Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mia, Istri mudaku :sekuel kasih sayang seorang pembantu (versi saya.)

Apa teman-teman bersedia saya tuliskan repost dulu itu memperjelas cerita ? (di thread ini)

  • Ya

    Votes: 29 87,9%
  • Tidak

    Votes: 4 12,1%

  • Total voters
    33
  • Poll closed .
Lanjutan

Pada suatu hari Mia meminta saya melakukan di ruang tamu sambil menonton vcd porno, kebetulan film tersebut adalah Bandung Lautan Asmara yang heboh itu. kami bercumbu sambil sesekali melihat adegan-adegan yang ada, kami terus bercumbu semakin hot berguling di lantai saling mengulum menghisap yang dilanjutkan persetubuhan. Mia semakin lincah menggoyang pinggulnya sehingga kemaluan saya terasa seperti dipelintir dan diremas-remas oleh vaginanya. Dua belas menit kemudian Mia melingkarkan kakinya ke pinggang saya sambil menarik kepala saya untuk melumat bibir karena sudah mencapai orgasmenya.

"Pak.. Hmm.." hilang sudah racaunya karena melumat bibir saya.
"Enak sayang..?!" tanyaku perlahan.

Dan dijawab anggukkan kepalanya. Saya masih belum mau memuncratkan peju ini, saya masih ingin menikmati permainan ini yang penuh sensasi karena lantai menjadi basah oleh keringat yang bercucuran dari kami berdua. Mia rupanya sudah bangkit kembali gairahnya, sehingga pinggulnya bergerak kekanan dan kiri. Saya langsung menggenjot semakin cepat, karena saya tahu si Mia tidak akan bertahan lama untuk mencapai puncak kenikmatannya.

Mia dalam sekali permainan bisa mencapai puncaknya sampai tiga atau empat kali. Jadi saya sudah hafal benar kekuatannya dalam memacu birahi ini, apalagi kalau Mia habis melakukan kerja berat maka akan lebih cepat mencapai puncaknya. Lima menit kemudian Mia mengerang panjang sambil menjambak rambut saya untuk meraih bibir saya untuk dilumatnya.

"Aduuh.. Pak.. Enaakk.." bisiknya perlahan.

Saya juga tidak mau kalah, maka saya menghujam lebih dahsyat lagi dan menekan semakin dalam kemaluan saya agar bisa mencapai puncaknya.

"Miaa.. Sayyaa.. Oouu.. Ucchh.."

Saya memuncratkan peju didalam lubang vaginanya. Kali ini peju saya terasa lebih banyak dari pada biasanya, karena tadi pagi Mia membuatkan susu dicampur dengan kuning telur bebek ditambah lada hitam. Memang saya pernah meminta agar Mia mau menyediakan minuman tersebut setiap pagi. Setelah kemaluan saya menciut, saya cabut dan rebah disisinya.

"Pak.. Enak.. Yaa.." serunya ditelingaku.
"Hee.. Eeh " jawabku sambil terengah-engah karena masih terasa capai.
"Pak.." serunya lagi.
"Ada apa sayang..?" tanyaku lagi.
"Bapak sayang nggak sama Mia..?" tanyanya.
"Kok kamu tanyakan itu..!?" jawabku sambil bertanya.
"Bapak sayang nggak.." rengeknya manja.
"Sayang dong.., kalau saya nggak sayang sama kamu, masa saya mau-maunya disuruh menjilati vagina kamu, membela kamu waktu diomelin sama Ibu karena kamu berbuat kesalahan dirumah.." jawabku.
"Pak.. Mia.. Telat dua minggu Pak.." rengeknya lagi sambil menampakkan kesedihan.
"Kok kamu baru bilang sekarang sichh.." selidikku hati-hati, karena takut Mia tersinggung.
"Habis saya takut Bapak marah.." rengeknya lagi sambil mengusap-ngusap dada saya.
"Kenapa takut, kan Kita sudah hampir tiga bulan melakukan hubungan ini.." jawabku.
"Terus gimana dong..?!" manjanya lagi.
"Ya.. Apa boleh buat saya harus bicara sama Orang tua kamu, saya mau mangawaini kamu.. Asal Kamunya mau sama saya." jawabku untuk membahagiakannya.
"Benar.. Bapak mau mengawini saya..?" tanyanya ragu-ragu.
"Tentu dong Sayang.. saya sangat menyayangi kamu, karena kamu sangat perhatian terhadap saya dan anak-anak saya.." jawabku lagi.
"Kalau gitu.. Mia mau telepon Bapak dikampung yaa..?" pintanya.
"Silahkan saya sudah siap kok menghadapi kenyataan ini.." jawabku dengan sungguh-sungguh.

Mia langsung menciumku dengan gemasnya sehingga membuat kemaluan saya mulai agak tegang lagi. Mia melihat hal tersebut langsung menyambut kemaluan saya dengan kuluman dengan penuh kemenangan, dikocoknya kemaluan saya dengan cepat. Rupanya Mia ingin agar saya mencapai puncaknya dengan cepat.

"Pak.. Kalau mau keluar bialang yaa.." pintanya.

Beberapa menit kemudian saya merasakan peju ini sudah berada dibatang kemaluan, saya langsung memberi kode ke Mia dan Mia menghentikan hisapannya sambil merebahkan di sisi saya.

"Pak.. Mandiin Mia dengan peju Bapak dong.. Cepaatt.." rengeknya manja.

Saya langsung berdiri dan mengarahkan kemaluan saya agar muncrat diatas tubuh si Mia. Setelah peju muncrat ditubuhnya, Mia langsung mengoleskan peju itu ke seluruh tubuhnya bagaikan sedang luluran. Mia meraih kemaluan saya dan dimasukkan kedalam mulutnya untuk dihisap. Saya merasakan ngilu ketika hisapan panjang yang dilakukannya.

"Ooh.. Mia.. Pelann.." pintaku karena nggak tahan ngilunya.
"Pak.. Mia masih belum siap punya anak.." rengeknya setelah mandi peju dan menghisap kemaluan saya.
"Jadi mau kamu gimana..?" tanyaku agak kaget.
"Mia.. Mau gugurkan aja.." rengeknya manja.
"Gugurkan gimana..?!" cecarku lagi.
"Pakai obat apa kek..!" serunya lagi.
"Ok.. Nanti saya coba cari jamu cina yaa.." jawabku spontan. Mia tersenyum mendengarnya dan langsung memeluk tubuh saya untuk didekapnya.

Keesokan harinya saya pergi mencari jamu peluntur buatan cina dan dapat walaupun harganya tidak terlalu mahal, saya beli dua paket dan langsung pulang. Setibanya dirumah saya berikan jamu itu dan saya kasih tahu cara meminumnya. Mia langsung meminum jamu tersebut. Rupanya reaksi jamu itu sangat cepat, Mia merasakan perutnya dipelintir-pelintir sehingga terasa mulas untuk pergi ke toilet. Mia mencoba membantu reaksi tersebut dengan cara mengedan seperti orang mau melahirkan dan hasilnya masih belum memuaskan. Mia terlihat pucat karena merasa perutnya ada yang mengaduk-ngaduk dan peras-peras, melihat hal tersebut saya tidak tega.

"Gimana reaksi jamu itu..?" tanya saya.
"Mules-mules terus Pak.." jawabnya sambil nyengir-nyengir.
"Mungkin jamu itu sedang bereaksi untuk menghancurkan janin.." jawabku agar tenang.
"Tapi nggak keluar apa-apa Pak.." rengeknya lagi.
"Mungkin nanti.. Kalau sudah hancur.." saya coba menenangkan.

Hari itu saya tidak melakukan kegiatan persetubuhan hingga beberapa hari, karena saya dan Mia ingin melihat reaksi jamu tersebut yang diminum sebanyak dua paket. Seminggu kemudian rupanya Mia kangen, begitu juga saya yang sudah seminggu tenggur alias meteng nganggur.

"Pak.." panggilnya ketika saya sedang asyik mengutak-utik setrika yang rusak.
"Ada apa.." jawabku sambil menoleh.
"Kangeenn.." manjanya sambil mukanya dibikin sedih.
"Emangnya mau.." godaku.
"Ayoo.." rengeknya manja.
"Sebentar yaa.. saya beresin ini dulu.." jawabku sambil berkemas untuk memberesi barang-barang perkakas.
"Cepeet.." rengeknya lagi.
"Iyaa.. saya juga pengen kok.." jawabku untuk menyenangkannya.

Mia langsung masuk ke dalam, rupanya Mia sudah masuk ke dalam kamar saya dengan posisi telentang bugil sambil mengangkangkan pahanya. Melihat hal itu saya langsung menuju kamar dan langsung membuka celana pendek saya yang sudah tidak bercd lagi. saya langsung menghampiri selangkangannya untuk menjilati lubang vaginanya yang sudah merekah merah. Mia mengerang kecil karena kegelian.

"Oouuch.." erangnya.

Saya mencari klitorisnya sambil menggigit kecil secara perlahan agar Mia merasakan kenikmatan yang selama seminggu ini terpendam.

"Paak.. Oohh.." rintihnya kenikmatan.
"Kenapa sayang..?" tanyaku sambil menghentikan jilatan pada vaginanya.
"Eenaak.." desahnya sambil meraih kepalaku untuk untuk menjilati lagi. Saya langsung melanjutkan jilatan demi jilatan dan jari kiriku kuarahkan kelubang anusnya.

"Paak.. Miaa.. Uuchh.." desahnya sambil menjambak rambutku karena mencapai orgasmenya.

Saya naik sambil menindihnya serta mencium bibirnya, sedangkan kemaluan saya yang sudah tegang menempel diatas vaginanya. Mia menyambut ciuman bibir saya dan tangannya meraih kemaluan saya sambil diarahkan ke lubang vaginanya. Melihat hal tersebut saya langsung menekan dan menekan lebih dalam lagi.

"Pak.. Enaak.. Pak.." desahnya manja ketika kemaluan saya sudah terbenam semua.

Mia menggoyangkan pinggulnya dengan semangat karena sudah kangen. saya membantu dengan manjilati puting susunya sambil gigit-gigit kecil agar Mia lebih terangsang. Benar saja beberapa menit kemudian Mia mengalami orgasmenya yang kedua.

"Paak.. Mia.. Nggak tahaan.." desahnya panjang sambil memelukku erat.

Melihat hal itu saya masih santai memompa dengan perlahan-lahan agar Mia penasaran.

"Ayo.. Dong keluarin.. Cepeet.." rengeknya.
"Sabar dong sayang.. saya masih mau santai dulu.." godaku sambil gigit hidungnya.
"Aduh.. Sakiit.." manjanya sambil memegang hidungnya yang tidak apa-apa.

Saya mulai memompa turun naik agak cepat, karena saya juga sudah capai dan pegal. Rupanya Mia sudah bangkit lagi gairahnya, Mia mendorong tubuh saya kesamping agar rebah dan langsung mengubah posisi. Sekarang Mia sudah berada diatas saya, sambil jongkok Mia menurun naikkan tubuhnya untuk memompa. Mia semakin gencar memompanya sehingga saya kewalahan dibuatnya. Saya meraih kedua susunya dan langsung kuremas-remas agar Mia juga terangsang. Mia menggigit bibir bawahnya karena merasakan nikmat.

"Miaa.. Terruuss.." desahku sambil mencekal pinggulnya.
"Iyaa.. Pak.. Mia.. Juga sudaahh capee.." desahnya.
"Terus Mia.. Terruuss.." pintaku sambil menekan dari bawah. Mia menggoyang lebih cepat karena Mia sudah mau mencapai puncaknya.
"Pakk.. Paakk.. Hhmm.." lenguhnya panjang sambil memeluk dan melumat bibir saya dengan gemasnya.
"Sayyaa.. Oochh.." desahku sambil kutekan pantatnya agar kemaluanku terasa masuk lebih dalam lagi untuk memuncratkan spermaku.

Rupanya Mia benar-benar capai, Mia langsung tertidur diatas tubuh saya dengan posisi kemaluan saya masih tertanam dilubang vaginanya.

Dua jam kemudian saya terbangun karena merasa sesak nafas, sebab si Mia masih menindihku dengan pulasnya. Saya merasakan kemaluan saya mulai tegang, saya coba untuk menggerakkan pinggul saya agar dapat melampiasknya lagi. Mia terbangun dengan gerakkan itu, Mia merebahkan diri kesisi saya dan meminta saya untuk naik keatas agar minindihnya. Saya masukkan kemaluan saya secara perlahan dan pasti, langsung saya pompa turun naik. Beberapa menit kemudian saya memuncratkan sperma didalam lubang vaginanya.

"Miaa.. Sayyaa.. Keelluuaarr.." desahku panjang. Setelah itu saya rebah disampingnya dan memeluknya dengan penuh kasih Sayang.


"Pak.. Boleh nggak Mia pinjam teleponnya..?" tanyanya.
"Boleh.. Untuk apa..?" tanyaku lagi.
"Mia mau telepon ke kampung.." jawabnya.
"Boleh.. Silahkan.." jawabku.

Mia meminta kunci telepon pada saya, karena akan menelepon orang tuanya. Mia menelepon masih dalam keadaan bugil dan sambil nungging, melihat itu saya iseng untuk mengobel kemaluannya yang terjepit kedua pahanya. Mia kelihatan sedih pada raut wajahnya. Melihat hal itu saya menghentikan kobelan tangan pada vaginanya. Mia menitikkan air matanya dan langsung menutup telepon tersebut.

"Ada apa Mia.. Kok.. kamu sedih..?!" selidikku sambil memeluk tubuhnya.
"Bapak marah-marah dan akan datang kesini untuk menjemput Mia.. Pak.." rengeknya.
"Lho.. Bagus dong.. Khan saya dapat bicara langsung sama orang tua kamu.." jawabk
"Mia nggak boleh kawin sama Bapak, Mia disuruh menggugurkan janin yang sudah berumur dua setengah bulan ini.." jawabnya sambil sesenggukkan menangis dipelukan saya.
"Sudahlah.. Nanti saya jelaskan sama Bapak kamu.." jawab saya agar Mia lebih tenang.

Mia langsung memungut dasternya yang berserakkan dilantai, saya mencegahnya dan saya dudukkan dilantai sambil mengusap-usap rambutnya agar tenang. Setelah agak tenang, saya mengangkat wajahnya agar menatap saya dan terlihat matanya agak sembab. Saya mencium pipinya yang diteruskan ke bibirnya. Rupanya Mia menikmati ciuman tersebut sambil tangannya meraih kemaluan saya untuk dielus-elus perlahan. Otomatis kemaluan saya bangkit lagi, saya rebahkan Mia sambil tangan kanan saya meraba vaginanya yang masih basah bekas siraman peju tadi. Mia menggelinjang-gelinjang ketika jari saya menyentuh G-spotnya, vaginanya bertambah basah saja sampai keluar membasahi lantai.

Saya menghentikan kobelan jari ini, saya minta agar Mia mau melap dulu vaginanya agar tidak becek. Setelah dilap saya memasukkan jari tengah ke lubang vaginanya lagi, kemaluan saya sudah tegang dan saya minta Mia mengangkang yang lebar dengan cara mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi agar lubang vaginanya menganga dengan lebar. Saya arahkan kepala kemaluan saya kelubang vaginanya. Mia sudah melupakan kejadian tadi ketika Mia telepon ke orang tuannya, sebab Mia langsung menarik tubuh saya agar menekan lebih dalam lagi kemaluan ini. Dengan mudah saya memasukkannya dan langsung saya memompa turun naik dengan cepat agar bisa beristirahat karena kecapaian.

"Goyang yang kencang Pak.." pintanya agar saya menghunjam lebih cepat lagi.

Saya menurut saja dan dengan semangat saya percepat sehingga terdengar suara kecipak dari dalam lubang vagina Mia "cplokk.. Cplokk..". Beberapa menit kemudian saya sampai pada puncaknya secara berbarengan.

"Miaa.. Saayya.." suara saya tertahan karena bibir saya langsung melumat Bibirnya dengan penuh kemenangan.
"Hhmm.."

Mia memelukku dengan erat sambil menjepitkan pahanya ke pinggang saya. Mia tersenyum puas, sayapun tersenyum sambil kukecup puting susunya kanan dan kiri. kami merapihkan pakaian yang berserakkan dilantai, Mia melap lantai yang basah oleh bercak cairan kenikmatan kami berdua. Kami mandi berdua sambil bercanda ria untuk menghilangkan kesedihan yang baru dialami Mia, karena orang tuanya tidak mau mengambil saya sebagai mantunya.

Selesai mandi saya merapihkan badan dan pergi keluar rumah untuk membeli jamu sehat agar tetap Fit, saya paling suka minum jamu yang dicampur pakai telor bebek dan lada hitam. Katanya ramuan tersebut sangat ampuh untuk membangkitkan gairah sex.

Keesokkan harinya ketika saya tidur siang, orangtua Mia datang bersama kakeknya dari kampung. Mia tidak berani membangunkan saya, karena Mia tahu kalau saya masih capai habis melayaninya. Sore harinya saya bangun dan diberitahu kalau orangtuanya datang, saya pergi mandi untuk membersihkan diri setelah tadi siang bertempur dengan Mia. Setelah rapi, saya langsung menemui orangtua Mia. kami berbicara mengenai keadaan kampung dan kegiatannya. Orangtua Mia belum mau membicarakan perihal Mia, karena Beliau akan berbicara dihadapn isteri saya juga. Saya sangat setuju dan siap menghadapi segala resikonya.

Ketika isteriku datang, Orangtua Mia masih memberikan kesempatan untuk beristirahat sebentar (maklum adat timur). Setengah jam kemudian kami kumpul diruang tamu dan Orangtua Mia mengutarakan kedatangannya untuk menjemput si Mia.

"Bu.. saya mohon maaf, karena saya datang mendadak untuk jemput Mia.." katanya.
"Ada apa.. Kok dijemput..?" tanya isteriku.
"Mia lagi ada masalah dengan Bapak.." katanya lagi.
"Ada masalah apa Mia..?" tanya isteriku pada Mia.
"Anu Bu.." jawabnya gugup dan ragu.
"Bilang aja terus terang Mia.." kata Orangtuanya.
"Mia hamil Bu.." jawabnya tertunduk.
"Apaa..? Hamill.." isteriku kaget mendengar ucapan Mia.
"Iyaa Bu.. Sudah dua setengah bulan.." katanya lagi pelan.
"Pa.. Benar kamu menghamili si Mia..?" tanyanya padaku.
"Benar.." jawabku.
"Kok.. Tega sih mengkhianati saya..!" seru isteriku.
"Saya sama Mia melakukan itu karena kasih sayang dan suka sama suka.." jawabku.
"Benar Mia.. kamu melakukan atas dasar suka sama suka.." cecar isteriku ke Mia.
"Benar Bu.." jawabnya singkat.
"Yah apa boleh buat, sekarang terserah Papa dech.." kata isteriku.
"Ok.. saya akan menikahi Mia, itu juga kalau disetujui oleh kamu dan orangtuanya " kataku.
"Tidak.. saya tidak mau.." kata Orangtuanya.
"Saya tidak mau punya mantu yang cocok jadi Ayahnya anak saya.." katanya lagi.
"Saya mohon pak, setidaknya saya ingin bertanggung jawab bukan hanya demi anak dikandungan mia. Saya memang mencintai anak bapak." tegas saya.
"Apa benar bapak Iwan bersungguh-sungguh meninkahi anak saya?" tanya Ibunya.
"Saya siap, bahkan jika mau saya bisa menikahi anak bapak dan ibu besok." jawab saya.

Ibu mia meminta berbicara sebentar dengan Mia,Ayah,Kakeknya dikamar Mia. Sementara saya dan istri menunggu diruang tamu. dari ruang tamu terdengar suara mereka walaupun tidak kencang. Sambil menunggu isteri saya memulai pembicaraan.

"Pa.. Kok bisa sich.." kata isteriku.
"Kenapa nggak.. Kan saya hanya dengan Mia dan anak-anak dirumah.." jawabku sekenanya.
"Iya.. Kenapa kamu lakukan sama si Mia" kata isteriku lagi.
"Mia penuh perhatian terhadap saya, sedangkan kamu lebih mementing emosimu" belaku.
"Okay pa, jika orangtua Mia mengizinkan untuk kamu menikahinya. Kamu mesti cari kerja lebih keras, setidaknya jika mau kamu bisa ambil kerja bukanya kemarin teman mu juga tawarkan kerja ditempatnya gaji juga lumayan." tegas istriku.


Aku memang menerima telepon dari temanku yang berkerja diluar negeri, dia meminta membantunya. Aku memang berminat namun aku urungkan karena masalah keuangan dan izin kerja yang panjang.

"Tapi itu diluar negeri, bagimana nanti jika ada permasalahan dokumen?" jawabku.
"Itu sudah resiko, toh kamu sudah berani mengakui masalah ini dan mau bertanggung jawab masa yang lain tidak?" tanya istri.
"Baiklah, saya akan ambil kesempatan itu. Aku jual mobil untuk uang sakuku" Tegasku.

Setelah menunggu, saya dan istri akhirnya usai. Bapak dan Ibu Mia datang kembali sedangkan Kakek dan Mia dikamar.

"Sejujurnya berat alasan saya menerima pinangan pak Iwan, karena selain dosa ya juga masalah usia. tetapi atas desakan istri saya saya mengalah." tegas Bapak Mia.
"Jadi bapak mau menikahkan saya dengan Mia?" tanya saya.
"Benar Pak Iwan, Tapi ada syaratnya pertama pernikahan diadakan dikampung kami dan untuk mahar cukup cincin emas. Kedua walaupun sebagai istri kedua harap bapak iwan tidak meremehkan Mia dan menomorduakanya."jelas ibu Mia.
"Baik bu, kami bersedia." jawab istri langsung.

Singkat cerita besoknya Mia dan Orangtua serta Kakek pulang ke Kampung. Selang dua hari, Saya berserta istri dan anak menyusul ke kampung Mia. Sesampai dikampung Mia, saya langsung bersiap untuk akad nikah karena ingin semua beres, karena mesti kembali secepatnya cuti hanya dua hari. selepas acara akad nikah dan beristirahat 4 jam, dirumah orangtua Mia. aku dan keluarga (berserta Mia) kembali ke jakarta.

Setelah menikah dengan Mia, saya lebih bersemangat. saya menghubungi teman yang menawarkan kerja dan syukurnya masih bisa. satu bulan kemudian saya berangkat ketika kandungan Mia berusia 3 Bulan setengah. Setelah menunggu (hidup sendirian), di Apartemet. 2 Bulan kemudian baru kedua istri dan anak datang. Mia makin sexy dengan usia 5 bulan kandungannya. Aku sengaja meminta ruangan yang cukup. saat ini istri mulai bisa menerima Mia sebagai istriku, dan anak-anak memanggil dengan Bunda. Kehamilan Mia membuat dirinya semakin Seksi, hanya aku harus membagi antara istri ku dan Mia.

kini (dua tahun kemudian) aku sudah lebih berhasil, Aku menjabat posisi penting diperusahaan, Mia melahirkan anak perempuan kuberi nama Intan. sedangkan Istri Tua sempat berkerja sebagai konsultan bisnis, dan Mia fokus mengurus anak. ternyata tiga bulan kemudia kedua Istri hamil hanya berjarak 2 minggu. Istri pertama hamil anak ketiga dan hamil anak kedua.

tamat (kisah pertama)
 
Linknya sudah mati, jadi maaf jika mesti baca ulang semua yang udah pernah baca. semoga dalam berberapa hari bisa post cerita selanjutnya
 
Lanjutan




MIA




NINDA


Dua bulan berlalu, aku lalui dengan penuh kerja keras. Maklum saya aku mesti menghidupi diri dan mengirim uang kepada istri pertama untuk membantu ekonomi rumah tangga. Pekerjaan sebagai manager di perusahaan rekanan temanku, memang cukup kompetitif, untung saja aku memiliki dasar pengalaman dan pendidikan yang cukup sehingga tidak lama rasa minder muncul. Walaupun aku mesti menyelesaikan masalah keluarga yang terpenting, yaitu masalah istriku. Masalah Mia, ia mesti mendapatkan kesibukan dan pengalaman yang cukup baik rumah tangga maupun pribadi.

Maka satu bulan kemarin, aku sibuk mencari kursus memasak yang nanti menjadi modal bagi Mia untuk membuka usaha sendiri. Aku membuka Handphone dan menekan nomor Ninda. “Halo ma, udah dimana?” uajrku. Hari ini kedua istriku akan datang, aku kira akan terkendala, terutama Mia yang memiliki keterbatasan untuk ukuran orang Singapore, maklum saya, Mia baru lulus SMA langsung mencari kerja sebagai pembantu dirumahku. Ia pun baru 8 bulan bekerja sebelum istriku. “Udah di Bandara, ini mau boarding dulu. Udah dulu mas, Ayu lagi rewel nih pengen makan disuapin Bundanya.” ucap Ninda.

Aku melirik ke jam tangan ditangan kananku, “Udah jam, 9 pagi nih. Berarti jam 11.00 udah sampai. Aku sedang minum kopi di flatku. Flat yang kuurus sendiri, meski Wirdan sempat menawarkan untuk memasukan dalam kontrak kerja sebagai fasilitas tanpa kurangi gaji. Aku menolak dengan alasan, “Nanti aja Wir, aku mau ajukan Permanent Resident, biar enak diaturan. Biar perusahaan tidak terlalu membantu kita.” ujarku. Wirdan tersenyum, ia membutuhkan aku dalam perusahaan karena pengalamanku diperusahaan lama. Aku memang dipecat diperusahaan lama karena memang sudah benar-benar akan bangkrut.

Aku pergi dahulu ke MCD untuk makan pagi, aku jarang sekali menikmati makan di Fastfood, karena cafeteria Perusahaan sudah ada untuk melayani makanan pengawainya. Setelah makan, aku baru menuju Bandara, setelah menunggu 20 menit, akhirnya keluarga muncul. Aku memeluk mereka sesaat. Ninda, Raya, Ayu, dan Mia. “Mas, kurusan kok. Jarang makan ya?” ujar Mia. “Gak kok, mas memang sering nggym bareng teman. Kalau dilihat kamu makin seksi ya Mia. Nanti dicoba yuk ?” bisikku dan Mia tersenyum sambil mengelus perutnya. Kami pun pergi ke Flatku.

Sesampainya di Flat, aku membagi kamar. Karena hanya ada dua kamar yang cukup besar, dan satu kamar sedang. “Mia kamu tempati kamar kanan, itu buat kamu. Kalau kamu Nin, yang di kiri. Biar anak-anak kamarnya yang kecil, itu ada dua ranjang anak aku pesen.” terang aku menjelaskan. Waktu makan siang, aku mengajak mereka untuk makan siang, aku kembali mendapatkan kemersaan ku. Ninda pindah ke Singapore, karena pindah kantor. Ia mendapatkan promosi dari perusahaannya, “Terus bagimana Nin, Mia gak bisa Bahasa Inggris, gimana kalau mau belanja dan kursus nanti.” Kata siapa dia bodoh, Mia itu pintar kok. Asal kamu tahu ya Mas, Mia cukup fasih kok, makanya aku akan masukin kursus yang bagusan untuk ngisi waktu dia,” ujar Ninda. Aku masih bingung, tiba-tiba Raya ingin memesan es krim, buru-buru Mia mengantarkannya untuk ke mengangkat tangan, pelayan datang, Mia memesan es krim untuk kedua anaknya dengan cukup baik, meski terlihat jarang mengunakannya.

“Tuh, liatkan Mia bisa. Kamu beruntung banget, kaya dia gak bakal kesulitan untuk komunikasi. Lagian aku telepon ibunya, Mia itu juara kelas dulu, namun gak ada biaya jadi minder dan tertutup lalu rela jadi pembantu,”ujar Ninda menjelaskan masa lalu Mia, aku sedikit kaget kenapa baru mengetahui semuanya. Kami kembali ke flat, malamnya Mia memasak makanan dan kami makan bersama. Jam 8.00 malam, Raya dan Ayu sudah tidur. Aku mengandeng dua istriku untuk masuk kamar. “Mas, sama Mia aja dulu. Kalau udah aku baru kesana. Aku mau siapin kerjaan buat besok.” Ucapnya, jujur aku tidak tega. Aku menariknya dan masuk kamar, aku ingin menikmatinya bersama-sama.

Aku menduduk mereka berdua dikamar, Mia memakai gaun warna biru, sedang istriku memakai kaos hitam dan celana pendek. Keduanya terpaut umur 10 tahun, Istri umur 27 tahun dan Mia 17 tahun. Aku melepaskan kacamata istriku yang pergi panjang ukuran sedang, dengan logam tipis. Aku menaruhnya dimeja. Pertama aku mencium bibir Ninda, dia berreaksi ia menciumku aku mencium leher dan bahunya. “ah….ma..s..oh..kangen…oh…” desahnya aku melepaskan ciuman dan membuka kaosnya. Payudara terlihat dengan bra berwarna cream. Aku berganti mangsa, Mia kudekati aku menciumnya dan membuka kanci gaunnya yang. Satu persatu hingga kancing terakhir.

Payudara Mia terlihat jelas, aku menelan ludah , aku melepaskan gaunnya itu melemparkan ke lantai. Aku lalu kembali ke Ninda. Aku mencium dada dan bahunya kembali ia mendesah, “ah…m..a..s…oh..en..ak…” rancau Ninda. Kini keduanya hanya memakai Bra dan Celana dalam, aku duduk diantara mereka. Aku mendekatkan mereka hingga mepet, aku mencium Mia disebelah kiriku dan tangan kiri memainkan payudara kanannya. Sedangkan saat yang sama aku melakukan hal sama, tangan kananku memainkan payudara kiri Ninda. Mia terangsang, ia makin memelakukan perlawanan. Nafsu kami yang kami tahan dua bulan ini akan kami selesaikan malam itu. Mia mendorong dengan keatas, aku menekan lebih kuat.

Sementara Ninda merancau, “ah…..be..lum..p…uas..oh…mmmhhh…ajjj…….”ucapnya tidak jelas, aku tersenyum setelah bertukar air lur dengan Mia. Aku menoleh dan mencium Ninda, dan menciumnya. Kali ini dia mengikuti semua aku mau, meski dipertengahann dia melakukan upaya mendominasi. “ahhh…mas…terus…enak..banget…kaya…du…lu…oh...te.***….s..oh…oh.”erang Mia yang sekarang merancau. Aku kembali berganti mangsa baik Ninda dan Mia sampai berberapa kali. Aku yang memiliki nafsu jauh lebih besar menekankan perlawanan mereka. Tangan kiri Mia berada dipahaku demikian dengan tangan kanan Ninda, mereka melakukan sesuatu. Mereka membuka celanaku. Aku memakai celana pendek, seperti kesulitan melepaskan celana. Aku menaikan pantatku agar memudahkan. Mia memuka celana, sementara Ninda mengeluarkan Penisku. Begitu penis terlihat mereka mendorong celana hingga setengah paha.

Mereka mmainkan handjob, tangan Mia dekat ujung penisku sementara tangan Ninda berasda dibawahnya. Aku merancau namun tetap memainkan payudara mereka. “ahhh..e..nak…oh…mmm…terusin..sayang…” erangku. Dikuti dengan kedua istriku yang juga merancau. 20 menit kemudian aku klimaks, dan mengerluarkan sprema. Buru-buru Ninda dan Mia melepaskan handjob dan duduk dilantai. Ninda melakukan oral, “ohh..terus..Nind…e…nak…..t…ttta….pi..ja…ngan…pake…gi..gi…dan..ku..ku..oh….” erangku. Ninda mempercepat oralnya, aku makin merancu.”oh..istr…iku….heb…at..” ucapku sambil mengadahkan kepala keatas. Dan mengejamkan mata. Sementara Mia bangkit menciumi dan duduk menciumi badanku. Kami berkeringat namun kenapa keringat ini tidak membuat kami habis tenaga, setiap menciumnya nafsu kami makin naik.

Setelah satu jam dia mengoral, “Nin, kli..maks..nih….oh…he…bat..kamu….” erangku. “Crott…Crott…” aku menembakan setengah ke mulut Ninda, dia menelannya. Aku minta Mia turun, Mia turun duduk dan membuka mulutnya dan aku memasukan Penisku kemulutnya “Crot…Crottt…”Aku memasukan setengah dari Spermaku ke mulut Mia. Ia menelannya. Kini ia sudah tidak lagi mendapatkan Morning Sickness jadi aku bebas meminta ia melakukan oral besok. Aku membangunkan Ninda dan meniurkan diranjang, lalu juga Mia aku meniurkannya di Ranjang. Kali ini aku akan melaksanakan tugasku, menyetubuhi kedua istriku.

Aku membuka kaos dan celanaku, aku berdiri depan Mia. Aku naik ke kasur, dan melepaskan Celana Dalam dan Bra Mia, ternyata Celana Dalamnya sudah basah, aku merentangkan kedua kakinya dan memasukan Penisku yang sudah menengang. “Jles.” Penis ku masuk ke lubang peranakannya. Rasa yang sama, sudah dua bulan aku tidak merasakannya. “ohhh.” keluh Mia saat Penis masuk dalam Vaginanya. Aku memulai permainanku, “Plok..Plok…Plok..Plok..” bunyi kulit kami bertemu, “Ahhh…mmm…teru…terus…oh…..mas….oh…,” demikian rancau Mia. Aku mememainkan payudaranya, “Ah…terusin…oh….oh…mas…enak…”keluhnya. buncit.Mataku tertuju pada perut Mia. Dahulu perutnya langsing dan rata, memang dua bulan lalu perutnya agak sedikit. Mia juga membantu gerakan ia mergerakan pantatnya seirama dengan aku memompa Vgainanya.


Aku menundukan kepalaku, dan mepercepat mempompa kemaluan Mia. “Oh…mas….mmmph…terusin…a…ku..kangen……ohh…..” erangan Mia selanjutnya. Aku mencium perutnya, aku merasa penuh kemenangan. “oh…mas…terus….terus..terus..ohhh..” keluh Ninda. Aku menoleh kearahnya, Rupanya dia tidak sabar, permainan kami memancingnya melakukan masturbasi. Aku memfokuskan diri pada Mia, Aku Mempompa kembali Vaginanya . “Ohhh…Mia….aku…pu..as…nih…” kataku mengambarkan, aku mencapai bagian dalam vgina. Aku menghentak,”AHHH…”teriak Mia untung saya Flatku kamarnya kedap suara, aku mempercepat tempo. Aku memompa kembali, tiba-tiba timbulah keinginanku untuk berganti posisi.

Aku mengeluarkan Penisku, “Mia kamu balik badan, posisi merangkak,’ perintahku dia melakukan apa ku minta. Aku mengarah penisku ke Vaginaya, lalu memompa kembali. “ohhh….mas….enak…” keluh Mia. Aku menoleh kesamping, istriku menatapku dengan mata menyipit dan samar-samar. Dia sudah tidak sabar rupanya. Aku memompa kembali, “OHH….Mia…ayo.. puasin…ma…s..oh…ohhh” ujarku menyemangati Mia. Mia turun membantu kali ini, ia mempercepat gerakan Pantatnya sudah satu jam setengah, Mia mencapai klimaks aku belum. Cairan membantu greakan,”Ahhh…Mas…aku sampai.” Aku mencoba sabar, “Plok…Plok….Plok.” bunyi persebubuhan ini. Dua menit kemudian aku klimaks,”Mia, mas sampai.” Aku menembakan Spermaku di dalam Vagina Mia. “Crot…Crott…Crott.” Setelah itu aku mengeluarkan Penisku dan menghampiri Ninda, “ Maaf Nin, aku lama.” ucapku sambil terengah, aku belum puas beruntung Ninda sudah posisi siap. Ninda mengunci pingangku dan tangannya dibahuku. Aku keluar, “Mia, Mas sama Mbak keluar dulu.” ujarku kamar yang kugunakan kamar Mia. Aku keluar sambil membawa Ninda yang kugendong baru keluar kamar. Aku sudah tidak sabar. Aku mengarahkan Penisku ke Vagina, dan mulai menjelajahi.”OOOHHH…MAS…..” teriak Ninda, aku tidak peduli setelah Penisku masuk baru aku masuk berjalan masuk kamar Ninda.

Setelah masuk aku tidak melakukan persetubuhan dikasur, aku masih melakukannya dengan posisi Ninda bergantung depanku. Aku menyandarkan Ninda kelemari. “Plok…Plokk…Plok..” bunyi kulit kami. “ohhh…mas….aaahhh…ud..ah….nungggu….ahhhhh.” rancaunya tidak karuan. “Ohhh…Ninda…p..uuu…a..skan..aku…” pintaku sambil mendesah.aku mempercepat memompa “Ahhh…te…ru..s…oh…Mas…” desahnya, aku menciumi bibirnya. Aku langsung meneluruhi leher dan bahunya. Ia menyambut dengan memeluk erar, Ninda ikut mengerakan pantant kali ini. “Nin..oh….k…al…..o…..buan..g..peju…didalam….hamil…gak?” desahku sambil bertanya. “Gak…oh….ma….s…aku….KB…Implan…” ujarnya, aku tenang. Aku takut jika Ninda harus hamil karena belum sempat benar-benar siap memiliki anak lagi selain dari Mia.

Aku meneruskan memompa Vagina Ninda, aku menghentak,”Mas …oh…Penismu..ahhhhh…ada…diperut…mmmmmph…rasanya…”keluh Ninda. Aku tersenyum, aku memompa sekali lagi. “Mas…sam…paiiii..” ujar Ninda , aku memompa kembali,, Ninda dan aku kembali merancau. Namun Ninda sudah mulai kehabisan tenaga. Aku memompa kembali. Permainan seks ini berjalan dua jam, aku belum merasakan klimaks. Aku memompa sekali lagi. Hentakan itu mencapai rahim, aku memompa kembali, lima menit kemudian aku klimaks “Ninda…a…ohh..ku …..klimaks…” ujarku Ninda Cuma mengangguk, dia sudah kecapaian. Aku menembaknya ke dalam rahim Ninda, waktu sudah stengah 1 pagi. Aku menyelesaikan permainanku. Aku mengedong Ninda posisi seperti itu dan menidurkan dikasur. Lalu mengeluarkan Penisku. dan tidur disebelahnya.

Aku bangun pukul 6.00 pagi karena aku kerja pukul 7.00, aku ingin berangkat lebih pagi. Meski hari itu Minggu aku ingin merapihkan dokumen karena tadi pagi pukul 4.00 Wirdan mengirim e-mail tentang dokumen. Ninda sudah rapih dengan kaos dan Mia pun memakai kaos, aku pergi sambil memberikan ciuman bibir pada keduanya. Sesampai diruanganku aku mulai merapihkan dokumen mengunakan laptop, menjelang makan siang aku menyelesaikan. Aku memutuskan makan di Appartement, tiba – tiba aku mendengar suara berisik di ruangan Wirdan. Biasanya Ruangan itu kosong, aku mendekatinya dan mencoba mengintip. “Masuk aja..wan…ohhh…mmm.” ujar Wirdan. Aku membuka pintu aku kaget, Wirdan sedang berciuman dengan sekertarisnya ia merupakan orang Indonesia pula.”Maaf wan, aku ganggu kerjaan. Aku lupa kamu masuk hari ini.” ujar Wirdan “Gak papa santai, anggap aja gak pernah terjadi,” ucapku santai pada Wirdan. Kami keluar menuju pantry, ia minta maaf dan meminta merahasiakannya. “Santai bro, aku gak sempurna kok. Bahkan aku hamilin pembantuku sekarang jadi istriku.” ucapku. “Iya aku tau, tapi gw tadi nafsu. Untung ada loe, gw langsung bolehin loe masuk. tambah malu,” uajr Wirdan

Rupanya dia sudah menyukai sekertarisnya yang merupakan mahasiswa mangang itu, ditamabh dengan kemampuan dipekerjaan membuat dia kagum. Lama-lama tumbuh benih cinta, dan sekarang mereka berniat untuk melakukan hubungan itu. Mengetahui itu, aku berbisik, “udah bro santai aja. Aku gak bakal laporin kok. Toh loe sama istri loe udah resmi ceraikan bulan lalu.” Sambil beranjak pulang, Wirdan juga memilih pulang, entah bagimana dia melanjutkan kisah dengan sekertarisnya.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
mulustrasinya diperbaiki lagi ya hu, gak keluar di tread suhu soalnya neh.....
 
Mantap hu ditunggu update selanjutnya..Emm nambah lagi ga ya istrinya??
 
Bimabet
Lanjutan

Hari-hari berlalu. Aku pulang kerja, waktu menunjukan pukul 18.00. Mia menyambutku, ciuman bibir yang khas diberikan. Aku membalasnya dengan mersa, “Mia, kamu siap-siap ya. Kita ke dokter buat cek kandungan. Dua minggu terasa begitu cepat, “Iya mas, bawa Raya sama Ayu ya. Mereka sendirian di Appartement. Mbak Ninda masih kerja baru pulang jam 9 nanti,” ujar Mia sambil membantu melepaskan jasku. Aku menganggukan kepala, “Tidak ada salahnya, anak-anak ikut memeriksa Bundanya.” Pikirku demikian, sambil masuk ke dalam kamar dan menyiapkan handuk lalu mandi.

Setelah selesai mandi, dan berpakaian, aku makan. Makanan yang dibuat Mia enak sekali, kursus memasak yang diikuti memang berguna. Setelah makan selesai, kami berangkat ke klinik. Cukup lama kami menunggu panggilan pemeriksaan. Raya dan Ayu untuk mereka tidak rewel, mereka asyik bermain dihalaman. Akhirnya Mia dipanggil, aku minta Raya dan Ayu masuk untuk menunggu, aku khawatir jika mereka hilang. “Raya, ade Ayu. Ayo masuk dulu. Bunda mau periksa dede bayi.” kataku Raya dan Ayu mengikuti, “Nah pintar, kan udah mau jadi kakak jadi harus nurut,” kataku melanjutkan.

Hasil pemeriksaan cukup baik, kami mengetahui anak yangdikandung Mia adalah Perempuan. “Semoga anak kita cantik seperti Ibunya, dan lahir sehat juga pintar.” ujarku sambil memeluk Mia saat berjalan meninggalkan Klinik. Kami pulang dengan berjalan kaki. Jarak Appartement hanya dua blok dari Klinik, hanya saja berjalan harus pelan-pelan. Sesampai di Flat, ternyata Ninda sudah ada. “Gimana Mas, keadaan kandungan Mia baguskan?” katanya sambil memberikan susu hangat untuk Raya dan Ayu. “Bagus kok, juga udah bisa kebaca jenis kelaminnya.” ujarku. “Apa mas, laki-laki atau perempuan?” tanya Ninda bersemangat, ia ingin mengetahui jenis kelamin yang dikandung Mia. “Cewe mbak,” ujar Mia menjawab pertanyaan Ninda. “Oh, Cewe.” ujarnya sedikit lesu, ia menjadi sedikit kecewa. “Lho kamu kenapa Nind, kaya gak seneng anak Mia perempuan?” tanyaku sedikit menyelidik.

“Gak papa mas, jujur aku seneng. Mia kandungannya sehat. Tetapi aku berharap awalnya bayinya cowo.” kata Ninda. “Lho Kenapa kamu pikirnya begitu?” kataku sedikit bingung. “Ya, cuma biar pengen tau aja rasanya anak Cowo.” jawabnya “Udahlah, toh kamu masih bisa hamil 1-2 anak lagi, Mia juga masih bisa hamil lagi.” kataku. Malam itu, jadwal dari Mia, Ninda mendapatkan giliran untuk menidurkan anak. Aku juga mendapatkan jadwal untuk menidurkan anak, meski sehabis itu Mia atau Ninda sudah melayaniku itupun dikurangi waktu datang bulan atau kami sudah benar-benar capai.

Mia memakai baju tidur dengan dasar warna putih, aku memeluknya dari belakang. “Mia, terimas kasih udah mau mengadung anakku.”ujarku “Iya mas, sambil meletakkan tangannya keatas tanganku. Aku menciumi pipi dan bahunya, lalu membalikkan badannya kehadapanku, “Mas, kali ini aku yang diatas ya.” pintanya aku menganggukan kepala. Aku mencium bibirnya, kali ini dengan cukup mersa. Ia mendorongku jatuh kekasur, aku membantunya. Aku terjatuh sambil berciuman. Mia lalu menciumi pipi dan leherku, jujur aku tidak terbiasa menikmati permainan ini. Aku mencoba mengejamkan mata, namun tidak berhasil. “Maaf Mia, mas kok gak terangsangnya. Boleh gak, Mas yang mulai kaya biasanya,” ujarku “Gak mas, aku mau cob acara ini. Udah pengen soalnya.” ucapnya, mendengarnya aku menjadi sedikit kasihan maka aku meluluskan permintaan istirku itu.

Aku kembali mengejamkan mataku, Mia mulai menciumku. Aku memeluk kepalanya ia turun keleher dan bahuku. Aku merasakan sesuatu, ada yang melepaskan pakaianku. Aku membuka mata. Mia berusaha melepaskan pakaianku, aku tidak tahan lagi. Aku bangun lalu menciumnya dengan posisi terduduk. Aku setengah merangkul, lalu berbalik dan menidurkannya. Aku melepaskan kaosku, celana pendek dan celana dalamku. Aku mendekati Mia, aku memasukan kedua tanganku, aku menyentuh celana dalamnya. Mukanya memerah, wajahnya cemberut. “Mas, Curang aku udah bilang aku yang mulai. Kok mas malah gak percaya malah mas yang mulai.” katanya manja.

“Udahlah, Mas gak tahan. Nantikan bisa tukeran tempat.” kataku menenangkan, aku merogoh dan melepaskan celana dalamnya. Setelah berhasil, aku memasukan tangan kananku kedalam lubang Vagina. “Ahh..m…as…oh….en..ak…oh…oh…te…***…s..”desah Mia. Aku memainkan jari-jariku untuk menjelajahi Vagina Mia. Aku mengerakan jari tengahku untuk bermain-main dilangi-langit Vaginanya ia mengejamkan matanya sambil mengigit bibirnya. “Ahh..mas…te…te..te…russ…oh..oh….en..ak…oh….” ucap Mia mengelijang menerima permainan Tanganku. Penisku mulai sedikit payudaranya beraksi, aku mencium bibir Mia. Dia saat aku mencium Mia, tangan kanakku masih bermain, dan tangan kiriku mulai bermain akhirnya aku mendapatkan biji klitorisnya, aku melepaskan ciuman dan permainan tangan kiriku terhadap payudaranya. Tangan kiriku kupergunakan membuka lubang Vaginanya. Aku memijit biji klistorisnya. “ahh..m…a..s…oh…..oh…mmmm…..oh…”desahnya, permainan baru berjalan 30 menit. “oh…m…as…oh….”keluhnya, dan ia mengalami orgasme, aku menlepaskan tanganku, cairannya muncrat ketanganku dan sprei. Aku menghampiri Mia, aku memperlihatkan cairan kewanitanya. Aku menjilat tanganku didepan wajahnya, nikmatnya cairan kewanitaanya itu. “Mas, mau dong.” Pintanya aku memberikanya ia menjilat tanganku. “Mas enak, beneran.” katanya aku tersenyum. Aku kembali menjilat cairan kewanitanya yang tersisa di vaginanya. “oh....m…as…oh…mmm….pph…”keluhnya, 5 menit kemudian cairan sudah habisku jilat.

“Sekarang gantiannya, Kamu sekarang yang ambil permainan.” kataku pada Mia sambil mencubit hidungnya. Aku merebahkan diri dikasur, sementara Mia merangkak diatasku. Ia menghadapkan wajahnya didepan penisku. Ia memengang penisku dnegan tangan kanannya. Sementara tangan menahan keseimbangan. Ia menurunkan wajahnya, “oh…oh…Mia….oh…Mia…” keluhku menanggapi permainannya. Oral yang dilakukan Mia adalah yang pertama sejak menjadi istriku. Karena aku takut dengan dengan kebiasaan morning sickness. “ohh….M…I…A…oh…kamu.ohh….oh….” keluhku, Mia makin bersemangat dan mempercepat permainannya. Satu jam kemudian aku klimaks, “Oh…Mia…mas…s…am…oh..oh…pai..oh…” kataku aku menyemprotkan spermaku kedalam mulutnya. “crot…crot…crot..” Spermaku keluar dimulutnya, Mia menelannya dengan penuh kepuasan, Mia naik keatas pahaku. Penisku naik ke ukuran maksimal.

“Ohh…Mas…nikkmat…oh…”kata Mia saat ia memasukan Penisku kedalam vaginanya. Ia menjadikan lututnya sebagai keimbangan.”Ohhh..Mia…….oh…enak..bang…get…oh..oh..” keluhku. Mia mulai memompa dengan mengerakan tubuhnya keatas dan kebawah. Setiap permainan menghadirkan kenikmatan. “oh…mas…ah…..mmm….oh…yes…” ujarnya sambil mengejamkan mata. “ohh…iya…oh….Mia….p…in..ter..kamu..puas…in…oh…mas….”ujarku sambil meretangkan tanganku memainkan payudaranya. Mia makin mengelijang menerima permainanku. “Oh…mas…oh…mmmm…..ohh…keluhnya, Mia mengejamkan matanya menikmati permaian ini. Ia menambah tempo permainan, aku membantu dengan mengerakan pantatku ke atas dan bawah tidak berapa lama Mia klimaks. Satu jam kemudian, Mia kembali klimaks kedua kalinya setelah aku juga merasa cairanku diujung penisku. Maka aku memegang pingang Mia. “oh…Mas….aku..sam….pai…ohhh…mmmm…ahhh” ujar Mia. “Sama…Mi….oh……ki…ta…ke…lu…ar…ba…ohh…oh…re…ng..oh..” ajakku.

Mia menganguk. Aku memengang pingangnya lalu aku menyemprotkan Sperma ke Vaginanya demikian Mia yang merasakan Sperma ku masuk ia mengeluarkan cairannya. Setelah persetubuhan Mia ambruk dipelukanku. Aku masih ingin melakukan persetubuhan lagi, “Mia, Mas ke Mbakmu ya.” ujarku. Dia diam saja, aku memakai celanaku tanpa celana dalam. Aku menuju pintu “Mas, sukses ya.” ujar Mia, aku tersenyum sambil meninggalkan kamar. Aku membuka kamar Ninda. Aku menyalakan lampu tidur, syukurlah Raya atau Ayu tidak tidur dikamar Ninda. Raya dan Ayu Sering kali pindah kekamar Ninda dan Mia jika habis menonton film horror.

Aku membuka celanaku, dan masuk kedalam Selimut yang dipakai Ninda, “Mas, ngapain kamu? Bukanya malam ini jatah Mia?” kata Ninda terbangun, padahal aku berusaha tidak mengeluarkan suara. Rupanya Ninda merasakan bau bandanku.” Kok bisa tau aku kesini.” ujarku menganti topik “Bau badanmu, kecium aku tau.” ujar Ninda. “Oh gituya, itu Mia udah selesai. Kamu taulah kalo hamil lebih-lebih Mia masih muda. Ia mudah kecapekan dan aku masih mau jadi…” ujarku setelah keluar dan dari selumut dan didepan wajahnya. “ya udah, buka aja semuanya. Langsung masuk biar cepet.” kata Mia sambil memeluk kepalaku dan berciuman, kami berguling-guling diranjang sambil berciuman.

Aku melepaskan ciuman, aku masuk lagi kedalam selimut. Aku membuka semua pakaian Ninda, daster, bra dan sebagainya. Penisku yang sudah ku memasukan ke Vagina Ninda. “Ahh…ma..s…oh…oh…mmmph…oh…oh…” keluhnya ia menghentakan kembali penisku, Ninda meggigit bibirnya. “Oh..mas…oh…oh…oh…” ia memainkan payudaranya, ingin membangkitkan nafsunya. Aku menempelkan badanku dan badannya. Aku mencium bibirnya,ciuman kami perlahan-lahan. Lama-kelamaan, Ninda mulai bernafsu. Aku yang melupakan permainan di Vagina Ninda. Kembali sadar. Aku kembali memompa, penisku menjelajahi Vagina Ninda. “oh…mas…ohh…te…ru…s….oh….oh…” keluh Ninda yang kian kenikmatan. Nafas kian memburu, “oh…oh…mas….terus..terus…kamu….h…e…ba..t.” ujarnya dengan mendesah, suaranya membuat kian bersemangat memompa vaginanya. 20 menit kemudian , aku merasakan Ninda orgasme. Aku tetap melanjutkan pompaan, aku turun ke bawah menuju Vagina Ninda, aku menyiapkan penisku. aku mengangkat kedua kaki Ninda. “Oh…Mas….oh….Mau diapain…hah…hah..” ujarnya sambil menghela nafas. “hah…hah…tenang..aja. Tiduran aja yang penting enak.” Aku membuka kaki Ninda, lalu memasukan kembali penisku.”Oh…m..a.s gila…oh….oh…enak..banget..oh….” ujar Ninda. Aku melakukannya. Aku mempercepat tempo persetubuhan, “Oh…Nin…en…ak..oh…” keluhku. Posisi bertahan duajam, akan tetapi terakhir aku menaruh kaki Ninda dibahu ternyata memberikan keluasaan lebih.”oh…oh..mas…ena…oh..k..oh” ujar Ninda kenikmatan. Puncaknya aku menembakan Spermaku ke Vagina lalu tidur. Besok paginya kami melakukan aktivitas masing-masing.

Aku sampai di Kantor, Wirdan dan Tamara sudah disiap mengadakan rapat. Rapat berjalan lancar, namun Wirdan masih sedikit stress. Saat makan siang, aku mengajak Wirdan untuk makan siang. “Kamu kenapa Wir? Gak biasa bawaan cemberut.” tanyaku pada bosku itu. “Tamara malu sama aku, wan. Dia masih bingung sama kejadian kemarin. Untungnya dia masih belum aku apa-apain.” ujarnya sambil mengela nafas, “Ya udah, kamu nikah aja. Toh gak ada halangan kok.” ujarku menenangkan dia. “Iya sih, tapi gw sayang, dan pengen miliki dia. Tapi sejak hari itu gw mau nyetubuhin dia.” ujarnya sambil berbisik ketika mengutarakan niat menyetubuhi Tamara. Menurutku Tamara adalah pasangan yang cocok, dia pintar seksi, memiliki banyak kesamaan, dan juga mencintai Wirdan. “Kalau gitu, gw gak bisa janji bakal bantu loe tapi gw usaha bantu sebisa gw.” ujarku, Wirdan menyiritkan keningnya ketika aku menawarkan bantuanku. “Serius nih Wan, aku bukan minta diajarin lho.” ucapnya sambil tersenyum. Aku tertawa medengarnya, ah kurasa mendesain makan malam romantis apa sulitnya.

Rupanya kejadian dua minggu lalu, cukup membekas pada Wirdan dan Tamara. Mereka menjadi kikuk sendiri, ketika berada ditempat yang sama. Terutama ketika rapat, Tamara menaruh kopi untuk Wirdan. Wirdan yang fokus dalam menanyakan perkembangan, hampir saya ingin mencium Tamara saat menegok ke arah Tamara yang muncul dibelakangnya, namun itu kami bisa nilai sebagai kewajaran, karena hal yang tidak disengaja. Sesuatu yang berbeda adalah ketika menghadapi aku.

Tamara selalu tertunduk malu, dan mencoba meninggalkan aku bersama Wirdan. Maka dalam sebuah kesempatan aku bertanya dengan Tamara. “Tam, kamu udah kerja disini satu tahun kan? Kamu langsung kontrak atau bagimana?” tanya aku basa-basi. “Gak Pak, saya kan dulu kuliah di Singapore, karena kalo di Indonesia gak diizin kuliah di Yogyakarta karena takut akhirnya main maklum saya agak manja pas SMA. Jadi kuliah di Singapore, kepaksa ikut aturan disini dan Tanggungjawab. Pas mau Parttime lamar disini jadi marketing, tapi karena punya kebiasaan catat dan sering bantuin divisi lain, aku diangkat dan ditawarin kontrak.” jelas dia . “Oh gitu, maaf ya kalo ini pribadi. Kamu kok belakangan ini takut sama saya, dan sering kikuk kalo berduaan sama Wirdan. “Maaf pak, saya malu jelasinnya.” ujar dengan wajah yang memerah, “Kenapa mesti malu. Kamu kan gak digosipin, dan cuma saya yang tau.” ucapku “Saya sayang sama pak Wirdan, makanya saya malu akhirnya jadi begini. Jujur kemarin saya udah buat surat pengunduran diri. Tapi pak Wirdan marah dan bakar surat itu, makannya kami sering kikuk sendiri.” katanya “Saya lebih takut lagi, jika teman-teman menyepelekan saya.” ujarnya. “Udah, kamu gak udah khawatir, aku sudah janji gak bongkar. Kamu sabar aja, kalo jodoh kamu dama Wirdan pasti bakal ketemu solusinya.” kataku tersenyum, dia bingung. Aku tidak bisa mengatakan rencana aku untuknya dan Wirdan.

Aku sudah berjanji dengan Wirdan lebih dahulu, sehingga aku tidak akan memberitahu Tamara tentang rencanaku. Terlebih aku membantu Wirdan sikapnya kepadaku dahulu. Ketika aku belum berkerja. Dia menawarkan kerja, sekarang dia memiliki masalah yang bagiku tidak terlalu pelik. Maka sudah seharusnya aku membantu Wirdan. Kini aku mengetahui, bahwa dua-duanya benar-benar jatuh cinta, maka sebaiknya aku membantu hubungan mereka untuk merekatkan, tetapi memang butuh waktu yang tepat. Setidaknya aku tidak bersalah jika menjodohkan mereka. Karena mereka memang tidak memiliki kesalahan jika bersama.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd