Bagian 2 - Ayu Bertemu Teman Cewek Sekelas SMA-nya
Diantara mereka bertiga, Dharma, Nurita dan Ayu telah terjadi kesepakatan. 'Perang mulut' yang ditakuti Nurita tidak pernah terjadi. Dharma setuju saja apa yang diutarakan Nurita.
Cuma Dharma mengusulkan, kenapa mereka bertiga tidak tinggal saja didalam satu rumah, dimana listrik yang didapat dari 'hembusan angin'... tidak pernah habis-habisnya. Tidak ada penghematan pemakaian listrik dirumah Dharma. Sedangkan rumah Nurita, bisa dipakai untuk tempat bekerja Nurita yang bidan resmi dengan asistennya adalah Ayu sendiri. Dharma akan membuat satu kamar pribadi yang besar, lengkap dengan kamar mandi closet didalam kamar tidur yang nanti ditempatkan oleh Nurita seorang. Begitu juga untuk Ayu akan dibuatkan kamar dengan fasilitas sama, cuma ukurannya lebih kecil sedikit. Soal bahan-bahan bangunan, tidak perlu dirisaukan amat, Dharma mempunyai usaha lumayan cukup banyak setelah 'dipaksa mengajukan pensiun dini' oleh atasannya yang korup itu.
Produksi pembakaran batu-bata merah milik Dharma paling tidak minimal 20 truk dalam sebulan, begitu juga pembakaran genteng-kodok yang hampir sama hasil produksinya. Lokasi 2 tempat pembakaran itu, berada di area pinggir desa sebelah barat. Sedangkan di area pinggiran desa di sebelah utara, perbukitan dan ada sungai yang melintas didekatnya, sedang dirintis penambangan batu perhiasan yang sangat mudah untuk dipasarkan, diantaranya: kalimaya, chrysocolla dan beberapa jenis chalcedony (batu-batu akik dalam rumpun besar) dan agate (batu-batu akik dalam rumpun kecil), tapi penambangan ini masih sangat dijaga kerahasiaannya... dikhawatirkan apabila hal ini 'bocor' akan banyak penambang liar yang berdatangan seenak hatinya dan... malahan akan merusak lingkungan disekitar pinggiran utara desa.
Begitu dua kamar itu selesai dibangun, Nurita dan Ayu akan tinggal serumah dengan Dharma, dan rumah pribadi Nurita akan beralih fungsi menjadi kantor dan klinik ala kadarnya untuk Nurita melakukan kegiatan profesional-nya yang dibantu Ayu, sebagai asisten-nya.
***
Desa dimana Dharma berdomisili, disebut kecil karena memandang jumlah jiwa penduduknya yang 2000 jiwa (apalagi kalau dibandingkan ibukota yang penduduknya lebih dari 15 juta jiwa pada siang pada hari kerja dan berkurang sedikit pada hari kerja menjelang malam hari).
Luas desa-nya sendiri sangat luas, jalan raya yang sudah di-aspal rata dan dengan hot-mixed adalah sebuah jalan yang lumayan besar dan lurus sepanjang 10 km, dipinggiran kiri dan kanan jalan itu terdapat rapi lokasi rumah-rumah warga penduduk yang permanen maupun semi-permanen yang luas pekarangan per satu rumah hunian-nya paling sedikit 1000 m persegi bahkan banyak yang lebih luas dari itu. Kelak bila saatnya tiba, desa ini berubah menjadi sebuah kota, minimal sebuah kota kecil dahulu, maka disekitar jalan raya tunggal ini, bakalan jadi pusat kegiatan dan perekonomian kota.
***
Ayu berjalan ke pasar desa yang berada kurang lebih pada pinggir jalan raya, kira-kira dipertengahan dari panjang jalan raya yang lurus itu. Pasar itu dadakan munculnya, yaitu dari pukul 7 pagi sampai pukul 11 menjelang siang... sudah menghilang lagi berikut dengan limbah-limbah sampahnya. Sore menjelang malam hari, banyak tenda-tenda makanan yang dipasang... menjelang tengah malam tenda-tenda berikut limbah-limbah sampahnya ikut menghilang kembali. Itulah kenapa desa ini disebut masih asri, karena banyak pepohonan serta keadaan jalan beraspal-nya rapi dan bersih.
Samar-samar ada seseorang wanita muda, memanggil-manggil namanya. "Ayu...! Hai... Ayu... mancung...!".
Terhenti seketika mendengar panggilan khas dirinya... pasti tidak salah lagi, pasti teman cewek sebangkunya, yaitu... Murniasih. 2 cewek dalam kelasnya yang oleh teman-temannya tidak bisa menilai mana yang lebih cantik dari yang lainnya. Pokoknya dua-duanya cantik dan... montoknya pun sama... habis perkara!
Ayu berbalik badan dan langsung berhadapan dengan sebangkunya di kelas 3 SMA, bersama seorang anak laki-laki yang menurut perkiraannya sekitar usia 14 tahunan.
Murniasih sembari memeluk dan mengecup kedua pipi Ayu sambil berbisik gembira, "Sudah lama ya... Ayu, kita tidak bertemu... sekali bertemu pas di pasar... hi-hi-hi...".
"Iya Asih... dengar kabar... kamu sudah menikah ya... Asih...? Pantesan makin cantik dan berisi... jadi tambah seksi aja kelihatannya, hi-hi-hi...!".
"Ayu... aku kangen nih aku sama kamu, kita ngobrol-ngobrol yaa... tapi sebelumnya... kenalkan dulu nih... adikku, Doni".
"Oohh... Doni toh... udah gede ya... mana ganteng lagi... hi-hi-hi...!", jawab Ayu penuh canda tawa, maklumlah Murniasih adalah teman dekatnya dahulu.
Sambil tertawa, Asih berbisik canda dekat telinga Ayu, "Emangnya kamu naksir ya... sama adikku, hi-hi-hi...".
"Aaha... nggak deh...! Tuaan si Doni kemana-mana... hi-hi-hi...", jawab Ayu dengan bercanda.
Doni yang masih bisa mendengar jawaban usil Ayu, langsung angkat bicara memprotes, "Eehhh... kakak... gimana sih, Dino kan masih berumur empat belas tahun... ini Dino eja biar lebih jelas... satu... empat...!".
"Hi-hi-hi... sudah ganteng... jujur lagi, tuh bener kan kataku Dony telah berusia empat... satu... alias empat puluh satu... hi-hi-hi...", kata Ayu yang masih saja mencandai anak ABG ini.
"Wahhh... kalau kak Asih mencandai Doni kayak begini dirumah... paling tidak sambil di-ngok pipi-nya sembari... dicemmm... ehh... nggak... deh! Kak Asih buruan nih... sudah ditunggu ibu di dapur kan pengen masak", kata Doni mendesak kakaknya untuk segera pulang membawa sayur-mayur yang telah dibeli di pasar tadi.
Asih segera menjawab Doni, "Sudah buruan pulang kerumah sekalian dibawa belanjaan kita tadi... biar dimasak sama ibu... kalau kakak mau ngobrol-ngobrol dulu sama kak Ayu, itu tuh... yang naksir berat sama kamu, hi-hi-hi...!".
"Payah... deh ngomong sama kakak-kakak yang lagi mumet... mungkin belum dapat jatah kali... eh-eh... maaf kakak-kakak...", Doni langsung kabur balik kerumahnya sembari membawa semua belanjaannya.
"Dasar... anak-anak jaman sekarang... nggak di desa, atau di kota... sama saja perangainya... jangan-jangan udah pengalaman lagi...!", jawab Ayu terus-terang.
"Nah... justru itu... yang kayak begitu-begitu... yang aku mau obrolin sama kamu, Ayu... hi-hi-hi...", jawab Asih ikut-ikutan berterus-terang tentang apa yang bakalan mau diomongin sesama cewek... sobat kentalnya ini.
"Obrolan yang bakalan mengasyikkan dong... hi-hi-hi...! Tapi temani aku sebentar ya Asih... mau beli beberapa sayuran... nggak banyak kok... habis itu, kita ke rumah pak Dharma... disana lebih enak suasananya untuk... ngobrol macam begituan... hi-hi-hi...!", kata Ayu sangat tertarik akan topik yang akan diobrolkan nanti.
Lima belas menit kemudian, Ayu beserta teman dekatnya Murniasih sudah sampai kembali dirumah Dharma. Sekarang mereka berdua duduk-duduk santai didalam kamar Ayu sambil ditemani 2 gelas teh es, berikut tekonya yang berisi penuh dan beberapa jenis penganan yang dibeli tadi di pasar. Inilah cerita seperti yang dituturkan Asih pada sobat kental sesama cewek, Ayu...
***
Saat itu, kira-kira 4 bulan yang lalu dari sekarang. Dirumah Asih cuma mereka berdua saja, Asih dan adiknya Doni. Ayah-ibu mereka sudah pergi dari tadi pagi ke rumah sanak keluarga dari pihak ayahnya Asih yang berada di desa lain, yang ingin mengadakan hajatan pernikahan anak sulung perempuan mereka, dan orangtua Asih rencananya akan menginap sampai 2 hari dan kembali pada hari ke-3 pada siang atau pada sore harinya... kembali kerumah.
Asih sudah rada mumet kepalanya... maklum saja sudah 3 bulan lebih belum dikunjungi oleh suaminya yang lebih tua 15 tahunan. Asih ketika berkonsultasi dengan bu bidan Nurita dalam hal-ikhwal mengenai diseputar bayi dan perawatannya. Ketika Nurita bertanya pada Asih dan langsung menebak status pernikahan Asih dengan suaminya yang lebih tua 15 tahun adalah sebagai isteri muda... tapi yang ke-berapa? Ke-2 atau ke-3 atau seberapa? Asih tidak bisa menjawabnya, yang pasti bukan isteri ke-2, karena akhirnya Asih mengetahui siapa isteri yang ke-1 dan ke-2, tapi selebihnya masih tanda tanya besar di benaknya dan rahasia yang belum terungkap secara jelas. Yang Asih tahu adalah dengan sangat pasti suaminya itu adalah tipe orang berduit yang tidak bisa melihat cewek muda yang 'bening-bening'... langsung dikawin sirih.
Bu bidan Nurita menasehatinya dengan perasaan keibuan dan mengatakan supaya Asih jangan mempersulit dirinya sendiri... yang jalan hidupnya masih sangat panjang harus dilaluinya, dan menyarankan supaya memasang spiral KB atau IUD, daripada nanti anak yang akan dilahirkan nanti... malah disia-siakan oleh ayah kandung biologis-nya yang sangat doyan kawin itu. Penjelasan Nurita lebih lanjut, tipe lelaki seperti suami Asih sekarang adalah... anak-anak biologis yang patut dan menjadi tanggung sepenuhnya adalah abak-anak biologis dari perkawinannya dengan isteri pertama... selebihnya... dia tidak akan bersusah-payah memikirkan segala kepentingan untuk semua anak-anak biologisnya dari isteri yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, ini selalu terjadi, dan... sedikit sekali terjadi hal yang sebaliknya. Bagi Nurita adalah lebih baik bermain seks dengan aman terserah dengan suami atau dengan selingkuhannya... daripada menyia-nyiakan seorang anak manusia yang lahir dari hubungan dengan suaminya sendiri, tetapi disis-siakan segala keperluannya.
"Ingat dik Asih... begitu anakmu lahir, maka dia menyandang HAM miliknya sendiri, dan... dilindungi oleh banyak undang-undang, sebagai contoh salah satu saja diantaranya... adalah UU Perlindungan Anak... dsb.
Asih setuju penuh dengan saran bu bidan Nurita dan segera memasang spiral KB yang tingkat keberhasilannya mencegah suatu kehamilan bisa mencapai 99,9% sesuai dengan survey yang dikumpulkan dari seluruh penjuru dunia.
***
Doni jadi bingung sendiri karena tidak ada kegiatan apa-apa, karena kelasnya sedang mengalami renovasi yang diharapkan rampung Minggu malam dan mudah-mudahan para murid dan guru bisa melanjutan kegiatan mengajar dan belajar pada hari Senin, 3 hari mendatang.
Jam dinding menunjukkan pukul 10 pagi, Doni tanpa mengetok pintu lagi... karena dilihat pintu kamar sudah terbuka sedikit dari kakaknya yang sudah menikah, tetapi kemana batang hidung suami tuanya itu... setahu Doni sudah ada kali 3 bulan sang suami kakaknya ini tidak nongol-nongol... jangan-jangan ke isteri yang lain atau... sibuk memilah-milah gadis yang akan dikawininya lagi.
Doni langsung duduk dengan bersila kaki diatas tempat tidur yang sudah dirapikan pemiliknya ini.
Asih yang sibuk menyisir rambut dan berdandan ala kadarnya, maklum baru habis mandi pagi. Asih tidak marah pada Doni yang duduk sembarangan diatas tempat tidurnya yang sudah dirapikan... malah jadi senang karena ada yang menemaninya... daripada sendirian, dan... mumet lagi kepalanya.
"Kok diam saja Don...? Ngomong apa kek... yang penting nyerocos begitu daripada diam-diam saja... malah nanti ketiduran lagi... gimana coba kalau ngeces...? Hi-hi-hi...", kata Asih menggoda adiknya yang ABG ini.
"Wahh... kak Asih jangan berpikir sampai kesitu-situ dong... pake segala ngeces... disebut-sebut... disuruh nyerocos terus lagi...! Oke Doni akan ngomong yang ringan-ringan... tapi janji kak Asih tidak boleh marah ataupun tersinggung... kan cuma omongan... iya nggak...?! Hhe-hhe-hhe...!", kata Doni sok bicara dewasa, namanya juga Anak Baru Gede... Asih memmakluminya.
"Ya... sudah ngomong saja... kakak menunggu nih...", Asih mendesak... ingin mendengarkan omongan adiknya, Doni yang kadang-kadang suka usil dan nyeplos spontan saja tanpa dipikir dulu.
"Sebenarnya kakak itu cantik dan seksi, sayang tidak menyadarinya sendiri. Dari itu Doni memberitahu kakak dalam hal ini hhe-hhe-hhe...", kata Doni santai, tapi... matanya melotot tajam lewat celahan lebar di lubang baju dekat ketiak Asih yang kebesaran, sehingga buahdada montok 36B yang sekal dan mulus terlihat dengan sangat jelas. Belum mengenakan BH, lagi pula Asih kalau didalam rumah memang tidak suka memakai BH. Doni melihat dari samping kanan kakaknya dengan penuh minat... penis ABG-nya tegak berdiri bagai prajurit siap menunggu aba-aba berikutnya. Doni memang sangat penasaran sekali, karena... sasaran yang di-cari-cari tidak terlihat dengan jelas... cuma bayang-bayang gelap lewat baju atasnya yang tipis. Doni memperhatikan bagian depan baju atas itu... cuma tinggal satu kancing saja yang masih ada dilubangnya yang sempit, selebihnya 4 kancing lainnya sudah terlepas... bebas. Langsung tanpa sadar terlontar juga perkataannya yang rada usil. "Tinggal satu kancing saja yang belum terlepas... dasar kancing bandel... apa lagi nggak cs... sama Doni yang lagi penasaran...!".
Begitu mendengar perkataan usil adiknya itu, Asih melihat kancing baju atas... dari lima kancing yang ada. cuma satu kancing yang belum terlepas, dan hebatnya ini posisi kancing yang penting, sehingga selama kancing itu tetap diam ditempatnya alias belum dibuka, maka baju atasnya tidak akan membuka dan memperlihatkan seluruh permukaaan buahdadanya yang indah, montok dan sekal...
"Memangnya... kamu berani membukanya...?! Hi-hi-hi... jangan-jangan cuma berani ngomong saja...!", tantang Asih dengan nekat... daripada kepalanya mumet terus... yang ditunggu-tunggu tak pernah... mendingan manfaatkan yang ada saja... bayangkan kapan lagi ada kesempatan kayak begini lagi... berdua saja didalam rumah yang sepi untuk 3 hari berturut-turut... non-stop...!
"Wahh... diberi kesempatan kayak begini... tidak boleh ditolak! Tuman...!", kata Doni mantap langsung turun dari tempat dan langsung dengan sigap mendekati tubuh Asih... saking sigapnya tersentuh buahdada yang sebelah kanan Asih yang langsung memicu gairahnya... <seeerrr...!> ada semprotan kecil yang melumasi lorong nikmat dalam vagina Asih yang sudah sangat dahaga sekali.
Sempat juga mereka berciuman penuh nafsu... tetapi hanya sejenak, karena Asih dengan napas tersengal-sengal penuh gejolak nafsu, memberitahu Doni.
"Don... buruan periksa pintu dan jendela di ruang depan... pokoknya... semuanya. Jendela yang dibuka... ditutup saja, biar aman. Periksa sampai 2 kali... habis itu kamu balik kekamar ini kunci pintunya dari dalam. Hari in kakak ajarkan semuanya... biar kamu tahu segalanya dan lebih dewasa lagi. Dan kalau kamu pintar menjaga rahasia ini, maka kita akan melakukannya setiap hari! Yang penting situasi-nya aman dan rahasia harus dijaga serapat mungkin...!".
Saat Doni telah kembali didalam kamar dan mengunci kamar itu, Asih sudah menunggu duduk bersila diatas tempat tidurnya. Baju atasnya masih seperti tadi, segera Doni naik keatas tempat tisur... dengan tak sabar membuka satu kancing 'bandel' itu. dengan kedua tangan membuka baju atas itu membuka kekiri dan kekanan... terpampang sudah dengan sangat jelas semua lekukan indah buahdada mulus 36B, montok... sangat kenyal sekali. Puting imut-imutnya baru keluar 10 mm yang mencuat keatas berwarna maroon dan dilingkari areola berwarna maroon muda. Tak sabar Doni jadinya, puting indah disergap oleh mulutnya dan langsung diemut-emut lembut, sedang buahdada yang sebelah diremas-remas dengan gemas...
"Sayang... ayo kita buka semua pakaian kita... biar telanjang bulat... tidak perlu menunggu datang malamnya... kita akan ML pagi hari juga", kata Asih terbata-bata penuh nafsu.
Tidak perlu disuruh 2 kali, langsung mereka berdua bertelanjang bulat. Asih melihat penis tegang milik adiknya ini, yang kemudian diraba dengan jari lentiknya... "Keras sekali... panjangnya juga tidak mengecewakan... Doni sayang... kamu tidur terlentang dulu... kakak sudah tidak sabar... ingin memasukkan penismu kedalam vagina kakak... biar kamu juga tahu... gimana rasa ketika berada dalam vagina yang penuh nafsu dan kenikmatan semata".
Asih langsung berjongkok diatas penis Doni, segera Asih mencekal batang penis Doni dan mengarahkan palkon-nya langsung menembus katupan bibir luar dan dalam vagina mungil dan klimis tanpa bulu pubis, karena habis dicukur habis... dan berhenti sejenak didepan lorong sempit gua nikmat dalam vagina legit Asih. Dengan dibantu dorongan pelan dari pinggul mulusnya yang menekan kebawah dan... <bleeesss....!> masuk seluruh batang penis Doni yang keras yang masih saja ndut-ndutannya seakan menowel-nowel genit kelentit mungil Asih... yang membuatnya semakin gregetan dan mulai mengayun pinggulnya kebawah... lalu diangkat... yang langsung dihunjamkan lagi kebawah yang menyebabkan penis keras Doni menyodok-nyodok dengan kencang.
Tak sabar Asih yang buru-buru ingin dipuaskan dahaga seks-nya, berkata pada Doni, "Doni... kamu yang diatas tubuh kakak ya...!".
Segera menelentangkan tubuhnya sembari mengangkangkan paha mulusnya. "Don... ayo genjot memek kakak... yang kenceng sampai muncrat yang banyak. Jangan khawatir kita akan ML sebanyak-banyaknya...!".
Doni menindih tubuh telanjang kakaknya yang mulus ini, dengan dibantu jari lentik tangan kakaknya... mengarahkan palkon Doni pada posisi yang tepat. "Bener Don... itu tempatnya tekan aja kebawah... ya... kalau masih seret... angkat... YA.. TANCAP...!
<Bleeesss...!> masuk sudah seluruh batang penis Doni yang sangat tegang itu... dilanjutkan dengan pompaan-pompaan senggama penis gagah.
"Aaahhh... nikmatnya! Genjotannya jangan berhenti kencengin aja... muncratkan air mani-nya yang banyak...!", Asih membari semangat pada adiknya, Doni pada ML perdana-nya ini.
"Oohhh... kak Asih... enak banget sih memeknya, Doni kencengin genjotannya biar tambah nikmat... kayaknya ada yang pengen muncrat nih...", Doni berkeluh-desah penuh kenikmatan dapat menyetubuhi kakaknya yang cantik ini dengan sukarela tanpa paksaan... malahan diundang lagi...
"Kencengin Doni... sayang bener-bener keras banget penismu ini... aaarrrghhh... cepetin lagi Don... jangan sampai terlepas... hunjam kedalam lebih keras lagi... aaahhh... Doooniii...!", tersentak-sentak pinggul mulus Asih merasakan semprotan kencang sperma Doni yang muncrat berkali-kali dengan sangat kencang tenaga semprotannya didalam lorong nikmatnya.
<CROTTT...!> <Crottt...!> <Crottt...!> yang langsung memicu seketika hempasan klimaks-nya yang dinanti-nantikan berbulan-bulan... malah yang diberikan oleh adiknya dengan sangat indahnya dan... berbarengan mencapai puncak klimaks-nya.
<Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!> <Seerrr...!>
Sangat sempurna sekali persetubuhan antara adik dan kakak kandungnya... memberi... dan menerima... diberi... dan diterima... memberikan kepuasan maksimal... keduanya mendapatkan orgasme secara bersamaan waktunya.
Mereka terdiam sejenak gerak tubuh mereka... terdiam sambil merasakan kenikmatan orgasme yang spektakuler ini...
(bersambung...)