Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Work is work, sex is sex [Tamat]

Saya ingin meng-explore cerita tentang rekan-rekan kerja Ted dan Nita, apakah tertarik?

  • Ya

  • Tidak


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Mohon maaf sebelumnya suhu sekalian,
Saat ini ane lagi liburan Natal dan Tahun Baru...
Chapter selanjutnya sebenarnya sudah selesai, tapi dikarenakan ane sedang liburan jadi tertunda uploadnya...
:angel:
 
Mohon maaf sebelumnya suhu sekalian,
Saat ini ane lagi liburan Natal dan Tahun Baru...
Chapter selanjutnya sebenarnya sudah selesai, tapi dikarenakan ane sedang liburan jadi tertunda uploadnya...
:angel:
iya bang, selamat liburan ya, jgn lupa kado tahun baru nya apdetan yg byk :D
 
Chapter XXVI

Loving Heart


Mata ku terbuka, seluruh tubuhku tidak bisa ku gerakkan, bernafaspun dadaku masih sakit, wajahku terasa terasa panas, tapi juga dingin. Wajahku sedang di kompres, dengan sesuatu. Aku melayangkan pandanganku, aku di sebuah ruangan yang luas. Aku baru saja di hajar oleh Jie jieku, aku bahkan tidak mampu mendaratkan satu pukulanpun padanya.

Inggrid sedang memangku kepalaku di pahanya dan mengompres wajahku, tunggu dulu, mengapa Inggrid ada di sini! Aku membuka bibirku tapi tidak ada kata-kata yang sanggup aku ucapkan, nafasku masih belum pulih.

“Koh jangan banyak gerak dulu”, kata Inggrid sambil tersenyum, dia membelai rambutku dengan tangan kirinya, sambil tetap mengopres wajahku yang pastinya sudah bengkak karena di hajar tadi.

“You awake?”, terdengar suara Jie Crystal, aku berusaha menoleh padanya, tapi bagian kiriku masih sakit dan tidak bisa menoleh, untung saja leherku tidak patah, karena tendangannya.

“Kamu sekarang lemah!” katanya datar, tapi sepertinya dia sudah siap bicara, berbeda dari sebelumnya yang di penuhi kemarahan, mungkin karena ada Inggrid di sini. Semua ini karena Inggrid juga aku harus terbaring di sini, karena aku menyentuhnya, aku harus berhadapan dengan iblis pelindungnya.

Tiba-tiba wajah Jie Crystal muncul di hadapanku yang sedang menatap langit-langit ruangan membuatku terkejut, lalu dia memegangi dagu ku dan memuar wajahku ke kiri dan ke kanan, membuatku meringis.

“Ini tidak akan membekas, tidak akan merusak wajah tampanmu”, lalu dia berjalan pergi meninggalkan kami, terdengar bunyi pintu tertutup, dan terlihat Inggrid sedikit membungkuk, sepertinya Jie Crystal meninggalkan ruangan itu.

“Kalau saja aku datang lebih awal, mungkin tidak akan seperti ini”, terdengar suara Inggrid lirih, dan terasa sesuatu menetes di wajahku. Inggrid meneskan air matanya.

“Aku harusnya tahu bahwa pesan itu dari Jie Crys”, sambil menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca, dia membelai rambutku. Aku berusaha tersenyum, tapi sepertinya otot wajahku tidak mampu bergerak terutama wajah kiriku, rasanya mati rasa, jadinya hanya pipi kananku saja yang terangkat. Sepertinya itu menimbulkan ekspresi yang aneh membuat Inggrid tersenym kecil.

“Jangan di paksa ko”, lalu Dia membungkukkan badannya dan mencium keningku, sesaat rasa sakit itu menghilang, tapi kembali lagi selepas bibir Inggrid lepas dari keningku.

“Why always like this, you always got beaten because of me” (mengapa selalu seperti ini, kamu selalu babak belur karena aku), sambil Inggrid menengadahkan wajahnya, dan sepertinya berusaha menahan tangisannya. Aku berhasil mengangkat lengan kananku, aku meraih lengan Inggrid, dan mengelusnya berusaha memberikan rasa lega padanya. Lalu Inggrid tersenyum padaku, sepertinya berhasil, dia merasa sedikit lebih lega.

“Istirahat lah ko”, katanya dengan senyuman di wajahnya, dia terlihat cantik.

***

Aku terbangun, sepertinya sudah pagi, aku berada di sebuah kamar yang luas, aku sudah bisa menggerakkan tubuhku, walau masih terasa linu di dadaku, dan wajah dan telinga kiriku maish terasa sakit, Aku melihat sekitar, sepertinya ini kamar hotel.

Cukup luas, Junior Suit sepertinya, aku terbaring di sebuah ranjang King Size dan jendela yang besar di sebalah kananku. Aku berusaha untuk duduk, dan menurunkan kakiku, dan berjalan berusaha melihat sekitar.

Aku berjalan ke arah toilet, sebuah cermin besar membentang dan sebuah wastafel marmer besar di depannya. Aku berdiri di depan cermin itu, aku melihat wajahku, pasti kemarin lebih parah pikirku. Sebuah garis merah kebiruan di pipi kiriku, sepertinya bekas tendangan. Pelipis kiriku juga berdarah, pasti karena sikut Jie Crys, dan luka di bibir atasku, tentunya karena beberapa kali backhand yang masuk ke wajahku.

Aku membasuh wajahku dengan air dingin, berusaha menghilangkan rasa linu di wajahku ini, beberapa kali hingga terasa lebih segar.

“Kamu sudah bangun”, suara itu mengejutkanku, Jie Crystal sudah berdiri di pintu kamar mandi dengan bersandarkan kusen pintu dan sambil menyilangkan tangannya. Terlihat dia sudah rapi dengan kemeja putih dan blus hitam di luarnya.

“You been slacking from your training” (kau sudah bermalas-malasan dalam latihan) , katanya dengan nada yang santai padaku, aku tidak mengendorkan latihanku, dia saja yang mungkin meningkatkan latihannya.

“I’m not, I keep training all these years” (Tidak, aku terus latihan selama ini) , aku menatapnya melalui cermin di hadapanku tanpa harus membalikkan tubuhku.

“Then you just train with kindergarten kids” (kamu hanya berlatih bersama anak-anak taman bermain), jawabnya membuatku tidak berdaya, mungkin benar latihanku telah kendur. Dulu setiap latih tarung dengan Jie Crystal aku tidak pernah kalah sampai separah ini. Kali ini benar-benar parah.

“Get dress, We need to talk, I will wait”, lalu Jie Crys meninggalkanku dan berlalu.

Rupanya dia telah meletakkan pakaian di ranjang, dan menungguku di depan, kamar hotel ini memiliki ruang tamunya sendiri, yang terpisah dari kamar tidur, dan Jie Crystal sudah duduk menunggu di sana. Dia telah menyediakan ku kemeja putih dan celana kain hitam, dan sebuah sepatu pantofel. Setelah selesai, walau dengan susah payah dengan badan yang masih linu.

Aku duduk di hadapan Jie Crystal, dan dia mulai menatapku, aku bersandar pada sofa ruangan itu, masih menahan rasa sakit di dadaku.

“I will tell you the three reason why I beat your shit ass!”, sambil dia mengacungkan tiga jarinya.

“Pertama, Aku sudah melindungi Inggrid sejak hari persidangan itu berakhir, hingga hari ini, sedikit saja aku lengah, lelaki cabul sepertimu berani menyentuhnya!”, sambil menunjukku dengan jari telunjukknya.

“Kedua, kamu kembali dalam hidup Inggrid, kamu tahu kamu akan menyebabkan dia ter-ekspose kembali! Dan usaha kita selama 9 tahun akan sia-sia”, sambil JIe Crystal sekarang bersandar di sofa, dan menyilangkan kakinya yang terbungkus celana panjangnya.

“Ketiga, karena kamu menolak penawaran ayah saat perayaan tahun baru kemarin!”, iya penawaran Ayah, Ayah sebentar lagi ingin pensiun, dan ingin menyerahkan perusahaan ini sepenuhnya kepada Jie Crystal, Ko Alex, dan Aku, dengan penawaran terakhir, sebagai Direktur Hukum dan Hubungan Umum, tapi aku tetap menolaknya.

“Ingatlah selalu Ted, setiap perbuatanmu pasti ada konsekuensinya, jika Inggrid ter-ekspose itu akan membahayakan nyawanya dan keluarganya, kerja keras keluarganya selama ini, perjuangan ayah dan ibunya akan sia-sia, karena Kamu kembali kedalam kehidupan mereka”, Jie Crystal benar, walau penjahat yang dulu kami hadapi sekarang sudah berada di balik jeruji, tapi bukan tidak mungkin antek-anteknya masih berkeliaran di luar.

“Aku akan melindunginya”, aku akan melindungi Inggrid bagaimana pun itu, aku pasti akan melakukannya.

“Lihatlah dirimu, kamu baru saja di hajar oleh seorang wanita… Di luar sana masih banyak yang lebih tangguh dari kita Ted…” Jie Crystal menatapku dengan serius dan mata nya yang tajam.

“Orang mungkin tidak akan berani menyentuhmu karena kau adalah seorang Tjahjadi, tapi bagaimana dengan Inggrid, dia orang biasa Ted! Berapa lama kamu bisa melindunginya dengan kondisimu yang sekarang!”, dunia kami mungkin dunia bisnis, tapi bisnis di negara ini keras, semuanya di halalkan, semua cara di lakukan, termasuk kekerasan dan intimidasi, hal yang tidak bisa kupungkiri.

“Terima tawaran itu, maka semua orang-orang terbaik perusahaan kita ada di bawah komandomu”, penawaran itu lagi, walau itu dulu adalah cita-cita kami saat masih kanak-kanak, bahwa kami bertiga akan meneruskan usaha ayah, meneruskan perusahaan ini, tapi aku memilih jalan yang lain.

Aku tidak menjawab Jie Crystal, aku tidak mampu berkata-kata di hadapannya.

“Aku bukan Ayah, dan Koko Alex mu, aku akan memaksamu pulang, dengan cara yang baik ataupun tidak”, jawabnya sambil menatapku tajam, apa yang harus kuperbuat. Jie Crystal adalah orang yang memegang kata-katanya, dan perkataanya ini bukan sekedar gertakan, dan pasti akan dia lakukan.

“If You can put your life in line for Inggrid, it’s enough proof for me that you can protect her!”

(jika kamu bisa mempertaruhkan nyawamu untuk Inggrid, itu sudah bukti yang cukup kamu bisa melindunginya), jawabnya sambil berdiri dari sofa itu, dan berjalan menuju pintu keluar.

“Ted remember, We Tjahjadi born as fighter, it’s our haritage” (Ingat Ted, Kita Tjahjadi lahir sebagai petarung, itu warisan kita), lalu dia pergi meninggalkanku dalam ruangan, dengan harga diriku sebagai petarung yang porak poranda dan dengan ancamannya.

Jie Crystal selalu mengajari kami dengan cara yang keras dan cara yang terpahit untuk merasakan kehidupan, agar kami selalu siap, karena itulah juga ajaran dari orang tua kami. A good kick in the head, membuatku teringat jalan keluarga kami, cara didik keluarga kami. Jalan yang keras dan rapuh, kami harus selalu siap setiap saat.

In the world of martialarts, speed defines the winner. (dalam dunia persilatan, kecepatan yang menentukan pemenangnya). Itulah kunci kemenangan Jie Crystal, kecepatannya memang tiada duanya saat ini. Jie Crystal mungkin tidak pernah meninggalkan latihannya selama ini, dan memang sangat berbeda latihan di dojo dan di tempat kami, yang berlatih bersama kami adalah mereka yang besar dan tumbuh di jalan, bertarung dengan keinginan untuk membunuh, bukan untuk terlihat bagus.

Bukan hanya kekuatan yang menentukan kemenangan seseorang dalam pertarungan, seperti pertarungan ku dengan Jie Crys, kecepatan, latihan kerasnya dan pengalaman, ya pengalaman walau hanya lebih segelas saja pengalaman, bisa menentukan akhir dari suatu pertarungan.

Aku baru memperhatikan jam, sekarang sudah pukul 1100, aku tidak masuk kantor, aku lalu mencari handphone ku, dan akhirnya ku temukan beserta sebuah note.

“Aku ke kantor dulu, biar tidak ada yang curiga kenapa kita tidak masuk bersamaan, aku sudah meminta bang Andre mengantarkan surat sakit atas namamu” Ling.

Sebuah catatan dengan tulisan tangan dari Inggrid, rupanya dia sudah memikirkannya. Aku melihat handphoneku ada beberapa kali panggilan dari Nita ke handphoneku, pasti tadi dia ke apartement untuk menemuiku, dan tidak menemukanku.

Apa yang harus ku katakan pada Nita, aku belum tahu isi surat sakitku, sepertinya yang harus ku hubungi lebih dulu adalah Bang Andre. Kemudian aku mencoba menghubungi nomornnya tapi beberapa kali aku coba tidak di angkat olehnya, mungkin dia sedang di jalan atau sedang sibuk.

Aku kemudian mencoba menghubungi Inggrid melalui chat, menanyakan apa isi surat sakit ku, tapi tidak juga di balas. Akhirnya aku memilih untuk kembali ke apartementku saja dan beristirahat di sana. Tapi sebuah chat masuk, dari Jie Crystal.

Crystal : Ada kunci mobil di meja, sebentar sore aku ingin kamu menjemput Inggrid dan menemuiku di restoran kemarin, dress properly.

Aku lalu memperhatikan meja, ruang tamu ternyata memang ada sebuah kunci di sana, kunci mobil sedan mewah, aku sudah lama tidak mengendarai mobil seperti ini, sepertinya akan ku pinjam dulu untuk ku gunakan pulang.

***

Pukul 1320

“TING TONG”, bel apartementku berbunyi, aku duduk sambil masing sambil mengopres wajah dan tubuhku agar tidak bengkak, aku harus begerak menuju ke arah pintu ku. Tapi ternyata kunci pintu apartementku baru saja di buka, pin yang di makasukkan benar.

“You should change your PIN”, suara itu familiar di telingaku, seorang pria tegak tinggi berdiri di depan pintuku, dengan rambut klimis wajah tirus, dia Ko Alex.


Dad-Crush-Monday-Wallace-Huo-02.jpg


Dia menggunakan jaket hoodi berwarna biru gelap dengan dalaman berwarna putih, dan jins hitam dan sepatu kets. Dia datang menemuiku, sepertinya beritaku di hajar oleh Jie Crystal sudah sampai ketelinganya. Dia lalu melangkah masuk dengan santai ke apartementku, karena dia juga sudah beberapakali kemari, untuk perjalanan “dinasnya”.

Dia akan selalu berpenampilan casual jika tidak sedang ada urusan pekerjaan, dia melepaskan sepatunya dan berjalan masuk keruang tamu.

“Mungkin aku terlalu lunak padamu, kurang menyuruhmu latihan dan mengawasimu”, sambil menghela nafas panjang dan merebahkan dirinya di sofa, Akupun duduk di sampingnya, sepertinya dia juga akan mulai menasehatiku.

“Ai Xin, (nama Mandarin Kakak Perempuanku) tidak bermaksud mencederaimu, dia tahu kemampuanmu, baru di hajar seperti itu tidak akan membuatmu mati, ya kan?”, sambil menatapku dengan ringan, dia selalu seperti ini, ringan dalam pembawaannya, dan selalu tenang.

“Dia juga tidak perlu menghajarku sampai seperti itu kan ko”, sambil aku bersandar di sofa, dan aku menatapnya, dan dia tetap saja masih begitu santai, dan tenang.

“Atau mungkin aku dan jie jie mu berharap terlalu banyak dari mu? Bahakn dengan kemampuan Ai Xin saat ini kau tidak bisa menghadapinya?”, jawabnya menatapku sambil menaikkan alisnya dan menyunggingkan sebelah bibirnya.

“Mungkin aku tidak berlatih dengan baik belakangan ini”, sambil memalingkan wajahku darinya, aku merasa bersalah padanya. Ko Alex yang selalu menjagaku selama ini, jika ayah memarahi ku, dia yang selalu berdiri untukku, jika Jie Crystal menghajarku dia yang selalu berdiri didepanku untuk melindungiku, dia selalu ada untukku.

“Mungkin benar aku terlalu melindungimu, sehingga kamu tidak bisa berkembang Xing (Nama mandarin ku), mungkin sudah waktunya kamu kembali”, dia lalu berdiri sambil berjalan menuju ke arah balkon apartementku, dan membuka pintunya.

“Xing, kamu bisa berkembang jauh lebih pesat jika kembali, kamu juga bisa belajar mengelola bisnis kita, dan ayah pun akan sangat senang jika kamu bisa mengambil alih sebagian bisnis ini”, sambil Ko Alex menyandarkan tubuhnya ke balkon dan menghadap kepadaku, baru kali ini dia memintaku untuk kembali, selama ini ko Alex lah yang mendukungku mengejar cita-citaku, dan tetap merantau tanpa harus memusingkan urusan keluarga kami, tapi hari ini, dia juga memintaku untuk kembali.

“Tapi, aku tidak bisa kembali sekarang, aku…”, sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

“Tidak bisa atau tidak mau?”, ko Alex memotongku, dia menatapku tajam dan menghela nafasnya.

“Ayah sudah tua, tidak lama lagi dia akan pensiun, dia ingin kita bertiga-bersama-sama mengurus perusahaan ini”, dia berjalan masuk dari balkon dan kembali duduk di sofa dan merangkulku.

“Xing, aku juga ingin melihatmu meraih cita-citamu, tapi aku juga tidak bisa melihat Ayah terus mengkawatirkanmu, pertimbangkanlah lagi”, lalu dia berdiri dan berjalan menuju pintu, sepertinya dia sudah akan meninggalkanku lagi.

“Aku akan ada sebentar malam bersama Ai Xin, aku harap kamu bisa memberikanku suatu jawaban sebentar malam”, sambil dia mulai mengenakkan sepatunya.

“Kamu sudah mau pergi?”, aku menghampirinya dan berdiri di belakangnya.

“Ada yang harus ku bereskan, see you tonight”, sambil ko Alex berdiri dan bersiap meninggalkan ku di apartement.

“Jangan lupa ya jemput Inggrid”, sambil berlalu dan mengayunkan tangannya dan menutup pintu apartementku.

***

Pukul 1520

Aku berhasil menghubungi Bang Andre, rupanya tadi dia sibuk karena mengurus penjemputan Ko Alex dan hal lain yang ingin dilakukan Ko Alex di sini, selain menjengukku sepertinya dia harus mengecek beberapa lokasi usaha kami di kota ini.

Surat sakit yang di masukkan adalah kecelakaan lalulintas, dan harus di rujuk istirahat di rumah sakit untuk beberpa hari di Rumah sakit XXX. Dengan begitu aku sudah bisa menghubungi Nita, dan memintanya tidak usah kawatir padaku.

Sebelumnya sebaiknya aku menghubungi Inggrid, dia telah menjagaku semalaman, dan dia masih harus masuk kantor lagi agar tidak ada yang curiga pada kami.

Tedy: “Terima kasih sudah menjagaku semalam, kamu pasti lelah”

Inggrid: “Ling senang bisa menjaga ko Tedy, bagamana keadaanmu?”

Tedy: “Much Better, sebentar sore aku akan menjemputmu dengan mobil Jie Crys”

Inggrid: “Oke, tidak perlu turun dari mobil tentunya, nanti Inggrid yang samperin mobilnya, kacanya gelapkan?”

Tedy: “Seperti mobil pembunuh bayaran, tidak akan terlihat dari luar, nanti aku chat plat nomornya”

Setelah menunggu agak lama Inggrid tidka membalasku, dan akupun mengirimkan chat pada Nita.

Tedy : “Nita, aku baik-baik saja, tidak perlu kawatir, aku hanya perlu istirahat, aku sudah bisa pulang kok”

Setelah beberapa saat Nita menelfonku.

“Ted, bagaimana keadaanmu? Aku kawatir saat pagi tadi ke apartement mu dan kau tidak ada, dan aku juga tidak bisa menghubungimu, ternyata kamu kecelakaan, gimana kondisimu sekarang?”, Nita bertanya dalam panik dan tidak beraturan, dia benar-benar kawatir dan panik.

“tidak apa apa, sekarang sudah baikan, hanya wajahku saja yang memar, dan sedikit benturan di dada, yang lainnya baik-baik saja…tidak perlu kawatir sayang”, jawabku berusaha seringan mungkin agar dia tidak kawatir.

“Baguslah kalau begitu, aku jemput di rumah sakit ya sebentar, aku yang antar pulang”, sepertinya Nita sudah melai tersenyum mendengarkan kabarku yang sudah membaik.

“tidak usah sayang aku sudah siap kabur dari sini sekarang, tidak mau berlama-lama lagi disini”, aku berkelik agar Nita tidak usah menjemputku, tapi pasti Nita ingin menjengukku dirumah sebentar, aku harus segera memutar otak agar Nita tidak kemari.

“Kalau begitu sehabis kerja aku akan ke apartementmu, mau nitip apa biar sekalian aku bawakan?”, sudah ku duga dia akan singgah kemari.

“Nanti aja, aku mau ke tukang urut yang biasa urut kalau karatedo ku cedera, belum tahu baliknya jam berapa, kalau ngak ada antrian pasti cepat, kalau banyak ya lama”, kataku berusaha mencegahnya datang kemari.

“ooo”, jawab Nita sepertinya agak kecewa, tapi mau gimana lagi, agar dia tidak kemari.

“Aku kabarin deh kalau sudah balik ke apartement”, sambil berusaha membuat suaraku terdengar ceria, agar Nita tidak sedih.

“Iya deh Ted, jaga diri ya, kamu kesana naik apa?”, melanjutkan percakapan kami.

“Naik taxi saja, atau mungkin ojek, gampangkok, nanti liat apa yang ada saja di depan”, sambil mengobrol lagi. Kami masih melanjutkan percakapan kami, Nita menanyakan kronologis kecelakaannya, aku terpaksa mengarang bebas membuat kronologi kecelakaan semalam, dan lain-lain hingga ke rumah sakit dan lainnya, hidup yang penuh kebohongan,

Akhirnya tidak lamapun kami mengakhiri percakapan kami, karena Nita masih banyak kerjaan, dan kerjaanku beralih ke anggota tim yang lain dan mereka harus menyelesaikannya tentunya.

***

Pukul 1700

Aku sudah berada di depan Bank, menunggu Inggrid untuk pulang dan tentunya mengantarnya pulang terlebih dulu untuk bersiap bertemu dengan Ji Crys. Aku sudah mengirimkan plata nomor mobil ini kepadanya sebelumnya tentunya. Mobil sedan ini memiliki kaca yang cukup gelap, dengan kertas film yang sejenis mirror sehingga orang yang lalu lalang tidak akan bisa melihat ke dalam mobil ini, tetapi dari dalam mobil bisa melihat semuanya dengan jelas.

Rasanya sudah lama sekali sejak aku berkendara dengan mobil seperti ini, grip stir yang mantab dan tidak slip, rasanya jok yang nyaman, tidak panas, dan pas disandari, akselerasi mesin yang halus dan pengereman yang tidak menghentak, dan peralihan persenelan yang halus, rasanya nyaman membawa mobil sekelas ini benar-benar terasa sangat nyaman, perasaan ini menggodaku untuk memenuhi tawaran keluargaku untuk kembali.

Kurang lebih 15 menit aku menunggu, ada pesan dari Inggrid yang masuk.

Inggrid: “sudah kelar, otw lobby”

Akupun menjalankan mobil ini menuju bank dan berhenti di lobby, dan saat bersamaanpun Inggrid sudah turun dan langsung naik ke dalam mobil, dan kuperhatikan sekitar, sepertinya tidak ada yang memperhatikan kecuali security yang sepertinya berusaha menerawang menembus kacamobil ini, dan tentu saja tidak mungkin.

Duduk dengan tergesa dan langsung menutup pintu mobil, Inggrid langsung melempar tasnya ke kursi belakang dan mengenakkan sabuk pengaman. Inggrid menatapku dengan senyum, dan aku pun senyum padanya, kali ini pipiku sudah bisa mengembang dengan baik, rasanya sudah tidak linu lagi.

Akupun memacu mobil menuju ke rumah Inggrid, rasanya memang sangat berbeda berkendara dengan mobil seperti ini, tidak ada kendaraan yang benar-benar berani menempel pada mobil ini, mungkin mereka takut juga menyenggol mobil seperti ini, saat berhenti di perempatan jalan pun banyak mata yang melirik. Rasanya berbeda berkendara dengan mobil biasanya.

“ko, thank you…”, tiba-tiba Inggrid mengecapkan terima kasih, untuk apa? Untuk menjemputnya?

“Untuk apa? Untuk menjemputmu, ini mah biasa saja”, jawabku dengan cepat sambil memperhatikan jalan.

“Bukan, karena sudah menghubungiku terlebih dulu sebelum Nita”, jawabnya sambil tersenyum dan memegang tanganku yang kuletakkan di atas persenelan. Iya aku memang menghubungi Inggrid terlebih dulu dari pada Nita.

“You know, tadi pagi, saat Nita mendengar kabar kalau Ko Teddy Kecelakaan, dia langsung pucat, panik dan kalang kabut loh… dia ingin langsung menuju rumah sakitmu, tapi Pak Stanly melarangnya, dan menangkan dia…”, kata Inggrid sambil matanya menerawang kedepan melihat ke arah jalanan.

“Pak Stanly bilang, Teddy itu kuat kok, di surat dokternya juga bilang hanya lecet, tapi perlu istirahat dan pemeriksaan lebih lanjut, dia pasti tidak apa-apa… Toh masih bisa minta dibuatkan surat dokter kan…”, sambil melirik kepadaku sambil sedikit tersenyum.

“Ling melihat Nita begitu kawatir padamu ko, aku Cemburu…” sambung Inggrid melihatku, kali ini mata kami bertemu, mobil sedang berhenti karena lampu jalan yang menunjukkan warna merah.

“Aku melihat dia begitu mencintaimu, begitu kehilangan arah tanpamu, Aku tidak tahu apakah aku mencintaimu sebesar dia mencintaimu…”, lalu kami terdiam hanya suara radio yang sedang bergema dalam kabin mobil yang terdengar, tapi seolah aku bisa mendengarkan detak jantungku sendiri dan begitu pun detak jantung Inggrid bisa kurasakan melalui tangannya, nafas Inggrid terasa berat, menahan sesak di dadanya, akupun demikian, terasa sesak dada ini, terasa berat sesuatu yang menyiksa bukan dari fisiku, sesuatu yang ada dalam hatiku, rasa perih, rasa sesak ini.

“Akupun tidak tahu seberapa besar cintaku padamu dan pada Nita, aku hanya lelaki berengsek yang berada di antara dua hati…”, kalimat itu terucap dari mulutku tanpa terpikir lagi, hanya keluar begitu saja.

“Tapi percayalah hati ini tetap mencintai walau tidak terbalas”, Inggrid memegangi dadanya dan tersenyum namun matanya berkaca-kaca, aku tidak tahu mesti berkat apa, aku terdiam.

***

bersambung Chapter XVII
 
Terakhir diubah:
Pasti sedih banget si inggrid...
Trus bagaimana nanti jika Nita mengetahui kl Tedy Ada hub special dgn inggird...??
Ditunggu kelanjutannya suhuuu

Thanks atas updatenya
 
Akhirnya terjawab bukan cici ny yg kuat tapi tedy yg melemah, terlalu main di zona aman dan tidak mau naik kelas. Padahal di kehidupan yg keras ini harus selalu meningkatkan kemampuan baik otak maupun otot, jangan merasa puas atau cukup kalau tidak mau terlindas zaman..
 
Terimakasih banyak suhu sudah update..

Penasaran kedepan Tedy jadi seorang yg seperti apa
 
Mantap apdet an nya suhu

antara nita yg tulus mencintai apa ada nya

dan Ling yg sudah jatuh cinta sejak kecil berdasar rasa hutang budi atas pengorbanan ted

Siapakah antara kedua duren yg sdh dibelah ted yg akan terpilih?

ga sabar lanjutannya

moga trus diapdet ampe tamat y suhu

crita yg mantap tap tap
 
Wow keren updetannya.... terjebak diantara 2 hati...
Ini bisa di artikan terjebak enak atau tidak enak ya... duh bingung nih suhu : D
 
Makasih suhu dalam libur pun masih menyempatkan buat apdet agar para pembaca ini terpuaskan, makin penasaran dengan ceritanya...
 
Bimabet
Baru selesai marathon, saya suka romance-nya, ringan, tidak berlebihan, pun dengan sedikit bumbu yang pas di sana sini, dan terima kasih atas update rutinnya (1-2 halaman sekali)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd