SESA
Namaku Sesa, umurku 27 tahun dan aku bekerja sebagai talent scout untuk sebuah aplikasi novel internasional. Kerjaku kebanyakan dilakukan online, namun sesekali kopdar atau bertemu penulis-penulis novel yang aku scout. Project, scouting, dan korespondensi kebanyakan dikerjakan lewat email. Jadi, lokasi kerjaku bisa di kafe, kamar, toilet, resto, convenience store, hotel, di mana saja selama ada meja dan jaringan Internet.
Suatu hari, aku menemukan Keiko di Podcast. Dia membacakan novel karangannya setiap hari Jumat, beberapa halaman selama 20 menit. Genre ceritanya softcore, semacam 50 Shades of Grey gitu lah. Selain di Podcast, Keiko juga kasih teaser di Instagram dan buat utas di Burbir.
Temanya spesifik, punya ceruk penggemar yang loyal dan signifikan. Cara penulisannya sangat menarik. Followernya dibuat penasaran, tenggelam dalam fantasinya, seolah-olah mereka rope bunny dalam privasi kamar tidurnya. Duduk tenang menanti sang rigger membuat simpul rumit penuh sensasi di sekujur tubuhnya.
Judul episode pertama yang aku dengar “Butterfly”. Awalnya, aku gak terlalu memerhatikan jalan ceritanya sebab aku lebih terpaku pada suara Keiko. Aku terlena dengan suaranya yang dalam dan oh, so sexy. Aku rajin mengikuti setiap episodenya, fokus mendengarkan suara yang bikin aku becek. Setiap dia mendeskripsikan gerakan penisnya, otot vaginaku langsung menjepit, mengeluarkan cairan pelumas alami. Oh, sungguh erotis. Aku harus bertemu Keiko.
Keretaku berhenti di Stasiun Tugu selepas Ashar. Aku bergegas mencari taksol ke hotel yang sudah kupesan. Perjalanan kali ini singkat saja, hanya 2 malam karena sebenarnya ini cukup rutin bagiku jadi 1 kali pertemuan cukup untuk menarik Keiko bergabung dengan aplikasiku. Malam itu, aku jalan-jalan di seputar hotel dan tidur jam 10.
-----
Update Page 2