Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG With Benefits.

Status
Please reply by conversation.

Kocid

Semprot Holic
Daftar
6 Jun 2019
Post
357
Like diterima
12.644
Lokasi
Disitu
Bimabet
Halo suhu-suhu sekalian, setelah sebelumnya sudah selesai menamatkan Drama "In Too Deep" ane, kali ini mohon ijinnya buat nulis sebuah sampah dengan judul "With Benefits" ini yang menceritakan tentang awal kehidupan romansa sang jagoan Bayu :beer:

(For those who don't know, silahkan bila suhu berminat buat ngebaca drama ane sebelumnya:
https://www.semprot.com/threads/in-too-deep-no-sara.1362985/ )
Sebelumnya juga terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para suhu yang sudah setia ngeramein dan ngedukung dan memberi saran dan masukan selama berjalannya penulisan drama sebelumnya dari awal sampe di titik tamat, dan semoga pula cerita kali ini dapat membuat suhu-suhu sekalian terhibur dengan cerita yang semoga saja tidak mengecewakan :Peace:

So, without further ado, here goes:



- WITH BENEFITS -

Mulustrasi
:

Claudia


Bella


Evelynn


*****

-Prologue: Back Where it all Began-




"HHHHHH.... HHHHHH...."



"BAYY... BURUAN BAYY!!..."



"HHHHH.... HHHHHH...."



"BAYY AYOO KEBURU RAMEE!!!!..." Teriak Rama yang terus menyuruhku untuk berlari lebih cepat.


"IYAA TAI, SABARR!!" Jawabku sembari menutup botol minumku.


Bersama dengan Adi, kami bertiga berlari sepanjang koridor ini untuk menuju ke satu tempat. Tempat ini merupakan tempat yang wajib dituju ketika tahun ajaran kami secara resmi berganti.


"Hey, hey!! Jangan lari-lari!! Kalian udah kayak bocah aja!!" Teriak salah satu guru kami melihat kami berlari sangat kencang.


"TELAT, PAK!! LIAT KE BELAKANG TUH!!" jawabku menyuruh guruku melihat kearah belakang kami yang juga dipenuhi oleh orang-orang yang berlari kearah yang sama.


"ASTAGA!! INI SMA ATAU SD, SIH?!?"


Kami hanya tertawa tak menjawab, dan kami langsung berlari menuju ke tempat tujuan kami yang ternyata masih sangat kosong.


"Hhhhh... Hhhh... Gila... Secepet apa kita lari??...." Ucapku terengah-engah.


"Hhhhh... Hhhhh... Udahh buruann... Cari nama kita..."


Kami pun langsung mencari nama kami di kertas yang terpajang di mading ini. Terdapat sekitar 4 kertas yang tertempel di mading ini yang menandakan dimana kami akan ditempatkan di jurusan kami.


"Bayu... Bayu.... Bayu Aji.... Bayu Aji...." Ucapku selagi aku mencari namaku dari kertas paling belakang.


"Akhh!! Banyak banget nama deh, elah!!" Teriak Rama kesal, namun aku dan Adi tidak membalasnya karena kami pun masih sibuk mencari nama kami.


Aku terus mencari namaku, dari kertas menuju kertas, dan namaku sama sekali tidak ada. Namun aku tidak berhenti sampai akhirnya kini aku berada di kertas paling kiri dari jurusan IPA.


"Bayu Ajii.... BAYUUU AJIIII!!!"


Namaku tertera di kertas paling kiri yang menandakan aku berada di peringkat 45 teratas di sekolahku ini. Sekolahku selalu menggunakan nilai sebagai penentu kelas di tahun akhir jadi bisa dibilang aku termasuk kesalah satu dari 45 siswa terpintar di sekolahku.


Selain itu, ada sebuah hukum alam di sekolah kami dimana 45 murid teratas tersebut pasti akan mendapatkan kampus negeri. Terlebih juga tahun ini adalah tahun terakhir ajaran sebelum kami naik jenjang ke jenjang yang lebih tinggi, jadi tentu saja, aku benar-benar merasa senang termakan oleh 'hype' ini.


"YESSS!!! BAYY SEKELASS KITAA!!" teriak Adi yang mengejutkanku, dan seketika aku langsung menyadari nama Adi pun tepat berada diatasku.


"LAH IYA?!? HAHAHAHAHA, YESSS!!!" Teriakku ikut kegirangan karena akhirnya bisa sekelas dengan sahabat baikku.


Kejutan pun tak berhenti disitu. Baru aku dan Adi kegirangan sejenak, Rama tiba-tiba ikut berteriak ditengah kerumunan orang yang sedang berusaha mencari namanya.


"AKHIRNYA, GUYS!! KITA BERTIGA SEKELAS!!!" sahut Rama yang kemudian langsung merangkulku dan Adi yang kemudian dilanjut dengan kami bertiga saling rangkul-rangkulan.


Ini brilian sekali. Aku termasuk kedalam 45 teratas di sekolahku, kemungkinan juga sangat besar aku termasuk kedalam kuota murid yang dapat mengejar kampus negeri dengan jalur undangan, dan aku sekelas dengan dua sahabatku pada akhirnya untuk menutup kisah di jenjang pendidikanku saat ini.


Kami begitu terbawa dengan suasana yang menggembirakan ini, sampai-sampai kamipun juga lupa kalau kami juga mengganggu teman seangkatan yang ingin melihat nama mereka juga.


Selain itu, dari belakang, terdengar derapan kaki yang cukup kencang dan banyak mendekati kami. Gerombolan itupun tanpa menggunakan banyak usaha membuka jalan hanya dengan ucapan-ucapannya selagi berusaha mencari celah.


"Misii, misi, dong, ih! Kalian tuh nyempitin jalan aja, deh!!" Ucap salah seorang dari gerombolan itu.


Mendengar suaranya itu, aku sudah mengetahui, bahwa gerombolan itu adalah 'bidadari-bidadari' sekolah ini, dengan rok dan kemejanya yang sangat ketat dan dipotong supaya tubuh mereka terlihat lebih terbentuk, dan juga make-up dan parfumnya yang tercium begitu kuat.


Para 'bidadari' itupun dipimpin oleh apa yang menurut seisi sekolah ini terkenal sebagai 'ratu' dari para 'bidadari' ini dengan tubuh yang lebih ideal dan payudara dan bagian belakang terbesar diantara yang lainnya, Evelynn.


=====
Evelynn


=====


Evelynn pun kemudian berjalan menuju ke depanku, dan dia langsung mengangkat tangannya untuk menyapuku, Adi, dan Rama yang sedang berada di depan mading ini selagi dia berjalan mendekati mading.


"Ihh, lo tuh ya, Bay, udah badan gede, nggak nyadar diri apa lo itu nutupin jalan??" Ucap Evelynn selagi menyingkirkan kami bertiga.


"Eh, ada Nyonya, punten Nyonya" ledekku yang membuat Evelynn tertawa, dan selagi kami bertiga menyingkir dan mengobrol dengan kawan yang lain, Evelynn sudah berada di depan mading.


Evelynn pun langsung mencari namanya mulai dari kertas bagian kiri dimana namaku ditemukan, dan tentu saja, melihat hal itu aku kembali terpancing untuk meledeknya.


"Lynn, Lynn, kelas urutan paling bawah ada di sebelah kanan" ledekku sembari menepuk-nepuk pundaknya dan menunjukkan jariku ke kertas yang berada di paling ujung.


Evelynn awalnya tidak menangkap makna dari ucapanku, dan setelah dia sadar, dia pun langsung mendorongku dan memukul bahuku.


"Ih, Bayu lo tuh ngeselin banget, sih!!" Ucapnya kesal meski terdengar ada tawaan dari mulutnya.


Yah, aku dan Evelynn memang bukan sahabat, tapi kami berdua cukup dekat berhubung di tahun pertama kami sekelas sebelum akhirnya pada tahun berikutnya kami berdua terpisah di kelas yang berbeda.


Akhirnya akupun kembali menyingkir untuk mengobrol dengan Adi dan Rama, dan Evelynn bersama gengnya langsung berbondong-bondong melihat ke mading menyelak orang-orang yang berada di depannya.


Cukup lama mereka mencari namanya, dan akhirnya, aku mendengar Evelynn berteriak.


"Girl?!? Kok gue di kelas paling bawah?!?" Teriak Evelynn yang kembali memancingku.


"Ya lagian kan kelasnya diurut dari nilai, kalo dari gincu-gincuan lu pasti di kelas paling atas" kembali ledekku, dan baru ketika Evelynn ingin memukulku, aku langsung berlari mengumpat kebelakang Adi dan perlakuan kami berdua membuat seisi koridor tertawa.


Akhirnya geng Evelynn kembali mencari namanya lagi, dan surprise-surprise, rata-rata dari mereka berada di 50% terbawah dan dapat dihitung dengan jari berapa yang tembus ke 50% teratas.


"Ah elah, ini pasti gara-gara guru nggak ada yang suka sama gaya kita, deh" ucap salah satu kawan Evelynn.


Selagi mereka membicarakan itupun, ada salah satu anak di belakang mereka yang berbisik-bisik, yang sayangnya terdengar jelas ke geng Evelynn itu sendiri.


"Nilai kalian yang bermasalah kok malah nyalahin guru" bisik salah seorang perempuan.


Ucapannya itupun langsung menyulut amarah mereka, dan mereka semua langsung berbalik menyuduti perempuan tak bersalah itu.


"Heh!! Ngomong ape lo tadi?!?" Teriak Evelynn mengintimidasi perempuan itu yang tentu saja membuat perempuan itu ketakutan.


"Ehh... Ng... Nggak kok..." Balasnya gugup, namun Evelynn kembali membentaknya.


"HEH! LO PIKIR KITA NGGAK DENGER LO NGOMONG APA?! NGAPAIN LU BISIK-BISIK KAYA GITU, HAH?!" bentak Evelynn yang menarik perhatian kita semua.


"TAU, NGAPAIN, SIH BISIK-BISIK?! NGOMONG TUH YANG JELAS!!" Sambung salah satu temannya.


Ternyata perlakuan Evelynn dan gengnya pun menarik begitu banyak perhatian, dan seketika kini banyak yang mengelilingi mereka. Akupun langsung menyadari kalau mungkin ini akan berakhir buruk, jadi aku langsung bergegas memisahkan Evelynn dengan perempuan tak bersalah ini.


"Eh, Lynn, jangan gila, kita deket ruang guru, kalo mereka keluar mampus lu semua" ucapku berusaha memisahkan mereka.


Akhirnya perlahan pun Evelynn bisa kembali tenang, dan dia beranjak menjauh dari perempuan ini.


"Lo denger ye, kalo lo nggak punya nyali, jangan macem-macem sama kita," ucap Evelynn mengintimidasi.


"Ayo, girls, balik ke kantin lagi aja kita"


Akhirnya mereka pun beranjak pergi, dan saat seperti mereka datang, kami langsung membuka jalan selagi mereka berjalan menuju ke kantin.


Namun, ternyata ada salah satu sekongkolan Evelynn yang belum melihat namanya, dan dia langsung memanggil teman-temannya.


"Eh, guys!! Sebentar dong, gue belom liat gue di kelas mana" ucap perempuan itu.


Dia pun langsung berjalan mendekati mading, dan selagi dia melihat mading, kami para kaum adam pun juga ikut memerhatikan perempuan ini.


Sekongkolan Evelynn ini memang dipenuhi dengan gadis-gadis yang cantik dan tubuh yang menarik dan Evelynn lah yang paling 'lebih' diantara mereka. Namun ada satu anak di sekongkolannya dengan perawakan yang lebih kalem dan tampang yang lebih kearah manis tidak seperti yang lainnya yang lebih 'badai'. Perempuan itu adalah Claudia, anak blasteran Indo-eropa kelahiran pulau Seribu Pura yang baru pindah ke kota ini saat dia masih SMP.


=====
Claudia


=====


"Astaga, buruan dong, Claud, gerah banget disini, ih" ucap Evelynn bete menyuruh Claudia untuk mempercepat pencariannya.


"Iya ihh sebentar, please" balas sewot Claudia yang akhirnya membuat Evelynn tidak sabar.


"Ih lama banget deh lo, Bay bantuin itu Claudia biar cepet" ucap Evelynn yang tiba-tiba menyuruhku.


"Do I have to?"


"Bay, minta tolong liatin doang, ih"


Akhirnya aku pasrah saja daripada Evelynn makin bertingkah dan situasi menjadi lebih rumit. Setelah Evelynn menyuruhku pun, aku kembali beranjak ke mading mendekati Claudia yang masih mencari namanya.


"Gua bantuin ya, Claud" ucapku ke Claudia yang dia balas dengan senyuman dan mengangguk.


Claudia pun mencari namanya di daftar sebelah kanan selagi aku mulai mencari namanya di kertas paling kiri. Dan baru ketika aku mencari sekejap....


"Loh, Claud," ucapku memanggil Claudia yang masih mencari namanya.


"LU DIBAWAH GUA ABSENNYA!"


Ketika aku berkata seperti itupun, perhatian orang di sekitarku langsung tertuju kepadaku, termasuk Evelynn dan para kawannya. Claudia pun terkejut mendengar ucapanku dan dia segera beranjak mendekatiku dan tubuh kami bersentuhan selagi dia melihat namanya yang membuatku dapat mencium bau parfumnya dengan jelas.


Namun, aku yang merasa canggung pun langsung beranjak mundur, dan setelah itu Claudia terkejut menemukan namanya.


"IH BENER DONG!" Ucap Claudia terkejut melihat namanya berada tepat dibawahku.


Kemudian, bersamaan dengan reaksi Claudia, para kawan-kawannya pun kembali menghampirinya sembari menyapu seluruh orang yang menghalangi jalannya.


"Oh myy, seriously?!? Congrats, girl!!" Ucap kawannya selagi mereka semua sedang merayakan Claudia yang berada di kelas paling atas.


Selagi mereka merayakan hal itu, aku hanya memerhatikan Claudia diantara sekeliling temannya. Claudia lebih berbeda daripada kawan-kawannya dimana ketika mereka menunjukkan pesonanya dengan memakai berbagai make-up dan memperkecil ukuran pakaiannya sehingga tubuh mereka yang montok menjadi lebih terekspos, Claudia lebih bermodel dengan gaya yang lebih simpel layaknya pelajar pada umumnya. Namun, dari gaya berpakaian dan atribut-atribut lainnya saja, kita semua bisa mengetahui kalau Claudia tetap sebanding dengan para "bidadari" di sekolah ini.


Yah, aku dan Claudia pun sebenarnya juga bukan teman yang dekat, tapi karena kami berdua bisa dibilang sebagai anak yang cukup populer di sekolah ini, kami berdua sering bertegur sapa meski kami tak begitu saling kenal. Tak hanya itu, banyak yang mengatakan kalau kami berdua sebenarnya cukup serasi bila kami menjadi pasangan, namun sayangnya, ada sebuah alasan kenapa hal itu tidak bisa terjadi.


Setelah itu, setelah mereka semua puas merayakan, Evelynn pun langsung mengajak mereka pergi beranjak dari sini berhubung Evelynn sudah merasa sangat kegerahan.


"Udah yuk, kita ke kantin lagi, kan Claudia mau nraktir kitaa" ledek Evelynn ke Claudia yang hanya dibalas dengan tawaan.


Mereka pun beranjak pergi melewatiku, Adi, dan Rama yang belum berpindah. Mereka berbondong-bondong melewati kami, dan ketika Claudia beranjak melewatiku, dia menghentikan langkahnya, dan dia langsung menghadapku.


"Ohiya, Bay," ucapnya selagi berputar menghadapku.


Kini kami berdua berhadapan, dan setelah itu, Claudia menjulurkan tangannya kepadaku.


"I guess we'll be classmates, then" lanjutnya sembari tersenyum mengajakku bersalaman.


Tentu saja, aku langsung membalas salamannya, dan aku bisa langsung merasakan betapa mulusnya kulit tangannya yang jauh lebih kecil dari tanganku.


"See you there" Balasku yang kembali dia balas dengan senyuman, dan setelah itu Claudia langsung menyusul teman-temannya meninggalkanku disini.


Kini mereka sudah tidak terlihat di koridor ini, dan sesaat setelah mereka sudah tidak terlihat, seluruh orang yang berada di koridor ini pun langsung melontarkan ledekan-ledekannya kepadaku.


"Cieee, cieee, Bayuu"


"Akhirnyaa mulai muncul potensi 'dream-couple' sekolah bakal kejadiaann"


Berbagai ledekan mereka berikan, namun aku hanya mengacuhkannya dan membalas dengan tawaan kecil meski aku mulai merasa bete. Rasa bete itu pun makin meningkat ketika Rama ikut meledekku.


"Noh, Bay, udah dapet jalan, pepet aja lah udahh" ledek Rama yang membuatku kesal.


"Ram apaan, si? Asli gua nge-expect lebih dari lu, kecewa lah gua" jawabku kesal yang membuat Rama dan Adi tertawa.


"Hahahaha, baperan ah, nggak asik"


"Gigi lu baperan, bayangin aja gua udah 2 tahun kerjaannya harus ngadepin beginian apa iya gua nggak cape" jawabku dengan nada sedikit bergurau.


"Hahahaha, iya deh iya, yaudah ke kelas dah yok, ngamanin tempat duduk dulu" ajak Adi selagi kami bertiga berjalan meninggalkan mading.


"Duluan dah, gua mau ke kantin dulu, amanin tempat buat gua yak" jawabku dan setelah mereka berdua mengangguk, Adi dan Rama langsung beranjak ke kelas sementara aku beranjak ke kantin.


=====


Setelah membeli apa yang kuingin, berhubung jam pertama pada tahun ajaran kali ini akan dimulai sebentar lagi, aku harus segera beranjak ke kelasku. Sepanjang koridor ini, aku hanya memperhatikan teman-teman seangkatanku yang masih banyak berada di luar kelasnya sedang mengobrol ria dan kelas hanya berisikan meja-meja dan tas anak-anak yang sedang berada diluar meski masih terdapat beberapa anak-anak yang sudah menduduki mejanya.


Tak jarang juga ku bertegur sapa dengan kawan-kawanku. Yah aku memang cukup populer, apalagi sudah dua tahun belakangan aku menjadi main-man dari tim sepakbola SMA ku dengan bermain di posisi nomer 10 atau Trequartista* yang selalu menyorot perhatian penonton dengan kemampuan menggiring bola dan melancarkan umpan terobosan yang mematikan untuk pemain selevelku (*Example of Trequartista: Zinedine Zidane). Selain itu juga, berhubung ini adalah tahun terakhirku, teman-teman setimku memutuskan untuk menjadikanku kapten dengan alasan aku merupakan pemain terbaik diantara kami semua, yang tentu saja membuatku menjadi makin populer.


Tak terasa, kini aku sudah sampai di kelasku, dan aku bisa langsung menyadari betapa bedanya suasana kelasku dengan kelas yang lainnya. Kelasku sudah dipenuhi dengan para orang-orang yang akan menuntut ilmu bersamaku di ruangan ini, dan sulit bagiku untuk melihat ada meja yang kosong dari depan sini.


Namun baru ketika aku mencari tempat duduk, perhatianku teralihkan berhubung Adi dan Rama bersamaan memanggilku.


"Bay, Bay," panggil mereka dari bagian pojok kiri kelas.


"Sini, kosong, nih"


Akupun langsung beranjak ke mereka, dan aku langsung menyadari aku harus duduk di kursi paling belakang.


"Gua paling belakang banget? Sendirian?" Ucapku kecewa, dan mereka hanya bisa mengangguk.


"Kita dateng udah penuh depan, Bay, udah lu duduk ae buru" jelas Rama dan penuh rasa kecewa aku hanya bisa pasrah.


Baru ketika aku menduduki kursi ini, aku benar-benar merasakan betapa menderitanya duduk di deretan paling belakang. Papan tulis terlihat begitu jauh, dan pandanganku juga tertutupi oleh banyak kepala. Tahun terakhirku ini sepertinya akan sangat dipenuhi oleh keluhan dan derita.


Rasa kecewaku begitu terlihat, sampai-sampai Adi dan Rama bisa menyadarinya, dan mereka langsung berbalik menghadapku.


"Ngape lu, Bay? Kaya stres banget keliatannya" ucap Rama setelah berbalik.


"Gua nggak keliatan apa-apaan dari belakang, cok, jauh bet papan tulis" jawabku masih kecewa.


"Yah yaudah lah mau gimana lagi, masih untung lu dapet di belakang kita, Bay" balas Adi ingin menghiburku meski tidak ada efeknya sama sekali.


Setelah itu, kami hanya mengobrol singkat sembari bercanda-canda dengan berbisik kalau mungkin hanya Claudia yang akan menjadi perempuan cantik di kelas kami.


"Hahahaha, ya nggak, lah, masa dia doang?" Tawaku.


"Ih sumpah dah, lu liat ae sendiri, Bay, lu boong kalo lu nggak bilang cuma Claudia yang paling cakep di kelas kita" bisik Adi.


"Ya yaudah lah, paling cuma karena belom keliatan aja, kita kan baru sekelas sehari," jawabku menyuruh Adi dan Rama untuk melupakan itu.


Selagi kami mengobrol pun, aku selalu memerhatikan kedepan, dan aku langsung melihat seseorang memasuki kelas ini.


"Speaking of Claudia," lanjutku sembari memberi gimmick ke mereka untuk melihat kedepan.


"Noh orangnya dateng"


Kami bertiga pun langsung melihat kedepan. Terlihat Claudia yang sedang kebingungan mencari bangku kosong dan tak lama kemudian, Claudia membuka mulutnya.


"Guys, ini nggak ada bangku kosong, ya?" Tanya Claudia di depan kelas.


"Yah nggak ada, Claud" jawab salah satu teman sekelasku.


"Yah terus gimana, dong?"


"Ya paling ngambil bangku dari gudang, sih" jelas yang lainnya, yang kemudian disambung dengan yang lainnya lagi.


"Atau paling itu, tuh, disamping Bayu"


Setelah dia berbicara seperti itu pun, seluruh laki-laki di kelas kami langsung menghadap kepadaku, yang tentu saja membuatku sangat canggung.


"Bayu, lo sendiri, kan?" Tanya orang yang baru saja menunjukku.


"Eee... Iya, sendiri" jawabku canggung.


Orang itu pun langsung menghadap ke Claudia lagi, dan dia kembali menawarkan solusi.


"Noh, paling disebelah Bayu, dia doang yang duduk sendiri" jelasnya.


Mendengar penjelasan itupun, layaknya kaum Adam yang 'haus' akan wanita, para lelaki yang duduk bersebelahan pun langsung menyuruh teman sebangkunya untuk pindah kesampingku supaya mereka bisa duduk disamping Claudia.


"Udah, lu pindah sana ke sebelah Bayu"


"Nggak, nggak, lu aja sana udah"


Hal sekecil inipun membuat suasana menjadi ramai, dan hal ini membuat sekelas tertawa karena hal sekonyol ini. Akhirnya pun, setelah puas tertawa, Claudia kembali membuka mulutnya.


"Umm... Yaudah deh, gue duduk disana aja" ucap Claudia yang membuat kecewa banyak kaum lelaki di kelas kami, namun menghentikan kegaduhan yang terjadi.


Claudia pun langsung berjalan menghampiri mejaku, dan selagi dia berjalan, tak jarang kudengar banyak yang menyahuti dan meledekku yang entah kenapa menunjukkan keirian mereka, yang juga sebenarnya tidak kuinginkan. Sudah cukup aku diledeki karena sekelas dengannya, dan kini kami duduk bersebelahan, aku sudah tidak bisa membayangkan betapa banyak ledekan yang akan kudapat karena kini "dream couple" di SMA kami akan menjadi teman sebangku.


Hal ini pun terbukti, karena sesaat setelah Claudia menduduki kursi kosong disampingku, sahutan itu terdengar makin keras.


"Cieeee, cieeee"


Tentu saja aku merasa sangat canggung mendengarnya, dan Claudia pun merasakan hal yang sama melihat dari reaksinya yang seperti salting tak tahu harus menjawab apa. Namun, layaknya teman sebangku, aku harus mulai untuk menjadi lebih friendly dengannya.


"Pasti bakalan kenyang kita dengerin ledekan-ledekan kaya gini selama setahun kedepan" ucapku ke Claudia yang membuat dia tertawa.


"Hahahahahaha, yaudah lah, they'll get used to it as time goes by," tawa Claudia membalas ucapanku.


Claudia pun langsung membuka jaket rajut yang dia gunakan sedari tadi dan memperlihatkan kulit lengannya yang mulus tanpa cacat, dan setelah itu Claudia membereskan barang-barang yang dia bawa ke sekolah.


"Ohiya, by the way," lanjut Claudia setelah dia selesai merapihkan barang-barangnya, dan lagi-lagi, dia menjulurkan tangannya kepadaku.


"Hi, chairmate" ucap Claudia begitu manis yang tak kusangka membuatku tersenyum.


"Hi" jawabku.


Akupun langsung mengangkat tanganku juga, dan aku langsung menyalami tangan Claudia yang berada diatas meja, menandakan kesepakatan kami untuk menghabiskan tahun terakhir kami sebagai teman sebangku.


-To be Continued-







:INDEX:
CHAPTER I. MATES?

- Prologue: Back Where It All Began (page 1)
- Part 1.2: Keane and Scholes (page 7)
- Part 1.3: Classic (page 17)
- Part 1.4: Apologies and an Admirer (page 27)
- Part 1.5: Kicking Off (page 38)
- Part 1.6: Sickness (page 50)
- Part 1.7: Pour the Gasoline on the Bonfire (page 55)
- Part 1.8: War. (page 66)
- Part 1.9: It All Falls Down (page 70)
- Part 1.10: Mercenaries (page 76)
- Part 1.11: The Truth (page 83)
- Part 1.12: The Fall of the Two Towers (page 87)

CHAPTER II. BUTTERFLIES AND HURRICANES
- Part 2.1: First Time? (Page 93)
- Part 2.2: Anticlimatic (soon)
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd