Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Virus Merah Jambu Bersama Akhwatku (JUST SHARE. SARA JAUH-JAUH)

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Virus Merah Jambu part 1

Wajah Dian tampak terkejut, akupun terkejut, tak kusangka aku bisa keceplosan seperti itu. Perlu beberapa saat sebelum kami bisa bisa tersadar dari rasa terkejut ini. Dian langsung menundukan wajahnya, namun aku dapat melihat pipinya memerah diantara raut wajah bingungnya. Aku sendiri merasa kepalang tanggung, sudah terlanjur jujur seperti ini kenapa tidak maju sekalian. Aku mencoba menguasai diri, sejujurnya walau ini bukan pertama kalinya aku mengungkapkan perasaanku pada seorang wanita, tapi berbicara soal cinta kepada akhwat benar-benar terasa berbeda, ada sensasi aneh tersendiri. Seolah berhasil merubuhkan sebuah dinding kokoh. Fyi, waktu SMA dulu aku pernah sekali merasakan rasanya pacaran.
"afwan kalau kata-kata ana kurang berkenan ukh, tapi itu tadi ana jujur dari hati ana"
Dian masih terdiam, tampaknya dia benar-benar bingung, sepertinya ini pertamakalinya dia berada dalam situasi seperti ini.
"sekali lagi afwan ukh, tapi ana benar-benar jatuh hati sama antum"
Dian masih belum bereaksi, dia masih tertunduk, agak terlihat canggung dan kaku.
"ukh Dian, ana walau bukan sekarang, tapi ana ingin antum menjadi pendamping hidup ana nanti"
Kali ini Dian mengangkat wajahnya, raut mukanya tampak shock, dia benar-benar terkejut dengan ucapan blak-blakan dariku. Akhirnya dia buka suara
"kenapa tiba-tiba antum ngomong gini k ana?" suaranya pelan bergetar.
"kenapa bisa antum jatuh hati sama ana akh? Ana akhwat gembel kotor penuh dosa. Antum ketua umum, punya prestasi, masih banyak yg lebih baik dari ana akh" Dian berucap sebisa mungkin merespon kata-kataku, walau terlihat ucapannya masih kacau balau, tapi aku menangkap respon positif, tidak ada penolakan dari kata-katanya.
"itulah ukh, hati ana memilih untuk jatuh ke antum. Kadang kita gak bisa nentuin mau kemana hati ini berlabuh. Kalau antum nanya kenapa, ana juga gak tau alasannya"
Dian terdiam, pipinya merona merah mendengar kata-kata gombalku yg sebenarnya keluar secara reflek tanpa rencana.
"Afwan kalau bikin antum terkejut ukh. Ana cuma mau ngucapin sesuatu yg selama ini udah nyesek d hati ana.. Ana cuma pengen jujur pagi ini. Mumpung suasananya pas, belum terlalu rame jadi cuma ada kita aja. Antum gak perlu jawab apa-apa, mau denger kejujuran ana pagi ini aja ana udah seneng. Ana pamit ya ukh, asslm.."
Aku langsung menyalakan sepeda motorku dan pergi meninggalkan Dian yg masih mematung didepan gerbang kostannya.

****

Aku sendiri masih tak menyangka bisa sejujur dan seblak-blakan itu didepan Dian, entah faktor apa yang membuatku bisa meloloskan kenekatanku seperti itu, aku tidak tau.
Aku benar-benar kepikiran, bagaimana bila kali ini Dian benar-benar marah besar kepadaku, lalu dia melaporkanku pada dewan dakwah kampus. Bisa-bisa aku dilengserkan dari jabatanku sekarang secara tidak hormat, sia-sia sudah reputasi baik yang susah payah kubangun selama ini. Untungnya hari ini Rudi pulang setelah dua hari menginap dikostan temannya untuk mengerjakan tugas kelompok. Rudi adalah sekretaris umumku, dia tinggal bersamaku disekretariat ini. Disamping itu hari ini adalah jadwal mingguam halaqoh ku. Aku berharap kegiatan hari ini bisa sedikit melupakan permasalahanku dengan Dian.
Kegiatan hari ini berjalan cepat, selesai halaqoh kawan-kawanku memutuskan untuk menginap d sekretariat. Kami main PES bersama sambil menunggu siaran sepakbola yg disiarkan malam ini.
Aku masih kepikiran Dian, aku memutuskan untuk nekad mengirim dia pesan singkat. Sekedar ingin tau apa dia marah atau tidak.
"asslm, Dian lagi apa?"
Sengaja ku tinggalkan sapaan "ukhti" agar terasa lebih cair dan akrab. Setengah jam tak ada jawaban, sebelum akhirnya ponselki berdering notifikasi.
"wlkmslm. Lagi baca buku d kostan akh. Ada apa?"
Dia merespon, aku tersenyum sambil berharap bahwa dia tidak marah. Dan berharap besar bahwa ini jadi awal yang baik buatku dengannya. Aku tak berniat pacaran, tapk aku hanya ingin memantapkan Dian untukku dimasa depan nanti.
"enggak ada. Sekali lagi maaf tadi pagi udah lancang" balasku.
Lagi-lagi setengah jam menunggu baru dia membalas.
"boleh tanya kenapa antum bisa nekad kaya gitu akh? Dan kenapa ana? Mohon dijawab dengan jujur"
Aku langsung balas
"sebelum aku jawab, boleh minta tolong?"
Kali ini tak ada semenit, dia langsung membalas
"minta tolong apa?"
"bisa panggil aku abas aja, gak perlu pake akh lagi?"
Sepuluh menit baru dia membalas
"iya.. Ok"
Akhirnya aku menjelaskan kejujuranku bahwa yg pertama memang aku sudah tertarik saat pertama melihatnya ketika kegiatan dibawah koordinasi kak Fahmi dulu. Lalu ketika Dian mengukir prestasi akademis hingga menjadi akhwat teladan yg disegani oleh kampus, aku bercerita sejujurnya bahwa hal itulah yg membuatku semakin jatuh cinta padanya. Belum lagi pesona pribadinya yg kalem, lembut dan bersahaja, aku berkata bahwa kamu adalah istri idaman.
Setelah mendengar pengakuan dan penjelasanku panjang lebar, Dian tidak langsung membalas. Perlu satu jam sebelum dia membalas singkat
"ana gak sebaik yg antum kira akh"
Dia benar-benar merendah, menolak tinggi hati dan segala pujianku padanya. Aku tak menyerah, aku membalas lagi
"yg menilai orang lain Dian, bukan kamu. Buat kami kamu itu akhwat teladan dikampus. Dan aku pingin kamu jadi istriku nanti"
Dian tak membalas pesanku lagi. Walau agak takut dia salah paham dengan kejujuranku, tapi aku puas sudah mengungkapkan isi hatiku padanya malam itu.

****

Aku selalu menangkap Rona merah dipipi Dian setiap dia berjumpa denganku, entah saat berpapasan dikampus, saat kami bertemu di masjid, atau saat sedang rapat disekretariat. Aku jadi yakin, ini pertama kalinya ada pria yang berani mengungkapkan cinta padanya. Wajar, melihat penampilannya yang alim, berpakaian tertutup, belum lagi pribadinya yg sopan, kalem, pasti membuat siapapun segan.
Sekitar seminggu setelah percakapan via sms itu, aku merasa kangen ngobrol dengan Dian. Selama ini setelah sms tersebut kami hanya bertukar pesan via perantara, kawan-kawan satu organisasi mengira kami sedang bertengkar karena berbeda pendapat pada suatu rapat.
Suatu malam aku memberanikan diri menelpon Dian, aku benar-benar ingin berintetaksi dengannya. Rudi, sekretaris umumku sudah tidur setelah sholat isya tadi, tampaknya praktikum hari ini sungguh menguras tenaganya.
Aku mulai mengontak Dian, semoga dia mau mengangkat.
Klik! "assllm, iya akh"
Suara Dian dari seberang! Dia mengangkat teleponku, aku sungguh tak menyangka.
"wlkmslam. Eh iya Dian, afwan lagi sibuk atau enggak?"
"enggak kok. Ada apa ya akh? Telpon malem-malem gini. Penting ya? Ko tumben gak sms dulu"
"enggak ada apa-apa sih ukh. Ana cuma pengen ngobrol aja sama antum. Boleh gak? "
"apa? " lagi-lagi Dian terkejut atas ulahku yg pasti tak pernah dia duga.
"iya, maaf ya Dian. Tapi aku bener-bener kangen sama kamu"
Sengaja aku menggunakan kata-kata umum, tidak seperti obrolan biasanya, aku berharap memangkas kecanggungan antara aku dengan Dian.
"eehh.. Ngobrol? Ngobrol apa akh abbas?"
Kata Dian dgn nada canggung dari seberang.
Yaah, karena aku sudah mengungkapkan perasaanku, aku mencoba secair mungkin, berharap dia nyaman ngobrol denganku, sekalian aku juga ingin tahu identitas pribadi Dian seperti dia anak keberapa, hobi, makanan kesukaannya dll.
Aku mulai dengan menceritakan kuliahku, motivasiku bergabung organisasi, lalu mulai beranjak ke privasi ringan seperti hobiku, kesukaanku dsb. Diluar dugaan Dian mau mendengarkan ceritaku, walau masih agak kaku. Sekali lagi aku berniat memangkas kekakuan ini, aku mulai menceritakan pengalaman-pengalaman lucuku saat masih kecil, sekolah dll. Dian hanya mendengarkan sambil sesekali menimpali singkat, bahkan dia terkikik kecil ketika aku menceritakan pengalamanku dihukum dimasukan kebedug lalu ditabuh bedugnya oleh kyai ku karena tidak mampu menghafal salah satu surah pendek ketika aku masih SMP dulu. Walau Dian hanya menjadi pendengar yg baik, tapi aku puas karena dia tidak menolak telepon dariku.

*****

Dua hari setelah kejadian itu, aku mencoba menelpon Dian lagi. Kali ini dia langsung mengangkatnya. Aku senang sekali. Lebih senang lagi kali ini Dian mau menceritakan tentang dirinya. Dari obrolan malam ini, aku tau dian adalah anak tengah, dia kedua dari tiga bersaudara, dan dia adalah perempuan satu-satunya. Semenjak SMA dia sudah masuk pesantren. Menurut pengakuannya dia belum pernah pacaran, dia bilang dia ingin menyerahkan cintanya pada laki-laki yang jadi suaminya. membuatku semakin jatuh hati padanya. Lalu obrolan mengarah ke hal yg ringan, Dian mengaku penyuka anime, sama denganku. Kami menjadi sangat cair, rasa canggung sudah menguap entah kemana. Dian ternyata adalah pribadi yg menyenangkan, selama ini mungkin dia menjaga perilakunya sebagai akhwat. Dan fakta kami bisa mengobrol sedemikian santai seperti ini adalah kemewahan yang kudapat dari akhwat teladan seperti Dian, aku sungguh terbuai hingga akhirnya aku memberanikan diri menanyakan hal yang sudah lama ingin kutanyakan kepadanya.
"Dian, ana udah jujur ke antum soal perasaan ana, kalo ana udah jatuh hati sama antum. Boleh gak ana tau perasaan antum ke ana?"
Dian terdiam, kali ini sepertinya dia kembali ke situasi canggung. Tapi ini terpaksa kulakukan, aku ingin mendengar isi hatinya tentangku melalui mulutnya langsung. Bagaimana perasaan Dian terhadapku.
"maksud antum apa akh abas?"
Ah aku yakin kali ini dia berlaga tak mengerti.
"iya, maksud abas, ukh Dian mau nerima abas abg calon suami ukhti?"
Aku langsung mempertegasnya.
Dian terdiam cukup lama, aku diantara takut dan gugup, semoga jawaban Dian adalah yg kuharapkan. Akhirnya setelah lima menit yang sunyi Dian menjawab dengan nada kaku.
"iya akh abas, ana mau"
Hatiku bersorak
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
vangke, apik bener apdetnya. berasa melayang ke masa lalu.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd