Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Wanita Yang Menutup Aurat

Status
Please reply by conversation.
Chapter 15

"Masuk, Kang...!" kata ibuku pelan. Tapi suaranya terdengar jelas di malam hari yang sepi.

Apa lagi ini, kenapa ayahnya Ecih ikut terlibat mencicipi tubuh ibuku. Sudah sejauh itukah ibuku terperosok menjadi budak sex banyak lelaki di kampung ini. Sudah senista itukah jbuku. Lalu di mana norma norma agama yang selalu diajarkannya kepadaku selama ini kalau pada ahirnya ibuku tidak lebih orang yang mengumbar syahwatnya kepada setiap lelaki.

Siapa yang sebenarnya salah? Apakah benar yang dikatakannya bahwa semuanya berawal dari ayahku yang sangat menikmati melihat tubuh ibuku bersetubuh dengan lelaki lain. Apa benar begitu atau hanya pengakuan sepihak ibuku yang terobsesi dengan sex sehingga mencatut nama ayahku untuk menutupi keburukannya. Sayangnya aku menyakannya kepada ayahku yang sudah tertidur di dalam tanah yang pengap.

Belum lagi aku bisa memecahkan teka teki siapa yang membunuh ayahku, kini aku harus berhadapan deng kenyataan ibuku yang begitu mudah mengumbar syahwat kepada setiap lelaki.

"Kom, kamu sudah tidur?" tanya ibu sambil mengetuk pintu kamarku. Aku hanya diam, agar ibu menyangka aku sudah tidur. Walau aku sangat ingin tahu apa yang diinginkan oleh ibuku.

"Kom...!" kembali ibu mengetuk pintu kamar, kali ini suara ketukannya lebih keras.

"Ehmmm ada apa, Bu...?" aku pura pura terbangun oleh panggilan ibuku.

"Gak ada apa apa, ada ayahnya Ecih." kata ibuku pelan.

"Malam malam begini, Mak. Ada apa?" tanyaku heran, menapa ibu justru memberi tahuku kehadiran ayah Ecih. Padahal tadi aku mendengar jelas ayah Ecih datang mengajak ibuku melakukan perbuatan nista.

"Buka dulu, geulis..!" kata ibuku lembut. Kelembutan yang selama ini membuatku merasa nyaman. Perlahan aku turun dari ranjang besi dan berjalan ke arah pintu dn membukanya. Ibuku berdiri hanya memakai daster tipis tanpa lengan. Daster yang sangat tipis sehingga aku bisa melihat bagian vital tubuhnya membayang jelas.

"Mang Ikat mau apa ke sini, Mak?" tanyaku heran.

"Mang Ikat cuma mau nanya, apa saja yang kamu dan Ecih lakukan di Gunung Kemukus?" tanya ibuku.

Deg, jantungku berdegup kencang dan hatiku ketakutan. Ternyata mang Ikat tahu bahwa kami ke Gunung Kemukus, apa dia juga tahu bahwa Ecih melakukan ritual melepas perawan di Gunung Kemukus. Apa yang harus kulakukan untuk mempertanggung jawabkan semuanya ke Mang Ikat kalau tahu Ecih hamil akibat ritual itu. Entah anak siapa yang dikandung Ecih, anak Satria atau anak Asep.

"Mang Ikat tahu dari siapa?" tanyaku gelisah. Masa depan Ecih jadi pertaruhan. Bagaimana kalau calon suami Ecih tahu bahwa Ecih sudah tudak perawan bahkan lebih parahnya lagi, Ecih sedang hamil tanpa jelas siapa bapaknya. Ini semua karena ulahku.

"Mak gak tahu Mang Ikat tahu dari siapa. Ayo kita temuin
.!" kata ibu menuntun tanganku menemui mang Ikat yang berada di ruang tamu.

Aku tidak berani menatap wajah Mang Ikat yang yang menatapku. Aku baru sadar, Mang Ikat pasti heran melihat penampilanku tanpa hijab, hanya memakai daster tipis walau tidak setipis dengan daster yang dipakai ibuku. Tapi sudah cukup membuatku merasa malu karena memperlihatkan tangan dan betisku serta sedikit pahaku pada Mang Ikat.

"Mang Ikat, ngelihatin Kokom sampe gitu! Siapa yang paling sexy mang?" tanya ibuku menggoda Mang Ikat dengan mengangkangkan kakinya lebar lebar sehingga selangkangannya terlihat. Apa lagi ibu tidak memakai celana dalam. Karena aku bisa melihat memek ibu membayang dari daster tipisnya.

"Ibu dan anak sama sama sexy dan teteknya sama sama gede. Jadi pengen nyobai tetek neng Kokom..!" kata Mang Ikat, tersenyum cunihin ke arahku yang menunduk malu.

Entah kenapa pandangan Mang Ikat membuat jantungku berdegup kencang, bukan karena malu atau takut. Ada sensasi aneh yang kurasakan melihat Mang Ikat melihat ke tubuhku yang hanya terbalut daster tipis. Ada perasaan senang karena dikagumi seorang pria. Aku yang selama ini merasa risih dengan ukuran payudaraku kini berbalik bangga dengan ukurannya yang diatas rata rata.

"Kang Ikat, emang gak puas nyusu ke Ijah?" tanya Ibu sambil meremas payudara jumbonya menggoda Mang Ikat.

"Akang cuma becanda, Ceu..!" kata Mang Ikat tertawa.

Aku merasa tersinggung mendengar perkataan Mang Ikat dengan penekanan kata becanda. Kenapa aku sangat berharap Mang Ikat benar benar menyusu padaku. Putingku menjadi keras membayangkannya.

"Bukankah bulan kemaren Neng Kokom dan Ecih ke Gunung Kemukus, ya?" tanya Mang Ikat kembali kepada tujuannya menanyakan masalah Gunung Kemukus.

"Kata siapa, Mang?" tanyaku gelisah. Ini yang aku takutkan.

"Ecih sendiri yang bilang. Karena Ecih gak mau dinikahin makanya nekat melakukan ritual di Gunung Kemukus." kata Mang Ikat membuatku semakin gelusah. Kenapa Ecih sebodoh itu.

"Iya, Mang..!" kataku bingung harus bicara apa selain mengakui semuanya.

"Sekarang Mamang bingung, Ecih hamil. Kalau calon suaminya tahu...!" kata Mang Ikat menunduk gelisah.

"Kata siapa Ecih hamil? Sudah diperiksa ke dokter, belom?" tanyaku merasa sangat bersalah. Aku yang telah menjerumuskan Ecih pada situasi yang sulit seperti sekarang.

"Sudah periksa pake tespeck katanya, emang tespeck itu apa, Ceu?" tanya Mang Ikat ke ibu.

"Tespeck itu alat untuk meriksa kehamilan." kata ibuku yang terlihat ikut bingung dengan situasi yang tidak terduga, ini.

Tapi nanti dulu, setahuku tespeck harus dibeli di apotek. Kapan Ecih pergi ke apotek dan kenapa aku tidak tahu. Sedangkan jarak ke apotek dari desa kami cukup jauh. Harus naik kendaraan umum. Sedangkan Ecih tidak pernah pergi jauh sendirian. Apa Ecih berbohong agar tidak jadi dinikahkan dengan orang yang jauh lebih tua karena yang aki dengar calon suami Ecih sepantaran dengan ayahnya Mang Ikat.

"Mudah mudahan calon suaminya tidak tahu, Mang..!" kata ibu berusaha menenangkan hati Mang Ikat.

"Kalau tahu, gimana Ceu? Undangan sudah disebar." kata Mang Ikat suaranya nyaris tidak terdengar.

"Gak usah dipikirin, Kang. Katanya kangen sama memek Ijah..!" kata ibuku tanpa rasa malu, melepaskan daster tipisnya dan mearik tangan Mang Ikat agar berdiri.

"Ech, Ceu. Ada neng Kokom...!" kata Mang Ikat kaget melihat ibu sudah berdiri bugil. Tubuhnya begutu indah walau agak gemuk. Mungkin untuk mengimbangi payudar jumbonya yang menggantung seperti pepaya

"Gak apa apa, kan ngegantian mendiang ayahnya yang paling seneng ngeliat kita lagi ewean." kata ibu mencium bibir Mang Ikat dengan bernafsu, seakan akan aku hanyalah patung yang tidak mempunyai perasaan. Cukup lama mereka berciuman. Aku melihat adegan itu dengan gelisah, kenapa ibu begitu tega menyuruhku menggantikan tugas mendiang ayah melihat ibu ewean dengan pria lain yang bukan muhrimnya. Ibu tersenyum melihatku yang begitu menikmati adegan yang terjadi di depan mata.

"Kom, sini...!" kata ibu menoleh ke arahku sementara Mang Ikat mulai asik menyusu di payudara jumbo ibu. Aku agak ragu untuk menghampirinya, lambaian tangan ibu memaksaku mendatanginya.

"Ada apa, Mak?" tanyaku berdiri tepat di sampingnya sehingga aku bis melihat jelas Mang Ikat meremas payudara ibuku sambil menghisap putingnya. Kenapa puting payudaraku menjadi geli dan semakin sensitif.

"Kamu harus dihukum karena perbuatanmu mengajak Ecih ke Gunung Kemukus...!" kata ibu mendelik nakal. Eantah hukuman apa yang dimaksud oleh ibuku.

"Kang Ikat, katanya mau nyobain susu, Kokom..?" tanya ibu ke Mang Ikat yang begitu asik mempermainkan susu ibu.

"Maksud Ceu Haji apppa...?" tanya Mang Ikat kaget.

Aku kebih kaget dari Mang Ikat, kenapa ibu tega menawari Mang Ikat menyusu pada payudaraku. Jantungku berdegup semakin kencang dan kakiku tiba tiba menjadi lemas.

"Mak....!" protesku.

"Kamu harus dihukum, selama ini kamu gak pernah dihukum atas semua kesalahan kamu, sudah waktunya kamu mendapatkan hukuman, gadis manja." kata ib sambil mengangkat dasterku lepas lewat kepala.

Herannya aku tidak berusaha menolak perbuatan ibuku. Ya memang benar, selama ini aku belum pernah dihukum oleh orang tua maupun kakak kakakku. Setiap kesalahan yang kulakukan tidak pernah mereka persoalkan. Kata hukuman yang djucapkan ibu membuatku merasa senang dan merasakan sensasi aneh yang menjalar ke sekujur tubuhku, menembus hingga ke dasar hatiku. Perasaan apa lagi ini, mengalahkan rasa malu yang seharusnya aku rasakan karena Mang Ikat bisa melihat tubuhku yang hanya menyisakan pakain dalam. Itupun tidak lama, ibu membuka kaitan BHku dan melepaskannya. Inikah rasanya dihukum,? Dipermalukan di hadapan pria yang jauh kebih tua dariku. Och Tuhan, aku bahagia dengan hukuman yang aku terima atas perbuatanku menjerumuskan Ecih.

"Ayo, kang. Katanya mau nyusu sama Kokom? Ayo hukum Kokom yang sudah menjerumuskan Ecih..!" kata ibuku tegas. Tidak ada lagi kata maaf atas kesalahanku. Aku harus dihukum akibat perbuatanku.

Mendapat lampu hijau dari Ibu, Mang Ikat langsung meremas payudaraku dengan gemas dan agak kasar. Tangannya yang kasar bergesekan dengan kulit payudaraku yang halus. Kenapa nikmat sekali saat Mang Ikat meremas payudaraku dengan keras. Jauh berbeda pada saat Asep merema payudaraku dengan lembut saat di Gunung Kemukus. Ini sangat nikmat.

"Mang Ikat, maafin Kokom...!" kataku lirih menikmati sensasi terdahsyat yang baru pertama aku alami. Sensasi hukuman pertama yang aku terima. Mang Ikat membenamkan wajahnya di payudaraku, gigitan dan hisapannya yang kasar meninggalkan bekas merah di payudara indahku.

"Mang ikattttt...!" teriakku saat Mang Ikat menghisap puting payudaraku dengan keras seakan ingin mengeluarkan isi dalam payudaraku.

"Ennnak, Kom? Susu Kokom wangi sekali..!" tanya Mang Ikat melihat wajahku. Aku menggelengkan kepala, malu karena aku justru menikmati hukuman ini.

Tanpa sadar, aku melangkah mundur dan kakiku tersandung meja. Kakiku lemas tidak bertenaga sehingga aku jatuh terduduk di meja kayu jati. Untungnya tidak ada apa apa diatasnya.

"Ceu, akang boleh ngejilatin memek Kokom, gak?" tanya Mang Ikat menoleh kearah ibu yang melihat ke arah kami.

"Boleh, tapi gak boleh diewe, pake tangan apa lagi pake kontol..!" kata ibu membuat tubuhku semakin lemas kehilangan tenaga.

"Iya, memek Kokom gak akan akang ewe. Memek ceu haji yang bakalan akang wwe..!" kata Mang Ikat terlihat senang mendapat lampu hijau dari ibu. Tangannya langsung menarik celan dalamku, satu satunya kain yang masih menempel di kulitku. Aku sama sekali tidak berusaha menolaknya, bahkan aku mengangkat pimggulku mempermudah celana dalamku lepas.

"Nenk Kokom memeknya bagus amat...!" Mang Ikat memandang kagum memekku yang mulus tanpa bulu, warnanya yang pink membuat memekku semakin indah.

Hukuman macam apa yang sedang aku alami. Hukuman yang merampah harga diriku dan mencampakkannya ke comberan. Hukuman nista yang membuat sekujur tubuhku tersiksa oleh rasa nikmat yang sangat dahsyat.

"Nenk Kokom, memeknya bagus benar. Neng Kokom masih perawan apa udah bolong..?" tanya Mang Ikat sembil meraba memekku membuat tubuhku seperti tersengat listrik yang membuat sekukur tubuhku merinding.

"Kokom masih perrrrawannn..!" kataku tidak berdaya. Sekujur tubuhku kehilangan tenaga sehingga aku merebahkan tubuhku di atas meja, Mang Ikat melebarkan pahaku agar mengangkang selwbar lebarnya.. Aku melihat Mang Ikat berjongkok menghadap selangkanganku. Seperti inikah hukuman yang harus aku terima dan aku menanti hukuman itu dengan bahagia.

"Mang, memek Kokom diapain?" tubuhkh mdngeliat saat lidah kasar Mang Ikat menjilati itilku. Bukan hanya menjilat, tapi juga menghisapnya. Memekku dibuka oleh Mang Ikat sehingga dia paati bisa melihat bagian dalam memekku. Oh, kenapa hukuman yang aku terima senikmat ini.

"Awas, kang. Jangan sampe jati akang masuk memek, apa lagi sampe diewe...!" kata ibu sekali lagi memperingatkan Mang Ikat melebihi batasnya.

Mang ikat tidak menjawab, dia begitu asik mwnghukumku. Jiatan dan hisapannya pada memekku semakin liar membuat tubuhku menggeliat seperti cacing kepanasan. Tanpa sadar aku menjambak rambut Mang Ikat dan menekankqn kepqlanya ke memekku.

"Ampun Mang Ikat....!" teriakku mengerang, sekujur tubuhku menjadi kaku oleh ribuan volt rasa nikmat menghempaskan kesadarnku ke puncak tertinggi. Sekujur tubuhku kehilangan tenaga, aku hanya pasrah saat Mang Ikat terus menjilati itil dan memekku yang semakin basar oleh lendir kenikmatan yang keluar dari dalam memekku bercampur dengan ludah Mang Ikat.

"Udah Kang, memekku udah gatel pengen diewe kontol akang yang gede." kata ibu menarik tangan Mang Ikat agar meninggalkan memekku.

"Kontol saya belom disepong neng Kokom...!" kata Mang Ikat semakin berani, seolah hukuman yang aku terima belumlah cukup.

"Emang belom cukup ngejilatin memek Kokom? Biar Ijah yang nyepong kontol akang.' kata ibuku jengkel. Ibuku terlihat gelisah, tangannya meraba memek dan tangan satunya meremas payudaranya dengan keras

"Cuma nyepong, Ceu. Nanti eceu akang ewe sampe puas. Ya, Ceu?" kata Mang Ikat sambil membuka seluruh pakaiannya. Aku tertegun melihat kontol Mang Ikat yang besar, lebih besar dari kontol Asep.

"Jangan lama lama, ya..! Kom, hukuman kamu belum selesai. Kamu isepin kontol Mang Ikat..!" kata ibu sambil membantuku bangun.

Gila, mendengar kata hukuman membuatku kembali bergairah dan tenagaku kembali lagi. Aku duduk di meja dan Mang Ikat mendekatkan kontolnya ke wajahku. Kontol Mang Ikat ternyata bau, bau yang aneh. Tapi kenapa aku justru sangat menyukainya. Tanganku gemetar memegang kontol Mang Ikat, inilah untuk pertama kalinya aku memegang kontol yang kenyal.

Ya ampun, kenapa aku tidak merasa jijik mencium bau kontol Mang Ikat, bahkah aku semakin bergairah menerima hukuman yang sedang dilakukan kepadaku. Lidahku terjulur menjilat topi baja yang berwarna hita. Menjilat lobang tempat keluarnya air kencing. Padahal air kencing adalah najis. Memegang kemaluan membatalkan wudhu. Tapi aku melakukannya dengan sepenuh jiwa.

"Aduh, ennnak euy jilatan perawan geulis." kat Mang Ikat, tangannya memegang kepalaku dan pinggulnya maju mendorong sehingga kontolnya masuk ke dalamku mulutku tanpa dapat aku cegah.

"Kang, jangan kasar kasar...!" kata ibu protes melihatku diperlakukan seperti pelacur murahan oleh Mang Ikat.

Anehnya aku merasakan sensasi aneh saat kontol Mang Ikat mengocok mulutku. Hebatnya lagi mulutku terbuka semakin lebar sehingga gigiku tidak mengenai kontol Mang Ikat. Padahal aku belum pernah nyeponhlg kontol, aku hanya pernah melihatnya sekali dalam film bf dan melihat ibu menyepong kontol Asep tadi. Gerakan yang kulakukan hanyalah berdasarkan naluri saja.

"Aduh, sepongan neng Kokom ennnak banget, gak kalah sama Ceu Haji...?" kata Mang Ikat sambil terus mengocok mulutku dengan kasar.

Apa yang dilakukan Mang Ikat adalah hukuman yang membuatku bahagia. Hukuman yang belum pernah kuterima dari ke dua orang tuaku. Hukuman yang kadang aku rindukan.

"Kom, kamu gak apa apa?" tanya ibu berjongkok menatap wajahku. Wajahku tidak bisa bergerak, jadi aku menggunakan kedipan mata sebagai isyarat aku tidak apa apa.

"Neng, Mamang kellluarrrrr....!" Mang Ikat mengerang dan tubuhnya mengejang. Dari kontolnya keluar cairan yang sangat banyak memenuhi mulutku bahkan ada yang langsung masuk tenggorokannku hingga membuatku hampir tersedak. Aku segera menarik kepalaku dan melepaskan kontol Mang Ikat dari mulutku.

"Akang, kenapa dikeluarin di mulut, Kokom?" tanya ibu membentak Mang Ikat.

Aneh sekali rasa cairan pejuh Mang Ikat, aku jadi ingat saat ibu memperlihatkan pejuh Asep di mulut dan menelannya. Akupun ikut menelan cairan pejuh Mang Ikat. Rasanya yang aneh namun kenapa aku justru menyukainya. Aku sama sekali tidak merasa jijik.

"Kom, muntahin...!" kata ibu dengan wajah hawatir.

"Gak apa apa, Mak...!" kataku membuka mulut. Tidak ada lagi cairan pejuh Mang Ikat yang sudah habis aku telan.

"Neng Haji.... Neng Haji...!" tiba tiba terdengar seseorang yang memanggil ibuku disertai ketukan pelan di pintu.

"Kang Gandhi....!" kata ibuku dengan suara pelan.

Bersambung...
 
Yg dapet perawan kokom Jgn mang gandi y teh, man eman teh.

Btw
Belum lagi aku bisa memecahkan teka teki siapa yang membunuh ayahku, kini aku harus berhadapan dengkenyataan ibuku yang begitu mudahmengumbar syahwat kepada setiaplelaki.

Ada yg bikin agak binun nih teh @Beuqi90

"Belum lagi aku belum bisa..... dst"

Atau begini ya?

"ditambah lagi aku masih belum bisa.... dst"

Maapkeun y teh @Beuqi90 jika ane lancang...


Nice n thanks for update teh. :Peace::thumbup:thumbup:thumbup
 
Terakhir diubah:
Yg dapet perawan kokom Jgn mang gandi y teh, man eman teh.

Btw

Ada yg bikin agak binun nih teh @Beuqi90

"Belum lagi aku belum bisa..... dst"

Atau begini ya?

"ditambah lagi aku masih belum bisa.... dst"

Maapkeun y teh @Beuqi90 jika ane lancang...


Nice n thanks for update teh. :Peace::thumbup:thumbup:thumbup
situasi di mana Kokom sedang menyelidiki siapa psmbunuh ayahnya, tapi masalah lain datang mengdtahui keadaan ibunya yang selalu mengumbar nafsu sex
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd