Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
1. Two Girls

Koridor ruangan ini cukup gelap, aku bisa mendengar dengan jelas suara gemuruh guntur dari langit dan suara air hujan. Tubuhku gemetar karena suhu sekitar yang sudah cukup dingin dan sebenarnya bukan itu saja. Aku sendirian disini.

"Gab, Put, kalian dimana?" teriakku berkali-kali. Namun percuma saja, tidak ada balasan.

Aku berjalan perlahan menyusuri koridor ruangan ini. Koridor itu cukup panjang sampai nyaris tak ada ujung, terdapat banyak mayat-mayat bergelimpangan disetiap sisi. Kulihat banyak pintu yang terbuka disetiap sisi koridor. Kupegang pistolku erat-erat untuk bersiap dengan hal-hal yang tidak diinginkan.

KREKKKKKK

Aku mendengar suara pintu terbuka. Dengan perlahan kuberjalan menuju sumber suara.

GGRRHHHHHHH

Ternyata mayat hidup, sialan. Dengan cepat kuarahkan pistolku ke kepala mayat itu dan kulepaskan satu tembakan tepat di kepalanya, seperti kata Gaby.

"Mayat hidup lemah di kepala Nad, jadi kamu tembak saja di bagian itu"

Mayat itu langsung jatuh dan mati, tanganku gemetar melihat kejadian tersebut. Jujur aku belum terbiasa menggunakan pistol karena tanganku yang kidal. Sehingga aku selalu merasakan nyeri di tangan kiriku setelah menembak.

Sialan! tampaknya mahkluk itu tidak sendiri, kulihat ada beberapa mayat hidup menuju kearahku!

Tenang Nadila, kamu pasti bisa hadapi mereka.

DOR DOR

Kuletuskan pistol itu kearah kepala mahkluk itu, aku berhasil membunuh dua mayat namun sepertinya ada tembakanku yang justru mengenai dada mahkluk itu sehingga dia merangsek maju.

GGRRHHHHAHHHHH

Dengan cepat aku menghindar dari serangannya, tapi sial! kakiku tersandung sesuatu dan aku terjatuh dan pistol itu lepas dari tanganku.

"AGHHH" rasa sakit melanda seluruh tubuhku akibat punggungku menghantam sesuatu. Mayat-mayat itu mulai mengerubungiku. Aku berusaha untuk merangkak menghindari serangan mahkluk mengerikan itu. Dan akhirnya aku kembali berdiri dan berjalan mundur. Kembali kubidikkan pistolku kearah mayat hidup yang berjalan menuju kearahku.

DOR DOR DOR

Aku berhasil membunuh tiga mahkluk itu tepat di kepalanya, mayat itu langsung jatuh dan mati. Tanpa pikir panjang kubalikkan tubuhku dan mulai berlari, koridor ini kenapa panjang sekali. Sebisa mungkin kutahan rasa sakit di punggungku akibat terjatuh tadi.

Aku terus berlari dan berlari, kuabaikan rasa lelah yang melanda otot kakiku. Akhirnya aku menemukan sebuah ruangan besar yang terdiri dari beberapa meja dan kursi, entah ruangan apa ini namun setidaknya aku selamat dari kejaran mayat hidup itu.

Hah? siapa itu?

Kulihat didepan mataku terdapat sebuah mahkluk berwarna hitam, mungkin itu mayat hidup. Tanpa pikir panjang kutembakkan pistol ini kearah mahkluk itu.

DOR

"Aghhhhhhhhhh"

Sebentar, kenapa mahkluk itu justru berteriak kesakitan. Apakah tembakanku meleset?

Kuhampiri dia dengan hati-hati sambil menggengam pistolku erat-erat. Aku tak percaya apa yang kulihat dengan mataku.

"PUTI!!!"

Tidak mungkin.....

Aku menembak sahabatku sendiri....

Lehernya terluka parah, darah segar keluar dari lubang bekas tembakan. Hatiku hancur melihat kondisi Puti. Air mataku tak bisa kubendung lagi.

"Na...Nad....oghhhhhhhh" bibir Puti bergetar berusaha melontarkan kata-kata.

"Maafkan.....maafkan aku Put..... hiks.... hiks......"

"Kenapa...... kenapa Nad oghhhhhhh"

"Akuu tak sengaja Put.... maafkan aku...." aku memeluk tubuhnya yang sudah lemah karena kehabisan darah. Kulepas pelukannya.

"Put, Puti......" kuguncangkan tubuhnya berkali-kali, tak ada respon. Seketika aku menangis setelah mengetahui Puti sudah meninggal.

"Puti huhuhu........"

Semua ini salahku......

Tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat, raut mukanya berubah menjadi menyeramkan dan mulutnya mengeluarkan banyak darah. Aghhh, dia menerkamku hingga terjatuh.

"GGGRRHHHHHHHHHH" matanya berubah menjadi merah.

"KENAPA KAMU BUNUH AKU NADILAAA!!!!!"

Tiba-tiba leherku digigit oleh Puti yang telah berubah menjadi mahkluk itu. Rasa sakit yang luar biasa melanda seluruh tubuhku, penglihatanku memudar dan aku berteriak kesakitan.

"AAAGGHHHHHHHHH............"

........

........


****

"........AGHHHHHHHHH!!!!"

"Nad?"

"NAD??"

"NAD, WOIII"

"Hahhhhhh?"

Kedua mataku langsung terbuka, sinar matahari langsung menyerang mataku menimbulkan rasa silau. Ah, ternyata cuma mimpi.

"Ahhhhh, Gaby"

"Kamu mimpi buruk ya?" tanya Gaby sambil menyetir mobil. Aku menggangguk. Kupegang kepalaku yang masih terasa pusing.

"Lain kali baca doa sebelum tidur" kata Gaby.

"Emmm Gab, ini udah keempat kalinya aku mimpi yang sama" kataku sambil mengusap keringat yang menempel di dahiku.

"Nadila" Ia memegang bahuku.

"Gak usah dipikir ya, itu bukan salahmu, itu kecelakaan" katanya.

"Iya Gab, aku akan berusaha"

"Bagus hehe"

Kami terdiam menikmati perjalanan. Kulihat Gaby yang terlihat serius menyetir mobil. Oh iya namaku Nadila. Sebelum bencana ini terjadi aku adalah seorang musisi akustik yang bisa dibilang cukup sukses, sebelumnya aku adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas swasta di Jakarta, namun aku keluar dari dunia perkuliahan lebih awal untuk mengejar impianku menjadi musisi, aku hijrah ke Jepang setelah mendapat tawaran agen musik yang kebetulan adalah kawanku saat jaman sekolah dulu sehingga tanpa pikir panjang aku menerima tawarannya. Kehidupanku berubah drastis disana dan yang penting aku sudah mewujudkan impianku.

Iya, aku bahagia.

Sebelum bencana itu terjadi.

Bencana yang membuatku harus kembali ke Indonesia. Jepang berubah menjadi medan perang. Wabah "mayat hidup" yang entah darimana asal-usulnya memporak-porandakan seluruh Jepang, bahkan peristiwa tersebut mirip pada saat perang Jepang-Amerika dulu. Sebenarnya tujuan lain aku pulang ke Indonesia adalah untuk bertemu dengan seseorang. Seseorang yang terpaksa aku tinggalkan demi mengejar cita-citaku. Tetapi saat tiba di Indonesia situasinya tidak jauh berbeda, wabah itu sudah menyerang negara ini. Beruntung aku diselamatkan oleh militer yang sudah siap siaga di bandara pada waktu itu.

Dan pada waktu itu juga aku bertemu dengan seorang wanita, aku masih ingat dia sedang duduk sendirian di pintu utama bandara, wanita itu bernama Gaby.

"Kenapa kamu sendirian disini?" tanyaku.

"Aku tak tahu. Aku ingin sendiri saja"

"Boleh aku temenin?"

"Kenapa kamu mau temenin aku?"

"Emmm, gak apa-apa sih. Aku butuh teman"

Sejak saat itu aku dan Gaby berteman, bisa dibilang cukup dekat. Aku baru tahu bahwa Gaby adalah seorang wartawan, ia cerita kalau wabah mayat hidup menyerang hampir seluruh Indonesia, termasuk Jakarta. Aku khawatir dengan orang tuaku yang berada di luar Jawa, semoga mereka baik-baik saja.

Awalnya kami akan diangkut oleh militer menuju Bandung, tempat yang katanya masih aman dari wabah dan menjadi basis militer setelah kota Jakarta sudah jatuh dikuasai oleh mayat hidup. Namun dalam perjalanan rombongan kami diserang oleh mahkluk mengerikan itu sehingga rombongan itu terpencar. Aku dan Gaby sendiri selamat dari kejadian itu namun kami terpisah dari rombongan tersebut. Aku masih ingat kejadian itu terjadi di kota Bogor, yang biasa dikenal orang-orang dengan "kota hujan". Aku dan Gaby akhirnya harus bertahan hidup dari lingkungan yang benar-benar ganas, setiap hari kami selalu diserang oleh mayat-mayat hidup.

Dan pada suatu hari aku dan Gaby bertemu dengan seorang wanita muda yang pada saat itu dia terjebak di mobilnya. Wanita itu bernama Puti, seorang mahasiswi. Kami berhasil menolongnya dan bergabung bersama kami. Orangnya sangat friendly, supel dan yang pasti, lucu sehingga kami cepat akrab.

Namun hanya satu minggu kami berteman, sebelum kejadian itu......

Saat aku tak sengaja menembaknya......

****

Kami masih terdiam menikmati perjalanan ini, kulihat Gaby diam saja, aku menyalakan radio mobil untuk melenyapkan kesunyian ini.

"Selamat pagi semuanya, bersama kami Small Hope Radio akan menemani pagi para pendengar setia. Kali ini saya akan menyampaikan sebuah berita. Hari ke-300 setelah wabah mayat hidup menyerang negara kita......."

Aku terdiam mendengar suara yang keluar dari radio itu. Nyaris satu tahun kami bertahan hidup dari mahkluk aneh dan menyeramkan itu. Sepertinya aku harus berterima kasih kepada Gaby. Mungkin kalau saja aku tak bertemu dia, entah bagaimana nasibku sekarang.

"Dan untuk menemani pagi yang cerah ini, saya akan memutar sebuah lagu, yang mungkin pendengar setia pasti mengenali lagu ini, selamat mendengarkan, tetap waspada dan selamat pagi....."

Alunan melodi gitar keluar dari speaker mobil, cukup enak didengar dan sepertinya aku mengenali lagu ini.


Jangan berdiri didepanku

Karena ku bukan pengikut yang baik

Jangan berdiri dibelakangku

Karena ku bukan pemimpin yang baik

Berdiri lah disampingku

Sebagai

Kawan



Aku kenal lagu ini, Banda Neira.

Akhirnya aku ikut bernyanyi, lagu ini sebenarnya pernah aku mainkan saat di akustik dulu. Ah, seandainya saja wabah ini tak terjadi, mungkin sekarang aku berada di stand dan menyanyikan lagu ini dan disaksikan banyak orang hehe.

"Bagus banget suaramu Nad" celetuk Gaby.

"Hehe makasih" balasku.

"Dari dulu sampai sekarang aku gak pintar nyanyi haha" tawa Gaby.

"Latihan terus lah Gab, lama-lama pasti bisa kok" balasku.

"Emmm, jadi lirik lagu ini punya makna yang bagus"

"Apa maknanya?" tanya Gaby.

"Lagu ini menggambarkan bahwa manusia harus saling bergandengan, sebagai kawan, saling melengkapi"

"Ohhhh gitu ya hehe" Gaby menggangguk "kamu pintar ya bisa menganalisa lirik lagu"

"Bisa aja kamu haha" kami tertawa bersama.

Lagu itu akhirnya selesai dan berganti dengan lagu yang baru.


Bangun

Sebab pagi terlalu berharga

Tuk kita lewati

Dengan tertidur

Bangun

Sebab hari terlalu berharga

Tuk kita lalui dengan

Bersungut-sungut



"Kalau ini maknanya apa Nad?" tanya Gaby.

"Jangan malas, saat hari telah pagi langsung bangun dari tempat tidur dan menyapa hari dengan senyuman" balasku.

"Haha keren-keren"

Kami menyanyi bersama mengikuti lirik lagu tersebut. Sesekali Gaby seperti kecepetan dalam melantukan lagu sehingga sedikit rancu, namun sepertinya itu tidak menjadi masalah. Suasana yang awalnya sunyi berubah menjadi canda tawa, dan aku menyukainya.

"Wah, sepertinya bensin mobil ini mau abis" kata Gaby.

"Cari pom bensin Gab" balasku.

"Semoga aja ketemu, dan ada bahan bakarnya"

Kami tiba di sebuah persimpangan jalan, banyak sekali mobil-mobil yang terbengkalai di tengah jalan, kubuka jendela mobil dan memeriksa sekeliling.

"Gab, pom bensin"

"Sipp Nad"

Mobil kami berhenti di area pom bensin yang terbengkalai, ada beberapa buah mobil dan truk yang terparkir di area pom bensin. Aku dan Gaby turun dari mobil. Gaby memegang sebuah pistol dan menaruh benda itu di saku celananya sedangkan aku memeriksa mesin pengisi bahan bakar. Syukurlah, alat ini masih berfungsi.

"Pertamax ya?" tanya Gaby.

"Yep"

Jemariku menekan tombol angka, kumasukkan angka 100.000 supaya mobil ini bisa terisi penuh, setelah beres kuperintahkan Gaby untuk menekan tuas selang bensin. Akhirnya mobil ini telah terisi bensin penuh.

"NAD, AWASSS!!!" Gaby berteriak dan mengambil pistolnya. Aku yang terkejut dengan teriakan dia langsung menghindar. Ah, ternyata ada sesosok mayat hidup yang nyaris saja menyerangku dari belakang. Gaby meletuskan pistolnya tepat mengenai kepala mahkluk itu dan tewas seketika.

"Makasih Gab"

"Lain kali hati-hati Nad, lihat sekitar dulu" balasnya .

"Oke siap"

Singkatnya kami melanjutkan perjalanan, sepertinya kami melalui jalan yang berliku-liku. Kulihat pemandangan dari kaca jendela samping, terlihat gunung-gunung yang diselimuti awan, matahari hanya mengintip saja dari celah awan. Indah sekali.

"Kira-kira kita sampai mana?" tanyaku.

"Mungkin sebentar lagi mau masuk kota Bandung" balas Gaby.

"Udah lama aku gak ke Bandung"

"Sama" balasnya.

"Semoga saja disana ada basis militer"

"Iya Gab, semoga saja"

Sekitar satu jam akhirnya kami tiba di kota Bandung. Kota tersebut ternyata sudah ditinggal penduduknya, banyak gedung-gedung yang hancur. Kami menyusuri jalan utama kota yang dipenuhi oleh puing-puing dan mobil-mobil yang terbengkalai.

"Dugaanku salah Nad, kota ini sama hancurnya seperti Jakarta dan Bogor" kata Gaby.

"Iya Gab, seperti kota mati"

"Ah sial, reruntuhan bangunan itu menutupi jalan"

"Lalu?" tanyaku.

"Kita putar balik, cari jalan lain"

*****

Singkatnya kami menemukan sebuah jalan yang semoga saja tidak ada puing yang menghalangi jalan. Tapi sialnya jalanan tersebut justru dipenuhi oleh mayat-mayat hidup yang berdiri di tengah jalan.

"Lalu Gab?" tanyaku.

"Kita tetap terobos jalan ini" jawabnya.

"Tapi banyak banget mahkluk mayat itu" kataku dengan cemas.

"Tenang saja, kita bisa hadapi mereka"

"Tapi aku takut....."

"Nad! kamu diam aja ya, kita pasti selamat" Gaby memegang pundakku, suaranya terdengar tegas dan matanya melotot. Aku menggangguk.

BBBRMMMMM

Mobil ini melaju dengan kecepatan sedang, menghindari kerumunan mayat hidup. Aku memegang gagang pintu mobil. Awalnya kami bisa menghindari mahkluk tersebut.

BRAKKKKKK

Salah satu mayat hidup itu naik keatas mobil dan berusaha memecahkan kaca mobil!

"Ah sial" Gaby mengeluarkan pistolnya dan menembak mayat hidup didepan kaca mobil. Darah segar terciprat membasahi kaca sehingga kaca tersebut dipenuhi dengan darah.

"Gab, awas!"

DOR DOR DOR

Mayat itu nyaris saja menyerang Gaby dari samping.

"Gaby!"

"IYA AKU TAHU! AKU TAHU!!" Gaby menekan pedal gas dalam-dalam dan mobil ini melaju kencang. Kulihat raut muka Gaby yang seperti panik.

"GABY, AWASSS!"

Terlambat, mobil ini tiba-tiba oleng ke kanan seperti ditabrak sesuatu.

BRAKKKKK CITTTTTT!

Dan pandangku menjadi gelap......

......

......

****


"Ayunan, aku suka banget"

"Haha yaudah kamu naik aja, nanti aku dorongin"

"Tapi jangan kenceng-kenceng dorongnya, nanti kalau aku terbang gimana?"

"Gak apa-apa, nanti aku tangkap kamu"

"Beneran loh, awas aja kalau engga"



"Nadila......."

"Nadila, kamu tidak apa-apa?"

Pandanganku masih terlihat kabur, kepalaku terasa pusing. Aku menoleh kearah sumber suara.

"Gaby....."

"Kamu gak apa-apa?" tanya dia sambil mengusap kepalaku.

"Kepalaku pusing Gab" balasku dengan suara lemah.

"Ayo, kita keluar dari sini"

Aku dan Gaby keluar dari mobil yang sudah rusak akibat menghantam sebuah bangunan. Kupegang kepalaku yang masih terasa pusing, mungkin karena kepalaku menghantam sesuatu.

"Oh iya Gab, gitarku....."

Aku kembali masuk mobil untuk mengambil gitarku, namun gitar tersebut sudah hancur terbelah dua. Air mataku mengalir melihat gitar itu.

"Kenapa Nad?" tanya Gaby.

"Gitarku......"

"Ayo Nad, kita pergi dari sini" ajak Gaby sambil menarik tanganku. Singkatnya kami memeriksa bangunan ini, beruntung sekali tak ada tanda-tanda mayat hidup disini. Akhirnya kami singgah di sebuah kamar yang mungkin sudah ditinggal penghuninya, terdapat sebuah kasur yang cukup besar namun sedikit berdebu. Aku duduk diatas kasur sedangkan Gaby menaruh tas yang berisi makanan.

****

Malam ini kami memutuskan untuk istirahat di bangunan ini. Aku sedang memakan sebuah makanan kalengan yang rasanya agak aneh namun aku tetap memakannya. Begitu juga dengan Gaby yang sedang melahap biskuit. Aku sendiri kurang suka dengan biskuit.

Setelah makan aku duduk melamun diatas kasur, entah pikiranku kosong setelah kejadian siang tadi. Gaby menghampiriku dan duduk disampingku.

"Maafkan sikapku tadi, aku.... aku kadang memang suka begitu kalau sedang panik"

"Iya gak apa-apa kok Gab, udah biasa aku mah haha" balasku. Ia tersenyum.

"Emmh, soal gitar tadi....." kata Gaby, aku langsung tertunduk mendengar perkataannya.

"..... aku juga minta maaf, gara-gara aku gitarmu jadi rusak"

"Yaelah itu cuma gitar kok Gab......"

"Tapi kamu butuh kan?" tanya dia sambil menatapku.

"Besok aku akan carikan gitar baru untuk kamu. Aku janji" kata Gaby, suara bicaranya terlihat sungguh-sungguh.

"Gak usah Gab, gak apa-apa....." kataku.

"Dari matamu aku tahu kok kamu benar-benar kehilangan gitar itu. Aku tahu kamu sekarang sedih karena gitar itu Nad. Jadi, aku akan carikan gitar baru besok" kata Gaby dengan tegas.

"Aku cuma jadi beban Gab....." kataku.

"Beban? aku gak pernah merasa terbebani kok" dia tersenyum, senyumannya jujur meluluhkan hatiku. "Justru aku senang, karena ada seorang teman disampingku sekarang"

Gaby memelukku erat sekali, aku membalas pelukannya. Aku bisa merasakan detak jantungnya yang kebetulan berirama dengan detak jantungku. Tak berapa lama kami saling bertatapan. Matanya membulat indah.

"Tidur yuk, udah ngantuk hehe" kata Gaby.

"Iya, kepalaku masih agak pusing"

"Good night hehe......"

"Good night juga......."


CREDITS ROLL
 
Sedikit trivia

- Settingan di Part 2 ini 300 hari setelah Part 1
- Sebenarnya episode ini adalah kelanjutan dari post credits scene dari cerita Part 1
- Dah itu aja sih hehe

Also, selamat untuk Marc Marquez yang berhasil menyabet gelar juara MotoGP yang keenam kali. Mungkin bisa banget sih memecah rekornya si engkong empat enam, bisa banget :papi:

Happy reading seperti biasa:panik:
 
Wahh udah mulai nih 👍

alias castnya sementara masih kurang menarik bagi ane, semoga ceritanya makin seru deh :o
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd