Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mia, Istri mudaku :sekuel kasih sayang seorang pembantu (versi saya.)

Apa teman-teman bersedia saya tuliskan repost dulu itu memperjelas cerita ? (di thread ini)

  • Ya

    Votes: 29 87,9%
  • Tidak

    Votes: 4 12,1%

  • Total voters
    33
  • Poll closed .

wajar22

Semprot Lover
Daftar
8 Aug 2017
Post
214
Like diterima
1.150
Bimabet
Bagian 1

Mia duduk dibelakang, sedang aku menyetir mobilku menjauh rumah Mia. Aku kini sudah memiliki dua isteri, pertama Ninda istriku ibu dari kedua anakku. Sedangkan Mia adalah istri mudaku, dahulu adalah pembantuku. Perselingkuhanku dengan Mia diketahui istriku dan keluarga pembantuku. Beruntung aku dapat menyakinkan kedua belah pihak untuk mau menerima usaha pertanggungjawabanku.

Malam sudah larut ketika kami sampai, aku menghentikan mobil di garasi. Garasi kami cukup besar, ada dua mobil, pertama mobilku dan kedua adalah mobil istriku. Anak-anak sudah tidur, begitu dengan Mia. “Mia tidur, kamu bangunin dia mas. Aku mau angkat Raya, kamu juga angkat Ayu,” ujar istriku. Aku diam saja, aku membuka pintu supir dan menutupnya . lalu berjalan dan membuka pintu tengah. “Mia, sayang bangun. Kita sudah sampai.” ujarku sambil mengoyangkan tubuhnya.

Mia tersadar, ia bangun dan hendak mengendong Ayu disampingnya. “Kamu jangan macam-macam deh, niat bantu gendong anak. Awas kandunganmu itu,” hardik istriku. Ia masih menyimpan rasa kesal rupanya, aku menatapnya dan mengelangkan kepala kesamping. Aku menyuruhnya masuk, “Kamu jangan ambil hati, dia memang masih kesal. Ia gak akan marah terus, kamu juga istri saya sekarang.” Mia menganggu, dan turun mengambil barang dari mobil. Aku mengambil Ayu, dan menaruh dikamar anak-anak yang letaknya tidak jauh kamar Mia.

Setelah aku menidurkan anak, istriku mebambil baskom dan lap untuk membasuh badan anak-anak. Mia membawa pakaian anak-anak dan tas kamar. Istri menatapnya, ia ingin mengatakan untuk membedakan pakaian bersih dan kotor. Belum sempat berkata, Mia sudah melakukannya, rupanya Mia sudah mengetahui kebiasaan keluargaku. Aku keluar untuk mengeluarkan barang bawaan, Mia ikut membantu, akan tetapi aku hanya mengijinkan Mia membawa bawaan yang tidak berat, selebihnya pekerjaan dia yang memisahkan pakaian saja untuk dicuci besok. Mia akan membawa pakaian ke kamarnya, aku tidak enak melihat. Tiba-tiba “Mia kamu mau naruh kemana pakaianmu?” tanya Ninda. “Kedalam kamar bu.” ucapnya singkat. “Hah, taruh di kamar anak-anak aja. Sekarang kamu ibu mereka.” ucapnya sekenanya.

Sebetulnya rumah Mia tidak terlalu jauh, hanya 3 jam dari kota Jakarta, hanya saya sedikit memasuki daerah kampung. Aku melihat jam waktu menunjuk pukul 10.00 malam, aku pergi membeli makanan untuk mereka. Saat menunggu aku menelepon Wirdan temanku yang menawarkan pekerjaan. Semoga saja masih ada, aku menekan kontaknya di Handphoneku.

Halo Wirdan, ini aku Iwan. Apa kabar kamu?”ujarku memulai pembicaraan. “Oh Iwan, barusan aku mau menelepon kamu. Baik, untung banget kamu nelepon. Ini tentang kerjaan kamu bersedia jadi manager produksi? kamu punya pengalaman sekarang juga masih gak kerjaan. Kalau bersedia, kamu bisa ke sini bulan depan, tapi kerjaan mulai lusa sekertaris kamu udah kita siapin buat kirim laporan. Bagimana buat gaji nanti cukup sih buat dua istri hehehe.” Aku tersiam, lalu sadar ketika tukang makanan memberikan makanan ku pesan. “Oh, iya. Aku bersedia, aku lagi butuh kerjaan nih. Aku juga ada masalah, tapi aku ceritain pas udah disana.” “okay kita deal ya, nanti aku kirim surat-surat besok dan jobdesknya. Oh iya salamnya buat istri sama anak-anak.” ujarnya mengakhiri pembicaraan.

Saat aku pulang, aku melihat bayangan istriku dan Mia. Aku pikir kedua akan terlibat perselisihan atauapalah. Aku sedikit mendekat dijedela depan tempat mereka berbincang diruang tamu. Bayangan istriku mendekat ke banyangan Mia, walaupun sedikit kabur terhalang Gorden putih. Aku masih bisa membedakan bayangan mereka dan untung saja kaca terbuka jadi aku tinggal menempel untuk mendengar suara, Ninda menatap Mia. Mereka berciuman sekejap. “Kamu sabarnya, Suami kita pasti memperbaiki kehidupan kita. Aku sebenar tau cukup lama, waktu itu kamu lupa ganti plastik sampah buang bungkus testpack di tempat sampah kamar mandi. Aku kaget, namun mengedalikan diri dan masuk ke rumah dan bersikap biasa. Mereka sedikt gelagapan, rupanya istriku memasang sikap kesal didepanku. Kami makan bersama, anak-anak bangun ikut makan. Mia juga membuat susu sebelum anak-anak tidur. Setelah anak-anak tidur. Aku baru memberi tahu kabar aku menerima pekerjaan itu, Ninda tersenyum begitu dengan Mia yang lebih bahagia. Aku juga menatap tangan Ninda memengang erat tangan Mia walaupun terkesan memasang wajah marah dan ketusnya.

Malam itu Ninda selesai mandi, aku sudah mandi kulihat Ninda masih memakai handuk menutupi tubuhnya. Ia hendak ke lemari, aku menariknya ke kasur dan duduk. “Kenapa mas, dingin tahu.” ujarnya singkat. “Aku dengar pembicaraanmu sama Mia. Jadi kamu dari awal setuju dengan pernikahan ini?” ujarku menyelidik. “Mas aku gak suka sama cara kamu yang sedikit plin-plan. Aku sedih, Mia memang suka sama kamu tapi dia hamil terlalu cepat dia baru 17 tahun. Baru 8 bulan dia kerja udah hamil, pokoknya besok sore dia harus ikut aku ke dokter buat cek kandungan.” ujar Istri “Kok kamu bisa melakukan ini?” tanya Istriku “Mia itu baik, dia peduli dengan keluarga kita. Kamu lihat tadi dia bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan cepat. Kalau pembantu yang dulu, dia tinggal buat pekerjaan besok. Kadang aku pikir, kamu kerja aku juga kerja dulu. Anak-anak butuh pengawasan, saudara jauh diluar kota itu juga kerabat jauh bagimana mau minta bantuan mereka.” ujar aku, sambil menghela nafas. Aku mendengar suara Mia, ia memiliki kebiasaan menyanyi ketika selesai mandi, aku keluar. “Mia, kesini sebentar.” kataku sambil menghampiri, dia. Dia juga masih mengunakan handuk dibadannya sama yang dilakukan istriku. “Ia pak, ada apa?” tanya dia, aku menarik tangannya dan mengajaknya masuk kekamar. Ia kaget dan memasang wajah malu, kini aku merasa diatas angin karena melihat istriku sedikit malu. Karena belum berpakaian, “Mas kok bawa Mia sih, nanti dia kebiasaan disini.” ujarnya dengan memasng muka marah.

“Ninda, kamu gak usah pasang wajah marah. Aku tadi ngitip kamu ciuman sama Mia,” ujarku yang langsung membaut mereka malu. “Kamu Mia, biasa masuk sini ambil posisi. Sekarang kok takut.” ujarku sedikit memacing mereka. Aku mendekat ke Mia, dan mengedongnya dan menaruhnya dikasur. Mia malu, Pak. Jangan aku malu.” ujar Mia. Aku tidak mengubrisnya, aku mendekati Istriku dan menciumnya. Sambil mendorong tubuhnya untuk tidur, dan naik ke Kasur. Aku membuka baju dan celana. Kontolku sudah naik, aku sempat berpikir untuk oral, waktu sudah cukup malam. Terlebih Mia sedang hamil muda, jadi kuputuskan untuk tidak mala mini.

Aku membuka handuk Mia, ia menujukan wajah yang malu. “Mia sayang mau dientot mas? Sekarang panggil saya mas Iwan dan panggil Ibu mbak. Mbak Ninda. Ngerti ?” Mia mengangguk dengan wajah yang malu. Dia melihat istriku dan ia tersenyum lalu menanggukan kepalanya. Mia seperti mendapatkan keberanian, “Mas, cepetan udah ngak tahan..” ujar Mia merengek walaupun masih malu. “Setelah itu aku ya, mas.” pinta Ninda menimpali. Aku menjadi bersemangat. Mia merentangkan kakinya, dan aku bersiap dengan menempelkan badanku ke dirinya.

Aku memasukan kontolku ke Vaginanya dan mempompanya. Mia mengoyangkan pinggulnya untuk membantu gerakanku. Istriku terpaku dengan adegan ini, ia melepaskan handuknya, dengan badan sintal. Mia makin asyik membantu permainanku,sedangkan isteriku lagi asyik mengobel lubang vaginanya dan tangan kanannya meremas-remas susunya Mia. Melihat hal itu Miapun meremas-remas Payudara isteri saya. Beberapa menit kemudian Mia mengerang. Aku mempercepat mempompa dan memuntahkan cairanku ke vagina Mia. Istriku mengantikan posisi Mia, aku pindah ke tempat Istriku dan memompanya. Baru setengah jam, istriku mengerang dan dan aku melakukan hal yang sama seperti pada Mia. Aku berinisiatif untuk melanjutkan pada Mia kemudian Istriku masing-masing dua kali kemudian tidur. Kami tidur bertiga malam itu, meski sedikit sempit aku tetap bahagia. Besok pagi, aku mulai merapihkan surat-surat untuk menyiapkan izin tinggal di Singapore tempat kerja baruku. Sambil mengawasi Mia dan anak-anak. Sorenya, Istriku mengantarkan Mia untuk check-up hasilnya kesehatan janin cukup baik meski rentan untuk keguguran usia muda kehamilan terlebih usia Mia masih cukup muda.

Dua hari kemudian aku menjual mobilku untuk modal hidup ditempat kerjaku sambil lalu pulang dan menyelesaikan pekerjaan dari Wirdan. Aku tidak sabar untuk berkerja untuk memperbaiki hidup keluargaku. Minimal 2 hari sekali, aku dikirimkan laporan yang harus dinilai dan ditandatangani atau rekomendasi.

Bersambung
 
sepertinya penulis agak tergesa gesa menyelesaikan cerita . . . jadi alurnya bisa ketebak

keep posting ya suhu.. ditunggu updatenya
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
url


pengambaran Mia sebelum menikah
 
Lanjutan

Aku pulang setelah selesai mengurus izin kerjaku aku juga sudah membawa pendaftaran untuk izin tinggal kedua istriku dan anakku. Sesampai dirumah, waktu makan siang sudah dimulai, Raya dan Ayu sedang disuapi oleh Mia dimeja makan. Ayu menghampiriku, “Papa, aku hebat lho. Aku udah celesai makan, “ katanya sambil memberikan jempol keatas. Aku menunduk dan menempelkan kedua jempolku diatas tangannya. Mia tersenyum, ia mengangguk menandakan bahwa ucapan Ayu benar.

“Ayo sayang, makan yang banyak. Masa sama ade Ayu kalah cih?” ucap Mia kepada Raya sambil menyuapkan makanan. “Kamu udah makan sayang?” ujarku kepada Mia. “Belum mas, Mia mau nyuapin anak-anak dulu, abis itu kasih jus sebelum tidur. Setelah menyuapi Raya, Mia mencuci piring baru mulai, ia pergi kekamar mandi. “hoek..hoek..hoek.” suara Mia muntah, kehamilannya 2,5 bulan ini ia merasakan mual. Mia memang berusaha tidak ketahuan istriku jika ingin muntah, atau kesibukan istriku yang membuatnya tidak merasakan Mia mengalami morning sickness.

Aku masuk ke kamar mandi, “Sayang, makanya makan dulu, kamu itu sekarang makan untuk dua orang lho,” ujarku pada Mia. “Iya, mas. Aku ada yang ngurusin rumah, jadi mesti beres dulu semuanya baru makan.” tanggap Mia, ia kumur-kumur dengan gayung lalu keluar untuk melanjutkan membuat jus. Setelah jus selesai, ia menuangkannya lalu memberikan pada Raya dan Ayu, sepuluh ment kemudian anak-anak tidur, untuk urusan rumah tangga Mia memang terampil sekali. Aku duduk dimeja makan, aku menunggu Mia hingga selesai menidurkan anak-anak.

Mia keluar, ia masuk ke dapur dan mengambil piring, “Dua ya Mia, kita makan sama-sama,” kataku untuk memaksa Mia untuk makan bersama dengan aku. Mia mengabil dua piring, awalnya dia masih canggung lama-lama tidak lagi. “Kamu bahagia bisa kita menikah?” kataku sambil menyuap nasi kemulutku. “Iya mas, aku senang. Aku juga sekarang, senang bisa mengandung anak kita. Dulu aku egois banget, mau gugurin, tapi kayanya jalannya aku jadi istri kamu.” ujarnya. Selama makan, Mia masih sedikit mual namun ia mencoba menahan nafas agar rasa mualnya dapat dikurangi.

Setelah makan, aku meberikan obat dan vitamin untuk Mia, ia meminumnya. Mia memakai daster kembang-kembang, itu merupakan satu-satu daster kuningnya yang dia punya dari kampungnya. Aku membawa piring dan ingin mencucinya, ia mencoba mencegah namun aku meminya biar aku mencucinya. Setelah mencuci piring, aku mengajaknya ke Kamar Utama, pintu kunci. Jika ada masuk, ia tidak dpat membuka pintu kecuali istriku. Aku dan Mia berdiri, dipinggir kasur. Aku menciumnya aku mengut bibirnya dengan mersa, ia membalas, kami sedikit berputar didepan kasur. Sampai Mia membelakangi kasur, aku mendorongnya hingga jatuh dikasur. Aku naik dikasur, kami masih berciuman. Aku merobek dasternya, “Mas, ini satu-satunya. Aku gak punya yang lain,” ucapnya sambil melepaskan ciuman dan mencibir. “Mulai sekarang pakai pakaian yang aku beli kemarin kan banyak dan sexy lagi.” ucapku ia mengaguk. Aku makin memperbesar robekan didaster. Payudara ditutup Bra dan Celana dalam terlihat. Aku makin bernafsu mencium bibir dan leher dan payudara Mia. Ia merancau kenikmatan sambil menutup mata”Ahh..mmm…enak…ennn…ak..” ucapnya berulang-ulang. Aku tersenyum sambil membuka bra pelan-pelan lalu celana dalamnya. Aku melanjutkan dengan memberikan gigitan pada leher.

Aku turun, menuju Vaginanya, aku mendekatkan wajahku ke Vaginanya dan menjilatinya. Mia makin merancu sesukanya. “Ah..teru…s…mmmh……ay..o…..mas….e..n…ak….” ungkapnya aku merasa kesenangan telah melihat Mia makin telena dengan yang kulakuan. 20 menit kemudian Mia orgasme dan aku mejilat habis cairan itu.

Aku mendudukkan Mia, aku tidak akan melakukan sex oral kepada Mia. Aku takut rasa mual akan membatasi kenikmatan persetubuhan ini. Aku membuka pakaianku, penisku sudah siap. Aku mengangkat Mia didepan, tidak lupa aku menyuruh Mia untung menagan badan dengan mengalungi leher dan pingangku dengan kedua kaki dan tanganya. Setelah itu, Aku mengarahkan Penisku ke Vagina dan memompanya. Aku menutup mulutnya, aku mencoba berdiri ambil mengendong Mia dengan posisi seperti itu. Berhasil, aku makin memompa bersemangat memompa Vagina Mia. 20 menit kemudian Mia kembali orgasme, namun aku belum makin mempercepat tempo permainan, aku dapat merasakan kenikmatan. Aku menyadarkan badan Mia dilemari. Dua kali aku memompa, Mia masih orgasme aku makin lancar memainkan persetubuhan ini. 30 menit aku dipuncak aku membuang sprema di vaginanya.

Mia terlihat lelah, aku tidurkan dikasur dan aku tidur disampingnya. Dua jam kami tidur, aku bangun Mia sudah tidak ada, pintu terbuka aku terkejut. Rupanya Mia datang membawa Sprei dan selimut. Aku keluar untuk membiarkan Mia membereskan kamar. Aku Mandi, setelah selesai mandi. Mia menghampiri aku, “Mas, belikan mangga muda ya,” katanya sambil mengelus-elus perutnya. Aku pergi bersama anak-anak, pedagang buh ada didepan kompleks. “Pak Iwan, saya tambahin 4 biji ya, biar saya kebagian rejekinya. Buat istri muda dan bayinya.” Aku terkejut, “Mas kok bisa tau?” ujarku. “Iya mas, kemarin saya dikasih tau ibu-ibu bahwa Mia jadi istrinya Bapak sikap mereka biasa aja sih karena bapak udah nikahin.” ujarnya, buru-buru aku pergi kembali ke rumah.

Setelah Ninda pulang aku baru menceritakan hal itu, dia tertawa dan Mia juga sambil memakan mangga yang ku potong. Istriku lalu mengahmpiri anak-anak,”Raya sama Ayu mulai sekarang panggil Mbak Mia gak bolehya. Mulai sekarang panggil Mbak Mia, mesti Bunda atau Mama Mia. Mengerti?” ujar istriku memberikan pengertian pada anak-anakny yang dibalas anggukam Raya dan Ayu. Sejak saat itu Mia dipanggil Bunda meski kadang dipanggil Mama Mia.

Malam itu aku merencanakan seks dengan Istriku, namun karena jarang atau memang membutuhkan waktu untuk menikmati. Kami tidak terlalu menikmatinya, kami pun tidur. Dua minggu kemudian, aku berangkat ke Singapore untuk bekerja, tidak lupa aku mencium bibir kedua istriku.

“Hati-hati mas, jaga dirimu kami baru kesana setelah aku selesai urus pindah kerja.” ujar Ninda. “Hati-hati mas, jangan lupa kami.” ucap Mia, Aku melangkah ke ruangan tunggu sambil tersenyum.


Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd