Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY WIND STALKER (By : BKU)

CHAPTER 5

Ramai riuh di perkampungan ini. Beberapa pedagang menjajakkan dagangannya di sepanjang jalan yang panjangnya ratusan meter. Tak jauh dari sini ada sebuah pasar yang menjadi pusat belanja masyarakat dari 4 sampai 5 desa. Letak warung makan tempat Belia bersama Cahaya, berdampingan dengan tempat dagangan ikan tongkol.

Hidup masyarakat sini lumayan tenang. Juga selama beberapa tahun ini, para pasukan ‘Kegelapan’ kabarnya adem ayem. Ia telah menguasai 4 kerajaan besar di negeri ini. Ribuan kampung tidak terikat dengan kerajaan, dan pihak kerajaan juga tak mempunyai waktu untuk mengatur ribuan bahkan puluhan ribu kampung/desa kecil seperti ini. Cuma posisi kampung ini lumayan jauh dari posisi kerajaan terdekat. Dan juga butuh waktu berminggu-minggu perjalanan untuk mencapai perkampungan ini. Tapi bukan berarti mereka bisa tenang sepanjang masa. Perasaan was-was juga sering terjadi, bukan datang dari pasukan kegelapan, kadang ada juga perusuh mengaku pendekar yang ingin memalak para pedagang. Untung saja Belia sering melewati tempat ini, jadi para pemalak kecil itu tak lagi berani melakukannya.

Dalam warung. Terlihat Yusrin baru saja selesai menghabiskan makanan. Setelah bertahun-tahun, baru hari ini Yusrin bisa makan enak. Segala lauk pauk yang di pesan Yusrin, semua ludes tanpa sisa. Hanya menyisahkan piring dan gelas di meja nya.

“Ekkhh !” Yusrin baru saja bersendawa. Sendawa bersamaan angin yang keluar dari mulut menganga si pemuda membuat perhatian beberapa orang terarah padanya. Yusrin tersadar ketika melihat tatapan dari dua gadis di dekatnya. “Hehe maaf keceplosan.” Ujarnya dengan ekspresi tanpa dosa.

“Maaf.. Maaf !” Yusrin lalu meminta maaf pada yang lain, yang sedang memandangnya. “Hehehe...”

Yusrin lalu menggaruk kepala, memandang pada Cahaya.

“Masih boleh nambah segelas teh ?” tanpa menunggu persetujuan dua gadis itu, Yusrin memanggil pelayan rumah makan. “Pak aku minta segelas teh nya lagi ya.” Lanjutnya.

Duduk di hadapannya, gadis cantik kecil yang hampir seumuran dengannya. Menatap membelalak seperti tak percaya apa yang sedang terjadi. Cahaya menatap Yusrin, sambil menahan kekesalannya. Sejak tadi ingin rasanya ia memberikan pelajaran pada pemuda itu, bagaimana tidak, makanan di piringnya sampai sekarang belum berkurang karena selera makannya lenyap akibat melihat cara makan yang ‘Jorok’ dari Yusrin sejak tadi.

Yusrin hanya meliriknya saja. Senyumannya Yusrin benar-benar membuat Cahaya ingin menghajar wajahnya.

Segelas teh kini berada di hadapan Yusrin. Tanpa basa-basi, ia langsung mengangkat gelasnya lalu meneguk seluruh isi teh tanpa tersisa. “Gluk ! gluk !... Ahhhhhh, segerrrrrr.” Ujar Yusrin. Lengan kanan ia sapu di mulut, baju lengan panjangnya ikutan basah karena tetesan air yang keluar dari mulutnya, tanpa perduli tatapan tajam dari Cahaya.

“Kamu sudah kenyang ?” Belia yang duduk di sebelah Yusrin bertanya. Senyuman Belia mampu mengalihkan perhatian banyak orang yang awalnya pada Yusrin. Sungguh andai dia bukan seorang pendekar, maka sejak lama ia akan menjadi target para pria bejat.

Belia sadar akan tatapan semua orang. Cuma ia bersikap santai.

“Ahhhh... kenyang banget, kak.” Balas Yusrin sambil nyengir. “Eh iya... kenapa kalian tidak makan ?” Yusrin yang tersadar melihat piring makan kedua gadis itu, lalu bertanya. Ia melirik ke Belia, lalu ke Cahaya.

Melihat gerak-gerik aneh si Yusrin. “APA ?” Cahaya yang geram langsung mengepalkan tangan mengarahkan pada Yusrin.

“Hehehe, kalo gak di habisin sayang banget... Sini biar aku yang bantuin.” Pugh! ketika tangan Yusrin tanpa di duga langsung nyerobot memegang piring Cahaya, satu pukulan ringan Yusrin dapatkan dari Cahaya.

“Gak sopan...”

“Aduh... galak amat sih adiknya, kak.” Ujar Yusrin pada Belia.

“Lagian... kamu masih belum kenyang juga ya ? sampai-sampai mau ngehabisin makanan dia ?” tanya Belia sambil geleng-geleng kepala.

“Hehehe, di bilangin udah 7 tahun aku gak makan.. hehehe”

“Dasar pembohong.” Cibir Cahaya.

“Gak percaya.. ya udah” balas Yusrin masih dengan ekspresi yang memuakkan bagi Cahaya.

Cuma berbeda dengan yang di pikirkan oleh Belia. Memang apa yang Yusrin katakan, adalah kebohongan semata. Bagaimana mungkin dia tidak makan selama 7 tahun. Akan tetapi menurut Belia, mungkin Yusrin sangat miskin. Apalagi melihat cara berpakaian pemuda itu, beberapa bagian sudah sobek, kain kusam, juga rambut Yusrin yang meski di ikat tapi tampak kotor. Lebih mirip dengan pengemis jika orang melihatnya. Makanya dia makan selama ini ala kadarnya, begitu mendapat makanan senikmat ini, maka dia tanpa segan langsung menghabisinya.

“Kak... ayo ah, Cahaya udah ilang selera makan ni.” Kata Cahaya langsung berdiri.

“Hehe, ya sudah..” balas Belia. Ia mengambil dua koin uang lalu meletakkannya di atas meja.

“Kak, langsung kasih ke pemilik warung aja... nanti kalo dia nyuri gimana ?” kata Cahaya sambil menatap Yusrin.

“Hahahaha, jangan terlalu su’udzon ma dek Yusrin...” balas Belia sambil tersenyum.

Yusrin menoleh sambil memandang lebih dalam wajah Belia. Ia bahkan sampai melamun beberapa detik tanpa berkedip. Siapakah yang akan mendapatkan gadis cantik pemilik wajah ayu ini. Pikir Yusrin dalam hati. Sayang menurutnya dia masih belum cukup umur, andai dia seumuran dengan si gadis maka dia lebih dulu yang akan mengatakan rasa kagumnya. “Duhh cantiknya wajah kakak kalo senyum gini.” Yusrin berkata, memuji kepemilikan wajah cantik nan ayu itu. Yusrin menggaruk kepalanya, meski ia tak merasa gatal sama sekali.

“Terima kasih pujiannya, Dek Yusrin.” Balas Belia.

“Cihhh ! paling juga ada maunya tuh kak.” Kata Cahaya mencibir.

Yusrin tersadar dari lamunannya. Ia tergesa-gesa menyeka cairan yang hampir saja mengalir dari sudut mulutnya. Yusrin lalu memandang pada Cahaya. Dalam hati ia berfikir, gadis galak ini sebetulnya tak kalah cantiknya dengan gadis di sebelahnya. Hanya saja, dia masih terlihat kekanak-kanakan. Berbeda dengan gadis di sampingnya itu, meski wajahnya cantik tapi sikapnya jauh lebih dewasa. Yusrin menebak mereka berdua sudara kandung.

Melihat Yusrin yang masih melamun. Belia lalu tertawa. “Hahahaha, dah ah. Kalo kelamaan disini, bisa-bisa dek Yusrin bakal babak belur kamu hajar dek.”

“Eh eh... Kalian mau kemana ?” Yusrin tersadar lalu bertanya.

“Bukan urusanmu”

“Hehehe.”

“Awas kamu, kalo kita ketemu lagi aku bakal ngasih pelajaran.”

“Hehehehe maaf maaf... kenapa sih jadi cewek galak amat.” Kata Yusrin.

“Bukan urusan kamu.”

Kedua gadis itu segera beranjak, lalu hanya Belia saja yang berpamitan dengan ramah pada Yusrin.

Yusrin yang melihat kepergian kedua gadis itu, sejenak berfikir sesuatu. Apa tidak sebaiknya dia ikut pada dua gadis itu ? Setidaknya jika bersama mereka, perut Yusrin tidak akan kekosongan lagi seperti tiga hari yang lalu. Dia hanya makan dari hewan-hewan dan buah-buahan di hutan saja ketika melewatinya untuk bertahan hidup.

“Hehehehe, mau lari kemana kalian.” Gumam Yusrin sambil nyengir. Ia lalu berlari pelan mengejar langkah kedua gadis itu. “Hei tungguuuuu...”

“HAAAA ?” Cahaya menoleh dan terkejut melihat Yusrin berlari di belakang mengejar mereka berdua.

Belia juga ikutan menoleh. “Lah... kenapa dia ?”

“Aku ikut boleh gak ?”

“GAK !”

“Emang kamu mau kemana dek ?” Belia bertanya.

“Gak tau... hehehe, pengen ikut kalian aja.”

“Gak mau... pokoknya Cahaya gak mau dia ikut ma kita terus, kak.” Kata Cahaya yang menolak keras.

“Hmm begini saja, kakak akan berikan kamu uang tapi kamu gak boleh ikutin kami... oke ?”

Yusrin lalu garuk-garuk kepala. Ia tersenyum, “Iya deh..”

“Nih.” Belia ingin memberikan dua koin uang pada Yusrin tapi Cahaya menahannya.

“Ngapain sih kasih ke dia kak ?”

“Udah deh biarin aja. Lagian kan kamu yang gak mau dia ikutin kita terus.”

“Emang dia boleh ikutin kita terus kak ? Hmm,”

“Hehehehe, iya juga sih. Tapi, biarin aja... anggap kita bantu dia untuk beli makan besok.”

“Ya sudah terserah kakak aja.” Balas Cahaya yang sama sekali tak dapat menentang keinginannya Belia lagi.

“Nih... ambil aja.”

Yusrin menerima uang dari Belia. Lalu kedua gadis itu pun lanjut melangkah meninggalkan Yusrin yang berdiri memandang mereka dengan tatapan penuh arti.

“Kalian gak bakal bisa lari dariku. Hehehe, tungguin akuuuuu !”

.

.

Belia dan Cahaya sudah berjalan melewati dua desa. Khususnya Cahaya, pasti yakin jika Yusrin sekarang ini sudah jauh dan tak akan mengejar mereka lagi. Karena setelah ia menerima uang dari Belia, beberapa kali Yusrin sempat berlari mengejar mereka berdua. Untung saja Belia mengajak Cahaya untuk berlari kencang menggunakan sedikit ilmu.

Saat melewati daerah pepohonan yang rindang. Belia mendengar suara semak-semak dan bergerak tak jauh dari mereka berada.

“Tunggu... ada yang gak beres.” Ujar Belia lalu menghentikan langkah Cahaya.

“Kenapa kak ?”

Belia tak menjawab. Gadis itu lalu melompat sambil mengarahkan selendangnya ke semak-semak. Wushhhhh ! Bufffhhhhh ! Dedaunan berhamburan terkena hantaman selendang Belia, rupanya di situ tak ada siapa-siapa.

Sek ! Sek ! Sek ! Belia lalu menyeringai ketika menyadari adanya gerakan di sisi kiri. Belia lalu mengambil beberapa daun di kumpulkan di genggamannya. Belia membuat sebuah bola kecil, dengan satu sentilan bola dedaunan itu menyerang dengan cepat pada sisi kiri.

Bugh ! “Auuuuuwwww sakiiiiitttt !” Belia hanya memutar bola mata, ketika serangannya berhasil.

“Ohhh ! Oh ! Oh ! ternyata kamu toh, nih rasain.” Bugh ! Cahaya melihat siapa dia, langsung ikut memberikan sedikit pelajaran dengan tendangan santai.

Tubuh pemuda langsung terdorong beberapa meter ke belakang. Belia lalu berjalan dan berhenti di samping Cahaya.

“Hahahahahaha... Rasain.”

“Hahahaha ngapain sih kamu masih ngikutin kami ?” Belia bertanya.

“Aduhh duhh duh ! sakit.” Rupanya Yusrin yang baru saja berdiri. Ia mengusap dadanya yang terkena tendangan Cahaya. Padahal Cahaya menendangnya tanpa tenaga.

“Dasar lemah.” Cibir Cahaya. Karena jelas-jelas dia hanya menendang pelan, justru tak di sangka pemuda itu malah terdorong beberapa meter dan terjatuh.

“Errrr ! kalian berdua kok kejam amat sih.” Yusrin yang sudah berjalan mendekati kedua gadis itu, menggaruk kepala sambil berbicara. “La-lagian kan, aku gak ikutin kalian.”

“Kalo gak ngikutin, ngapain kamu bersembunyi di situ ?” tanya Belia.

“Sembunyi karena takut kalian mukulin aku tau.”

“Hahahahah dasar cowok lemah.” Kata Cahaya. Dia berjalan dan berdiri di hadapan Yusrin. “Kalo masih ngikutin kami lagi, maka jangan salahkan aku kalo ngasih kamu tendangan yang lebih keras dari pada yang tadi. Mengerti ?”

“I-iya... tapi kan, aku gak ngikutin kalian... Gimana sih.”

“Bohong amat.”

“Hehehe sudah sudah. Gak usah bertengkar lagi, kalo memang kamu gak ngikutin kami, kamu tadinya mau kemana sampai bisa bersembunyi di situ ?”

“Mau ke sana.” Ujar Yusrin sambil menunjuk ke arah yang sebetulnya sama dengan arah tujuan kedua gadis itu.

Belia lalu melirik pada Cahaya. Tanpa berucap, mereka berdua tahu apa yang mesti mereka lakukan.

“Baiklah... kalo gitu kamu jalan duluan, biar kami lewat jalan lain.” Kata Cahaya.

“Oke.” Kata Yusrin sok cuek. Pemuda itu lalu berjalan sambil garuk-garuk kepala meninggalkan kedua gadis itu. Rupanya ia menyeringai tanpa kedua gadis itu sadari.

Setelah posisi berjalan Yusrin sudah agak jauh. Maka Belia mengajak Cahaya untuk melakukan sesuatu. Setelah mereka menarik nafas dalam-dalam, maka Belia dan Cahaya melompat dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh.

Wushhh ! Wushhhh !

Tubuh keduanya melayang dengan cepat. Meski Cahaya belum terlalu menguasainya, Cuma untung ia bersama dengan Belia yang juga ikut memegang lengannya. Jadi mereka berdua dapat dengan mudah melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Gerakan mereka cukup cepat, dan juga seakan melihat dua bidadari sedang menari-nari melayang di udara. Selendang warna warni juga menari-nari tertiup angin. Hanya terdengar sayup-sayup suara hembusan angin ketika mereka berdua lewat.

Mereka pergi ke arah yang sama dengan Yusrin.

Rupanya pemuda itu berjalan di bawah sana dengan cuek. Menurut kedua gadis itu, Yusrin tak menyadari jika kedua gadis sedang melewatinya di atas. Keduanya sempat terkekeh ketika sudah melewati pemuda itu.

“Hihihihi... kasian amat ya kak, pasti dia bingung kenapa kita cepat banget perginya.”

“Hehehehe, iya sih. Dah ah ngapain bahas dia lagi,”

“Iya sih.”

“Setelah melewati dua bukti baru kita berjalan normal seperti biasanya. Karena kakak rasa dia gak bakal bisa mengejar kita sekarang.”

“Hihihihi iya juga sih kak.”

.

.

Yusrin merasakan hembusan angin di atas sana. Ia menyeringai, tanpa melihat ia tahu siapa yang baru saja melewatinya. Bahkan setelah keduanya sudah lewat, ia masih bisa merasakan posisi kedua gadis itu sudah berjarak beberapa puluh meter di depan.

Setelah tak lagi merasakan keberadaan kedua gadis itu, maka Yusrin menghentikan langkahnya. Berarti jarak kedua gadis itu sekarang ini sudah beberapa kilo meter di depan. Yusrin lalu mengeluarkan sedikit saja kekuatannya, angin berputar di sekeliling tubuhnya. Hanya sepersekian detik, tubuh Yusrin terangkat terbang melejit ke atas. Posisi Yusrin terbang benar-benar tinggi di langit melewati pohon-pohon yang menjulang. Tanah, pohon-pohon kecil dan bebatuan ikutan bergerak terangkat ke atas, juga terdengar suara gemuruh saat itu.

Wushhhhhhhh !

Ketika Yusrin sudah terbang dengan kecepatan tinggi, semua benda terjatuh ke tanah. Hanya kumpulan angin yang berhembus kencang mengiringi kepergian Yusrin dari tempat itu.

Ketika ia terbang. Ia sempat melihat kedua gadis itu di bawah, masih melompat-lompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Yusrin mengabaikannya, ia hanya terbang bebas di atas berjarak ribuan meter dari posisi kedua gadis itu dan melewatinya begitu saja.

Yusrin mendarat di daerah perbukitan. Setelahnya ia hanya duduk di atas bukit sambil memandang ke bawah. Mungkin beberapa jam lagi, kedua gadis itu akan tiba di tempat ini. Maka pemuda itu masih menyempatkan untuk tidur sejenak.

Beberapa jam setelah tersadar. Yusrin lalu mendengar suara langkah kaki tak jauh darinya berada. Ia melihat beberapa rombongan berkuda ingin lewat di tempat itu. Karena pendengaran Yusrin melebihi orang biasa, jadi dia dapat mendengar juga kedatangan orang lain selain rombongan itu.

Begitu dapat melihat dari kejauhan siapa lagi yang datang, wajahnya tersenyum. “Hehehe akhirnya kalian berdua datang juga.”

Yusrin turun dari bukti tinggi. Ia lalu berjalan pura-pura melawan arah dengan para rombongan itu. Yusrin lalu sengaja menghentikan langkah ketika jarak mereka sudah dekat.

“Berhenti.” Kata salah satu pria berkuda.

Semua pasukan berhenti. Mereka memandang Yusrin dengan aneh.

Hanya seorang saja, dan juga jika di lihat penampilannya bukanlah seorang pendekar hebat. Maka salah satu dari pasukan berkuda turun dari kudanya.

“Hei ngapain kamu berhenti di situ ? Mau menghentikan kami ? Apa sudah bosa hidup ya ?”

Yusrin hanya garuk-garuk kepala, ia sengaja menoleh ke belakang dengan wajah di buat bingung.

“Hei... aku berbicara dengan kau keparat. Gak ada orang lain di belakangmu.”

“Oh iya... hehehe, kirain bukan aku.” Kata Yusrin sambil menggaruk kepala.

“Minggir kau.”

“Ohh aku ? ngapain minggir... kan ini bukan jalan milik nenek moyang kalian.”

Mendengar kata-kata Yusrin, tentu pria yang berbicara dengan Yusrin tadi langsung geram lalu menyerangnya. Yusrin hanya santai meladeni pria itu. Dia tidak menyerang, bahkan terkesan Yusrin hanya menghindari semua serangan pria itu dengan gerakan santai sekali.

“Bangsatttt kau mau mempermainkanku. Rasakan ini.” Pria itu lalu mengeluarkan pedang, dan segera menyerang Yusrin dengan cepat.

Yusrin berdiri dengan tenang. Ia memejamkan matanya sesaat. Daun telinganya bergerak mendengar langkah pria itu di depannya. Ketika posisi ujung pedang sudah hampir dekat dengannya, ia lalu membuka mata dan hanya menggerakkan tangannya saja.

Slip ! pedang itu terselip pada dua jari Yusrin. Ia menjepit pedang itu ketika ujungnya sudah berjarak beberapa senti dari wajah.

Yusrin menyeringai menatap pria itu.

Trighh ! Ujung pedang yang di jepit terpotong dengan mudahnya. Mata pria pemilik pedang itu membelalak. Rupanya sekarang ia sedang berhadapan dengan pendekar hebat, tapi karena mereka berjumlah banyak maka ia tak menampakkan sama sekali rasa takutnya pada Yusrin.

Lalu daun telinga Yusrin bergerak karena ia mendengar posisi kedua gadis tadi sudah dekat. Ia lalu melepaskan pria itu dengan sengaja, sambil berlari dengan sikap yang aneh.

Para pasukan berkuda memandang Yusrin dengan aneh. Tadi apa yang mereka lihat sangat berbeda dengan yang sekarang.

Cuma hanya sebentar saja. Karena pasukan berkuda menganggap Yusrin sedang mempermainkan mereka, maka beberapa orang langsung memberikan serangan pada Yusrin.

“Haaaaaaa tolloooooooong ! tolooooooong !” Yusrin teriak sambil berlari dengan cepat ke arah datangnya langkah kaki kedua gadis tadi.

“Heaaaaaaatttt serang diaaaa.” Para pasukan berkuda sudah mengangkat pedang sambil mengejar Yusrin.

Satu sabetan dari atas dapat di ketahui oleh Yusrin. Hanya dengan memiringkan kepalanya, pedang itu hanya melewat begitu saja di sampingnya. Satu sabetan lainnya, dengan mudah Yusrin hindari. Bahkan kini serangan 4 pasukan berkuda terlihat seperti sebuah sandiwara saja, dengan bermain dengan pelakon utama yang sengaja seperti dibuat-buat serangan mereka tak mengenai pelakon utama itu.



“Kak... ada yang di serang.” Yusrin mendengar itu. Jadi, menurut Yusrin sudah saatnya ia berperan.

“Tolooooonnnnnggggg !” Yusrin berjongkok sambil berpura-pura menghalangi kepalanya dari sabetan beberapa pedang dengan kedua tangan. Sepersekian detik, selendang berwarna kuning langsung menyerang para pasukan berkuda dengan entengnya.

Wushhhh ! Bugh !

Wushhhh ! Brakk !

Tubuh Belia langsung dengan gerak cepat sudah berada di tengah-tengah menghalangi para penyerang yang ingin mencelakai Yusrin.

“Pendekar Selendang datang...” kata salah satu pasukan berkuda menyadari siapa yang datang.

“Hajar saja.” kata pemimpin pasukan.

“Hiattttttt !” dua orang langsung melompati gadis itu.

Gadis itu hanya mengibaskan selendangnya, satu persatu penyerang bahkan tidak dapat menyentuhnya. Bugh ! Bugh! Bugh ! tiga pria terpental jauh ketika gadis itu memutar tubuhnya, membuat selendangnya ikutan memutar menghantam satu persatu lawan.

“Hei pendekar... ngapain kamu ikut campur dengan urusan kami ?”

“Ohh kalian penjahat, juga adalah urusanku.”

“Cihh ! lagian yang kalian bantu itu, sepertinya mencurigakan.”

“Mencurigakan ? Kalian sudah menyakiti orang lemah, bahkan ingin membunuhnya tanpa ada perlawanan... Seharusnya kalianlah yang harus di curigai.”

“Hei... dia bukan orang lemah.”

“Dasar penjahat. Kalian kira aku tidak bisa melihatnya ? Kalian hampir saja membunuhnya, apakah pantas aku diam saja melihat itu ?”

“Arghhhhh... okelah. Sekarang biarkan kami lewat saja pendekar. Kami bukan lawan pendekar, tapi saya berharap pendekar tidak salah menolong orang.”

“Oh tentu saja, jika kalian melepaskan dia... maka aku juga akan melepaskan kalian.” Ujar gadis itu.

“Semoga saja pendekar tidak salah menilai orang... Terima kasih.” Ujar pimpinan pasukan. “Ayooo kita pergi saja.”

Degedug ! Degedug ! Degedug ! satu persatu pasukan berkuda pergi meninggalkan mereka. Gadis itu menghela nafas lalu melihat ke arah Yusrin.

Begitu melihat wajah Yusrin, matanya membelalak kaget. “Haaaaa ? Kamu ?”

“Hehehehe.” Yusrin garuk-garuk kepala lalu berdiri.

Bukan hanya Belia yang terkejut, Cahaya juga ikutan terkejut menyadari pemuda yang mereka tolong adalah Yusrin.

“Kamu ?”

“Kamu... bagaimana kamu bisa tiba di tempat ini ?”

Yusrin menatap kedua gadis itu dengan kening mengerut. Ekspresinya ia buat seakan bingung atas pertanyaan keduanya.

“Ma-maksud kalian ?” tanya Yusrin.

“Bagaimana kamu bisa sampai di tempat ini ?”

“Aku ?” Yusrin menunjuk wajahnya sendiri. Belia dan Cahaya mengangguk bersama tanpa melepas pandangannya pada pemuda itu. “Sampai kesini berjalan kaki... ada yang salah ?”

Belia dan Cahaya saling berpandangan sesaat.

Ia lalu menatap pada Yusrin lagi.

Belia dan Cahaya memandang Yusrin dengan berfikir, dan meninggalkan tanda tanya besar. Bagaimana bisa pemuda itu lebih cepat tiba dari pada mereka berdua ? Padahal jelas-jelas kedua gadis itu tadi menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk padat meninggalkan Yusrin dan dengan yakin bahwa posisi mereka tidak akan terkejar olehnya.

“Kok kalian di-diam saja ?”

Belia yang lebih awal tersadar dan mencoba untuk tidak memikirkannya. Mungkin saja Yusrin melewati jalan pintas. Karena menurut Belia, pasti Yusrin sudah menguasai tempat ini maka dari itu, dengan melewati jalan pintas tentu dapat dengan mudah lebih cepat tiba dari pada Belia dan Cahaya.

“Gak hehe, kamu kenapa tadi di serang mereka ?” Belia bertanya untuk mengalihkan pikirannya.

“Ohh gak tau, tiba-tiba aja mereka nyerang. Uhh untung kakak tiba lebih cepat. Gak tau deh, andai kalian gak ada mungkin aku sudah mati hehehe.”

“Lebih baik kok.” Gumam Cahaya sambil memandang pada Yusrin.

“Udah dek. Jangan kamu marah melulu ma dia, emang kamu gak kasian dia hampir saja terbunuh ma orang jahat.”

“Iya sih.” Gumam Cahaya berikutnya. Ia menarik nafas lebih dalam, dan membenarkan apa yang di katakan oleh Belia. Karena prinsip Cahaya adalah menolong orang lemah dari para penjahat. Sama seperti Belia, dan itu juga yang telah di ajarkan oleh ayah dan ibunya.

“Habis ini kamu mau kemana Yus ?” Belia bertanya pada Yusrin.

“Gak tau kak. A-aku takut mereka tadi menemukanku lagi. Hufffhhh ! berarti nyawaku gak bakal selamat.”

Belia termenung sesaat. Ia sempat melirik pada Cahaya.

“Kamu memangnya gak punya tempat tinggal ?” Belia bertanya lagi.

“Gak ada kak... hehehe,”

“Hufhhh ! kamu mau tinggal di desa kakak ?”

Yusrin tersenyum sambil mengangguk.

“Bagaimana Cahaya ?”

“Kalo Cahaya sih terserah kakak, pasti ayah juga akan menerimanya kok.” Betul apa yang di katakan Cahaya. Jika ayahnya si Albani, yang pada dasarnya berhati baik akan menerima siapapun yang datang berkunjung di desa Cahaya asal tidak berbuat jahat di sana.

“Ya sudah... kalo begitu kita jalan sekarang, mengingat perjalananan kita tinggal sedikit lagi.”

“Masih jauh gak desa kakak ?”

“Paling sehari berjalan, kita akan tiba di sana.”

Sehari ? Yusrin menelan ludahnya. Ngapain juga berjalan segitu lamanya, padahal Yusrin hanya butuh beberapa menit saja dengan cara terbang bisa tiba ke desa mereka.

Tapi..

Yusrin menepis keinginannya dalam hati. Dan memutuskan untuk ikut berjalan kaki bersama kedua gadis itu.



-000-



Waktu sudah malam. Suasana sekitar juga sudah sangat gelap. Maka mereka memutuskan untuk bermalam di tempat yang sunyi ini.

“Kami tidur di dalam gua itu... kamu gak boleh dekat-dekat loh.” Kata Belia menunjuk pada gua kecil.

“Hehehe, terus aku tidur dimana kak ?”

“Terserah kamu.” Cahaya yang menjawab.

“La-lagian di luar dingin kak, mengapa gak ajak aku sekalian ke dalam.”

“Kami takut kamu berbuat aneh-aneh pada kami berdua.”

“Lah ? Kan kalian jago berantem... aku gak bodoh kak, mau menyerahkan tubuhku di pukul hingga babak belur ma kalian.”

Belia dan Cahaya berpandangan sesaat. Memang benar apa yang di katakan Yusrin, jelas saja dengan kemampuan kedua gadis itu sangat yakin akan membuat beberapa tulang pemuda itu patah jika ingin macam-macam ke mereka.

“Ya sudah. Kita tidur bertiga di dalam, tapi kamu tidurnya harus agak jauh dari kami.”

“Oke deh. Hehehehe !”

.

.

Rupanya tanpa babibubebo, Yusrin langsung tertidur dengan mudahnya. Meninggalkan kedua gadis itu yang memandangnya kaget dari arah gak jauh dari posisi pemuda itu.

Belia dan Cahaya tidur berdekatan, Yusrin tidur agak jauh dari mereka hanya di dalam gua yang sama.

“Dasar cowok pemalas.” Cibir Cahaya.

“Iya yah. Hehehe bukannya bantu kita berdua untuk nyiapin dulu, eh malah dia langsung molor.” Belia menambahkan.

“Heheheheh.” Keduanya saling terkekeh mengingat tingkah laku pemuda itu.

“Ya sudah kita juga tidur yuk.”

Belia dan Cahaya tidur beralaskan selendang. Membiarkan tubuh seksi mereka yang hanya berbalut dengan kain tipis di bagian dada, dan bagian bawah. Jika ukuran dada Belia sudah berbentuk bulat menggunung dengan indahnya, Cahaya masih berbentuk kecil. Maklum umurnya masih underage.

Beberapa saat kemudian.

Yusrin terjaga dari tidurnya. Ia menggeliat lalu membuka mata.

Seketika itu ia membelalak memandang posisi tidur kedua gadis itu. Pandangan Yusrin tertuju pada payudara Belia. Apalagi penglihatan Yusrin jauh lebih tajam dari orang biasanya. Di tempat gelap seperti ini, dia dapat melihat jelas seperti saat di siang hari. Samar-samar ia dapat melihat bongkahan itu dengan dua puting kemerahan di tengah-tengahnya.

Lalu pandangan Yusrin berganti pada Cahaya. Yusrin lalu terkekeh sendiri melihat bentuk payudara Cahaya yang masih kecil yang masih tertutup dengan kain tipis.

Perhatian Yusrin terpusat pada tubuh Belia.

Tanpa sadar, selangkangannya mulai bereaksi. “Jiirrr ! gi-gimana ini ?” gumam Yusrin pelan. Dia memegang selangkangannya dan terkejut atas reaksi yang terjadi. Batangnya tegang seketika.

Dia mencoba mengatur perasaannya. Dia gak boleh gegabah melakukan hal macam-macam pada dua gadis itu. Bukannya ia takut akan di hajar, melainkan dia masih ingin bercanda dengan mereka berdua nantinya. Yusrin yang selama ini hidup sendiri, begitu mendapat teman dua gadis ini, ia tidak ingin membuat kesalahan sedikitpun yang akan berakibat kedua gadis itu akan pergi meninggalkannya.

Namun !

Semakin ia menahannya, semakin besar pula rasa penasarannya pada tubuh si gadis. Ia lalu kembali memandang tubuh Belia.

Mungkin bermain-main sedikit tidak ada salahnya, pikir Yusrin. Maka masih posisi berbaring dia menggerakkan jari nya. Angin berhembus berlalu begitu saja. Detik berikutnya, angin yang Yusrin ciptakan berhenti pas di dekat tubuh Belia.

Yusrin menggerakkan jarinya.

Rupanya angin pun ikut bergerak menyentuh dada kanan Belia.

Yusrin lalu terkekeh ketika angin yang ia ciptakan berbentuk jari itu, mulai menyentuh-nyentuh puting Belia bergantian.

Dengan jarinya ia pun membuat gerakan seakan memelintir. Cuma karena ia bersemangat sekali, menciptakan gerakan angin yang agak lebih kuat dari sebelumnya.

Ia berhenti ketika tubuh Belia menggeliat. “Uups !”

Yusrin lalu memejamkan mata.

Bukan hanya menggeliat, kedua mata Belia langsung terbuka. Ia tersadar dan langsung duduk memandang ke segala arah.

Pandangannya lalu tertuju pada Yusrin. Dia memandang pemuda itu cukup lama, sambil menganalisa apa yang sebenarnya terjadi.

Apakah Yusrin baru saja melakukan pelecehan padanya ?

Tapi jika di lihat posisi Yusrin sekarang, tidak mungkin dia secepat itu langsung berlari ke tempatnya semula tanpa tertangkap basah oleh Belia. Tapi Belia yakin, tadi ia merasa jika payudaranya tersentuh.

Atau mungkin hanya perasaannya saja ?

Untuk mengetahuinya, maka Belia mencoba untuk pura-pura tidur dan akan mematahkan tangan siapa saja yang mencoba melakukan pelecehan padanya.

Ia berbaring dan memejamkan mata.

Tak begitu lama. Dalam kesadarannya, Belia kembali merasakan putingnya seperti di sentuh. Memang rasanya menggelikkan, Cuma Belia belum yakin apakah sentuhan ini adalah sentuhan seseorang atau hanya perasaannya saja.

Makin lama sentuhan itu semakin intens. Bahkan kini putingnya terasa seperti di pelintir. “Uhhhkk !” karena merasa nikmat, secara naluri desahan keluar dari bibir seksi si gadis.

Tapi itu hanya sebentar saja.

Dalam hitungan detik berikutnya, Belia langsung terbangun dan ingin menyerang siapa saja yang berani menyentuhnya.

“Dasar brengsek sudah berani meleceh- haaaa ?” Belia terkejut ketika ia bangun dan sudah bersiap-siap untuk mematahkan tangan seseorang, rupanya sama sekali tak ada siapa-siapa selain mereka bertiga di dalam gua.

Ia memandang pada Yusrin. Pemuda itu rupanya masih tertidur. Lagian Belia pasti mengetahui jika pemuda itu yang melakukannya, tidak akan secepat itu gerakannya kembali ke tempatnya semula, dan mengalahkan gerakan Belia yang membuka mata. Lagian dengan kemampuan yang Belia miliki, dapat dengan mudah mengetahui gerakan seseorang di dekatnya.

Belia memikirkannya kembali.

Ia mencoba untuk mengingatnya.

Ia jelas-jelas merasakan dengan sadar jika ia sedang di lecehkan, Cuma dia sama sekali tidak merasakan adanya seseorang di dekatnya, tentu saja selain Cahaya.

Belum juga mendapat jawaban apapun.

Belia mulai merasa tubuhnya kembali tersentuh. Belia membelalak, lalu berdiri memandang ke seluru penjuru.

Bukan hanya sentuhan seperti sebelumnnya. Melainkan yang ia rasakan kedua payudaranya seakan di remas oleh seseorang. Anehnya tak ada siapapun yang meremasnya.

“Uhhhhh ke-kenapa ini ?” gumam Belia tapi juga merasa tubuhnya mulai panas.

Kejadian berikutnya membuat Belia semakin hilang akal. Putingnya terasa tersentuh tanpa penghalang, padahal jelas-jelas ia masih memakai kain untuk menutupnya. “Ahhhhh si-siapa yang melakukannya ? ouhhhhhhhh !”

Ini sangat nikmat.

Baru kali ini Belia merasakan tubuhnya di sentuh oleh seseorang.

Belia memejamkan mata sesaat. Namun ia tersadar lalu mengeluarkan tenaga dalamnya untuk menetralkan perasaannya. Ini mungkin hanya pikirannya saja, jika dirinya sedang di sentuh seseorang.

Cuma setelah mengeluarkan tenaga dalam. Sentuhan pada tubuhnya tetap tidak berhenti.

Maka setelah menarik nafas dalam-dalam, Belia berteriak.

“Cahayaaaaaa... Yusriiiinnnnnn banguuun cepat.”

Cahaya dan Yusrin tentu saja langsung membuka mata.

“Kenapa kak ?” Belia bertanya.

“Ke-kenapa kakak membangunkan kami ?” Yusrin pura-pura menguap, membuat ekspresi sedang ngantuk dan bertanya pada Belia.

“Ayo kita tinggalkan tempat ini, sepertinya ada hawa jahat yang menetap di dalam gua ini.”

“Ma-maksud kakak ?”

“Sudah gak usah banyak nanya, ayo kita pergi.”

“Hufhhh orang masih ngantuk.” Gumam Yusrin.

“Udah yukkkkkk.” Cahaya langsung menarik lengan Yusrin mengikuti langkah Belia keluar dari gua.



Tanpa mereka berdua sadari, Yusrin tersenyum karena ia baru saja menemukan mainan baru.

Dalam benak Yusrin, kedepannya pasti bakal seru jika kedua gadis itu benar-benar mengajaknya ke desa Cahaya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd