Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Ada Citra diantra Dila dan Dino :marah:


Jadi saat malam itu Dila sama Dino lepas first Kiss? Gak lepas segel juga? :baca:
 
Tubuhku tak dapat bergerak, hanya mataku yang dapat bergerak. Rasa sakit melanda seluruh tubuhku akibat hantaman keras saat aku terguling jatuh ke jurang ini. Kabut itu masih menyelimuti sekitar dan aku bisa mendengar dengan jelas suara-suara mahkluk itu, suara itu semakin keras dan semakin keras bersahut-sahutan. Rasa takut semakin menguasai diriku, aku berusaha berteriak namun sia-sia, aku bahkan sulit untuk menggerakkan bibirku.

Apakah ini akhir dari hidupku?
Episode 03: The Forest coming soon ya

NB saja: Agak lama untuk apdet selanjutnya, mau coba maen Call of Duty Modern Warfare dulu hehe
 
Udahlah Nadila sama Gaby aja, kan Gaby udah kayak laki tuh :hore:
Nggg, gimana ya haha
Izin nancepin paku ah.. Seneng bet ama yang ginian..apalagi kalau di jelasin sebab musabab nya.. Sehat selalu om tees..
Selamat bergabung suhu, semoga betah ya di cerita kampret ini haha
Update suhu.....
Maaf ya nunggu lama, ni baru sempet nulis lagi
Aduh update kapan ini Hu,Keburu Lewis Hamilton Juara Dunia Ep-wan o_O
Kan udah pasti juara tahun ini hehe

Btw, ane kepikiran untuk masukin tokoh antagonis dan itu cewek. Kandidatnya adalah sebagai berikut

S - M - Y

Tapi ini masih dalam batas "kepikiran" , belum resmi jadi bisa aja yang lain hehe. Tebak aja sendiri siapa mereka :panik:
 
Btw, ane kepikiran untuk masukin tokoh antagonis dan itu cewek. Kandidatnya adalah sebagai berikut

S - M - Y

Tapi ini masih dalam batas "kepikiran" , belum resmi jadi bisa aja yang lain hehe. Tebak aja sendiri siapa mereka :panik:
Tokoh antagonis ya...

Y= Yona. Udah jelas, suka nampar orang sembarangan. Fix antagonis
S= Shania. Neraka berjalan. Emosian, suka marah-marah ga jelas. Posesif juga
M= Michelle(?) Tukang patil.

Alias

Oke, saya ngasih alesan yang ga jelas.. Ini kan bukan cerita saya. Kenapa saya..
Ah udahlah. Bodoamat
 
Nggg, gimana ya haha

Selamat bergabung suhu, semoga betah ya di cerita kampret ini haha

Maaf ya nunggu lama, ni baru sempet nulis lagi

Kan udah pasti juara tahun ini hehe

Btw, ane kepikiran untuk masukin tokoh antagonis dan itu cewek. Kandidatnya adalah sebagai berikut

S - M - Y

Tapi ini masih dalam batas "kepikiran" , belum resmi jadi bisa aja yang lain hehe. Tebak aja sendiri siapa mereka :panik:
Wah makin rame nih ceritanya
 
3. The Forest


Will the circle be unbroken

By and by, by and by

It's a better a home waiting

In the sky, in the sky


"Hei Nad, ayo kita keluar dari sini" Gaby mengagetkanku saat aku sedang duduk bersenandung.

"Emang udah aman diluar?" tanyaku.

"Mungkin, aku udah cek sebentar sepertinya aman-aman saja" jawabnya sambil menggendong tas.

"Yaudah, aku manut kamu aja" balasku.

Kami keluar dari bangunan ini setelah bermalam sejenak karena kabut aneh dan hujan lebat. Suasana diluar kurasa sedikit mencekam, banyak sekali mayat-mayat yang bergelimpangan disana sini, pemandangan yang sudah aku biasa lihat semenjak wabah mayat hidup menyerang negara ini. Aku berjalan sambil menggenggam sebuah senjata pistol dan mengikuti Gaby.

"Gab, tujuan kita kemana sekarang?" tanyaku.

"Cari mobil, terus keluar dari kota ini" balasnya.

"Emang bisa ambil mobil, padahal kita gak punya kunci?"

"Bisa dong, dijebol aja kuncinya hehe" kekehnya.

"Ohhh"

"Gila ya Nad, banyak banget mayat disini" kata Gaby.

"Iya, wabah ini benar-benar ganas banget"

"Kota ini benar-benar sudah mati. Gak ada penghuninya sekarang, yang ada hanya mahkluk-mahkluk sialan itu. Bandung sama aja kayak Jakarta dan Bogor, sama-sama hancur"

"Hmmm kira-kira masih ada kota atau tempat yang aman, selain Surabaya?" tanyaku.

"Gak ada sih kayaknya, yang aku dengar dari radio cuma kota itu satu-satunya yang masih selamat"

"Yahhh jauh banget" kataku memelas.

"Ya mau gimana lagi Nad. Disana sudah dibangun sebuah camp besar untuk menampung semua orang yang tidak terinfeksi Nad, disana juga dibangun tembok raksasa supaya mayat hidup itu tidak menyerang kota"

"Darimana kamu tahu semua ini?"

"Dari radio hehe" balasnya. "Kamu gak pernah dengerin ya"

"Gak tertarik, lebih suka sama lagu-lagunya. Oh iya, kamu tau gak Gab, penyiar radio itu sepertinya punya selera musik yang bagus"

"Kenapa?"

"Soalnya lagunya bukan lagu yang biasa diputar, istilahnya anti mainstream gitu. Dan juga lagunya bikin semangat gitu, seolah-olah kita disuruh bangkit melawan menghadapi bencana ini" jelasku.

"Hmmm mungkin sih"

Kami terus berjalan sambil mengobrol, kadang diselingi dengan gelak tawa kami saat membahas hal yang dirasa lucu.

"Eh stop"

"Kenapa?"

"Ada orang Nad, cepat sembunyi"

Aku dan Gaby merunduk menuju puing-puing bangunan di samping. Benar kata Gaby, ada dua orang yang sedang berjalan-jalan dan membawa senjata api. Rasa takut melanda hatiku.

"Gab, aku takut...."

"Tenang, akan kulindungi kamu oke"

Aku menggangguk, Gaby mencoba untuk mengintip di sebuah lubang tembok. Dia terlihat terkejut. Gaby langsung mengambil pistol dari saku celananya.

"Kenapa?" tanyaku cemas.

"Kayaknya gak aman Nad, tapi tenang aja"

"Gak aman gimana?" aku mulai panik.

"Tenang Nadila, tenang. Oke?" kata Gaby yang kubalas dengan anggukan. Setelah cukup lama Gaby menyuruhku untuk mengikuti dia. Kami berjalan sambil merunduk, aku mengikuti semua gerakan dia.

"Naik tangga Nad" kata Gaby.

"Oke"

Aku dan Gaby bergegas naik ke tangga menuju lantai atas bangunan ini, tampaknya tak ada apa-apa sehingga kita mulai berdiri dan kembali berjalan seperti biasa. Gaby membuka sebuah pintu dan aku langsung masuk dan mengamati ruangan ini. Tak ada apa-apa.

"Nah, kalau dari sini mungkin gak bakal dilihat mereka hehe" kekeh Gaby.

"Yaelah kalau misal mereka naik kesini gimana" kataku masih cemas.

"Jangan pikiran jelek lah Nad"

"Eh lihat Gab" aku menunjuk kearah jendela lantai atas. Aku terkejut melihat ada beberapa orang yang tampaknya sedang menangkap tiga orang, mereka juga bersenjata.

"Ngapain sih mereka?" tanya Gaby.

"Gak tau"

Mereka terlihat sedang menyuruh tiga orang itu duduk menempel di tembok, dan tangan mereka naik keatas pertanda menyerah. Aku bisa mendengar percakapan mereka.

"Tolong jangan bunuh kami, tolong"

"Kalian sudah mengambil senjataku tanpa ijin, jadi imbalannya adalah nyawa. Kamu tau gak, Hah!" teriak salah satu orang bersenjata.

"Tolong, kumohon bebaskan kami"

"Gak, kalian harus mati"

DOR DOR DOR DOR

Orang itu menembakkan senjatanya kearah tiga orang yang sudah menyerah itu. Pemandangan yang sungguh mengerikan, kedua mataku seakan terkunci melihat orang itu menembak berkali-kali walau orang itu sudah tewas. Tubuhnya berlubang dan berdarah-darah.

"Nad"

"Nad, woi" aku langsung kaget saat Gaby memanggilku.

"Emmm kenapa?" tanyaku.

"Merunduk, nanti dilihat orang itu" aku langsung merunduk.

"Gab, ngeri banget yang aku lihat tadi" kataku cemas.

"Iya, mereka orang jahat Nad"

"Gimana nih? kalau mereka menemukan kita gimana?" aku mulai panik namun berusaha untuk tetap tenang.

"Jangan khawatir, mereka tak akan menemukan kita disini, selama kamu ikuti semua perintahku, kamu akan selamat" balas Gaby. Aku hanya menggangguk dan dia tersenyum.

"Oke, terus kita harus gimana?" tanyaku.

"Kayaknya mereka bawa mobil deh, nah kita ambil mobilnya"

"Hah? Gila lu Gab, mereka bersenjata. Nanti kalau kita ditembak gimana?"

"Udah tenang aja, ikuti aja permainanku hehe"

Aku kembali menggangguk. Lalu kulihat Gaby mengambil sebuah botol kaca yang berada di lantai. Aku bingung untuk apa botol itu.

"Buat apa?" tanyaku lagi.

"Benda kayak gini berguna loh Nad, buat mengelabui mereka"

Dia bergerak menuju jendela yang terbuka, dia melakukan gerakan ancang-ancang dan melemparkan botol kaca itu keluar. Kulihat lemparannya jauh sekali dan mengenai kaca jendela bangunan sebelah, tepat diantara orang-orang jahat itu.

PYARRRRR

Kaca jendela itu pecah sehingga orang-orang itu kaget.

"APA ITU?" aku bisa mendengar teriakan orang itu.

"Kayak kaca pecah gitu, dari bangunan itu bro"

"Ayo kita periksa, mungkin ada orang didalem"

Benar kata Gaby, orang-orang jahat itu langsung masuk ke bangunan tempat dimana kaca itu pecah. Gaby langsung menarik tanganku.

"Ayo Nad, ini kesempatan kita. Kamu siap?" tanya Gaby sambil menyiapkan pistolnya.

"Kenapa harus pakai pistol Gab?"

"Buat jaga-jaga, ayo jangan buang-buang waktu"

Dengan cepat kami berjalan keluar bangunan tempat persembunyian tadi, aku mengikuti Gaby dengan setengah berlari, hampir saja aku jatuh karena kakiku tersandung sesuatu. Tak lama kami sudah berada diluar. Gaby mengacungkan pistolnya dan mengamati keadaan sekitar, aman sepertinya.

"Aman, ayo Nad"

Kami berlari menuju sebuah mobil milik orang jahat itu. Mobil bertipe sedan. Gaby mencoba untuk membukakan pintu mobil, beruntung sekali pintu itu tidak terkunci. Gaby langsung mencoba untuk menghidupkan mobil sedangkan aku mengamati keadaan sekitar.

"Lihat-lihat sekeliling Nad"

"Oke"

Pistol ini kugenggam erat-erat sambil melihat-lihat keadaan sekitar, kulihat ada beberapa mayat hidup yang tak jauh dari lokasi kami, beruntung mahkluk itu hanya berjalan lewat saja dan tak mengetahui keberadaan kami. Namun pandanganku tertuju pada sebuah mahkluk, mayat hidup namun berwujud anak kecil, dia membawa boneka dan menoleh-noleh seperti bingung. Aku tak tega melihatnya.

"Gab, udah beres?" tanyaku.

"Belum"

Aku terkejut melihat anak kecil itu berjalan kemari. Wajahnya mengerikan, mulutnya terbuka dan mengeluarkan suara berat. Aku mulai panik. Anak kecil itu semakin mendekat dan semakin mendekat.

"Gaby, aku melihat mayat hidup"

"Hah? Dimana?" dia langsung berbalik dan mengeluarkan pistolnya.

"Itu"

Gaby terlihat terkejut melihat mahkluk mayat hidup berwujud anak kecil itu. Dia langsung membidik pistolnya.

"Gab, jangan" aku menarik tangannya.

"Dia mayat hidup Nad....."

"Dan dia anak kecil, aku gak tega melihat dia terbunuh" balasku.

"Dia bukan anak kecil lagi, dia sudah menjadi monster pembunuh" Gaby berkata tegas dan kembali membidik senjatanya. Aku langsung menghalangi dia.

"Nadila, apa yang kamu lakukan?"

"Jangan tembak dia, please"

Tiba-tiba kami terkejut mendengar suara-suara manusia, sepertinya orang itu akan kembali kesini.

"Ayo, masuk ke mobil. Cepat!" aku dan Gaby langsung masuk ke mobil. Aku melihat salah satu orang jahat itu keluar dari bangunan, dengan cepat aku menunduk supaya tidak terlihat oleh orang itu.

"Ah, ayooo" Gaby meracau sendiri sambil berusaha menghidupkan mobil. Keringat mulai membasahi tubuhku karena panik melihat dia kesusahan untuk menghidupkan mobil.

BBBRRRMMM

"Yes, berhasil"

"Ayo Gab, jalan"

Dia mulai memindahkan tuas persneling dan menginjak gas, mobil ini langsung mundur. Aku melihat orang-orang itu terkejut melihat mobilnya dicuri.

"HEH, MEREKA NGAMBIL MOBIL KITA"

"TEMBAK"

"NADILA, MERUNDUK"

Aku langsung merunduk, suara tembakan mulai terdengar dan aku bisa merasakan ketakutan yang amat sangat. Peluru-peluru mulai menghantam mobil kami, kulihat Gaby yang juga merunduk dan masih memegang setir mobil dan menginjak gas. Dengan cepat Gaby membanting setir dan memindahkan tuas persneling.

DOR DOR DOR DOR

"Ahhhhhhhhh" aku berteriak dengan kedua tanganku menempel di kepala. Suara senjata itu terdengar sangat keras. Mobil ini beberapa kali dihantam peluru dari orang jahat itu.

"Nad, udah aman"

"Beneran?"

"Iya"

Aku membetulkan posisi duduk. Kulihat Gaby terengah-engah dan berkeringat, kurasa dia juga ketakutan sama denganku.

"Kamu gak apa-apa kan?" tanya dia.

"Iya aku gak apa-apa" balasku dengan suara bergetar. Dia tersenyum.

"Hufffft" kuhempaskan napasku akibat peristiwa tadi. Aku tak menyangka mereka benar-benar kejam sekali.

"Kenapa?" tanya Gaby.

"Aku takut banget. Mereka kejam ya Gab" kataku.

"Iya, namanya aja orang jahat"

*******

Dengan susah payah kami mencari jalan keluar kota ini, puing-puing bangunan menutupi hampir sebagian besar jalan utama. Tak hanya itu saja, kami menemukan beberapa tank dan panser yang terbengkalai menutupi jalan, dan yang pasti kami juga melewati beberapa mayat hidup yang terlihat berjalan-jalan.

Akhirnya mobil ini berhasil keluar dari kota. Aku dan Gaby hanya diam saja, dia terlihat serius sambil menyetir sedangkan aku memandangi pemandangan di kaca samping mobil. Cuaca siang ini terlihat mendung sama seperti pagi hari tadi, matahari hanya samar-samar bersinar tertutup awan.

"Tumben diem" Gaby akhirnya memecah kesunyian. Aku tak membalasnya dan tetap terpaku menatap pemandangan di kaca samping.

"Kamu kepikiran sama anak kecil tadi?" tanya dia. Aku menoleh.

"Iya, malang benar nasib dia" kataku. "Coba saja aku bisa selamatkan dia......"

"Itu tidak mungkin, yang ada kamu digigit Nad" balas Gaby.

"Ya minimal aku bisa bawa dia ketempat aman"

"Tetep aja gak bisa. Mahkluk itu harus dibunuh Nad, meskipun itu berwujud anak kecil" nada suara Gaby berubah meninggi.

"Mereka itu pembunuh, tak peduli itu orang seperti kita atau anak kecil. Mereka sudah membunuh teman-temanku, orang tuaku, semuanya Nad. Semua harapan dan kesenanganku hilang karena mahkluk bangsat itu......" kulihat dia mulai terisak, air matanya mulai mengalir.

"Maaf Gab, aku gak bermaksud......"

"Iya gak apa-apa, aku emosi. Maaf" ia mengusap air matanya dan kami kembali terdiam. Perkataan Gaby membuatku teringat dengan kedua orang tuaku yang sekarang berada di luar Jawa, aku harap mereka baik-baik saja.

Dino.....

"Nad, aku boleh tanya sesuatu?" tanya Gaby.

"Iya?"

"Misalnya aku kena gigitan mahkluk itu, apa yang akan kamu lakukan?" aku terkejut dengan pertanyaannya.

"Hah?"

"Misal doang Nad"

"Emmm, aku tinggalkan kamu....."

"Gitu doang? Kamu gak mau tembak aku Nad?" tanya Gaby.

"Gak ah, kan kamu temanku....."

"Hehehe baik juga ya kamu, tapi jika itu terjadi ya Nad, aku berubah jadi mayat hidup dan kamu akan kuburu sampai mati" nada suaranya sedikit meninggi, sama seperti tadi. Aku menunduk.

"Nadila, jika suatu saat itu benar-benar terjadi. Tembak saja aku, aku gak mau jadi bagian mereka. Begitu juga sebaliknya jika kamu tergigit, aku juga akan melakukan hal yang sama....." kata Gaby.



"Kenapa?" tanyaku.

"Karena setelah virus itu menyerang tubuhmu, kamu sudah bukan manusia lagi. Raganya memang tetap manusia namun jiwanya bukan"

"Gab...."

"Tapi aku janji, kamu tak akan digigit oleh mahkluk itu. Aku akan terus melindungimu walau nyawaku taruhannya"

Aku terpana dengan perkataan Gaby, sungguh-sungguh karena aku bisa melihat dari matanya yang membulat.

"Terima kasih Gaby, tapi kenapa kamu ingin sekali melindungiku?" aku bertanya.

"Karena aku sudah anggap kamu saudara Nadila. Setelah mereka mati tinggal kamu saja yang tersisa di hidupku" air matanya kembali mengalir dan dia terisak.

"Hiks... aku.... aku tak mau kamu mati Nad....."

Hatiku terasa luluh mendengar perkataan Gaby, air mataku juga mulai mengalir. Dia benar, aku juga sudah tak punya apa-apa selain Gaby. Dalam hatiku aku berjanji untuk tidak mengecewakan dia.

Mobil ini terus berjalan menyusuri jalan utama yang berkelak-kelok, pertanda jalan tersebut menyusuri perbukitan. Kami hanya diam saja menikmati perjalanan, sesekali aku bersenandung untuk mengusir kebosanan, sedangkan Gaby hanya terlihat serius menyetir mobil. Dia memang begitu orangnya selama kami bersama, serius dalam hal apapun. Lama-kelamaan mataku diserang kantuk sehingga aku tertidur.

=====000=====

"Dinooooo"

"Iya?"

"Kenapa kamu diam, aku udah kesini tapi gak ngomong apa-apa. Aku sampai pakai pakaian yang bagus nih"



"Gimana kalau kita.... emmmm...... emmmm ngomong apaan dah aku malah lupa"

"Yaudah aku tunggu, ingat-ingat lagi hehehe"

"Oh iya Py. Emmmmm......"

"Emmmmm gimana?"

"Misal, misalnya kita pacaran gimana?"



=====000=====

"Nadila......."

"Nadila, bangun......."

"NADILA"

"Emmm Dinooo, ngapain sih?" aku bergumam setelah tertidur nyenyak, pandanganku masih kabur.

"Dino siapa?"

"Eh, Gaby. Emmm kenapa?" aku terkejut karena suara dia.

"Kita harus turun"

"Lho? kenapa?" tanyaku heran sambil mengucek mataku.

"Tuh lihat, jalan ini terhalang sama mobil-mobil, kita gak bisa lewat jadinya" kata dia memelas.

"Yahh, terus gimana?"

"Yaudah kita jalan kaki terus cari mobil lagi"

Singkatnya kami turun dari mobil, tak lupa membawa beberapa tas yang berisi barang-barang dan makanan. Gaby mengokangkan pistolnya dan menaruhnya di saku celana jeansnya. Kami berjalan menyusuri mobil-mobil itu, ternyata banyak sekali mayat-mayat yang bergelimpangan disana-sini, tetapi beruntung tK ada mayat hidup yang kita temui. Aku berjalan dibelakang Gaby yang membawa tas ransel. Mungkin cukup lama kami berjalan.

"Nad, istirahat dulu" Gaby menaruh tasnya ke tanah dan mengambil botol air minum dan menenggaknya hingga habis. Aku juga melakukan hal yang sama, kakiku kuluruskan karena capek.

"Eh Nad, lihat" kata Gaby.

"Kenapa?" tanyaku.

"Ada tempat evakuasi" aku langsung berdiri dan melihat yang dimaksud dia. Sebuah papan besar bertuliskan "Zona Evakuasi".

"Wah, kita selamat Gab" kataku.

"Iya, semoga saja ada orang disana. Yuk kita kesana"

Aku dan Gaby kembali berjalan menuju papan besar itu, tanda panah yang tertempel mengarah ke sebuah gapura besar bertuliskan "Taman Nasional". Aku bisa melihat banyak beberapa mobil-mobil militer terparkir sepanjang kami berjalan. Cukup lama kami mengikuti jalan ini dan akhirnya kami sampai di sebuah camp besar, namun tampak terbengkalai, tak ada seorang pun disini. Yang ada hanya beberapa mayat berbaju tentara.

"Sudah kuduga sih, tempat ini terbengkalai" kata Gaby sambil memeriksa salah satu tenda besar.

"Terus gimana?" tanyaku.

"Kita periksa tempat ini, siapa tahu ada barang-barang yang berguna"

Aku dan Gaby memeriksa beberapa tenda besar. Tanda palang merah tertempel yang menandakan tenda ini adalah sebuah rumah sakit darurat dan benar saja, didalam banyak beberapa tempat tidur darurat lengkap dengan alat-alat yang biasa ditemui di rumah sakit. Tak hanya itu saja, ada beberapa mayat berbaju putih yang aku tahu dia adalah seorang dokter. Kulihat Gaby mengambil sebuah senjata api lengkap dengan amunisinya.

"Hehe dapet ini"

"Pistol lagi Gab?"

"Iyalah, benda ini berguna sekali untuk bertahan hidup Nad....."

GGRRRRRHHHHHHHH

Aku terkejut mendengar suara erangan yang sangat berat, Gaby langsung mengokang pistolnya.

"Dari luar" aku mengikuti dia menuju keluar dan kami disambut oleh mayat-mayat hidup yang berjalan menuju kemari. Aku ketakutan melihat mahkluk itu.

"Gab....."

"Tenang, kita bisa hadapi ini. Pakai pistolmu Nad, tembak jika mereka menyerang" kata Gaby, aku menggangguk dan memegang erat senjata ini.

Salah satu mayat hidup maju dan menyerang Gaby, dia dengan sigap membidik senjata itu dan menembakkannya tepat dikepala.

DOR

Mayat itu terjatuh dan tewas, tapi itu baru satu, masih banyak mahkluk-mahkluk itu berjalan menuju kemari. Letusan demi letusan pistol kepunyaan Gaby terdengar berkali-kali sembari dia maju, aku mengikutinya.

"NAD, AWAS"

Aku terkejut, mayat hidup itu nyaris saja menerkamku dari belakang. Beruntung aku langsung refleks menghindar dan kuletuskan pistol ini.

DOR DOR

Dua peluru tepat bersarang di lehernya, mayat itu terlihat kesakitan karena lehernya berlubang dan tak lama mahkluk itu tewas.

"Bagus Nad" Gaby memujiku.

"Hehe makasih" balasku.

Meskipun kami sudah melepaskan banyak peluru, tetap saja mayat-mayat itu terus menyerang. Gaby langsung menarik tanganku dan berlari.

"Ayo Nad, lari"

Aku berlari memasuki hutan dan terus berlari mengikuti Gaby dari belakang. Suara erangan itu terdengar keras sekali dan bersahut-sahutan, seolah-olah kami adalah santapan lezat mereka. Tiba-tiba saja aku merasakan udara dingin yang sangat menusuk kulit, pandanganku sedikit kabur. Kabut putih tiba-tiba saja muncul, aku terus berlari namun kabut ini menjadi menebal sehingga pandanganku semakin dan semakin kabur. Aku tak dapat melihat Gaby sekarang!

"Gaby, tunggu aku......"

BRAKKK

"AGGHHHHHHH" kakiku tersandung sesuatu, tubuhku terhempas jatuh ke tanah dan berguling-guling, pandanganku semakin kabur. Tak lama aku merasa tubuhku seperti melayang.

"AGHHHHHHHHH"

Aku kembali jatuh ke tanah. Tubuhku tak dapat bergerak, hanya mataku yang dapat bergerak. Rasa sakit melanda seluruh tubuhku akibat hantaman keras saat aku terguling jatuh ke jurang ini. Kabut itu masih menyelimuti sekitar dan aku bisa mendengar dengan jelas suara-suara mahkluk itu, suara itu semakin keras dan semakin keras bersahut-sahutan. Rasa takut semakin menguasai diriku, aku berusaha berteriak namun sia-sia, aku bahkan sulit untuk menggerakkan bibirku. Pandanganku semakin lama semakin kabur.

Apakah ini akhir dari hidupku?

=====000=====

"Aku gak salah dengar ini?" tanyaku tak mengerti maksud dia.

"Emmmm gimana ya"

"Dino, kamu serius?"

"Iya, aku serius. Aku ingin kita pacaran"

"Emmm Din, sebaiknya kamu jangan cepat-cepat kasih keputusan ini"

"Kenapa?"

"Aku... aku belum siap Din, maaf"

........

........

"Kita.... kita temenan aja ya Din........"


=====000=====

Kubuka kedua mataku, pancaran sinar matahari langsung menyerang mataku, kepalaku terasa pusing sekali.

"Ughhhh"

Tiba-tiba aku merasa ada mahkluk yang berjalan mendekatiku, rasa takut melanda diriku, apakah itu mayat hidup?

Ternyata perkiraanku salah, seekor rusa yang cukup besar menghampiriku. Tanduknya lumayan besar, aku tak pernah melihat rusa sebesar ini sebelumnya. Rusa itu menjilati wajahku namun anehnya aku tidak merasa jijik, seakan-akan hewan itu ingin mengajakku bermain.

"Hei..." kupegang wajah rusa itu dengan tangan kananku, hewan itu tampak senang aku belai wajahnya. Aku berusaha untuk berdiri namun aku merasakan sakit di kakiku.

"Aduhhhh....."

Hewan rusa itu tampak terkejut dan berjalan menuju kedua kakiku. Ia mengelus kakiku dengan wajahnya, tiba-tiba saja rasa sakit itu lenyap dan kakiku kembali bisa digerakkan walau masih terasa nyeri. Rusa itu terlihat senang. Aku berusaha untuk berdiri walaupun itu cukup susah.

Dan akhirnya aku dapat berdiri, rusa itu hanya memperhatikanku. Aku tersenyum dan kembali memegang pipi hewan itu. Tiba-tiba ia tampak terkejut dan langsung berlari masuk ke hutan.

"Hei, jangan lari"

"NADILAA"

"NADILAA" aku mendengar suara teriakan, aku yakin itu suaranya Gaby.

"NAD, KAMU DISANA??"

"Gaby, iya aku disini" jawabku. Aku bisa melihat Gaby yang berada diatas tebing itu. Ia langsung bergerak memutar dan tak lama kemudian ia sudah sampai di tempat aku jatuh.

"Nad, kamu gak apa-apa?" tanyaku sambil memegang pundakku. Aku tersenyum.

"Iya aku gak apa-apa" balasku.

"Beneran?" tanya dia cemas, aku hanya menggangguk.

****

Kami melanjutkan perjalanan, kuteguk botol minum berisi air mineral itu hingga tersisa setengah, entah kenapa aku merasa haus sekali padahal cuaca sendiri sedang cukup bersahabat. Langit terlihat mendung berawan namun tak ada satupun rintik hujan yang turun. Hutan ini bisa dikatakan sangat rimbun.

"Emmm Gab"

"Iya?"

"Aku tadi lihat rusa yang besar banget"

"Masak sih?"

"Iya"

"Aneh, padahal setauku di Bandung, tepatnya di taman nasional ini jarang ada rusa yang besar loh" kata Gaby.

"Tapi beneran Gab, aku lihat pas aku jatuh dari jurang tadi......"

"Sssttt Nad" tiba-tiba Gaby menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanyaku.

"Lihat" ia menunjuk jarinya kearah yang dimaksud dia. Aku melihat dua orang laki-laki sedang duduk santai di pinggir sungai, tampaknya mereka sedang memancing ikan, itu yang kulihat karena mereka membawa beberapa ember dan alat pancing.

"Mereka siapa?" tanyaku kepada Gaby.

"Aku tak tahu, tapi yang pasti mungkin mereka orang jahat Nad" kata Gaby. Ia mengambil sebuah pistol dan mengokangnya perlahan.

"Gak ah, mungkin orang biasa Gab"

"Tuh lihat di samping mereka, itu senjata api Nad. Bisa aja mereka orang jahat" Gaby benar, ada sebuah senjata api yang terletak di samping orang itu.

"Lalu, terus gimana?" tanyaku.

"Kita habisi mereka, ambil senapan sama ikannya"

"Habisi mereka? berarti kita bunuh mereka gitu?"

"Bukan bego, digertak aja" kata Gaby

"Lah jangan nekat Gab...."

"Mereka cuma berdua, kita juga. Kamu bisa pakai pistol kan?" tanya dia sambil mengambil senjata itu dan memberikannya padaku.

"I..Iya aku bisa" kataku ragu.

"Biarkan aku maju dulu, kamu awasi dari belakang oke? Nad, kamu pasti bisa" kata Gaby yakin.

"Oke"

Gaby mulai bergerak keluar dari semak-semak dan berjalan perlahan menuju dua orang laki-laki itu. Aku mengintip dari semak ini dan mengawasi Gaby.

"ANGKAT TANGAN KALIAN" teriak Gaby. Dia mengacungkan pistolnya dan kedua orang itu terkejut dan langsung menoleh, mereka langsung mengangkatkan tangannya.

"HEI, APA-APAAN INI?" teriak salah satu orang itu.

"JANGAN BERGERAK ATAU KAKIMU AKU TEMBAK" balas Gaby teriak.

"APA YANG KAMU MAU, CEWEK?" teriak salah satu laki-laki itu.

"Kami butuh senjata kalian.... dan ikan yang kalian tangkap"

Aku merinding melihat kejadian yang aku lihat sekarang. Gaby dapat dengan mudah mengatasi kedua laki-laki itu, membuatku semakin kagum dengan dia. Aku genggam erat-erat pistol ini untuk bersiap menghadapi kondisi terburuk.

"Oke, oke kamu boleh ambil semuanya. Asalkan jangan tembak kami"

"Apa maksudmu Din? dia cuma satu orang doang, lagian dia cewek....."

"HEH, DIEM!" kulihat Gaby berteriak mendekati salah satu orang itu dan menodongkan pistol itu kearah kepala si laki-laki.

"Aku gak sendiri, ada kawanku yang sedang membidik kepalamu sekarang. Jadi kalau kalian membantah, mungkin kepalamu sudah berlubang sekarang" kata Gaby, aku sedikit tertawa mendengar gertakannya. Kedua pria itu akhirnya mengangkat kedua tangannya pertanda menyerah.

"NAD, AYO KELUAR. MEREKA SUDAH AKU LUMPUHKAN" teriak Gaby. Aku langsung keluar dari semak-semak sambil menggenggam pistol di tangan kiriku. Dengan cepat aku menodongkan senjata ini kearah laki-laki itu.

Namun aku merasa aneh, salah satu laki-laki itu menatapku, saling kontak mata. Dia tampak terkejut melihatku, begitu juga aku.

Laki-laki itu.....

"Din.... Dino?"

"Dila....."

CREDITS ROLL.....
 
Sedikit Trivia

Hehe maaf banget apdetnya agak lama karena keasyikan nyoba game baru yang barusan rilis (Call of Duty Modern Warfare), hmmmn gameplaynya asyik, grafisnya mantap dan multiplayernya bikin nagih. Jadi ane sempet lupa apdet cerita ini hehehe. Eh bentar lagi Death Stranding dan RDR2 PC juga rilis, hmmmmn.

Untuk clue S - M - Y, kecuali yang "Y" sebenarnya itu adalah inisial nama tengah atau belakang.

Happy reading seperti biasa, and have a nice weekend :panik:
 
Bimabet
Tokoh antagonis ya...

Y= Yona. Udah jelas, suka nampar orang sembarangan. Fix antagonis
S= Shania. Neraka berjalan. Emosian, suka marah-marah ga jelas. Posesif juga
M= Michelle(?) Tukang patil.

Alias

Oke, saya ngasih alesan yang ga jelas.. Ini kan bukan cerita saya. Kenapa saya..
Ah udahlah. Bodoamat

Yona, suka nampar orang sembarangan.,??
itumah ente lagi curhat...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd