajahku lalu turun kedua buah dadaku yang besar ini dan turun ke arah perutku dan tentu saja area kewanitaanku yang dicukur bersih.

“Ekhmm, pak ini makanan atas nama Valerie ya..” ucapku dan mengejutkan satpam itu.

Tubuhnya sedikit bergetar dan mata kita saling bertemu, “I-iya, a-atas nama i-ibu V-valerie, kan?”

“Iya pak,” lalu aku mengulurkan tanganku dan mengambil plastik makanan itu. Tubuhnya semakin bergetar ketika jariku yang halus bertemu tangannya yang gelap dan kasar itu.

“Aaaahh..” jeritanku ketika aku merasakan tubuhku disodok dari belakang.

Tidak kuat melihat godaan, tiba-tiba bocah itu melompat ke arahku dan langsung mengarahkah penisnya ke dalam vaginaku. Dengan nafsu yang menggebu dia langsung mengenjot diriku.

“Aahh.. ahh, makasih ya pak.. nanti tipsnya besok-besok lagi ya pak,” meraih gagang pintu dan langsung menutup pintu membiarkan keterkejutan satpam itu.

“Duh, kamu ganas banget, padahal di depan satpam loh..” godaku ke bocah itu.

Dengan terus mengenjot diriku, “salah tante sama satpam itu sih, udah gak kuat..”

“Ughh.. ahh.. yaudah kita puas-puasin deh..”

Bocah itu dengan semangat menggerakan pinggulnya dan terus mengocokan penisnya didalam vaginaku. Tangannya pun meremas dadaku dari belakang dan memilin putingku yang teracung indah.

Posisiku berubah menjadi menungging dan membuatnya lebih mudah menyodokan penisnya. Tubuhnya semakin cepat menggenjotku dan cairan vaginaku yang keluar membasahi penisnya.

“Aahh teruss.. ahh enakk, auww.. ahh,” tanpa rasa malu aku meneriakan rintih dan desahanku.

“Tante aku mau keluar, aku keluarin di dalem yah..”

“Ahh.. iya keluarin di dalem aja..”

Tubuhnya semakin cepat memacu tubuhku. Penisnya perlahan berkedut dan pada puncaknya cairan panas keluar dan masuk ke dalam tubuhku.

“Aaaahh, enak, ngentoot..” teriakku.

Dengan sisa tenaga bocah itu mengenjot tubuhku sampai dia menjatuhkan tubuhnya di atas punggungku. Sesiku bersama bocah itu berakhir.



Sambil menyelesaikan makan siang, aku mendengar topik pembicaraan dengan bocah itu dan mengobrol dengannya.

“Jadi ada rencana karya wisata ke pantai, asyik tuh..”

“Gimana kalau tante ikut, ikut dong, biar kita seru-seruan..” jawabnya dengan antusias sambil menghabiskan makanannya.

“Tante pikir-pikir dulu deh, takutnya tante ada job.. yaudah habisin makananannya dulu.”

Kita beristirahat sambil mengobrol dengan kondisi sama-sama telanjang bulat. Bocah itu tiba-tiba tertidur, karena tidak ada hal yang aku lakukan aku memutuskan untuk pergi mandi.

Menyalakan shower air hangat aku menyabuni seluruh tubuhku yang berkeringat setelah aktivitas sebelumnya. Tidak lupa aku membersihkan vaginaku dengan menyemprotkan air ke dalamnya.

Menyabuni tubuhku sambil memejamkan mata, aku merasakan tubuhku diraba oleh orang lain. “Mau ikut mandi juga?” godaku.

Selanjutnya kita kembali bercinta di kamar mandi, aku pun mengajarinya posisi bercinta di kamar mandi. Dimulai dari di bawah pancuran air, di dalam bathtub, hingga posisi tubuhku yang berjongkok di atas kloset yang memudahkan untuk menyetubuhiku.

“Bye tante, nanti kalau bisa wa aja ya..”

“Oke deh, see you soon ya,” melambaikan tanganku ke arahnya dari dalam mobil. Aku baru mengantar bocah itu ke depan gangnya dari apartemenku. Duh, bisa-bisanya aku bawa anak orang ke rumahku.

Bocah itu bernama Doni, aku tidak sengaja bertemu dengannya setelah melakukan photoshoot saat aku sedang beristirahat dalam kondisi telanjang saat itu. Waktu berlalu dan aku membiarkan bocah itu menjamah tubuhku.

Kembali ke apartemenku aku lalu menyibukkan diriku dengan pekerjaan lainnya yang belum sempat aku lakukan, ngomong-ngomong kayaknya asyik kalau aku ikut karya wisata mereka.



Meskipun hari ini adalah hari kerja, tampaknya pantai masih dikunjungi oleh banyak wisatawan. Aku membaringkan tubuhku di kursi pantai yang tertutupi oleh payung pantai.

Orang-orang yang melintas tampak terkejut melihat diriku dan langsung membuang muka, terutama bapak-bapak yang sedang bersama keluarganya. Well, alasannya karena pakaian yang kugunakan.

Menggunakan bikini berbentuk slingshot yang berbentuk “V” aku tampak begitu menggoda. Meskipun bikini ini tidak terlalu terbuka dibandingkan bikini two-piece, bentuk bikini ini menunjukan kedua buah dadaku yang terbuka di kedua sisinya.

Mengambil ponselku aku mengirimi Doni sebuah fotoku yang sedang selfie dengan posisi menggoda dengan bikini ini dan memintanya kesini.

Di lain tempat, Doni sedang bermain air bersama teman-temannya dan berjalan ke arah tas untuk mengambil air minum. Disaat itulah dia melihat notif di ponselnya dan terkejut dengan foto yang diterimanya.

“Aku berangkat kesana tante..” yang diketik melalui ponselnya.

Sudut pandang Doni,

“Bro gue ambil minum dulu ya..” ucapku ke teman-temanku yang masih sibuk bermain.

“Ya bro, nanti balik lagi kesini ya!” balas mereka.

“Yoi.”

Membuka tasku aku meraih botol minumku dan aku melihat sebuah notifikasi. Sebuah pesan ku terima dari tante Valerie, dengan cepat aku membuka isi chat itu dan mataku terbuka lebar.

Gambar dirinya yang sedang melakukan selfie dengan mengenakan bikini, posenya itu membuat bulatan buah dadanya sungguh menggoda. Di dalam boxerku aku bisa merasakan batangku menegak.

Apalagi aku membaca kalau dia sedang berada disini, duh kenapa baru bilang sekarang. Aku lalu langsung pergi teman-temanku untuk mencarinya.

Mengikuti arahan dari wa aku akhirnya sampai dimana tante Valerie berada. yang berada jauh dari posisiku. Sungguh begitu menggoda, dengan berani dia mengenakan bikini seperti itu, walaupun tidak terlalu terbuka namun jelas menunjukan lekuk tubuhnya.

“Akhir kamu kesini juga Don.. ufufu..” ucapnya dengan tertawan.

“Maaf tante, aku sibuk main.. hehe.”

“Oke deh, ngomong-ngomong gimana bikini yang tante pakai, seksi engga..”

Mataku tidak bisa berhenti menatap tubuhnya, dari posisi berbaring dia mencoba berdiri dan berputar. Bikini itu sangat ketat dimana aku bisa melihat putingnya di balik kain bikini itu dan garis vagina yang secara samar terlihat.

Apalagi saat memutar tubuhnya aku bisa melihat dadanya yang berayun dari daerah samping dan pantatnya yang sekal itu sungguh membuatku tidak bisa menahan nafsuku.

“Duh cuman lihat tante aja bisa langsung berdiri itunya.”
“Maaf tante..” merasa malu aku menutupi batangku dan langsung duduk. Duh, kenapa aku harus malu ya, padahal aku udah pernah ngentot sama dia.

Tangannya meraih sesuatu di dalam tas tangannya dan mengeluarkan botol sunscreen, “Gimana don, mau balurin ini ketubuh tante engga!”

Melihat senyum menggodanya aku langsung setuju dan meraih botol itu. Tante Valerie lalu berbaring dan memposisikan punggungnya di atas. Bikini ini pun tertarik dan membuat kaitan belakang terangkat dan memperlihatkan bagian atas pantatnya.

Aku pun berusaha untuk menuangkan sunscreen ini dengan keadaan berdebar, bukan karena melihat tubuh indahnya tetapi menyadari aku melakukan ini di ruang terbuka dengan orang-orang di sekitarku.

Memfokuskan diriku untuk menuangkan sunscreen ini di punggungnya aku terbatasi oleh kaitan ini, dengan berani aku meminta izin darinya untuk menurunkan kaitan branya.

“Tante aku mau lepas talinya boleh?”

“Wah, masa tante mau ditelanjangin disini sihh, hehe, bercanda kok, sok aja..”

“Permisi tante, bagian atas aja..”

“Sampai telanjang juga gapapa kok, kan udah pernah lihat tante bugil juga..”

Mendengar hal itu tentu saja aku mau menelanjanginya namun aku harus berpikir logis apalagi disini sedang banyak orang. Jariku meraih tali bikini itu dan melepasnya dan membuat punggung yang telanjang polos.

Sungguh tubuh yang begitu indah dan seksi, walaupun memiliki dada yang besar entah mengapa punggungnya langsing. Tanganku aku gerakan membiarkan sunscreen itu menutupi punggungnya.

Karena sunscreen ini licin dan tentu saja dengan isengnya aku membiarkan jariku menyusuri punggungnya dan sampai di dadanya. Dadanya yang besar itu terasa sangat empuk dan kenyal.

Beberapa saat kemudian punggungnya sudah selesai aku balurin sunscreen dan selanjutnya dia memintaku untuk membalurinya ke pahanya dan kedua kakinya sampai dimana aku diminta untuk membalurinya di atas pantatnya.

“Don, sekalian di pantat tante juga dong.”

“Ugh, yang bener tan-” disaat itu tante Valerie mengangkat pantatnya seolah-olah memintaku untuk segera melepas bikininya.

Dengan jantung yang berdebar aku menurunkan bikini itu sampai di bagian paha atas. Sekarang kedua bongkahan pantatnya yang sekal itu terbuka. Dengan cepat aku membalurinya karena tidak ingin pantatnya dilihat oleh orang lain, lebih tepatnya aku tidak rela.

Pantatnya entah mengapa menggodaku. Sambil membaluri sunscreen ini aku meremas pelan dan merasakan kulit pantatnya yang lembut apalagi garis pantatnya ini mengalir sampai ke daerah intimnya.

Aku masih bisa mengingat jepitan vaginanya yang begitu nikmat dan bentuk serta warna yang begitu cantik. Fak, aku harus cepet-cepet nih.

Dengan cepat aku menarik bikini yang tergantung di pahanya itu untuk menutupi pantatnya.

“Udah Don?”

“Udah tante..”

“Makasih ya Don, gimana kalau bayarannya.. hmm, dada tante juga dong..”

Batangku langsung tegak maksimal mendengar ucapannya. Tante Valerie pun mencoba membalikan tubuhnya membiarkan dadaku yang terbuka itu ke hadapanku saat itu pula.

“Eh rupanya lho disini Don, gue cari-cari haaa..” mulutnya tiba-tiba berhenti terucap.

“Iya lho kemana aja sih..” tubuhnya membeku dan matanya terfokus di satu titik.

Saat tante Valerie menunjukan tubuh atasnya yang topless dan menunjukan dadanya, kedua temanku datang ke arahku.

Mereka mungkin dapat melihat gunung kembar tante Valerie dengan puting pinknya yang teracung indah di hadapan mereka berdua yang membuat mereka kehabisan kata-kata.

“Aahh maaf, hai, kalian siapanya Doni?” tanyanya sambil membetulkan bikininya tanpa rasa malu.

“S-saya Agil b-bu..”

“Saya Gani, t-temannya Doni..”

Dengan manisnya tante Valerie tersenyum, “Haha, jangan panggil ibu, kayak udah tua aja.. panggil aja tante atau kakak..”

“I-iya tante..”

Sial kenapa mereka berdua tiba-tiba dateng aja sih, mengganggu saja. Sekarang kita berempat mengobrol dan mengenalkan diri. Bahkan tante membelikan kita minuman.
Dengan cepat aku mengakhiri ini semua.

“Yok kita main lagi sebelum disuruh balik sama guru-guru..” ucapku mengajak mereka menjauh.

“Oh iya, permisi ya tante..”

“Makasih banyak..”

Kita bertiga pun segera pergi dari arah tante Valerie dan kembali ke tempat kita menyimpan tas bersama teman kelas yang lain. Sepanjang jalan mereka terus bertanya kepadaku dan ngomong hal-hal yang begitu mesum.

“Gila cantik banget, itu tante lho..”

“Bukan..” jawabku ketus.

“Lho lihat tubuhnya, seksi gila, apalagi tadi gue sempet lihat putingnya pink broo.. anjrit gak kuat gue..”

“Ssttt dahh, jangan ngomongin lagi deh.. kita lanjutin main..”

Tidak ada hentinya mereka bertanya siapa dirinya dan bahkan meminta kontaknya namun aku selalu diamkan. Kita akhirnya memutuskan bermain voli di sisa waktu ini, lebih tepatnya gue sengaja lemparin bola ke mereka berdua.

“Yok kumpul, beres-beres busnya bakal jemput jam 4!” teriak guru kita.

“Gue mau mandi dulu, lho juga engga?” tanyaku ke mereka berdua

“Yoi sekalian aja.. biar cepet,” jawab Agil.

“Gue sih ogah ngeliat tubuh kalian, macam gay aja taii,” jawab Gani.

Sambil menenteng tas, kita bertiga berjalan ke arah kamar mandi. Karena di lokasi tempat kita menyimpan tas penuh oleh murid sekolah kita, kita memutuskan untuk berjalan lebih jauh lagi mencari tempat yang kosong.

“Akhirnya nemu nih yang kosong, siapa nih yang mau duluan?”

“Gue dulu dah, gue risih banget udah keringetan gini.”

Tiba-tiba aku bisa merasakan benda empuk di punggungku. Mengintip ke arah belakang aku melihat tubuh indah tante Valerie yang sedang menunduk dan menempelkan dadanya di punggungku.

Kedua temanku tampak melongo melihat diriku yang dihimpit oleh wanita seksi di belakangku seolah-olah ingin menggantikan posisiku. Begitu pula mata penjaga kamar mandi umum ini.

“Wah kosong satu tuh, siapa yang mau duluan..” tanya tante Valerie ke arah kita.

“T-tante bisa duluan,” jawab mereka berdua.

Pintu kamar mandi yang disebelahnya terbuka dan tiba-tiba tanganku ditarik oleh tante Valerie masuk ke dalam bilik kamar mandi itu. “Tante mau sama Doni dulu ya, biar pas berpasangan,” sambil mengatakan itu dengan intonasi yang menggoda.

Meninggalkan mereka berdua yang membeku pintu kamar mandi itu ditutup dan sekarang aku hanya berdua bersama tante Valerie. Menggantungkan tasnya di gantungan baju tante Valerie mulai menurunkan tali bikininya.

Dalam sekejap bikini itu telah terjatuh di kakinya dan menunjukan tubuh telanjangnya yang sangat menggoda seperti sebelumnya.

“Hayu lepas juga, biar tante sekalian mandiin,” tangannya lalu meraih celana boxerku dan menurunkannya begitu pula celana dalamku.

Batangku yang sudah tegang maksimal teracung indah tiba-tiba diraih dan ditariknya membuatku meringis nikmat. Byur, aku dikagetkan dengan air dingin yang diguyurkan ke arahku.

“Kok bengong, nanti ditinggalin sama bus sekolahnya lho..”

“Aahh maaf tante, aku terpesona sama tubuhnya tante..”

“Bisa aja gombalnya.. haha.”

Lalu kita melanjutkan acara mandi ini dengan cepat. Kita saling menyirami tubuh masing-masing secara bergantian. Tidak lupa aku menyabuni tubuh indahnya.

Sabun cairnya memiliki bau yang sangat wangi menunjukan sabun mahal dan menghasilkan banyak busa, dengan antusias aku menyabuni tubuhnya dari dada sampai ujung kakinya.

“Aahh tante jangan sekarang.. ughh..” aku hanya bisa merintih keenakan ketika tanganku mengocok batang penisku sambil menyabuni tubuhku.

“Udah gapapa, tante jago kok kalau ngebuat cowok cepet keluar.”

Tante Valerie berjalan ke belakang lalu menghimpit tubuhku. Aku bisa merasakan buah dadanya yang menekan punggungku sambil tangannya masih mengocok batangku.

Telingaku digigit pelan sambil tubuhnya dimainkan ke arah tubuhku. Penisku tidak hanya dikocok tetapi dipijat pelan antara batang dan kepala penisnya. Bibirnya yang menggigit telingaku lalu membisikan perkataan yang membuatku terangsang.

“.. bayangin coba tadi tante beneran telanjang gimana kalau temen-temenmu ngeliat tubuh telanjang tante, apalagi mereka juga ikutan mandi bareng sama tante..”

“Jangan tante, tante cuman miliku..”

“Ufufu, bisa aja.. tapi kalau tiba-tiba pintu ini di dobrak terus ngeliat aksi kita berdua, bisa aja tante dipaksa keluar terus diarak ke arah satpam sambil telanjang, ugh gimana dong..”

Membayang tubuh telanjang tante Valerie yang indah lalu diarak secara telanjang ke banyak orang, ughh membuatku terangsang hebat, apalagi dibawa ke satpam terus dientot beramai-ramai. Ahh, aku gak kuat..

Aku kembali mengingat ketika aku mengenjot tubuh tante di apartemennya tepat di depan seorang satpam, duh gila kenapa aku bisa senekat itu ya. Aku sudah tidak bisa menahan konak dan saat itulah.

“Tante aku keluar..”

Penisku masih dimanjakan oleh dirinya dan aku sudah tidak tahan lagi, penisku berkedut dan langsung keluar mengarah ke jarinya.

“Akhirnya keluar juga, gimana teknik tante..”

“Mantap tante..” sambil aku mencoba menahan nafasku yang menggebu.
“Hihi, ehh tante izin pipis dulu ya..”

Tante Valerie berjongkok dan mulai pipis, entah mengapa tante memintaku untuk memalingkan wajahku. “Please jangan diliat dong, malu nih tante kalau diliatin pas pipis.”

“Aah maaf tante..”

Menuntaskan pipisnya kita melanjutkan acara mandi ini.

Beberapa saat kemudian kita berdua keluar dan tante membayarkanku. Mata penjaga toilet itu pun membantu melihat aku yang keluar bersama wanita cantik.

Dan kedua temanku. Terlihat wajah mereka tampak memerah seolah menahan sesuatu.

“Doni, tante pulang dulu ya, tadi enak lho! Muach..” sambil mengedipkan matanya.

Aku bisa melihat bayangan api neraka dari arah punggung kedua temanku.

“Lho-lho.. habis mandi.. dimandiin, anjing lah..”

“Bangsat gue juga mau, kenalin dong ke tante lho atau siapanya lhoo..”

“Sttt ahh, tuh udah diteriakan sama guru-guru,” aku berlari menjauhi mereka dan dengan semangat membara mereka mengejarku selayaknya ingin memenggal diriku.

“Nanti gue ceritain dehh..” (tapi bohong hehe)




Aku berjalan ke arah mobilku dan menutup pintu dengan rapat, “Duh, Doni mah enak aku manjain tapi aku malah engga puas nih.”

Melihat keadaan sekitar aku melepas celana ganti yang kugunakan dan mulai memainkan area vaginaku. Memijat pelan klistorisku aku membiarkan kakiku mengangkan di atas dashboard.
Tidak lupa aku melepas atasanku dan membiarkan tubuhku telanjang dan leluasa memuaskan diriku. Aku pun mulai membayangkan aksiku hari ini namun entah mengapa aku tidak begitu antusias dan nafsuku tidak naik.

Aku lalu memutuskan untuk melakukan video call bersama sahabatku sambil tetap memainkan vaginaku.

“Hey lyn..” sapaku dengan lesu

“Gila lho ver, hobi banget lho eksib di mobil, lho sekarang lagi dimana?”

“Gue habis .. blablabla..” (aku menceritakan kejadian hari ini)

“Haha, emang nafsu lho gak ngotak main sama bocah smp..”

Saat aku mengobrol dengan Selyn aku melihat penjaga wc yang sebelumnya berjalan ke arah parkiran motor dan sepertinya mau pulang.

“Lyn, gue mau ngasih lho live show..”

“Hah?” belum sempat Selyn memberikan pertanyaan, aku membuka pintuku dan berjalan ke arah luar sambil telanjang bulat.

Beberapa saat kemudian tampak mobilku yang bergoyang begitupun suara desahan yang samar terdengar. Aku tidak bisa melihat apa yang Selyn lakukan dari ponselku karena aku berada di jok belakang namun aku tahu dia pasti sedang melihat aksiku.

“Aahh.. ahh.. enak pak.” tanyaku dengan menggoda.

“Mantap neng, aghh.. mantap..” ucapnya bersemangat sambil terus menggenjotiku.

"Yaudah pak, nikmati aku sepuasnya.. ahhh.."
 
PROLOG

“Ughh enak tante..”

“Mpphh..” dengan semangat aku semakin memanjakan penis bocah itu. Dimulai dari ujung penisnya, aku menjilati secara perlahan dan mengulumnya dari atas ke bawah.

Memaju mundurkan kepalaku, aku membiarkan penis itu keluar masuk di dalam mulutku dan memberikannya kenikmatan yang tiada tara.

“Ughh tante, aku udah gak kuat..”

Mendengar rintihan kenikmatannya, aku semakin ganas memainkan penis dengan mulutku dan menekannya ke dadaku yang besar ini. Hal itu membuatnya tidak kuat seolah-olah ingin cepat mengeluarkannya.

Ting! Ting!

Suara bel berbunyi yang mengagetkan kita berdua. Melepas penisnya dari mulutku, terlihat wajahnya yang memerah dan sudah tidak kuat menahan nafsunya.

“Aduh siapa sih ganggu aja, tante ke depan dulu ya..”

Saat aku berbalik tanganku ditahan olehnya seolah-olah dia masih belum puas. Aku pun mempunyai ide dan memintanya untuk bersembunyi di belakangku.

Berjalan ke arah pintu depan aku melihat ke layar monitor cctv, satpam sedang membawa makan yang sudah kupesan sebelumnya. Melirik ke arah belakang, bocah itu tampak bersembunyi sambil mengocok batang penisnya.

Memberikan senyum menggoda aku membuka pintu tersebut. Mata satpam itu terbelalak melihat diriku sedang dalam keadaan telanjang bulat dan dibasahi keringat.

Matanya tidak ada hentinya memperhatikan tubuhku dari wajahku lalu turun kedua buah dadaku yang besar ini dan turun ke arah perutku dan tentu saja area kewanitaanku yang dicukur bersih.

“Ekhmm, pak ini makanan atas nama Valerie ya..” ucapku dan mengejutkan satpam itu.

Tubuhnya sedikit bergetar dan mata kita saling bertemu, “I-iya, a-atas nama i-ibu V-valerie, kan?”

“Iya pak,” lalu aku mengulurkan tanganku dan mengambil plastik makanan itu. Tubuhnya semakin bergetar ketika jariku yang halus bertemu tangannya yang gelap dan kasar itu.

“Aaaahh..” jeritanku ketika aku merasakan tubuhku disodok dari belakang.

Tidak kuat melihat godaan, tiba-tiba bocah itu melompat ke arahku dan langsung mengarahkah penisnya ke dalam vaginaku. Dengan nafsu yang menggebu dia langsung mengenjot diriku.

“Aahh.. ahh, makasih ya pak.. nanti tipsnya besok-besok lagi ya pak,” meraih gagang pintu dan langsung menutup pintu membiarkan keterkejutan satpam itu.

“Duh, kamu ganas banget, padahal di depan satpam loh..” godaku ke bocah itu.

Dengan terus mengenjot diriku, “salah tante sama satpam itu sih, udah gak kuat..”

“Ughh.. ahh.. yaudah kita puas-puasin deh..”

Bocah itu dengan semangat menggerakan pinggulnya dan terus mengocokan penisnya didalam vaginaku. Tangannya pun meremas dadaku dari belakang dan memilin putingku yang teracung indah.

Posisiku berubah menjadi menungging dan membuatnya lebih mudah menyodokan penisnya. Tubuhnya semakin cepat menggenjotku dan cairan vaginaku yang keluar membasahi penisnya.

“Aahh teruss.. ahh enakk, auww.. ahh,” tanpa rasa malu aku meneriakan rintih dan desahanku.

“Tante aku mau keluar, aku keluarin di dalem yah..”

“Ahh.. iya keluarin di dalem aja..”

Tubuhnya semakin cepat memacu tubuhku. Penisnya perlahan berkedut dan pada puncaknya cairan panas keluar dan masuk ke dalam tubuhku.

“Aaaahh, enak, ngentoot..” teriakku.

Dengan sisa tenaga bocah itu mengenjot tubuhku sampai dia menjatuhkan tubuhnya di atas punggungku. Sesiku bersama bocah itu berakhir.



Sambil menyelesaikan makan siang, aku mendengar topik pembicaraan dengan bocah itu dan mengobrol dengannya.

“Jadi ada rencana karya wisata ke pantai, asyik tuh..”

“Gimana kalau tante ikut, ikut dong, biar kita seru-seruan..” jawabnya dengan antusias sambil menghabiskan makanannya.

“Tante pikir-pikir dulu deh, takutnya tante ada job.. yaudah habisin makananannya dulu.”

Kita beristirahat sambil mengobrol dengan kondisi sama-sama telanjang bulat. Bocah itu tiba-tiba tertidur, karena tidak ada hal yang aku lakukan aku memutuskan untuk pergi mandi.

Menyalakan shower air hangat aku menyabuni seluruh tubuhku yang berkeringat setelah aktivitas sebelumnya. Tidak lupa aku membersihkan vaginaku dengan menyemprotkan air ke dalamnya.

Menyabuni tubuhku sambil memejamkan mata, aku merasakan tubuhku diraba oleh orang lain. “Mau ikut mandi juga?” godaku.

Selanjutnya kita kembali bercinta di kamar mandi, aku pun mengajarinya posisi bercinta di kamar mandi. Dimulai dari di bawah pancuran air, di dalam bathtub, hingga posisi tubuhku yang berjongkok di atas kloset yang memudahkan untuk menyetubuhiku.

“Bye tante, nanti kalau bisa wa aja ya..”

“Oke deh, see you soon ya,” melambaikan tanganku ke arahnya dari dalam mobil. Aku baru mengantar bocah itu ke depan gangnya dari apartemenku. Duh, bisa-bisanya aku bawa anak orang ke rumahku.

Bocah itu bernama Doni, aku tidak sengaja bertemu dengannya setelah melakukan photoshoot saat aku sedang beristirahat dalam kondisi telanjang saat itu. Waktu berlalu dan aku membiarkan bocah itu menjamah tubuhku.

Kembali ke apartemenku aku lalu menyibukkan diriku dengan pekerjaan lainnya yang belum sempat aku lakukan, ngomong-ngomong kayaknya asyik kalau aku ikut karya wisata mereka.



Meskipun hari ini adalah hari kerja, tampaknya pantai masih dikunjungi oleh banyak wisatawan. Aku membaringkan tubuhku di kursi pantai yang tertutupi oleh payung pantai.

Orang-orang yang melintas tampak terkejut melihat diriku dan langsung membuang muka, terutama bapak-bapak yang sedang bersama keluarganya. Well, alasannya karena pakaian yang kugunakan.

Menggunakan bikini berbentuk slingshot yang berbentuk “V” aku tampak begitu menggoda. Meskipun bikini ini tidak terlalu terbuka dibandingkan bikini two-piece, bentuk bikini ini menunjukan kedua buah dadaku yang terbuka di kedua sisinya.

Mengambil ponselku aku mengirimi Doni sebuah fotoku yang sedang selfie dengan posisi menggoda dengan bikini ini dan memintanya kesini.

Di lain tempat, Doni sedang bermain air bersama teman-temannya dan berjalan ke arah tas untuk mengambil air minum. Disaat itulah dia melihat notif di ponselnya dan terkejut dengan foto yang diterimanya.

“Aku berangkat kesana tante..” yang diketik melalui ponselnya.

Sudut pandang Doni,

“Bro gue ambil minum dulu ya..” ucapku ke teman-temanku yang masih sibuk bermain.

“Ya bro, nanti balik lagi kesini ya!” balas mereka.

“Yoi.”

Membuka tasku aku meraih botol minumku dan aku melihat sebuah notifikasi. Sebuah pesan ku terima dari tante Valerie, dengan cepat aku membuka isi chat itu dan mataku terbuka lebar.

Gambar dirinya yang sedang melakukan selfie dengan mengenakan bikini, posenya itu membuat bulatan buah dadanya sungguh menggoda. Di dalam boxerku aku bisa merasakan batangku menegak.

Apalagi aku membaca kalau dia sedang berada disini, duh kenapa baru bilang sekarang. Aku lalu langsung pergi teman-temanku untuk mencarinya.

Mengikuti arahan dari wa aku akhirnya sampai dimana tante Valerie berada. yang berada jauh dari posisiku. Sungguh begitu menggoda, dengan berani dia mengenakan bikini seperti itu, walaupun tidak terlalu terbuka namun jelas menunjukan lekuk tubuhnya.

“Akhir kamu kesini juga Don.. ufufu..” ucapnya dengan tertawan.

“Maaf tante, aku sibuk main.. hehe.”

“Oke deh, ngomong-ngomong gimana bikini yang tante pakai, seksi engga..”

Mataku tidak bisa berhenti menatap tubuhnya, dari posisi berbaring dia mencoba berdiri dan berputar. Bikini itu sangat ketat dimana aku bisa melihat putingnya di balik kain bikini itu dan garis vagina yang secara samar terlihat.

Apalagi saat memutar tubuhnya aku bisa melihat dadanya yang berayun dari daerah samping dan pantatnya yang sekal itu sungguh membuatku tidak bisa menahan nafsuku.

“Duh cuman lihat tante aja bisa langsung berdiri itunya.”
“Maaf tante..” merasa malu aku menutupi batangku dan langsung duduk. Duh, kenapa aku harus malu ya, padahal aku udah pernah ngentot sama dia.

Tangannya meraih sesuatu di dalam tas tangannya dan mengeluarkan botol sunscreen, “Gimana don, mau balurin ini ketubuh tante engga!”

Melihat senyum menggodanya aku langsung setuju dan meraih botol itu. Tante Valerie lalu berbaring dan memposisikan punggungnya di atas. Bikini ini pun tertarik dan membuat kaitan belakang terangkat dan memperlihatkan bagian atas pantatnya.

Aku pun berusaha untuk menuangkan sunscreen ini dengan keadaan berdebar, bukan karena melihat tubuh indahnya tetapi menyadari aku melakukan ini di ruang terbuka dengan orang-orang di sekitarku.

Memfokuskan diriku untuk menuangkan sunscreen ini di punggungnya aku terbatasi oleh kaitan ini, dengan berani aku meminta izin darinya untuk menurunkan kaitan branya.

“Tante aku mau lepas talinya boleh?”

“Wah, masa tante mau ditelanjangin disini sihh, hehe, bercanda kok, sok aja..”

“Permisi tante, bagian atas aja..”

“Sampai telanjang juga gapapa kok, kan udah pernah lihat tante bugil juga..”

Mendengar hal itu tentu saja aku mau menelanjanginya namun aku harus berpikir logis apalagi disini sedang banyak orang. Jariku meraih tali bikini itu dan melepasnya dan membuat punggung yang telanjang polos.

Sungguh tubuh yang begitu indah dan seksi, walaupun memiliki dada yang besar entah mengapa punggungnya langsing. Tanganku aku gerakan membiarkan sunscreen itu menutupi punggungnya.

Karena sunscreen ini licin dan tentu saja dengan isengnya aku membiarkan jariku menyusuri punggungnya dan sampai di dadanya. Dadanya yang besar itu terasa sangat empuk dan kenyal.

Beberapa saat kemudian punggungnya sudah selesai aku balurin sunscreen dan selanjutnya dia memintaku untuk membalurinya ke pahanya dan kedua kakinya sampai dimana aku diminta untuk membalurinya di atas pantatnya.

“Don, sekalian di pantat tante juga dong.”

“Ugh, yang bener tan-” disaat itu tante Valerie mengangkat pantatnya seolah-olah memintaku untuk segera melepas bikininya.

Dengan jantung yang berdebar aku menurunkan bikini itu sampai di bagian paha atas. Sekarang kedua bongkahan pantatnya yang sekal itu terbuka. Dengan cepat aku membalurinya karena tidak ingin pantatnya dilihat oleh orang lain, lebih tepatnya aku tidak rela.

Pantatnya entah mengapa menggodaku. Sambil membaluri sunscreen ini aku meremas pelan dan merasakan kulit pantatnya yang lembut apalagi garis pantatnya ini mengalir sampai ke daerah intimnya.

Aku masih bisa mengingat jepitan vaginanya yang begitu nikmat dan bentuk serta warna yang begitu cantik. Fak, aku harus cepet-cepet nih.

Dengan cepat aku menarik bikini yang tergantung di pahanya itu untuk menutupi pantatnya.

“Udah Don?”

“Udah tante..”

“Makasih ya Don, gimana kalau bayarannya.. hmm, dada tante juga dong..”

Batangku langsung tegak maksimal mendengar ucapannya. Tante Valerie pun mencoba membalikan tubuhnya membiarkan dadaku yang terbuka itu ke hadapanku saat itu pula.

“Eh rupanya lho disini Don, gue cari-cari haaa..” mulutnya tiba-tiba berhenti terucap.

“Iya lho kemana aja sih..” tubuhnya membeku dan matanya terfokus di satu titik.

Saat tante Valerie menunjukan tubuh atasnya yang topless dan menunjukan dadanya, kedua temanku datang ke arahku.

Mereka mungkin dapat melihat gunung kembar tante Valerie dengan puting pinknya yang teracung indah di hadapan mereka berdua yang membuat mereka kehabisan kata-kata.

“Aahh maaf, hai, kalian siapanya Doni?” tanyanya sambil membetulkan bikininya tanpa rasa malu.

“S-saya Agil b-bu..”

“Saya Gani, t-temannya Doni..”

Dengan manisnya tante Valerie tersenyum, “Haha, jangan panggil ibu, kayak udah tua aja.. panggil aja tante atau kakak..”

“I-iya tante..”

Sial kenapa mereka berdua tiba-tiba dateng aja sih, mengganggu saja. Sekarang kita berempat mengobrol dan mengenalkan diri. Bahkan tante membelikan kita minuman.
Dengan cepat aku mengakhiri ini semua.

“Yok kita main lagi sebelum disuruh balik sama guru-guru..” ucapku mengajak mereka menjauh.

“Oh iya, permisi ya tante..”

“Makasih banyak..”

Kita bertiga pun segera pergi dari arah tante Valerie dan kembali ke tempat kita menyimpan tas bersama teman kelas yang lain. Sepanjang jalan mereka terus bertanya kepadaku dan ngomong hal-hal yang begitu mesum.

“Gila cantik banget, itu tante lho..”

“Bukan..” jawabku ketus.

“Lho lihat tubuhnya, seksi gila, apalagi tadi gue sempet lihat putingnya pink broo.. anjrit gak kuat gue..”

“Ssttt dahh, jangan ngomongin lagi deh.. kita lanjutin main..”

Tidak ada hentinya mereka bertanya siapa dirinya dan bahkan meminta kontaknya namun aku selalu diamkan. Kita akhirnya memutuskan bermain voli di sisa waktu ini, lebih tepatnya gue sengaja lemparin bola ke mereka berdua.

“Yok kumpul, beres-beres busnya bakal jemput jam 4!” teriak guru kita.

“Gue mau mandi dulu, lho juga engga?” tanyaku ke mereka berdua

“Yoi sekalian aja.. biar cepet,” jawab Agil.

“Gue sih ogah ngeliat tubuh kalian, macam gay aja taii,” jawab Gani.

Sambil menenteng tas, kita bertiga berjalan ke arah kamar mandi. Karena di lokasi tempat kita menyimpan tas penuh oleh murid sekolah kita, kita memutuskan untuk berjalan lebih jauh lagi mencari tempat yang kosong.

“Akhirnya nemu nih yang kosong, siapa nih yang mau duluan?”

“Gue dulu dah, gue risih banget udah keringetan gini.”

Tiba-tiba aku bisa merasakan benda empuk di punggungku. Mengintip ke arah belakang aku melihat tubuh indah tante Valerie yang sedang menunduk dan menempelkan dadanya di punggungku.

Kedua temanku tampak melongo melihat diriku yang dihimpit oleh wanita seksi di belakangku seolah-olah ingin menggantikan posisiku. Begitu pula mata penjaga kamar mandi umum ini.

“Wah kosong satu tuh, siapa yang mau duluan..” tanya tante Valerie ke arah kita.

“T-tante bisa duluan,” jawab mereka berdua.

Pintu kamar mandi yang disebelahnya terbuka dan tiba-tiba tanganku ditarik oleh tante Valerie masuk ke dalam bilik kamar mandi itu. “Tante mau sama Doni dulu ya, biar pas berpasangan,” sambil mengatakan itu dengan intonasi yang menggoda.

Meninggalkan mereka berdua yang membeku pintu kamar mandi itu ditutup dan sekarang aku hanya berdua bersama tante Valerie. Menggantungkan tasnya di gantungan baju tante Valerie mulai menurunkan tali bikininya.

Dalam sekejap bikini itu telah terjatuh di kakinya dan menunjukan tubuh telanjangnya yang sangat menggoda seperti sebelumnya.

“Hayu lepas juga, biar tante sekalian mandiin,” tangannya lalu meraih celana boxerku dan menurunkannya begitu pula celana dalamku.

Batangku yang sudah tegang maksimal teracung indah tiba-tiba diraih dan ditariknya membuatku meringis nikmat. Byur, aku dikagetkan dengan air dingin yang diguyurkan ke arahku.

“Kok bengong, nanti ditinggalin sama bus sekolahnya lho..”

“Aahh maaf tante, aku terpesona sama tubuhnya tante..”

“Bisa aja gombalnya.. haha.”

Lalu kita melanjutkan acara mandi ini dengan cepat. Kita saling menyirami tubuh masing-masing secara bergantian. Tidak lupa aku menyabuni tubuh indahnya.

Sabun cairnya memiliki bau yang sangat wangi menunjukan sabun mahal dan menghasilkan banyak busa, dengan antusias aku menyabuni tubuhnya dari dada sampai ujung kakinya.

“Aahh tante jangan sekarang.. ughh..” aku hanya bisa merintih keenakan ketika tanganku mengocok batang penisku sambil menyabuni tubuhku.

“Udah gapapa, tante jago kok kalau ngebuat cowok cepet keluar.”

Tante Valerie berjalan ke belakang lalu menghimpit tubuhku. Aku bisa merasakan buah dadanya yang menekan punggungku sambil tangannya masih mengocok batangku.

Telingaku digigit pelan sambil tubuhnya dimainkan ke arah tubuhku. Penisku tidak hanya dikocok tetapi dipijat pelan antara batang dan kepala penisnya. Bibirnya yang menggigit telingaku lalu membisikan perkataan yang membuatku terangsang.

“.. bayangin coba tadi tante beneran telanjang gimana kalau temen-temenmu ngeliat tubuh telanjang tante, apalagi mereka juga ikutan mandi bareng sama tante..”

“Jangan tante, tante cuman miliku..”

“Ufufu, bisa aja.. tapi kalau tiba-tiba pintu ini di dobrak terus ngeliat aksi kita berdua, bisa aja tante dipaksa keluar terus diarak ke arah satpam sambil telanjang, ugh gimana dong..”

Membayang tubuh telanjang tante Valerie yang indah lalu diarak secara telanjang ke banyak orang, ughh membuatku terangsang hebat, apalagi dibawa ke satpam terus dientot beramai-ramai. Ahh, aku gak kuat..

Aku kembali mengingat ketika aku mengenjot tubuh tante di apartemennya tepat di depan seorang satpam, duh gila kenapa aku bisa senekat itu ya. Aku sudah tidak bisa menahan konak dan saat itulah.

“Tante aku keluar..”

Penisku masih dimanjakan oleh dirinya dan aku sudah tidak tahan lagi, penisku berkedut dan langsung keluar mengarah ke jarinya.

“Akhirnya keluar juga, gimana teknik tante..”

“Mantap tante..” sambil aku mencoba menahan nafasku yang menggebu.
“Hihi, ehh tante izin pipis dulu ya..”

Tante Valerie berjongkok dan mulai pipis, entah mengapa tante memintaku untuk memalingkan wajahku. “Please jangan diliat dong, malu nih tante kalau diliatin pas pipis.”

“Aah maaf tante..”

Menuntaskan pipisnya kita melanjutkan acara mandi ini.

Beberapa saat kemudian kita berdua keluar dan tante membayarkanku. Mata penjaga toilet itu pun membantu melihat aku yang keluar bersama wanita cantik.

Dan kedua temanku. Terlihat wajah mereka tampak memerah seolah menahan sesuatu.

“Doni, tante pulang dulu ya, tadi enak lho! Muach..” sambil mengedipkan matanya.

Aku bisa melihat bayangan api neraka dari arah punggung kedua temanku.

“Lho-lho.. habis mandi.. dimandiin, anjing lah..”

“Bangsat gue juga mau, kenalin dong ke tante lho atau siapanya lhoo..”

“Sttt ahh, tuh udah diteriakan sama guru-guru,” aku berlari menjauhi mereka dan dengan semangat membara mereka mengejarku selayaknya ingin memenggal diriku.

“Nanti gue ceritain dehh..” (tapi bohong hehe)




Aku berjalan ke arah mobilku dan menutup pintu dengan rapat, “Duh, Doni mah enak aku manjain tapi aku malah engga puas nih.”

Melihat keadaan sekitar aku melepas celana ganti yang kugunakan dan mulai memainkan area vaginaku. Memijat pelan klistorisku aku membiarkan kakiku mengangkan di atas dashboard.
Tidak lupa aku melepas atasanku dan membiarkan tubuhku telanjang dan leluasa memuaskan diriku. Aku pun mulai membayangkan aksiku hari ini namun entah mengapa aku tidak begitu antusias dan nafsuku tidak naik.

Aku lalu memutuskan untuk melakukan video call bersama sahabatku sambil tetap memainkan vaginaku.

“Hey lyn..” sapaku dengan lesu

“Gila lho ver, hobi banget lho eksib di mobil, lho sekarang lagi dimana?”

“Gue habis .. blablabla..” (aku menceritakan kejadian hari ini)

“Haha, emang nafsu lho gak ngotak main sama bocah smp..”

Saat aku mengobrol dengan Selyn aku melihat penjaga wc yang sebelumnya berjalan ke arah parkiran motor dan sepertinya mau pulang.

“Lyn, gue mau ngasih lho live show..”

“Hah?” belum sempat Selyn memberikan pertanyaan, aku membuka pintuku dan berjalan ke arah luar sambil telanjang bulat.

Beberapa saat kemudian tampak mobilku yang bergoyang begitupun suara desahan yang samar terdengar. Aku tidak bisa melihat apa yang Selyn lakukan dari ponselku karena aku berada di jok belakang namun aku tahu dia pasti sedang melihat aksiku.

“Aahh.. ahh.. enak pak.” tanyaku dengan menggoda.

“Mantap neng, aghh.. mantap..” ucapnya bersemangat sambil terus menggenjotiku.

"Yaudah pak, nikmati aku sepuasnya.. ahhh.."
ijin pantau suhu
 
Mendaki : Part-1

Saat ini aku sedang mendaki gunung bersama Doni dan dia membawa kedua temannya Agil dan Gani. Rencananya kita akan mendaki selama tiga hari, masalah naik ke puncak tidak terlalu kita pikirkan.

Udara segar dan pepohonan hijau membuat mataku terpukau. Pemandangannya begitu indah dan begitu alami. Langkah demi langkah kita menaiki gunung ini.

Namanya mendaki pasti melelahkan, tubuhku basah oleh keringat. Mata ketiga orang tidak ada hentinya memperhatikan atasanku. Aku sudah melepas flanelku menyisakan kaos daleman putih.

Karena keringatku, terlihat bra hitam yang kontras dengan kaos putih ini apalagi kaos ini basah dan menempel di kulitku yang memperlihatkan jelas lekuk tubuhku.

“Duh, capeknya, tante mau lepas bra dulu ya.”

Mata mereka lalu saling bertemu dan melihat diriku yang sedang memasukan tanganku ke dalam kaosku. Duh dasar mereka, “mau lihat?”

Langsung saja aku menggulung kaos itu keatas dan menunjukan perutku yang ramping itu hingga ke atas dadaku. Aku membiarkan mereka dapat melihat bra hitam ini.

Klik, aku melepas kaitan bra ini dan langsung kedua buah dadaku melompat keluar. Sekarang mereka dapat melihat puting payudaraku yang ranum ini.

“Tangkep nih..” aku melemparkan braku dan mereka langsung berlomba mengambilnya.

Agil berhasil mendapatkannya dan hidungnya ditempelkan tepat di bagian dalam bra itu, “Wangi tante..”

“Ih dasar, padahal bau keringat gitu..”

Kita pun melanjutkan pendakian ini, mata mereka selalu melirik ke dadaku yang berayun seiring langkah kakiku. Dadaku terus menggoyang dan begitu menggoda untuk diremas.

Tiba-tiba langit menjadi gelap dan hujan mulai turun.

“Tante kita pasang flysheet dulu..” respon Doni dengan cepat.

Kita segera mencari daerah yang cukup landai dan segera mengikat flysheet itu. Merasa hujan akan tiba dengan deras mau tidak mau kita harus merakit tenda.

Hanya saja tempat ini cukup untuk satu tenda saja, dan kita berempat masuk dalam keadaan berdesakan.

“Duh kalian basah nih, cepet lepas bajunya, terus ganti yang kering.”

“Awas ya ngintip, tapi kalau tante mau lihat sok aja..” goda Gani.

“Bisa aja, cepetan kalian.”

Mereka melepas atasan mereka yang basah dan melepas celana panjang mereka menyisakan celana daleman pendek. Sekarang gantian aku yang harus mengganti pakaianku.

Mata mereka terlihat fokus ke arah dadaku yang sekarang secara jelas menampakan dadaku dan putingku dibalik kaos putih ini.

“Tante buka ya..” aku melepas atasanku dan membuat diriku topless, lalu aku mencoba berdiri namun karena tenda ini cukup sempit dan tubuhku yang tinggi membuatku kesulitan.

“Biar kita bantu tante, kaki tante diatas paha kita..” saran Agil.

Mendengar hal itu aku setuju dan langsung menyimpan kakiku di atas paha mereka, “kalian bantuin lepasin celana tante dong.”

Dengan penuh semangat mereka menariknya dalam sekejap aku sudah hampir telanjang menyisakan g-string hitam yang kukenakan.

“Gini aja tante mantap..”

“Iya tante, biar kita panas juga..”

“Fufufu, nanti tante yang kedinginan dong, yaudah tante pakai flanel yang tadi aja.”

Tanpa mengenakan dalem aku mengancingkan flanel itu. Karena flanel ini adalah outer, kancingnya tidak sampai atas dan menunjukan belahan dadaku.

Kita pun mengobrol di dalam tenda bersama, bercanda gurau yang larinya ke hal-hal mesum.

“Fantasi aku, di mobil yang ada sunroofnya terus tante topless gitu..”

“Kalau aku pengen kayak waktu itu kepantasi tapi beneran telanjang, wah aku bakal ngocok terus itu mah.”

“Fantasi ya, kalau aku tante mau modeling tapi telanjang gitu, wah seru banget..”

“Wah iya tuh, tante cantik cocok jadi model,” angguk mereka setuju.

Modeling ya, aku jadi ingat masa laluku, mungkin aku menyimpan beberapa foto. Mengeluarkan ponselku aku membuka galeri dan mereka langsung melihat ke arahku.

“Ngomong soal modeling, tante dulu pernah jadi model,” aku lalu menunjukan foto lamaku.

“Gila tante cantik banget masih muda, sekarang juga masih tetep cantik.”

“Bajunya kayak baju dari desainer gitu, pasti mahal.”

Lalu aku menggeser ke album lainnya dan sekarang aku memamerkan fotoku saat menjadi model lingerie. Mereka semua sontak kaget melihat diriku dan terlihat batang mereka menegak di balik celananya.

Mata mereka fokus ke gambar yang aku tampilkan. Puncaknya saat aku sekilas memamerkan fotoku saat melakukan photoshoot dalam keadaan telanjang.

“Tante beneran pernah foto telanjang?”

“Apa gak malu tante kalau telanjang di depan fotografer?”

“Haha, engga lah, kan tante profesional, lagian kalau photoshoot itu gak cuman model sama fotografer tapi masih ada kru yang lain.”

“Jadi telanjang di depan banyak orang gitu?”

“Ya gitu deh.. mau diceritain?”

Mereka langsung berdiri tegak menungguku mulai bercerita, duh dasar bocah-bocah ini.

Hujan tidak menunjukan akan berhenti dan di dalam tenda mereka masih fokus mendengar ceritaku.

“,, terus pernah tuh tante diminta photoshoot untuk iklan sabun, jadi tante mandi deh di depan semua kru disana..”

“Sambil telanjang tante?”

“Bener-bener telanjang, paling daerah intimnya ditutupin sama busa..”

“Ugh, bayangin ngeliat tante mandi bikin deg-degan..”

“Tante lanjutin ya, terus tante pernah di minta foto sama model Afrika. Duh tante kaget banget ngeliat batangnya kekar berurat itu..”

“Terus tante pernah photoshoot sambil gituan engga?”

“Engga lah, tante bukan pemain porno haha..”

“Kirain tante berani kaya gitu..” respon mereka lesu.

“Terus kenapa berhenti jadi model?”

Aku diam sejenak, dengan lugas aku menjawab “Pokoknya ada deh, RAHASIA.”

“Ihh tante mah gitu..”

Karena udara dingin membuatku entah kenapa ingin membuang air, namun karena hujan tentu saja tidak bisa langsung pipis di semak-semak.

“Duh tante kebelet pipis nih, di samping ada tempat kosong engga ya?”

“Jangan tante, meskipun pake jaket nanti bisa kedinginan..”

“Huh maunya kalian, yaudah deh tante nurut asal engga komen kalau tenda bau pesing ya..”

“I-iya tante..”

“Emang tante mau pipis dimana?”

“Kalian mau tante pipis di botolkan, nih tante kasih tau kalau cewek juga bisa pipis di botol,” mengeluarkan botol plastik yang awalnya digunakan untuk mengisi minum aku meminta mereka untuk memegangnya.

Tanpa rasa malu aku melepaskan celana dalamku dan sekarang mereka dapat melihat daerah kewanitaanku. Vaginaku yang bersih dan kucukur bersih sekarang dapat dilihat mereka bertiga.

Tubuh mereka membatu, bahkan Doni yang pernah menyetubuhiku. Langsung saja aku menaikan kakiku dalam posisi mengangkang.

“Jadi yang berbentuk bibir ini namanya vagina tempat kalau cewek haid, yang dibawah ini itu lubang pantat, kalau pipis itu lubang yang ini, kecil banget.”
Aku seolah-olah guru biologi mereka yang mengajari mereka fisiologis reproduksi dan mereka hanya iya-iya sambil menahan penisnya yang tegak itu.

“Kalian pegangin ya botolnya, jangan sampai lepas nanti malah pesing tenda kita.”

“I-iya t-tante..”

“Tante izin keluarin yah.. ahhh..” desahanku yang membuat mereka menelan ludah.

Curr..

Cairan hangat perlahan mengisi botol itu dan mereka hanya bisa melongo. Menutup botol itu aku menyimpannya keluar sebelum nanti kita buang dan bersihkan botolnya untuk dipakai lagi.

“Sekarang tante kasih tugas buat kalian untuk cebokin tante ya, pelan-pelan aja.”

Masih dalam posisiku mengangkang mereka mengambil tisu kering dan secara berhati-hati membersihkan area kewanitaanku.

Aku menyadari betapa vulgarnya aksiku ini.

Kita pun lalu melanjutkan obrolan yang sempat terhenti namun sekarang mereka tampak tidak fokus karena aksiku sebelumnya.

“Tante kita main Ludo yuk”

“Ayo, tapi harus ada taruhannya.”

Mereka tampak antusias seolah-olah memiliki ide nakal yang diarahkan kepadaku. Ugh aku harus punya balasan buat mereka nih nanti.

“Kita mulai!”

Permainan dimulai, satu per satu aku mengeluarkan bidakku setelah berhasil mendapatkan dadu enam titik. Namun mereka sepertinya bekerja sama untuk menjatuhkanku.

“Ih kalian licik, masa 3 vs 1, tante di gangbang dong..”

Permainan dilanjutkan dan entah mengapa Doni sekarang malah mencoba mengalahkan kedua temannya.

“Don, lho berkhianat ya.”

“Mana ada, namanya permainan pasti ngejar buat nomor satu lah.”

Mereka pun bermain dengan strateginya masing-masing, namun entah kenapa mereka bisa dengan mudahnya mendapatkan jumlah angka yang pas untuk mengalahkan bidakku dan membuatnya kembali ke base awal.

“Duh tante kalah nih, kalian mau apa deh.”



Permainan 1:
“Kayaknya gak muat deh, dada tante terlalu besar,” ucapku saat aku mencoba memasukan dadaku ke gelas minum ini.

Permainan 3 :
“Jadi ini namanya labia mayora, anggap aja bentuknya mirip bibir terus di dalamnya ada labia minora.. terus ini yang bulat kecil ini namanya klistoris, kalau kalian mau ngerangsang wanita coba cubit pelan ini.. ahh, jangan sekarang!”

Permainan 4 :
“Oke tante kocokin asal kalian ngecrotnya jangan sembarangan ya, nanti malah bau lagi tenda ini.. yang paling lama tante kasih bonus sepongin deh..”

Permainan 6 :
“Hah nanti tante harus berani jalan sambil telanjang di luar, oke siapa takut.”

Begitulah permainan ini. Karena begitu heboh mereka menjadi kelelahan dan entah apakah mereka bisa melanjutkan pendakian ini.

Mungkin sudah tiga jam kita menghabiskan waktu di dalam tenda ini, perlahan hujan mulai reda dan kita akan memulai pendakian ini lagi.

“Duh kalian ini, masa ngedaki tapi dengkulnya kopong gitu..”

“Kita masih bisa tante, demi bisa main sama tante..”

“Setuju!” jawab mereka serempak.

“Fufufu, yaudah let’s goo!”
 
Mendaki : Part-1

Saat ini aku sedang mendaki gunung bersama Doni dan dia membawa kedua temannya Agil dan Gani. Rencananya kita akan mendaki selama tiga hari, masalah naik ke puncak tidak terlalu kita pikirkan.

Udara segar dan pepohonan hijau membuat mataku terpukau. Pemandangannya begitu indah dan begitu alami. Langkah demi langkah kita menaiki gunung ini.

Namanya mendaki pasti melelahkan, tubuhku basah oleh keringat. Mata ketiga orang tidak ada hentinya memperhatikan atasanku. Aku sudah melepas flanelku menyisakan kaos daleman putih.

Karena keringatku, terlihat bra hitam yang kontras dengan kaos putih ini apalagi kaos ini basah dan menempel di kulitku yang memperlihatkan jelas lekuk tubuhku.

“Duh, capeknya, tante mau lepas bra dulu ya.”

Mata mereka lalu saling bertemu dan melihat diriku yang sedang memasukan tanganku ke dalam kaosku. Duh dasar mereka, “mau lihat?”

Langsung saja aku menggulung kaos itu keatas dan menunjukan perutku yang ramping itu hingga ke atas dadaku. Aku membiarkan mereka dapat melihat bra hitam ini.

Klik, aku melepas kaitan bra ini dan langsung kedua buah dadaku melompat keluar. Sekarang mereka dapat melihat puting payudaraku yang ranum ini.

“Tangkep nih..” aku melemparkan braku dan mereka langsung berlomba mengambilnya.

Agil berhasil mendapatkannya dan hidungnya ditempelkan tepat di bagian dalam bra itu, “Wangi tante..”

“Ih dasar, padahal bau keringat gitu..”

Kita pun melanjutkan pendakian ini, mata mereka selalu melirik ke dadaku yang berayun seiring langkah kakiku. Dadaku terus menggoyang dan begitu menggoda untuk diremas.

Tiba-tiba langit menjadi gelap dan hujan mulai turun.

“Tante kita pasang flysheet dulu..” respon Doni dengan cepat.

Kita segera mencari daerah yang cukup landai dan segera mengikat flysheet itu. Merasa hujan akan tiba dengan deras mau tidak mau kita harus merakit tenda.

Hanya saja tempat ini cukup untuk satu tenda saja, dan kita berempat masuk dalam keadaan berdesakan.

“Duh kalian basah nih, cepet lepas bajunya, terus ganti yang kering.”

“Awas ya ngintip, tapi kalau tante mau lihat sok aja..” goda Gani.

“Bisa aja, cepetan kalian.”

Mereka melepas atasan mereka yang basah dan melepas celana panjang mereka menyisakan celana daleman pendek. Sekarang gantian aku yang harus mengganti pakaianku.

Mata mereka terlihat fokus ke arah dadaku yang sekarang secara jelas menampakan dadaku dan putingku dibalik kaos putih ini.

“Tante buka ya..” aku melepas atasanku dan membuat diriku topless, lalu aku mencoba berdiri namun karena tenda ini cukup sempit dan tubuhku yang tinggi membuatku kesulitan.

“Biar kita bantu tante, kaki tante diatas paha kita..” saran Agil.

Mendengar hal itu aku setuju dan langsung menyimpan kakiku di atas paha mereka, “kalian bantuin lepasin celana tante dong.”

Dengan penuh semangat mereka menariknya dalam sekejap aku sudah hampir telanjang menyisakan g-string hitam yang kukenakan.

“Gini aja tante mantap..”

“Iya tante, biar kita panas juga..”

“Fufufu, nanti tante yang kedinginan dong, yaudah tante pakai flanel yang tadi aja.”

Tanpa mengenakan dalem aku mengancingkan flanel itu. Karena flanel ini adalah outer, kancingnya tidak sampai atas dan menunjukan belahan dadaku.

Kita pun mengobrol di dalam tenda bersama, bercanda gurau yang larinya ke hal-hal mesum.

“Fantasi aku, di mobil yang ada sunroofnya terus tante topless gitu..”

“Kalau aku pengen kayak waktu itu kepantasi tapi beneran telanjang, wah aku bakal ngocok terus itu mah.”

“Fantasi ya, kalau aku tante mau modeling tapi telanjang gitu, wah seru banget..”

“Wah iya tuh, tante cantik cocok jadi model,” angguk mereka setuju.

Modeling ya, aku jadi ingat masa laluku, mungkin aku menyimpan beberapa foto. Mengeluarkan ponselku aku membuka galeri dan mereka langsung melihat ke arahku.

“Ngomong soal modeling, tante dulu pernah jadi model,” aku lalu menunjukan foto lamaku.

“Gila tante cantik banget masih muda, sekarang juga masih tetep cantik.”

“Bajunya kayak baju dari desainer gitu, pasti mahal.”

Lalu aku menggeser ke album lainnya dan sekarang aku memamerkan fotoku saat menjadi model lingerie. Mereka semua sontak kaget melihat diriku dan terlihat batang mereka menegak di balik celananya.

Mata mereka fokus ke gambar yang aku tampilkan. Puncaknya saat aku sekilas memamerkan fotoku saat melakukan photoshoot dalam keadaan telanjang.

“Tante beneran pernah foto telanjang?”

“Apa gak malu tante kalau telanjang di depan fotografer?”

“Haha, engga lah, kan tante profesional, lagian kalau photoshoot itu gak cuman model sama fotografer tapi masih ada kru yang lain.”

“Jadi telanjang di depan banyak orang gitu?”

“Ya gitu deh.. mau diceritain?”

Mereka langsung berdiri tegak menungguku mulai bercerita, duh dasar bocah-bocah ini.

Hujan tidak menunjukan akan berhenti dan di dalam tenda mereka masih fokus mendengar ceritaku.

“,, terus pernah tuh tante diminta photoshoot untuk iklan sabun, jadi tante mandi deh di depan semua kru disana..”

“Sambil telanjang tante?”

“Bener-bener telanjang, paling daerah intimnya ditutupin sama busa..”

“Ugh, bayangin ngeliat tante mandi bikin deg-degan..”

“Tante lanjutin ya, terus tante pernah di minta foto sama model Afrika. Duh tante kaget banget ngeliat batangnya kekar berurat itu..”

“Terus tante pernah photoshoot sambil gituan engga?”

“Engga lah, tante bukan pemain porno haha..”

“Kirain tante berani kaya gitu..” respon mereka lesu.

“Terus kenapa berhenti jadi model?”

Aku diam sejenak, dengan lugas aku menjawab “Pokoknya ada deh, RAHASIA.”

“Ihh tante mah gitu..”

Karena udara dingin membuatku entah kenapa ingin membuang air, namun karena hujan tentu saja tidak bisa langsung pipis di semak-semak.

“Duh tante kebelet pipis nih, di samping ada tempat kosong engga ya?”

“Jangan tante, meskipun pake jaket nanti bisa kedinginan..”

“Huh maunya kalian, yaudah deh tante nurut asal engga komen kalau tenda bau pesing ya..”

“I-iya tante..”

“Emang tante mau pipis dimana?”

“Kalian mau tante pipis di botolkan, nih tante kasih tau kalau cewek juga bisa pipis di botol,” mengeluarkan botol plastik yang awalnya digunakan untuk mengisi minum aku meminta mereka untuk memegangnya.

Tanpa rasa malu aku melepaskan celana dalamku dan sekarang mereka dapat melihat daerah kewanitaanku. Vaginaku yang bersih dan kucukur bersih sekarang dapat dilihat mereka bertiga.

Tubuh mereka membatu, bahkan Doni yang pernah menyetubuhiku. Langsung saja aku menaikan kakiku dalam posisi mengangkang.

“Jadi yang berbentuk bibir ini namanya vagina tempat kalau cewek haid, yang dibawah ini itu lubang pantat, kalau pipis itu lubang yang ini, kecil banget.”
Aku seolah-olah guru biologi mereka yang mengajari mereka fisiologis reproduksi dan mereka hanya iya-iya sambil menahan penisnya yang tegak itu.

“Kalian pegangin ya botolnya, jangan sampai lepas nanti malah pesing tenda kita.”

“I-iya t-tante..”

“Tante izin keluarin yah.. ahhh..” desahanku yang membuat mereka menelan ludah.

Curr..

Cairan hangat perlahan mengisi botol itu dan mereka hanya bisa melongo. Menutup botol itu aku menyimpannya keluar sebelum nanti kita buang dan bersihkan botolnya untuk dipakai lagi.

“Sekarang tante kasih tugas buat kalian untuk cebokin tante ya, pelan-pelan aja.”

Masih dalam posisiku mengangkang mereka mengambil tisu kering dan secara berhati-hati membersihkan area kewanitaanku.

Aku menyadari betapa vulgarnya aksiku ini.

Kita pun lalu melanjutkan obrolan yang sempat terhenti namun sekarang mereka tampak tidak fokus karena aksiku sebelumnya.

“Tante kita main Ludo yuk”

“Ayo, tapi harus ada taruhannya.”

Mereka tampak antusias seolah-olah memiliki ide nakal yang diarahkan kepadaku. Ugh aku harus punya balasan buat mereka nih nanti.

“Kita mulai!”

Permainan dimulai, satu per satu aku mengeluarkan bidakku setelah berhasil mendapatkan dadu enam titik. Namun mereka sepertinya bekerja sama untuk menjatuhkanku.

“Ih kalian licik, masa 3 vs 1, tante di gangbang dong..”

Permainan dilanjutkan dan entah mengapa Doni sekarang malah mencoba mengalahkan kedua temannya.

“Don, lho berkhianat ya.”

“Mana ada, namanya permainan pasti ngejar buat nomor satu lah.”

Mereka pun bermain dengan strateginya masing-masing, namun entah kenapa mereka bisa dengan mudahnya mendapatkan jumlah angka yang pas untuk mengalahkan bidakku dan membuatnya kembali ke base awal.

“Duh tante kalah nih, kalian mau apa deh.”



Permainan 1:
“Kayaknya gak muat deh, dada tante terlalu besar,” ucapku saat aku mencoba memasukan dadaku ke gelas minum ini.

Permainan 3 :
“Jadi ini namanya labia mayora, anggap aja bentuknya mirip bibir terus di dalamnya ada labia minora.. terus ini yang bulat kecil ini namanya klistoris, kalau kalian mau ngerangsang wanita coba cubit pelan ini.. ahh, jangan sekarang!”

Permainan 4 :
“Oke tante kocokin asal kalian ngecrotnya jangan sembarangan ya, nanti malah bau lagi tenda ini.. yang paling lama tante kasih bonus sepongin deh..”

Permainan 6 :
“Hah nanti tante harus berani jalan sambil telanjang di luar, oke siapa takut.”

Begitulah permainan ini. Karena begitu heboh mereka menjadi kelelahan dan entah apakah mereka bisa melanjutkan pendakian ini.

Mungkin sudah tiga jam kita menghabiskan waktu di dalam tenda ini, perlahan hujan mulai reda dan kita akan memulai pendakian ini lagi.

“Duh kalian ini, masa ngedaki tapi dengkulnya kopong gitu..”

“Kita masih bisa tante, demi bisa main sama tante..”

“Setuju!” jawab mereka serempak.

“Fufufu, yaudah let’s goo!”
Mantul
Lanjut gan
 
Mendaki : Part-1

Saat ini aku sedang mendaki gunung bersama Doni dan dia membawa kedua temannya Agil dan Gani. Rencananya kita akan mendaki selama tiga hari, masalah naik ke puncak tidak terlalu kita pikirkan.

Udara segar dan pepohonan hijau membuat mataku terpukau. Pemandangannya begitu indah dan begitu alami. Langkah demi langkah kita menaiki gunung ini.

Namanya mendaki pasti melelahkan, tubuhku basah oleh keringat. Mata ketiga orang tidak ada hentinya memperhatikan atasanku. Aku sudah melepas flanelku menyisakan kaos daleman putih.

Karena keringatku, terlihat bra hitam yang kontras dengan kaos putih ini apalagi kaos ini basah dan menempel di kulitku yang memperlihatkan jelas lekuk tubuhku.

“Duh, capeknya, tante mau lepas bra dulu ya.”

Mata mereka lalu saling bertemu dan melihat diriku yang sedang memasukan tanganku ke dalam kaosku. Duh dasar mereka, “mau lihat?”

Langsung saja aku menggulung kaos itu keatas dan menunjukan perutku yang ramping itu hingga ke atas dadaku. Aku membiarkan mereka dapat melihat bra hitam ini.

Klik, aku melepas kaitan bra ini dan langsung kedua buah dadaku melompat keluar. Sekarang mereka dapat melihat puting payudaraku yang ranum ini.

“Tangkep nih..” aku melemparkan braku dan mereka langsung berlomba mengambilnya.

Agil berhasil mendapatkannya dan hidungnya ditempelkan tepat di bagian dalam bra itu, “Wangi tante..”

“Ih dasar, padahal bau keringat gitu..”

Kita pun melanjutkan pendakian ini, mata mereka selalu melirik ke dadaku yang berayun seiring langkah kakiku. Dadaku terus menggoyang dan begitu menggoda untuk diremas.

Tiba-tiba langit menjadi gelap dan hujan mulai turun.

“Tante kita pasang flysheet dulu..” respon Doni dengan cepat.

Kita segera mencari daerah yang cukup landai dan segera mengikat flysheet itu. Merasa hujan akan tiba dengan deras mau tidak mau kita harus merakit tenda.

Hanya saja tempat ini cukup untuk satu tenda saja, dan kita berempat masuk dalam keadaan berdesakan.

“Duh kalian basah nih, cepet lepas bajunya, terus ganti yang kering.”

“Awas ya ngintip, tapi kalau tante mau lihat sok aja..” goda Gani.

“Bisa aja, cepetan kalian.”

Mereka melepas atasan mereka yang basah dan melepas celana panjang mereka menyisakan celana daleman pendek. Sekarang gantian aku yang harus mengganti pakaianku.

Mata mereka terlihat fokus ke arah dadaku yang sekarang secara jelas menampakan dadaku dan putingku dibalik kaos putih ini.

“Tante buka ya..” aku melepas atasanku dan membuat diriku topless, lalu aku mencoba berdiri namun karena tenda ini cukup sempit dan tubuhku yang tinggi membuatku kesulitan.

“Biar kita bantu tante, kaki tante diatas paha kita..” saran Agil.

Mendengar hal itu aku setuju dan langsung menyimpan kakiku di atas paha mereka, “kalian bantuin lepasin celana tante dong.”

Dengan penuh semangat mereka menariknya dalam sekejap aku sudah hampir telanjang menyisakan g-string hitam yang kukenakan.

“Gini aja tante mantap..”

“Iya tante, biar kita panas juga..”

“Fufufu, nanti tante yang kedinginan dong, yaudah tante pakai flanel yang tadi aja.”

Tanpa mengenakan dalem aku mengancingkan flanel itu. Karena flanel ini adalah outer, kancingnya tidak sampai atas dan menunjukan belahan dadaku.

Kita pun mengobrol di dalam tenda bersama, bercanda gurau yang larinya ke hal-hal mesum.

“Fantasi aku, di mobil yang ada sunroofnya terus tante topless gitu..”

“Kalau aku pengen kayak waktu itu kepantasi tapi beneran telanjang, wah aku bakal ngocok terus itu mah.”

“Fantasi ya, kalau aku tante mau modeling tapi telanjang gitu, wah seru banget..”

“Wah iya tuh, tante cantik cocok jadi model,” angguk mereka setuju.

Modeling ya, aku jadi ingat masa laluku, mungkin aku menyimpan beberapa foto. Mengeluarkan ponselku aku membuka galeri dan mereka langsung melihat ke arahku.

“Ngomong soal modeling, tante dulu pernah jadi model,” aku lalu menunjukan foto lamaku.

“Gila tante cantik banget masih muda, sekarang juga masih tetep cantik.”

“Bajunya kayak baju dari desainer gitu, pasti mahal.”

Lalu aku menggeser ke album lainnya dan sekarang aku memamerkan fotoku saat menjadi model lingerie. Mereka semua sontak kaget melihat diriku dan terlihat batang mereka menegak di balik celananya.

Mata mereka fokus ke gambar yang aku tampilkan. Puncaknya saat aku sekilas memamerkan fotoku saat melakukan photoshoot dalam keadaan telanjang.

“Tante beneran pernah foto telanjang?”

“Apa gak malu tante kalau telanjang di depan fotografer?”

“Haha, engga lah, kan tante profesional, lagian kalau photoshoot itu gak cuman model sama fotografer tapi masih ada kru yang lain.”

“Jadi telanjang di depan banyak orang gitu?”

“Ya gitu deh.. mau diceritain?”

Mereka langsung berdiri tegak menungguku mulai bercerita, duh dasar bocah-bocah ini.

Hujan tidak menunjukan akan berhenti dan di dalam tenda mereka masih fokus mendengar ceritaku.

“,, terus pernah tuh tante diminta photoshoot untuk iklan sabun, jadi tante mandi deh di depan semua kru disana..”

“Sambil telanjang tante?”

“Bener-bener telanjang, paling daerah intimnya ditutupin sama busa..”

“Ugh, bayangin ngeliat tante mandi bikin deg-degan..”

“Tante lanjutin ya, terus tante pernah di minta foto sama model Afrika. Duh tante kaget banget ngeliat batangnya kekar berurat itu..”

“Terus tante pernah photoshoot sambil gituan engga?”

“Engga lah, tante bukan pemain porno haha..”

“Kirain tante berani kaya gitu..” respon mereka lesu.

“Terus kenapa berhenti jadi model?”

Aku diam sejenak, dengan lugas aku menjawab “Pokoknya ada deh, RAHASIA.”

“Ihh tante mah gitu..”

Karena udara dingin membuatku entah kenapa ingin membuang air, namun karena hujan tentu saja tidak bisa langsung pipis di semak-semak.

“Duh tante kebelet pipis nih, di samping ada tempat kosong engga ya?”

“Jangan tante, meskipun pake jaket nanti bisa kedinginan..”

“Huh maunya kalian, yaudah deh tante nurut asal engga komen kalau tenda bau pesing ya..”

“I-iya tante..”

“Emang tante mau pipis dimana?”

“Kalian mau tante pipis di botolkan, nih tante kasih tau kalau cewek juga bisa pipis di botol,” mengeluarkan botol plastik yang awalnya digunakan untuk mengisi minum aku meminta mereka untuk memegangnya.

Tanpa rasa malu aku melepaskan celana dalamku dan sekarang mereka dapat melihat daerah kewanitaanku. Vaginaku yang bersih dan kucukur bersih sekarang dapat dilihat mereka bertiga.

Tubuh mereka membatu, bahkan Doni yang pernah menyetubuhiku. Langsung saja aku menaikan kakiku dalam posisi mengangkang.

“Jadi yang berbentuk bibir ini namanya vagina tempat kalau cewek haid, yang dibawah ini itu lubang pantat, kalau pipis itu lubang yang ini, kecil banget.”
Aku seolah-olah guru biologi mereka yang mengajari mereka fisiologis reproduksi dan mereka hanya iya-iya sambil menahan penisnya yang tegak itu.

“Kalian pegangin ya botolnya, jangan sampai lepas nanti malah pesing tenda kita.”

“I-iya t-tante..”

“Tante izin keluarin yah.. ahhh..” desahanku yang membuat mereka menelan ludah.

Curr..

Cairan hangat perlahan mengisi botol itu dan mereka hanya bisa melongo. Menutup botol itu aku menyimpannya keluar sebelum nanti kita buang dan bersihkan botolnya untuk dipakai lagi.

“Sekarang tante kasih tugas buat kalian untuk cebokin tante ya, pelan-pelan aja.”

Masih dalam posisiku mengangkang mereka mengambil tisu kering dan secara berhati-hati membersihkan area kewanitaanku.

Aku menyadari betapa vulgarnya aksiku ini.

Kita pun lalu melanjutkan obrolan yang sempat terhenti namun sekarang mereka tampak tidak fokus karena aksiku sebelumnya.

“Tante kita main Ludo yuk”

“Ayo, tapi harus ada taruhannya.”

Mereka tampak antusias seolah-olah memiliki ide nakal yang diarahkan kepadaku. Ugh aku harus punya balasan buat mereka nih nanti.

“Kita mulai!”

Permainan dimulai, satu per satu aku mengeluarkan bidakku setelah berhasil mendapatkan dadu enam titik. Namun mereka sepertinya bekerja sama untuk menjatuhkanku.

“Ih kalian licik, masa 3 vs 1, tante di gangbang dong..”

Permainan dilanjutkan dan entah mengapa Doni sekarang malah mencoba mengalahkan kedua temannya.

“Don, lho berkhianat ya.”

“Mana ada, namanya permainan pasti ngejar buat nomor satu lah.”

Mereka pun bermain dengan strateginya masing-masing, namun entah kenapa mereka bisa dengan mudahnya mendapatkan jumlah angka yang pas untuk mengalahkan bidakku dan membuatnya kembali ke base awal.

“Duh tante kalah nih, kalian mau apa deh.”



Permainan 1:
“Kayaknya gak muat deh, dada tante terlalu besar,” ucapku saat aku mencoba memasukan dadaku ke gelas minum ini.

Permainan 3 :
“Jadi ini namanya labia mayora, anggap aja bentuknya mirip bibir terus di dalamnya ada labia minora.. terus ini yang bulat kecil ini namanya klistoris, kalau kalian mau ngerangsang wanita coba cubit pelan ini.. ahh, jangan sekarang!”

Permainan 4 :
“Oke tante kocokin asal kalian ngecrotnya jangan sembarangan ya, nanti malah bau lagi tenda ini.. yang paling lama tante kasih bonus sepongin deh..”

Permainan 6 :
“Hah nanti tante harus berani jalan sambil telanjang di luar, oke siapa takut.”

Begitulah permainan ini. Karena begitu heboh mereka menjadi kelelahan dan entah apakah mereka bisa melanjutkan pendakian ini.

Mungkin sudah tiga jam kita menghabiskan waktu di dalam tenda ini, perlahan hujan mulai reda dan kita akan memulai pendakian ini lagi.

“Duh kalian ini, masa ngedaki tapi dengkulnya kopong gitu..”

“Kita masih bisa tante, demi bisa main sama tante..”

“Setuju!” jawab mereka serempak.

“Fufufu, yaudah let’s goo!”
Mantul
Lanjut gan
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd