Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Episode 4


Setelah mandi dan sarapan aku mengantar anakku ke sekolah, SD kelas 1 dia sekarang, tiap pagi adalah tugasku mengantarnya, sedang nanti akan ada mamang becak yang menjemputnya. Mamang becak itu masih famili sebenarnya, famili jauh dari istriku, jatuhnya ia paman cici. Keadaan ekonominya agak susah sejak dulu, sama istriku dimodali becak, juga dipercayai mempawah sebuah kebun yang lumayan luas dengan rumah pondok di depannya. Itulah yang membuat kesetiaan mamang dan keluarganya tak perlu dipertanyakan kembali. Kamipun mempercayakan penjemputan cici padanya sejak TK dulu.

Sesampainya di kantor suasana sepi sekali, hampir setahun aku mengepalai bagian ini, karena tahun lalu setelah kepergian istriku aku dipindah kesini, sebuah bagian yang hanya mengurusi surat menyurat, sungguh pekerjaan yang santai dan membosankan, tak ada juga peluang untuk memperkaya diri. Lain dengan bagian yang kupimpin sebelumnya, bagian teknis penentu dilapangan. Disana merupakan bagian yang sibuk dan sarat akan kebasahan, lebih basah lagi dari dinas damkar yang tiap hari menyiramkan air ber ton-ton. Riska kan fitri masih tertinggal di bagian lama, aku tidak tega membawanya kesini, biarlah disana.

Disini tak banyak yang bisa aku mainkan, hanya ada seorang anak gadis yang sudah tidak perawan sejak sebelum aku kenal, konon katanya dia langganan pejabat sebelum aku yang aku gantikan. Itu membuatku tak susah mengajaknya ke aktivitas percocoktanaman. Gadis tak perawan itu namanya ranti, dialah wanita yang aku ceritakan siap mengangkang kapanpun aku mau. ranti bukan bispak, dia termasuk yang setia sama satu pemakai, baru cari pemakai lain setelah pemakai lama tidak memakainya lagi.

Ranti memiliki perawakan yang sedikit berisi, tingginya setinggi aku, dan aku termasuk lelaki pendek. dia punya susu yang cukup besar, lebih besar dari milik arisa, riska maupun fitri. putingnya hitam besar dengan lingkaran di pinggirnya sangat lebar. Pinggul ranti juga lebar, membuat dia seperti gitar, namun lubang ranti sempit, entah apa yang dia lakukan, padahal sudah lama menjadi simpanan bos penunggu ruangan ini.

Gadis itu menjalani profesi simpanan karena ingin ikut bergaya, ditambah dia sedang kuliah disebuh kampus swasta yang terkenal bagus namun mahal. Dia sendiri dari keluarga tidak mampu sejak turun temurun. Ranti bertekat memutus rantai itu pada dirinya dan keturunannya. Padahal cukup menikahi om om tajir kan beres pikirku.

Sesampainya di kantor, aku langsung duduk di kursi kerjaku, berada disebuah ruangan kecil terpisah dari staf dan kasi, ruangan kecil yang cukup nyaman dengan segala privasinya. Seperti biasa, setelah aku duduk, akan ada seorang wanita yang bekerja di kantin kantor kami mendatangiku, membawakan segelas kopi panas. seorang wanita muda yang baru tamat sekolah menengah. ita namanya.

"kopinya pak" sapanya sambil meletakkan segelas kopi disudut mejaku
"makasih ya, manis gak ni"
"pahit pak, kalo manis nanti namanya jadi kolak" candanya
"mantap" pujiku sambil mencicipi kopi pagi ini
"tolong panggilkan ranti ya" pintaku sebelum ita hilang dari pandanganku
"siap" jawabnya

tak lama kemudian ita kembali seorang diri.
"maaf pak, ranti belum masuk"
"oh, ya sudah, makasih ya ta"
"sama-sama pak." jawab ita, dia tak langsung pergi.
"kenapa ta? " tanyaku
"gak papa pak. penasaran aja, kok nyarinya kak ranti terus, bener ya gosip itu?" tanya ita polos.

Ita memang anak yang berada di level polos dan kurang pintar, penalaran soal sosial masih perlu dididik lagi.

"gosip apa ta?" tanyaku
"itu pak, katanya kak ranti itukan bisa gitu"
"gitu gimana?"
"ya bisa diajak begituan"
"begituan gimana ta"
"ya begituan" jawab ita sambil menunjukkan jari kanannya ditusukkan ke jari kirinya.
"entah lah ta, tapi aku memang lagi ada sedikit kerjaan buat dia" bohongku
"oh gitu"
"emangnya kenapa ta, kalo ranti gitu"
"gak papa si pak"
"emang kamu gak gitu sama pacarmu" tanyaku.
Ita memiliki pacar anak honorer di kantor sebelah, dia sering antar jemput ita, jadi kami semua tahu.

"ih, enggak lah pak, gak pernah aku" jawab ita panik.
"lha, kamu, emang pernah diapain aja sama pacar kamu"
"hihihi, malu pak"
"nah, malah malu, tadi ngomongin ranti begituan" rayuku sambil mengulang gerakan jari ita tadi.

"gak sampai gitu si pak"
"terus, ngapain cowokmu ke kamu"

"tapi jangan bilang siapa siapa ya" bisik ita sambil duduk di kursi depan mejaku.

Ita memajukan wajahnya, dadanya berada diatas meja terhimpit tubuhnya dan meja kerjaku, nampak bulat walau rasanya tak terlalu besar.

"iya ta, rahasia aman" jaminku agar ita mau cerita.
"cowokku paling banter buka baju aku, terus dinenen akunya."
"oh, enak ta?"
"geli, gak ada enak enaknya"
"terus cowok kamu kamu apain?" lanjutku
"aku kocokin punyanya, kadang disedot juga, tergantung maunya aku" jawab ita lirih.

"punya kamu diapain sama cowokmu?"
"gak pernah, aku gak ijinin punyaku dijamah"
"oh"
"cukup dikasih dada aja, itu dah lebih" jawab ita agak keras.

"nakal juga ya kamu ta"
"mosok si pak, temen temen aku juga pada cerita kalo sama pacarnya begitu juga"

"kalo emutin punya cowokmu, itunya dikeluarin dimulut ya ta?"
"enggak pak, jijik" jawab ita.

"Udah ya pak, mau kembali ke kantin, rahasia lho." ita langsung berdiri meninggalkanku. dasar anak muda, batinku.

Setelah kepergian ita, aku telpon ranti, menanyakan lokasinya, rupanya dia masih dirumah, rumah kontrakan lebih tapatnya, dia kesiangan, jadi belum berangkat, namun sudah mau otw.

"jangan berangkat dulu, aku kesana saja" pintaku
"ih, mas, lagi butuh ya" canda ranti
"iya ni, dah diujung"
"ya sudah aku tunggu"

Tak butuh lama, aku langsung menuju rumah ranti, tak begitu jauh dari kantor, aku pinjam sepeda motor salah satu staf yang ada, buat sarapan alasanku.

Rumah kontrakan ranti berbentuk bedeng memanjang, ukurannya bekisar 5meter x 15 meter, terdapat dua kamar tidur, satu kamar tamu, satu dapur dan satu kamar mandi. rumah yang terletak didalam gang kecil dan sempit, mobil tidak bisa masuk, namun menjadikannya aman dari mata mata tetangga yang usil.

Sekilas tentang ranti, dia mulai bekerja di kantorku setelah dia tamat sma, kemampuannya menggunakan komputer menjadikannya mudah bekerja sebagai pendatang baru. Dia bisa diterima karena dibawa oleh kepala bidang saat itu, selain dijadikan pegawai honorer, juga dijadikan pegawai simpanan, konon kepala bidang itulah yang dapat perawan ranti. Kabid itu pun berganti, ranti tertinggal ditempat lama, dan kabid baru menggantikan kabid lama sebagai majikan baru ranti, dan berganti terus hingga aku sekarang kabidnya sekaligus majikan barunya.

Ranti termasuk peliharaan yang enak, dia tidak rese seperti menghubungi tiba tiba, atau meminta uang dengan mengancam memberitahu istri, atau yang nakal lainnya, dia cuma minta dibayari rumah kontrakannya, dibayari kuliahnya, sama dibayari biaya hidupnya. Tak terlalu banyak, cukup seimbang dengan servis yang dia berikan. asal bukan anal, dia akan layani.

Tak sampai 10menit aku telah sampai di depan rumah ranti, aku langsung masuk beserta motor yang aku bawa. ranti tak pernah mengunci pintu kalo aku kasih tahu mau datang, jadi aku langsung masuk tanpa mengetok pintu lagi. motor sengaja aku bawa masuk agar lebih nyaman saja.

"oh… ranti…." desahku, begitu bertemu, aku langsung memeluknya, menciumnya.
"iya massss" desah ranti disela ciuman kami.
"mau sarapan dulu mas?"
"tak usah ran, aku mau ngentot saja"
"yuk kekamar" ajak ranti sambil menarik tanganku kekamarnya,

Aku langsung duduk di ranjang ranti, sedang dia mulai melepas seluruh pakaian luarnya, menggantungnya kembali di gantungan baju.
Setelah selesai, hanya dengan cd dan bh saja ranti mulai melucuti bajuku, juga celana panjangku, juga digantungnya disamping bajunya. memang selalu begitu dia, agar baju kami tidak lecek, betul betul perhatian.

Selesai menggantung ranti langsung mendatangiku lagi, didudukinya pangkuanku, menghadapku, dilingkarkannya tangannya di leherku.

cuppppp " ahhhhhhjmmmmmm" aku langsung melumat bibirnya, terasa lembut, hangat, dan manis. ranti dengan pelan melayani lumatanku, lumatan demi lumatan kami lalui, ranti mulai sedikit menggesek vaginanya di kontolku. kelamin yang masih disarang masing masing.

"buas banget mas"
"aku ingin ran"
"nikmatilah mas"
aku turunkan tali bh ranti tanpa membuka kancingnya, hingga kedua payudaranya terlihat seutuhnya, senyum kecil keluar dari bibir ranti ketika melihatku yang tengah memperhatikan dadanya. Hampir setahun aku menikmati dada ini, tapi tak ada bosannya aku pandang. Dada yang cukup besar, butuh dua tangan untuk memegang satu buahnya, itupun belum semua tertutup. dada yang cukup putih, tanpa noda, hanya ada sisa bekas cupang hampir tak terlihat lagi. Kata ranti, dari semua yang memakainya, hanya aku yang selalu meninggalkan cupang.

Dada ranti cukup besar, lonjong seperti pepaya matang, dengan puting sebesar ujung kelingking berwarna cokelat tua. lingkaran disekitar puting lumayan lebar, selebar sedotanku di dadanya. bekas cupang menghiasi kedua dada ranti, susu yang putih tanpa cacat, tidak ada kerutan, ditambah sebuah tahi lalat didada kanannya, diatas puting agak tinggi membuat makin menarik perhatian siapapun yang melihatnya.

Badan ranti sedikit berisi, namun perutnya rata, tidak ada lipatan lemak disana. perut ranti putih bersih, seputih dadanya. Wajah ranti tergolong standar, tidak begitu cantik, juga gak jelek, namun senyum dia begitu menggoda, suara ranti yang sedikit melengkin membuat cowok akan terangsang berdekatan dengannya. rambut ranti pendek sebahu, dia berjilbab kalo kekantor, kalo diluar jam kantor dia tidak memakainya, namun pakaiannya selalu sopan, lengan panjang dan celana atau rok panjang, tak pernah aku lihat dia memakai lengan pendek atau rok pendek kecuali didalam rumah.

Kulit ranti putih bersih merona, dari ujung jidat sampai ujung jari kaki hampir merata putihnya, terutama dada dan perutnya yang paling putih, hampir seperti orang keturunan, padahal aseli pribumi. dada ranti cukup besar, menggantung seperti pepaya masak, dengan puting diujung bawah agak samping depan. walau ranti terlihat berisi namun perutnya rata, pahanya cukup besar, dan memeknya tembem. bulu kemaluannya memiliki area cukup lebar namun tidak lebat karena ranti rajin merapikannya.

Mulai kuremas pelan payudara ranti, cukup empuk dan kenyal, keduanya tak akan kusia siakan. remasan di kedua susu, dengan puting dijepit jari, itu adalah kesukannya, cara yang cukup capat untuk menaikkan gairah wanita muda ini.

"ahh… massss" lengkuh ranti ketika aku mulai menyusu di dada kanannya
" terus mas… remas yang satunya" pinta ranti, akupun merasnya seperti yang dia minta.

Ranti membaringkan badannya pelan, aku mengikutinya, agar sedotanku tidak terlepas. Ranti tak tinggal diam, dikeluarkannya kontolku, diusapnya pelan namun pasti.

"keras banget mas hari ini"
"iya, aku pengen banget"
"mbak nur gak ngasih ya" tanya ranti ngejek, dia tahu masalah nur yang tinggal bersmaku.
"sudah tadi, tapi gak kelar, diganggu cici" jawabku sambil mencari klitoris ranti.

"ahhh…. enak mas… puaskan sama aku saja" desah ranti sewaktu klitorisnya aku temukan.

Ranti mulai mengocok kontolku pelan, lembut banget telapak tangan ranti. sekali kepegang kontolnya sama ranti, tak ada lelaki yang rela dilepas sebelum muncrat.

"enak ran"
"buat mas kok"
"ahhh….." desahku.

Ranti bangkit dari kasurnya, di terlentangkannya aku, rnati mulai melakukan spesialisnya, mengoral.
Dimasukkannya kontolku pelan ke mulutnya, begitu kepala kontolku masuk,, langsung disambut sapuan hangat lidah ranti.

"ohhh… hebat kamu ran…. " pujiku, ranti hanya senyum sambil tetap mengoral kontolku.

"nikmati sayang, ini spesial buat mas sayang"
"ahh… enak banget ranti sayang." desahku sambil meremas susu ranti yang menggantung bebas.

Aku buka kaos dalamku, aku lempar ke lantai. ranti tahu apa maksudku, dilepaskannya cd ku, juga cd nya. Ranti langsung berpindah mengangkang diatas kontolku, pelan diturunkan tubuhnya, diarahkannya kontku ke lubang senggama ranti, pelan namun pasti kontolku masuk sempurna ke lubang ranti.

"ahhh…. hangat" desahku
"emmm… penuh mas"
"enak ran"

ranti perlahan mengangkat pantatnya, setengah batang kontol keluar dari memeknya, diturunkan lagi hingga vaginanya menelan habis kontolku.

"ahhh… enak mas"
"terus sayang"

ranti bergoyang cukup lihai diatas tubuhku, aku kalungkan tanganku ke lehernya, kunikmati goyangan ranti, ditambah susu yang menggantung bergoyang kesana kemari, membuat sensasi yang luar biasa nikmat. Ranti mulai menikmati permainannya sendiri, ditegakkannya badannya, dia bertumpu dengan kedua tangan di lututku, badannya mengeras, susunya tak lagi menggantung, kini terlihat bulat nikmat.

Goyangan ranti mulai cepat, desahan demi deaahan keluar dari mulutnya, desahan kecil namun jelas dan teratur. Jam segini tak ada satupun tetangga yang ada dirumah. membuat aktivitas ini lebih leluasa.

"ahh… ahhh… emm.. ah…" desah ranti
"terusss… ran…."

tiba tiba ranti berhenti, dipeluknya tubuhku, ranti berbaring diatas tubuhku, aku tahu dia belum sampai, dan dia tahu aku hampir kalah. ranti memang hebat, sangat pengertian diatas ranjang, andai dia masih perawan, mungkin akan aku lamar dia.

Kulumat bibir ranti, dingin bibirnya, nafasnya tak tentu.
"lanjut mas" ajak ranti
"yuk"

ranti turun dari tubuhku, terdengar bunyi "plok" ketika penisku keluar dari vaginanya. ranti ambil posisi menungging, posisi faforitku untuk menyelesaikan permainan bersama ranti.
Kuambil posisi dibelakang ranti, dengan mudah kumasukkan penisku dari belakang.

"ahh…" pekik ranti waktu mulai ku doggi.
"enak sayang…" rancauku sambil meremas susu besarnya
"nikmati sayang, aku milikmu, puaskan sampai tak tersisa" rayu ranti

pelan namun pasti aku genjot memek ranti dari belakang, sungguh nikmat, menek ranti jadi semakin sempit, aku bisa menyodok semakin dalam, memek ranti pun terasa seperti tak mau melepas kontolku.

"ahhh.. ah… emm…. "desah ranti sewaktu kontolku mentok di rahimnya.
"ran…."
"aku juga mau sampai mas….."
"ahh….. ranti…. enak memekmu"
"buat kamu mas sayang"

ranti menegang hebat, memeknya menjepit kontolku, nikmat sekali.

"aku keluar ran…."
crot… crot… crot… pejuhku keluar, masuk kerahim ranti, cukup banyak, cukup untuk membuahi ranti andai dia tidak berpengaman.

selesai aku mengeluarkan oejuhku, aku cabut pelan kontolku.

"ah… " pekik ranti ketika kontolku keluar dari memeknya.
ranti rebah kesamping, nafasnya memburu. dadnya tertumpuk sangat indah, bergerak seirama nafasnya, perutnya rata, pantatnya besar, pahanya yang tak kalah putih dan tak kalah besar.

ranti memang cantik, snagat menarik, sangat pengertian. aku tahu, ranti sebenarnya tidak orgasme, dia tidak pernah orgasme ketika bersenggama, namun dia menutupinya dengan kepura puraan demi kepuasan majikannya. ranti tipe wanita yang dapat menikmati persetubuhan, namun tidak dapat orgasme, berapapun lamanya dia digenjot. sungguh kasihan, namun itu sudah takdir bawaan tubuhnya.

ranti membalikkan badannya, dia terlentang, terlihat rambut vaginanya yang lebat, pendek namun kawanannya sebar, diujung vaginanya terlihat sedikit pejuh mulai meluber.

Aku kecup kening ranti "makasih ranti sayang"
"kamu puas mas?"
"puas, kamu hebat, tak pernah mengecewakan"

senyum ranti mulai timbul kembali, senyum yang sangat manis. Dibangkitkan tubuhnya, dengan bersandar di dadaku, dia memelukku, ranti terpejam, menikmati sisa persetubuhan kami.

"kekantor gak mas?" tanya ranti
"iya, dong"
"kirain mau nambah"
"besok aja"

ranti bangkit, dia menindihku, seluruh badan ranti berada diatasku, cukup berat badannya.
"mau lanjut sama aku atau sama mbak nur"
"tergantung siapa yang terlihat" jawabku sambil senyum
"nakal" jawab ranti sambil melumat bibirku, aku tak mau kalah, kulumat juga bibirnya, kupeluk perut langsing ranti.

selesai acara lumatan, aku sedot susu kiri ranti, sambil membut cupang di susu kananya, disebelah tahi lalatnya. cuoang yang cukup merah dan lebar.

Setelahnya kami mandi berdua, saling menyabuni, saling menyiram. sungguh seperti pengantin baru.
selesai mandi dan berpakaian, dan aku selalu suka memandangi wanita yang sedang memakai baju dari membuka handuk hingga tertutup semua.

Setelah itu kami berangkat kekantor. ranti langsung kekantor, sedang aku mampir beli sarapan untuk yang punya motor yang aku pinjam.

Sesampainya dikantor, ranti sudah mulai bekerja seperti biasa, memang dia tidak mendapat perlakuan khusus, membuat siapapun tak akan menyangka kalo ranti memiliki pekerjaan sampingan yang cukup ekstrim. makanya aku kaget kenapa ita bisa menyangka ranti seperti itu.

Belum juga aku mulai bekerja, tiba tiba fitri masuk keruangan, begitu masuk langsung ditutupnya pintu ruanganku, fitri duduk begitu saja dipangkuanku, mukanya cemberut, bibirnya panjang sebelah bawah, sungguh muka penuh amarah namun ditahan. Fitri sandarkan badannya dibadanku yang mulai menyandar di sandaran kursi, fitri naikkan kakinya ke dudukan tangan kursi, membuat posisi fitri seperti anak kucing kedinginan.

"kenapa fit? " tanyaku bingung
"semua nyebelin"
"kenapa fitri manyunnnnn" candaku
"ih, mas ni, makin nyebelin"
"apasih"
"remas susuku mas" pinta fitri sambil menengadahkan mukanya, menatapku masih manyun.
akupun mulai meremas kedua susu fitri dari luar bajunya, cukup keras, sepertinya bh nya kekecilan.
"ah….. " desah fitri ketika ujung jariku meremas putingnya.

"kenapa fit"
"jaka minta memek ku"
"terus"
"aku gak mau, ngambek aku jadinya, kurang ajar memang jaka tu, anak ingusan tu aku yang ngajarin dia hidup, sekarang dia minta memek. gak puas apa aku bebasin dia mainin susu aku, aku kocokin dia, aku oral dia, sampe keluar dimulut pun aku kasih. sekarang dia minta memek" ujar fitri merepet
"tapi kan dia pacarmu fit, kamu juga yang mau sama brondong"
"ah, mas ni, sama aja kayak risa. makin sebel"
"tapi bener kan"
"iya si"

Fitri diam sesaat, agak lama. tapi remasanku tak terdiam.
"aku takut mas, kalo aku masih memek aku ke jaka, nanti dia perawani aku" ucap fitri lirih
"kenapa takut fit, takut sakit ya?" tanyaku
"bukan, aku takut gak bisa nolak, aku cinta jaka mas, takut jaka menghilang atau cari perawan lain setelah dapat semua dari aku. atau malah aku nolak jaka waktu dia sudah tinggi, terus dia kecewa. atau aku langsung dihamili jaka, keluargaku bakalan malu aku nikah karena hamil duluan." jelaskan fitri padaku
"sudah bilang begitu ke jaka ?"
"sudah, dia bilang cuma mau memek aja, janji gak akan perawani aku"
"nah, tu, dia bisa janji"
"tapi aku tak percaya mas, dulu dia cuma minta dikocokin, gak minta lebih, eh, tau taunya minta juga diemutin, keluar didalam mulut lagi, aku sampe muntah. seminggu aku marahin dia"
"dasar cowok" bela ku
"sama aja, mas juga"
"lha kok"
"iya, mabis main sama siapa barusan"
"sok tau"
"tau lah"
"sama yang itu kan?" tebak fitri sambil menunjuk ke monitor tv, disana tergambar suasana ruang kerja para staf ku, tv super besar terhubung cctv, jadi aku bisa melihat kondisi semua anak buahku, juga tahu siapa yang akan masuk ke ruanganku.
"asal tebak aja kamu tu"
"dah lah mas, aku tau kok, dia kan memang bisa diajak." jawab fitri
"emang siapa fit?" aku malah penasaran.
"bu ani lah, siapa lagi."
"lha, kok bisa"
"bisa lah, dia kan jablai, ldr an sama lakinya, makanya dari duku bisa diajak nakal"
"kok kamu gak ngasih tau si, aku malah baru tau, makasih fit" ucapku sambil meremas susu fitri agak keras.
"emang enggak main sama bu ani ya?"
"enggak lah"
"ais, rugi aku kasih tau, makin nakla lah mas ku ni"
"iya dong" jawabku sambil senyum sumringah.

"jadi gimana nasibku mas"
"kamu tentuin lah fit, dia pacarmu, dia mau janji amankan perawanmu, tinggal kamunya aja, percaya atau tidak, ikhlas apa tidak kasih memek ke dia"

"iklas si mas kalo cuma kasih memek. tapi habis aku kasih, berarti aku dah kasih semua badn aku kedia, sama aja dia sudah lihat aku telanjang dong. tapi kalo percaya agak sulit mas, dia itu darah mudanya masih menggelora banget, lihat memek gak yakin gak bakalan dia masukin"

"coba pelan pelan ngasihnya, kalo memang mau ngasih, pikirkan lagi, bisa aja dia ninggakin kamu demi yang mau ngasih memek ke dia. atau malah nanti di manfaatin sama bu ani" goda ku

"ah mas ni, fokusnya sudah ke bu ani aja" rengek fitri sambil mengelus kontolku dari luar.

"fit"
"iya mas"
"kamu sering oralin jaka kan"
"lumayan, seminggu sekali paling sedikit"
"aku mau juga dong fit"
"ih… dasar cowok, ogah… megang pun ogah… lihat aja ogah…. " teriak fitri, langsung dia turun dari pangkuanku.
"yah, fit.. kok kabur"
"minta sama bu ani aja tu"
"aku maunya mulut kamu fit"
"tidak… ini spesial buat kontolnya jaka aja." jawab fitri berlalu, keluar dari ruanganku.

"Bu ani ya, boleh juga tu. tapi, kurang napsu aku lihatnya, entahlah kalo dia sudah telanjang" batin ku.

Ani adalah stafku, nama aslinya rohaniah, dia bendahara ruangan. Badannya sangat berisi, terlihat banyak lipatan di perutnya, bahkan dadanya yang besar tak bisa mengalahkan offside nya perut ani. pinggang ani lumayan besar, pantatnya juga semok, kalo berjalan bisa ikut bergoyang, banyak staf lain memperhatikan pantat ani kalo lagi berjalan. kata fitri yang pernah usil meremas pantat ani, pantatnya kenyal, penuh lemak.

Aku tahu ani ldr sama suaminya yang bekerja di luar pulau sebagai kepala cabang sebuah bank yang cukup sangat besar di negara ini. tapi aku tak menyangka kalo ani bisa diajak nakal karena kekurangan belaiannya, dia terlihat cukup santun, tak pernah ngomong atau membahas masalah tabu, bahkan ani tergolong cukup agamis. ani selalu mengenakan jilbab panjang, walau tidak bisa menutupi tonjolan dada dan perutnya.

Sampai disini aku belum terlalu percaya sama informasi fitri, kalo melesat bisa bahaya.


Kegiatanku hari ini seperti rutinitas biasa, cukup membosankan. hanya saja ketika mau pulang, aku diajak kepala bidang lain untuk mampir ngopi, akupun mengiyakan. kami ngopi cukup lama, hingga menjelang magrib baru pulang.

Sesampainya dirumah, rumah sepi seperti biasa, sampai lupa kalo aku punya nur dan caca. entah kemana mereka.
Dipapan tulis tempak biasa aku atau cici bertukar pesan tertulis tulisan cici, "kakak nginep dirumah tante, besok berangkat sekolah dari rumah tante" itulah yang tertulis. Tante yang dimaksud adalah kakak kedua mendiang istriku. Istriku anak keempat, anak terakhir.

Kakak tertuanya cewek, sudah menikah lama namun belum memiliki anak, setiap hamil keguguran, karena stres penuh keseduhan ketiga keguguran keduanya sampai menyerah tidak mau hamil lagi. kakak pertama ini beserta suaminya tinggal beserta ibunya, ayah sudah meninggal lama. berdua mengurus ibu yang mulai jompo dan pikun akan hal hal kecil, namun tetap sehat.

kakak keduanya cewek, janda anak satu, anaknya dibawa ayahnya ketika cerai, karena kakak ini mendapat semua harta dari lakinya (semua, bukan cuma gono gini, jadi pilihannya keluar rumah cuma bawa anak dan baju yang dipakai, atau dapat rumah dan semua harta berdua tapi tidak dapat anak).

kakak ketiganya cowok, sudah menikah juga, memiliki anak tiga, tapi tinggal di ujung indonesia, bekerja di tambang, menikah dengan pribumi sana dan menetap disana, pulang dua tahun sekali.

Dalam kesendirian kuseduh kopiku sendiri, kuracik kopi bubuk gilingan produksi lokal, gula sedikit, dan air panas. kubawa kopiku ke lantai dua, dibalkon tempat aku biasa menghabiskan malam dalam kesendirian. Entah kemana nur, apa dia kabur bersama caca?

Dibalkon tak ada yang istimewa, cuma duduk memandang langit penuh bintang bertaburan.
hanya saja aku malam ini melakukan hal yang jarang aku lakukan, mengintip tetangga.

Kujulurkan kepalaku keluar dari pagar balkon, tepat didepanku rumah nur yang aku beli. Rumahnya bercayanya, terlihat ada orang didalamnya, seperrinya nur ada dirumahnya, tak jadi kabur batinku, baguslah. kutolehkan pandanganku kearah belakang, terlihat rumah belakang rumahnya nur, dari sini terlihat dapur dan area belakang rumahnya. Itu adalah rumah pak yadi dan bu esti, pasutri yang cukup senior disini, pak yadi mingkin sepuluh tahun lebih tua dari aku, dan bu esti sedikit lebih muda dari pak yadi. keduanya memiliki dua orang anak, anak pertama sudah besar, masih sekolah menengah, anak kedua cewek, masih sekolah dasar. Pak yadi sendiri jarang dirumah, dia bekerja sebagai anak buah kapal pengangkut batubara, sekali pergi, bisa sebulan baru pulang, itupun cuma sebentar dirumah.

Kuperhatikan bagian belakang rumah pak yadi, agak berbeda dari terakhir aku lihat, entah apa, aku kurang perhatian waktu itu, karena aku kurang suka mengintip tanpa ada yang telanjang disitu.
Setelah kuperhatikan, rupanya sebagian dinding belakangnya sedikit rubuh, hanya bagian dapurnya yang hilang sebatas pinggang keatas, sedang bagian selain dapur masih ada. membuat aku bisa melihat bu esti kalo lagi memasak, tapi kapan dia masak.

Bu esti orangnya sedikit lebih tinggi dari tinggiku, badanya kurus, sekurus nur aku rasa, dadanya kecil, begitu pula pantarnya, mungkin kalo telanjang persis seperti kayu balok, dari kepala sampai kaki tak ada benjolannya.

Sepertinya malam ini aku kurang beruntung, tak ada pemandangan yang dapat aku nikmati dari sudut ini. tiba tiba suara tangis caca membuyarkan keinginanku untuk berlama berharap bu esti akan terlihat, rupanya caca dan nur ada dirumahnya, biarlah, mungkin sedikit malam lagi aku akan kerjai nur lagi. membalas senyumnya tadi pagi.
Kulanjutkan menghabiskan kopi ku, langit masih seindah biasanya, semakin malam semakin indah, tak ada mega yang menutupi, bulan semakin besar dan terang menyinari malam.

Kusudahi saja malam ini, capek rasanya badan, mungkin nur bisa memijitku, pijit plus plus tentunya. batinku. namun rupanya kehendak berkata lain, ketika hampir kubalikkan badan, terlihat lampu dapur bu esti menyala, rejeki ni, barinku girang, tapi, malam begini mau masak apa?

Tak lama bu esti terlihat didapurnya, aku memperhatikan dari kejauhan, kurus, berbalut daster panjang, rambutnya panjang sebahu dibiarkan terurai dibelakang, persis seperti orang baru banhun tidur. bu esti nampak seperti sedang berbicara dengan seseorang, entah apa dan dengan siapa, dari sini tal terdengar suaranya.

Dari kejauhan ku perhatikan wanita paruh baya itu, sering ditinggal suami demi mencari nafkah, kasihan dia, apa gak kurang ya nafkah yang sarunya?. Belum juga sempat mencari jawaban, muncul sang anak laki laki dari belakang, anak pertamanya. Sedikit kecewa dalam hati, cona kalo yang keluar pak yadi, mungkin bisa memberi sedikit hiburan, lama berjauhan pasti tak mau kehilangan momen sedikitpun, dan itu asik untuk ditonton.

Namun kekecewaan tak bertahan lama, tak disangkan, sang anak memeluk ibunya dari belakang, cukup manja, diletakkannya kepalanya dipundak bu esti. "Mosok si?" batinku.
bu esti nampak tidak risih dengan perlakuan anaknya, seperti biasa saja, pelukan yang cukup erat, dilingkarkannya tangan ke perut ibunya. percakapan sepertinya sedang berlangsung. ku tak mau kehilangan momen, ku ambil hp ku, kuarahkan fokus ke mereka berdua, zoom maksimal, hp diletakkan di dinding pagar balkon agar tetap stabil.

Bu esti mematikan kompornya, tak jadi masak rupanya, apa mau dimasak? banyak pertanyaan berputar di kepalaku, pertanyaan yang sebenarnya sebuah ekspektasi untuk mereka lakukan.

Bu esti memalingkan wajahnya kearah anaknya, tak disangka, mereka berciuman, mereka saling memanggut, tangan anak itu naik ke dada ibunya, meremas keduanya sembari melumat bibir ibunya.

"gila, mantap ini, untung sudah kurakam" batinku berteriak.

Cukup lama mereka bermain bibir dan lidah, tangan anak sudah masuk kedalam daster ibunya, terlihat ada aktifitas didalam daster, didepqn dada bu esti. terlihat bu esti mulai goyah, berdirinya mulai sempoyongan, sepertinya menikmati perlakuan sang anak.

Setelah lama merekapun menyudahi permainan ini, bu esti berbaik badan, menghadap sang anak, dirangkulkannya tangannya ke leher anaknya, namun tidak memeluk. Sang anak lebih tinggi sedikit dari ibunya, sepertinya dapat keturunan dari pak yadi yang kurus tinggi. Sang anak tak lama menunggu, disibakkannya daster ibunya, sampai terlepas dan terjatuh dilantai, dari sini terlihat bu esti tidak lagi memakai bra, hanya sebuah cd putih menutupi memeknya. Benar benar gila ibu anak ini.

Dada bu esti terlihat begitu kecil, hanya sebuah gundukan dengan puting yang cukup besar, mungki payudaranya hanya sebesar kepalan tangan balita. tubuhnya kurus langsing, perutnya rata, pahanya kecil. terlihat kulitnya sawo matang merona.

Sang anak pun menyusu kembali ke payi dara ibunya, bergantian kanan dan kiri, bu esti terlihat menikmati, dipeluknya kepala anak pertamanya itu, di tengadahkan kepalanya sendiri menandakan nikmatnya yang ia rasakan. tangan kanan anak terlihat menyusup kedalam cd ibunya, dari kejauhan terlihat ada aktifitas menggosok disana.

Bu esti semakin meracau, sayang suaranya tak terdengar dari sini, namun aura kenikmatannya terlihat dengan jelas.

Anak pun menyudahi permainannya, dilepaskannya bajunya sendiri, celananya, kaosnya, cd nya, hingga anak bu esti telanjang bulat. kontolnya sudah tegang menunjuk keatas, kontol yang masih kecil namun panjang, sepertinya prospek masa depan penis itu anak bagus. bu esti seperti sudah terbiasa telanjang telanjang berdua, tidak ada rasa canggung diantara keduanya. Bahkan sekarang bu esti mulai berjongkok, dikocoknya kontol mungil anaknya didepan muka ibunya sendiri. dikocok pelan dan lembut, sang anak merintih keenakan, dipegangnya kepala ibunya, sedikit diremas ramburnya.

Sang anak menggulung rambut ibunya, dikumpulkan semua rambut panjang itu dibelakang kepala ibunya agak keatas. terlihat leher bu esti, sebuah kalung emas menghiasi disana.
Bu esti pun memandang wajah anaknya, keduanya tersenyum. seperti sebuah kode rahasia. bu esti langsung mengulum kontol mungil anak laki laki satu satunya itu, dikulumnya maju mundur, dengan mudah ibu dua anak itu mengulum sampai penis anaknya habis didalam mulutnya. Sudah terbiasa sama kontol panjang, batinku.

Tak lama bu esti memberikan kenikmatan dengan mulutnya, dia beranjak bangun, sang anak mendekatinya, membuka cd ibunya kemudian memeluknya, menciumnya lagi. pantat sang anak terlihat bergoyang, mencari lubang tebakanku, namun bu esti terlihat menggelengkan kepalanya, dia tidak mau. sang anak mencium ibunya kembali, lumatan di bibirnya tak lama, dipindahkan ke kedua puting besar ibunya, dilumat bergantian keduanya.

Sang anak kembali melumat bibir ibunya, kemudian memandang wajah orang yang melahirkannya dulu. bu esti kembali terlihat menggelengkan kepalanya.

Anak bejat itu tak kehilangan akal, dipeluknya ibunya, dan dengan sekali hentak dia masukkan penis mungil itu ketempat dia dulu dilahirkan. Si ibu mendongak kencang, mulutnya terbuka, sensasi dimasuki kontol menutupi tabu diotaknya. Anak sulung pak yadi itu mulai memaju mundurkan pinggangnya, kontolnya keluar masuk divagina ibu kandungnya. nampak ekspresi keenakan dimuka sang anak. sedang ibunya hanya menengadah sambil memejam.

Tusukan demi tusukan dilakukan anak itu, erangan keluar dari mulutnya, namun karena jarak aku tidak dapat mendengarnya. tangan sang anak tak tinggal diam, diremasnya susu kecil ibunya, keduanya putingnya tak lepas dari pelintiran jari anak durhaka itu.

Tak lama sang anak mencabut penisnya, bu esti berjongkok, diemutnya penis basah anaknya, dikocoknya kencang. terlihat sang anak mengerang, rupanya ngecrot dalam mulut ibunya dia. benar benar anak durhaka, udah make memek emaknya, ngecrotnya dimulut enaknya lagi.

Mungkin bu esti tidak kb, jadi takut hamil. Bu esti lalu memuntahkan peju anaknya di sudut dapur, mungkin ada tempat sampah disana.
Sang anak durhaka itu lalu membersihkan penisnya di wastafel cuci piring, lalu memakai semua pakaiannya dan pergi berlalu entah kemana. tak lama terdengar morot melaju dari rumah bu esti kearah jalan keluar perumahan, anaknya ngacir tebakku.

Setelah anaknya meninggalkannya, bu esti mengambil dasternya, diusapkannya daster itu ke memeknya, memek bekas kontol anak pertamanya.
Setelah dirasa bersih, dilemparkannya daster itu ke tumpukan kain kotor dekat mesin cuci.

Bu esti mengambil cd nya dengan kanan kiri, lalu berjalan mengambil hp dengan tangan kanan.
kupikir pertunjukan akan berakhir, namun sebelum kumatikan rekamanku, ternyata bu esti keluar dari rumahnya menuju halaman belakangnya. halaman belakang rumah bu esti terlindung dari tetangga sekitar karena telah dibuat pagar dari seng bekas. namun tidak terlindung darimataku yang berada dilantai dua.

Bu esti keluar tanpa busana, tangan kananya memegang hp yang sedang menempel dikupingnya, dia sedang menelepon. tangan kirinya memutar mutar cd nya, nampak tak ada niat buat menutupi tubuhnya.

Dari posisiku bu esti nampak segalanya bagian depannya, susunya yang kecil, badannya yang seperti kayu balok, pahanya yang tak kalah kecil, dengan memek ditengahnya, tak terlihat ada rambut diselangkangannya, persis seperti tubuh anak sd, hanya saja putingnya sudah bengkak.

Bu esti duduk dikursi panjang yang terletak di emperan belakang rumahnya, emperan seperti teras namun memanjang sepanjang rumah belakangnya. dia duduk santai, tak memakai penutup apapun, masih asyik bertelfon sambil memainkan cd nya. hanya disilanhkan kakinya menambah efek santai pada ibu telanjang satu ini.

Setelah selesai bertelfon bu esti sempat berfoto selfi, dimoncongkan bibirnya, diposekan tangan kirinya beserta cd yang masih melekat diujung jari. dari posisi hp nya, kalo tidak di zoom, maka akan nampak tubuh telanjang hingga ke perut dihasil fotinya. lalu bu esti meletakkan hp nya disebelah pantat teposnya, dan dengan malas dipakainya cd yang ia bawa tadi.

Ia tak kunjung beranjak dari kursi panjang itu, dia duduk bersandar sambil entah apa yang ia pikirkan, mungkin memikirkan perbuatan anaknya barusan.

Agak lama dari itu terlihat ada seseorang melintas di dapur bu esti, kuyakin itu seorang laki laki, namun bukan anaknya, pak yadi juga belum pulang dari kerjanya. Belum juga hilang penasaranku, laki laki itu membuka pintu belakang, keluar dari dapur dan melihat bu esti yang sedang duduk telanjang. bu esti hanya menoleh kearah laki laki itu, seperti hal yang sudah ia duga. nampak senyum keluar dari keduanya. laki laki itu keluar menuju bu esti, dan langsung mencium bu esti sambil duduk disebelah kirinya.

Gila, habis main sama anaknya, dia memanggil laki laki lain. berita besar ni, batinku.
Selesai berciuman laki laki itu menyusu dada bu esti yang belum ditutupnya semenjak ditelanjangi anaknya, diemutnya kedua puting besar bu esti.
Bu esti menggelinjang, menikmati sedotan laki laki itu, diremasnya rambutnya, dipeluknya kepalanya. bu esti benar benar menikmati, lain dengan ketika perlakuan anaknya tadi.

Selesai menyusu, laki laki itu duduk bersandar disebelah bu esti, kini nampaklah mukanya, dan aku tahu persis siapa dia. Dia adalah pak tono, aku biasa hanya memanggilnya tono, dia tidak lain adalah adik sepupu pak yadi, sekaligus salah satu petugas penjaga keamanan komplek kami ketika malam hari. Tono seorang buruh bangunan disiang hari dan penjaga malam dimalam hari, dia memiliki tubuh yang kurus kekar, tingginya tak setingi pak yadi, tapi lebih tinggi dari aku maupun anak bu esti.

Keduanya terlihat sedang berbincang ringan, tangan tono sudah berada di dalam cd bu esti, memainkan memeknya, sedang tangan bu esti memainkan kontol tono dari luar celana.

Betul betul gila ni bu esti, anaknya dibiarkan pake memeknya, sekarang adik sepupu suaminya sedang ngobel memeknya, yakin mereka sudah biasa bersetubuh. kenapa aku baru tahu sekarang. gumamku.

Bu esti nampak biasa saja telanjang disamping tono yang sedang sibuk menarikan jarinya di memek bu esti, mereka mengobrol ringan, sesekali ketawa kecil dikeduanya, persis seperti suami istri, bahkan seperti suami istri yang baru resmi jadi.

Cukup lama aku memperhatikan, hingga tono kembali menyusu di dada bidang bu esti, tiba tiba bu esti mengangkangkan kaki kecilnya, tangannya meremas kontol tono dari luar celana, dan meremas kepala tono. bu esti mengejang, lengkuhan terlihat namun tak terdengar, bu esti mendapat orgasme pertamanya ditangan tono, adik sepupu suaminya.

Bu esti lunglai, tono kemudian kembali ke posisi dia duduk tadi, kepala bu esti dimiringkan, diletakkan di bahu tono yang aku yakin keras tulang dan otot.

Bu esti lalu bangkit, dia berjongkok didepan tono, tono seperti tahu apa yang diinginkan istri kakak sepupunya itu, tono membuka kaosnya, sedang bu esti sibuk membuka celana panjang tono beserta cd nya.

Setelah tono telanjang bulat, bu esti mulai menggenggam kontol tono, aku sampai terbelalak melihatnya, kontolnya seperti pasak rumah, besarnya minta ampun, mungkin bisa disejajarkan sama orang afrika sana. padahal tono orangnya kurus, namun berotot karena seorang kuli dari muda.
Selain besar, kontol tono juga panjang, kalo dibandingkan bisa lebih dari dua kalinya kontolku, baik itu panjangnya maupun besarnya, agak ngeper aku melihatnya. tangan kanan bu esti menggenggam dengan kencang, tak sanggup tangan kecil bu esti menggenggam sempurna, butuh dua tangan untuk itu.

Aku berfikir, apa bisa masuk kantol sebesar itu masuk ke mulut kecil bu esti, juga apa gak robek memek bu esri kalo kemasukan. tapi kalo aku lihat dari kemesraan mereka, aku yakin mereka pernah melakukannya, kasihan pak yadi, memek bininya bekas anaknya, juga bekas sepupunya, ditambah lagi bekas kontol sebesar itu, pasti longgar banget. pantas saja kontol anaknya tak bisa memuaskannya, mungkin cuma geli saja rasa memek bu esti tadi.

Pertanyaanku terjawab sudah kini, bu esti mulai mengulum kontol tono, cuma kepalanya saja yang masuk, tak lebih, bu esti mulai menaik turunkan kepalanya pelan, sesekali dijilatnya batang dan kepala kontol tono sambil dikocoknya. tono hanya memperhatikan bu esti menikmati batang kebanggannya, sesekali ia memilin puting bu esti, mungkin kalo meremas agak susah, karena dada kecilnya. bahkan dada tono lebih besar dari dada bu esti.

Tono menaikkan kepala bi esti, senyum keluar dari bibir tono, entah dengan bu esti, aku tak melihatnya. mereka kembali berciuman, cukup lama, bu esti memegang pundak tono sebagai tumpuan, sedang tono meremas pantat bu esti, remasannya hanya seperti elusan bagiku.

Dari sini aku dapat menikmati bagian belakang bu esti, pantat kecilnya, hampir tidak ada gundukan maupun lekuk pinggang disana, pantatnya pun tidak terlalu mulus, ada bagian yang menghitam di beberapa bagian. selesai berciuman bu esti berdiri dengan tegak, disibakkannya rambutnya kedepan, melewati sebelah leher kirinya, kini terlihat punggungnya yang tak kalah hitam dibanding pantatnya, benar benar kurang menarik, atau hanya kurang terawat saja.

Mereka seperti sedang membicarakan sesuatu, tawa kecil terlihat dari gelagat mereka, sesekali saling mencubit kecil, kadang juga saling mengelus kelamin pasngannya. sungguh seperti pengantin baru, atau pasangan selingkuh yang lagi bucin-bucin nya. tono pun menurunkan cd bu esti, dan bu esti melepaskannya setelah cd itu sampai ke mata kakinya.

Bu esti lalu berbaring di samping tono, kepalanya bersandar pada pegangan tangan kursi panjang, sedang kakinya mengangkang, memperlihatkan memeknya tepat dihadapan tono, tak ada rasa risih ataupun malu. keduanya tersenyum, tono mulai mengelus memek bu esti, tak ada rambut dibagian itu aku rasa. bu esti mulai menggeliat ketika tangan tono menyapu memeknya, memainkan klitorisnya.

Tono yang sudah telanjang rasanya sudah tak tahan lagi, melihat istri kakak sepupunya telanjang dan dengan suka rela mengangkangkan pahanya untuknya.

Tono merunduk, dikecupnya memek didepannya, bu esti nampak kaget namun menikmati, kepalanya mendongak tangannya meraih kepala tono. tono kini tak cuma mengecup, kini dia mengoral memek bu esti, dijilatnya, di sedotnya, bu esti menggeliat kencang, kenikmatan yang dia inginkan sedang menjalar disekujur tubuhnya.

Aku lihat tono cukup lihai dalam melakukan oral, bu esti kini meremas susunya sendiri, remasan yang cukup kuat, tono masih sibuk menjilati memek mungil bu esti. kini tono tak mau rugi, dipindahkannya duduknya tanpa melepas jilatannya di memek, diarahkannya kontol besar itu ke muka bu esti, dan sepertinya bu esti tahu apa yang harus dilakukan, langsung diraihnya kontol itu, kembali diemutnya kepala kontol super nya tono, posisi enam-sembilan agak kacau jadinya.

Cukup lama mereka melakukannya, hingga bu esti melepas kontol tono, namun mulutnya belum juga tertutup. tono dengan cepat kembali keposisi awal, diapun berhenti mengoral bu esti. tono naik ke atas kursi sepenuhnya, berjongkok didepan paha bu esti yang masih ngangkang.

Kini tono makin mengangkangkan paha bu esti, sedang bu esti masih sibuk memijit pipi dan bibir serta mulutnya.

Tono tak mau menunggu lagi, digesekkannya kontol supernya ke memek bu esti. aku rasa akan susah masuk. tak butuh banyak gesekan, hanya beberapa kali, tono pun menempelkan kepala kontolnya tepat dimulut memek bu esti, dengan pelan dimajukannya pantatnya.

Bu esti yang sedang sibuk memijit mulutnya tersentak, kepalanya terangkat, mulutnya melotot kearah tono, tangannya menyambar tangan tono yang sedang mengangkangkan pahanya, bu esti memekik keras, bahkan akupun bisa mendengarnya. tono berhenti memajukan kontolnya, bu esti lalu menutup mulutnya dengan tangan kirinya, dan memukul tangan tono dengan tangan kanan nya, tono nampak tertawa bahagia. Ngilu rasanya membayangkan kontol sebesar itu masuk kedalam memek.

Setelahnya tono mulai memajukan lagi kontolnya, bu esti mendongak, masih menutup mulutnya dengan tangan kirinya, dan meremas tangan kiri tono dengan tangan kanannya. Aku bingung, bu esti keenakan atau kesakitan. tubuhnya lebih kecil dari nur walaupun lebih tinggi, kemungkinan memeknya juga tidak akan lebih besar dari nur. sedang torpedo tono super besar, aku yakin kalo nur lihat punyaku seperti tono, dia akan lari kabur histeris sebelum aku menyentuhnya.

Kini tono dengan pelan memasuk keluarkan kontolnya, bu esti mulai membuka penutup mulutnya, nampak muka tegang bu esti. tono menaikkan kedua kaki bu esti ke pundaknya, kontolnya masih keluar masuk dengan pelan.
terlihatlah kontol tono keluar masuk vagian bu esti, tak semua bisa masuk, pangkal paha bu esti dan tono tak bisa bertemu, terlihat ada sebagian batang tono yang masih diluar ketila tono memasukkan paling dalam.

Bu esti nampak keenakan, kembali diremasnya susu kecilnya, dipelintirnya sendiri putingnya, sedang tono lebih suka meremas pantat bu esti, mungkin pantatnya dibayangkan seperti susu saja.
Bu esti nampak sedang mendesah, begitu juga tono, keduanya menikmati persetubuhan illegal ini. Akupun ikut menikmati walau hanya melihat saja.

Tak lama persetubuhan itu terjadi, bu esti menegang hebat, matanya terbelalak, diremasnya kedua tangan tono, pahanya menjepit leher tono, tono nampak kesusahan dengan perlakuan bu esti, namun dia tidak berhenti menyodok memek ibu anak dua itu.

Bu esti nampak mencapai puncaknya, dia orgasme kembali, tono membiarkan pasangan mesumnya menikmati orgasmenya, kemudian dia mencabut penis besarnya dari memek bu esti.

Masih terlihat loyo, tono membalik tubuh bu esti, di tunggingkannya pantatnya, tono sedikit bangkit, diarahkan kembali penisnya ke memek bu esti dari belakang.

Sekali hentak dia memasukkan penisnya ke vagina yang baru saja orgasme, masih tetap tidak bisa masuk semua kulihat. Bu esti hanya pasrah vaginanya ditusuk kontol tono, kini ritme tusukannya lebih kencang, bu esti sampai terlontar kedepan, kadang kejedot sandaran tangan kursi.

Tono sepertinya lebih bisa menikmati memek bu esti dalam posisi doggy, bu esti pun walau harus nungging sambil ngangkang terlihat sangat terpuaskan. Tak lama dalam posisi ini tono seperti mempercepat tusukannya, sangat cepat, bu esri sampai mendesah keras, sayup aku bisa mendengar desahan mereka. Tono pun tak kuasa menahan kenikmatan memek bu esti, ditusukkannya paling dalam yang bisa dia lakukan, tono orgasme, disemburkannya pejuhnya didalam memek bu esti.

Tono mencopot penisnya, bu esti ambruk diatas kursi panjang. tono yang sudah dipuaskan duduk bersandar kontolnyanmasih tegak menjulang dan berkedut. Dengan sisa tenaga bu esti bangkit, dan berpindah, kini dia berbaring dipangkuan tono, disamping penis perkasanya. sekali dia kecup batang penis tono yang masih basah, mereka bercanda kembali, saling mengusap, saling mencubit, beberapa kali tono merunduk untuk mengecup bibir bu esti, obrolan ringan mereka lakukan, entah apa yang mereka bicarakan.

Terdengar caca menangis, membuyarkan kenikmatan yang kulihat dari aktifitas tetanggaku, terdengar langkah nur kecil, caca berhenti menangis.

Aku matikan rekamanku, dan segera turun kebawah, ingin kuperlihatkan vidio tadi ke nur, mungkin dia akan terkaget sepertiku. bu esti baru saja dipakai anaknya sendiri dan adik sepupu suaminya. dan nur pasti terkaget melihat kontol segede itu.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd