Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Runner (Chapter 45: Happy Ending, featuring Chelsea Islan (The Final Chapter))

Status
Please reply by conversation.
*update lagi mumpung libur*

Side Story II: Cut Syifa and her brother



Sejak keperawanannya direnggut oleh Fahmi, Cut Syifa menjadi seorang yang ketagihan dengan seks. Meski begitu, Syifa tetaplah seorang pemalu, dengan kata lain dia tidak berani mengajak pria lain selain Fahmi untuk berhubungan badan. Karena kesibukan Fahmi, Syifa jadi sering tidak bertemu Fahmi sehingga Syifa menyalurkan nafsunya itu dengan bermasturbasi entah dengan menggunakan jarinya sendiri atau dengan botol shampoo di kamar mandinya. Beruntung Syifa memiliki kamar mandi pribadi di dalam kamarnya sendiri sehingga Syifa bisa bebas bermasturbasi. Bahkan ketika sedang berada di lokasi shooting Syifa sering harus izin ke kamar toilet untuk sekedar memuaskan nafsunya. Syifa jadi kerepotan dalam menghadapi hawa nafsunya sendiri yang semakin hari semakin membara.

Rumah Syifa



Suatu kali saat sedang berpakaian untuk bersiap-siap untuk berangkat ke lokasi shooting Syifa mulai memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. Syifa mengagumi bentuk tubuh sendirinya. Tanpa disadari, Syifa mulai menyentuh payudaranya sendiri. Ada sensasi aneh yang membuat Syifa mulai keenakan. Syifa tidak hanya menyentuh payudaranya sendiri tapi dia mulai memilinnya. Sementara tangan kanannya bermain-main di payudaranya, tangan kiri Syifa mulai menyentuh dan mengusap-usap vaginanya sendiri.

“oohhh !! ooohhh !!!”

Nafsu Syifa terasa semakin memuncak, seperti akan mendapatkan sesuatu.

“Nnnngggghhhh !!” lenguh Syifa dengan kepala mendongak ke atas dan tubuh yang menegang.

Kedua pahanya merapat menjepit tangan kirinya sendiri yang sedang mengobok-obok vaginanya.

“hhh..hh…”

Syifa menghentikan permainan di dadanya lalu berpegangan pada tembok dengan tangan kanannya. Dengan susah payah, akhirnya Syifa bisa menyender ke tembok tapi merosot dan akhirnya ia terduduk.

"Syifa, sayang! Cepetan, nak! Sebentar lagi kamu harus berangkat shooting!" teriak Ibu Syifa dari luar kamar.

“iyaa…hhh…Maaahhh…” jawab Cut Syifa sebisanya. Syifa pun berdiri dan merembet ke tembok menuju kamar mandi untuk bersiap menuju lokasi shooting.

Syifa kembali bersiap-siap dan setelah rapih akhirnya dia menuju keluar kamar.

"Syifa, kamu hari ini shootingnya ditemenin Bang Randi ya. Mama sama Papa harus pergi jenguk Bude di Bogor, mungkin baru pulang besok" ucap Ibunya.
"Emang Bude sakit apa, Ma? Yaudah gapapa, toh ada Bang Randi ini" jawab Syifa.
"Bude jatuh dari kamar mandi. Mama udah siapin makan buat kalian di kulkas jadi kalian tinggal panasin aja nanti. Mbok Iyem kan cuti juga sampai besok" ucap Ibunya.
"Okay mah" ucap Syifa.

Syifa mengambil selembar roti dan segelas susu untuk sarapan.

"Adek, udah siap belom?" tanya Randi.
"Bentar ya Abang, Adek abisin roti dulu nih" jawab Syifa.
"Hmmm... Oke deh" jawab kakaknya yang kembali menonton tv.

Setelah selesai sarapan Syifa pun pamit kepada kedua orangtuanya lalu dia dan Randi pergi. Perjalanan yang lama terasa sangat cepat karena canda dan tawa di antara Kakak Beradik itu. Suasana yang menyenangkan itu membuat mereka tertawa lepas padahal lalu lintas kota saat itu sedang parah-parahnya. Kedua kakak beradik itu memang sangat akrab, mereka saling berbagai rahasia, selalu bercanda, dan dekat sangat dekat layaknya sahabat.

Lokasi Shooting Sinetron Samudera Cinta.

Setibanya di lokasi shooting Syifa langsung disapa oleh teman-teman artisnya. Syifa nampak akrab sekali dengan Mischa Chandrawinata, Haico Van Der Veken dan Angela Gilsha. Karena Syifa yang paling muda di sinetron itu, mereka semua menganggap Syifa seperti Adik mereka sendiri. Tidak hanya akrab dengan Syifa, mereka juga cukup akrab dengan Randi.

"Jalanan macet, bro?" tanya Mischa ke Randi.
"Biasalah, namanya juga Jakarta" jawab Randi.
"Udah makan belom, yuk makan dulu kalau belom" ajak Mischa
"Udah sarapan tadi sebelom berangkat kok hehe" jawab Randi.
"Oke deh, gue makan dulu ya" ucap Mischa yang lalu meninggalkan Randi.

Randi duduk dipojok ruang makeup dan memperhatikan Syifa yang sedang dimakeup oleh para kru.

"Adek gue ini cantik juga ya" ucap Randi dalam hati.

Syifa memainkan handphonenya sementara dia dimakeup. Tiba-tiba seorang produser datang.

"Syifa, scene kamu kita take 15 menit lagi ya. Buruan makeupnya" ucap produser itu.
"Oh iya, iya. Siap!" jawab Syifa.
"Okey, cyin. Kelar nih" ucap makeup artist itu.

Syifa beranjak dari kursi makeupnya dan menuju set untuk melakukan pengambilan adegan. Shooting di area luar pun mulai berjalan dan sepertinya akan berjalan lancar. Setelah shooting adegan di luar selesai, para kru membereskan alat-alat dan memindahkan alat-alat masuk ke dalam rumah, kini saatnya untuk shooting adegan interior. Randi yang sudah lama tidak menemani Syifa shooting sangat kagum pada kemampuan akting adiknya itu. Dalam sekejap Syifa bisa mengeluarkan air mata sesuai permintaan sutradara.

"Adek gue ini bakatnya oke juga ya" ucap Randi dalam hati.

Jam menunjukkan pukul 8 malam, sang sutradara memutuskan untuk menghentikan shooting karena perjanjiannya antara para artis dengan pihak production house bahwa proses shooting tidak akan lebih dari jam setengah 9 malam. Para kru akhirnya mulai membereskan alat-alat shooting agar setengah 9 mereka sudah bisa keluar dari set rumah itu. Syifa pun mulai rapih-rapih bersiap untuk pulang.

"Abang, Kita pulang yuk" ucap Syifa
"Kamu udah kelar ya? Yaudah yuk Kita pulang" jawab Randi.

Perjalanan pulang terasa lama karena macet, Syifa tertidur karena kelelahan. Hujan pun mulai turun dan memperparah lalu lintas. Untung besok shootingan libur sehingga Syifa bisa beristirahat.

Rumah Syifa.



Syifa dan Randi akhirnya sampai di rumah. Setelah memarkirkan mobil di carport, mereka masuk ke dalam rumah dengan keadaan basah kuyup akibat hujan.

"Syif, kamu mandi dulu gih. Nanti abis mandi Abang siapin makan malam" ucap Randi.
"Iya, Abang juga mandi gih" balas Syifa.

Syifa masuk ke dalam kamarnya lalu mulai melepaskan pakaiannya. Tak sengaja, tali bra Syifa mengenai puting kanannya yang agak mengeras karena kedinginan. Syifa merasa ada sensasi aneh menggelitik yang menjalar seketika di sekujur tubuhnya. Lagi-lagi birahi Syifa mulai naik. Syifa penasaran, dia terus sentuhkan jari telunjuknya ke puting kirinya. Lama kelamaan Syifa mulai memilin-milin payudaranya sendiri.

“Mmm…” Syifa mengikuti instingnya, dia memilin-milin putingnya.

Syifa menghentikan permainannya itu lalu memutuskan untuk segera mandi. Di bawah pancuran air hangat, birahi Syifa mulai muncul kembali. Kemudian mengambil sebuah botol sabun lalu ia gesekkan di bibir vaginanya.

“Uuhh… gatel banget sih…” ujar Syifa berbicara pada dirinya sendiri.

Syifa memaju mundurkan botol itu di vaginanya sambil tangan satunya meremas dan memilin putingnya.

“ooohhh… enaakkk… uuhh…” Syifa meracau keenakan.

Tidak butuh waktu lama untuk Syifa agar akhirnya mendapatkan orgasmenya. Syifa membuka selangkangannya lebar-lebar lalu cairan vaginanya menyembur keluar. Setelah itu Syifa melanjutkan mandinya dan segera berpakaian karena sudah ditunggu kakaknya untuk makan malam.

Syifa dan Randi makan malam berdua dengan lauk pauk yang sudah dihangatkan Randi. Syifa terlihat lahap sekali, mungkin karena lapar akibat aktifitasnya hari ini. Randi hanya tersenyum melihat kelakuan adiknya itu. Sementara itu di luar hujan semakin deras. Seusai makan, Syifa mencuci piring-piring sementara Randi menonton tv.

"Bang, Aku naik duluan ya. Aku udah kelar cuci piringnya" ucap Syifa pada kakaknya.

Randi hanya mengacungkan jempolnya dan melanjutkan nonton tv tanpa menjawab apa-apa.

Pukul 12 Malam.



Syifa tidak bisa tidur karena suara Petir. Randi akhirnya mengantuk dan memutuskan lanjut menonton tv di kamarnya, dia dikejutkan oleh suara ketukan di pintu kamarnya.

"Bang, ini Aku bang" ucap Syifa.

Randi membukakan pintu kamarnya dan mempersilahkan Syifa masuk.

"Loh, kenapa dek, kok belom tidur?" tanya Randi.
"Takut sama petir bang, Aku boleh tidur disini aja ga?" tanya Syifa.
"Ah kamu ini kayak anak kecil aja sih. Umur udah 22 juga. Yaudah gih naik ketempat tidur" jawab Randi dengan agak kesal.

Syifa akhirnya naik ke atas ranjang bersama Randi. Berjam-jam kemudian, tidak ada satupun dari mereka yang bisa tertidur lelap. Sudah lama mereka tidak tidur bersama jadi ada suasana canggung di antara mereka. Mereka berdua pada akhirnya tidak bisa tidur. Entah kenapa payudara Syifa yang menempel pada punggungnya membuat Randi jadi 'on'

"Engga boleh, dia adek gue sendiri" ucap Randi dalam hati.

Syifa juga tidak bisa tidur karena tidak sengaja melihat penis Randi, yang masih terbungkus celana itu, membesar. Syifa yakin ini akibat perbuatannya. Birahi Syifa pun kembali naik. Memang sejak kehilangan keperawanannya oleh Fahmi, birahi Syifa jadi sulit untuk dikendalikan. Tiba-tiba Randi berbalik dan menghadap ke Syifa. Mereka saling menatap satu sama lain. Suasana kamar itu terasa panas. Semua aspek moralitas, logika, dan keraguan menghilang dari pikiran mereka pada saat yang sama. Mereka mencondongkan tubuh ke depan dan akhirnya saling berciuman. Awalnya ciuman mereka pelan dan tentatif, tapi kini mereka dengan cepat mulai saling mencium lebih keras. Lidah mereka saling beradu dan mereka saling bertukar ludah. Seharusnya ciuman ini terasa salah. Seharusnya ciuman ini terasa kotor. Tapi terasa seakan ada tembakan kilat melalui kedua tubuh mereka yang membuat perbuatan ini seakan benar. Tubuh mereka menggeliat ketika mereka saling mencium dan merintih satu sama lain. Ini terasa benar, setidaknya untuk mereka berdua. Lebih dari benar. Randi mencium leher Syifa saat dia mengayunkan ereksinya ke arah selangkangan Syifa.

"Hmmmmm...." Syifa mendesah pelan menerima ciuman dari kakaknya itu.
"Aku buka ya?" tanya Randi sambil memainkan kancing Piyama Syifa.

Syifa hanya mengangguk. Betapa terkejutnya Randi ketika melihat ternyata Syifa tidak mengenakan bra di balik piyamanya. Randi menyosor dan menyusu di dada Syifa. Syifa mulai mendesah dan terus memegangi kepala kakaknya itu.

"Ehhhhh. Enaaakkkk...." ucap Syifa sambil mendesah.

Tangan Randi mulai bergerilya melepas celana piyama Syifa dan menurunkannya. Randi melepaskan ciumannya dari dada Syifa dan beralih ke arah vagina Syifa. Aroma kewanitaan Syifa langsung memenuhi hidung Randi. Meski sudah sangat bernafsu, Randi malah dengan sabar mengelus-elus pangkal paha Syifa dan beberapa kali menyibak bibir vagina Syifa untuk melihat bagian dalam liang vagina.

"Hmmmm...." Syifa mendesah pelan menerima perlakuan dari kakaknya ini.
"ccpphh…ccpphh…”. Randi melancarkan kecupan berkali-kali di sekitar daerah kewanitaan Syifa. Lidah Randi mulai menyusup masuk ke dalam vagina Syifa. Desahan Syifa makin menjadi-jadi dan Syifa terus menjambak rambut Randi.

"Abang, Aku mau pipis" ucah Syifa sambil mendesah.

Randi tidak peduli dengan ucapan Syifa terus menjilati dan mengobel vagina Syifa. Tiba-tiba dada Syifa membusung keatas dan Syifa berteriak kecil.

"Eehhhhh!!!" teriak Syifa. Syifa baru saja mendapat orgasme.

Randi menjilat dan melan semua cairan orgasme adiknya itu. Randi berdiri dan mulai melepaskan pakaian dan celananya. Untuk pertama kalinya Syifa melihat penis kakaknya. Ukuran penis kakaknya ternyata besar, bahkan lebih besar dari milik Fahmi. Sewaktu kecil Syifa pernah melihat penis kakaknya, tapi Syifa tidak menyangka kalau ukurannya kini bisa sebesar itu. Syifa dengan malu-malu dan ragu-ragu mulai menyentuh penis itu dan mengocoknya.

"Terus, dek!" teriak Randi keenakan.

Tiba-tiba, tanpa disuruh, Syifa memasukan penis Randi ke dalam mulutnya dan memainkan lidahnya disana.

"Dek, Aku mau keluar" erang Randi.

Syifa malah semakin memperdalam sedotannya sehingga Randi kini mengeluarkan seluruh spermanya ke dalam mulut Syifa. Syifa menelan semua sperma Randi dan mengambil tissue untuk mengelap sisa-sisa sperma Randi yang masih tersisa di pinggir bibirnya.

"Kita, eh ... kita mungkin harus berhenti ..." kata Randi sambil mencium leher Syifa.
"Ya ... ya kita tidak boleh ... kita tidak boleh berbuat lebih jauh." Kata Syifa sambil menggigit telinga Randi.
"Kita adalah Kakak Beradik. Kita tidak bisa berbuat ini ... " lanjut Randi berkata.

Tapi tangan Randi masih terus menyentuh puting Syifa dengan lembut.

"Tidak peduli seberapa enak rasanya kontol abang di dalam vaginaku ..." ucap Syifa sambil terus menjilat pipi Randi.

Tiba-tiba mereka saling mencium lagi. Mereka berciuman dengan penuh semangat. Randi menurunkan dirinya dan merasakan payudara Syifa menempel di dadanya. Dan kemudian Randi merasakan kepala penisnya menekan vaginanya. Mata mereka bertemu. Dan tidak ada yang dikatakan oleh mereka, Randi perlahan terus mendorong penisnya masuk ke dalam vagina adiknya. Randi mulai menggerakan pinggulnya dengan pelan. Syifa dan Randi sama-sama mendesah. Agar teriakan Syifa tidak terdengar tetangga, Randi mencium bibir Syifa. Penis Randi terasa sangat besar dan nikmat di dalam vagina Syifa, sebuah sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Syifa melepaskan ciumannya dari Randi

"Abang, Aku mau dapet lagi nih" ucap Syifa.

Randi malah mempercepat gerakannya dan kembali mencium bibirnya sehingga akhirnya Syifa orgasme untuk kedua kalinya. Sadar akan mendapat orgasmenya, Randi melepaskan penisnya dari vagina adiknya. Ketika akhirnya Randi mendapat orgasme, sperma Randi mengenai paha dan perut Syifa.

"Aku sayang kamu, Dek" ucap Randi.
"Aku juga sayang Abang" balas Syifa

Mereka berdua kini kembali berciuman dengan mesra. Kini Syifa dan Randi berbaring dengan lemas di ranjang sambil ngos-ngosan karena kelelahan. Randi dan Syifa kembali berpelukan dengan telanjang di atas ranjang hingga akhirnya mereka berdua tertidur pulas dengan penuh keringat.

Keesokan Harinya.



Handphone Randi berbunyi dan Randi mengangkatnya.

"Halo Abang" ucap suara wanita.

Ternyata yang menelepon itu adalah Ibunya.

"Eh, Mama. Gimana ma?" tanya Randi.
"Semua baik-baik aja, Bude juga udah mendingan jadi kayaknya Mama Papa nanti malam udah bisa pulang" ucap Mama Randi.
"Kamu sama Syifa baik-baik aja kan? Ga berantem kan?" Mama Randi lanjut bertanya.
"Aman, Ma. Anaknya lagi ngemil tuh di luar" jawab Randi.
"Mama kirim pesan ke dia tapi belom dijawab juga. Yaudah kamu jagain adek kamu ya, Mama pergi dulu anter Bude terapi" ucap Mama Randi.
"Okay ma, see you tonight" balas Randi.

Randi menutup telepon itu dan mendesah keenakan.

"Abang tadi angkat telepon dulu, gila ya kamu. Bukannya berhenti juga. Itu kan Mama yang telepon" kata Randi pada Cut Syifa yang memberinya blowjob.
"Ya Abang lagian, lagi main sama Adek malah angkat telepon segala, yaudah sekalian aja Abang aku kerjain hehehe" jawab Syifa itu sambil tertawa.
"Ya itukan Mama yang telepon, masa ga Abang angkat? Terus, kalau ketahuan Mama gimana???" Randi menjawab perkataan Syifa.
"Harusnya tadi Abang bilang sama Mama kalau Adek lagi ngemil kontol Abang hihi" ucap Syifa sambil tertawa nakal.

Randi hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban Syifa. Syifa kembali menyedot penis Randi. Tidak lupa dia jilati batang dan kepala penis Abangnya itu. Bahkan buah zakarnya pun ia ciumi dan ia jilati.

"Adek sayang, Abang mau keluar" ucap Randi.

Dengan itu, Syifa mempercepat sedotannya serta kocokan pada penis Randi.

"Abang keluaaaar!!!" teriak Randi.

Randi mengeluarkan spermanya ke dalam mulut Syifa. Cut Syifa tidak hanya menjilati sisa sperma yang masih menempel di penis Randi, tapi dia juga menelan semua sperma Abangnya itu. Syifa teringat pernah mengalami kejadian serupa dengan Fahmi beberapa waktu lalu. Randi akhirnya terbaring di tempat tidurnya dengan lemas bersama adik kesayangannya; Cut Syifa. Hubungan Kakak Beradik itu jelas sudah berubah untuk selamanya. Bahkan setelah Randi menikah, dia dan Syifa diam-diam masih suka bertemu dan bercinta entah di hotel atau di Mobil.

 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd