Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ida : Perselingkuhan dengan Partner Kerja yang STW

Sebelumnya.. Setelah bbrapa hari lalu kembali coba akses cerita ini dan liat tiba2 udah sampai page 19 aja, TS spontan ngerasa bersalah luar biasa. Sekiranya TS punya waktu lebih banyak buat diem2 gerilya ngebuka situs ini di balik kehidupan rumah tangga, TS tulus mau balesin satu persatu komen suhu2 sekalian dgn permintaan maaf krn udah bersedia menunggu tp dikecewakan 🙏🏻🙏🏻

TS belakangan sdg disibukkan dgn agenda kerja yg harusin TS mondar mandir lintas kota, ditambah sempat terjerat isolasi yg ngebatesin kondisi TS buat berkarya. Sukurnya skrg TS bisa balik lagi dan semoga bisa kembali berbagi lagi ke suhu2 sekalian. Salam 🙏🏻
 
Terakhir diubah:
PART V
------------

Bu Ida yg mulai tau titik sensitif gw mulai bergantian menciumi puting sebelah gw, namun tetap memainkan jari2nya di puting gw lainnya. Gw cuma bisa pasrah lemas diperlakukan begitu, membiarkan saja Bu Ida bermain di dada gw agar gw bisa benar2 menikmati sensasi itu lebih lama.
"Oughh Paakk.. Sshhh Paaak.. Slrrppp iyyaaa aahhh sayang..", desah Bu Ida ketika refleks gw menggerakkan pinggang gw, membiarkan kontol gw yg makin mengeras menggesek2 tubuhnya.
Bu Ida lalu tampak coba merayap lebih jauh ke bawah, namun dengan segera gw tahan kedua lengannya. Dengan kedua telapak tangan gw yg dijepit ketiaknya, gw tarik tubuh Bu Ida kembali ke atas dan dia pun pasrah melemaskan tubuhnya. Sampai posisi kedua wajah kami kembali berhadapan dan langsung gw ciumi lagi bibirnya dengan rakus.
"Sslrrp cup.. Mwaah aachh mwwach mwach..", suara bibir kami saling membasahi, diiringi tangan gw yg coba merayapi punggung Bu Ida sampai ke pinggang celana legging nya yg terasa lembab, turun terus hingga mendarat di sepasang pantatnya yg padat menungging. Dengan gemas kedua telapak tangan gw meremas kuat pantat Bu Ida sambil menekan selangkangan nya lebih rapat ke tonjolan kontol gw.
"Hmpphh.. Hmmmphh aaachh.. Sshhh hmpff Paak.. Ouch.. Ouchh..", ciuman bibir Bu Ida semakin ga beraturan menahan bibir gw yg semakin bernafsu juga karena merasakan sensasi betapa padat dan kencang nya pantat Bu Ida. Dari pantat, tangan gw kembali naik ke punggung Bu Ida dan mulai masuk ke dalam bra sport nya.
"Sshhh Bu.. Kemari sayang..", bisik gw sambil menarik lebih tinggi badannya, seolah paham Bu Ida pun pasrah mengarahkan dada nya tepat di atas wajah gw.
"Cupp.. Cupp.. Cupp..", beberapa ciuman bibir gw mendarat di kulit dada lembab Bu Ida, sambil lalu tangan gw menelusup masuk ke depan sampai menemukan tetek nya yg masih tertutup cup BH. Gw tarik ke atas bra sport abu2 nya sampai sebatas leher, tampak jelas di hadapan wajah gw sekarang sepasang tetek bulat dan padat yg hanya sebagian tertutup cup BH tanpa tali berwarna biru muda itu. BH bermotif kembang ciri khas wanita seumurannya yg sangat kontras mencolok dibandingkan teteknya yg coklat kegelapan.

Langsung gw raih sebelah cup BH nya, gw tarik cepat ke bawah sampai mencuat keluar tetek berukuran sekitar 34C yg meski agak kendur namun ternyata justru lebih menggairahkan dari dada wanita biasanya. Tetek yg Bu Ida biarkan terbuka menjuntai di depan wajah gw, dengan puting hitamnya yg lembek berkerut tanpa tanda2 menegang sama sekali.
"Sshhh sayang, nafsuin banget tetek kamu ini.. Slrrpp cupp cupp cupp slrrpp aachh sayang.. Mwwach slrrpp", langsung gw sambar cepat puting itu ke dalam mulut gw, bibir dan lidah gw refleks beraksi cepat menikmati tonjolan puting itu.
"Ooouch sayaang, hhahh hhah hhaa aachh ennnak trusin sayaang aaagh", pekik Bu Ida sambil semakin menyodorkan tetek nya semakin menempel ke wajah gw. Barulah ga lama gw bisa rasain puting Bu Ida semakin keras dan merekah di dalam mulut gw, dengan gemas gw pun langsung mengulumnya bertubi2 sambil sesekali gw hisap kencang. Gw jepit puting Bu Ida dengan bibir gw, gw tarik ke bawah sampai lepas dari mulut gw, lalu tanpa ampun tetap gw mainkan dengan jilatan2 lidah gw di ujung putingnya.
"Pppaaak terus Paaak.. Aaargh lidah kamu nakal banget sayang aaach aach", desaham Bu Ida semakin menjadi2 sambil tangannya menahan kepala gw yg berusaha tetap terangkat agar terus menempel di dadanya.

Bergantian lalu tetek Bu Ida lainnya yg gw lahap, setelah cup BH nya terbuka full ke bawah sampai sepasang tetek kendur itu menggantung pasrah di hadapan gw.
"Slrrp slrrp aachh mmwwhh mwwh", ga berhenti gw emut dan hisap kedua puting Bu Ida. Kali ini sambil kedua tangan gw kembali turun ke pantat Bu Ida, sesaat gw elus2 dulu dari luar legging nya yg lembab itu, lalu seketika kedua telapak tangan gw masuk ke dalam legging nya sampai bisa gw rasakan langsung pantat Bu Ida yg masih terbungkus celana dalam itu di telapak tangan gw. Karet pinggang legging Bu Ida pun turut melorot sampai ke bawah pantatnya saking terlalu ketat untuk menutupi sepasang pantat padat itu. Dengan gemas gw cengkeram kedua pantat Bu Ida yg masih kencang itu lalu meremas2 nya kasar. Bahkan saking ga tahannya gw tarik celana dalam itu dari bawah sampai terasa kulit pantat Bu Ida yg ga terlalu mulus itu tersentuh langsung sampai ke belahan pantatnya. Gw gosok2 kan tangan gw di dalam belahan pantat Bu Ida, membiarkan tangan gw dijepit pantatnya yg masih terasa agak berkeringat itu.

Ga lama kemudian setelah ciuman demi ciuman gw di dadanya mulai melambat, tampak Bu Ida kembali berinisiatif bergerak turun. Sebelum posisi Bu Ida semakin merambat turun, dengan segera tangan gw melepas kancing BH di punggungnya sampai terlepas lah BH biru muda itu meninggalkan bra sport Bu Ida yg masih mengganjal di dadanya. Ternyata dengan sigap Bu Ida justru melepas sendiri bra sport nya ke atas sampai kini dia benar2 bertelanjang dada dengan sepasang tetek nya yg dibiarkan terbuka bebas begitu saja. Ga sampai situ, mungkin karena kurang nyaman dengan legging yg menyangkut di pahanya, Bu Ida pun lalu mencoba melepas dengan cepat legging nya sampai lolos di bawah kakinya. Gw hanya pasrah terdiam memandangi Bu Ida yg tiba2 sudah telanjang dengan celana dalam biru muda bermotif renda dan kembang juga tersisa di selangkangan nya.

"Hmmm.. Cantik banget kamu Bu..", goda gw sambil tersenyum menatapi Bu Ida yg kini menungging dengan wajah tepat di atas pinggang gw.
"Halah cantik apanya, berantakan gini dibuat kamu..", sahut Bu Ida dengan tersenyum balik dan tangannya yg tiba2 sudah mendarat di tonjolan kontol gw. Dengan sengaja diusap2nya kontol gw dari luar celana jeans yg gw pakai.
"Justru makin cantik kalau begini kamu Bu.. Ssshh", jawab gw lagi namun tertahan ketika usapan2 Bu Ida mulai lebih kuat bahkan seperti meremas2 kontol gw.
"Hmmmm..", tanpa kata apa2 Bu Ida kembali memalingkan wajahnya dan kini menatapi selangkangan gw. Dengan tangkas nya jari2 tangan Bu Ida berhasil membuka kancing dan resleting celana gw, disertai telapak tangannya yg langsung menelusup masuk dan menggenggam batang kontol gw yg masih tertutup celana dalam.
"Sshhh kamu udah keras banget gini Pak, ughh serius ahh kok keras banget sih sayang..", bisik Bu Ida yg semakin kuat juga menggenggam kontol gw. Seolah penasaran dan kurang leluasa, Bu Ida menarik keluar tangannya dan langsung menarik celana jeans gw terlepas sampai bawah. Gw pun cuma bisa pasrah membiarkan Bu Ida menelanjangi gw yg kini cuma menggunakan celana dalam, itu pun ga lama karena kembali tangan Bu Ida meraih celana dalam gw dan menariknya turun sampai ke lutut gw dengan cepat.
"Sshh sayaang..", sahut gw pasrah ga bisa berkata apa2 ketika selangkangan gw kini terbuka bebas di hadapan Bu Ida.
"Hmmm iya sayaang..", jawab Bu Ida yg tau2 langsung kembali menyentuh kontol gw. Dimulai dengan elusan dari pinggang gw lalu turun ke bawah, dengan sengaja membiarkan telapak tangannya terjepit di antara batang kontol dan bulu2 jembut gw. Lalu digenggam nya batang kontol gw yg tadinya dalam posisi di atas perut kini mengacung ke atas, dikocoknya perlahan dengan lembut sekujur kontol gw sampai jari2 nya juga menyentuh biji gw yg semakin ikut mengeras itu.

"Slrrpp.. Slrrrrp.. Slrrp slrrp slrrp..", Bu Ida mengawali permainan mulut nya di kontol gw dengan beberapa jilatan lidahnya. Dengan seksama gw ngeliat lidah Bu Ida menjulur keluar membasahi batang kontol gw dari pangkal hingga ke ujungnya, sambil tetap digenggamnya supaya kontol gw tetap dalam posisi tegak berdiri.
"Cupp sshhh cupp cupp.. Glukk.. Glukk glukk glukk glukk.. Sshhh", dengan sebuah ciuman di kepala kontol gw Bu Ida seolah mencicipi kembali rasa batang kejantanan gw, lalu setelahnya dengan mulus kontol gw sudah menelusup masuk ke dalam mulutnya.
"Hmmpphh.. Mmhhh.. Mmmhh.. Glukk glukk glukkk sshhh Paaak.. Glull glukk", semakin cepat kuluman bibir Bu Ida sampai kontol gw semakin mengeras dengan ujungnya yg mulai menyodok dinding2 mulut Bu Ida sedalam2nya.
"Aaarrghh sayang.. Ssshhh nikmat banget Bu.. Iyaah sshh iyahh terusin Bu..", desah gw mulai ga tertahan menikmati rasa geli di kontol gw. Tangan gw yg ga mau tinggal diam coba merapikan rambut Bu Ida yg sedikit terurai berantakan menutupi wajahnya, sampai lalu tampak wajah Bu Ida yg terpejam seperti sedang menikmati betul kuluman2 nya yg semakin rakus itu.

“Mmhhh.. Mmhhh.. Mmmmpph ssshhh haahh.. Ssshh ouugh Paak ssshhh.. Glukk gluuk slrrrp gluuk glukk”, racau Bu Ida saat tangan gw yg menggenggam rambut panjangnya mulai refleks menekan lebih turun kepalanya disusul gerakan pinggang gw yg mulai naik turun mendorong2 kontol gw keluar masuk di dalam mulut Bu Ida.
“Ssshhh terus sayang.. Terus.. Terusss aaachh”, desah gw makin kencang ngerasain bibir Bu Ida menyambut genjotan kontol gw di bibirnya.
“Hmmmphh.. Mmmpph.. Gluukk gluuk gluuk gluuk...”, hanya terdengar suara pasrah kerongkongan Bu Ida yg tersodok2 kontol gw dengan ekspresi matanya yg menatap sayu ke gw seolah memohon ampun, tapi bahasa tubuhnya tampak berlawanan. Sambil gw entot mulutnya, gw dengan jelas bisa ngeliat punggung hingga sepasang bongkahan pantat Bu Ida yg menungging mantap di antara kaki gw. Begitu tingginya pantat itu menungging ke atas sampai tampak celana dalam biru muda Bu Ida tertarik semakin ketat dan terjepit di antara sepasang pantatnya. Merasa Bu Ida begitu doyannya mengulum kontol gw habis2an, setelah beberapa saat gw bangkit duduk dan menarik kembali lengan Bu Ida ke atas.
“Ughh sini sayang.. Gantian biar aku aja yang di atas”, perintah gw kemudian sambil menarik tubuh Bu Ida dan menjatuhkannya hingga terbaring di atas bantal, dengan sedikit terduduk bersandar di dipan. Bu Ida pun hanya pasrah sambil merapikan susunan bantal di bawah punggungnya lalu mengusap2 bibirnya yg basah berlepotan liurnya sendiri.

Luar biasa pemandangan gw saat itu, sosok Bu Ida yg biasa gw jumpai berpakaian rapi di luar namun kali ini terlentang pasrah telanjang memamerkan tubuh mulusnya yg kecoklatan. Dengan sepasang tetek kendurnya yg sedikit menjuntai ke samping beserta putingnya yg kehitaman, lalu celana dalam yg mulai sedikit melorot ke bawah pinggang sampai menunjukkan garis2 stretch-mark bekas kehamilan di sekujur bawah perutnya, ditambah wajah Bu Ida yg hitam manis dengan make-up nya yg mulai terhapus sehingga menambah natural wajah wanita separuh baya nya, sungguh semakin membuat nafsu di sekujur tubuh gw ga mampu lagi gw tahan lebih lama.
“Hmmphh cupp.. Cupp cup mwwwah cup mwwh mwah mwah”, gw pun langsung menunduk di hadapan wajah Bu Ida lalu menciumi bibirnya dengan penuh nafsu. Bu Ida menyambut tubuh gw dengan cepat, dipeluknya leher gw sambil dengan cepat tangannya bereaksi melepas kemeja gw, disusul kemudian tangannya meraba punggung gw dan mengangkat lepas baju kaos yg tersisa satu2nya di tubuh gw. Lega rasanya bisa membiarkan tubuh gw akhirnya telanjang di atas Bu Ida, menempel dan bergesekan langsung dengan kulit mulus tubuhnya.
“Sshhh ayo sayang.. Sini puasin aku lagi..”, perintah gw sambil lalu bangkit berlutut di atas ranjang, namun dengan posisi mengangkangi dada Bu Ida dan perlahan maju semakin naik mendekati wajahnya. Dengan posisi kontol yg mengeras dan tegak menunjuk2 di hadapan wajahnya, Bu Ida pun paham dengan kemauan gw dan langsung kedua tangannya dengan sigap memegang paha gw. Bu Ida mendorong selangkangan gw lebih dekat ke kepalanya, sampai batang kontol gw tepat berada di bibirnya dan langsung dicium serta dimasukkannya ke dalam mulut.
”Aaarrgh sayaang.. Nikmat banget aaargh.. Iyaah isep terus sayang.. Isepin terus hhaaah”, desah gw sambil menatapi dengan jelas selangkangan gw yg menempel rapat di wajah Bu Ida.
“Mmmphh mmmphh mmmphh.. Gluuk gluukk.. Mmmph argghhh mpphh”, mulut Bu Ida disibukkan dengan sodokan demi sodokan kontol gw. Benar seperti budak seks gw, wajah Bu Ida pasrah diapit selangkangan gw yg sekujur bibirnya tertutup bulu2 jembut gw yg lebat. Sepasang bibir Bu Ida pun pasrah tertarik dan terdorong masuk berkali2 seiring gesekan urat2 batang kontol gw. Segitu belum terpuaskannya gw sampai2 agar lebih leluasa sebelah kaki gw sengaja gw biarkan jatuh ke samping ranjang dan menapak di lantai, dengan sebelah tangan menggenggam rambut Bu Ida kembali lalu gw sodok lebih bernafsu kontol gw ke wajah Bu Ida. Benar2 seperti sedang coba menyetubuhi mulut Bu Ida yg sama sensasi nikmat dan basahnya seperti menyetubuhi liang memek itu.

Tiba2 di tengah pergelutan kami dan suara2 desahan yg semakin kencang itu, gw dikagetkan dengan bunyi getar2 dari atas meja nakas di samping ranjang, tepatnya dari balik tas kecil gw. Jelas itu bunyi getar dari hape gw, yg awalnya gw diemin aja karena ga mau terganggu namun lama2 getarannya ga berhenti juga. Mulai lah konsentrasi gw buyar dan panik, pasti itu panggilan telepon dan kemungkinan dari pacar gw. Sesaat gw masih menatapi saja tas kecil gw itu dan perlahan suara desahan gw pun hilang menyisakan pinggang gw yg masih aktif bergerak maju mundur di atas tubuh Bu Ida.
”Hmmm.. Sshhh kenapa Pak? Suara telepon di hape kamu yah?”, tanya Bu Ida yg lalu melepas kulumannya sambil hanya menggenggam dan mengocok pelan kontol gw di atas dadanya.
“Eh.. Iya kayanya Bu..”, jawab gw singkat.
“Yaudah sana mau dijawab dulu ngga apa Pak”, kata Bu Ida sambil lalu menghentikan kocokan tangannya.
“Iya deh Bu.. Bentar sy cek..”, jawab gw sambil mengambil hape gw dari dalam tas, namun panggilan itu terlanjur berakhir. Benar saja ternyata itu panggilan dari pacar gw yg kemungkinan baru landing dari penerbangannya. Yg bikin lebih panik ternyata bukan sekedar telepon biasa melainkan video call, tumben2an pikir gw karena jarang banget pacar gw ajak video call apalagi kalau hanya mau mengabari soal landing doang.
“Bu.. Bentar saya mau bales telepon dulu yah. Hmm di luar aja deh..”, sahut gw minta ijin ke Bu Ida sambil seketika bangkit berdiri dan sibuk mencari baju atau celana. Gw berniat membalas video call pacar gw agar dia ga semakin curiga, namun juga ga mungkin membalas video call nya dari dalam kamar. Belum lagi ntah kenapa gw ga enak hati membiarkan Bu Ida tau gw mau menelpon pacar gw sendiri, seperti mau menjaga perasaan Bu Ida juga meskipun hanya sebatas selingkuhan gw saat itu.
“Iya ngga apa Pak, saya juga mau ke kamar mandi dulu”, jawab Bu Ida yg juga bangkit duduk dan dengan santainya berjalan telanjang melenggak-lenggok kan pantatnya yg masih tertutup celana dalam di hadapan gw menuju ke kamar mandi. Gw sendiri akhirnya memutuskan menutupi pinggang dan kaki gw dengan sebuah handuk saja dan kemeja yg dikancing sebagian di badan, lalu nekat keluar pintu kamar berharap ga ada orang yg ngeliat gw.

“Iya sayang, halo.. Sorry tadi ga kedengeran, hape nya di dalam tas”, kata gw ketika coba menghubungi pacar gw melalui video call dan langsung dijawab olehnya.
“Iya, halo.. Iya ini aku tadi udah landing, lagi nunggu koper aja ini. Kamu di mana sih emangnya?”, tanya pacar gw dengan mimik muka penasaran.
“Aku di… Kantor aja kok ini sayang, baru banget sampe”, jawab gw yg sengaja mencari background dinding polos dan berwarna netral supaya ga ketara sedang di hotel. Deg2an juga kalau sampai pacar gw lebih penasaran dan minta ditunjukin suasana di sekeliling gw, untungnya ga sampai situ ternyata.
“Loh kok ke kantor? Katanya kamu mau bolos aja hari ini karena mau anter aku ke bandara!?”, tanya pacar gw lagi.
“Cuma bentar kok ini, ada dokumen yg perlu aku ambil aja buat dikerjain di rumah”, jawab gw mengarang alasan.
“Kamu langsung ke hotel atau mau makan dulu ‘yang?”, lanjut gw mengalihkan topik.
“Makan dulu paling sama orang2 cabang sini yg ngejemput itu. Yaudah aku kabarin lagi nanti ya, ini kopernya udah mau sampai. Bye sayang!”, jawab pacar gw sekaligus pamit.
“Bye juga sayang”, jawab gw menyudahi video call dengan perasaan luar biasa lega. Untung lah pacar gw sepertinya ga curiga sama sekali.

Sekitar 2 menit gw di luar kamar, setelah video call berakhir gw pun langsung masuk kembali ke kamar dan mendapati Bu Ida belum kembali dari kamar mandi. Setelah membuka kembali baju kemeja dan menyisakan handuk yg melilit pinggang gw, dengan penasaran gw coba buka pintu kamar mandi namun terkunci dari dalam.
“Ya? Kenapa Pak”, suara Bu Ida dari dalam kamar mandi.
“Oh ga kenapa2 Bu. Kamu lagi apa? Belum selesai?”, tanya gw.
“Udah kok, lagi nunggu kamu aja. Bentar..”, jawab Bu Ida diikuti suara flush closet setelahnya.
Gw pun berdiri menunggu sambil menonton TV, ga lama suara pintu kamar mandi terbuka dan Bu Ida muncul ke luar dengan sebuah handuk kecil menutupi dada sampai setengah pahanya.

"Sudah teleponan nya? Dicariin ya Pak?", tanya Bu Ida sambil satu tangan menahan gulungan handuk di dadanya.
"Ah ngga kok Bu, biasa orang kantor", jawab gw ngeles, dengan kontol gw yg kembali berontak di balik handuk melihat penampilan seksi Bu Ida.
"Orang kantor atau orang kantor hayo ngakuu.. hihihi", ledek Bu Ida dengan wajah manisnya.
"Hehehe kamu yaa tau aja..", sahut gw sambil berjalan mendekati Bu Ida.
"Ngga apa biasa aja kali Pak sama saya.. Lagian kan saya yang diumpetin, bukan saya yg ngumpetin Pak Deden, hihihi", ledek Bu Ida lagi yg malah berpaling lalu melangkah ke sisi ranjang, namun dengan cepat gw gapai tangannya sambil menarik tubuhnya pelan merapat ke tubuh gw.
"Ohh ngerasa yahh diumpetin sama saya..", goda gw berbisik di sisi kepala Bu Ida yg posisi tubuhnya sudah bersandar rapat di dada gw, disusul sebuah kecupan lembut bibir gw di pundak mulusnya, " Cupp!"
"Ahhh.. Sshh Paak.. Cupp.. Cupp..", desah Bu Ida dengan ekspresinya yg berubah begitu saja, disusul bibirnya yg balas nyiumin wajah gw dengan matanya yg terpejam.
"Cupp.. Cupp.. Mwwahh.. Ga apa yahh sembunyi2an berdua saya gini Bu", bisik gw lagi di telinga Bu Ida sambil terus memancing nafsunya dengan ciuman2 gw di sekujur pundak sampai leher dan tengkuknya.
"Iya Pak aaach.. Aahh.... Haaahh", desah Bu Ida lagi sambil mengangguk pelan.

Ketika kedua tangan gw mulai meluk perut Bu Ida, kedua tangannya pun turun dari dada lalu memegangi tangan gw tanpa berusaha menahan gulungan handuk di dadanya lagi. Sambil bibir gw masih sibuk nyiumin leher Bu Ida, tangan kanannya balik gw pegang dan gw angkat tinggi ke atas sampai ke belakang kepala gw. Bu Ida pun hanya pasrah seolah patuh saja memegangi kepala gw bahkan menekan semakin rapat ke pundaknya. Gw raba lembut tangannya, menjalar turun ke lengan atasnya yg terangkat itu, terus turun sampai tersentuh lipetan2 kasar ketiak kanannya yg terbuka tanpa sehelai pun bulu itu.
"Ouggh sayang.. Cupp.. Slrrpp.. Sshhh beneran nafsu sama tubuh kamu..", rayu gw sambil mulai menciumi dan menjilati bawah telinga Bu Ida.
"Mmmhhh.. Paak.. Mmmhhh mwwah mwwah slrrpp slrrp mmmphh", Bu Ida langsung membalas rayuan gw dengan memandang gw sampai kami berhadap2an, dengan cepat ditariknya mendekat wajah gw lalu diciuminya bibir gw dengan penuh nafsu.
Tangan kanan gw kini leluasa tanpa ditahan meraba pinggang lebar Bu Ida yg masih tertutup handuk, sambil terus merayap turun ke pangkal pahanya yg padat, lalu berujung di bagian bawah handuknya yg hanya menutupi setengah paha itu. Tiba2 saja tangan gw sudah masuk ke balik handuk Bu Ida dan bisa gw rasain langsung kulit paha Bu Ida di ujung2 jari gw. Paha mulus yg terasa masih dingin karena baru dibasuh air sepertinya saat Bu Ida buang air di kamar mandi tadi, menambah sensasi penasaran gw untuk menyentuhnya lebih jauh sampai ke pangkal selangkangannya.

“Sshhh Paak aaacchh..”, sesaat ciuman bibir Bu Ida terhenti karena ga kuasa menahan desahannya akibat usapan tangan gw di balik handuknya semakin mendekat ke memeknya. Seketika telapak tangan gw pun benar2 sudah menyentuh pinggiran bawah celana dalam Bu Ida, menemukan jahitan motif kembang2 celana dalam tadi yg terjepit diantara paha dan memek tebal Bu Ida. Gw gesek2 sesaat jari gw di lipatan paha itu, dengan sudah terbayang2 seperti apa aroma selangkangan Bu Ida di bawah sana, lalu langsung gw dorong masuk telapak tangan gw menembus lubang celana dalam Bu Ida itu.

(BERSAMBUNG KE : PART VI)
 
Terakhir diubah:
PART VI
-------------

“Ugggh.. Udah basah gini vagina kamu Bu..”, bisik gw disusul desahan bibir Bu Ida, ketika telapak tangan gw mendarat tepat di belahan memeknya yg tembem itu. Terasa pula gesekan2 bulu jembut Bu Ida yg sedikit lebat menutupi sebagian memeknya, dan semakin menempel erat di tangan gw karena tertahan celana dalamnya yg lumayan ketat itu.
“Aacch Paak.. Aaah aaahh aaachh iyaah Paak.. Gelii sshhhh.. Pelan pelan Paak”, racau Bu Ida diiringi pinggangnya yg mulai bergerak ga beraturan saat tangan gw mengusap2 memeknya dengan kencang, bahkan sambil jari tengah gw menggesek2 belahan memeknya dengan sedikit kasar saking gemasnya ngerasain memeknya yg semakin basah itu.

“Ssshhh mmpphh slrrpp mwwahh mwah mwah slrrp aaahh nafsuin banget kamu sayaang..”, balas gw sambil melumat bibir Bu Ida menahan desahannya, dengan gemasnya juga ujung jari gw mulai menusuk dan mengorek2 langsung lubang dan klitoris Bu Ida. Tangan kiri gw pun ga tinggal diam dan ikut menelusup masuk ke balik handuk Bu Ida, mencari bongkahan teteknya yg dari tadi sudah mengintip2 di balik gulungan handuknya. Setelah dapat langsung gw remas tetek kiri Bu Ida, dengan sengaja gw remas ga beraturan sekujur teteknya agar gulungan handuknya perlahan lepas. Dan ga butuh waktu lama handuk Bu Ida pun terlepas jatuh ke lantai, meninggalkan tubuh Bu Ida yg telanjang itu terpampang bebas di dalam pelukan gw. Selama beberapa saat gw bertahan di posisi ini saking nikmatnya mendengar desahan dan gesekan demi gesekan tubuh Bu Ida yg selama ini gw idam2kan itu.

“Paakk.. Sshhh aaahh.. Sshhh hhhaah.. Ga tahan Paak.. Gaa tahaan..”, desah Bu Ida lagi yg sepertinya makin kesulitan menahan gejolak birahinya, terasa tubuhnya semakin menegang dengan tangannya yg tiba2 mencengkeram kuat rambut gw. Kedua pahanya pun seperti diapit rapat menjepit tangan gw yg masih menikmati memeknya.
“Mmmppphh.. Ga tahan ga gak aaahhh.. Ga tahaann Paak.. Auuch Pak Pak Pak Ppp.. PPAAAAKKK!!..”, dengan cepat tiba2 tangan Bu Ida menarik kuat tangan gw dari selangkangannya, dan tangan kanannya menarik rapat kepala gw ke pundaknya sampai terasa wajah Bu Ida menempel di telinga gw dengan suara nafasnya yg begitu memburu. Ga sempat gw rasain langsung seberapa banjir memek Bu Ida karena tangan gw yg tiba2 ditarik begitu, namun gw tau Bu Ida sudah mencapai klimaksnya. Dari reaksinya itu pasti lah tubuh Bu Ida sedang mengalami kontraksi hebat sampai2 ga mau disentuh seperti apapun juga, justru tangan gw yg dicengkeramnya kuat di atas pinggangnya yg bergetar2 karena ga kuasa menahan ledakan birahinya.

"Aakh.... Aa.. Aa.. Aa.. Aaakkh hhaah hhaah hhaah.. Aa.. Aaaahh..", desah Bu Ida yg terbata2 mengikuti getaran pinggang, paha, dan pantatnya.
"Jjjangan Pak.. Aaakhh.. Paak.. Sshhh.. Jangan dulu aa.. Aaww Paak.. Paak..", lanjut suara Bu Ida lagi ketika sesekali dengan iseng gw dorong kontol gw menyenggol belahan pantatnya dari belakang.
Baru lah ketika cengkeraman tangan Bu Ida di rambut gw mulai mengendur akhirnya gw bisa leluasa mengangkat kepala gw dan langsung menarik dagunya menghadap ke wajah gw. Dengan lembut dan mesra gw ciumi bibir Bu Ida, disambut lihai nya bibir Bu Ida membalas ciuman2 gw di tengah nafasnya yg belum teratur itu.

"Uuughh Paaak.. Tangan nya itu lohh ssshh..", desah Bu Ida ketika tangan gw kembali turun meraba memeknya yg lembab itu, yg ternyata sudah lebih basah saat gw coba menjepitkan jari gw di dalam belahan memeknya. Aroma nafas Bu Ida di hidung gw dan tatapan matanya yg tepat berada di depan wajah gw menambah nafsu gw untuk semakin gemas mengorek2 belahan memek basahnya itu.
"Kamu sih cepet banget udah basah aja..", ledek gw sambil tersenyum genit ke Bu Ida.
"Iiih Bapak ahh.. Malu kan saya duhh..", jawab Bu Ida sambil memelas.
"Ga apa kok Bu.. Saya makin suka malah kalau dapet yg basah2 gini", lanjut gw lagi menggoda Bu Ida, disusul kemudian gw ciumi lagi bibir Bu Ida sambil perlahan gw balik tubuhnya menghadap gw. Sambil terus gw ciumi, tangan gw mulai meraba punggung Bu Ida sambil perlahan naik ke lengannya, lalu perlahan gw dorong tubuh Bu Ida sampai terduduk di tepi ranjang.

Ketika gw hendak mendorong tubuh Bu Ida lebih jauh lagi, justru berbalik tangan Bu Ida mendorong tubuh gw sampai ciuman bibir kami terlepas. Dalam posisi duduknya Bu Ida dengan cepat mencari gulungan handuk gw dan seketika dilepasnya begitu saja sampai handuk gw jatuh ke lantai, meninggalkan selangkangan dan kaki gw telanjang dengan kontol yg mengacung tegak tepat ke wajah Bu Ida.
"Hmmm.. Kok gede banget gini sih Paak.. Sshhh.. Hmm? Slrrrp.. Sshh aacchh.. Glukk glukk glukk glukk sshhh..", diawali dengan kocokan pelan tangannya di batang kontol gw, sekejap bibir dan mulut Bu Ida sudah mulai melumat kontol gw kembali. Sambil memegangi pangkal kontol gw, kepala Bu Ida maju mundur mengikuti gesekan2 bibirnya di sekujur batang kontol gw.
"Ooough Buuu.. Iyyaah terus Bu.. Terusss sayyaang aaacch", gw pun ga kuasa menahan desahan gw sambil refleks mendorong maju mundur pinggang gw dengan cepat, mengalahkan tempo gerakan kepala Bu Ida sampai2 kedua tangannya kini memegangi pinggang gw dan dengan pasrah membiarkan kontol gw berbalik mengentot bibir basahnya.

"Glukk glukk glukk glukk glukk..", hanya suara itu yg terdengar dr mulut Bu Ida. Sambil menikmati mulut Bu Ida, gw coba membuka kemeja gw sambil tubuh gw kembali full telanjang. Lalu setelah itu gw rapikan rambut Bu Ida ke belakang kepalanya, gw jambak dengan kuat sambil gw dorong maju kepalanya diikuti kontol gw yg juga menusuk semakin maju. Gw tahan kepala Bu Ida menempel di pangkal kontol gw sambil hgw dorong sedalam2 nya ujung kontol gw di dalam mulutnya.
"Mmmphh.. Kkhaak.. Kkhhak.. Arrgghh.. Mmmpphh..", terdengar suara tersedak dari kerongkongan Bu Ida yg gw paksa menerima hujaman kontol gw menembus mulut dan lidahnya itu. Kedua tangannya pun dengan kuat mencengkeram paha gw.
"Uggghh ayoo Buu.. Puasin kontol ku sshhh.. Puasin sini aaaach", dengan geram dan gemasnya gw tahan sambil sesekali gw goyang2kan kepala Bu Ida di kontol gw.
"Mmmphh Paak.. Aaakkhh.. Khhak.. Aakhh Paak..", suara Bu Ida ketika coba melepaskan kontol gw dari mulutnya. Tepat di hadapan batang kontol gw yg basah, tampak di sisi2 bibir Bu Ida liurnya juga menetes turun akibat desakan paksa kontol gw tadi.

"Ssshhh.. Ssshhh.. Paaak.. Ssshhh..", desah Bu Ida yg dengan nafsunya kembali mengocok cepat kontol gw dengan tangannya, sambil memandangi kepala kontol gw yg semakin membengkak di hadapannya.
"Aaachh terus sayang.. Enak banget aachh.. Udah ga tahan mau dimasukin ini..", desah gw menikmati kocokan Bu Ida.
"Iyaa Paak.. Sshhh iyaa.. Ugghh", jawab Bu Ida lanjut mengocok sambil menarik kontol gw, dan perlahan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tubuh gw pun pasrah mengikuti sambil mulai menaikkan lutut gw ke atas ranjang, lalu mengambil posisi menungging di atas tubuh Bu Ida yg terlentang.

Gw tarik kontol gw sampai terlepas dari tangan Bu Ida, lalu gw mulai mendorong paha2 Bu Ida agar terbuka lebar mengangkangi pinggang gw.
"Sshhh sayang.. Udah ga tahan juga kamu yahh", goda gw dari atas tubuh Bu Ida sambil memasukkan tangan gw lagi ke balik celana dalam Bu Ida dan meraba2 memek basahnya.
"Aaaahh Pakk.. Paak.. Aaahhh", jawab Bu Ida sambil mulai merangkul pinggang gw.
Tanpa melepas celana dalam Bu Ida, dengan hanya menarik ke samping lubang celana dalamnya itu sampai memeknya terbuka, Bu Ida pun berinisiatif menggenggam kontol gw lalu ditariknya kembali mendekat ke selangakangannya.
"Aachh..", desah Bu Ida singkat ketika kepala kontol gw mulai menyentuh belahan memeknya, ga langsung ditariknya lebih maju namun sengaja digesek2an nya ujung kontol gw di bibir memeknya yg basah sampai perlahan menembus masuk ke belahan itu.
"Ssshhhh aaacch.. Aaachh.. Aacch..", desah Bu Ida lagi ketika kontol gw semakin menembus masuk, dan dengan sedikit bantuan dorongan pinggang gw akhirnya kepala kontol gw menyentuh tepat lubang memek Bu Ida.
"Ughh Paakk.. Paak pelan pelaan aaacch", Dengan cepat Bu Ida pun melepaskan tangannya lalu berpindah ke pinggang gw menahan dorongan gw yg tiba2.
Dengan pelan dan kondisi kontol gw yg sudah sekeras batang kayu itu gw coba dorong lebih maju, terasa lubang memek Bu Ida mulai membuka. Lubang memek yg ternyata masih terasa sempit karena mungkin sudah lama ga tersentuh, bahkan reaksi Bu Ida pun seolah2 takut ngerasain sakit jika harus bersetubuh lagi setelah sekian lama.
"Hhaak... Aa.. Aaa.. AAAAACCHH AWW PAAKK.. Aduuuhh.. AAACHH", rintih Bu Ida ketika kepala kontol gw berhasil masuk sepenuhnya ke dalam lubang memeknya itu. Pekiknya itu justru membuat gw semakin ga tahan dan tanpa jeda terus mendorong masuk batang kontol gw.
"Ooouhh.. Aaach.. Aww aachh.. Aacchh Paak.. Mmmpphh Paakk.. Pelan pelan ssshh aakhh..", sambil memalingkan wajah kesana kemari Bu Ida coba mengalihkan ekspresi dan desahannya yg ga beraturan itu, menerima sedikit demi sedikit desakan kontol gw menembus dinding rahimnya.

"Aaargh sayaang.. Suka kaan? Aaacch..", bisik gw sambil mulai mendorong pelan keluar masuk kontol gw yg mulai merasa licin dibasahi lubang memek Bu Ida.
"Mmmpphh sshhh Paak.. Iyaah Paak.. Pelan.. Ugghh.. Pelan Paakk", desah Bu Ida dengan wajah memelas sambil masih menahan tempo gerakan pinggang gw.
"Iyaa sayang.. Pelan pelan aja yahhh..", jawab gw sambil dengan lembut mendorong masuk seluruh batang kontol gw di memek Bu Ida, lalu gw tarik lagi sambil ngerasain sensasi lubang memeknya yg ikut tertarik juga.
Sambil mulai memompa memek Bu Ida, gw coba mengambil posisi bangkit berlutut sampai cengkeraman tangan Bu Ida terlepas dari pinggang gw. Tangan gw lalu memegang kedua lutut Bu Ida yg menekuk ke atas dan terkangkang lebar, dengan jelas gw pandangi selangkangan kami yg saling menempel dengan kontol gw yg terjepit memeknya di sela2 celana dalam birunya yg masih terpasang itu.

"Uuughh.. Ssshh hhaaahh geli aaachh geliii Paak..", pekik Bu Ida lagi ketika sambil menggenjot memeknya, jari tangan gw coba menyentuh dan menggesek2 kan klitoris nya dengan cepat. Klitoris yg mengembang keras sehingga terasa sekali di ujung2 jari tangan gw, sehingga dengan mudahnya gw mainkan sambil perlahan mempercepat tempo genjotan kontol gw.
"Ppaak.. Paak.. Aaacchh Paaak enak enak enakkk aaa.. Aaach terusss sayaang", desah Bu Ida yg mulai semakin menikmati permainan gw di memeknya. Tangan Bu Ida pun coba meraih pundak gw dan menarik tubuh gw turun ke atas dadanya, lalu dirangkulnya leher gw sambil coba menciumi bibir gw lagi.
"Hmmmphh.. Slrrpp.. Mwwah mwwah mwwah sshhh.. Slrrpp aaacch Paak.. Mwwah hmpphh..", ciuman Bu Ida terasa bernafsu melumat bibir gw, disertai permainan lidah kami yg saling menusuk2 masuk ke mulut satu sama lain.

Tak terasa pinggang gw pun dengan sendirinya semakin cepat menggenjot memek Bu Ida, seluruh batang kontol gw dengan mudahnya keluar masuk begitu saja bergesekan dengan lubang memek nya yg semakin basah di tengah2 ciuman antar bibir kami.
"Hmpph.. Hmpph.. Hmmmphh..", suara Bu Ida tertahan ketika gw tahan rapat bibir gw di mulutnya, sengaja ga ngebiarin Bu Ida meluapkan desahannya yg semakin terpacu karena genjotan kontol gw yg semakin cepat dan teratur itu. Kedua paha gw sebenarnya sudah mulai terasa pegal menahan gerakan pinggang gw sendiri, namun saking nikmat dan hangatnya memek Bu Ida sampai2 gw rela bertahan lebih lama memompa rahimnya itu dengan tempo cepat.
"Hooohhh.. Ooughh.. Oughh.. Iyaahh.. Hhahh.. Iyyahh sayang.. Sayang.. Sayaang.. Ouughh sayang.. Hhah hhah hhahh..", desah Bu Ida langsung keluar dengan ga beraturan ketika gw bebasin mulutnya dari ciuman gw, berpindah leher dan telinganya yg kini bibir gw jamah dengan penuh nafsu sambil menindih rapat dadanya.

Gesekan antar dada kami semakin menambah nafsu gw, terlebih ngerasain kenyalnya sepasang tetek Bu Ida menahan dada gw justru menambah kepuasan gw menyetubuhinya. Selang beberapa saat kemudian setelah memperlambat genjotan kontol gw, kepala gw dengan posisi agak sulit berpindah turun ke dada Bu Ida. Sambil mendorong kedua tangan Bu Ida ke atas dan menahannya di atas sprei, sampai membuat tetek dan puting Bu Ida semakin menonjol ke atas, langsung gw lumat puting teteknya yg sudah keras menegang itu bergantian.
"Slrpp.. Slrrp.. Slrrp.. Hmmphh mwwah mwwahh.. Slrrpp..", dengan rakus gw jilat berkali2 ujung puting Bu Ida sambil mendengar desahan2 nya yg semakin jelas tepat di telinga gw.
"Uughh.. Sshhh aaacch sayaangg.. Auuuw gelii sayang.. Gelii aaahh.. Hhhh aachh terusssin hhah..", desah Bu Ida ga berdaya dengan tubuhnya yg gw tahan dan tindih pasrah itu.
"Iyyya sayang.. Slrrpp slrrp slrrp aaach.. Nafsuin banget badan kamu sayang.. Hhah hhah.. Mauu puasin kamu terus Bu.. Hhahh.. Mau kamu selalu Buu.. Aku sayang kamu Bu.. Iyyaahh.. Sayang kamu aacchh..", racau gw terlena dengan sensasi berbagi kenikmatan di tubuh kami satu sama lain itu, sambil sesekali menciumi bibirnya.
"Iyaah.. Iyaah.. Hhhaah iyaah.. Aku juga sayang kamu Paak.. Sayang.. Sayaang.. Sayaang.. Terusin sayaang.. Aargh aaacchh..", jawab Bu Ida sambil memandangi wajah gw tatapan tajamnya.

Kepala gw menunduk lagi ke dada Bu Ida, mulut dan lidah gw langsung kembali menikmati puting teteknya dengan rakus. Sambil tetap menahan kedua tangan Bu Ida, satu tangan gw lainnya dengan gemas mencengkeram sebelah teteknya, sesekali gw tarik2 puting tegangnya sambil gw remas2 dengan kasar bongkahan tetek kenyal nya itu.
"Hhhah.. Aaachh.. Aach.. Aach enak sayaang.. Enak banget sayang.. Yank aahh.. Yank.. hmppph..", desah Bu Ida disertai gerakan pinggulnya yg ga mau tinggal diam seolah minta gw sodok lebih dalam.
"Slrrp.. Slrrp.. Sshhh mwwah mwwah mwwah slrrp..", jilatan lidah gw pun semakin rakus menikmati tubuh Bu Ida, puas dengan puting teteknya dengan cepat mulut gw menyasar ketiak dan pangkal lengan Bu Ida. "Hmmm aaach sayang.. Mwwah.. Suka sayang.. Hahh?.. Sshhh suka sayaang?.. Mwwah mwwah mwwah..", lanjut gw sambil terus mengecup ketiak Bu Ida. Ketiak mulus yg terpampang jelas dengan postur tubuh mungil Bu Ida yg terlentang tegang itu, garis2 lipatan ketiaknya kontras sekali dengan pori2 bulu yg tercukur rapi, ditambah aroma keringat khas yg sedikit asem tapi ga begitu tajam membuat gw semakin ketagihan buat nyiumin bahkan ngejilatin ketiaknya berkali2.
"Saaayang aaacch.. Iya suka.. Sshhh.. Suka bangeet aacch.. Terus.. Terus.. Terusss..", sahut Bu Ida, yg kemudian tiba2 dengan kuat menaikkan kedua betisnya ke belakang pantat gw, dijepit dan ditekannya sampai tubuh gw semakin rapat ke selangkangan nya.

Gw pun merespon dengan mendorong kedua lutut gw lebih maju ke samping pinggang Bu Ida, sampai kontol gw serasa mau copot dari pangkalnya saking terlalu dalam menusuk lubang memek Bu Ida. Tak ada lagi celah buat menarik keluar kontol gw walaupun cuma sedikit dalam posisi selangkangan kami yg saling menekan itu, hanya tersisa gesekan2 antar bulu jembut di setiap genjotan gw.
Sesaat kemudian terasa kontol gw mulai berkedut tanda akan klimaks, saat itu gw sebenarnya masih mau bertahan lebih lama saking nikmatnya sensasi memuaskan tubuh Bu Ida. Namun begitu ga tertahannya seolah segumpalan sperma di dalam batang kontol gw siap meledak dan menyembur keluar.
"Sayang.. Oough sayang.. Aku ga tahann.. Aku mau keluar sshhh.. Aku mau keluarr..", desah gw yg udah ga sanggup bertahan.
"No no Paak.. Jangan di dalam.. Jangan.. Janga.. Aacch.. Aachh Paak.. Stop Paak.. Aacch.. Pak.. Pakk.. Paaak.. Aaacch", pekik Bu Ida menolak, kedua tangannya yg sedang gw pegangi juga terasa coba berontak lepas namun masih kalah kuat dengan tenaga gw. Kedua kakinya pun berhenti memeluk pantat gw agar segera gw lepasin kontol gw dari dalam memeknya. Sepersekian detik di pikiran gw cuma merasa percuma menarik kontol gw keluar karena desiran sperma gw udah benar2 di ujung kepala kontol gw, dan daripada sia2 sekalian saja gw muntahkan di dalam memek Bu Ida dan pasrah menikmatinya.
"Aaarrgh.. Ga tahan Buu.. Ga tahan aarrghh aku keluar.. Aarggh.. Aargh.. AAAARGGH!", pekik gw di samping wajah Bu Ida. Bukan justru menarik hingga lepas, dengan kuatnya gw justru menekan kontol gw lebih dalam ke memek Bu Ida sambil berkali2 terasa sperma gw menyembur keluar, sampai seolah tanpa henti kontol gw berkedut2 kencang setiap memuntahkan cairan kental itu.

(BERSAMBUNG KE : PART VII)
 
Terakhir diubah:
PART VII
--------------

"Hhaaah.. Hhah.. Hhah.. Hhah..", suara nafas gw terengah2 cepat dengan sekujur tubuh yg kaku menahan kontol gw yg masih menancap dalam di memek Bu Ida, yg kemudian ambruk lemas menindih dada Bu Ida yg terasa lembab dengan keringatnya.
"Paak.. Ugghh.. Kenapa di dalem sihh Pak..", suara Bu Ida terdengar bingung namun tubuhnya seolah ga berdaya, masih bertahan telentang dengan tangan masih terkulai lemas ke atas meski ga gw tahan lagi. Dadanya pun terasa naik turun seiring nafasnya yg belum teratur.
"Iya maaf Bu.. Udah ga ketahan banget tadi..", jawab gw dengan wajah tertunduk di samping kepala Bu Ida.
"Sorry.. Kelepasan..", lanjut gw lagi singkat berbisik, tapi sambil tetap membiarkan kontol gw yg masih ereksi berkedut di dalam memek Bu Ida. Beberapa saat Bu Ida cuma diam, yg terdengar hanya suara pelan nafasnya.

Ketika ereksi kontol gw mulai terasa melemah dan nafas gw mulai tenang, gw coba mengangkat kepala gw dan menatap wajah Bu Ida. Sesaat tampak Bu Ida cuma bengong melihat langit2 kamar, lalu menoleh menatapi wajah gw balik.
"Cupp..", satu ciuman bibir gw mendarat lembut di bibir Bu Ida, yg disambut mesra bibirnya dengan kecupan lembut jg. Gw yg sedikit merasa bersalah mulai lega ketika mendapati respon Bu Ida itu, kemudian gw ciumi beberapa kali lagi bibirnya.
"Maaf Bu.. Aku ngerti kalau kamu marah", kata gw lagi di depan wajah Bu Ida.
"Bukan marah Pak, cuma yaa kalau kenapa2 gimana..", sahut Bu Ida dengan wajah kuatirnya.
"Yaa aku kira kamu juga udah.. Hmmm.. Di usia kamu sekarang mungkin..", kata gw beralasan.
"Apa? Menopause? Yaa udah sih Pak, cuma kan mana tau, lagian ntah kapan aku terakhir berhubungan badan gini..", jawab Bu Ida.
Pada saat itu jujur gw memang merasa deg2an luar biasa, takut kalau kekhawatiran Bu Ida benar soal resiko hamil. Gw cuma bisa diam ga berkata2 sambil terus memandangi wajah Bu Ida, bingung mau berkomentar apa. Pikiran gw langsung ke pacar gw, mana pada waktu itu gw dan pacar memang sedang di masa2 menuju jenjang pernikahan. Gw pun mulai berpindah berbaring di samping tubuhnya, mencabut kontol gw yg mulai lemas dari selangkangan Bu Ida.

"Ya sudah ga apa.. Aku paham kalau kamu ga tahan Pak, aku juga salah..", ujar Bu Ida sambil merubah posisi tubuhnya menyamping menghadap gw.
"Mudah2an ga kenapa2, kalaupun ada apa2 itu urusan ku..", lanjut Bu Ida lagi.
"Ck.. Tetap aja aku yg khilaf, ga kontrol tanpa mikir konsekuensi nya tadi ..", sahut gw lagi. Ngeliat ekspresi gw yg kebingungan, Bu Ida lalu merapatkan tubuhnya ke gw dengan kepalanya bersandar erat di dada gw.
"Aku ga bakal nuntut apa2 Pak, lagian aku juga bukan siapa2 nya kamu kan..", kata Bu Ida sambil memejamkan matanya. Mendengar kata2 itu sebenernya bikin gw agak lega, tapi sekaligus juga makin bikin ngerasa bersalah luar biasa. Mungkin di usianya itu Bu Ida juga ngerasa ga mungkin punya hubungan lebih dengan pria lain terlebih yg jauh lebih muda seperti gw, dan kata2 Bu Ida justru bikin gw makin kasian.

"Maaf sayang..", cuma itu yg bisa gw bilang setelahnya sambil memeluk erat dan mengelus2 kepala Bu Ida di dada gw.
"Ih apaan sih.. Sudah2, saya aja udah ga mikirin lagi.. Jangan minta maaf mulu ah", sahut Bu Ida sambil mengangkat wajahnya menghadap gw.
"Lagian aku nya juga seneng..", lanjut Bu Ida sambil mengusap2 pipi dan dagu gw dengan jari tangannya.
"Seneng gimana?", tanya gw heran.
"Yaa seneng aja, bisa ketemu Pak Deden gini setelah sekian lama, jauh2 nemuin aku pula", jawab Bu Ida dengan tulusnya.
"Ga tau sih.. Cuma rasanya nyaman aja di aku, makasih banget malah ini..", lanjut Bu Ida lagi sambil tersenyum ke arahku.
"Serius nyaman? Aku malah takut kamu risih dan mikir aku kurang ajar awalnya", jawab gw sambil memeluk dan mengusap2 punggung Bu Ida.
"Ga lah.. Wajar2 aja kok, lagian kalo risih aku pasti udah nolak dari awal kan", ujar Bu Ida.
"Hmm iya Bu.. Makasih juga ya, aku juga nyaman berdua kamu gini", sahut gw sambil tersenyum ke arahnya.

Kami pun saling berpelukan mesra dengan eratnya, gw memeluk punggu Bu Ida dengan kepalanya yg kembali bersandar di dada gw. Detak jantung gw terasa lebih tenang, dan gw yakin kepala Bu Ida bisa merasakan nya dengan jelas. Sambil memeluk tubuhnya, tangan gw dengan lembut terus mengelus2 punggung Bu Ida dari pundak sampai pinggangnya.
"Sayang..", bisik gw dengan mesra seolah memang sedang memanjakan pasangan, disambut usapan2 lembut tangan Bu Ida juga di dada gw.
Agar lebih erat, tangan gw coba menggapai paha Bu Ida lalu gw angkat dan gw tarik sehingga pahanya menindih paha gw. Posisi itu membuat kontol gw kembali berada dekat dengan selangkangan Bu Ida. Tangan gw pun lalu berpindah dari paha ke pantat Bu Ida yg masih tertutup celana dalamnya itu, menikmati bongkahan pantat montoknya meski dari luar kain itu.
Tanpa sadar usapan2 tangan gw di pantat Bu Ida semakin kuat bahkan disertai remasan2 sambil mendorong maju pantatnya lebih rapat ke tubuh gw. Sesekali tangan gw juga coba menarik lubang bawah celana dalam Bu Ida sampai kulit pantatnya terbuka, lalu gw tarik lagi lebih tinggi sampai celana dalam itu menusuk masuk ke belahan pantatnya. Sengaja gw tarik ulur beberapa kali agar pinggiran celana dalam Bu Ida menggesek2 jepitan pantatnya sendiri.

"Hmmm.. Paak..", desah Bu Ida pelan diikuti pinggangnya yg mulai ikut bergerak2, sambil ga henti2 nya terus mengusap2 dada gw.
"Sshhh.. Aahh sayang..", balas gw mendesah dengan sengaja ketika usapan jari Bu Ida menyentuh puting dada gw. Mendengar desahan gw, Bu Ida malah memfokuskan usapan jarinya terus menerus di puting dada gw.
"Uhh iya sayang.. Terusin..", desah gw lagi meminta Bu Ida meneruskan permainan jarinya.
"Hmm.. Suka..?", tanya Bu Ida pelan sambil tersenyum ke gw, dijawab anggukan pelan kepala gw. Posisi kepala Bu Ida memang sejajar dengan dada gw, dijauhkannya sesaat kepalanya sambil melirik seksama dada gw, lalu didekatinya lagi dan seketika bibirnya sudah menempel di puting gw.
"Cup.. Cupp.. Cupp.. Cupp", beberapa ciuman bibir Bu Ida kembali menempel di puting gw. Rasa geli sekaligus nikmat luar biasa kembali memenuhi dada gw, spontan nafsu gw pun kembali bangkit dengan cepatnya.
Seolah ga mau kalah, gw pun coba menikmati tubuh Bu Ida lebih jauh lagi. Tangan gw yg dari tadi masih di luar celana dalam Bu Ida kini coba menelusup masuk melalui pinggangnya, seketika telapak tangan gw sudah bersentuhan langsung dengan kulit mulus pantat Bu Ida.
"Uhhmm aahh.. Cupp.. Aahh Paak.. Sshh.. Cupp cupp cupp.. Paak gelii Paak..", desah Bu Ida sambil tetap coba nyiumin puting gw.
Sambil masih terjepit celana dalam Bu Ida, tangan gw makin aktif beraksi di pantatnya. Bergantian pantat Bu Ida gw remas kuat kiri kanan, sambil menjamah masuk ke belahan pantatnya dan gw gesek2an tangan gw di sana. Terasa sekali gesekan tangan gw setiap tepat menyentuh lubang pantat Bu Ida serta daerah sekitarnya yg ditumbuhi bulu2 halus dan jarang.
"Ouggh Paaaak.. Aaachh.. Hhahh.. Cupp slrrrp.. Slrrpp.. Paak..", desah Bu Ida lagi di sela2 mulutnya sibuk mencium dan menjilati puting dada gw ketika gesekan tangan gw di pantatnya sampai menyentuh belahan dan lubang memek nya yg mulai basah lagi itu.

"Aahhh.. Nikmat banget vagina basah kamu sayang..", puji gw sambil memandangi wajah Bu Ida.
"Hm ehmm.. Sshhh iyahh sayaang.. Hhah.. Hhah.. Slrpp slrrp slrrp..", desah Bu Ida yg ga mampu berkata2 banyak sambil terus menjilati puting gw.
Batang kontol gw terasa sudah kembali ereksi penuh, terasa sekali betapa egangnya setiap menabrak selangkangan Bu Ida. Dengan bernafsunya sambil terus menjamah belahan pantat Bu Ida dari belakang, dari depan pun kontol gw dengan mantap menggesek2 tubuhnya.
"Sayang.. Aahh sayang.. Mau kamu lagi sayang.. Sshh mau nikmatin vagina kamu lagi..", desah gw sambil seolah meminta ijin ke Bu Ida. Gw sangat yakin dengan reaksi Bu Ida yg juga bernafsu itu dia pun pasti tetap bersedia untuk gw setubuhi lagi. Tangan Bu Ida lalu naik menggapai leher gw, dicengkeramnya kuat sambil memandangi wajah gw dekat2.
"Sshhhh.. Sini sayang.. Sshhh hhaah.. Aku juga mau kamu sayang.. Sshhh", jawab Bu Ida dengan yakin dan tatapan tajam matanya, seolah dia pun sudah ga sabar.
Dengan wajah Bu Ida yg mendongak ke atas menatapi gw itu, gw pun menunduk untuk menciumi bibirnya. Dengan cepat gw sambar bibirnya dan langsung gw serbu dengan ciuman2 liar bibir gw, Bu Ida pun menyambut dengan ga kalah bernafsu. Sambil leher gw dicengkeram Bu Ida, mulut kami saling berpangutan rapat dengan bibir dan lidah yg saling menusuk2 masuk dengan rakusnya.
"Hmmppp.. Hmpp.. Mwwahh.. Sshhh.. Mwwahh mwaah mwaah.. Slrrpp.. Slrrpp", suara bibir kami saling menikmati dengan jelasnya terdengar di seisi kamar.
Di saat kami saling berciuman, tangan gw yg berada di pantat Bu Ida mulai coba keluar untuk membuka celana dalamnya. Gw tarik ke bawah karet pinggang celana dalam Bu Ida sampai lolos ke pahanya dan sukses membiarkan sepasang pantat Bu Ida terpampang bebas, lalu dengan sedikit bantuan kedua kami kami celana dalamnya pun terus turun ke bawah sampai terlepas dari ujung kakinya. Jadi lah sekarang kami berdua benar2 bebas telanjang bulat sambil berpelukan mesra berdua di atas ranjang.

Posisi kami berdua di atas ranjang saat itu sudah ga menentu. Akibat pergelutan kami yg berciuman sambil saling menjamah tubuh satu sama lain, ditambah posisi yg bergantian saling menindih, membuat sprei dan bantal semakin berantakan ga teratur.
Ketika rasanya kontol gw udah ga sabar untuk menikmati memek Bu Ida lagi, gw pun melepaskan ciuman gw dari bibirnya. Dengan tergesa2 gw pegangi kedua pundak Bu Ida dan gw dorong agar posisi tubuhnya membelakangi gw. Bu Ida pun pasrah dan seolah mengerti langsung nurut berpaling menghadap kiri sampai posisi tubuhnya memunggungi gw.
"Sshh sini sayang..", perintah gw sambil menarik pinggang Bu Ida sampai pantatnya menempel di selangkangan gw, lalu segera memegangi pahanya. Bu Ida pun paham apa yg gw mau dengan berinisiatif mengangkat pahanya sampai memek nya terpampang dengan batang kontol tegang gw tepat berada di hadapannya.
Ketika kepala kontol gw menyentuh belahan memek Bu Ida, dengan tangannya Bu Ida coba menggapai batang kontol gw. Dikocoknya pelan beberapa kali, lalu sambil digenggam kuat Bu Ida menarik batang kontol gw sampai ujung kontol gw yg sudah mengembang keras menembus masuk ke belahan memek nya.

"Egghh.. Aachh.. Hmmmpp ssshhh aach..", rintih Bu Ida sambil menggigit bibirnya sendiri dan memperhatikan selangkangan nya yg sedang menerima sodokan kontol gw masuk.
Beberapa kecupan lembut gw juga mendarat di leher dan pundaknya sambil ikut mendorong kontol gw masuk. Dengan pahanya yg sedang gw pegangi sampai Bu Ida benar2 mengangkang, dan lubang memek Bu Ida yg memang sudah sangat basah, akhirnya dengan mulus kontol gw pun berhasil menembus masuk kembali ke dalam memek nya.
"Ssshhh sayang..", desah gw disusul gerakan pinggang gw mulai menyodok2 pelan memek Bu Ida.
"Hhaah iyyaah sayang.. Oughh.. Oughh.. Oughh..", balas desah Bu Ida sambil memejamkan matanya, dan dengan kepalanya yg bersandar ke tubuh gw.
"Mwwah.. Mwwah.. Sshhh hhah enak banget tubuh kamu sayang.. Mwwahh..", bisik gw lagi menggoda Bu Ida tepat di samping telinganya, sambil gw coba nyiumin lehernya yg masih lembab dengan keringat.
Tangan gw berpindah ke atas meninggalkan paha Bu Ida menindih paha gw, lalu langsung gw remas kencang tetek nya sambil mencari putingnya. Puting tetek hitam Bu Ida pun dengan gemas gw jepit dan tarik2 sampai perlahan mulai terasa mengeras, disertai rintihan2 nya yg sangat menikmati perlakuan gw.
"Aaachh sayang.. Hhaahh hhah hhah.. Gimana bisa nolak diginiin kamu coba, hihihi.. Eeghh.. Aaa-aah sayaang..", suara Bu Ida yg kesulitan berkata2 karena ga gw kasih jeda sama sekali genjotan2 kontol gw di memek nya. Sesaat Bu Ida sempat coba bicara sambil menatap wajah gw di samping pipinya, namun kembali terpejam dengan bibir seksinya yg dibiarkan menganga mengatur nafasnya.
"Iyyaah sayang.. Aku juga ga tahan ini.. Nikmat banget tubuh kamu sayaang.. Sshh.. Sshhh..", balas gw kembali dengan jujur menggoda Bu Ida, yg justru semakin membuat gw semangat menjamah seluruh tubuhnya. Sodokan batang kontol gw pun spontan semakin dalam di memek Bu Ida, ga henti2 nya pangkal paha gw bergesekan dengan bongkahan pantat Bu Ida yg terasa hangat. Semakin kencang suara desahan Bu Ida, semakin cepat pula gw genjot memek basah itu. Ditambah tangan gw yg terus menggerayangi tetek montok Bu Ida, sempat terasa tangannya coba memegangi tangan gw yg meremas2 kuat sepasang teteknya namun dengan cepat gw tepis dan gw arahkan ke belakang kepala gw. Postur tubuh Bu Ida pun semakin pasrah membiarkan seluruh dadanya menegang maju, dengan tangannya yg terangkat ke belakang memegangi rambut gw dan ketiak lembab nya terpampang jelas.
"Aaahh gelii sssayaang.. Aacchh hmmpph.. Ssslrpp.. Mwwah.. Hmppphh hmmpp", desah Bu Ida ketika tangan gw merayap naik mengusap2 ketiak mulusnya yg nafsuin itu, disusul mulutnya yg langsung gw lumat dan gw ciumi dengan rakusnya.

Merasa cukup puas di posisi itu, gw coba bangkit dengan menarik keluar kontol gw dari memek Bu Ida, gw tarik paksa tubuh telanjang Bu Ida sampai terlentang pasrah. Ketika Bu Ida sedang sibuk coba merapikan rambutnya yg berantakan, di tengah2 dada nya juga masih naik turun mengatur nafas, gw langsung merayap turun sambil menarik paha Bu Ida dan mengambil posisi menungging di hadapan selangkangan nya.
"Ehh Pak.. Mau ngapain ehh..", pekik Bu Ida penasaran.
"Eh Pak.. Pakk.. Aaaa.. AAAACCHHH PPP.. PAAK.. AAAAWW PAAK..", jerit Bu Ida kemudian ketika tanpa aba2 gw langsung menundukkan kepala gw ke arah memek nya. Cukup sekejap gw ngeliat memek berkulit gelap dengan bulu2 jembut keriting Bu Ida itu langsung membuat gw ga bisa menahan diri lebih lama, nafsu gw semakin menjadi2 untuk ga sabar menikmati nya dengan mulut gw kali ini.
"Mwwah.. Slrrpp.. Slrrp.. Slrrp.. Aacchh.. Slrrpp.. Ugghh enak banget Buu", ciuman dan jilatan2 lidah gw dengan tempo cepat langsung melahap memek Bu Ida. Benar2 nikmat rasanya ditambah baru kali ini gw bisa nyiumin memek wanita paruh baya seperti Bu Ida, cairan2 basah memek nya yg lengket itu begitu berkesan di bibir dan lidah gw.
"Hhaaah.. Hhaahh.. Aaaggh Paak.. Jjjjangaan.. Jangan Paak ga kuat di situ Paak.. Aaghh..", rintih Bu Ida sambil merapatkan kedua pahanya mencoba membatasi gerakan kepala gw, namun tenaga gw juga lebih kuat mendorong rapat2 wajah gw di selangkangan nya. Terasa sekali di lidah gw kalau cairan basah memek Bu Ida juga semakin banyak, membuat sekujur bibir dan dagu gw basah olehnya bercampur liur gw yg juga ga terkontrol.
"Pppaak.. Sssudah Paak.. Aaahhhh sayang sayang sayang aaarrgh.. Oughh sayang ga kuat sayaang..", rintihan Bu Ida mengiringi rakusnya bibir gw menikmati belahan dan lubang memek nya, tangan Bu Ida yg berhasil menggapai kepala gw pun dengan sangat kuat menjambak rambut gw.

Kedua tangan gw kemudian dengan sekuat tenaga coba membuka paha Bu Ida sampai dengan terpaksa dia pun mengangkang lebar di hadapan wajah gw. Semakin leluasa lah mulut gw menikmati setiap titik di selangkangan Bu Ida, mulai dari pangkal paha sampai ke bulu2 jembutnya lalu kembali lagi ke memek tembem yg becek itu. Dengan seksama gw coba tetap menatapi wajah Bu Ida di saat lidah gw sibuk ngejilatin belahan memek dan klitoris kerasnya, tampak di balik perut nya yg penuh garis2 stretch mark itu wajah Bu Ida coba menatapi aktifitas gw di selangkangan nya dan dengan sepasang matanya yg sayu.
"Hhuff.. Huff.. Huff.. Sshhh.. Eegggh ssshh.. Cukup sayaang.. Ga tahan sssayang..", pinta Bu Ida dengan nada memohon, namun semakin ga berdaya karena jilatan lidah gw justru makin menjadi2.
Ketika bibir gw coba mulai mengulum2 klitoris Bu Ida, terasa seolah tenaga Bu Ida bangkit dan dia coba mengangkat duduk tubuhnya. Remasan tangan nya yg sempat melemah kembali mencengkeram kuat seluruh kepala gw, dengan ga beraturan mulai dari rambut sampai pipi gw dicengkeram nya dengan kuat.
"Oughh.. Sayang.. Sayang.. Aaaghh sayang.. Huff huff huff eeeghh ga kuat sayang.. No no no sayang.. Aku ga tahan sayang.. Aaaghh aggh aaagh..", dengan tempo cepat Bu Ida merintih2 seolah hampir mencapai klimaks nya lagi. Kepala gw pun langsung bangkit dan berpindah dari selangkangan Bu Ida menyerbu wajahnya, gw ciumi dengan lahap bibir Bu Ida disambut bibirnya yg langsung rakus membalas ciuman gw.
Dalam posisi setengah terduduk Bu Ida melayani ciuman2 liar gw yg menungging di hadapannya, sebelum akhirnya terjatuh pasrah terlentang di atas ranjang kembali.
"Ssaayang.. Sorry aku ga tahan sayang..", ujar gw sambil mulai menggenggam kontol gw sendiri dan mengarahkannya kembali ke memek Bu Ida.
"Iyah iyahh sayang.. Ssshh.. Sini masukin aja sayang.. Ugghh ssshh", sahut Bu Ida yg menatap tajam ke gw sambil memeluk erat leher gw. Terasa Bu Ida sedikit mengangkat pinggangnya seolah sudah ga sabar juga untuk kembali gw setubuhi.

(BERSAMBUNG KE : FINAL PART)
 
Terakhir diubah:
FINAL PART
--------------------

Dengan kontol yg sudah sangat keras dan memek Bu Ida yg becek dan licin itu, tanpa kesulitan sesaat ujung kontol gw sudah menelusup masuk ke dalam lubang memek nya. Gw pun kembali dalam posisi menindih tubuh telanjang Bu Ida dengan selangkangan kami yg saling menempel rapat.
"Hhhaaaagh saayang.. Aachh... Aach.. Aacch.. Teruss aacch.. Terusss..", pekik Bu Ida yg tanpa jeda langsung gw genjot cepat memek nya.
"Ssshh.. Sshhh.. Aahh enaak sayangg? Hmmmm? Sshhh.. Enaak?", bisik gw di hadapan wajah Bu Ida.
"Iyaah.. Iyaahh.. Aaaghh iyaa sayaang.. Aaaghh.. Ennaak bangettt iniihh..", rintih Bu Ida lagi sambil lalu memalingkan wajahnya dengan mata terpejam itu.
"Ssshhh.. Slllrrpp.. Mmwwhh.. Slrrrp.. Mwwah mwwah mwwah.. Sllrrpp..", leher dan tetek Bu Ida yg terpampang jelas ga luput dari serbuan bibir dan lidah gw, yg semakin rebah menempel rapat menindih dada nya.

Genjotan kontol gw semakin ga terkendali di dalam memek Bu Ida, suara2 cairan becek Bu Ida yg membanjiri kontol gw terdengar jelas di setiap sodokan kuat kontol gw di lubang memek nya.
"Ssshhhh.. Sayaang.. Ssshhh.. Aku bentar lagi keluar inii sayaang.. Sshh", bisik gw lagi di samping wajah Bu Ida. Jujur meski se.pat merasa bersalah di awal tadi, tapi gw akui kalau gw lebih ngerasa dapat kepuasan dengan meluapkan sperma gw dengan bebas di dalam memek nya.
Tangan Bu Ida yg sedari tadi memeluk punggung gw dengan cepat berpindah turun ke pinggang gw, disusul cengkeraman tangannya yg justru menekan pantat gw lebih rapat ke selangkangan nya.
"Hhhacch aachh acch.. Iyyya ga apa sayaang.. Ga apa di dalam aja.. Aaachh.. Teruss sayang.. Terusss teruss teruss", perintah Bu Ida dengan nada nafasnya yg semakin memburu.
Merasa dapat ijin justru membuat gw semakin bernafsu mempercepat genjotan kontol gw di memek Bu Ida. Dengan hasrat ga tertahan untuk mencapai klimaks, gw pun langsung menindih semakin rapat dada Bu Ida, menekan erat2 sepasang bongkahan tetek nya itu dengan dada gw. Bibir kami berdua kembali saling berciuman dengan liarnya, kedua lidah kami saling menjilati sampai liur kami bercampur membasahi sekujur mulut satu sama lain. Dengan kasar dan cepat kontol gw menusuk2 lubang memek Bu Ida sampai beberapa kali terasa mentok menyentuh dinding rahim nya.
"Hmmpp hmppphh.. Hmmpph.. Ssllrrpp.. Slrrpp.. Hmmppphh..", suara desahan keras Bu Ida tertahan di balik ciuman bibir kami, antara nikat atau kesakitan mungkin dengan sodokan kasar kontol gw. Namun gw ga sama sekali melemah, justru lebih menambah cepat gerakan menggenjot memek nya.

Seketika terasa batang kontol gw mulai berkedut tanda sudah di ujung klimaks. Rasanya kembali sperma gw sudah ga tahan untuk menyembur keluar. Ditambah hangat dan basahnya dinding rahim Bu Ida yg membungkus sekujur batang kontol gw itu, membuat gw ga bisa menahan diri lebih lama lagi.
"Aghhh sayang.. Aku mau keluar.. Aku mau keluar.. Aahh.. Aaahh.. Aaahh.. Hmppph..", rintih gw di sela2 ciuman bibir Bu Ida.
"Hmmpph.. Mwwaahh.. Ssshh sama saayang.. Yukk sayang.. Keluarin sayang.. Sshhh aaagghh aggh aagh..", sahut Bu Ida yg dinding2 rahim nya pun terasa seperti menegang menjepit batang kontol gw.
"Yesss sayyaang.. Aku keluar.. Aku keluarr.. Aachh.. Aach.. Aacch.. AAAA AARRGHH", dengan kuat gw tekan rapat2 selangkangan gw ke memek Bu Ida, membiarkan kontol tegang gw berkali2 berkedut di dalam rahimnya. Terasa setiap berkedut cairan2 sperma gw menyembur keluar dari ujung kepala kontol gw dan langsung membanjiri rahim Bu Ida.
"HMMPPPPHH.. SSSHHH.. AAAAA aaacchh..", pekik Bu Ida dengan lega nya seperti orang yg sedang kencing, ketika menyusul dia pun mencapai klimaks nya. Ditambah pinggang dan paha nya bergetar2 tertahan oleh tindihan selangkangan gw.
Cukup lama gw tahan posisi menusuk dalam2 memek Bu Ida itu. Gw udah pasrah dengan ga sama sekali ga terpikir untuk berhenti menumpahkan sperma2 gw di dalam menek Bu Ida sepuasnya. Bu Ida pun gw perhatikan hanya terdiam sambil memandangi wajah gw dengan tatapan kosong nya, seolah masih fokus dengan sensasi klimaks di memek nya itu.
"Hegghh.. Egghh.. Aachh.. Heghh.. Hmmpp", suara nafas Bu Ida terdengar seperti orang sesak karena di sela2 nafasnya yg terengah2 dia juga menahan semburan2 cairan memek nya sendiri.

Setelah beberapa saat saling terdiam memuaskan luapan nafsu masing2, gw pun ambruk merebahkan tubuh gw di sisi tubuh Bu Ida. Benar saja ketika kontol gw lepas, seketika banyak cairan putih yg tumpah dari lubang memek Bu Ida. Sperma gw yg terlalu banyak dan mungkin sudah segitu bercampurnya dengan cairan memek Bu Ida merembes turun di selangkangan Bu Ida sampai lalu membasahi sprei tempat tidur.
"Cupp.. Cupp.... Gimana?", gw mulai coba berkata2 sambil coba mendekati wajah Bu Ida dan menciumi lembut bibirnya.
"Hmm? Gimana apanya?", jawab Bu Ida yg masih kesulitan berkata2 dengan nafasnya yg belum tenang.
"Ini.. Aku basahin di dalam lagi gini..", lanjut gw lagi sambil iseng menyentuh belahan memek Bu Ida. Basah sekali rasanya memek Bu Ida di ujung2 jari gw, membuat gw yg awalnya hanya nenyentuh justru lanjut mengusap2 bibir memek nya.
"Iiihh.. Paak.. Ga udah udah kamu ihh..", desah Bu Ida manja sambil memegangi telapak tangan gw di memek nya.
"Hmmm.. Enak banget sihh ini.. Hihihi", goda gw lagi.
"Basah banget itu aahhh.. Malu.. Kamu sih..", sahut Bu Ida malu2.
"Justru suka banget ini kalo becek gini.. Cupp.. Bikinn nagih banget.. Cupp.. Cupp", rayu gw sambil sesekali menciumi bibir Bu Ida.
"Hmm.. Udah ahh.. Keterusan loh nanti..", jawab Bu Ida.
"Nanti.. Kalau aku mau lagi.. Susah lohh..", lanjut Bu Ida sambil tersenyum nakal ke gw.
"Yang ada juga aku yg nagih mulu ke kamu Bu.. Hihihi", ledek gw.
"Oh yaa? Emang nya.. Puass?", ledek Bu Ida balik.
"Puas kok.. Apalagi kalau boleh buang di dalem, hihihi", jawab gw sambil tersenyum nakal menggoda Bu Ida.
"Dasarr.. Malah mau di dalem terus.. Huu", ledek Bu Ida sambil nyubit hidung gw tanpa menolak.

Beberapa saat kami menghabiskan waktu berdua dalam posisi itu saja di atas ranjang. Sambil sama2 dalam kondisi tubuh telanjang dan keringetan, kami tetap berpelukan dan melanjutkan ngobrol. Sesekali di tengah2 berpelukan dengan Bu Ida, gw masih sempat sambil sibuk dengan hape membalas pesan dari pacar gw. Tanpa risih gw berkirim pesan dengan pacar gw, dengan tubuh Bu Ida di dalam pelukan gw dan kepalanya bersandar manja di atas dada gw.

"Kamu ga apa dicariin gitu?", tanya Bu Ida yg sedang bermanja di pelukan gw.
"Ga kok, cuma chat biasa aja sama dia", jawab gw singkat sambil tetap mengetik pesan di hape.
"Ohh.. Ga apa kok kalau dicariin, siapa tau kamu juga buru2", lanjut Bu Ida lagi. Terasa hangat sekali tubuh Bu Ida menindih tubuh gw, belum lagi seperti pacar sendiri dengan mesra nya tangan Bu Ida mengelus2 dada gw.
"Cupp.. Iya sayang.. Masih betah di sini sama kamu.. Cupp", jawab gw dengan lembutnya sambil sesekali mengecup kepala Bu Ida.
"Cupp.. Hmmm iya.. Masih nyaman juga sama kamu gini", balas Bu Ida sambil menciumi dada gw, cuek dengan kesibukan gw berkirim pesan dengan pacar gw sendiri.

Kecupan demi kecupan selingan kami itu pun berlanjut semakin intim kembali. Sengaja gw tarik tubuh Bu Ida berpindah ke atas menindih tubuh gw, dilanjutkan aksi ciuman2 mesra bibir kami lalu berganti menjadi ciuman2 nakal di sekujur tubuh satu sama lain. Bahkan dengan pasrahnya Bu Ida aktif merayap turun menciumi leher, pundak, dada, sampai puting gw di saat gw masih membalas2 pesan pacar gw di hape. Seolah sengaja menggoda gw yg kembali bernafsu dibuatnya, gw pun cuma bisa mendesah2 keenakan sampai ga fokus dengan isi pesan yg gw ketik. Akhirnya setelah gw tutup hape mengakhiri begitu saja sesi komunikasi dengan pacar gw, segera gw tarik lebih dekat tubuh Bu Ida dan langsung mendekapnya. Diawali aksi berciuman panas yg sudah lebih terbiasa kami lakukan dengan liarnya, gw dan Bu Ida pun lanjut berhubungan badan untuk ke sekian kalinya setelah itu, bahkan terus menghabiskan waktu bergumul bersama seperti ga mau menyia2kan waktu yg ada sampai malam tiba.

Namun malam bukan lah akhir dari segalanya. Sejak awal gw pikir pertemuan gw dengan Bu Ida tentunya akan selesai ketika kami harus sama2 kembali ke rumah masing2. Bukan gw ga ingin sekalian bermalam di hotel, apalagi dengan pastinya ditemani Bu Ida. Tapi apa jadinya kalau malam hari menjelang jam tidur pacar gw akan menghubungi lewat video call lagi seperti yg kadang kami lakukan menjelang tidur, hehehe. Makanya gw ga berani ambil resiko dan memilih lebih baik pulang, paling ga jika pacar gw akan menyapa lewat video call dia akan ngeliat lokasi gw benar2 di rumah, hehehe.

Saat itu tepat jam setengah 7 malam, gw sedang dalam posisi memeluk tubuh Bu Ida dari belakang, setelah beberapa saat beristirahat bahkan mungkin sempat tertidur memejamkan mata. Bu Ida tampak nyaman bersandar erat di pelukan gw, pasrah membiarkan tubuh telanjang nya menempel rapat di tubuh gw. Dalam posisi seperti baru tersadar gw coba melihat apakah Bu Ida masih tidur dengan mengecup pipi kanannya.
"Hmmm.. Ughhh.. Jam berapa Pak?", tanya Bu Ida yg sepertinya sama2 baru tersadar sambil coba menoleh ke belakang ngeliat wajah gw.
"Jam 6 lewat Bu. Udah gelap tuh di luar", jawab gw.
Singkat cerita setelah basa basi sambil ngumpulin nyawa dan tenaga, gw pun coba sampaikan ke Bu Ida kalau gw berencana pulang ke rumah.
"Iya Bu, aku ga mungkin nginep di hotel. Yaa kuatir pacar ku nyariin lewat telepon lagi malam2 nanti", kata gw ke Bu Ida dengan jujur.
"Tapi kamu ga apa2 bermalan di sini aja Bu, sayang2 kamar nya jadi ga kepake. Lagian kamu juga bisa istirahat di sini dulu daripada jauh2 pulang ke rumah udah malem gini", usul gw lagi ke Bu Ida.
Tiba2 Bu Ida melepaskan pelukan tangan gw dari pinggangnya dan dengan cepat tubuhnya berbalik menghadap gw.
"Aku ikut ya Pak", sahut Bu Ida tiba2 dengan mata memelasnya.
"Ikut? Pulang ke rumah ku?", tanya gw bingung.
"Iya lah, emang mau ikut ke mana lagi. Kamu juga di rumah sendirian kan?", kata Bu Ida yg seketika sempat bikin gw tercengang.
"Eh, kecuali kalau kamu bukan bener2 mau pulang. Siapa tau mau ke mana justru gitu", lanjut Bu Ida lagi.
"Beneran pulang kok Bu. Tapi serius mau ikut ke rumah ku?", tanya gw lagi memastikan. Ga terpikir ide untuk ajak Bu Ida ikut ke rumah gw, saat itu pikiran lugu gw masih belum nalar untuk ajak wanita lain apalagi yg lebih berumur masuk ke rumah yg gw tinggali sendirian.
"Yaa bener sih males pulang nyetir jauh apalagi badannya masih lemes gini. Tapi aku juga takut sendirian di hotel malam2", jawab Bu Ida. Dari raut wajahnya gw percaya Bu Ida memang penakut dan ga berani tinggal sendirian, dan gw juga udah kepalang senang dengan usulan Bu Ida tadi.
"Bener ga apa yaa aku ajak pulang ke rumah ku, cuma berdua loh nanti di rumah ga ada siapa2. Ntar kamu risih lagi", tanya gw ke sekian kalinya.
"Iya Pak, itung2 bertamu lah sekalian numpang tidur. Seriusan lemes trus ngantuk banget aku tuh", jawab Bu Ida.
Gw pun lalu mengiyakan, dan ga berlama2 lagi gw dan Bu Ida coba bangun dari tempat tidur bersiap2 pulang tanpa mandi. Hanya sedikit bersih2 dan berganti pakaian, bahkan gw ingat Bu Ida hanya mengenakan kemeja gw dan celana legging nya saja dan sama sekali tanpa memakai BH di baliknya, hehehe.

Kami berdua memilih untuk menaiki mobil gw aja, sengaja mobil Bu Ida dibiarkan menginap di parkiran hotel. Di sepanjang perjalanan ke rumah kami berdua ga banyak bicara, hanya tampak Bu Ida yg masih dalam keadaan lemas merebahkan kepalanya ke pintu seolah masih melanjutkan istirahat nya. Setelah sempat membeli makan malam lewat jalur drive thru di jalan, kami pun tiba di rumah gw jam 9 malam. Suasana rumah langsung terasa berbeda malam itu, ada seorang ibu2 cantik bertubuh seksi di dalam rumah gw bahkan masuk dan duduk di dalam kamar gw malam2.

Sisa malam hingga ke pagi hari tentunya sudah bisa ditebak apa yg terjadi antara gw dan Bu Ida. Dari mulai mandi bareng, makan malam dan sekedar ngabisin waktu bercengkerama dalam keadaan setengah bugil, sampai tentunya sesi puncak menyetubuhi Bu Ida dan saling berbagi kenikmatan lagi. Bahkan momen paling berkesan saat itu adalah ketika kekhawatiran kalau pacar gw akan menghubungi lewat video call justru berbalik gw yg berinisiatif menghubunginya duluan. Dengan sengaja di saat gw tau pacar gw akan tidur sehingga ga akan betah juga berlama2 ngobrol, jam 12 malam saat itu dalam kondisi kamar agak remang2 gw telepon pacar gw lewat video call. Posisi kamera hape terfokus ke wajah dan setengah dada gw yg terlentang di atas tempat tidur, namun di belakang hape itu ada sosok Bu Ida yg tengah telanjang bulat dan dengan mata terpejam penuh hasrat sedang sangat lembut mengulum batang kontol tegang di antara kedua paha gw.

(TAMAT)
 
POLING!!

Lebih ke butuh masukan sebenernya.

Minggu depan bakal ada proyek nyusun pengalaman bertema selingkuh2 lagi. Dari beberapa pasangan selingkuh ini mana yg menurut agan2 paling menarik buat diceritain :

Eks sahabat SMA..

atau tetangga yg amoy..

atau cewe SPG properti..

atau Winda lagi (cek cerita Winda sebelumnya)..

Monggo sarannya 😁
 
Tetangga amoyyyyy
POLING!!

Lebih ke butuh masukan sebenernya.

Minggu depan bakal ada proyek nyusun pengalaman bertema selingkuh2 lagi. Dari beberapa pasangan selingkuh ini mana yg menurut agan2 paling menarik buat diceritain :

Eks sahabat SMA..

atau tetangga yg amoy..

atau cewe SPG properti..

atau Winda lagi (cek cerita Winda sebelumnya)..

Monggo sarannya 😁
Tetangga amoyyyyyyyyyyyyy
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd