Lanjutan
MIA
NINDA
Dua bulan berlalu, aku lalui dengan penuh kerja keras. Maklum saya aku mesti menghidupi diri dan mengirim uang kepada istri pertama untuk membantu ekonomi rumah tangga. Pekerjaan sebagai manager di perusahaan rekanan temanku, memang cukup kompetitif, untung saja aku memiliki dasar pengalaman dan pendidikan yang cukup sehingga tidak lama rasa minder muncul. Walaupun aku mesti menyelesaikan masalah keluarga yang terpenting, yaitu masalah istriku. Masalah Mia, ia mesti mendapatkan kesibukan dan pengalaman yang cukup baik rumah tangga maupun pribadi.
Maka satu bulan kemarin, aku sibuk mencari kursus memasak yang nanti menjadi modal bagi Mia untuk membuka usaha sendiri. Aku membuka
Handphone dan menekan nomor Ninda. “Halo ma, udah dimana?” uajrku. Hari ini kedua istriku akan datang, aku kira akan terkendala, terutama Mia yang memiliki keterbatasan untuk ukuran orang Singapore, maklum saya, Mia baru lulus SMA langsung mencari kerja sebagai pembantu dirumahku. Ia pun baru 8 bulan bekerja sebelum istriku. “Udah di Bandara, ini mau boarding dulu. Udah dulu mas, Ayu lagi rewel nih pengen makan disuapin Bundanya.” ucap Ninda.
Aku melirik ke jam tangan ditangan kananku, “Udah jam, 9 pagi nih. Berarti jam 11.00 udah sampai. Aku sedang minum kopi di flatku. Flat yang kuurus sendiri, meski Wirdan sempat menawarkan untuk memasukan dalam kontrak kerja sebagai fasilitas tanpa kurangi gaji. Aku menolak dengan alasan, “Nanti aja Wir, aku mau ajukan
Permanent Resident, biar enak diaturan. Biar perusahaan tidak terlalu membantu kita.” ujarku. Wirdan tersenyum, ia membutuhkan aku dalam perusahaan karena pengalamanku diperusahaan lama. Aku memang dipecat diperusahaan lama karena memang sudah benar-benar akan bangkrut.
Aku pergi dahulu ke MCD untuk makan pagi, aku jarang sekali menikmati makan di Fastfood, karena cafeteria Perusahaan sudah ada untuk melayani makanan pengawainya. Setelah makan, aku baru menuju Bandara, setelah menunggu 20 menit, akhirnya keluarga muncul. Aku memeluk mereka sesaat. Ninda, Raya, Ayu, dan Mia. “Mas, kurusan kok. Jarang makan ya?” ujar Mia. “Gak kok, mas memang sering nggym bareng teman. Kalau dilihat kamu makin seksi ya Mia. Nanti dicoba yuk ?” bisikku dan Mia tersenyum sambil mengelus perutnya. Kami pun pergi ke Flatku.
Sesampainya di Flat, aku membagi kamar. Karena hanya ada dua kamar yang cukup besar, dan satu kamar sedang. “Mia kamu tempati kamar kanan, itu buat kamu. Kalau kamu Nin, yang di kiri. Biar anak-anak kamarnya yang kecil, itu ada dua ranjang anak aku pesen.” terang aku menjelaskan. Waktu makan siang, aku mengajak mereka untuk makan siang, aku kembali mendapatkan kemersaan ku. Ninda pindah ke Singapore, karena pindah kantor. Ia mendapatkan promosi dari perusahaannya, “Terus bagimana Nin, Mia gak bisa Bahasa Inggris, gimana kalau mau belanja dan kursus nanti.” Kata siapa dia bodoh, Mia itu pintar kok. Asal kamu tahu ya Mas, Mia cukup fasih kok, makanya aku akan masukin kursus yang bagusan untuk ngisi waktu dia,” ujar Ninda. Aku masih bingung, tiba-tiba Raya ingin memesan es krim, buru-buru Mia mengantarkannya untuk ke mengangkat tangan, pelayan datang, Mia memesan es krim untuk kedua anaknya dengan cukup baik, meski terlihat jarang mengunakannya.
“Tuh, liatkan Mia bisa. Kamu beruntung banget, kaya dia gak bakal kesulitan untuk komunikasi. Lagian aku telepon ibunya, Mia itu juara kelas dulu, namun gak ada biaya jadi minder dan tertutup lalu rela jadi pembantu,”ujar Ninda menjelaskan masa lalu Mia, aku sedikit kaget kenapa baru mengetahui semuanya. Kami kembali ke flat, malamnya Mia memasak makanan dan kami makan bersama. Jam 8.00 malam, Raya dan Ayu sudah tidur. Aku mengandeng dua istriku untuk masuk kamar. “Mas, sama Mia aja dulu. Kalau udah aku baru kesana. Aku mau siapin kerjaan buat besok.” Ucapnya, jujur aku tidak tega. Aku menariknya dan masuk kamar, aku ingin menikmatinya bersama-sama.
Aku menduduk mereka berdua dikamar, Mia memakai gaun warna biru, sedang istriku memakai kaos hitam dan celana pendek. Keduanya terpaut umur 10 tahun, Istri umur 27 tahun dan Mia 17 tahun. Aku melepaskan kacamata istriku yang pergi panjang ukuran sedang, dengan logam tipis. Aku menaruhnya dimeja. Pertama aku mencium bibir Ninda, dia berreaksi ia menciumku aku mencium leher dan bahunya. “ah….ma..s..oh..kangen…oh…” desahnya aku melepaskan ciuman dan membuka kaosnya. Payudara terlihat dengan bra berwarna cream. Aku berganti mangsa, Mia kudekati aku menciumnya dan membuka kanci gaunnya yang. Satu persatu hingga kancing terakhir.
Payudara Mia terlihat jelas, aku menelan ludah , aku melepaskan gaunnya itu melemparkan ke lantai. Aku lalu kembali ke Ninda. Aku mencium dada dan bahunya kembali ia mendesah, “ah…m..a..s…oh..en..ak…” rancau Ninda. Kini keduanya hanya memakai Bra dan Celana dalam, aku duduk diantara mereka. Aku mendekatkan mereka hingga mepet, aku mencium Mia disebelah kiriku dan tangan kiri memainkan payudara kanannya. Sedangkan saat yang sama aku melakukan hal sama, tangan kananku memainkan payudara kiri Ninda. Mia terangsang, ia makin memelakukan perlawanan. Nafsu kami yang kami tahan dua bulan ini akan kami selesaikan malam itu. Mia mendorong dengan keatas, aku menekan lebih kuat.
Sementara Ninda merancau, “ah…..be..lum..p…uas..oh…mmmhhh…ajjj…….”ucapnya tidak jelas, aku tersenyum setelah bertukar air lur dengan Mia. Aku menoleh dan mencium Ninda, dan menciumnya. Kali ini dia mengikuti semua aku mau, meski dipertengahann dia melakukan upaya mendominasi. “ahhh…mas…terus…enak..banget…kaya…du…lu…oh...te.***….s..oh…oh.”erang Mia yang sekarang merancau. Aku kembali berganti mangsa baik Ninda dan Mia sampai berberapa kali. Aku yang memiliki nafsu jauh lebih besar menekankan perlawanan mereka. Tangan kiri Mia berada dipahaku demikian dengan tangan kanan Ninda, mereka melakukan sesuatu. Mereka membuka celanaku. Aku memakai celana pendek, seperti kesulitan melepaskan celana. Aku menaikan pantatku agar memudahkan. Mia memuka celana, sementara Ninda mengeluarkan Penisku. Begitu penis terlihat mereka mendorong celana hingga setengah paha.
Mereka mmainkan
handjob, tangan Mia dekat ujung penisku sementara tangan Ninda berasda dibawahnya. Aku merancau namun tetap memainkan payudara mereka. “ahhh..e..nak…oh…mmm…terusin..sayang…” erangku. Dikuti dengan kedua istriku yang juga merancau. 20 menit kemudian aku klimaks, dan mengerluarkan sprema. Buru-buru Ninda dan Mia melepaskan
handjob dan duduk dilantai. Ninda melakukan oral, “ohh..terus..Nind…e…nak…..t…ttta….pi..ja…ngan…pake…gi..gi…dan..ku..ku..oh….” erangku. Ninda mempercepat oralnya, aku makin merancu.”oh..istr…iku….heb…at..” ucapku sambil mengadahkan kepala keatas. Dan mengejamkan mata. Sementara Mia bangkit menciumi dan duduk menciumi badanku. Kami berkeringat namun kenapa keringat ini tidak membuat kami habis tenaga, setiap menciumnya nafsu kami makin naik.
Setelah satu jam dia mengoral, “Nin, kli..maks..nih….oh…he…bat..kamu….” erangku. “Crott…Crott…” aku menembakan setengah ke mulut Ninda, dia menelannya. Aku minta Mia turun, Mia turun duduk dan membuka mulutnya dan aku memasukan Penisku kemulutnya “Crot…Crottt…”Aku memasukan setengah dari Spermaku ke mulut Mia. Ia menelannya. Kini ia sudah tidak lagi mendapatkan
Morning Sickness jadi aku bebas meminta ia melakukan oral besok. Aku membangunkan Ninda dan meniurkan diranjang, lalu juga Mia aku meniurkannya di Ranjang. Kali ini aku akan melaksanakan tugasku, menyetubuhi kedua istriku.
Aku membuka kaos dan celanaku, aku berdiri depan Mia. Aku naik ke kasur, dan melepaskan Celana Dalam dan Bra Mia, ternyata Celana Dalamnya sudah basah, aku merentangkan kedua kakinya dan memasukan Penisku yang sudah menengang. “Jles.” Penis ku masuk ke lubang peranakannya. Rasa yang sama, sudah dua bulan aku tidak merasakannya. “ohhh.” keluh Mia saat Penis masuk dalam Vaginanya. Aku memulai permainanku, “Plok..Plok…Plok..Plok..” bunyi kulit kami bertemu, “Ahhh…mmm…teru…terus…oh…..mas….oh…,” demikian rancau Mia. Aku mememainkan payudaranya, “Ah…terusin…oh….oh…mas…enak…”keluhnya. buncit.Mataku tertuju pada perut Mia. Dahulu perutnya langsing dan rata, memang dua bulan lalu perutnya agak sedikit. Mia juga membantu gerakan ia mergerakan pantatnya seirama dengan aku memompa Vgainanya.
Aku menundukan kepalaku, dan mepercepat mempompa kemaluan Mia. “Oh…mas….mmmph…terusin…a…ku..kangen……ohh…..” erangan Mia selanjutnya. Aku mencium perutnya, aku merasa penuh kemenangan. “oh…mas…terus….terus..terus..ohhh..” keluh Ninda. Aku menoleh kearahnya, Rupanya dia tidak sabar, permainan kami memancingnya melakukan masturbasi. Aku memfokuskan diri pada Mia, Aku Mempompa kembali Vaginanya . “Ohhh…Mia….aku…pu..as…nih…” kataku mengambarkan, aku mencapai bagian dalam vgina. Aku menghentak,”AHHH…”teriak Mia untung saya Flatku kamarnya kedap suara, aku mempercepat tempo. Aku memompa kembali, tiba-tiba timbulah keinginanku untuk berganti posisi.
Aku mengeluarkan Penisku, “Mia kamu balik badan, posisi merangkak,’ perintahku dia melakukan apa ku minta. Aku mengarah penisku ke Vaginaya, lalu memompa kembali. “ohhh….mas….enak…” keluh Mia. Aku menoleh kesamping, istriku menatapku dengan mata menyipit dan samar-samar. Dia sudah tidak sabar rupanya. Aku memompa kembali, “OHH….Mia…ayo.. puasin…ma…s..oh…ohhh” ujarku menyemangati Mia. Mia turun membantu kali ini, ia mempercepat gerakan Pantatnya sudah satu jam setengah, Mia mencapai klimaks aku belum. Cairan membantu greakan,”Ahhh…Mas…aku sampai.” Aku mencoba sabar, “Plok…Plok….Plok.” bunyi persebubuhan ini. Dua menit kemudian aku klimaks,”Mia, mas sampai.” Aku menembakan Spermaku di dalam Vagina Mia. “Crot…Crott…Crott.” Setelah itu aku mengeluarkan Penisku dan menghampiri Ninda, “ Maaf Nin, aku lama.” ucapku sambil terengah, aku belum puas beruntung Ninda sudah posisi siap. Ninda mengunci pingangku dan tangannya dibahuku. Aku keluar, “Mia, Mas sama Mbak keluar dulu.” ujarku kamar yang kugunakan kamar Mia. Aku keluar sambil membawa Ninda yang kugendong baru keluar kamar. Aku sudah tidak sabar. Aku mengarahkan Penisku ke Vagina, dan mulai menjelajahi.”OOOHHH…MAS…..” teriak Ninda, aku tidak peduli setelah Penisku masuk baru aku masuk berjalan masuk kamar Ninda.
Setelah masuk aku tidak melakukan persetubuhan dikasur, aku masih melakukannya dengan posisi Ninda bergantung depanku. Aku menyandarkan Ninda kelemari. “Plok…Plokk…Plok..” bunyi kulit kami. “ohhh…mas….aaahhh…ud..ah….nungggu….ahhhhh.” rancaunya tidak karuan. “Ohhh…Ninda…p..uuu…a..skan..aku…” pintaku sambil mendesah.aku mempercepat memompa “Ahhh…te…ru..s…oh…Mas…” desahnya, aku menciumi bibirnya. Aku langsung meneluruhi leher dan bahunya. Ia menyambut dengan memeluk erar, Ninda ikut mengerakan pantant kali ini. “Nin..oh….k…al…..o…..buan..g..peju…didalam….hamil…gak?” desahku sambil bertanya. “Gak…oh….ma….s…aku….KB…Implan…” ujarnya, aku tenang. Aku takut jika Ninda harus hamil karena belum sempat benar-benar siap memiliki anak lagi selain dari Mia.
Aku meneruskan memompa Vagina Ninda, aku menghentak,”Mas …oh…Penismu..ahhhhh…ada…diperut…mmmmmph…rasanya…”keluh Ninda. Aku tersenyum, aku memompa sekali lagi. “Mas…sam…paiiii..” ujar Ninda , aku memompa kembali,, Ninda dan aku kembali merancau. Namun Ninda sudah mulai kehabisan tenaga. Aku memompa kembali. Permainan seks ini berjalan dua jam, aku belum merasakan klimaks. Aku memompa sekali lagi. Hentakan itu mencapai rahim, aku memompa kembali, lima menit kemudian aku klimaks “Ninda…a…ohh..ku …..klimaks…” ujarku Ninda Cuma mengangguk, dia sudah kecapaian. Aku menembaknya ke dalam rahim Ninda, waktu sudah stengah 1 pagi. Aku menyelesaikan permainanku. Aku mengedong Ninda posisi seperti itu dan menidurkan dikasur. Lalu mengeluarkan Penisku. dan tidur disebelahnya.
Aku bangun pukul 6.00 pagi karena aku kerja pukul 7.00, aku ingin berangkat lebih pagi. Meski hari itu Minggu aku ingin merapihkan dokumen karena tadi pagi pukul 4.00 Wirdan mengirim e-mail tentang dokumen. Ninda sudah rapih dengan kaos dan Mia pun memakai kaos, aku pergi sambil memberikan ciuman bibir pada keduanya. Sesampai diruanganku aku mulai merapihkan dokumen mengunakan laptop, menjelang makan siang aku menyelesaikan. Aku memutuskan makan di Appartement, tiba – tiba aku mendengar suara berisik di ruangan Wirdan. Biasanya Ruangan itu kosong, aku mendekatinya dan mencoba mengintip. “Masuk aja..wan…ohhh…mmm.” ujar Wirdan. Aku membuka pintu aku kaget, Wirdan sedang berciuman dengan sekertarisnya ia merupakan orang Indonesia pula.”Maaf wan, aku ganggu kerjaan. Aku lupa kamu masuk hari ini.” ujar Wirdan “Gak papa santai, anggap aja gak pernah terjadi,” ucapku santai pada Wirdan. Kami keluar menuju pantry, ia minta maaf dan meminta merahasiakannya. “Santai bro, aku gak sempurna kok. Bahkan aku hamilin pembantuku sekarang jadi istriku.” ucapku. “Iya aku tau, tapi gw tadi nafsu. Untung ada loe, gw langsung bolehin loe masuk. tambah malu,” uajr Wirdan
Rupanya dia sudah menyukai sekertarisnya yang merupakan mahasiswa mangang itu, ditamabh dengan kemampuan dipekerjaan membuat dia kagum. Lama-lama tumbuh benih cinta, dan sekarang mereka berniat untuk melakukan hubungan itu. Mengetahui itu, aku berbisik, “udah bro santai aja. Aku gak bakal laporin kok. Toh loe sama istri loe udah resmi ceraikan bulan lalu.” Sambil beranjak pulang, Wirdan juga memilih pulang, entah bagimana dia melanjutkan kisah dengan sekertarisnya.
Bersambung