Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Masa Lalu

"Kriiiiinggggggg...kriiiiingggg.."

Suara alarm berbunyi nyaring persis di gendang telinganya. Ia pun tersentak dan terbangun, jam setengah tujuh. Setelah berhasil mengumpulkan sembilan nyawanya yang terpencar selama semalaman raganya terlelap,

"Eeeegghhhh..kreekk..kreeekkk.."

Ia mengolet hingga suara tulang kurusnya bergemeretak. Dengan menyampirkan handuk di pundak, remaja cungkring itu bersiul-siul menuju kamar mandi.

"Mau ke mana kamu pagi-pagi sudah bersiap mandi?" Tanya ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.

"Bangun pagi mencari rejeki to Bu." Katanya sambil menghempaskan pantat keringnya di kursi.

"Tangan jangan sembarangan mengutil, sebelum bersih dilarang menyentuh makanan!!" Sentak sang Ibu.

Sentakan itu sukses menghentikan aksi tangan Adrian untuk mencicipi tempe goreng yang hendak dijadikan pengganjal sementara perut sebelum mandi.

"Minum dulu air putih itu, selepas mandi baru makan."

Omelan ibu sepertinya bakalan berlanjut andai Adrian tidak beranjak dari kursi tempat penawar lapar. Tak lama kemudian seorang lelaki paruh baya keluar dari kamar mandi.

"Bu, Bapak kesiangan kah? Kok Adrian sudah bangun?" Bapaknya bertanya dengan heran.

"Iya Pak, makanya buruan pakai baju trus sarapan." Sahut ibunya.

"Sunrise
And the new day's breakin' through
The morning
Of another day without you
And as the hours roll by
No-one's there to see me cry
Except the sunrise
The sunrise and you
Tired eyes drift across the shore
Looking for love and nothing more
But as the sea rolls by
No-one's there to see me cry
Except the sunrise
The sunrise and you
Sunrise
Bless my eyes
Catch my soul
Make me whole again
Sunrise, new day
Hear my song
I'm tired of fightin'
And foolin' around
But from now on
Till who knows when
My sword will be my friend
And I'll love you, love you
For all of my time"

Lagu Uriah Heep ini dinyanyikan dengan keras oleh remaja cungkring di kamar mandi seakan menjawab gurauan kedua orang tuanya. Setelah mandi ia pun berdandan rapi, kaos oblong hitam dan celana jeans, rambut tersisir rapi.

"Mau kemana sih?" Tanya ibunya penasaran saat Adrian mengambil nasi beserta lauknya.

"Kalau sedang makan jangan bicara Bu, nggak sopan." Jawab nya santai.

"Hiiiiihhhh!!" Sahut si ibu sambil menjitak kepalanya.

Adrian hanya tersenyum lalu makan dengan lahap. Setelah makan ia pun menghampiri Bapaknya yang sedang bersiap untuk berangkat kerja.

"Pak, uang saku." Pintanya.

"Buat apa?!" Tanya Bapaknya ketus.

"Buat beli bensin sama jajan." Jawabnya enteng.

"Minta Ibu mu, Bapak tidak berkuasa atas perekonomian di rumah ini." Kata Bapak.

"Anggaran dari Bu Menteri Keuangan selalu susah cair pak." Balas Adrian.

"Makanya, kalau ditanya itu dijawab." Ibunya menyahut dengan jengkel.

"Kan tadi lagi makan Bu." Elak Adrian.

"Ini kan sudah nggak makan, ngeles terus." Omel ibunya.

"Mau ke rumah temannya Bu Kartika Bu, katanya nawari pekerjaan antar jemput anaknya sekolah." Jelas Adrian.

"Emang anaknya kelas berapa?" Tanya ibunya.

"Kelas 2 SMA" jawab Adrian.

"Itu bukan kerja, tapi kamu naksir cewek itu. Pinter banget ni anak cari alasan." Seloroh Bapaknya sambil ketawa.

"Sama kayak Bapaknya." Sahut Ibunya menyindir sambil memberikan uang saku.

Setelah berpamitan dan salim dengan kedua orang tuanya, Adrian pergi ke rumah Bu Anis.

Sementara di rumah berpagar tinggi itu, tampak sebuah mobil keluar dari garasi. Adrian tampak menunggu hingga mobil itu membelok dari tikungan dan tidak terlihat lagi. Setelah lima belas menit berlalu, Adrian pun berjalan santai menuju rumah Bu Anis. Motornya diparkir di sebuah kantor pemerintahan yang berada di seberang rumah itu.

Setelah memencet bel beberapa kali, pagat itu sedikit terbuka untuk memberinya jalan masuk. Bu Anis, mengenakan daster pendek bertali kecil, berwarna putih bermotif bunga tanpa bertanya langsung menutup pagar dan menguncinya.

"Tunggu di gazebo ya." Pinta Bu Anis.

"Nggak ada morning kiss kah Bu?" Tanya Adrian sambol memeluk Bu Anis yang hendak melangkah masuk ke rumah.

"Jangan terlalu romantis, nanti Ibu semakin terperosok."

Bu Anis mencoba melepaskan diri dari pelukan Adrian, saat ia membalikkan tubuhnya,

"Muuuaaacchhh..mmmpphhh..mmmppphh.."

Adrian mencium mesra bibir pucat Bu Anis, melumatnya dengan gairah.

"Mmmppphhh..sudah Rian, kamu tunggu sebentar di gazebo, ibu mau bikinkan kamu minuman dulu." Kata Bu Anis sedikit mendorong tubuh Adrian setelah berhasil melepaskan ciuman.

"Biasanya kamu pandai mengontrol diri mu." Ujar Bu Anis menambahkan sambil berlalu meninggalkan Adrian.

Sebenarnya, syahwatnya sudah bergemuruh dalam dadanya, detak jantungnya pun meningkat akibat morning kiss yang barusan diterimanya dari remaja yang sudah dinantikannya beberapa bulan ini. Pertemuan dan cumbuan yang dilakukannya kemarin membuatnya kembali teringat dengan kepuasan dan kenikmatan yang pernah dicapainya. Dan gayung bersambut, dengan sikap putrinya yang menunjukkan ketertarikan dengan Adrian dan sebaliknya, Bu Anis merasa mendapatkan kembali sebuah atau malah banyak sekali kesempatan untuk mengarungi samudra gairah bersama remaja cungkring itu.

Adrian menunggu hampir setengah jam dengan gusar di gazebo kecil itu. Dua batang rokok sudah habis dihisapnya. Saat kesabarannya hampir habis, dari pintu keluarlah Bu Anis masih dengan daster pendek putihnya samgil membawa baki berisi cangkir dan botol air mineral. Tapi kali ini dengan tubuh dan wajah yang segar, rambut yang agak basah.

"Kenapa mandi dulu Bu dan dandan dulu sih Bu, toh nanti juga berkeringat lagi kan." Ujar Adrian agak kesal.

"Kalau wangi nanti berkeringat pun nggak terlalu bau kan Yan." Sahut Bu Anis dengan tersenyum genit.

Gazebo itu agak tinggi dengan tiga anak tangga untuk memasukinya. Bentuknya melingkar dengan lantai kayu dan beberapa bantal kecil yang bisa dipakai untuk pengganjal bokong. Dinding kayu setinggi sekitar 30cm bisa menjadi sandaran lengan untuk bersantai saat bercengkerama.

Bu Anis meletakkan baki itu lalu duduk bersimpuh di depan Adrian yang sedang bersila.

"Kamu tidak pernah kabar soal Kartika lagi?" Tanya Bu Anis sembil memperhatikan wajah Adrian.

"Nggak Bu, saya juga tidak tertarik lagi untuk mengetahui kabar orang yang telah menjadi masa lalu saya." Jawab Adrian dengan tenang walapun gairahnya sudah membumbung karena paha putih mulus dan belahan dada yang terpampang jelas di depan matanya.

"Aku pun sudah lama tidak kontak dengannya, entah bagaimana dia sekarang." Kata Bu Anis sambil menyenderkan tubuhnya di dinding kayu lalu menyelonjorkam kakinya.

"Minum dulu kopinya Rian." kata Bu Anis mempersilahkan.

Adrian menyeruput kopinya, lalu bergerak mendekati Bu Anis. Kaki Bu Anis yang selonjor merapat di renggangkannya. Bu Anis hanya menatap wajah Adrian yang juga menatapnya.

"Muaachh..mmppphhh..mmmphhhh.."

Keduanya berciuman dengan mesra. Sedetik, dua detik, tiga detik ciuman itu berubah menjadi lumatan. Keduanya saling berbagi ludah, lidah mereka saling membelit dan bibir mereka saling menyedot. Adrian bersimpuh dengan kedua kakinya merapat, lalu menarik tubuh Bu Anis untuk dipangkunya. Ciuman mereka berubah semakin liar seiring meningkatnya libido mereka. Tangan kiri Adrian mendekap erat leher Bu Anis dan tangan kanannya meremas pantat bahenol dipangkuannya. Tangan Bu Anis melingkar mesra dan manja di leher remaja cungkring yang sedang bermain lidah dengannya.

"Mmmppphhh..sleerrppp..mmmppphhh.."

Adrian menurunkan tubuh Bu Anis ke lantai kayu dengan kepala pas di atas bantal sambil mereka tetap berciuman.

Sebuah pemandangan indah semakin meningkatkan syahwat Adrian ketika menurunkan tali kecil daster Bu Anis. Payudara besar, putih mulus dengan puting kecoklatan yang mengacung seakan menantang untuk dirangsang.

"Aaaaaaahhhh...Riaaaaann.."

Desahan pertama keluar dari mulut Bu Nais terdengar seksi saat Adrian meremas kedua bukit kembarnya.

"Apa yang harus saya lakukan agar bisa mengantar jemput Tiara, Bu?" Tanya Adrian menggoda Bu Anis dengan menjilat kedua puting coklat itu bergantian.

"Eeeggghhh..sedotin pentilnya Rian..ooouuuhhhh.." pinta Bu Anis memelas.

Adrian pun tersenyum mesum lalu menyedot puting kiri Bu Anis.

"Ooouuugghhh..geliiiii..aaaaahhhhh.."

Tangan Bu Anis mencengkeram kedua pundak Adrian, tubuhnya sedikit terangkat seakan menyorongkan payudaranya untuk dikerjai oleh remaja cungkring itu.

Adrian menjilat dan mengenyot puting mungil itu dengan gemas dan bernafsu. Mulutnya bergerak liar membuat sensasi kegelian menjalari seluruh tubuh Bu Anis.

"Sedoot yang kenceng pentilnya Rian..aaagghhh..eeegghhh.." Bu Anis meracau.

Setelah puas dengan kedua puting mungil itu, bibir dan lidah Adrian berpindah ke area paha. Daster itu dinaikkannya hingga sebatas pinggang. Terpampanglah celana dalam krem berenda. Dengan tenang, jempolnya memijit-mijit bagian tengah vagina yang masih tertutup CD. Lidahnya bergantian menjilati paha bagian dalam Bu Anis.

"Sssshhh...Riaaaaannn...eeeeegghhhh.."

Mulut Bu Anis mendesis dan mendesah akibat sensasi basah lidah Adrian pada kedua pahanya yang terbuka lebar.

"Ibu pandai merawat memek."

Kata Adrian dengan tersenyum sembari tangannya menurunkan CD krem itu. Bu Anis pun tersenyum mesum dengan respon manis, mengangkat sedikit pantatnya hingga CD itu puj berhasil lolos dari kedua kakinya.

"Bersih tanpa bulu dan berbau harum." Puji Adrian.

Jari tengah Adrian langsung mengusap belahan vagina Bu Anis saat bibirny melumat mesra bibir Bu Anis.

"Muuaaccchhh..mmmppphh..mmmpphhh.."

Serangan kombo Adrian semakin meningkatkan libido Bu Anis. Rangsangan pada belahan vaginanya membuat vagina itu perlahan terbuka. Adrian pun melepas lumatan bibirnya dan berpindah ke leher kanan Bu Anis. Jari tengahnya dengan perlahan dan pasti berhasil memasuki vagina dan mengocoknya dengan lembut.

"Ssssshhhh..eeeeeeggghhhh..Riaaaaannn..oooouuuhhh.."

Bu Anis hanya bisa meracau dan mendesah dengan kelakuan nakal jemari dan bibir Adrian. Tubuhnya seakan diserang ribuan semut, kegelian melandanya. Tangannya berusaha menggapai celana Adrian untuk melakukan perlawanan tapi Adrian menghentikan aksinya.

"Belum saatnya Ibu bermain dengan kontol saya, sekarang ini giliran saya untuk memenuhi syarat agar saya bisa mengantar jemput Tiara hehehe."

Adrian berkata demikian saat wajahnya tepat berada di antara selangkangan Bu Anis. Keduanya bertatapan cabul saat Adrian menjulurkan lidahnya menjilati belahan vagina Bu Anis.

"Aaaaaaahhhhh...ssshhhh..." Bu Anis mendongakkan kepalanya, tangannya mencengkeram kepala Adrian.

"Aaaaahhhh..ooouuuhhh..Adriaaaaaannn.."

Tangan Adrian bermain cantik di kedua puting Bu Anis. Jemarinya lincah memilin dan memutar kedua puting mungil itu. Lidahnya pun mulai lihai menemukan klitoris yang tersembunyi.

"Adriaaaaaaaaaannn...mmmmpppphhhhh..."

Bu Anis hampir saja menjerit kuat saat lidah Adrian berhasil bermain riang di klitorisnya.
Ia hampir saja lupa jika mereka berdua saat ini hanya berbatas dinding pagar rumah dengan jalan raya. Masih untung ia sadar menutupi mulutnya dengan telapak tangannya.

"Ooouuuhhhh...mmmpppphhh...aaaahhhh.."

Suara desahannya pun mengecil, yang bagi Adrian justru terdengar makin sensual. Lidahnya bergoyang mengguncang klitoris yang baginya menggemaskan.

"Adriaaaaaaannnn..nggak kuuuu...aaatttt...aaaahhh..aaaahhh.."

Adrian tidak memperdulikan racauan Bu Anis. Lidahnya terus aja mempermainkan klitoris Bu Anis, bahkan ia menambahi rangsangan ke vagina itu dengan memasukkan jari tengahnya yang langsung tancap gas mengocok.

"Aaaaauuuuhhhh...Riaaaaan...aaaaahhhh...aaammmpuuunn...keluaaaaarrrr...mmmmpppphhhhhh.."

Tubuh Bu Anis menggelepar bagaikan ikan di daratan. Pahanya mengempit kepala Adrian dengan tangan menjambak rambut remaja itu. Gelombang syahwatnya telah mencapai puncak. Matanya memeram, wajahnya bersemu merah, dan mulutnya menganga seakan tidak percaya dengan kenikmatan yang didapatnya barusan.

Adrian meregangkan kembali paha Bu Anis, lalu mengecup mesra bibir wanita paruh baya itu. Bu Anis pun membuka mata,

"Kamu jahat, bikin Ibu keteteran menahan orgasme." Ujar Bu Anis sambil tersenyum manja.

Adrian mengambil air mineral dan memberikannya kepada Bu Anis.

"Ibu harus membalas perbuatan nakal saya."
Kata Adrian sambil berdiri dan membuka resleting celananya.

Bu Anis pun bangkit bersujud di depan Adrian. Tangannya langsung bereaksi aktif menelanjangi bagian bawah tubuh Adrian hingga,

"Kontol ini yang selalu ibu rindukan selama beberapa bulan." Kata Bu Anis menatap mesum Adrian dengan tangan kirinya mengocok lembut kontol remaja itu.

"Sssssssshhhhh..saya suka bagaimana ibu memperlakukan kontol saya..eeeeggggh..*

Senyum nakal Bu Anis tersungging saat ia menjilati kepala kontol Adrian. Dengan khidmat, ia berlutut dan mengulum kontol Adrian. Sambil memejamkan mata, lidahnya menjilat seluruh batang kontol di dalam mulutnya, bibirnya menyedot hingga menimbulkan kenikmatan luar biasa bagi Adrian.

"Sssshhhh...eeeeeggghhhh.."

Adrian mendesis nikmat, tangannya mencoba merangsang payudara Bu Anis dengan meremas dan mempermainkan putingnya.

"Cleeegghh..cleeeegghh"

Bu Anis begitu bersemangat untuk membalas kenalakan lidah Adrian pada vaginanya tadi. Ia berusaha pamer kehebatan mulut dan lidahnya untuk membuat kontol Adrian mengeluarkan pejuhnya.

"Aaaaahhhh..gilaaaaa..ampuuunn Bu..enak banget sepongan ibu..eeeggghhhh.."

Adrian menarik kontolnya dengan paksa dari kuluman mulut Bu Anis.

"Sini Bu, Ibu di bawah."

Adrian meminta Bu Anis berlutut di tangga kedua sedangkan dia duduk mengangkangkan pahanya di lantai gazebo. Bu Anis yang paham dengan maksud Adrian langsung menuruti dan kembali mengulum kontol Adrian dengan senyum semakin mesum.

"Kamu semakin pandai." Ucapnya sekilas lalu kembali menunaikan misinya.

"Enak banget Bu...aaaaahhhh...sssshhhh.."

"Plak..plak..plak.."

Adrian mengerang lalu membungkuk dan menampari bokong putih mulus yang membulat menggodanya.

"Uuuuhhmmmppp..uuuhhmmppp.."

Suara mengaduh Bu Anis tenggelam oleh kontol yang memenuhi mulutnya. Setelah 5 menit.

"Bu Aniiiiisss...aaarrghhh...aaaaahhhh.."

Adrian menarik kontolnya dari mulut Bu Anis dan mengarahkan kontolnya ke wajah Bu Anis yang sigap membuka mulut dan menutup matanya bersiap menerima semburan pejuh kontol Adrian.

"Crot..crot..crot.."

Cairan kental putih terasa hangat meyirami mulut, hidung dan kening Bu Anis. Setelah tumpahan pejuh itu habis, Bu Anis kembali memasukan kepala kontol Adrian ke dalam mulutnya dan menghisap kuat seakan hendak memeras hingga habis pejuh yang belum keluar dari dalam kepala kontol perkasa Adrian.

"Ouuuhhhhh..Ibu emang binal..aarrrggghhh.."

Adrian mengerang karena kenikmatan sedotan Bu Anis diujung puncaknya.
Luarbiasa suhu...
 
Update Jumat Berkah.



Cuaca mendung dan semilir angin yang berhembus melenakan kedua sejoli berbeda usia. Keduanya bersender pada dinding gazebo dengan nafas terengah-engah. Rona wajah mereka memancarkan kebahagian setelah keduanya berhasil mencapai puncak kenikmatan bergantian.

"Di minum dulu kopinya Rian." Ujar Bu Anis setelah melihat Adrian mampu mengatur nafas dengan baik.

"Kalau saya memacari Tiara gimana Bu?"

Adrian bertanya tiba-tiba setelah menyeruput kopi yang sudah tidak lagi panas. Bu Anis menoleh dengan mimik muka yang kebingungan.

"Jangan terburu-buru mau macari Tiara, dia kan masih sekolah, dan kamu juga belum kerja. Emang kamu gak mau kuliah?" Elak Bu Anis sambil bertanya.

"Sepertinya otak saya susah untuk diajak berpikir terlalu sulit Bu, hahaha." Jawab Adrian enteng demgan tertawa.

"Kebanyakan mesum sih." Goda Bu Anis.

"Gimana nggak mesum kalau syarat untuk mengantar jemput cewek aja kudu ngentotin ibu nya dulu, hahaha."

Tawa Adrian terbungkam oleh bibir Bu Anis yang langsung melumat bibirnya.

"Muaachh..mmmppphhh..mppphhhh.."

Keduanya kembali berciuman dengan ganas. Bu Anis yang sudah terbakar gairah setelah wajahnya disemprot pejuh Adrian, berusaha membangkitkan kembali keperkasaan kontol Adrian yang masih lemah. Tangannya bergerak aktif mengelus peler dan batang kontol remaja yang mampu membuatnya terbuai dalam syahwat.

"Karena hanya kontol mu yang bisa bikin Ibu menggelepar karena orgasme." bisik Bu Anis di telinga Adrian sambil menjilat daun telinganya.

Sambil menatap Adrian penuh gairah, Bu Anis mengangkat lepas kaos Adrian, lalu menjilati kedua puting remaja itu. Tangannya pun semakin cepat mengocok kontol yang perlahan mulai membengkak di dalam telapak tangannya.

"Ssssshhhh..calon mertua binal..eeehhhhhh.."

Adrian mendesah dan meracau,

"Apa kamu bilang?" Bisik Bu Anis sambil menyedot puting Adrian.

"Aaaaahhhh...calon mertua binal..ssssshhh.."

Adrian berkata agak keras. Bu Anis bukannya marah malah semakin liar melancarkan ciuman dan jilatan di sekujur badan Adrian, hingga mulutnya tepat di atas kontol yang sudah menegang.

"Sejak kapan kamu merasa bakal menjadi calon menantuku?" Goda Bu Anis sambil menyedot kepala kontol Adrian.

"Aaaaaahhh..sejak Ibu meminta syarat agar saya bisa menjemput Tiara...ssssshhhh.."

Bu Anis menatap mata Adrian dengan sunggingan senyum yang menggoda birahi. Dengan pelan lidahnya bergoyang menjilati lubang kencing kontol Adrian.

"Aaaaaaahhhh..geliiiiii..sssshhhh.." desis Adrian.

"Bukan Tiara yang akan jadi kekasihmu, tapi aku Rian." Ujar Bu Anis sambil menjilati seluruh batang kontol hingga peler remaja itu.

"Sluurrpp..sluuurrrppp..sluurrrppp."

Adrian menarik lepas kontolnya, lalu bangkit berdiri. Bu Anis pun sigap mengikuti pergerakan Adrian dan mulutnya dengan cepat mengulum kontol Adrian.

"Ibu masih berharap untuk menggantikan posisi Bu Kartika di hati ku?" Tanya Adrian sambil menahan kepala Bu Anis dan menggerakkan pinggulnya hingga kontolnya keluar masuk dengan pelan di mulut Bu Anis.

"Cleeegggghh..cleeeeegggghhh.."

"Aaaahhhhh..mulut Ibu seenak memek Ibu..eeehhhh..eeehhh.."

Bu Anis tidak mampu bersuara, hanya suara kecipak ludahnya yang beradu dengan kontol Adrian di dalam mulutnya.

Setelah beberapa menit, Adrian kembali menarik kontolnya keluar dari mulut Bu Anis. Lalu berlutut dan keduanya kembali berciuman dengan liar.

"Muaaachh..mmpphh..mmmpphh.."

Dengan lembut, Adrian menjatuhkan tubuh Bu Anis ke lantai. Tangannya memegang kontolnya dan menggesek-gesekkannya di permukaan memek Bu Anis.

"Mmmpphhh..mmppphhh..ssssshhhh..masukin Rian.."

Adrian mengambil bantal dan mengganjal bokong Bu Anis sehingga memek tembem itu seakan menengadah bersiap menerima hujaman daging kenyal nan keras Adrian. Demgan perlahan, Adrian mengarahkan kontolnya dan mendorong pelan agar membelah memek itu. Memek Bu Anis semakin terbuka tatkala kontol Adrian memasuki ruang terbuka di tengah selangkangan Bu Anis, kenikmatan pun menyeruak ke seluruh syaraf tubuh keduanya.

"Adriaaaaaaann..aaaaaaaahhhhh.." Bu Anis menjerit pelan.

"Eeeeeegghhhh..memek Ibu semakin sempit rasanya.." desah Adrian.

Keduanya saling bertatapan mesra penuh syahwat. Dengan meremas kedua toket besar Bu Anis, Adrian menarik kontolnya hingga tersisa kepala kontolnya lalu menghujamkannya kuat.

"Aaaaahhhhh..Riaaaaannn..oooouuuuhhh.."

Bu Anis mendongak memejamkan mata dengan mulut terbuka. Adrian mengulangi gerakannya beberapa kali.

"Ini yang Ibu rindukan, Rian..sssshhh...eeeegghh.." desis Bu Anis.

Hujaman kontol Adrian yang kuat dan dalam menerobos hingga ke rahim disertai remasan di payudara dan pilinan di kedua putingnya membuat Bu Anis tidak mampu bertahan lama, hanya lima menit kemudian,

"Riaaannn..oooouuuhhh..geli bangeeet..aaaaacchhhh..aku keluaaaarrr...sssshhhhh..ooouuugghhhh.."

Tubuh Bu Anis kembali menggelepar, jepitan kedua kakinya pada pinggang Adrian mengencang. Tangannya kuat mencengkeram lengan Adrian yang menapak meremas kuat kedua payudaranya. Nafasnya memburu dengan wajah memerah penuh gairah. Kenikmatan orgasme yang telah beberapa bulan hilang sekarang kembali mendatanginya.

Adrian tersenyum bangga dengan dirinya sendiri yang merasa semakin perkasa dalam hal bermain cinta. Sedikit push up dan sit up setiap hari yang rutin dilakukannya membawa hasil yang signifikan bagi staminanya. Waktu masih panjang baginya untuk membuat wanita paruh baya yang bahenol ini semakin tergila-gila padanya.

Ia pun menggulingkan tubuh Bu Anis miring lalu berbaring di belakangnya. Kontolnya kembali di arah kan ke lubang memek Bu Anis dengan 1 kaki diangkatnya. Dengan tenang kembali ia menghujamkan kontolnya mengaduk-aduk memek yang telah basah itu.

"Eeeggghh...eeeghhhh..eeegghh.."

Kali ini Adrian melakukan penetrasi dengan gerakan pelan dan konstan. Ia tidak ingin terburu-buru untuk menjaga ketahanan fisiknya.

"Eeeegggghhh...sssshhhh..oooohhhh...oooohhh.."

Bu Anis hanya bisa pasrah menerima entotan kontol Adrian pada memeknya. Orgasmenya yang belum reda oleh Adrian coba ditimbulkan kembali. Bu Anis yang sudah terbakar birahi sejak pertama Adrian datang kesulitan untuk mengendalikan api gairahnya. Seluruh syaraf di tubuhnya terasa gatal terutama di klitorisnya yang tergesek dengan teratur oleh batang kontol Adrian. Sensasi kegelian pada syarafnya kembali mencapai puncaknya setelah beberapa menit entotan kontol Adrian berlangsung.

"Eeegghhh..Riaaan..eeeghhh..kontol mu makin enak..eeeehhhhh..eeehhhh.." racau Bu Anis.

"Memek Ibu kenapa bisa menyempit gini sih..eeehhh..eeehhh.." puji Adrian sambil terus memompa kontolnya di dalam memek Bu Anis.

"Uuuuhhhh..kamu sih lama nggak mau ngentotin aku..ooohhh...ooohhh..Riaaan.." desah Bu Anis semakin binal.

Sebelah tangan Bu Anis hanya mampu meremas pantat Adrian yang konstan bergerak maju mundur. Kakinya yang terangkat menekuk, mengempit lengan Adrian yang menahannya agar tidak menurun. Kembali Bu Anis merasakan kedutan pada memeknya yang semakin basah

"Plok..plok..plok..plok.."

Suara kecipak basah memeknya yang tersodok kontol Adrian berpadu dengan suara pertemuan paha adrian dengan bokongnya yang sedikit menungging. Hingga akhirnya, kembali Bu Anis harus menerima kekalahan keduanya.

"Oooouuuhhh..Adriaaaaaannn..aku...aaaaahhh..aakuuu..eeeggghh..eeeghhh..aku nggak kuat..aaaahhhmmpppp...ooouuhhhmmmppp..ooouuuhhhmmpp.."

Bu Anis membekap mulutnya sendiri agar suara jeritan orgasmenya yang kedua tidak terdengar dari luar. Walaupun suara kendaraan lalu lalang lebih bising, tapi ia pun merasa malu andai ada orang yang berjalan di depan rumahnya mendengar jeritan kenikmatannya.

Cairan kenikmatannya semakin deras mengucur hingga merembes ke pahanya. Tubuhya kembali menggelinjang dan keringatnya membasahi tubuh daster putih yang masih dipakainya.

"Apakah orgasme kedua ini sudah memenuhi syarat agar saya bisa memacari Tiara?" Bisik Adrian di telinga Bu Anis yang sedang menggelepar pelan.

Bu Anis tidak menjawab pertanyaan Adrian, kegelian pada seluruh syarat di tubuhnya menyebabkan jatungnya berdetak cepat dan pernafasannya pun memburu. Setelah hampir satu menit kemudian,

"Belum, keperkasaan kontol mu belum sepenuhnya teruji." Kata Bu Anis.

Bu Anis mendorong tubuh Adrian hingga telentang, lalu dengan cepat ia pun menaiki tubuh remaja itu dan mengarahkan kembali kontol yang masih tegak menjulang itu tepat di memeknya dan menenggelamkannya di dalam memeknya.

"Sssssshhhh..kalau kali ini kamu kalah, kamu harus mengulangi syarat dari ku..ooouuuhhhh.."

Dengan posisi berlutut dan memek yang terganjal oleh kontol Adrian, dan kedua tangan menapak di dada Adrian, Bu Anis mendesah untuk memulai serangannya.

"Syarat apalagi sih Bu?" Tanya Adrian bingung.

"Ssshhhhh..empotan memek Ibu semakin nikmat..eeeggghhh..eeeghh.."

Adrian memuji gerakan kegel memek Bu Anis yang dipakai sebagai awal serangan.

"Membuat ku orgasme setidaknya 3x sebelum kamu keluar..aaaaahhh..kontol mu keras banget..ssshhhh..aaahhhh.."

Bu Anis yang mencoba menaklukkan remaja itu justru mengerang keenakan saat Adrian pun mempraktekkan kegel yang sudah dipelajarinya. Dengan menahan nafas teratur, kedutan kontolnya terasa keras dan berkedut di dalam memek Bu Anis. Keduanya seakan adu kuat di babak ke tiga pertempuran syahwat mereka.

"Oooouuuuhhh...oooouuuhhh..mmmmppphhh..mmmppphhh.."

Bu Anis mulai menggerakkan pantatnya naik turun dengan cepat, ia ingin segera menaklukan Adrian sehingga ia bisa mendapatkan lebih banyak orgasme seandainya Adrian kalah dalam posisi women on top, posisi andalannya yang selalu bisa membuat suaminya menyerah kalah dalam hitungan detik.

"Ssshhh..aaahhhh..aaahhh..ooouuuhhh.."

Tapi, sepertinya Bu Anis terlalu terburu nafsu sehingga staminanya yang telah dikuras oleh 2x orgasme semakin payah. Goyangannya semakin melemah hanya dalam waktu tak lebih dari 7 menit. Adrian pun melancarkan serangan balik. Ditahannya pantat Bu Anis, lalu dengan cepat, ia menyodokkan kontolnya bertubi-tubi.

"Eeeggghhh..eeeggghhhh..eeeggghhh.."

"Aaaauuuhhhh...ooouuuuhhh..Riaaaaaaannn...gilaaaa...geliiiii...aaahhh...aaahhhh..ampppuuunn...geliii bangeeet...aaaaahhh..aaaahhhh..."

Bu Anis meracau, mengerang, mendesah tidak karuan. Ia tidak menyangka serangan Adrian begitu ganas dan menimbulkan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi. Bu Anis tidak ingin menyerah kalah kali ini. Ia mencoba bertahan sekuat tenaga dengan mencoba mengganti gaya, ia memutar tubuhnya membelakangi Adrian yang masih telentang.

Pemandangan bulatan bokong nan putih mulus berpengaruh besar pada keperkasaan kontol Adrian. Apalagi saat bokong bohay itu bergerak naik turun disertai,

"Sssshhhh..aaaaahhhh..dalam banget Riaaaaann..kontol mu dalem banget..aaaaahhhh..oooouuuhhhh.."

Desahan dan racauan binal Bu Anis semakin memperlemah kekuatan kontol Adrian.

"Eeeegghhhh..eeeggghhh..memek Ibu semakin basah..uuuhhhh.." Adrian pun tidak mau kalah membalas kebinalan Bu Anis.

Keduanya berupaya keras untuk saling mengalahkan. Tapi bagaimana pun, birahi Bu Anis yang terlanjur tinggi membuatnya tidak mampu bertahan lagi. Saat Adrian turut menghujamkan kontolnya dengan keras dan dalam, goyangan bokong Bu Anis pun berubah menjadi getaran.

"Riaaaaan..mmmmppphhhh..akuuuuu...aaaaaahhhhh..aaaaaahhhh..ooouuuhhhh..."

Bokong itu gemetaran karena orgasme ke 3x nya. Serangan tajam kontol Adrian yang menusuk hingga ke rahim Bu Anis membuatnya tergelepar dalam kenikmatan bercinta. Cairan cintanya mengucur membasahi paha Adrian saat bokongnya terangkat dan squirt melandanya. Kaki Bu Anis terlihat bergetar hebat. Tubuhnya mengejang beberapa kali sebelum akhirnya ia terduduk di lantai karena kakinya terasa lemah untuk menopang tubuhnya.

Adrian memeluk Bu Anis dari belakang untuk meredakan guncangan kenikmatan yang dialami Bu Anis. Ia menolehkan kepala Bu Anis dan melumat bibir yang terengah-engah itu. Mata keduanya terpejam seakan menikmati puncak asmara di hati mereka. Tangan Adrian memeluk perut berlemak Bu Anis dengan kontol kerasnya menempel erat di punggung.

"Kamu semakin kuat, semakin romantis, Ibu takut jatuh cinta padamu." Bisik Bu Anis sambil memeluk lengan Adrian yang melingkar di lehernya setelah melepaskan bibir mereka.

"Saya ingin mencintai Tiara Bu, Ibu adalah bonusnya." Kata Adrian sambil tersenyum menciumi rambut Bu Anis.

Sikap Adrian semakin meluluh lantahkan hati Bu Anis. Hampir saja ia tidak merelakan remaja itu untuk mencoba mendekati putrinya demi keegoisannya. Tapi status dan usia sedikit banyak memberinya kesadaran akan keadaan yang dialaminya sekarang atau esok nanti. Ia pun berbalik, menganguk dan kembali mencium bibir Adrian dengan mesra.

"Ibu duduk menungging di anak tangga, saatnya Doggy Style..hehehe." pinta Adrian mesum.

Bu Anis pun sepertinya memahami keinginan Adrian agar ia pun bisa mengeluarkan pejuhnya. Tubuh keduanya sudah berlumuran keringat tapi semangat bercinta mereka seakan mengalahkan rasa gerah yang melanda mereka.

Adrian berdiri di rerumputan, dan Bu Anis duduk menungging di anak tangga kedua dengan bantal kecil menjadi alas untuk melindungi lututnya.

"Ssssshhhh..eeeegghhhh..keluarkan pejuhmu Rian..sirami Ibu dengan pejuhmu.." ucap Bu Anis binal sambil menoleh ke arah Adrian dengan senyum genit.

"Plak..plak..plak.."

Adrian membalas ucapan binal Bu Anis dengan menampari bokong mulusnya.

"Aduuuuhhh..sssshhhh.." desis Bu Anis.

Tanpa basa-basi, kontol yang sudah ngaceng maksimal itu menghujam memek Bu Anis dari belakang. Dengan memegang pinggang Bu Anis, pinggul Adrian bergerak dengan cepat.

"Oouuuuhhh..Adriaaann..eeeghhhh...eeeggghhh..eeghhh.."

Syahwat Bu Anis langsung melonjak akibat ulah nakal pinggul Adrian, kegelian di memeknya perlahan meningkat.

"Eeeghhh..eeggghhh..eeeggghhh.."

Adrian menarik kedua tangan Bu Anis sambil terus menyodokkan kontol kerasnya. Tubuh Bu Anis terlihat terhentak-hentak, payudara besarnya bergoyang, kepalanya menggeleng-geleng. Memeknya pun merespon dengan semakin banyak mengeluarkan cairan.

"Ooouuuhhh..enak banget Riaaann..eeegghhhh..geliii..bangeeett...aaahhhh..aaahhhh..."

Kali ini Bu Anis tidak mampu membekap mulutnya sendiri sehingga racauannya terdengar jelas.

"Eegghhh..eeeggggh...eeeggghhh.."

Adrian mengatur nafas agar kontolnya tidak buru-buru mengeluarkan pejuh. Kenikmatan pada seluruh bagian kontolnya. Kenikmatan itu menjalar cepat ke seluruh bagian tubuhnya. Otak dan hormonnya otomatis mengikuti aliran kegeliannya. Tubuh bahenol Bu Anis di posisi menungging begini membuat Adrian lepas kendali atas syahwatnya.

"Oooooohhhh...Riaaaaan..kontol mu...aaaahhh..aaahhhh.."

Adrian seakan tidak mempedulikan desahan, erangan dan racauan Bu Anis yang menambah api gairahnya semakin membakar tubuhnya. Frekuensi kedutan di kontolnya pun semakin cepat. Sedikit kesadaran untuk membuat Bu Anis kembali orgasme mengingatkannya untuk mengontrol nafsunya. Tapi itu tidak mampu bertahan lama, setelah 10 menit kontolnya mengobok-obok memek Bu Anis,

"Aku keluaaaaarr...aaaaahhhh..Riaaaaannn..ooouuuuhhhh...eeeehhhhh...eeehhhh.."

Bu Anis kembali meregang, tubuhnya kembali bergemetar dan menggelinjang, empotan memeknya bekerja otomatis membuat kontol Adrian semakin berkedut.

"Aaarrrghhhh...aaaaahhhhh.." Adrian mengerang, dan..

"Crot..crot..crot.."

Pejuhnya menyemprot memek Bu Anis dengan kencang dan banyak.

"Aaaaaaahhhh..angeeettt Riaaan..ouuuhhh..ooouuuhhh.."

Bu Anis melenguh dan Adrian mengerang. Pejuh Adrian dan cairan cinta Bu Anis bercampur meleleh keluar dari memek yang masih menungging lemah. Adrian mendekap tubuh Bu Anis seakan menindihnya. Nafas keduanya memburu setelah api gairah yang membakar mereka berdua perlahan padam.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd