Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Masa Lalu

"Kriiiiinggggggg...kriiiiingggg.."

Suara alarm berbunyi nyaring persis di gendang telinganya. Ia pun tersentak dan terbangun, jam setengah tujuh. Setelah berhasil mengumpulkan sembilan nyawanya yang terpencar selama semalaman raganya terlelap,

"Eeeegghhhh..kreekk..kreeekkk.."

Ia mengolet hingga suara tulang kurusnya bergemeretak. Dengan menyampirkan handuk di pundak, remaja cungkring itu bersiul-siul menuju kamar mandi.

"Mau ke mana kamu pagi-pagi sudah bersiap mandi?" Tanya ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.

"Bangun pagi mencari rejeki to Bu." Katanya sambil menghempaskan pantat keringnya di kursi.

"Tangan jangan sembarangan mengutil, sebelum bersih dilarang menyentuh makanan!!" Sentak sang Ibu.

Sentakan itu sukses menghentikan aksi tangan Adrian untuk mencicipi tempe goreng yang hendak dijadikan pengganjal sementara perut sebelum mandi.

"Minum dulu air putih itu, selepas mandi baru makan."

Omelan ibu sepertinya bakalan berlanjut andai Adrian tidak beranjak dari kursi tempat penawar lapar. Tak lama kemudian seorang lelaki paruh baya keluar dari kamar mandi.

"Bu, Bapak kesiangan kah? Kok Adrian sudah bangun?" Bapaknya bertanya dengan heran.

"Iya Pak, makanya buruan pakai baju trus sarapan." Sahut ibunya.

"Sunrise
And the new day's breakin' through
The morning
Of another day without you
And as the hours roll by
No-one's there to see me cry
Except the sunrise
The sunrise and you
Tired eyes drift across the shore
Looking for love and nothing more
But as the sea rolls by
No-one's there to see me cry
Except the sunrise
The sunrise and you
Sunrise
Bless my eyes
Catch my soul
Make me whole again
Sunrise, new day
Hear my song
I'm tired of fightin'
And foolin' around
But from now on
Till who knows when
My sword will be my friend
And I'll love you, love you
For all of my time"

Lagu Uriah Heep ini dinyanyikan dengan keras oleh remaja cungkring di kamar mandi seakan menjawab gurauan kedua orang tuanya. Setelah mandi ia pun berdandan rapi, kaos oblong hitam dan celana jeans, rambut tersisir rapi.

"Mau kemana sih?" Tanya ibunya penasaran saat Adrian mengambil nasi beserta lauknya.

"Kalau sedang makan jangan bicara Bu, nggak sopan." Jawab nya santai.

"Hiiiiihhhh!!" Sahut si ibu sambil menjitak kepalanya.

Adrian hanya tersenyum lalu makan dengan lahap. Setelah makan ia pun menghampiri Bapaknya yang sedang bersiap untuk berangkat kerja.

"Pak, uang saku." Pintanya.

"Buat apa?!" Tanya Bapaknya ketus.

"Buat beli bensin sama jajan." Jawabnya enteng.

"Minta Ibu mu, Bapak tidak berkuasa atas perekonomian di rumah ini." Kata Bapak.

"Anggaran dari Bu Menteri Keuangan selalu susah cair pak." Balas Adrian.

"Makanya, kalau ditanya itu dijawab." Ibunya menyahut dengan jengkel.

"Kan tadi lagi makan Bu." Elak Adrian.

"Ini kan sudah nggak makan, ngeles terus." Omel ibunya.

"Mau ke rumah temannya Bu Kartika Bu, katanya nawari pekerjaan antar jemput anaknya sekolah." Jelas Adrian.

"Emang anaknya kelas berapa?" Tanya ibunya.

"Kelas 2 SMA" jawab Adrian.

"Itu bukan kerja, tapi kamu naksir cewek itu. Pinter banget ni anak cari alasan." Seloroh Bapaknya sambil ketawa.

"Sama kayak Bapaknya." Sahut Ibunya menyindir sambil memberikan uang saku.

Setelah berpamitan dan salim dengan kedua orang tuanya, Adrian pergi ke rumah Bu Anis.

Sementara di rumah berpagar tinggi itu, tampak sebuah mobil keluar dari garasi. Adrian tampak menunggu hingga mobil itu membelok dari tikungan dan tidak terlihat lagi. Setelah lima belas menit berlalu, Adrian pun berjalan santai menuju rumah Bu Anis. Motornya diparkir di sebuah kantor pemerintahan yang berada di seberang rumah itu.

Setelah memencet bel beberapa kali, pagat itu sedikit terbuka untuk memberinya jalan masuk. Bu Anis, mengenakan daster pendek bertali kecil, berwarna putih bermotif bunga tanpa bertanya langsung menutup pagar dan menguncinya.

"Tunggu di gazebo ya." Pinta Bu Anis.

"Nggak ada morning kiss kah Bu?" Tanya Adrian sambol memeluk Bu Anis yang hendak melangkah masuk ke rumah.

"Jangan terlalu romantis, nanti Ibu semakin terperosok."

Bu Anis mencoba melepaskan diri dari pelukan Adrian, saat ia membalikkan tubuhnya,

"Muuuaaacchhh..mmmpphhh..mmmppphh.."

Adrian mencium mesra bibir pucat Bu Anis, melumatnya dengan gairah.

"Mmmppphhh..sudah Rian, kamu tunggu sebentar di gazebo, ibu mau bikinkan kamu minuman dulu." Kata Bu Anis sedikit mendorong tubuh Adrian setelah berhasil melepaskan ciuman.

"Biasanya kamu pandai mengontrol diri mu." Ujar Bu Anis menambahkan sambil berlalu meninggalkan Adrian.

Sebenarnya, syahwatnya sudah bergemuruh dalam dadanya, detak jantungnya pun meningkat akibat morning kiss yang barusan diterimanya dari remaja yang sudah dinantikannya beberapa bulan ini. Pertemuan dan cumbuan yang dilakukannya kemarin membuatnya kembali teringat dengan kepuasan dan kenikmatan yang pernah dicapainya. Dan gayung bersambut, dengan sikap putrinya yang menunjukkan ketertarikan dengan Adrian dan sebaliknya, Bu Anis merasa mendapatkan kembali sebuah atau malah banyak sekali kesempatan untuk mengarungi samudra gairah bersama remaja cungkring itu.

Adrian menunggu hampir setengah jam dengan gusar di gazebo kecil itu. Dua batang rokok sudah habis dihisapnya. Saat kesabarannya hampir habis, dari pintu keluarlah Bu Anis masih dengan daster pendek putihnya samgil membawa baki berisi cangkir dan botol air mineral. Tapi kali ini dengan tubuh dan wajah yang segar, rambut yang agak basah.

"Kenapa mandi dulu Bu dan dandan dulu sih Bu, toh nanti juga berkeringat lagi kan." Ujar Adrian agak kesal.

"Kalau wangi nanti berkeringat pun nggak terlalu bau kan Yan." Sahut Bu Anis dengan tersenyum genit.

Gazebo itu agak tinggi dengan tiga anak tangga untuk memasukinya. Bentuknya melingkar dengan lantai kayu dan beberapa bantal kecil yang bisa dipakai untuk pengganjal bokong. Dinding kayu setinggi sekitar 30cm bisa menjadi sandaran lengan untuk bersantai saat bercengkerama.

Bu Anis meletakkan baki itu lalu duduk bersimpuh di depan Adrian yang sedang bersila.

"Kamu tidak pernah kabar soal Kartika lagi?" Tanya Bu Anis sembil memperhatikan wajah Adrian.

"Nggak Bu, saya juga tidak tertarik lagi untuk mengetahui kabar orang yang telah menjadi masa lalu saya." Jawab Adrian dengan tenang walapun gairahnya sudah membumbung karena paha putih mulus dan belahan dada yang terpampang jelas di depan matanya.

"Aku pun sudah lama tidak kontak dengannya, entah bagaimana dia sekarang." Kata Bu Anis sambil menyenderkan tubuhnya di dinding kayu lalu menyelonjorkam kakinya.

"Minum dulu kopinya Rian." kata Bu Anis mempersilahkan.

Adrian menyeruput kopinya, lalu bergerak mendekati Bu Anis. Kaki Bu Anis yang selonjor merapat di renggangkannya. Bu Anis hanya menatap wajah Adrian yang juga menatapnya.

"Muaachh..mmppphhh..mmmphhhh.."

Keduanya berciuman dengan mesra. Sedetik, dua detik, tiga detik ciuman itu berubah menjadi lumatan. Keduanya saling berbagi ludah, lidah mereka saling membelit dan bibir mereka saling menyedot. Adrian bersimpuh dengan kedua kakinya merapat, lalu menarik tubuh Bu Anis untuk dipangkunya. Ciuman mereka berubah semakin liar seiring meningkatnya libido mereka. Tangan kiri Adrian mendekap erat leher Bu Anis dan tangan kanannya meremas pantat bahenol dipangkuannya. Tangan Bu Anis melingkar mesra dan manja di leher remaja cungkring yang sedang bermain lidah dengannya.

"Mmmppphhh..sleerrppp..mmmppphhh.."

Adrian menurunkan tubuh Bu Anis ke lantai kayu dengan kepala pas di atas bantal sambil mereka tetap berciuman.

Sebuah pemandangan indah semakin meningkatkan syahwat Adrian ketika menurunkan tali kecil daster Bu Anis. Payudara besar, putih mulus dengan puting kecoklatan yang mengacung seakan menantang untuk dirangsang.

"Aaaaaaahhhh...Riaaaaann.."

Desahan pertama keluar dari mulut Bu Nais terdengar seksi saat Adrian meremas kedua bukit kembarnya.

"Apa yang harus saya lakukan agar bisa mengantar jemput Tiara, Bu?" Tanya Adrian menggoda Bu Anis dengan menjilat kedua puting coklat itu bergantian.

"Eeeggghhh..sedotin pentilnya Rian..ooouuuhhhh.." pinta Bu Anis memelas.

Adrian pun tersenyum mesum lalu menyedot puting kiri Bu Anis.

"Ooouuugghhh..geliiiii..aaaaahhhhh.."

Tangan Bu Anis mencengkeram kedua pundak Adrian, tubuhnya sedikit terangkat seakan menyorongkan payudaranya untuk dikerjai oleh remaja cungkring itu.

Adrian menjilat dan mengenyot puting mungil itu dengan gemas dan bernafsu. Mulutnya bergerak liar membuat sensasi kegelian menjalari seluruh tubuh Bu Anis.

"Sedoot yang kenceng pentilnya Rian..aaagghhh..eeegghhh.." Bu Anis meracau.

Setelah puas dengan kedua puting mungil itu, bibir dan lidah Adrian berpindah ke area paha. Daster itu dinaikkannya hingga sebatas pinggang. Terpampanglah celana dalam krem berenda. Dengan tenang, jempolnya memijit-mijit bagian tengah vagina yang masih tertutup CD. Lidahnya bergantian menjilati paha bagian dalam Bu Anis.

"Sssshhh...Riaaaaannn...eeeeegghhhh.."

Mulut Bu Anis mendesis dan mendesah akibat sensasi basah lidah Adrian pada kedua pahanya yang terbuka lebar.

"Ibu pandai merawat memek."

Kata Adrian dengan tersenyum sembari tangannya menurunkan CD krem itu. Bu Anis pun tersenyum mesum dengan respon manis, mengangkat sedikit pantatnya hingga CD itu puj berhasil lolos dari kedua kakinya.

"Bersih tanpa bulu dan berbau harum." Puji Adrian.

Jari tengah Adrian langsung mengusap belahan vagina Bu Anis saat bibirny melumat mesra bibir Bu Anis.

"Muuaaccchhh..mmmppphh..mmmpphhh.."

Serangan kombo Adrian semakin meningkatkan libido Bu Anis. Rangsangan pada belahan vaginanya membuat vagina itu perlahan terbuka. Adrian pun melepas lumatan bibirnya dan berpindah ke leher kanan Bu Anis. Jari tengahnya dengan perlahan dan pasti berhasil memasuki vagina dan mengocoknya dengan lembut.

"Ssssshhhh..eeeeeeggghhhh..Riaaaaannn..oooouuuhhh.."

Bu Anis hanya bisa meracau dan mendesah dengan kelakuan nakal jemari dan bibir Adrian. Tubuhnya seakan diserang ribuan semut, kegelian melandanya. Tangannya berusaha menggapai celana Adrian untuk melakukan perlawanan tapi Adrian menghentikan aksinya.

"Belum saatnya Ibu bermain dengan kontol saya, sekarang ini giliran saya untuk memenuhi syarat agar saya bisa mengantar jemput Tiara hehehe."

Adrian berkata demikian saat wajahnya tepat berada di antara selangkangan Bu Anis. Keduanya bertatapan cabul saat Adrian menjulurkan lidahnya menjilati belahan vagina Bu Anis.

"Aaaaaaahhhhh...ssshhhh..." Bu Anis mendongakkan kepalanya, tangannya mencengkeram kepala Adrian.

"Aaaaahhhh..ooouuuhhh..Adriaaaaaannn.."

Tangan Adrian bermain cantik di kedua puting Bu Anis. Jemarinya lincah memilin dan memutar kedua puting mungil itu. Lidahnya pun mulai lihai menemukan klitoris yang tersembunyi.

"Adriaaaaaaaaaannn...mmmmpppphhhhh..."

Bu Anis hampir saja menjerit kuat saat lidah Adrian berhasil bermain riang di klitorisnya.
Ia hampir saja lupa jika mereka berdua saat ini hanya berbatas dinding pagar rumah dengan jalan raya. Masih untung ia sadar menutupi mulutnya dengan telapak tangannya.

"Ooouuuhhhh...mmmpppphhh...aaaahhhh.."

Suara desahannya pun mengecil, yang bagi Adrian justru terdengar makin sensual. Lidahnya bergoyang mengguncang klitoris yang baginya menggemaskan.

"Adriaaaaaaannnn..nggak kuuuu...aaatttt...aaaahhh..aaaahhh.."

Adrian tidak memperdulikan racauan Bu Anis. Lidahnya terus aja mempermainkan klitoris Bu Anis, bahkan ia menambahi rangsangan ke vagina itu dengan memasukkan jari tengahnya yang langsung tancap gas mengocok.

"Aaaaauuuuhhhh...Riaaaaan...aaaaahhhh...aaammmpuuunn...keluaaaaarrrr...mmmmpppphhhhhh.."

Tubuh Bu Anis menggelepar bagaikan ikan di daratan. Pahanya mengempit kepala Adrian dengan tangan menjambak rambut remaja itu. Gelombang syahwatnya telah mencapai puncak. Matanya memeram, wajahnya bersemu merah, dan mulutnya menganga seakan tidak percaya dengan kenikmatan yang didapatnya barusan.

Adrian meregangkan kembali paha Bu Anis, lalu mengecup mesra bibir wanita paruh baya itu. Bu Anis pun membuka mata,

"Kamu jahat, bikin Ibu keteteran menahan orgasme." Ujar Bu Anis sambil tersenyum manja.

Adrian mengambil air mineral dan memberikannya kepada Bu Anis.

"Ibu harus membalas perbuatan nakal saya."
Kata Adrian sambil berdiri dan membuka resleting celananya.

Bu Anis pun bangkit bersujud di depan Adrian. Tangannya langsung bereaksi aktif menelanjangi bagian bawah tubuh Adrian hingga,

"Kontol ini yang selalu ibu rindukan selama beberapa bulan." Kata Bu Anis menatap mesum Adrian dengan tangan kirinya mengocok lembut kontol remaja itu.

"Sssssssshhhhh..saya suka bagaimana ibu memperlakukan kontol saya..eeeeggggh..*

Senyum nakal Bu Anis tersungging saat ia menjilati kepala kontol Adrian. Dengan khidmat, ia berlutut dan mengulum kontol Adrian. Sambil memejamkan mata, lidahnya menjilat seluruh batang kontol di dalam mulutnya, bibirnya menyedot hingga menimbulkan kenikmatan luar biasa bagi Adrian.

"Sssshhhh...eeeeeggghhhh.."

Adrian mendesis nikmat, tangannya mencoba merangsang payudara Bu Anis dengan meremas dan mempermainkan putingnya.

"Cleeegghh..cleeeegghh"

Bu Anis begitu bersemangat untuk membalas kenalakan lidah Adrian pada vaginanya tadi. Ia berusaha pamer kehebatan mulut dan lidahnya untuk membuat kontol Adrian mengeluarkan pejuhnya.

"Aaaaahhhh..gilaaaaa..ampuuunn Bu..enak banget sepongan ibu..eeeggghhhh.."

Adrian menarik kontolnya dengan paksa dari kuluman mulut Bu Anis.

"Sini Bu, Ibu di bawah."

Adrian meminta Bu Anis berlutut di tangga kedua sedangkan dia duduk mengangkangkan pahanya di lantai gazebo. Bu Anis yang paham dengan maksud Adrian langsung menuruti dan kembali mengulum kontol Adrian dengan senyum semakin mesum.

"Kamu semakin pandai." Ucapnya sekilas lalu kembali menunaikan misinya.

"Enak banget Bu...aaaaahhhh...sssshhhh.."

"Plak..plak..plak.."

Adrian mengerang lalu membungkuk dan menampari bokong putih mulus yang membulat menggodanya.

"Uuuuhhmmmppp..uuuhhmmppp.."

Suara mengaduh Bu Anis tenggelam oleh kontol yang memenuhi mulutnya. Setelah 5 menit.

"Bu Aniiiiisss...aaarrghhh...aaaaahhhh.."

Adrian menarik kontolnya dari mulut Bu Anis dan mengarahkan kontolnya ke wajah Bu Anis yang sigap membuka mulut dan menutup matanya bersiap menerima semburan pejuh kontol Adrian.

"Crot..crot..crot.."

Cairan kental putih terasa hangat meyirami mulut, hidung dan kening Bu Anis. Setelah tumpahan pejuh itu habis, Bu Anis kembali memasukan kepala kontol Adrian ke dalam mulutnya dan menghisap kuat seakan hendak memeras hingga habis pejuh yang belum keluar dari dalam kepala kontol perkasa Adrian.

"Ouuuhhhhh..Ibu emang binal..aarrrggghhh.."

Adrian mengerang karena kenikmatan sedotan Bu Anis diujung puncaknya.
Bu Anis emang maniak mani
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd