Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ya Dia Pacarku, Riska..

Chapter 4

Esok harinya aku jemput Riska di kampusnya, kebetulan hari ini jadwal kuliahku kosong karena dosen sedang ada tugas luar. Aku jemput dia untuk kemudian aku ajak dia makan sambil menceritakan tentang hal-hal konyol yang terjadi, setelah makan kami berdua sempatkan diri berjalan-jalan sebentar di sebuah mall di kawasan sekitar tempat kami makan, setelah lelah berjalan-jalan akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke kosku.

Setibanya di kosku, Riska langsung saja rebahan di kasurku sambil memainkan Hpnya. Melihat Riska yang tiduran dan aku teringat kejadian yang terjadi saat aku mengintip kemarin tentu saja aku langsung menjadi horni, langsung saja aku rebahkan diriku disampingnya.

"Sayang, kamu kok cantik sih hari ini?" rayuku sedikit menggombal,

"Makasih" jawab Riska sambil tersenyum yang sedetik kemudian diikuti dengan kecupan lembut darinya di bibirku, tapi setelah dia mengecup bibirku dia membalikkan tubuhnya dan memunggungiku sambil tetap matanya tidak terlepas dari gadgetnya.

"yaah, kok malah dipunggungin gitu sih?" protesku sambil sedikit pura-pura merajuk.

Riska kemudian menaruh Hpnya disamping bantal, kemudian dia kembali membalikkan badannya sehingga sekarang posisi kami saling berhadapan, kemudian sambil tersenyum dia menjewer telingaku.

"iih udah mau sarjana kok masih ngambekan sih, nanti kalo udah mulai bikin skripsi terus skripsinya dicoret sama pembimbing bakal ngambek juga? hahaha" ejek Riska sambil tertawa puas seperti melepas beban yang berat.

"Aduh, ini anak kecil berani ya jewer orang tua, aku hukum ni haha" balasku saat berhasil melepaskan jeweran tangannya yang langsung aku balas dengan cara menggelitiki dia.

"hahaha, ampun ampun orang tua" kata Riska yang masih terus tertawa sambil kakinya seperti menendang-nendang udara, ekspresi dia saat itu sungguh sangat menggemaskan.

"Udah diem dong ya, dasar anak kecil ini" kataku berpura-pura seperti seorang ayah yang memarahi anaknya, kemudian untuk mendiamkan tawa dia, langsung aku lumat bibir dia. Aku lumat terus bibir dia, aku emut bibir bagian bawahnya yang kemudian aku gigit pelan karena gemas.

Sambil menciumnya tanganku pun bergerak aktif membuka kancing bajunya, tapi dia sedikit menahan tanganku. Aku yang sudah sangat bernafsu tidak mempedulikan tangannya yang seakan menahanku, hingga akhirnya diapun menyerah dan membiarkan kancing bajunya kupreteli hingga semuanya terlepas, sambil aku ciumi leher dia tanganku pun sudah bergerilya mencari pengait BH dia, setelah kutemukan akupun melepas BH dia kemudian aku lanjutkan menciumi payudara sebelah kanannya sambil tangan kiriku menangkup payudara sebelah kirinya. Setelah puas menjilati payudara kanannya, akupun mulai menyerang payudara kirinya dengan mulut sambil tangan kiriku pelan-pelan turun untuk mengelus perutnya yang rata kemudian kembali turun untuk membantu tangan kananku melepas kaitan celananya.Aku terus memainkan payudaranya sambil memejamkan mataku dan membayangkan apa yang aku lihat kemarin di rumah andi. Riska terus mendesah sambil tangannya meremas-remas kepalaku dan mengarahkannya untuk turun ke selangkangannya karena celananya sudah berhasil aku lepaskan. Akupun menurutinya untuk menurunkan kepalaku ke selangkangannya, aku mulah menciumi pahanya, dari ciuman di paha kemudian berubah jadi jilaan, aku jilati pahanya kemudian dengan pasti aku mulai mengarahkan jilatanku ke paha dalamnya yang kemudian mengarah ke tujuan utamanya yaitu vaginanya, aku mulai jilati belahan vaginanya.

"hhhhhhssssttt ndiiiiihhh hhhhhmmmm" desah Riska lirih.

Walaupun sangat pelan dan diantara desahannya, tapi aku dapat mendengarnya dengan jelas kalau dia menyebut kata 'ndi', mendengar itu akupun sempat kaget dan menghentikan jilatanku.

Hatiku sangat sesak hampir saja air mataku menetes, bagaimana mungkin dia dengan teganya membayangkan orang lain saat dia sedang melakukan ritual cinta bersama pacarnya sendiri? Untuk menutupi kesedihanku akupun kembali menciumi vaginanya, tapi kali ini hanya mengecup-ngecupnya saja karena aku juga sedang berusaha menutupi kesedihanku agar tidak sampai terlihat ataupun terdengar.

Walaupun sedih tapi bayangan tentang kejadian semalam membuat nafsuku bangkit kembali, akupun mulai membuka celanaku dan celana dalamku, kulihat Riska memandangku tanpa ekspresi sambil kedua tangannya memeluk bantal. Penisku yang sudah sangat tegang kemudian aku gesek-gesekan di vaginanya.

"ssstt, geli sayang" kata Riska sambil menggigit bibir bawahnya dan menatapku, tapi tetap tanpa ekspresi.

"masukin aja sayang jangan dimainin terus" pinta dia sambil mulai menutup matanya.

Akupun langsung memasukan penisku ke vaginanya, tapi terasa sedikit berbeda, jika biasanya aku merasakan saat dimasukan penisku vaginanya terasa mencengkeram penisku tapi sekarang aku merasakan sepertinya itu tidak terjadi, walaupun aku tetap merasakan licinnya dinding vagina Riska pertanda dia juga terangsang.
Karena kejadian kemarin masih saja terngiang di otaku yang membuat gerakan pompaanku menjadi sangat tidak teratur dan liar. Kulihat Riska masih tetap memeluk bantalnya itu dan menekan-nekannya ke payudaranya, melihat itu akupun berinisiatif untuk membantu memanjakan payudaranya, maka segera aku tarik bantal tersebut, tapi Riska menahannya dengan kuat seperti tidak mau kehilangan kenikmatan dari apa yang dipeluk dan ditekan-tekannya, tapi karna memang gerakanku tidak teratur yangmalah mendekati liar dan beringas maka saat aku tarik kembali bantal itupun Riska tidak dapat menahannya.

Saat bantal itu terlepas, aku sempat kaget dan tertegun yang membuat pompaanku di vaginanya berhenti. Mataku menatap nanar pada sebuah titik, titik yang berada di bagian dalam belahan antara kedua payudaranya, aku yakin titik itu merupakan hasil bekas dari ciuman atau hisapan kuat. Tapi lagi-lagi aku mencoba menguasai keadaan, dengan pelan-pelan aku mulai kembali melanjutkan pompaanku.

"huh huh huh, sayang itu kok ada merah-merah di teteknya?" tanya yang sebisa mungkin terlihat tenang, konsentrasiku pada pertahanan penisku rupanya sedikit membantu untuk menyembunyikan keterkejutanku.

"ohhhh iniih yahh, aku abis digigit seemuthh saayang ohhh" Jawab Riska, dia yang tadi juga terkejut dan kelihatan khawatir, tapi begitu melihat ekspresiku yang tenang dia pun kembali tenang dan memejamkan matanya.

"hhhhhggg, dasar tetek kamu emang montok banget makanya semutpun iseng pake digigitin segala, kirain ada cowok lain yang gigit tetek kamu" kataku dengan berusaha tenang dan sedikit menyunggingkan senyum.

Riska yang tadi terpejam mendadak membuka matanya saat aku menyebut kata 'cowok lain', tapi melihat aku tersenyum dia menjadi tenang

"enggak sayang gak ada kok uhhmmmmm" jawabnya

Karena capek dengan posisi misionaris, aku minta dia untuk menungging, walaupun agak sedikit malas tapi akhirnya dia menurut juga, dia balikan tubuhnya kemudian menaikkan pantatnya dengan posisi kepala dia terbenam di bantal, melihat seksinya pantat dia akupun langsung memasukan penisku ke vaginanya kembali.
Dengan posisi doggy style dengan kepala dia tetap dibawah dan pantatnya dinaikkan, itu membuat vagina dia dan anus dia terekspose sempurna. Sambil menggenjotnya akupun memejamkan mata sambil membayangkan apa yang kulihat semalam, bosan juga cuma membayangkan sementara obyek yang aku bayangkan ada didepan mata, akupun mulai membuka mata dan mulai memperhatikan pantatnya yang seksi, aku lihat vagina dia yang merekah karena sedang 'memakan' penisku, kemudian aku alihkan perhatianku ke anusnya, telihat sebuah perbedaan di anusnya yaitu sekarang anusnya tidak terlihat sempit lagi seperti dulu, tapi sekarang lubang anusnya terlihat sedikit menganga, tapi tidak terlalu lebar. Pokoknya ada sesuatu yang beda dari bentuknya. Karena penasaran akupun membasahi jempol kiriku dengan ludahku, kemudian aku tempelkan jempol tersebut ke lubang anus tersebut dan mulai aku tekan sedikit demi sedikit.

"Jangan!!!" aku terkaget karena tiba-tiba Riska mendongak dan sedikit membentak kepadaku.

"Loh kenapa sayang?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi

"Jangan pokoknya jangan disitu, aku gamau!! Jangan ngerusak moodku dong" bentak Riska lagi

Aku yang kaget karena dibentaknya, tanpa bicara lagi akupun melanjutkan pompaanku karena memang sudah berada dipuncak hampir mencapai ejakulasi.

"aahhh sayang aku keluar" kataku sambil mencabut penisku dari vaginanya dan menyemprotkan spermaku ke bokong dia.

Riska yang mengetahui aku sudah klimaks, kemudian dia langsung berbaring tengkurap di kasur, biasanya dia tidak begitu, dia masih semangat memanjakan penisku saat aku sudah klimaks, bahkan tak jarang karena kelihaian blowjob dia aku yang sudah ejakulasipun akan kembali horni dan tak jarang akhirnya berlanjut ke ronde berikutnya.

Akupun kemudian merebahkan diri di samping dia.

"Sayang maaf ya, tadi udah bikin kamu marah" kataku meminta maaf.

"iya gapapa sayang, jangan diulangi ya, aku gak suka main belakang soalnya kayaknya sakit" jawabnya sambil membalas senyumanku.

Aku hanya bisa tersenyum, senyum yang penuh arti mendengar jawabannya itu karena aku melihat sendiri apa yang sudah andi dan rudi lakukan kepadanya.

"Yaudah, sebagai permintaan maafku, aku ajak sayang berlibur deh hari minggu nanti" tawarku pada Riska.

"emang mau liburan kemana kita?" tanya Riska girang mendengar tawaranku.

"Kemana aja deh yang kamu mau, asal jangan ke supermarket atau mall, ribet bawain belanjaannya tar, bukan refreshing malah jadi kerja rodi haha" kataku yang diiringi tawa.

"oh jadi gitu ya anggap pacar sendiri sebagai beban haha" tawa Riska sambil memukulkan bantalnya ke kepalaku.



Bersambung....:​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd