Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Nice update suhu
Merci hehe
Yona, suka nampar orang sembarangan.,??
itumah ente lagi curhat...
Gak kaget mah kalau itu haha
Unccchh Buru2 kayanya biar dino cpet ketemu dila hehe :ampun:
Btw
Makasih update nya om tees.. Sehat selalu :beer:
Udah sesuai dengan plot besarnya kok hehe. Sebelumnya ane malah mau matikan Gaby di episode ini, tapi akhirnya direvisi
Haaaaa......
Ngggg kenapa gan?
 
RDR2 asik sih
Belum beli COD, jadi ingin tapi kok motong ceritanya gini yak, Yah ada Dila, apakabar citra :)
 
yg di wattpad update juga ga?
Enggak
Menunggu reaksi dari keduanya hihi
Ditunggu aja hehe
RDR2 asik sih
Belum beli COD, jadi ingin tapi kok motong ceritanya gini yak, Yah ada Dila, apakabar citra :)
Wah bolehlah mabar haha. Citra sih kabarnya baik kok
Update hu update
Lagi proses
Nancep renda ah
Silahkan, tapi lapak sini banyak zombienya, jadi siapkan senjata agan :D
 
Btw ane ngerasa geli ya baca ulang cerita sendiri. Ada yg pernah ngalamin? Hehe
Saya sih selalu. Sebenarnya emang karena suka nulis dan butuh penyaluran aja nulis di forum ini. Jadi jarang banget baca ulang dan kadang sadar kalo cringe. Cuma tetep suka aja karena karya sendiri
 
4. ......We Meet Again

6 jam sebelumnya....


"Aghhhhh kamu ngapain?"

"Hehe udah bangun kak"

"Citraa, gak gini-gini juga kali kalau mau bangunin aku hhhhh"

"Hehe"

Benar saja, bagaimana rasanya jika dibangunin oleh seorang wanita dengan cara, memainkan kemaluan yang sedang tertidur. Jelas sekali aku langsung terbangun sekaligus keenakan.

Citra, apa gak cukup kita bermain tadi malam? sampai kasur ini basah kuyup?

"Aghhhhh Citraaa" dia dengan cekatan menjilati setiap bagian batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak akibat perlakuannya. Tangannya mulai memijat-mijat buah zakarku, rasa nyeri, geli dan nikmat bercampur menjadi sebuah desahan yang keluar dari mulutku.

"Kakak dari tadi udah aku bangunin, tapi gak bisa. Jadi emmm, aku gituin deh itunya kakak" kata Citra sambil terus memainkan kemaluanku. Lalu ia naik keatas perutku dan bibirku langsung disambar olehnya, kami saling beradu lidah selama beberapa saat lalu dia melepas bibirnya.

"Main bentar yuk" kataku, ia tersenyum manis sambil mengganggukkan kepalanya.

Mulutku langsung menyerang bagian buah dadanya yang kencang dan bulat walau tak terlalu besar. Citra mendesah didekat telingaku, dan sebagai balasannya ia menyerang belakang telingaku, dia tahu aku sangat sensitif di bagian itu.

"Ughhhh Citraaa"

"Kakkk aghhhhh geliiii"

Kami saling mendesah menikmati permainan awal ini, kebiasaan kami sebelum menikmati hidangan utama. Kugigit kecil puting susu Citra yang sudah tegang pertanda birahi dia sudah memuncak. Desahannya merdu sekali.

"Ahhhhhhhh ahhhhhhhh"

Tubuhnya bergetar dan meliuk-liuk, batang kemaluanku mulai tergesek oleh bibir liang surganya yang kurasa sudah basah oleh lendir cintanya. Ekpresinya yang keenakan dilanda birahi membuatku semakin semangat untuk menyetubuhinya pagi ini. Menurut beberapa artikel yang pernah aku baca, bercinta paling nikmat adalah saat pagi hari. Kemaluanku selalu tegang saat bangun tidur sehingga semakin mendukung untuk melakukan aktivitas bercinta, hehe.

Setelah cukup lama kami melakukan pemanasan, tangan Citra memegang batang kemaluanku, sesekali ia meremasnya kuat-kuat menimbulkan rasa nyeri dan nikmat, ia menuntut kemaluanku menuju mulut kemaluannya. Setelah dirasa tepat dia mulai menurunkan pantatnya pelan-pelan sehingga batangku merangsek masuk kedalam liang surganya. Citra mendesis merasakan nikmat birahinya, begitu juga denganku.

"Ughhhhhhh kakkkkk" ia meracau, aku hanya bisa tersenyum.

Batang kelaminku sudah masuk kedalam liang kemaluannya, seluruhnya sudah masuk sehingga kepala penisku menabrak mulut rahimnya. Kudiamkan sejenak batangku disana sembari kucumbu kembali bibir Citra yang basah, kami saling berbelit lidah dan menukar ludah, tangan kananku meremas-remas buah dadanya sedangkan tangan kiriku meremas pantatnya. Semakin liar kami bercumbu dan saling meremas-remas. Desahan dan lenguhan kami hasilkan dan mungkin suara-suara birahi itu sudah memenuhi kamar ini.

Sebelumnya, aku dan Citra sudah lama satu kamar setelah peristiwa kematian Gracia. Awalnya hanya ingin menemani Citra, namun pada akhirnya tujuanku satu kamar dengan dia selain itu juga untuk tidur bersama, atau lebih tepatnya "bermain" bersama. Ya. Sejak saat itu aku dan Citra cukup sering bersenggama sebelum tidur dan setelah bangun tidur.

Ya begitulah. Teman-temanku sudah tahu dengan semua ini, jadi tak ada masalah hehe.

Setelah bosan bercumbu panas, Citra mulai menggerakkan pinggulnya naik turun, kubiarkan dia menikmati batang kemaluanku didalam tubuhnya. Awalnya pelan saja dia gerakkan pinggulnya dan lama-kelamaan gerakan itu semakin cepat temponya, Citra mendesah-desah nikmat diatas tubuhku, sesekali ia mengencangkan otot kemaluannya sehingga batangku terasa seperti tercekik. Tubuhku mengejang menikmati setiap gesekan antar kemaluan kami.

"Hhhggggghhh ughhhhhh"

"Kamu nakal yaa ughhhhhh" aku berkata sambil mendesah.

"Kakak juga aghhhhhh nakallll ahhhhh ahhhhhhh" Citra membalas sembari terus menaik turunkan pinggulnya. "Titit kakak nakall aghhhhh ahhhhh"

"Memek kamu juga ahhhhhh"

"Ihhhh kakak ahhhh ahhhhhh"



Gerakan pinggulnya semakin cepat menggesek kemaluanku, semakin cepat dan semakin cepat, aku bisa merasakan relung kemaluannya yang sempit itu mulai basah oleh lendirnya. Tiga menit kemudian tubuhnya mengejang, perutnya kembang kempis seperti menghentakkan sesuatu. Aku tahu dia akan orgasme, tetapi aku diam saja, biarkan Citra yang meraihnya sendiri hehe.

"Kakkkkk akuuuuu pipissss mau pipisssss aghhhh ahhhhh ahhhhhhh"

"Jangan ditahan Citra, aghhhhh ahhhhhh biarkan keluar ahhhhhh"

"Iya kakkkk aghhhhhh aku keluarrrr kakkkkk kyaaaaaa ahhhhhhh"

Cairan itu menyembur kencang saat kemaluanku terlepas dari liangnya, tubuhnya mengejang-ngejang, kepalanya terbenam di dadaku sambil melenguh berulang kali. Tak lama kemudian tubuhnya melemas pertanda orgasme hebatnya berakhir. Citra mencium bibirku dengan lembut dan aku membalasnya.

"Hahhhhh kakkkkk nikmat bangettt" desahnya. Tubuhnya basah oleh keringatnya, begitu juga dengan aku. Aku menatap wajahnya yang terlihat sayu sekali akibat orgasmenya barusan.

"Enak ya hehehe" aku berkata. Ia hanya menggangguk.

"Lagi kak, tapi sekarang kakak yang main" kata Citra sambil kembali menggenggam batang kemaluanku yang basah oleh cairannya, dia mengurut batangku hingga menjadi semakin tegang. Kami membetulkan posisi sama seperti sebelumnya. Batangku digenggam dengan tangannya dan mulai dimasukkan ke liang surganya kembali. Citra menekan pinggulnya dan kemaluanku masuk ke liangnya.

"Siap ya"

Plok plok plok plok

Kunaik turunkan pinggulku berulang kali, sama seperti tadi, pelan-pelan dulu. Sekitar sepuluh hentakan aku lancarkan dan itu sudah cukup membuat wanita mungil ini kembali mendesah nikmat. Dan sama seperti tadi, Citra melancarkan serangan balasan dengan mengejankan liang kemaluannya sehingga semakin terasa sempit. Jelas sekali aku keenakan karena perlakuannya. Hentakan demi hentakan aku lancarkan dan perlahan tapi pasti aku mempercepat tempo. Desahan dan lenguhan kami semakin bersahut-sahut yang justru memacu nafsu birahi kami yang semakin naik.

Plok plok plok plok

Suara benturan antar selangkangan semakin keras saja, bercampur dengan suara desahan kami.

"Hhmmpphhhh aghhhhhh kakk Dinoooo"

"Ssshhhhhhh mmpphhhhhh Citraaaa"

Tak berapa lama tubuhnya kembali mengejang hebat, pelukan di pinggangnya aku eratkan sembari terus melakukan gerakan menyodok kemaluannya yang semakin cepat, tak peduli dia akan meraih klimaksnya lagi hehe.

"Kakkkkkkk akuuuuu pipisssss lagiiiiii ahhhhh ahhhhhh ahhhhhhh"

Hentakan pinggulnya semakin kuat, orgasmenya kurasa lebih hebat dari sebelumnya, semburan cairannya keluar banyak sekali sampai batang kemaluanku terlepas dari liang surganya. Citra melenguh-lenguh menikmati setiap cairan cintanya menyembur keluar, membasahi area selangkanganku. Aku merem melek melihat ekspresi wajahnya yang semakin seksi karena dilanda orgasme. Tak berapa lama tubuhnya melemah dan kepalanya jatuh ke dadaku, dia mendengus lelah.

"Hhahhhhhh kak nikmat sekali hahhhhh"

"Hehehe" kekehku sambil mengelus kepalanya. Citra menatapku dan tersenyum lemah, matanya berbinar.

"Sampai ngiler gitu ya Cit haha" aku tertawa saat melihat mulutnya belepotan liurnya sendiri.

"Ihhh kakak" ia memukul perutku pelan.

"Hahaha" aku dan Citra tertawa bersama. Kami beristirahat sejenak dengan posisi berpelukan. Keringat kami saling bercampur menimbulkan aroma yang khas namun kami menikmatinya.

"Kakak nanti pergi sama kak Galang ya?" tanya dia.

"Iya, kan gantian aku yang cari ikan di sungai" balasku.

"Emmm, yaudah kak hati-hati"

"Mau ikut?" tawarku.

"Enggak, pengen tidur lagi hihi" balasnya terkekeh.

"Lemes kan kamunya hehe"

"Iyalah, gara-gara kakak"

"Lah kok aku? bukannya kamu yang mulai duluan"

"Tetep aja gara-gara kamu, huh" Citra memasang tampang cemberut yang justru membuatku semakin gemas dengan dia. Karena gemas aku menyerang bibirnya dan memainkan lidahnya. Citra merespon cumbuanku dengan memainkan lidahku dan saling bertukar liur. Kami cukup lama bercumbu panas, dengan iseng kuremas-remas pantat sekalnya, ia melepas bibirku yang sudah berlumuran campuran liur kami membentuk sebuah benang yang cukup panjang, dia kembali mendesah-desah. Setelah cukup puas memainkan pantatnya, tanganku merangsek maju menuju lubang kemaluannya dan kuhujam organ intimnya dengan jari-jariku, daging kecil yang sudah tegang itu aku gosok berkali-kali sehingga kemaluannya kembali basah karena lendirnya. Pinggulnya meliuk-liuk menikmati permainan nakalku dan tentu saja, dia melenguh nikmat.

"Kakkk ahhhhh ahhhhhh nakal banget sih sumpah ahhhhh"

"Balasan karena tadi kamu mainin tititnya kakak hehe" kekehku.

"Ahhhhh kakkk pakai punyanya kakak aja, gak mau pakai tangan ahhhh ahhhh"

"Yaudah, aku manjain kamu dari belakang ya. Kamu nungging sekarang" kataku. Citra menggangguk dan mulai memposisikan diri. Pemandangan ini sungguh sangat menggoda, nafsuku semakin tak terkontrol melihat buah pantat bulat sekal itu. Dominate dia? tak masalah buatku hehe. Aku selalu "menang" saat bermain dengan Citra.

Dengan perlahan aku posisikan batang kemaluanku tepat kearah mulut kemaluannya yang sudah merah merekah dan sedikit mengucurkan cairan cintanya, tapi bukan Dino namanya jika langsung "nyodok" hehe. Kugesekkan dulu bibir kemaluannya perlahan dengan kepala batangku yang cukup besar itu. Citra tampak kesal sekaligus mendesah karena perlakuanku.

"Kakkkk kok digesekkin mulu ahhhhhh, ayo kakkkkk"

"Kamu nafsu banget sih kayaknya" tanyaku sambil terus menggesekkan bibir kemaluannya. Ia hanya mendengus, aku tersenyum saja.

"Semua gara-gara kakak, nakal ahhhhh ahhhhh" desahnya.

Anjir dah, suaranya sangat lucu seperti anak kecil merengek. Okelah, mungkin sudah cukup aku ngisengin dia. Saatnya masuk ke menu utama.

Sleppppp

Kutusukkan pelan lubangnya, rasa sempit dan hangat langsung menyerang setiap bagian batang kemaluanku, nikmat sekali. Citra mendongakkan kepalanya dan melenguh saat setiap bagian kemaluanku menggesek dinding kemaluannya. Dan akhirnya aku bisa merasakan batang kebanggaanku menabrak sesuatu, mungkin itu mulut rahimnya.

"Ahhhhhhhhhhh"

"Aghhhhh Citraaa sempit bangettt oghhhhhh" aku kelepasan mendesah. Dia menoleh kebelakang dan sedikit tertawa.

"Hehe"

Kunaikkan tempo sedikit demi sedikit, kugerakkan pinggulku maju mundur, Citra mendesah disaat kemaluanku menggesek liangnya yang sudah banjir karena orgasmenya. Tak lama kukencangkan tempo dan berusaha untuk memasukkan batangku lebih dalam. Kami saling mendesah menikmati persetubuhan dengan gaya doggy ini, keringat kami semakin bercucuran.

Plok plok plok

Plok plok plok

"Ahhhhhh ahhhhh kakkkk enakkkk kakkkk aghhhhh ahhhhhh"

"Memekmu enak banget Citraaa aghhhhhh"

Setelah cukup lama aku menggauli tubuhnya, Citra mulai mengeluarkan lenguhan disertai dengan kejang-kejang tubuhnya pertanda orgasmenya mulai datang. Otot kemaluannya mulai berkedut-kedut, semakin lama semakin kencang.

"Kakkkkk ahhhhhh akuu mau keluarrr kakkkkkkk"

"Iyaaahhhh aghhhhh keluarinnn aja aghhhhh" aku ikutan mendesah akibat otot kemaluannya meremas kencang batangku, aliran maniku mulai terpompa, karena desahan seksinya itu aku mempercepat genjotan kemaluanku, semakin kencang dan semakin kencang. Lenguhannya semakin liar begitu juga denganku.

Anjing, ini nikmat sekali.

Hanya beberapa genjotan saja akhirnya tubuhnya berguncang, pantatnya bergoyang-goyang saat Citra kembali meraih puncak kenikmatannya, kudiamkan batang kemaluanku di liang kemaluannya menikmati kedutan-kedutan hebat, aku sampai merem melek menikmatinya. Kucabut batangku perlahan, mulut kemaluannya berkedut-kedut menyemburkan cairan bening walau tak sebanyak sebelumnya, aku tersenyum melihat fenomena ini. Batang kemaluan ini aku kocok-kocok sejenak, nafsuku belum habis.

Tubuh Citra terjatuh setelah cukup lama menungging, pantatnya yang sekal itu bergerak-gerak ringan menikmati sisa-sisa orgasmenya, nafsuku semakin terbendung melihat tubuhnya, dengan cepat kubalikkan tubuh Citra terlentang dan kedua kakinya aku lebarkan, mukanya basah karena keringatnya dan dia memasang tatapan sayu, tatapan yang membuatku semakin ingin menggaulinya, mungkin habis-habisan.

"Hhhhhh kak aku lemes"

"Emmmm oke"

Dengan spontan kumasukkan kembali batang kemaluanku ke liang kemaluannya yang berlendir banyak itu, kepalanya mendongak keatas dan melenguh lagi dan lagi setiap batangku menggesek liangnya.

"Ahhhhhh ahhhhhh kakkkkkk"

"Hhghhhhhh ughhhhhh sialannn"

"Kon...kontoll kakak enak aghhhhhh"

"Hhggggghh nakal ya sekarang ngomong jorok aghhhhh"

"Aghhhhhh biariinnn suka suka akuuu oghhhh oghhhhhh"

Plok plok plok plok

Plok plok plok plok

"Ughhhhh ughhhhhh biar kakak lebih semangat ughhhhh" lenguhan seksinya semakin membuatku liar menggenjot kemaluannya, hentakan ini semakin kupercepat dan semakin dalam. Mungkin sekitar sepuluh menit aku merasakan kenikmatan hebat melanda seluruh organ kelaminku, aliran sperma ini sudah terpompa memenuhi seluruh batangku, aku sudah tak tahan lagi.

"Citraaa, aku... aku mau keluar aghhhhh ahhhhh" kataku sambil terus menggenjot kemaluannya semakin cepat.

"Kak....."

".....keluarin di dalam ya kak"

"Aghhhh, Citra... kamu serius?" tanyaku, selama ini aku tak pernah membuang spermaku di dalam kemaluannya, aku selalu mengeluarkan spermaku di perut, dada, wajah dan dalam mulutnya.

"Iya kak, aku aman kok aghhhhh"

"Yakin?" tanyaku kembali.

"Iya iya, ayo kak keluar didalem aghhh aghhhhh ahhhhhhhh" mendengar jawaban dia, aku langsung menggenjot kemaluannya semakin cepat dan semakin cepat, batangku juga semakin membengkak pertanda orgasme ini akan datang.

Tak lama.

"Kakkkk aku pipissss aghhhhhh ahhhhhh kenceng kakkkkk aghhhhhhhh"

"Aku juga keluarrrr Citraaa ahhhhhh ahhhhhh ahhhhh"

Plok plok plok

Kedua kaki Citra bergerak dan mengunci pinggangku, pertanda dia pasrah ingin dibuahi olehku, sepertinya....

"Kakkkkk akuuu pipisssssss ahhhhhhhh"

"Citraaa aku keluarrrr aghhhhhhh"

Crot

Crot

Crot

Crot

Kami orgasme bersamaan, rasanya luar biasa hebat. Batangku berkedut hebat menyemburkan semua cadangan sperma dari kelenjar kelaminku, aku melenguh hebat merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Tubuh Citra juga mengejan-ejan menikmati orgasme yang kesekian kalinya, dinding kemaluannya berkedut kuat sekali meremas penisku sehingga sperma ini terus memancar memenuhi rongga kemaluannya. Tak berapa lama tubuhku terjatuh menindih tubuhnya, terengah-engah berusaha untuk mengambil udara yang sudah pengap ini.

"Hhmmmm hiks hiks"

"Citra... kenapa kamu nangis?" aku terkejut melihat matanya yang basah oleh air matanya. "Maafkan aku kalau kasar tadi" aku merasa iba melihat ekspresi wajahnya.

"Aku bahagia kak, enggak sedih hehe" balasnya sambil mengusap air matanya.

"Setelah aku kehilangan mereka, cuma kakak satu-satunya yang tersisa. Aku nyaman sama kakak" kata Citra, aku tersenyum dan mengusap pipinya.

"Hehe, aku juga"

"Emmm kak aku capek banget"

"Hehe nanti jangan lupa kamu bersih-bersih dulu terus tidur lagi"

Dok dok dok

"Din, Dino"

Suara Galang. Oh iya aku lupa kalau ini adalah giliranku mencari ikan, tapi badanku lemas banget sih hehe. Dengan malas aku mengambil handuk, mengelap sisa-sisa pertempuran pagi ini dan mengenakan celana pendek, lalu kubukakan pintu kamar.

"Eh Lang, bentar aku mandi dulu hehe"

"Anjirr, lu abis ngapain....."

"Ah gak penting Lang, tunggu diluar ya bentar"

******

Aku berjalan menuju keluar sambil membawa ransel, tubuhku masih terasa lemas karena permainan pagi bersama Citra. Udara terasa segar sekali.

"Pagi Din" Aya menyambutku sambil membawa ember berisi ikan.

"Eh, pagi Ay" balasku.

"Gantian lu yang nyari ikan?" tanya dia.

"Hooh"

"Yaudah hati-hati" balasnya tersenyum dan kembali berjalan. Aku memperhatikan dia dari belakang, ia mengenakan celana training yang cukup ketat sehingga bongkahan pantatnya tercetak jelas, ditambah dengan cara jalannya yang terlihat anggun semakin membuatku terpaku. Ah, pantat yang seksi sekali....

Anjing Din, tahan!

"Heh" aku kaget karena suara seorang wanita yang sangat aku hafal. Ya, itu Anin.

"Eh, pagi cantik hehe" aku berusaha untuk memasang muka manis dihadapan dia.

"Gak usah ngerayu Din" balas Anin ketus.

"Hehe"

Tapi memang benar, pagi ini Anin terlihat cantik sekali, ia mengenakan kaos warna putih berlengan pendek, dibalut dengan celana pendek warna biru. Tubuhnya yang pendek dan sintal membuatku kagum ditambah dengan rambut panjangnya yang tergerai.

Dan juga buah dadanya yang tercetak di kaosnya itu.......

"Eh kenapa?" tanya dia mengaburkan lamunanku.

"Gak apa-apa" aku menggeleng.

"Mikir jorok ya kamu?" tanya dia melotot.

"Iya, emang kenapa" aku membalasnya tanpa pikir panjang.

"Pagi-pagi udah mikir gitu, dasar mesum" balasnya sambil memayunkan bibirnya.

"Iya iya dah"

"Ketauan Citra tau rasa lu hahaha" balasnya tertawa. "Atau jangan-jangan kamu mikir mesum karena abis ngewe sama Citra kan haha"

"Haha emang iya, eh gimana tanganmu Nin?" aku balik bertanya.

"Udah membaik Din, walau belum kuat megang benda lama-lama. Tapi aku gak apa-apa kok hehe" ia memamerkan tangan kanannya yang dulu pernah tertembak saat peristiwa di camp Sandi dulu.

"Syukurlah, tapi kamu belum kuat pegang senjata ya"

"Belum sih, harus banyak latihan dulu katanya si Aya"

"Kalau senjata yang ini?" kucondongkan badanku. Seperti dugaanku, Anin terkejut pertanda dia mengerti maksudku.

"Ihhh kamu ya, mau aku tampar nih?"

"Eh canda-canda hehe"

"Woiii ayo Din" Galang memanggilku, aku langsung menoleh.

"Wokeee"

******

Aku dan Galang saling terdiam menikmati pemandangan indah ini. Air sungai terlihat tenang sekali, sesekali aku melihat burung-burung beterbangan kesana kemari. Kuhisap kembali batang rokok ini dan kusemburkan asapnya. Aku menoleh dan melihat Galang sedang memegang sebuah kertas foto, pandangan dia tertuju ke foto itu. Karena penasaran aku bertanya ke dia.

"Apa itu Lang?"

Ia terkejut, dan melipat kertas foto itu. Aku tak mengerti.

"Eh itu emmmm"

"Udah bilang aja hehe"

Awalnya dia ragu, namun lama-kelamaan ia kembali melipat kertas itu, dan menunjukkannya kearahku.

Seorang wanita.



"Wah, siapa itu cewe?" tanyaku.

"Emm, sahabatku saat aku masih sekolah hehe. Namanya Jinan" balasnya.

"Wah, cantik ya"

"Hehe makasih" ia terkekeh.

Wanita yang bernama Jinan itu terlihat sedang memegang sebuah mic dan mengenakan pakaian yang bagus sekali. Ah, sumpah sejak kapan Galang punya temen wanita secantik ini?

"Dia pas ngapain Lang?" tanyaku.

"Oh, dia bergabung di sebuah grup girlband Din, dia punya impian ingin menjadi dancer hehe" balasnya.

"Wah keren ya"

"Hehe"

"Kira-kira dia dimana sekarang?" tanyaku.

"Entahlah Din, terakhir aku kontak dengan dia sepuluh hari sebelum bencana ini, dia sedang perjalanan ke kota Semarang mengikuti sebuah acara disana" balas Galang.

"Moga aja dia selamat ya Lang"

"Ia aku berharap banget"

"Din, aku boleh ngomong sesuatu?"

"Iya Lang, bilang aja"

"Ini tentang Citra"

Aku terkejut dengan pertanyaan Galang.

"Sejauh mana hubunganmu sama Citra? Hehe" kekeh dia.

"Ngggg gimana ya....."

"ANGKAT TANGAN KALIAN" tiba-tiba kami dikejutkan dengan suara wanita. Kami langsung menoleh, seorang wanita sedang menodongkan pistolnya kearah kami. Tapi anehnya wanita ini memiliki paras yang cantik. Ah, kenapa malah mikir seperti ini Din?

"EH APA-APAAN INI" teriak Galang dan sedikit bergerak. Wanita itu menodongkan pistolnya kearah Galang.

"JANGAN BERGERAK ATAU KAKIMU AKU TEMBAK" teriak si wanita. Aku semakin tak mengerti.

"Apa yang kau mau, cewek" kataku. Dia tampak berpikir sejenak.

"Aku ingin senjata kalian..... dan ikan-ikan itu" kata si cewek.

"Oke-oke kamu boleh ambil semua, asal jangan tembak kami" balasku.

"Apa maksudmu Din? Dia cuma satu orang doang, lagian dia cewek....."

"HEH DIEM" bentaknya sambil berjalan mendekat ke Galang, ia menodongkan pistolnya tepat dikepalanya, kulihat Galang terlihat cemas, begitu juga aku.

"Aku gak sendiri, ada kawanku yang sedang membidik kepalamu sekarang. Jadi kalau kalian membantah, mungkin kepalamu sudah berlubang sekarang"

Biarpun cantik, tapi wanita ini berani sekali. Aku langsung merasa ketakutan. Aku mengangkat kedua tanganku keatas pertanda menyerah. Kulihat wanita itu tersenyum melihat kami menyerah.

"NAD, AYO KELUAR. MEREKA SUDAH AKU LUMPUHKAN"

Nad?

Aku melihat dari belakang wanita itu, dari semak-semak keluar seorang wanita lagi dengan membawa pistol, ia langsung menodong tepat kearahku.

Tapi tunggu.

Apa aku gak salah lihat.

Enggak, ini nyata.

Dia.....

"Din... Dino?"

"Dila...."

Mataku membulat melihat sosok wanita yang sekarang berada di depanku. Aku tak percaya apa yang kulihat sekarang. Dia menjatuhkan pistolnya ke tanah. Air mataku keluar melihat dia, Dila. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan dia membalas pelukanku. Kutatap wajah Dila, wajah yang tidak berubah setelah empat tahun berlalu.

"Dila.... ini beneran kamu?" tanyaku sambil mengelus pipinya. Mata bulatnya terlihat berkaca-kaca.

"Dino.... ini beneran kamu?" ia membalas.

"Iya Dila, ini aku" aku menjawab dan tanpa sadar air mataku mulai membasahi indera penglihatanku. Kupeluk kembali tubuh Dila, ia sesegukan dipelukanku.

"Hiks... Din.... Hiks..."

"Aku gak nyangka kita.... kita bisa bertemu kembali......" Dila terisak.

"Dila.... aku juga gak nyangka"

"Hiks.... hiks...."

Cukup lama kami berpelukan erat, melepas rindu yang sudah kami pendam selama empat tahun.

"Apa kabar kamu?" tanyaku sambil menatap matanya. Dila menatapku dalam sekali, bola matanya benar-benar indah walau terlihat basah.

"Baik Dino, kamu sendiri?"

"Sama hehe"

"Ya ampun Dino, aku......" perkataan Dila terputus.

".... aku benar-benar merindukanmu"

"Aku juga Dila, kamu kemana saja selama ini?" tanyaku.

"Aku...."

"Eh, Nad. Kenapa kamu peluk orang ini?" si wanita pembawa pistol itu terlihat heran.

"Gab, dia temanku saat aku masih kuliah. Tolong Gab turunkan pistolmu" kata Dila, wanita itu nurut saja.

"Ini siapa Din?" tiba-tiba Galang menghampiriku.

"Dia.... dia temanku Lang, teman jauh" balasku. "Lang, kita bawa mereka ke camp"

"Tapi Din, kita tidak tahu siapa mereka. Kita tak bisa sembarangan membawa orang baru ke camp kita"

"Lang, dia adalah temanku. Percaya sama aku, mereka bukan orang jahat" balasku. Galang terdiam sejenak.

"Hmmmn baiklah Din kalau itu keputusanmu"

Aku berbalik dan memegang kedua bahu Dila, ia kembali menatapku.

"Kamu ikut aku ya, oke?" kataku. Ia mengangguk.

"Din, bawa temanku ini juga ya"

"Iya boleh hehe"

Absurd memang, tetapi aku sangat bersyukur sekali akhirnya aku bisa bertemu Dila kembali, setelah empat tahun.

"Oh iya, aku belum kenalan sama kamu" kataku kepada si wanita temannya Dila.

"Gabriella, panggil aja Gaby" balasnya.

"Aku Dino, dan ini temanku Galang" balasku.

"Emmm aku minta maaf dengan kejadian tadi" kata Gaby.

"Hehe gak apa-apa kok. Tapi kaget juga sih tiba-tiba kamu menodong kami" kata Galang. Gaby hanya tertunduk saja.

*****

Singkatnya kami tiba di camp dengan membawa hasil tangkapan ikan, tidak banyak yang kami bawa, namun yang penting kami membawa hasil hehe. Beruntung bangunan tempat kami bermukim masih tersedia sebuah kamar kosong, kecil memang namun sudah terdapat sebuah kasur yang cukup besar untuk muat dua orang, Dila dan Gaby akan menempati kamar ini yang letaknya cukup jauh dari kamarku dan Citra.

Malam itu.

"Untuk Kyla, Aji, dan Gracia"

Ting

Kami bersulang bersama, menikmati jamuan makan diluar, kami makan bersama termasuk Dila dan Gaby yang aku ajak bergabung, mereka saling mengenalkan diri, tak lama setelah itu kami sudah akrab dengan mereka, terlebih Citra yang gembira karena punya teman lagi.

"Jadi Nadila ini temen kakak pas kuliah?" tanya Citra.

"Hehe iya Cit, enak kan kamu punya temen lagi" balasku.

"Iya kak, aku seneng banget"

"Semoga cepet akrab ya kalian"

Malam itu aku duduk menghadap api unggun yang menyala terang, kuambil bungkus rokok dari saku celanaku dan kuhidupkan satu batang. Kuhisap dalam-dalam batang rokok itu dan kusembur bekas asap nikotin keatas. Sebenarnya Citra sudah menyuruhku untuk mengurangi rokok namun, yaaa, apa daya memang susah hehe. Tapi tahukah kalian ada satu orang lagi yang sebenarnya sangat tegas melarangku untuk merokok?

"Kamu memang gak berubah ya" suara itu mengagetkanku dan sangat aku kenal.

Ya, itu Dila.

"Hehe hai Py" sapaku sambil mengisap rokokku kembali. Ia duduk disampingku namun sedikit berjarak, aku tahu kalau dia tidak suka asap rokok. Umpi, panggilan "khusus" dia saat kami kuliah dulu.

(Nadila's Theme)

Kami hanya saling terdiam sambil memandangi nyala api unggun.

"Udah makan?" tanyaku memulai obrolan. Ia hanya menggeleng.

"Makan sana gih, Aya udah bikinin...."

"Enggak, aku gak laper" balasnya kecut.

"Ohh oke" kembali aku hisap dalam-dalam batang rokok ini dan kuhembuskan asapnya keatas.

"Sehari kamu biasa habis berapa batang?" Dila bertanya.

"Dua"

"Bohong" dia menatapku sambik berkata tegas. "Gak mungkin perokok aktif kayak kamu cuma habis dua batang, bisa lebih" balasnya lagi.

"Yahh ketauan dah hehe" aku terkekeh. Aku memang hafal betul dengan sifat Dila, dia memang sangat tegas untuk memarahiku saat ketahuan merokok.

"Din, udah berapa kali aku bilang merokok itu gak sehat. Kalau kamu sakit gimana?"

"Toh buktinya aku sehat walafiat gini" kataku.

"Efeknya belum kerasa, besok kalau udah tua baru tau rasa" kata Dila.

"Iya iya dah" aku memelas.

"Iya doang, gak pernah dilaksanain" ia cemberut. Salah satu ekspresi muka yang sebenarnya sangat aku sukai, ciri khas seorang Dila.

Beberapa saat kemudian Citra menghampiri kami, membawa dua buah piring berisikan ikan bakar.

"Dimakan ya kak" kata Citra.

"Eh iya Citra, makasih ya"

"Kak, aku tinggal dulu. Mau bantuin kak Aya hehe" kata dia.

"Oke" balasku.

"Emm Din?"

"Iya"

"Kamu.... kamu sama Citra kayaknya akrab banget" kata Dila. Namun dari nada bicaranya ia tampak ragu.

"Yahh, namanya aja teman" balasku.

"Kapan kalian saling kenal?"

"Aku bertemu dia saat perjalanan keluar kota. Dia sendirian, yah begitulah kami bersama sampai bertemu grupnya Galang. Panjang sih ceritanya hehe" balasku. Ia menggangguk.

"Dan kamu sendiri, gimana ceritanya kamu bisa selamat dari bencana ini?" tanyaku.

Dila akhirnya bercerita tentang kejadian saat dia pulang dari Jepang, bertemu dengan temannya, Gaby dan perjalanan mereka menuju Timur, dan beberapa peristiwa lainnya.

"Ohhh kamu sama Gaby akrab juga ya hehe"

"Iya Din, tapi aku juga gak enak sama dia, seakan-akan aku cuma jadi beban buat dia" kata Dila.

"Dila, kamu bukanlah beban" kupegang pundaknya. Ia hanya menunduk. Kami kembali terdiam menikmati api unggun yang menyala terang.

"Dila, kenapa kamu tinggalin aku?" aku bertanya. Dia menoleh.

"Maafkan aku Din, itu salahku" balasnya.

"Kamu tiba-tiba ngilang dari kampus, aku cari ke fakultas dan kamu mengundurkan diri dari perkuliahan. Semua kontak dan sosmedmu gak bisa diakses semua" kataku membuka memori masa lalu. Ia hanya diam saja.

"Aku hancur Dila, kamu hilang gitu aja dan ternyata kamu ke Jepang...." tanpa sadar aku mulai emosi.

"Hancur? apa maksudmu?" tanya Dila.

"Entahlah, aku hancur aja"

"Selama aku pergi, kamu gak kenapa-napa kan?" tanya dia cemas.

"Iya aku gak apa-apa kok, kuliahku lancar sampai lulus, dan bisa kerja di perusahaan ternama" balasku.

"Yah bagus dong hehe...."

"Tapi hatiku tetap hancur Dila, kenapa kamu gak kabarin ke aku gitu kalau selama ini kamu punya impian kesana?" aku menatap dia.

"Aku akan selalu dukung kamu kemanapun, apapun impianmu Dila"

Ia menunduk tak berani menatapku. Sebenarnya aku sudah emosi membuka memori gelapku saat itu, namun aku berusaha untuk tetap tenang.

"Aku punya impian untuk jadi musisi terkenal Dino, temanku menawarkan untuk training di Jepang, taunya aku masuk ke grup musik disana dan aku sukses......"

"SETIDAKNYA KAMU CERITA LAH KE AKU...." aku berkata cukup keras, emosiku meledak. "selama ini kamu tak pernah cerita, minimal kamu ngabarin ke aku pas kamu disana"

Dila tersentak dan kembali menunduk, aku merasa bersalah telah membentaknya, kudekati dia.

"Maaf Py, aku emosi tadi" kataku pelan.

"Iya gak apa-apa, ini juga salahku Din" balasnya lirih, kami terdiam saling menatap.

"Py"

"Iya?"

Kudekatkan kepalaku dan kuberanikan untuk mencium bibirnya, bermaksud untuk menenangkan dia. Tiba-tiba ia menutupi mulutku dengan tangannya.

"Maaf Din, kamu abis ngerokok, aku gak suka" katanya lirih.

"Oh iya hehe" balasku kikuk.

****

Siang ini karena bosan, aku memutuskan untuk keluar dari camp untuk jalan-jalan sebentar, walau sebenarnya aku ingin menyendiri. Pikiranku sedikit terbebani dengan perkataan Dila tadi malam.

Aku berjalan melewati pintu kamar Dila dan Gaby, pintunya sedikit terbuka. Aku mencoba untuk mengintip dari celah pintu itu, terlihat Dila yang sedang merapikan rambutnya. Tanpa pikir panjang aku langsung membuka pintu itu dan Dila langsung menoleh kaget.

"Eh, Din"

"Hehe aku masuk ya"

Dila hanya mengangguk, tak lupa aku menutup pintu kamar. Setelah beres aku berjalan mendekati Dila, dia mengenakan sebuah topi dan pakaian berwarna putih. Ah, sial dia cantik sekali.



"Kenapa?" tanya dia menyadariku.

"Cantik Py kamu pakai topi itu" balasku.

"Dasar"

"Gaby dimana?" tanyaku.

"Lagi diluar, mau meregangkan badan katanya" balasnya.

"Kamu gak ikutan?"

"Males" balasnya pendek. Tipikal dari seorang Dila, selalu membalas dengan kata pendek hehe.

"Ohhh"

"Ngapain Din kesini?" tanya Dila.

"Emmm ngapain ya" aku membalasnya kembali.

Aku berjalan mendekati dia, Dila menatap mataku, mata yang bulat dan indah. Aku terkesima melihatnya.

"Py....."

"Iya?"

Kudekati kepalaku dan kucium bibirnya dengan lembut, awalnya Dila kaget karena perlakuanku namun lama-kelamaan dia bisa membalas ciumanku. Kami saling bercumbu dengan posisi berdiri dan tubuh Dila menempel di tembok. Tak lama kami saling melepaskan bibir. Ia menatapku dengan mata membulat, seperti biasa.

"I miss your lips" kataku.

"Only my lips? how about the others?" balasnya dengan ekspresi lucu.

"Hehehe i miss it too"

"Me too" balasnya dia malu. Ekspresinya lucu sekali.

Kami kembali berciuman, bibir Dila sangat lembut dan dia mulai berusaha untuk memainkan lidahku, aku membalasnya dan akhirnya ciuman ini berubah menjadi lumatan, awalnya biasa saja namun lama-lama menjadi sedikit liar. Aku sangat hafal dengan gaya ciuman Dila.

"Ssshhhh emmmmmm emmmmmm"

Dila mendesis disela-sela lumatan kami, ia melingkarkan kedua tangannya. Lumatan kami semakin intens, kuisap-isap liurnya sehingga bibir kami mulai terlumuri dengan campuran liur, setelah cukup lama saling lumat aku memindahkan bibirku menuju lehernya yang putih, kujilat setiap bagian lehernya. Dila mendesis sambil menutupi matanya.

"Dinnnnn shhhhhhhh ughhhhhhhh"

Empat tahun kami tidak bertemu namun aku tetap hafal betul dengan titik sensitif Dila, bagian leher dan telinga belakang. Kuserang bagian itu sambil terus kupepet tubuhnya buah dadanya yang sedikit membusung dari kaosnya menempel didadaku, kemaluanku sudah mulai menegang hingga celanaku terasa sesak. Dila tampaknya mulai menyadari pergolakan di bawah celanaku. Aku merasakan tangan dia bergerilya dan meremas bagian yang menonjol di celanaku. Remasan itu cukup kuat sehingga aku mendesah karena perbuatannya.

"Aghhhhhh"

Oke, apakah aku harus menuntaskan ini?

"Din" ia berkata dan kami saling menatap.

"Iya Py?"

"Not here, not now"

"Emmm oke" kecewa sih, karena sudah lama sekali aku ingin menjamah raganya.

"Nanti kalau Gaby masuk ke kamar dan melihat kita seperti ini, mungkin ekspresi dia bakal aneh hahaha" tawanya.

"Iya juga ya, palingan dia mau ikutan" balasku.

"Sembarangan ih" ia memayunkan bibirnya. Ah ekspresi grumpy mulai ia pasang. One of my favorites.

"Hehe canda-canda. Oh iya aku pergi dulu" kataku.

"Mau kemana?" tanya dia.

"Ke hutan hehe"

"Aku ikut ya....."

"Gak usah Dil, berbahaya. Sebaiknya kamu disini aja"

"Hmmm okelah, hati-hati"

Aku keluar dari kamar Dila dan berjalan menuju keluar, aku menemukan sosok wanita yang sedang meregangkan tubuhnya, Gaby. Ia mengenakan kaos warna hitam dengan celana pendek, kakinya jenjang sekali dan jelas, aku terpana karena sebenarnya wanita dengan kaki jenjang adalah salah satu kesukaanku. Tiba-tiba ia menatapku.

"Heh, ngapain lihat-lihat?" tanya dia ketus.

"Eh gak apa-apa hehe" kekehku. Ia memasang muka yang sangat serius.

Aku mengabaikan tatapan dia dan kembali berjalan menuju pintu gerbang keluar camp. Aku bertemu dengan Sandi yang membawa senjata api, dia menyapaku.

"Mau kemana Din?" tanya dia.

"Biasa lah San, jalan-jalan hehe"

"Kebiasaan mulu Din, sendirian"

"Hehe"

"Jangan lama-lama diluar, cepat kembali" balasnya.

"Siap"

*****

Cukup lama aku berjalan-jalan menyusuri sungai ini, aku sengaja untuk berjalan sedikit jauh dari lokasi camp. Aku menikmati udara siang ini yang terasa segar, matahari sendiri bersinar cerah namun tak terlalu panas. Kuhidupkan sebatang rokok ini dan kuhisap dalam-dalam, aku memutuskan untuk duduk diatas batu besar menghadap sungai ini.

Sebenarnya aku merasa dilema sekarang.

Di satu sisi, Dila ternyata selamat dari bencana ini, aku senang bisa bertemu dengan dia lagi.

Dan di satu sisi, Citra sepertinya mulai menyukaiku, dan begitu juga denganku, aku juga senang.



Namun kemunculan Dila menumbuhkan perasaan di hatiku yang sudah layu....



Iya, Dila adalah cinta pertamaku.

Setelah bosan menyendiri, kuputuskan untuk berjalan kembali, aku melewati jalan yang berbeda dari perjalanan pergi, tak apa aku sudah cukup mahir untuk trekking. Aya mengajariku teknik yang biasa digunakan untuk hiking, dia sudah sering banget hiking ke gunung-gunung.

SYUTTTTTT

"Ahhhhhhh" tiba-tiba saja kakiku seperti tertarik sesuatu, tubuhku terseret keatas sehingga posisiku sekarang bergantung terbalik. Sialan! siapa yang menaruh jebakan disini.

Hari sudah menjelang malam dan aku masih tergantung oleh jebakan ini, pandanganku mulai kabur karena posisi ini. Tiba-tiba aku melihat seorang manusia yang sepertinya mengenakan pakaian berwarna hitam. Ia mengayunkan sebuah belati.

BRUKKK. Aku terjatuh dan kepalaku menghantan tanah, kepalaku terasa sakit sekali akibat hantaman itu, pandanganku berputar-putar. Aku melihat seorang itu mendekatiku walau samar-samar. Kucoba untuk mendongakkan kepalaku dan sosok itu menatapku.

Seorang wanita.

"Kamu......"

CrEdiTS rOLL
 
Terakhir diubah:
Sedikit Trivia

1. Episode pertama dimana mayat hidup tidak muncul
2. Ada yang balik loh, tebak siapa? Hehe

Dah gitu aja sih, lagi males hmmmm

Happy reading and have a nice weekend :panik:
 
Sebenarnya aku merasa dilema sekarang.

Di satu sisi, Dila ternyata selamat dari bencana ini, aku senang bisa bertemu dengan dia lagi.

Dan di satu sisi, Citra sepertinya mulai menyukaiku, dan begitu juga denganku, aku juga senang.



Namun kemunculan Dila menumbuhkan perasaan di hatiku yang sudah layu....



Iya, Dila adalah cinta pertamaku.
Seru nih,...

Alias

Kita berarti harus siap-siap sama scene Dila mati setelah Dino bilang kalo dia suka sama Citra

Hehe,... Peace suhu:Peace:
 
Bimabet
Untuk clue S - M - Y, kecuali yang "Y" sebenarnya itu adalah inisial nama tengah atau belakang.
Hmm... artinya cuma S dan M yang nama tengah atau nama belakang ya?

Kemudian...
Seorang wanita.



"Wah, siapa itu cewe?" tanyaku.

"Emm, sahabatku saat aku masih sekolah hehe. Namanya Jinan" balasnya.
Jinan disinggung..

Jinan Safa Safira

Apakah Jinan bakal jadi antagonis??
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd