Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pesantren Series (Remake)

Status
Please reply by conversation.

Elliza

Seperti biasanya, setiap hari Jumat pesantren Al-fatah mengadakan olahraga bersama untuk para santri. Selesai berolahraga, beberapa santri ada yang memutuskan untuk melanjutkan bermain bersama teman-temannya, ada yang bermain basket, badminton dan bahkan ada yang bermain sepak bola.

Sebagiannya lagi memilih kembali keasrama, ataupun pulang ke rumahnya, seperti yang di lakukan Helena. Sehabis lari pagi mengelilingi pesantren, Helena bersama teman-temannya berkumpul di rumah Helena.

Layaknya anak remaja pada umumnya, mereka membicarakan topik yang lagi hangat-hangatnya saat ini, yaitu tentang teror yang di lakukan pria bertopeng.

Semalam pria bertopeng kembali menebarkan ancamannya, kali ini seorang santriwati menjadi korban kebiadabannya. Dan tadi pagi saat mereka hendak melakukan senam bersama, Kh Sahal meminta muridnya untuk tidak menyebarkan berita memalukan tersebut. Tentu saja Helena dan teman-temannya tidak sependapat dengan permintaan KH Sahal, tapi mereka juga tidak berani menentangnya.

"Makin lama pesantren kita jadi makin serem." Rutuk Asyifa, yang tengah duduk selonjoran sembari memijit kakinya yang sedikit pegal.

Adinda menghela nafas. "Yang di katakan KH Sahal barusan, memang itu atas perintah Abi kamu ya?" Tanya Adinda kepada Elliza yang sedari tadi menyimak obrolan teman-temannya.

"Gak tau juga, soalnya Abi juga belum pulang." Jawab Elliza.

"Kamu harus memberitahu Abi kamu soal perintah KH Sahal. Enak banget dia bilang untuk tidak menceritakan masalah ini keorang lain, bahkan sama orang tua kita juga tidak boleh." Aziza mendumel kesal.

"Lama-lama KH Sahal sudah kayak mudir. (Pimpinan tertinggi di pesantren)" Celetuk Asyifa.

"Iya ya, aku juga merasa kayak gitu, akhir-akhir ini semua aturan kayaknya di pegang oleh KH Sahal." Tambah Clara yang sedari tadi diam juga ikut angkat bicara tentang masalah pria bertopeng.

"Astaghfirullah... Kalian ini kok malah menggibahkan seorang kiayai, gak takut kualat?" Nasehat Adinda.

"Astaghfirullah..." Lirih Helena.

Obrolan mereka tentang pria bertopeng terhenti ketika Ustadza Nadia, Ibu Helena membawakan minuman untuk mereka berenam.

"Ayo di minum dulu, kalian pasti capekkan habis olahraga." Ujar Nadia seraya meletakan es sirup yang baru saja ia buat untuk anak dan teman-temannya.

"Terimakasih Ustadza..." Ujar mereka serempak.

"Maaf Ustadza jadi merepotkan." Kata Adinda sungkan dengan kebaikan Ustadza Nadia.

Wanita cantik itu tersenyum. "Gak ngerepotin kok, ayo di minum dulu, kalau kurang manis bilang ya." Suruh Nadia sangat ramah.

"Iya Ustsdza."

"Kalian lanjut ngobrolnya ya, Ustadza mau ke dapur dulu." Ujar Nadia, yang kemudian ia pergi meninggalkan mereka berenam.

Setelah Ustadza Nadia pergi, mereka kembali mengobrolkan tentang sosok misterius yang sudah satu bulan terakhir ini meneror pesantren, sudah ada beberapa yang telah menjadi korbannya, sehingga sangat wajar kalau keenam santri tersebut ketakutan.

Mereka tentunya sangat berharap pria bertopeng yang telah meneror pesantren segera di tangkap, agar pesantren kembali damai seperti dulu.

"Udah ah, jangan ngomongin itu lagi, serem." Potong Clara bergidik ngeri membayangkan kalau dirinya yang menjadi korban.

"Eh kalian sudah mengerjakan tugas dari Ustadza Kartika belom?" Tanya Asyifa.

"Belom, pulang ini baru mau aku kerjakan." Jawab Aziza.

"Kita kerjakan bareng yuk, aku juga belom." Pinta Helena. Adinda menghela nafas melihat temannya yang suka sekali menunda pekerjaan.

"Kalian ngapain aja dari kemarin." Tegur Adinda.

"Kamu sudah?" Tanya Clara.

Adinda mengangguk. "Sudah selesai dari kemarin, emang kalian yang suka menunda-nunda pekerjaan. Kamu pasti belum jugakan Clara!" Sindir Adinda.

"Belum sih, tapikan ada ayang Azril." Jawab Clara cengengesan.

"Azril lagi, Azril lagi, kasihan banget tuh anak." Lirih Aziza, mengingat Azril selalu saja di manfaatkan oleh Clara selama ini.

"Dasar playgirl, hahaha..." Ledek Helena.

"Gak baik memanfaatkan kebaikan orang lain, nanti kamu bisa kena karma, baru tau rasa." Nasehat Adinda yang hanya di jawab senyuman oleh Clara.

"Aku balik ke klinik dulu ya! Takut Ustadza Haifa nunggu." Asyifa berdiri sembari merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

"Di tunggu Ustadz Haifa apa ayang Rayhan ni?" Goda Clara, membuat Asyifa menjewer kuping temannya itu.

"Gak sudi aku di tunggu oleh dia." Sinis Asyifa.

"Awas Lo nanti beneran jatuh cinta, ingat kata pepatah dulu, jangan membenci terlalu berlebihan, nanti malah jatuh cinta." Aziza ikut menggoda temannya tersebut yang membuat Asyifa kesel.

"Mustahil!" Tegas Asyifa. "Udah ah, aku duluan ya, assalamualaikum." Ucap Asyifa sembari ngacir keluar dari rumah Helena.

Selepas kepergian Asyifa mereka kembali mengobrol santai, dari masalah guru yang galak, hafalan, hingga masalah gosip terkini tentang artis nasional, yang saat ini tengah terlibat kasus video porno. Mereka tampak antusias membahasnya kecuali Elliza yang terlihat hanya diam saja.

Tidak lama kemudian Elliza pamit ke teman-temannya untuk pulang lebih dulu.

Di perjalanan pulang Elliza kembali mengingat kejadian memilukan yang ia alami diawal bulan kemarin. Elliza merasa dirinya sudah sangat kotor, bahkan tidak jauh beda di bandingkan dengan artis yang barusan di bicarakan oleh teman-temannya.

"Non Elliza..."

Gadis cantik itu menghentikan langkahnya, mencari sumber suara yang memanggilnya. "Pak Dadang?" Lirih Elliza kaget saat tau siapa yang memanggilnya.

Pria yang memiliki tinggi badan 165cm itu menghampiri Elliza yang kini telah menjadi santri kesayangannya. "Rasanya lama sekali kita tidak bertemu ya Non Elliza." Sapa Pak Dadang, salah satu tersangka yang telah memperkosanya.

Mengingat perbuatan Pak Dadang tempo dulu, membuat Elliza muak dengannya. "Maaf Pak saya sibuk." Ucap Elliza ketus, ia hendak pergi meninggalkan Pak Dadang yang tengah cecengesan menatap dirinya.

"Coba Non liat ini dulu." Suruh Pak Dadang. Pria berusia 45 tahun itu memperlihatkan sebuah foto Elliza yang tengah mengangkang, memeknya yang di penuhi sperma yang di yakini Elliza kalau itu milik saah satu dari mereka. Entah kapan satpam itu memfoto dirinya.

Raut wajah Elliza langsung berubah ketakutan, ia hendak merebut handphone tersebut tetapi Pak Dadang dengan cepat menyimpannya kembali.

"Hapus Pak." Pinta Elliza panik.

Pak Dadang tersenyum sumringah. "Kalau Non Elliza mau foto ini di hapus, Non Elliza harus menemui kami siang ini di pos satpam." Bisik Pak Dadang, membuat tubuh Elliza terasa lunglai. Yang ia takutkan akan kembali terjadi kepadanya.

"Tolong Pak?" Melas Elliza.

"Saya harus kembali ke pos Satpam, pilihan ada di tangan Non Elliza. Kalau siang ini Non Elliza tidak datang, jangan salahkan kami kalau foto ini sampai ke tangan KH Hasyim." Ancam Dadang. "Ini sedikit hadiah dari kami, jangan lupa di pake." Lanjut Pak Dadang sembari menyerahkan bingkisan plastik.

"Biadab kalian semua." Elliza menarik bingkisan tersebut dari tangan Pak Dadang.

Pak Dadang hanya tersenyum, lalu ia berlalu pergi meninggalkan Elliza yang tampak tertunduk sembari menitikan air matanya, sungguh ia tidak menyangkah kalau dirinya akan kembali berada di tangan para satpam yang di pekerjakan oleh pesantren, yang di pimpin oleh orang tuanya sendiri.

*****



13:00

Di tengah padatnya lalu lintas, tampak seorang pemuda yang tengah membonceng seorang gadis tengah mengendarai sepeda motornya. Meliuk-liuk melewati beberapa kendaraan yang ada di depannya. Sesekali ia mengerem mendadak, berharap yang di bonceng mau memeluk pinggangnya.

Tapi sayang usahanya tidak membuahkan hasil, sang gadis tetap kekeuh tidak mau memeluknya dari belakang. Hingga akhirnya, merekapun tiba di tempat tujuan wisata yang ingin mereka kunjungi.

Setelah memarkirkan motornya, Azril mengajak Clara menuju tepian pantai.

"Ke sana yuk." Ajak Azril.

Tatapan Aurel tampak berbinar memandangi hamparan laut biru yang begitu luas. Ombaknya yang tidak begitu besar menggulung hingga ke bibir pantai.

Clara kembali tersenyum sembari berjalan di samping Azril, saat pemuda itu hendak meraih tangannya, Clara dengan sopan menepisnya, membuat Azril sedikit kecewa karena Clara tidak mau bergandengan tangan dengannya. Padahal ia sangat berharap bisa menggemgam jemari pujaan hatinya.

Dan akhirnya merekapun tiba di bibir pantai, tampak ombak kecil menyapu kedua kaki mereka.

"Seger ya..." Ucap Clara.

Azril tersenyum sembari menatap wajah cantik Clara. "Kamu suka?" Tanya Azril, ia tentu ikut bahagia kalau melihat pujaan hatinya bahagia.

"Suka banget Zril, terimakasih ya sudah mau ngajak aku ke sini." Girang Aurel, ia merentangkan kedua tangannya, membiarkan angin laut menerpa tubuhnya, membuat hijab dan gamisnya yang berwarna hitam tertiup angin. Dalam diam Azril mengamati Aurel dengan tatapan kagum. Selain cantik, Aurel juga terlihat seksi hari ini.

"Aku juga seneng banget, apa lagi ke sininya bareng kamu." Rayu Azril. Tapi sepertinya Clara tidak termakan oleh gombalannya.

"Dulu aku sering banget ke sini." Ujar Clara mengingat masa lalunya. "Bahkan di sini adalah tempat pertama kali kami bertemu." Akunya, rasanya ia belum benar-benar bisa move on dari mantan kekasihnya, walaupun sang mantan telah mengkhianatinya.

Azril yang mendengar perkataan Clara tampak tidak suka. Azril tau siapa sosok yang sedang di bicarakan oleh Clara. Seseorang yang sangat Azril benci, mengingat bagaimana jahatnya Dedi mencampakkan pujaan hatinya, dan dirinya yang selama ini selalu ada untuk Clara malah tidak dianggap ada.

"Dia begitu berarti ya buat kamu?" Sindir Azril.

Clara menghela nafas perlahan. "Maaf Zril, tapi dia memang sangat berarti! A-aku tidak bisa membencinya." Mata indah Aurel tampak berkaca-kaca, mengingat betapa ia mencintai pria yang telah mencampakkannya.

"Apa bagusnya Dedi?" Liri Azril sinis.

"Aku juga gak tau Zril, tapi rasanya beda aja kalau lagi sama dia." Aku Clara lagi. "Udah ah... Gak usah ngomongin dia, nanti ada yang cemburu." Goda Clara yang kini kembali tersenyum.

"Apa menurut kamu aku tidak berarti?" Tuntut Azril.

Clara memejamkan matanya, ia sedikit kesal dengan sikap Azril yang kekanak-kanakan. "Udah ah Zril, gak usah bahas itu." Clara mengelak dari pertanyaan Azril. Ia tidak ingin menjawabnya, tepatnya dia belum ingin menjawab pertanyaan Azril.

"Kok gak di jawab." Kejar Azril yang mulai kesal. "Jujur aja Ra, aku gak apa-apa kok." Desak Azril, ia menatap sedih kearah Aurel.

Entahlah melihat raut wajah sedih Azril, Clara sama sekali tidak merasa iba, yang ada ia malah tergelitik. "Bohong..." Elak Clara, sebenarnya ia bisa saja berbohong untuk menyenangkan hati Azril, tapi entah kenapa ia tidak ingin melakukannya.

"Aku gak mau jawab!" Ketus Clara.

Azril tidak mau kalah. "Pokoknya harus jawab." Tegas Azril tidak mau mengalah.

"Kenapa si, kamu pengen banget tau."

"Aku cuman pengen tau aja, siapa diantara aku dan Dedi yang paling berarti menurut kamu." Azril menatap mata Clara penuh harap. "Apa susahnya Ra, kamu hanya tinggal jawab aku apa Dedi." Paksa Azril yang mulai gusar karena Clara tidak kunjung mau menjawab.

"Azril..." Clara balik menatap Azril. "Buat aku, kamu sosok yang paling berarti di dalam hidup aku, kamu selalu ada untuk aku, kamu tidak pernah menyakitiku." Jawaban Clara membuat hati Azril berbunga-bunga, tapi lanjutan dari kalimat Clara selanjutnya membuat hatinya kembali hancur berkeping-keping. "Dan Dedi dia sosok paling spesial di hatiku." Clara tersenyum tipis sembari menunggu reaksi wajah Azril.

Azril terdiam membisu, ucapan Clara sebelumnya sama sekali tidak ada artinya sekarang. Tanpa sadar air mata Azril jatuh mengalir, membasahi kedua pipinya. Baru saja ia di buat terbang tinggi, tapi dalam sekejap ia di buat sejatuh-jatuhnya oleh orang yang paling ia sayangi.

Jemari lembut Clara mengusap lembut air mata Azril, seraya tersenyum ia mencoba menghibur hati Azril yang sedang terluka.

"Makanya tadi aku gak mau jawab." Ucap Clara.

"Gak apa-apa kok, jujur lebih baik." Kata Azril dengan suara gemetar, menahan sesak di dadanya.

"Maaf ya Zril."

"Kamu gak salah kok Ra, kamu berhak memilih siapa orang yang paling spesial menurut kamu." Azril memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Walaupun hatinya saat ini tengah hancur. "Aku... Aku yang salah, karena terlalu berharap." Bisik Azril lemah, ia benar-benar merasa hancur saat ini, ia merasa perjuangannya selama ini sia-sia saja.

"Apa kamu mau berhenti berharap?" Tanya Clara. "Aku pikir kamu tulus sayang sama aku Zril, ternyata kamu sama saja." Ucap Clara kecewa. Jujur Clara tidak mau Azril berhenti mengharapkannya.

"Bukan begitu Ra..."

"Aku mau pulang." Rajuk Clara.

Ia berjalan menjauh dari Azril, membuat Azril menjadi kalang kabut. Ia mencoba mengejar pujaan hatinya, tapi Clara tidak mau berhenti. Berkali-kali Azril memanggil Clara, meminta maaf kepada Clara, dan mencoba menjelaskan maksud dari ucapannya. Tapi Clara seakan tidak mau mendengarkannya lagi.

Azril sampai memohon kepada Clara agar ia mau memaafkannya. Awalnya Clara tak bergeming, tetapi setelah mereka menjadi pusat perhatian pengunjung lainnya, barulah Clara mengiyakan permohonan maaf Azril kepadanya.

Dan hari itu mereka menutup pertemuan mereka dengan makan siang bersama.

*****


Elliza

14:00

"Akhirnya datang juga Non." Seloroh Rudi, pria berusia 34 tahun bertubuh kurus.

"Ayo Non masuk, nanti keburu ada yang lihat." Sueb yang tidak sabar segera menarik tangan Elliza yang baru saja tiba di pos satpam.

Kedua tungkai kaki Elliza lemas tidak berdaya ketika ia harus melangkah masuk ke dalam ruangan pos satpam, yang telah menjadi saksi biksu di mana kesuciannya di renggut paksa oleh mereka. Masih ingat jelas bagaimana dirinya di gangbang beramai-ramai oleh mereka.

Dan hari ini, Elliza akan kembali mengalami nasib yang sama, seperti awal bulan lalu, ketika ia dengan terpaksa harus memuaskan nafsu binatang para satpam pesantren Al-fatah.

Didalam pos tersebut, sudah ada Pak Dadang, Pak Girno dan Pak Lukman, yang tengah menatapnya dengan tatapan buas.

"Apa kabar Non." Sapa Pak Girno ramah tama.

Elliza menatap penuh amarah kearah Girno, ia sangat menyesal dulu sempat menerima undangan Girno, yang harus membuatnya kembali lagi keruangan jahanam ini. "Kabar buruk Pak." Jawab Elliza judes, dadanya bergejolak penuh emosi.

"Nanti juga jadi kabar baik Non." Ledek Pak Dadang sembari menyikut lengan Pak Lukman. "Kamu jaga dulu!" Suruh Dadang.

Pak Lukman tampak tidak rela meninggalkan mangsanya, tapi mau bagaimana lagi, ia memang mendapatkan giliran pertama untuk berjaga di luar, memastikan tidak ada orang yang tau tentang aktivitas mereka di dalam ruangan yang ada di pos satpam.

"Bisa kita mulai sekarang Non?" Pinta Pak Rudi tidak sabar, ia ingin sekali kembali merasakan jepitan memek Elliza yang mencengkram itu. Bahkan sampai detik ini Pak Rudi tidak bisa melupakan jepitan nikmat memek Elliza.

Ingin sekali Elliza berlutut dan memohon kepada mereka untuk melepaskannya, tapi Elliza sadar kalau cara itu tidak akan membuat mereka bergeming. Siapa juga yang akan menyia-nyiakan ikan segar seperti dirinya? Membayangkan tubuh indahnya akan di garab beramai-ramai, membuat tubuhnya merinding ngeri.

Pak Sueb yang tadi berdiri di samping Elliza ikut nimbrung duduk di samping ketiga temannya diatas tempat tidur.

"Tolong lakukan dengan cepat." Lirih Elliza.

Kedua tangannya gemetar ketika ia membuka kancing gamisnya, dengan perlahan ia melepas gamis yang ia kenakan, dan di balik gamis itu Elliza memakai seragam anak SD, putih merah, pemberian Pak Dadang tadi pagi. Hanya saja seragam yang di kenakannya terlihat tidak layak di sebut sebagai seragam sekolah. Kemeja yang di kenakannya terlihat seperti kurang bahan, perutnya terekpose kemana-mana, kancing bagian atasnya tidak ada, sehingga belahan payudaranya ikut terekpose.

Rok merah yang di kenakannya tidak kalah seksi, rok lipat tersebut begitu pendek, bahkan sangat pendek untuk di katakan layak sebagai rok.

Selesai melepas gamisnya, Elliza segera membuka hijab lebarnya. Tampak rambutnya yang indah di kuncir dua, kiri dan kanan. Penampilanny kini benar-benar terlihat seperti anak SD yang suka menguncir rambutnya. Jujur Elliza merasa risih mengingat usianya yang sudah tidak pantas bertingkah laku seperti anak kecil.

"Ambooooyyy..." Kagum Pak Dadang.

Pak Rudi mengambil hpnya, ia memutar lagu yang saat ini tengah viral di tiktok. "Goyang tiktok dulu Non." Pinta Pak Rudi.

"Ckckck... Cantik sekali Non Elliza ini." Komentar Pak Sueb.

"Mulai Non." Pinta Pak Rudi tidak sabar.

Untuk memenuhi keinginan mereka, Elliza terpaksa memperagakan gerakan tiktok yang biasa ia tonton di hp miliknya. Gerakannya yang kaku karena merasa risih, tidak mengurangi kekaguman keempat satpam yang tengah menontonnya bergoyang.

Elliza bergerak menyamping, kedua tangannya bertumpuh diatas lututnya, kemudian ia menggerakan pantatnya naik turun, membuat rok merahnya berayun-ayun, alhasil membuat keempat pria mesum tersebut bersorak kegirangan.

"Mantab Non..."

"Suiiit... Suiiiit..."

"Pantatnya ngadap sini Non."

Elliza memutar tubuhnya, membelakangi keempat satpam terdebut, kemudian ia kembali melakukan gerakan pantatnya naik turun. Mata keempat satpam pesantren itu membeliak memandangi bulatan pantat Elliza yang terbungkus celana dalam g-string kupu-kupu pemberian Pak Dadang, di mana G-string tersebut sama sekali tidak menutupi lubang kemaluannya.

Plaaaakkk....

Tamparan keras mendarat di pantat Elliza selagi ia menggoyangkan pantatnya.

Harga diri Elliza benar-benar hancur, ia merasa dirinya di perlakukan seperti seorang pelacur, bahkan jauh lebih rendah dari seorang pelacur, karena ia melakukan semua ini tanpa di bayar.

Pak Girno mengomandoi keempat temannya untuk mengelilingi Elliza yang masih bergoyang. Kemudian ia menyuruh Elliza berlutut di depan mereka berempat yang tengah mengelilinginya, dengan tatapan seakan ingin memakannya bulat-bulat.

Elliza hanya pasrah menuruti kemauan mereka, dan berharap semuanya segera berakhir.

"Buka celana kami Non, dan hisap kontol kami." Perintah Girno, sembari membelai wajah cantik Elliza yang tampak terlihat sedih.

"I-iya Pak." Lirih Elliza.

Kedua tangannya memegangi celana Pak Girno, dengan perlahan ia membuka ikat pinggang dan kancing celana satpam Pak Girno, dengan perlahan ia menarik turun celana satpam itu bersamaan dengan celana dalam Pak Girno. Elliza reflek memejamkan matanya ketika kontol Pak Girno melompat keluar.

Tangis Elliza pecah, ia tidak ingin melakukannya lagi, sungguh ia tidak mau. "Tolong Pak... Jangan perlakukan saya seperti ini." Mohon Elliza, ia terisak sedih memikirkan nasibnya kedepan.

"Jangan takut Non, kami tidak mungkin menyakiti Non Elliza." Bujuk Pak Girno sembari mengangkat dagu Elliza yang tertunduk.

"Bener Non, sama seperti kemarin, kami hanya ingin bersenang-senang dengan Non Elliza."

"Percaya deh Non, kali ini pasti jauh lebih enak di bandingkan waktu itu! Asalkan Non mau menikmatinya, Bapak jamin Non Elliza pasti ketagihan." Bujuk mereka bergantian, berharap Elliza mau melakukan apa yang mereka inginkan tanpa paksaan.

Sejenak Elliza merenung, rasanya tidak ada gunanya ia melawan, karena sudah pasti hari ini ia akan di gilir oleh mereka semua.

Gadis cantik itu membuka matanya, memandangi kontol Pak Girno yang tampak manggut-manggut. Membuatnya teringat betapa nikmatnya kontol itu ketika menusuk-nusuk memeknya. Jemarinya yang halus menggenggam kontol Pak Girno yang menyerupai bentuk timun, bagian kepala kontolnya terlihat mengecil lalu membesar di bagian batang kontolnya.

Pandangan Elliza menyebar, menatap satu persatu wajah mereka. Dari raut wajahnya, memang tidak ada tanda-tanda kalau mereka ingin menyakiti dirinya.

"Janji jangan sakiti saya ya Pak." Pinta Elliza melunak.

Pak Girno mengangguk. "Kami tidak mungkin menyakiti Non Elliza." Jawab Pak Girno meyakinkan Elliza yang masih terlihat khawatir.

"Kalau mainnya suka sama suka, rasanya akan jauh lebih enak." Timpal Pak Sueb.

Elliza mulai menggerakan tangannya maju mundur, bibir tipisnya dengan lembut mengecup mesrah kepala kontol Pak Girno, dengan perlahan iapun melahap kontol Pak Girno, mengulumnya dengan lembut penuh perasaan membuat Pak Girno menggelinjang nikmat.

Pak Rudi, Pak Sueb dan Pak Dadang bergegas membuka celananya, tanpa di komando Elliza menggunakan kedua tangannya mengurut-urut batang kemaluan mereka dengan berbagai ukuran.

Secara bergantian Elliza mengulum kontol mereka, dan mengocoknya.

"Cukup Non, naik keatas tempat tidur." Pinta Pak Dadang.

Elliza bangkit lalu dia berbaring terlentang diatas tempat tidur mereka. Pak Girno berada sisi kanan Elliza sementara Pak Sueb dan Pak Rudi berada di sisi kirinya sembari mengancungkan kontolnya, mereka meminta Elliza menservis kontolnya.

Tanpa di minta dua kali kedua tangan Elliza menggenggam kontol Pak Girno dan Pak Sueb, sementara Pak Rudi sibuk menjamah payudaranya.

Pak Rudi membuka kancing seragam Elliza, hingga sepasang gunung kembarnya terpampang dihadapan keempat pejantannya. Dengan lembut Pak Rudi meremas payudaranya, menstimulasi puting Elliza yang tampak mulai kencang.

"Sssttt... Pak! Aahkk..." Lenguh Elliza. Sentuhan jari Pak Rudi di payudaranya terasa sangat nikmat, membuat tubuhnya menggeliat keenakan. Terutama ketika Pak Rudi memainkan putingnya, rasanya sungguh luar biasa.

Pak Dadang tidak mau kalah, ia menciumi betis Elliza dengan lembut, menjilatinya hingga kepangkal paha Elliza. Mata Pak Dadang tampak berbinar memandangi kemaluan Elliza yang tampak mengkilat karena cairan pelumasnya yang mulai membanjiri memeknya. Dari jarak yang begitu dekat, Pak Dadang dapat mencium aroma memek Elliza yang pekat.

"Memeknya wangi Non, sering di rawat ya Non?" Tanya Pak Dadang sembari menikmati aroma lavender dari memek Elliza.

Ucapan Pak Dadang, mengingat kan Elliza tentang apa yang ia lakukan sebelum menemui mereka. Tadi sebelum ke pos satpam Elliza mandi terlebih dahulu, dan menyabuni memekknya dengan sabun khusus wanita, sehingga aroma memeknya menjadi lebih wangi dan bersih tentunya. Tidak hanya memeknya saja, Elliza juga menyabuni lobang anusnya, seakan ia sudah tau kalau dirinya akan di anal hari ini.

Pak Dadang menyelampirkan tali g-string yang menyelip diantara lipatan memek Elliza, ia mendekatkan hidungnya, menghirup aroma memek Elliza.

Hangatnya hembusan nafas Pak Dadang membuat tubuh Elliza menggigil. "Sssttt... Pak! Aaahkk... Aaahkk..." Desah Elliza, ketika Pak Dadang menyapu bibir kemaluannya dengan lidahnya.

"Sluuuppsss... Sruuupsss... Sssluuuppss..."

"Tetek Non bagus banget... Putingnya mungil, gemes pokoknya." Seloroh Pak Rudi.

"Makin hari Non Elliza makin cantik." Timpal Pak Girno.

Pak Sueb tidak mau ketinggalan. "Non Elliza selain cantik juga pinter... Pinter manjain kontol kita, pokoknya Non Elliza juara deh." Ujar Pak Sueb antusias.

Mendengar pujian-pujian yang di lontarkan untuknya, membuat Elliza bingung antara senang atau malah marah kepada mereka. Tapi kalau ditanya ke hatinya, tentu Elliza senang, walaupun ia tidak mengerti kenapa ia bisa sesenang itu mendapatkan pujian dari mereka. Mungkinkah Elliza sudah berdamai dengan kondisinya saat ini.

Elliza tidak bisa terlalu lama hanyut akan pujian mereka, setelah merasakan getaran lidah Pak Dadang di clitorisnya.

Tidak sampai di situ saja, Pak Dadang menusukkan satu jarinya ke dalam lobang memek Elliza, membuat gadis cantik itu menggelinjang tak karuan, ia mendesah-desah nikmat, merasakan liang senggamanya di korek-korek oleh jemari Pak Dadang.

"Bapak entotin sekarang ya Non." Izin Pak Dadang.

Pria itu mengurut-urut kontolnya yang berukuran 13cm, tidak terlalu panjang, dan juga tidak terlalu gemuk, sehingga Elliza bisa sedikit tenang. "Pake kondom ya Pak." Pinta Elliza, ia takut Pak Dadang membuahinya nanti.

"Bapak gak punya Non."

"Saya ada Pak, tolong Pak Girno ambilkan kondom saya di tas." Pinta Elliza, segera Girno mengambilkan beberapa bungkus kondom dan ia berikan kepada Elliza. Segera Elliza membuka satu bungkus kondom lalu dengan sangat telaten ia memasangkannya ke kontol Pak Dadang.

"Sekarang sudah boleh Non?" Tanya Pak Dadang.

Elliza mengangguk. "Sudah boleh Pak, tapi pelan-pelan ya Pak..." Pinta Elliza, ia masih khawatir akan rasa sakit yang di deritanya ketika kontol Pak Dadang menembus memeknya nanti.

"Boleh apa Non?" Godanya lagi.

Elliza tersipu malu mendengarnya. "Bapak boleh ngentotin memek Liza." Jawab Elliza malu-malu dengan suara manja saat memberi izin kepada Pak Dadang yang tampak sumringah mendengarnya.

"Na gitu dong Non, Bapak jadi makin semangat." Ujarnya seraya menggesek-gesekkan kemaluannya di selangkangan Elliza.

"Oughk..." Lenguh Elliza ketika kontol Pak Dadang menembus pertahanan terakhirnya.

Wajah Pak Dadang medongak keatas menikmati sensasi jepitan memek Elliza yang terasa ngegrib. "Sempit sekali memek Non Elliza ini." Racau Pak Dadang, sembari menggoyangkan pinggulnya maju mundur.

"Aaahkk... Aaahkk... Paaaak... Aaahkk..." Erang Elliza.

Sodokan demi sodokan di terima oleh Elliza tanpa henti, awalnya terasa ngilu, tapi lama kelamaan Elliza mulai menikmati setiap hentakan kontol Pak Dadang di liang senggamanya.

Hentakan demi hentakan pinggul Pak Dadang membuat payudara Elliza berayun-ayun, Pak Girno yang melihatnya tampak gemas, ia menundukkan wajahnya, melahap payudara Elliza, menghisapnya dengan perlahan membuat Elliza makin keenakan.

"Hisap kontol saya Non!" Suruh Pak Sueb.

Elliza mengocok sebentar kontol Pak Sueb. "Happss... Sluupps... Sluuuppsss... Sluuuppsss..." Gadis alim itu melahap kontolnya dan mulai mengoralnya dengan mulutnya.

Pak Rudi tidak mau kalah, ia meminta Elliza menggocok kontolnya. Alhasil seluruh tubuh Elliza di jadikan alat oleh mereka sebagai tempat pelampiasan nafsu binatang mereka. Dan anehnya Elliza sama sekali tidak keberatan.

Sepuluh menit sudah Pak Dadang menggenjot memek Elliza, hingga akhirnya ia mengerang panjang, menumpahkan spermanya yang terhalang kondom.

"Aaahkk... Nikmat sekali memek Non Elliza." Racau Pak Dadang sembari mencabut kontolnya.

"Sudah selesai Pak?" Tanya Girno.

Pak Rudi mengangguk puas. "Sudah Pak, mantap banget memeknya Non Elliza." Puji Pak Dadang seakan tidak ada habisnya.

"Sekarang giliran saya ya Non." Pinta Pak Girno yang sedari tadi menahan konaknya. "Miring Non." Suruhnya, ia ingin menggenjot memek Elliza dengan pose menyamping. Elliza dengan patuhnya memiringkan sedikit tubuhnya ke samping.

Lengan kanan Pak Girno mengangkat satu kaki Elliza, sementara tangan kirinya menuntun kontolnya agar berada tepat di depan lipatan bibir kemaluan Elliza yang terlihat semakin memerah. Tubuh Elliza merinding saat merasakan gesekan kepala kontol Pak Girno di bibir kemaluannya.

Perlahan kepala kontol Pak Girno yang berbentuk jamur itu menerobos masuk ke dalam liang lobang memek Elliza. Gadis muda itu dapat merasakan tekstur kontol Pak Girno yang berurat.

"Paaak... Aaahkk... Kondomnya..." Lirih Elliza, ia baru ingat kalau Pak Girno belom memakain kondom.

Tangan kiri Pak Girno menarik wajah Elliza kebelakang. "Nanti saya keluarkan di luar Non." Ujar Pak Girno menenangkan Elliza, kemudian ia memanggut bibir manis Elliza sembari mengayunkan kontolnya maju mundur menyodok-nyodok memek Elliza.

"Eehmmmppss... Ehmmpsss... Eehmmmppss..." Elliza tanpa ragu membalas lumatan Pak Girno.

Setelah beberapa kali hentakan, Pak Girno menarik tubuh mungil Elliza untuk menungging. Dan dengan pasrah nya Elliza melakukannya. Dari belakang Pak Girno kembali menghunuskan kontolnya ke dalam lobang memek Elliza yang terasa semakin licin.

Kontol besar itu begitu leluasa bergerak maju manjur mengobok-obok lobang memek sang Akhwat muda.

"Aaahkkk... Pak! Enaaaak Pak... Aahkk..." Erang Elliza.

Mendengar jeritan Elliza Pak Girno semakin bersemangat menyodok-nyodok memek Elliza dari belakang. Sesekali ia menampar gemas pantat Elliza yang juga mulai ikut aktif menggerakan pantatnya maju mundur, maju mundur menyambut setiap tusukan tajam kontolnya yang terhunus di dalam memek Elliza.

Setelah beberapa menit berlalu, Pak Girno dapat merasakan cengkraman dinding vagina Elliza yang memeluk kontolnya dengan kencang, menandakan kalau sang Ahkwat sebentar lagi akan orgasme.

Karena tidak mau kalah dari Elliza, Pak Girno makin berutal menyodok-nyodok memek Elliza. Plooookss... Plooookss... Plooookss... Suara benturan kelamin mereka terdengar semakin kencang. Dan tidak lama kemudian tubuh Elliza bergetar hebat, memeknya kerkedut-kedut nikmat.

"Ellliza.keluar Pak." Jeritnya.

Pak Girno menarik kontolnya, ia mengocok sebentar kontolnya hingga cairan putih yang sangat kental meledak diatas punggung dan belahan pantat Elliza.

"Oughk... Oughk..." Pak Girno mengeram nikmat.

Setelah puas memuntahkan spermanya Pak Girno duduk lemas di sandaran tempat tidur mereka. Elliza menoleh kearah Pak Girno yang tampak kelelahan, kemudian ia merangkak mendekati selangkangan Pak Girno, jemari halusnya memegang kontol Pak Girno yang mulai layu. Tanpa di minta Elliza melahap kontol Pak Girno, membersihkan sisa-sisa lendir cintanya yang menempel di batang kemaluan Pak Girno.

Usai membersikan kontol Pak Girno, Elliza menatap Pak Sueb dan Pak Rudi yang tengah menunggu giliran menggarap tubuh Elliza.

"Sekali dua ya Non." Pinta Pak Sueb.

Elliza menganggukkan kepalanya. "Tapi jangan kasar-kasar ya Pak." Ujar Elliza memberi syarat kalau mereka ingin mensandwich dirinya.

"Aman pokoknya Non!" Janji Pak Sueb.

Pak Rudi mengambil posisi terlentang diatas tempat tidur. "Bapak pake kondom aja Non, takut kelepasan." Ujar Pak Rudi seraya mengocok kontolnya yang berukuran 16cm, lebih pendek di bandingkan punya Pak Girno.

Elliza menyobek bungkus kondom, lalu memasangkannya di kontol Pak Rudi. "Liza naikin sekarang ya Pak." Kata Elliza malu-malu.

"Ayo Non." Pak Rudi membantu Elliza yang mengangkangi kontolnya, lalu dengan perlahan kontol Pak Rudi membela memeknya. Blesss... Memek Elliza kembali terisi penuh, membuat memeknya terasa sesak kembali.

Elliza menjatuhkan tubuh indahnya diatas tubuh Pak Rudi, sembari merenggangkan kakinya, memberi akses bagi Pak Sueb yang ingin membobol anusnya. Gadis cantik itu tampak tegang, menjelang detik-detik dirinya akan kembali di sandwich. Terakhir ketika ia di sandwich, Elliza merasakan sakit yang luar biasa di lobang anusnya.

Pak Sueb menekuk lututnya, mengambil posisi untuk menjejalkan kontolnya di anus Elliza. "Tahan Non." Lirih Pak Sueb sembari mendorong kontolnya masuk ke dalam lobang anus Elliza yang masih terasa sangat sempit, walaupun sudah pernah melakukan anal sex.

Tubuh indah Elliza menegang, menerima tusukan di kedua lobangnya. Perut Elliza mendadak mules setelah menerima tusukan di pantatnya. Beruntung Pak Sueb dan Rudi cukup mengerti kondisi Elliza saat ini yang belum terbiasa dengan keberadaan kedua kontol mereka secara bersamaan di dalam tubuh Elliza.

"Gerakan pelan-pelan Pak." Pinta Elliza.

Pak Rudi lebih dulu menggenjot memek Elliza yang semakin terasa sesak, rasanya sungguh sangat nikmat sekali membuat Pak Rudi merem melek.

Setelah beberapa tusukan, barulah Pak Sueb ikut mengayunkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, merajai lobang anus Elliza yang hangat. Kedua tangan Pak Sueb mencengkram erat pipi pantat Elliza yang padat berisi walaupun tidak begitu besar.

Perlahan tapi pasti Elliza mulai menikmati double penetrasi yang di lakukan kedua satpam pesantren Al-fatah kepada dirinya.

"Aaahkk... Aaahkk... Hmmmm... Aaahkk..." Erang Elliza merintih-rintih keenakan diantara kedua genjotan pejantannya.

"Enakkan Non? Hehehe..." Goda Pak Sueb yang semakin gencar menyodok-nyodok anus Elliza. Saat Pak Sueb mendorong kontolnya ke dalam anus Elliza, pada saat bersamaan Pak Rudi menarik kontolnya, perbedaan ritme yang mereka lakukan membuat Elliza menggelinjang nikmat.

Tubuh Elliza yang bermandikan keringat telonjak-lonjak di dalam dekapan mereka. "Aaahkk... Enak Pak... Oughk... Aaahkk... Terus Pak... Liza mau pipis Pak...." Jerit Elliza yang sebentar lagi akan orgasme.

Tidak hanya cepat, sodokan kontol merekapun semakin dalam, dan akhirnya mereka berdua mengantarkan Elliza kembali mendapatkan orgasmenya. Tubuhnya meliuk-liuk nikmat diantara tubuh Pak Rudi dan Pak Sueb yang tengah menggarap kedua lobangnya.

Seakan tidak memberikan waktu Elliza beristirahat, mereka berdua semakin gencar menyodok-nyodok kedua lobang Elliza.

"Saya keluar Non..." Jerit Pak Rudi.

Tubuh kurus Pak Rudi menengang, sembari melepaskan spermanya yang tertahan di kondomnya.

Dengan sangat erat Pak Rudi memeluk tubuh Elliza, menikmati sensasi orgasme yang baru saja ia rasakan. Perlahan kontolnya mulai menciut dan mengecil, hingga akhirnya terlepas dari memek Elliza.

"Tadi itu enak banget Non." Puji Pak Rudi.

Elliza hanya tersenyum mendengarnya. "Liza juga enak kok Pak." Jawab Liza tersipu malu.

Kemudian Pak Sueb mengajak Elliza berdiri, ia menyandarkan Elliza di dinding kamar tersebut. Sembari berhadap-hadapan Pak Sueb memandangi wajah cantik Elliza yang tampak berantakan. Dengan lembut ia melumat bibir Elliza.

Tanpa ada penolakan Elliza membalas pagutan Pak Sueb, sembari berciuman Pak Sueb mengangkat satu kaki Elliza, sembari menuntun kontolnya kearah lobang beranakan Elliza. "Bleeesss..." dengan satu hentakan kontolnya kembali bersemayang di dalam lobang memek Elliza.

Dengan posisi berdiri Pak Sueb menggenjot memek Elliza yang yang terasa hangat dan licin, dan rasanya sungguh nikmat sekali.

"Eehmmppsss.... Ssssttt.... Hmmmpss... Slruuupss... Sluuuppsss..." Erang mereka berdua.

Hampir lima menit mereka bercinta sambil berdiri, Pak Sueb mulai merasakan getaran-getaran nikmat di ujung kontolnya, menandakan kalau ia akan segera menuntaskan permainannya. Tempo sodokan Pak Sueb mulai melemah, tapi hentakannya semakin kencang.

Detik-detik saat ia hendak Orgasme, Pak Sueb menekan pundak Elliza hingga berlutut di depannya, sedetik kemudian. Crooott... Croootss... Croootss... Sperma Pak Sueb berhamburan di wajah dan rambut Elliza yang sedikit berantakan.

"Oughk... Non." Pak Sueb mengeram nikmat.

Setelah tidak ada lagi sperma yang keluar, Elliza membuka matanya, menatap Pak Sueb yang tampak puas sekali setelah menggarab sawah Elliza.

Dan pada saat bersamaan pintu kamar tebuka, tampak Pak Lukman baru saja masuk ke dalam kamar. Buru-buru Pak Lukman menanggalkan pakaiannya hingga ia telanjang bulat. Kontolnya yang berukuran 16cm dan sedikit bengkok keatas.

"Giliran saya ya Non." Pinta Pak Lukman sembari menarik pergelangan tangan Elliza, dan membawa Elliza keatas tempat tidur.

Dengan posisi terlentang, Elliza membuka kedua kakinya, menyajikan memeknya untuk di nikmati Pak Lukman yang sedari tadi harus sabar menunggu gilirannya menggarap memek Elliza.

Dengan perlahan ia mendorong kontolnya, masuk ke dalam memek Elliza tanpa kesulitan sama sekali. "Plooookss... Plooookss... Plooookss... tanpa ampun Pak Lukman menggenjot memek Elliza, sembari menikmati wajah Elliza yang berlepotan sperma.

"Enak sekali Non! Aaahkk... Non Elliza makin terlihat cantik dengan riasan Peju, hehehe..." Seloroh Pak Lukman sembari menghunuskan kontolnya dalam-dalam hingga mentok.

"Aaahkk... Aaahkk... Aaahkk..." Erang Elliza, kedua tungkai kakinya melingkar di pinggang Pak Lukman, memeluknya hingga kontol Pak Lukman semakin dalam menyodok-nyodok bagian dalam memeknya. Sepertinya apa yang di katakan mereka memang benar, kalau ia melakukannya dengan suka cita, rasanya jauh lebih nikmat, seperti yang ia rasakan sekarang.

Tidak butuh waktu lama, di dalam dekapan Pak Lukman, Elliza kembali mencapai puncaknya. Creettss... Creeettss... Creeettss... Tubuh Elliza menegang hebat, memeknya berkedut-kedut nikmat.

Pak Lukman menarik tangan Elliza dan melingkarkan tangan Elliza di lehernya. Dengan perlahan ia mengangkat tubuh Elliza membuat Elliza semakin erat memeluk leher Pak Lukman. Sembari berdiri Pak Lukman mengayunkan tubuh Elliza ke udara.

Tubuh Elliza telonjak-lonjak di dalam gendongan Pak Lukman. Kontol Pak Lukman seperti tombak yang menusuk-nusuk memeknya dari bawah.

"Non Bapak keluar." Jerit Pak Lukman.

Buru-buru Pak Lukman menurunkan tubuh Elliza, kemudian ia mengarahkan kontolnya kearah tubuh Elliza. Croooottss... Croooottss... Croooottss... sperma Pak Lukman berhamburan diatas payudara Elliza dan sebagian mengenai seragam sekolahnya.

Permainan masih berlanjut, Pak Girno yang tenaganya telah pulih, meminta Elliza menungging. Plaaak... Plaaak... Plaaaakkk... Berkali-kali Pak Girno menampar pantat Elliza yang di sambut dengan suara rengekan manja dari Elliza.

Mata Elliza membeliak saat merasakan kontol Pak Girno menusuk lobang anusnya. "Aaahkk... Dalam banget Pak..." Jerit manja Elliza.

"Lobang memek dan lobang pantat Non Elliza sama enaknya." Racau Pak Girno. Tangan kiri Pak Girno menarik kedua kuncir rambut Elliza, hingga membuat wajah cantik Elliza mendongak kedepan. Pak Girno semakin kencang menghentakkan kontolnya ke dalam anus Elliza.

Walaupun tubuhnya tersiksa, tapi Elliza malah menikmatinya. "Pukul lagi Pak..." Erang Elliza, meminta Pak Girno kembali memukul pantatnya.

"Enak ya Non di kasarin kayak gini?" Goda Pak Girno.

Elliza harus mengakui, di perlakukan dengan kasar ternyata lebih nikmat di bandingkan sebelumnya. "Aaahk... Aaahkk... Lebih keras lagi Pak... Pukul lebih keras pantat Liza..." Pinta Elliza yang sangat menikmati setiap pukulan yang mendarat di pantatnya.

"Wah... Non Elliza makin liar aja ni." Komentar Pak Dadang yang kembali birahi. "Hisap kontol saya Non." Ia menyodorkan kontolnya kewajah Elliza.

Segera Elliza melahap kontol Pak Dadang, ia menyedot-nyedot kontol Pak Dadang.

Di siksa habis-habisan oleh mereka, membuat Elliza kembali mencapai puncaknya. Dari bibir kemaluannya, menyembur cairan bening yang lebih banyak dari sebelumnya.

Tidak lama kemudian giliran Girno yang menuntaskan hasratnya. Ia menusuk dalam anus Elliza sembari menyemburkan spermanya di anus Elliza. Crooottsss... Croooottss... Croooottss... Saat Pak Girno mencabut kontolnya tampak lelehan sperma keluar dari lobang anus Elliza.

Tubuh Elliza terkulai lemas, ia berbaring dengan nafas memburu. Walaupun ia kelelahan, tetapi api birahinya tidak juga surut. Ia menatap Pak Rudi yang tengah mengocok kontolnya.

Seakan mengerti apa yang di inginkan Elliza Pak Rudi segera mengambil posisi diantara kedua paha Elliza.

Tangan Elliza menjulur kearah kontol Pak Rudi, ia mengarahkan kontolnya tepat di lobang anusnya. Entah kenapa ia suka anusnya di siksa oleh kontol-kontol mereka yang perkasa. Dan rasa nikmat itu kembali menerpa dirinya ketika Pak Rudi menggenjot anusnya.

"Aaahkk... Aaahkk... Aaahkk..." Erang Elliza.

Pak Rudi semakin cepat mengayunkan pinggulnya, memompa anus Elliza. "Non Elliza suka di kasarinkan?" Ujar Pak Rudi, sembari membelai payudara Elliza yang membusung indah.

"Kasarin Liza Pak... Aaahkk... Siksa Liza..." Pinta Elliza gelajotan di sodok-sodok anusnya oleh Pak Rudi.

Plaaaak....

"Oughk...." Elliza menjerit nikmat ketika payudaranya di tampar.

Pak Rudi menggenggam payudara Elliza, meremasnya dengan kasar membuat rintihan Elliza semakin menggelora. Dan ia semakin menikmati siksaan itu tatkala Pak Rudi memelintir putingnya, menusuk putingnya dengan kuku jarinya.

Siksaan-siksaan yang di derita Elliza kembali mengantarkan gadis Soleha itu kepuncak klimaksnya. Dan tidak lama kemudian di susul oleh Pak Rudi yang ikut menyumbangkan spermanya di anus Elliza.

"Hah... Hah... Hah..." Nafas Elliza memburu, ia sangat menikmati permainan liar mereka.

Pak Sueb tidur terlentang di samping Elliza. "Naik sini Non." Ajak Pak Sueb, dengan sisa-sisa tenaganya Elliza naik keselangkangan Pak Sueb, ia membenamkan kontol Pak Sueb di memeknya.

"Pak..." Panggil Elliza sembari membuka pantatnya.

Pak Dadang bergegas kearah belakang Elliza, dan untuk kali ke dua Elliza di sandwich oleh mereka. Pak Lukman yang tenaga sudah kembali pulih, meminta Elliza mengulum kontolnya. Sungguh sulit di percaya, Elliza yang awalnya tidak ingin di perkosa, dan tidak ingin di sakiti, kini malah meminta mereka untuk menyiksa dan menyakitinya terus menerus.

Kurang lebih dua jam lamanya Elliza di gangbang oleh mereka, di dalam sebuah kamar yang berada di pos satpam.

Pertempuran itu diakhiri oleh mereka berlima menumpahkan spermanya ke dalam anus Elliza hingga anus Elliza penuh oleh sperma mereka.

"Ougkkk..." Lenguh Pak Rudi sembari mengocok kontolnya, menumpahkan spermanya ke dalam lobang anus Elliza.

*****

Di dalam kamar sempit itu Elliza berbaring lemas setelah di gangbang selama dua jam. Penampilan Elliza terilihat sudah tidak karuan, hampir sekujur tubuhnya memerah, baik di bagian wajah, leher, dada, perut hingga memeknya memerah.

Tetapi raut wajah Elliza sama sekali tidak terlihat menderita, ia malah terlihat sangat puas.

"Terimakasih Non." Ucap Pak Dadang yang sudah kembali mengenakan pakaian dinasnya.

Elliza mencoba bangkit dari tempat tidurnya, di bantu oleh Girno dan Pak Lukman. "Tolong jaga rahasia ini ya Pak." Mohon Zaskia, ia takut mereka bercerita tentang kejadian hari ini ke orang lain.

"Kita gak akan kasih tau siapa-siapa Non, hehehe... Tapi kita gak akan di laporin ke polisikan Non karena sudah bikin memek dan pantat Non dower." Goda Pak Sueb sembari mengambilkan gamis Elliza yang tercecer diatas lantai.

Elliza menggembungkan pipinya. "Liat aja nanti." Ujar Elliza ngambek.

"Badannya kita bersihin ya Non." Tawar Pak Rudi, ia mengelap tubuh Elliza yang terdapat banyak bercak sperma dengan kaosnya. Elliza hanya diam saja membiarkan mereka membersihkan tubuhnya.

"Sperma yang di pantat Non mau kita bersihkan juga?" Tawar Pak Rudi.

Elliza menggelengkan kepalanya. "Tidak usah Pak!" Jawab Elliza malu, entah kenapa ia ingin menyimpan sperma yang ada di pantatnya lebih lama lagi.

"Buat kenang-kenangan ya Non." Goda Girno sembari membantu Elliza melepas pakaian cosplay seragam SD yang di kenakan Elliza. Pak Dadang ikut membantu, ia menarik celana dalam g-string kupu-kupu yang selalu di pakai oleh Elliza saat mereka menggarabnya tadi.

Dengan di bantu oleh mereka, Elliza kembali mengenakan gamisnya.

"Terimakasih ya Pak." Elliza mengambil tasnya.

Pak Girno, Pak Sueb, Pak Rudi, Pak Lukman dan Pak Dadang ikut berdiri. "Kami yang harusnya terimakasih sama Non Elliza." Ujar mereka, Elliza tersenyum kecil mendengarnya.

"Non jangan laporin kira ya." Pinta Pak Rudi.

Elliza memasang wajah marah, tapi kemudian tersenyum hangat. "Liza sayang sama Bapak, jadi... Liza gak akan lapor sama siapapun." Ujar Elliza seraya menarap mereka satu persatu.

Mendengar pengakuan Elliza membuat mereka sangat senang. "Kalau begitu, lain kali masih bisakan Non." Pinta Pak Girno semangat.

"Lain kali Elliza akan ngelawan." Ucap Elliza seraya menekuk bibirnya.

Mereka berlima sontak tertawa, itu artinya lain kali mereka harus lebih kasar untuk menikmati tubuh gadis muda itu. Dan tentunya itulah yang di inginkan Elliza, karena gadis itu baru tau, ternyata hardcore jauh lebih nikmat rasanya.

Setelah berbasa basi sebentar, Ellizapun akhirnya di perbolehkan pulang oleh mereka.

*****


Haja Laras

20:00

Suaminya baru saja selesai menunaikan kewajibannya, setelah merapikan perangkat ibadahnya, KH Umar naik keatas tempat tidur, berbaring di samping Istrinya yang sedari tadi tampak gelisah, seakan ada yang mengganjal di hatinya.

KH Umar mengambil buku filsafat Islam yang berada diatas meja.

"Abi..." Panggil Laras.

KH Umar kembali menutup bukunya sembari melihat kearah Istrinya. "Ya, ada apa Umi?"

"Katanya Daniel mau pindah ya Abi." Ujarnya dengan hati-hati, jangan sampai KH Umar berfikiran yang tidak-tidak kepada dirinya.

"Oh iya, rencananya mungkin awal bulan nanti."

"Berarti tinggal beberapa hari lagi ya Abi?" Mendengar jawaban Suaminya, Laras tampak merasa ada yang akan hilang dari dalam dirinya.

"Memangnya kenapa Umi? Kok kayaknya Umi gak rela gitu." Heran KH Umar, melihat Istrinya yang tampaknya tidak suka Kalau Daniel di pindahkan.

Wajah Laras tampak panik, ia agak khawatir kalau suaminya akan curiga. "Bukannya begitu Abi, masalahnya kan sekarang lagi ada teror pria bertopeng, Umi agak khawatir kalau tidak ada cowok di rumah kita, apa lagi Abi sibuk terus sama Istri muda." Sindir Laras, membuat kecurigaan KH Umar berganti dengan rasa bersalah.

"Astaghfirullah... Umi cemburu?" KH Umar tersenyum hangat. "Abi lama di sana bukan karena dia, tapi Umikan tau, kalau Abi di beri tanggung jawab buat ngurusin Pesantren Tahfiz Al-fatah." Jelas KH Umar.

"Iya deh, percaya aja deh..."

"Jadi Uminya mau gimana? Pengen Daniel tetap di rumah kita untuk sementara waktu?" Tanya KH Umar.

Kini Laras malah terdiam membisu, karena dirinya juga bingung antara menginginkan Daniel tetap di rumahnya atau ingin Daniel keluar dari rumahnya. Entah kenapa pilihan yang harusnya muda, menjadi sulit bagi Laras saat ini.

Kembali ia teringat bagaimana Daniel telah menodainya, yang seharusnya membuat dirinya marah, bukan malah merindukannya.

"Menurut Umi, baiknya Daniel di sini dulu aja Bi, Umi takut pria bertopeng ke rumah kita." Ujar Laras, hatinya berdegup kencang saat meminta Daniel tetap tinggal di rumahnya.

KH Umar tersenyum hangat. "Kalau menurut Umi itu yang terbaik, Abi akan bicarakan lagi dengan Daniel." KH Umar mengecup lembut kening Istrinya. "Mudah-mudahan Daniel mau ya Mi." Sambungnya.

Rasanya tidak mungkin Daniel akan menolak tawaran untuk tetap tinggal di rumah mereka.

Laras balas tersenyum kearah Suaminya, sebagai ungkapan terimakasih karena Suaminya sudah mau mendengarkan permintaannya.

Sebenarnya masih ada lagi yang ingin Laras beritahukan kepada Suaminya, yaitu perihal kehamilannya saat ini, tapi ia masih bingung untuk mengatakannya, ia takut kalau Suaminya akan curiga kalau dirinya tidak mengandung anak dari Suaminya.

"Ada lagi Mi?" Tanya KH Umar.

Laras diam sebentar. "U... Umi hamil Bi." Lirih Laras, nyaris tak terdengar.

Wajah KH Umar tampak sumringah mendengar kabar tersebut. "Serius Mi? Jadi... Kita akan punya anak! Ya Allah Alhamdulillah..." KH Umar langsung turun dari atas tempat tidur sembari melakukan sujud syukur sanking bahagianya ia saat ini.

Melihat KH Umar yang tampak begitu bahagia membuat Laras merasa sangat sedih. Mengingat janin yang ia kandung saat ini bukanlah janin dari hasil persetubuhannya dengan sang Suaminya.

Setelah mengucap syukur yang mendalam, KH Umar kembali menghampiri Istrinya.

"Tapi Mi... Perasaan satu bulan ini kita belum pernah melakukan itu?" Heran KH Umar, setelah mengingat-ingat kapan terakhir mereka melakukan hubungan Suami Istri.

Lagi Laras di buat panik, wajah Laras tampak pucat pasi, kepalanya terasa panas, memaksa otaknya berfikir untuk mencari-cari alasan agar Suaminya percaya kalau janin yang ia kandung saat ini adalah hasil dari kerja keras Suaminya, bukan pria lain.

"Abi lupa ya, Minggu kemarinkan kita pernah coba." Sewot Laras, seakan ia marah karena Suaminya lupa kalau mereka sempat bercinta. "Coba aja kalau sama Istri muda pasti ingat." Rajuk Laras, membuat KH Umar tampak serba salah.

"Bukan begitu Umi, tapikan kemarin Abi gagal masukin burung Abi." Ingat KH Umar.

Laras terdiam sesaat. "Tapikan Abi sempat keluar di situnya Umi." Jelas Laras sedikit meninggi.

"Emang bisa ya Mi."

"Bisalah Bi... Apa Abi pikir Umi selingkuh?" Lirih Laras.

KH Umar tersentak kaget mendengarnya, KH Umar tidak sampai sejauh itu berfikirnya. "Astaghfirullah Umi... Mana mungkin Abi menuduh Umi selingkuh, tidak mungkin Umi." Kata KH Umar membela diri.

"Siapa tau? Secara Abi pernah selingkuh." Sesal Laras.

KH Umar kali ini benar-benar di buat bungkam. Dulu waktu ia menikah lagi, KH Umar memang tidak memberitahu Istrinya, setelah tiga bulan pernikahannya barulah KH Umar memberitahu Istrinya kalau ia telah menikah lagi.

Awalnya Laras sangat marah, bahkan ia minta di ceraikan. Tetapi setelah di bujuk dan di beri penjelasan akhirnya Laras bersedia di madu.

"Maaf ya Mi." Bisik KH Umar.

Laras yang kembali mengingat momen menyakitkan itu memilih memmunggungi Suaminya.

Memang rasanya sangat tidak adil baginya, di mana seorang pria bisa dengan mudanya berselingkuh dengan alasan atas nama Agama. Sementara mereka perempuan tidak boleh memiliki lebih dari satu Suami. Sembari memejamkan matanya, Laras kembali teringat dengan Daniel, sosok yang membuatnya mengerti betapa nikmatnya menjadi seorang wanita.

*****


Lidya

Sementara itu di tempat yang berbeda, di sebuah kamar yang ada di kantor Makamah Al-fatah, tampak sepasang anak manusia tengah memaduh kasih. Daniel memeluk erat tubuh muridnya dalam keadaan telanjang bulat.

Beberapakali ia mendaratkan ciuman di wajah cantik Lidya, dan sesekali memanggut mesrah bibir Lidya yang terasa manis.

"Terimakasih Lidya." Bisik Daniel.

Lidya tampak tersipu malu. "Sama-sama Ustadz, Lidya senang bisa membantu Ustadz." Jawab Lidya, ia meraih kontol Daniel, mengurutnya dengan perlahan. "Ngomong-ngomong kenapa Ustad mau aku menjebak Aurel?" Tanya Lidya, ia juga merasa heran kenapa Ustad Daniel memintanya menjebak Aurel, yang notabenenya adalah saudara sepupunya sendiri.

"Karena Ustad sayang sama Aurel, sama seperti Ustad sayang sama Lidya." Jawab Daniel, ia meraih buah dada Lidya, meremasnya dengan perlahan.

"Lidya juga sayang Ustad." Ujar gadis cantik tersebut.

"Lidya mau gak jadi pengikutnya aliran Al-Qiyadah Islamiyyah?" Tawar Daniel, sembari merebahkan tubuh Lidya diatas matras. "Ustad akan senang banget kalau Lidya mau bergabung dengan Al-Qiyadah.

"Ustad... Sttt... Bukannya itu aliran sesat?" Tanya Lidya sembari mendesis saat jemari Ustad Daniel menyentuhnya bibir kemaluannya.

"Itukan menurut mereka, tapi menurut kami aliran Al-Qiyadah Islamiyyah adalah aliran yang paling benar!" Jelas Ustad Daniel. "Gimana, Lidya mau gak jadi saudaranya Ustad." Bujuk Daniel sembari menindih tubuh Lidya, kontolnya yang tengah berdiri tegak sudah siap menyodok-nyodok memek muridnya.

"Aku mau Ustad." Jawab Lidya seraya tersenyum. "Aaahkk... Ssstt... Enaaaak... Aaahkk..." Desah Lidya ketika Daniel mulai menggerakan pinggulnya, menyodok-nyodok lobang peranakan Lidya yang sudah sangat basah, hingga mempermudah laju penetrasi yang ia lakukan.

"Ini hadiah spesial dari Ustad untuk Lidya." Bisik Daniel sembari mengayunkan pantatnya, maju mundur, menyodok-nyodok liang senggama Lidya yang terasa hangat dan licin.

Tubuh Lidya menggelinjang nikmat merasakan setiap hujaman kontol Daniel yang menusuk dalam hingga ke rahimnya. Kedua tangan Lidya melingkar di leher Ustad Daniel sembari melumat bibir Ustad idolanya tersebut dengan sangat rakus.

Semakin lama kontol Daniel melesat semakin cepat, dan makin cepat. Plooookss... Plooookss... Plooookss... Suara benturan kelamin mereka terdengar semakin nyaring, seiring dengan tempo permainan mereka berdua yang semakin panas.

Tidak butuh waktu lama bagi Lidya untuk mendapatkan orgasmenya.

"Eeeengkk..." Erang Lidya, menikmati orgasmenya.

Ploooopss...

Daniel mencabut kontolnya, lalu ia berbaring di samping Lidya. Seakan mengerti apa yang di inginkan Daniel, Lidya beranjak duduk, ia menggenggam kontol Daniel, mengurutnya sebentar lalu mengulumnya. Kontol Daniel yang terasa sangat asin, karena telah bercampur dengan lendir kewanitaannya.

Kemudian ia merangkak keatas selangkangan Daniel. Bleeesss.... satu hentakan kebawah membuat kontol Daniel bersemayam di dalam memeknya.

"Aaahkk... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Lidya.

Kedua tangan Daniel meraih payudara Lidya, meremasnya dan memilin putingnya. "Goyangan kamu buat Ustad gak tahan sayang." Rayu Ustadza Danel sembari menstimulasi puting Lidya.

"Ustaaad... Aaahkk... Enak Ustad..." Lidya semakin gencar menaik turunkan pantatnya. Plooookss... Plooookss... Plooookss... Sesekali ia melakukan gerakan memutar, memelintir kontol Ustad Daniel yang tengah menancap di memeknya.

Lidya berhenti sebentar, merapikan anak rambutnya yang menutupi wajahnya. Kemudian ia berbalik membelakangi Ustad Daniel, kedua tangannya bertumpuh diatas paha Ustad Daniel sembari kembali menggoyangkan pantatnya dengan liar.

Di posisi ini Daniel dapat melihat bongkahan pantat Lidya yang tengah bergerak naik turun diatas selangkangannya. Plaaaakkk... satu tamparan keras mendarat di pantat Lidya.

Dengan jari jempolnya, Daniel membuka pipi pantat Lidya, tampak lobang pantat Lidya yang membesar berkedut-kedut.

"Ustaaaaad.... Aku keluar..." Jerit Lidya.

Pinggul Lidya melejang-lejang tak karuan, menikmati kembali orgasmenya. Tubuhnya ambruk kedepan dengan posisi sujud.

Daniel beranjak mendekati pantat Lidya, ia membelai, mengelus pantat Lidya. "Indah sekali pantat kamu Lidya." Puji Daniel sembari membuka kedua pipi pantat Lidya hingga lobang pantatnya yang kecoklatan terlihat jelas di kedua matanya.

"Jangan di lihat Ustad, pantat Lidya sudah rusak." Rengek manja Lidya.

Daniel mendekatkan wajahnya ke pantat Lidya, sembari memejamkan matanya ia mengendus pantat Lidya. Melihat kelakuan gurunya, Lidya di buat tersipu malu. "Wangi sekali aromanya sayang." Ujar Daniel, sembari menjulurkan lidahnya, menjilati lobang anus Lidya yang merekah.

"Geliii Ustad! Aaahk..."

Cengkraman kedua tangan Daniel semakin erat di pantat Lidya. "Kamu tau Lidya, keimanan seorang wanita menurut aliran kami terlihat dari lobang pantat dan lobang memeknya, semakin dower dan besar lobangnya, itu artinya semakin besar keimanannya." Ujar Daniel sembari menciumi pantat Lidya.

"Aaahkk... Ustad.... Ssttt... Apakah aku termasuk wanita beriman?" Tanya Lidya bergetar.

Daniel tidak langsung menjawab, ia mendekatkan kontolnya di lobang anus Lidya, lalu dengan perlahan ia mendorong kontolnya masuk ke lobang anus Lidya tanpa kesulitan sama sekali, karena anus Lidya sudah terbiasa menerima kontol pria lain.

Dengan gerakan perlahan, Daniel mengayunkan pinggulnya maju mundur menyodok anus Lidya. "Kamu wanita beriman sayang." Jawab Daniel.

Ia menarik rambut Lidya, sembari menghujamkan kontolnya ke dalam lobang anus Lidya.

Gadis muda itu tampak pasrah menerima perlakuan kasar dari gurunya. Kekagumannya terhadap sang Guru membuatnya mau melakukan apa saja untuk gurunya, bahkan harga dirinyapun siap ia gadaikan.

"Ustad mau keluar Lidya..." Erang Daniel.

Lidya mulai ikut menggerakan pantatnya maju mundur, sementara tangan kirinya menjulur kebelakang, menggosok-gosok clitorisnya. "Aaahkkk.... Aaahkkk... Aaahkk... Terus Ustad, aku juga hampir sampai." Jerit Lidya tidak mau kalah.

Secara bersamaan mereka berdua melolong panjang. "Oughkk..." Tubuh keduanya bergetar, melepaskan cairan cinta mereka berdua.

Ustadz Daniel mencabut kontolnya, ia menyodorkan kontolnya di depan wajah Lidya, menampar-nampar wajah Lidya dengan kontolnya. "Bersihkan Lidya." Pinta Ustad Daniel, menggosok-gosok bibir Lidya.

Aroma sperma, lendir cintanya hingga kotorannya menjadi satu, membuat aroma kontol Daniel menjadi tak karuan, membuat Lidya sempat ragu untuk membersihkan kontol Daniel. Tapi Daniel tidak menyerah, ia membelai pipi Lidya seraya tersenyum.

Perlahan Lidya membuka mulutnya, memberi akses kontol Daniel masuk ke dalam mulutnya. Dan rasanya sungguh luar biasa, sampai membuat Lidya merasa mual.

"Nanti juga kamu akan terbiasa." Ujar Daniel.

Lidya diam saja, ia menggerakan kepalanya maju mundur mengulum kontol Daniel yang perlahan mulai mengecil. "Fuaaaah..." Tampak air liur Lidya ikut menetes.

"Ennakkan Lidya?"

Lidya mengangguk. "Iya, Ustad enak." Jawab Lidya, seraya menelan sisa lendir yang ada di mulutnya.

Daniel kembali berbaring diatas matras di samping Lidya, ia memeluk tubuh Lidya yang bermandikan keringat. "Nanti Ustad akan kenalin kamu sama pemimpin kita." Janji Daniel.

"Emang namanya siapa Ustad?"

Daniel mengucek rambut Lidya. "Nanti kamu juga akan tau sendiri." Ujarnya, lalu ia mencium ubun-ubun kepala Lidya.

*****


Zaskia

07:00

Ketika Zaskia sedang mencuci piring sisa sarapannya barusan, ia melihat Rayhan yang baru saja selesai berganti pakaian. Raut wajah Rayhan tampak tegang, ia terlihat seperti sangat terburu-buru.

Tentu saja Zaskia mengerti kenapa Rayhan bisa seperti itu, dan karena itulah Zaskia merasa bersalah karena membuat Adiknya menjadi gelagapan.

"Kok aku gak di bangunin si Kak!" Protes Rayhan.

Zaskia terlihat cuek sembari membilas cuciannya. "Kamu itu sudah besar, mau sampai kapan minta Kakak yang bangunin!" Katanya, tanpa melihat kearah Rayhan yang sedang cemberut.

"Aku jadinya telat Kak." Kesal Rayhan.

"Kalau tidak mau telat kamu bangunnya pagi..." Ketus Zaskia tidak seperti biasanya. Rayhan yang mendengarnya juga kaget, ia tidak menyangkah akan mendapatkan jawaban yang begitu ketus.

Di dalam hati Rayhan mulai bertanya-tanya, kenapa sikap Kakaknya mendadak berubah? Ah... Sudahlah. Rayhan tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkan sikap Kakaknya pagi ini, biar nanti saja ia cari tau kenapa Kakaknya berubah.

Sanking buru-buru nya, Rayhan sampai tidak sarapan pagi, bahkan minta uang jajanpun tidak.

Zaskia yang melihat kepergian adiknya dengan tatapan yang tidak biasanya. Dari pancaran matanya, ada kekosongan yang ia rasakan. Di tambah lagi setelah ia melihat piring Rayhan yang masih utuh, membuatnya makin merasa sedih. Ini adalah kali pertama Rayhan tidak memakan masakannya.

Kamu harus bisa Zaskia... Jerit hati Zaskia, menyemangati dirinya sendiri.

****

Di kantor Zaskia terlihat tidak bersemangat, raut wajahnya datar tidak seperti biasanya. Padahal beberapa hari belakangan ini ia selalu terlihat ceria, dan bersemangat tapi untuk hari ini sangat berbeda sekali, ia menjadi sedikit lebih pendiam dari biasanya.

Sembari memainkan pulpen di jemarinya, ia memikirkan hubungannya dengan Rayhan. Hubungannya selama ini dengan Rayhan sangat baik, bahkan ia menyukai hubungannya yang mungkin sebagian orang akan menganggapnya aneh, tetapi Zaskia menyukai hubungannya yang seperti itu.

Tetapi kejadian kemarin pagi, seakan merubah semuanya. Zaskia sadar bagaimanapun juga Rayhan seorang laki-laki yang sudah cukup dewasa, cepat atau lambat kejadian kemarin akan terjadi, terlalu naif kalau Zaskia berharap Rayhan tidak melakukannya.

"Ada yang ingin Uhkti ceritakan?" Tanya Haifa yang tiba-tiba sudah duduk di depannya.

Zaskia menggelengkan kepalanya. "Gak ada Mbak." Jawab Zaskia, rasanya saat ini ia tidak ingin membicarakan tentang Rayhan.

"Yakin?" Pancing Haifa. "Tadi pagi ana lihat Rayhan di hukum Ustad Soleh karena terlambat!" Cerita Haifa, membuat raut wajah Zaskia berubah menjadi semakin sedih dengan cerita Haifa.

"Di hukum? Dia di hukum apa Mbak?" Desak Zaskia.

Haifa menatap lembut Zaskia. "Ya biasa, di pukul pake rotan, terus di jemur selama satu jam di luar kelas." Jawab Haifa, mendramatisir yang terjadi tadi pagi. "Kasihan banget tadi aku lihatnya, Rayhan kayaknya mau pingsan gitu." Sambung Haifa.

Zaskia benar-benar shock mendengarnya, bahkan Zaskia sampai mendekap mulutnya. "Ya Allah Ray." Zaskia hampir menangis membayangkan adiknya yang sedang di hukum.

Zaskia ingat kalau tadi pagi Rayhan belum sarapan, di tambah lagi Rayhan tidak membawa uang jajannya, membuat penyesalan Zaskia semakin besar, ia merasa begitu tega kepada Adiknya. Andai saja ia membangunkan Rayhan, tentu kejadian seperti hari ini tidak perlu terjadi.

Ingin sekali Zaskia memberikan uang jajan adiknya, tapi sudah terlambat, karena jam tanda berakhirnya jam istirahat sudah usai.

"Ya Allah, kok ana tega banget ya." Zaskia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Haifa meraih tangan Zaskia, ia menatap wajah Zaskia yang sedih. "Antum sama Rayhan ada masalah apa?" Tanya Haifa.

"Pagi tadi aku sengaja tidak membangunkan Rayhan Mbak." Jujur Zaskia.

"Kenapa? Kamu galau lagi."

Zaskia mengangguk lemah. "Kemarin kita hampir melakukan itu Mbak." Bisik Zaskia, ia sangat malu mengingat kejadian kemarin.

"Ngentot..." Lirih Haifa.

Lalu Zaskia menceritakan kronologis kejadian kemarin, bagaimana Rayhan mau menyentuh kemaluannya. Haifa tersenyum simpul mendengar cerita Zaskia yang terlihat sangat antusias sekali, seakan-akan kejadian kemarin bukanlah aib sama sekali, tetapi sesuatu yang menyenangkan.

Alasan Zaskia tidak membangunkan Rayhan pagi tadi, karena ia takut kejadian kemarin terulang lagi dan ia tidak mampu menolaknya. Dan lagi ia merasa hubungannya dengan Rayhan sudah terlalu jauh.

Haifa sangat mengerti dilema yang di rasakan oleh Zaskia saat ini.

"Semua keputusan ada di tangan antum, sebagai sahabat ana hanya bisa memberi dukungan." Haifa tersenyum lembut. "Kalau menurut antum menjaga jarak dengan Rayhan adalah yang terbaik, lakukan saja, jangan ragu-ragu." Nasehat Haifa tidak biasanya.

Zaskia tertunduk, ia tidak tau apakah keputusannya ini sudah tepat. Karena jauh dari lubuk hatinya, Zaskia merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang membuat gairah hidupnya menjadi padam.

"Tetapi di setiap keputusan ada konsekuensinya. Kamu akan kehilangan Rayhan! Kamu akan kehilangan sosok yang selama ini membuat hidupmu lebih berwarna." Haifa menepuk-nepuk punggung tangan Zaskia.

Sekarang apa yang harus ia lakukan, di sisi lain ia takut kejadian kemarin membuat mereka kebabblasan hingga melakukan perzinahan, tetapi di sisi lain Rayhan adalah penyemangat hidupnya, ia tidak bisa membayangkan kehilangan canda dan tawa Rayhan, yang selama ini menghiasi hari-harinya.

*****


Haja Laras

14:00

"Sini Dan, duduk dulu." Suruh KH Umar.

Daniel mendekat lalu duduk di samping KH Umar. "Ya Kiyai, ada apa ya Kiayi?" Tanya Daniel heran, karena tidak biasanya KH Umar ingin berbicara kepadanya empat mata. Seakan ada sesuatu yang penting, yang harus mereka bicarakan.

"Soal kamu mau tinggal di kantor Makamah jadi?" Tanya Kiayi.

"Iya Kiayi, katanya awal bulankan?"

Kiayi mengangguk. "Kamu betah tinggal di sini Dan?" Tanya KH Umar, sembari menyeruput kopinya yang mulai dingin.

"Betah Kiayi, emangnya kenapa?" Tanya Daniel makin heran.

KH Umar tersenyum hangat kearah Daniel, wibawanya sebagai seorang ulama begitu terasa. "Kamu taukan kalau akhir-akhir ini pesantren kita di teror oleh pria bertopeng? Amma kamu sebenarnya agak keberatan kalau kamu mau pindah dari sini sekarang, apa lagi saya jarang di rumah." Ungkap KH Umar yang secara tidak langsung meminta kepada Daniel untuk tinggal lebih lama di rumahnya.

Tentu saja Daniel sangat senang mendengarnya, itu artinya ia memiliki banyak waktu bersama Haja Laras untuk bersenang-senang.

Andai saja KH Umar tau apa yang telah di lakukan Daniel kepada istrinya, niscaya dia tidak akan membiarkan serigala seperti Daniel berada di dalam rumahnya.

"Maksud Kiayi, Amma mau aku tetap di sini?"

KH Umar mengangguk. "Itu kalau kamu tidak keberatan Daniel." Katanya bijak, tentu KH Umar tidak ingin memaksa Daniel untuk tetap tinggal di rumahnya.

"Saya ngikut Kiayi saja, mana yang menurut Kiayi baik buat saya." Jawab Daniel.

"Sementara waktu baiknya kamu tetap tinggal di sini, dan tolong kamu jagain Amma kamu sama Adik-adik kamu." Pintanya.

Daniel mengangguk. "Baik Kiayi, insyaallah saya akan menjaga keluarga Kiayi." Janji Daniel, di dalam hati ia sangat senang karena dengan tinggal di rumah ini, Daniel menjadi semakin muda menjalankan misinya, untuk menaklukkan istri dan anak gadis KH Umar.

"Terimakasih ya Dan!"

"Saya yang seharusnya berterimakasih kepada Kiayi, karena sudah mengizinkan saya tinggal di rumah ini." Ungkap Daniel, yang membuat KH Umar berfikir kalau sosok Daniel adalah orang yang baik. Bahkan di dalam hatinya, KH Umar merasa menyesal karena sempat berpikir negatif tentang sosok Daniel.

"Oh ya Dan! Sebentar lagikan tuju belasan, kamu bisa bantu untuk menyelenggarakan lombanya nanti?" Pinta KH Umar, tingkat kepercayaannya kepada Daniel kini lebih besar dari sebelumnya.

"Bisa kok Kiayi, insyaallah."

"Alhamdulillah..."

"Mohon maaf Kiayi, saya izin kebelakang dulu ya." Pinta Daniel dengan sangat sopan, membuat KH Umar makin menyukainya.

"Silakan, silakan... Saya juga mau lanjut baca lagi."

"Permisi Kiayi."

Daniel segera pamit dari hadapan KH Umar, jujur ia merasa sedikit tidak nyaman dan tegang berada di dekat KH Umar. Oleh karena itu ia mencari alasan agar tidak terlalu lama berada di dekat KH Umar.

Saat Daniel hendak ke kamar mandi, ia melihat Haja Laras yang sedang memasak. Daniel mengurungkan niatnya ke kamar mandi dan mendekati Haja Laras setelah memastikan kondisinya cukup aman. Haja Laras sendiri tampak terkejut saat Daniel mendekatinya.

Tiba-tiba Daniel sudah memeluknya dari belakang, membuat Laras tersentak kaget.

"Astaghfirullah.... Lepasin Dan..." Protes Laras.

Tapi Daniel tidak mengindahkannya. "Amma..." Bisik Daniel, tangannya terjulur menuju pantat Laras yang siang ini memakai gamis Kaima Rinjani dengan kancing rampel dari atas hingga bawah, berwarna coklat tua.

Tubuh Laras menegang, birahinya melonjak saat Daniel meremas pantatnya. Dia ingin menyingkirkan tangan Daniel, tapi ia takut akan menimbulkan kegaduhan, yang akan membuat Suaminya curiga.

Bisa gawat kalau sampai KH Umar melihat dirinya di lecehkan oleh keponakannya.

"Astaghfirullah.... Daniel." Jerit Laras tertahan, tubuhnya tersentak saat Daniel meremas bongkahan pantatnya yang kenyal.

"Saya kangen sama Amma!" Bisik Daniel, ia menarik wajah Laras ke belakang, lalu dengan lembut ia memanggut bibir tipis Laras.

Walaupun Laras terkesan menolak, tetapi wanita Soleha itu tidak bisa berbohong kalau cumbuan Daniel sangat memabukkan. Bahkan ia tak tahan untuk tidak membuka mulutnya, untuk merasakan permainan lidah Daniel di dalam mulutnya.

Sembari berciuman tangan Daniel tak henti-hentinya menggerayangi tubuh Laras, tidak hanya meremas pantat Laras, ia juga berani menjamah payudara Laras yang montok itu. "Ehhmmpsss... Sluupsss... Sluuuppsss... Hmmmpsss... Sluuupp...." Beberapa kali Laras menelan air liur Daniel yang masuk ke dalam mulutnya.

"Amma cantik sekali, selalu membuat saya bergairah." Goda Daniel.

Laras menggelengkan kepalanya. "Kamu sudah gila Daniel... Kiayi ada di depan." Geram Laras, ia takut perbuatan mereka ketahuan oleh Suaminya.

"Kiayi sedang sibuk dengan bukunya, dia tidak akan tau." Kata Daniel seraya tersenyum.

"Jangan Dan... Istighfar..." Tolak Laras kekeuh.

Tetapi Daniel tidak memperdulikan penolakan Laras, ia membuka kancing gamis Laras, dari bagian perut hingga selangkangannya. Kemudian tangan Daniel masuk ke dalam gamis Laras, dan mulai melakukan pijitan di selakangan Laras yang siang ini memakai celana dalam segitiga berwarna grey, berbahan katun.

Dalam sekedap celana dalam Laras menjadi lecek, karena cairan cintanya yang membanjir. "Oughk... Daniel... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Laras, ia mendekap mulutnya agar suaranya tidak keluar.

"Memek Amma basah ya? Enakkan Amma?" Goda Daniel menekan-nekan selangkangan Laras.

Setelah di rasa cukup Daniel menarik kembali tangannya keluar, kemudian ia menyingkap keatas gamis yang di kenakan Laras hingga menampakkan bulatan pantat Laras yang tertutup celana dalamnya.

Tanpa kesulitan berarti Daniel menarik turun celana dalam Laras.

Lagi-lagi Laras mencoba mencegah Daniel yang ingin menggagahinya. "Jangan nekat Dan! Kiayi ada di rumah." Lirih Laras, walaupun di dalam hatinya dia juga ingin merasakan kembali kontol Daniel mengaduk-aduk liang vaginanya.

"Sebentar aja Amma." Bujuk Daniel, sembari menuntun kontolnya kearah lipatan bibir vagina Laras yang tembem, berbentuk seperti tirai karena bibir minoranya yang menonjol keluar.

Tubuh Laras menegang, merasakan kepala kontol Daniel yang bergerak masuk menusuk lobang memeknya yang telah basah. Sungguh rasanya sangat nikmat. "Eehkk... Daniel." Sekuat tenaga Laras mencoba untuk tidak mengerang.

"Jepitan memek Amma enak banget." Racau Daniel, dia meraih bagian dada Laras, membuka kancing gamis bagian atas Laras.

Satu persatu kancing gamis Laras di buka, kemudian tangan Daniel menyusup masuk ke dalam gamis Laras, ia menyingkap cup Laras keatas agar leluasa menjamah pabrik susu Laras yang ukurannya sangat berutal.

Tubuh Laras kian menggelinjang, merasakan remasas diatas payudaranya, di padu dengan goyangan pinggul Daniel yang semakin cepat mengaduk-aduk memeknya.

Laras menggeleng-gelengkan kepalanya, rasanya ia sudah tidak kuat lagi, terutama ketika Daniel memilin putingnya.

"Aaahkk... Aaahkk... Aaahkkk..." Desah Laras tertahan.

Daniel kian meningkatkan tempo sodokannya, mengebor lobang memek Laras hingga kebagian terdalamnya, sementara telapak tangannya meremas-remas payudara Laras, memilin putingnya yang semakin mencuat kedepan.

Apa yang mereka lakukan saat ini sungguh gila menurut Laras, mengingat Suaminya ada di rumah, tetapi kondisi tersebut malah membuat adrenalinnya kian terpacu. Terbukti dengan cairan vaginanya yang tanpa henti memproduksi precum untuk semakin mempermudah laju kontol Daniel masuk semakin dalam ke dalam rahimnya.

Laras menoleh ke belakang, menatap wajah Daniel yang tengah memandangnya dengan tatapan tajam, membuat degub jantungnya kian berdebar-debar. Saat Daniel kembali memanggut bibirnya, Laras hanya pasrah menerimanya. "Hmmppss... Uuhmmmpss... Sluuuppsss... Hmmppss..." Laras memanfaatkan ciuman mereka untuk meredam suaranya.

Hampir sepuluh menit Daniel menggagahinya, dan selama sepuluh menit itu juga Laras di buat melayang-layang, dan sekarang Laras mulai mendekati puncak kenikmatannya, membuat Laras mulai ikut menggerakan pantatnya menyambut setiap hentakan kontol Daniel.

Tubuh Laras menegang, dan otot-otot vaginanya semakin kencang memeluk kontol Daniel, menandakan kalau ia akan segera sampai.

Dekapan tangan Daniel semakin erat, dan tiba-tiba secara bersamaan tubuh mereka menegang, bergetar hebat. Sedetik kemudian secara bersamaan mereka berdua mencapai puncak klimaksnya. Laras dapat merasakan hangatnya semburan seperma Daniel yang memenuhi liang rahimnya.

Daniel tersenyum, kemudian mengecup kening Laras. "Tadi itu enak sekali Amma." Bisik Daniel, membuat Laras tersipu malu.

Daniel melepas pelukannya, sembari kembali mengenakan celananya.

"Tadi Kiayi sudah bilang, kalau Amma pengen aku tetap di rumah ini, apa itu benar." Ujar Daniel seraya memakai celana.

"....." Laras terdiam.

Daniel membelai wajah Laras yang tampak sedikit berantakan karena keringat yang membasahi wajahnya. "Jujur aku senang mendengarnya, tetapi aku akan tetap pergi kecuali Amma yang memintaku langsung." Lirih Daniel, lalu ia tersenyum yang membuat hati Laras kembali berkecamuk.

Harus di akui Laras sangat menginginkan Daniel untuk tetap tinggal, tapi sedikit harga dirinya membuatnya ragu untuk memintanya langsung.

"Umi..." Panggil Kiayi tiba-tiba.

Terdengar suara derap langkah menuju dapur, buru-buru Laras merapikan kembali pakaiannya, mengancingkan gamisnya yang terbuka. KH Umar sedikit merasa aneh melihat Daniel yang sedang bersama Istrinya.

"Lo ada Daniel juga." Ujar KH Umar.

Daniel tersenyum hangat. "Tadi saya habis dari kamar mandi Kiayi." Ujar Daniel beralasan.

"Oh ya Umi, tadi Abi sudah sampaikan ke Daniel, soal Umi yang pengen Daniel tetap tinggal di rumah kita." Ujar KH Umar, membuat Laras menjadi salah tingkah. Selama ini Laras selalu memperlihatkan ketidak sukaannya sama Daniel, tapi nyatanya kini malah berbanding kebalik.

"Iya Dan... Menurut Amma lebih baik kamu tinggal di sini saja ya. Soalnya kamu taukan Kalau Kiayi jarang pulang, Amma jadi kesepian!" Ujarnya.

"Bener apa kata Amma kamu Daniel, pekerjaan saya semakin banyak di sana, jadi tolong kamu temani Amma kamu ya, jangan buat Amma kamu kesepian." Pinta Kiayi yang terdengar seperti ia meminta Daniel untuk selalu meniduri Istrinya agar Istrinya tidak kesepian.

Sekilas Daniel dan Laras beradu pandang, pemuda itu tersenyum penuh arti, yang membuat Laras menjadi salah tingkah.

"Kalau Amma yang meminta, saya tidak berani menolak Kiayi, takut kualat." Jawab Daniel, ia kembali menatap Laras yang tertunduk, sekilas Laras terlihat seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta.

Aneh rasanya, mendengar Daniel mau tinggal bersama mereka, membuat hati Laras berbunga-bunga, apa lagi saat melihat senyuman misterius Daniel yang membuat Laras makin salah tingkah. Laras sadar, kalau dirinya mulai jatuh cinta kepada Daniel. Sebuah perasaan terlarang yang seharusnya tidak di milikinya.

*****
Makasih suhu ahirnya haja laras keluar jg terimakasih terimakasih 🙏
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd