Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pesantren Series (Remake)

Status
Please reply by conversation.
Makasih suhu, akhirnya penantian yg lama bisa terbayarkan sama cerita Rayhan ma Azkia. Tetap semangat hu dan usahakan sampai tamat ya.
 

Zaskia

22:00

Menjelang larut malam, tampak Zaskia tidak juga merasakan kantuk sama sekali, ia terus memikirkan hubungannya dengan Rayhan yang tidak kunjung menemukan titik temu. Zaskia merasa hampa tanpa hadirnya sosok Rayhan yang suka mengganggunya, tetapi ada ketakutan di dalam diri Zaskia, kalau ia tetap dekat dengan adiknya. Dirinya takut hubungan mereka yang terlalu dekat bisa menjadikan sebuah hubungan terlarang.

Zaskia mendesah pelan, matanya menatap kosong kearah layar televisi yang saat ini tengah menanyangkan sebuah berita nasional.

Apakah kamu yakin Zaskia, bisa hidup tanpa Rayhan? Apa kamu yakin, hidupmu akan berwarna seperti saat ada Rayhan di sisimu?

"Aku tidak bisa." Lirih Zaskia sembari menggenggam tangannya sendiri.

Tapi bagaimana caranya mengembalikan hubungan kami yang runyam ini?

"Aasrrtt..." Zaskia mengucek-ngucek kepalanya sendiri, ia terlihat stress dengan masalah yang saat ini sedang ia hadapi.

Sanking stresnya ia tidak menyadari kehadiran Rayhan yang berjalan mendekatinya. "Kak." Panggil Rayhan, ia duduk di samping Zaskia yang tampak salah tingkah.

"Ya, kenapa Dek."

"Kakak marah ya..." Bisik Rayhan.

Zaskia menoleh sebentar, kemudian ia kembali menatap layar tv.

Pemuda itu sadar betul apa yang membuat Kakaknya menjadi berubah. Dan Rayhan sungguh sangat menyesal karena telah mencoba untuk mencabuli Kakaknya tempo hari. Andai ia bisa menahan diri, hubungannya dengan Kakak iparnya mungkin akan baik-baik saja sampai detik ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dan Rayhan tengah berusaha memperbaikinya.

"Apa kamu tau letak kesalahan kamu?" Lirih Zaskia, ia menunduk menatap ujung kakinya. "Kenapa Dek?" Suara Zaskia bergetar, antara kecewa dan malu.

"Maaf Kak, aku... Aku khilaf!" Jawab Rayhan.

Zaskia menggigit bibirnya, menguatkan hatinya untuk segera mengambil sebuah keputusan yang menurutnya buruk dari yang terburuk. "Khilaf... Setiap hari kamu bangun kesiangan, kamu bilang itu khilaf." Zaskia memandang adiknya sembari menggembungkan kedua pipinya dengan tatapan manja, membuatnya terlihat manis.

"Eh..." Rayhan terdiam.

Jawaban Zaskia sungguh di luar dugaan, Rayhan pikir Kakaknya akan membahas masalah dirinya yang kemarin nekat hendak mencabulinya. Atau jangan-jangan, Kakaknya memang tidak ingin membahas kejadian kemarin.

"Kalau Kakak nasehatin tuh denger." Tiba-tiba Zaskia menjewer kuping Rayhan.

"Adu... Du... Iya Kak! Ampun." Rengek Rayhan, sembari memegangi tangan Zaskia yang tengah menjewer kupingnya. "Udah Kak, sakit..." Melas Rayhan lagi.

"Makanya jangan nakal." Omel Zaskia.

Rayhan mengelus-elus kupingnya, sembari tersenyum kearah Zaskia. "Jadi aku di maafin ni Kak." Harap-harap cemas Rayhan.

"Di maafin tapi ada satu syarat?"

"Ya, kok pake syarat." Lirih Rayhan mendumel.

Zaskia melipat kedua tangannya, bersiap mengomeli Adiknya. "Mau di maafin gak? Atau mau Kakak jewer lagi." Ancam Zaskia.

"Iya, iya, apa syaratnya."

"Mulai besok kamu harus bangun sendiri, Kakak gak akan bangunin kamu lagi." Ucap Zaskia dengan mimik wajah yang serius. Rayhan yang mendengar ucapan Zaskia merasa kecewa, karena itu artinya dia sudah tidak bisa lagi bermesra-mesraan dengan Kakak Iparnya.

Senyum sumringah yang tadi tergambar di wajahnya mendadak hilang. "Iya Kak, mulai besok aku akan bangun pagi." Janji Rayhan, ia sadar apa yang telah ia perbuat kemarin pagi sudah sangat keterlaluan.

"Janji..." Zaskia menyodorkan jari kelingkingnya.

Rayhan tersenyum sembari mengikat jari kelingkingnya dengan jari kelingking Zaskia. "Janji..." Jawab Rayhan mantab.

"Berarti mulai besok gantian kamu yang harus membangunkan Kakak." Lanjut Zaskia, dan lagi-lagi membuat Rayhan kebingungan. Apakah itu artinya mereka masih bisa bermesraan? Sebenarnya apa yang di inginkan Zaskia dari Rayhan?. "Denger gak..." Zaskia mencubit perut Adiknya yang membuat Rayhan tersadar.

"Aduh... Eh iya Kak." Kaget Rayhan.

Cubitan Zaskia turun kebawah, menuju selangkangan Rayhan. "Kakak gak akan bangun, sampe kamu bangunin Kakak." Ancam Zaskia.

"Aduh... Eh iya Kak." Rengek Rayhan.

Dengan lembut Zaskia meremas kemaluan Rayhan. "Sakitkan? Ini hukuman buat Adek nakal." Katanya, dengan suara mendayu. Mendengar hal tersebut tentu saja membuat Rayhan senang.

Sebagai ungkapan rasa sayangnya, Rayhan memeluk pinggang ramping Kakaknya, dan pada saat bersamaan jemari Zaskia menyusup masuk ke dalam celana boxer Adiknya, ia menggenggam, mengurut batang kemaluan Adiknya.

Rasanya Rayhan sangat merindukan sentuhan tersebut, walaupun baru satu hari ia tidak merasakannya.

"Ssttt... Kak! Adek sayang Kakak." Bisik Rayhan.

Jemari telunjuk Zaskia mengusap cairan pelumas yang mengambang di ujung kepala penis Rayhan. "Kakak juga sayang Adek..." Jawab Zaskia dengan berbisik.

"Maafin aku ya Kak." Ucap Rayhan tulus.

Zaskia mengerti kemana arah ucapan adiknya. "Kamu gak salah sayang, karena... karena... Kakak juga menginginkannya, hanya saja Kakak lebih suka melakukannya dengan cara ini." Aku Zaskia seraya memejamkan matanya ketika merasakan sentuhan lembut di payudaranya. "Dek... Ssttt... Jangan nakal lagi ya..." Bisik Zaskia.

"Iya Kak... Aduh... Aahkk... Sakit Kak... Ampun... Aku gak akan nakal lagi." Desah Rayhan di selingi dengan beberapa kalimat drama.

Zaskia semakin cepat mengocok kontol Adiknya. "Makanya jangan bandel." Omel Zaskia, sembari memanjakan kontol Rayhan dengan tangannya.

"Kak... Ssttt... Kak..." Desah Rayhan, tubuhnya menegang, menandakan kalau ia hampir sampai.

Sadar kalau Adiknya hampir klimaks, Zaskia semakin mempercepat kocokannya, hingga akhirnya. Croooottss... Croootss... Croooottss... Sperma Rayhan meluber di jemarinya.

Sejenak suasana mendadak hening, mereka berdua saling pandang, dan sedetik kemudian Rayhan memberanikan diri mengecup mesra bibir Kakaknya. Zaskia memejamkan matanya, membiarkan Rayhan mengulum bibir merahnya.

"Adek sayang Kakak." Lirih Rayhan.

Zaskia tersenyum. "Kakak juga sayang Adek... Jangan bandel lagi." Nasehat Zaskia, ia tidak ingin adiknya memperlakukan dirinya seperti hari itu.

"Janji Kak."

"Sana kamu tidur, nanti besok kamu malah jadi kesiangan! Ingat ya, besok jangan lupa bangunin Kakak." Ujar Zaskia mengingatkannya, dan tentunya Rayhan tidak akan lupa.

"Siap bos."

*****


Farah

05:30

Seperti biasa, selesai shalat subuh KH Shamir di sibukkan dengan membaca kitab, mengulangi hafalannya, walaupun semua ayat-ayat yang ada di dalam kitab tersebut sudah berada di luar kepalanya sanking khatam nya. Tetapi walaupun begitu, KH Shamir yang rendah hati tetap masih belajar dan mau mengulangi pelajarannya.

Ketika ia sedang khusuk-khusuknya, Farah menghampiri KH Shamir sembari membawa segelas kopi hangat untuk mertuanya itu.

"Ini Bi, kopinya." Farah meletakan segelas kopi itu di atas meja.

KH Shamir mengangkat wajahnya. "Terimakasih Nak... Kopinya." Lirih KH Shamir dengan raut wajah tegang, menatap menantunya.

Tepatnya KH Shamir tengah menatap bagian dalam kerah leher gaun yang di kenakan Farah saat ini.

Tampak sepasang pepaya muda menggantung indah di balik gaun yang di kenakan Farah. Puting yang besar berwarna kemerah-merahan, mengintip malu-malu di balik gaun tidurnya yang seksi.

Gleeek...

Mata keriput KH Shamir seakan tidak mau berkedip, memandangi penampilan Farah pagi ini yang terlihat sangat seksi.



Gaun tidur sutra dengan motif plain yang di kenakan Farah terlihat seksi di mata KH Shamir. Layaknya seorang pria normal, sudah sewajarnya kalau KH Shamir yang notabenenya seorang duda menjadi terpesona dengan penampilan menantunya itu.

"Abi..." Panggil Farah.

KH Shamir tersentak sadar. "Astaghfirullah..." Shamir mengusap wajahnya, menenangkan dirinya atas kekhilafannya barusan.

"Kenapa Bi? Abi sakit..." Farah duduk di samping mertuanya.

"Eng... Enggak apa-apa kok Nak Farah." Jawab KH Shamir terbata-bata. Dirinya sangat gugup saat ini, berada di dekat seorang wanita seksi, yang tak lain adalah menantunya sendiri.

Godaan seakan tidak mau berhenti sampai di situ saja. Tiba-tiba Farah menarik tangan KH Shamir, dan meletakan tangannya diatas pangkuannya. "Abi kayaknya kecapean." Ujar Farah, sembari memijit lengan KH Shamir.

"Ehm... Ya, mungkin karena lagi banyak kerjaan."

"Abi banyak-banyak istirahat ya, kalau nanti Abi sakit siapa yang repot?" Farah tersenyum manis, membuat KH Shamir semakin salah tingkah. "Kalau Abi butuh bantuan, bilang aja sama Farah, pasti Farah bantu." Sambungnya, ia tersenyum penuh arti.

"Iya Nak Farah, terimakasih ya."

"Sama-sama Bi." Jawab Farah, sembari memijit lengan KH Shamir.

Diam-diam KH Shamir memperhatikan belahan dada Farah yang mengintip malu-malu di balik gaun tidur menantunya.

Sejenak KH Shamir teringat kejadian beberapa hari yang lalu, sebuah kejadian yang membuat KH Shamir benar-benar shock di buatnya. Sebenarnya KH Shamir sudah berusaha melupakannya, dan menganggap kejadian tersebut tidak ada. Tetapi penampilan Farah hari ini, mau tidak mau mengingatkannya dengan kejadian malam itu, ketika dirinya memergoki Farah masturbasi sembari menyebut namanya.

Apa mungkin dia sengaja melakukannya? Bisik hati KH Shamir.

KH Shamir sadar kalau menantunya ini sangat cantik, dan beberapa kali ia tergoda. Seandainya KH Shamir hanyalah pria biasa, mungkin ia akan membalas godaan Farah. Tapi dia seorang kiyai, tidak sepatutnya dia membiarkan kedekatan mereka semakin intim.

Bagaimanapun juga Farah adalah menantunya, ia harus bisa bersikap tegas terhadap menantunya itu, agar tidak menimbulkan kekhilafan.

"Astaghfirullah.... Maaf Nak Farah." KH Shamir menarik tangannya.

Farah tampak bingung melihat reaksi Mertuanya. "Ada apa Abi?" Tanya Farah, menatap KH Shamir yang hanya menundukkan wajahnya.

"Maaf Nak Farah, apakah Nak Farah bisa ganti pakaian dulu?" Pinta KH Shamir.

"Emang kenapa dengan pakaianku Abi? Ada masalah?" Tanya Farah, sembari memperhatikan pakaiannya.

"Nak Farah, kita ini bukan muhrim, rasanya tidak pantas Nak Farah mengenakan pakaian seperti itu, bagaimanapun juga Abi seorang laki-laki, dan Nak Farah seorang perempuan." Nasehat KH Shamir kepada menantunya.

Farah menggeser duduknya. "Maaf Abi, kalau Farah terlihat murahan di depan Abi." Farah berkata Lirih dengan tatapan sedih.

"Bukan itu maksud Abi."

"Gak apa-apa kok Abi, kalau Abi tidak suka Farah di rumah ini, Farah akan pergi." Dengan punggung tangannya Farah mengusap air matanya. "Abi jaga kesehatan ya." Sambung Farah, membuat KH Shamir jadi merasa sangat bersalah.

"Astaghfirullah... Abi tidak bermaksud seperti itu Nak!" KH Shamir mencoba menjelaskan maksud dari ucapannya barusan.

"....." Farah terdiam sembari terisak.

"Nak Farah dengarkan dulu! Maksud Abi berkata seperti itu, bukan karena Abi membenci nak Farah. Abi sangat sayang sama nak Farah, tapi bagaimanapun juga Abi seorang laki-laki dewasa dan Nak Farah seorang wanita dewasa, kalau Nak Farah memakai gaun terbuka seperti itu bisa membuat Abi bersyawat." Aku KH Shamir, mencoba menjelaskan maksud ucapannya agar Farah tidak tersinggung.

"Emangnya kenapa kalau Abi bersyahwat sama Farah? Apa yang salah?" Bela Farah.

KH Shamir tampak menghela nafas. "Kamu menantu Abi, Istri dari anak Abi." Tegas KH Shamir kepada Farah.

"Apa Farah salah menggap Abi seperti orang tua Farah sendiri? Apa Farah salah ingin berbakti kepada orang tua sendiri." Sengit Farah, mendebat ucapan Mertuanya.

"Tidak ada yang salah, yang salah itu Abi." Lirih KH Shamir.

Farah membuang wajahnya ke samping. "Salah kenapa? Karena Abi bersyahwat sama Farah?" Tanya Farah manja.

"Iya." Aku KH Shamir.

"Salah benarnya itu tergantung sama Farah! Dan bagi Farah Abi tidak salah, dan Abi tidak akan pernah salah di mata Farah." Tegas Farah sembari beranjak dari duduknya, ia menatap KH Shamir dengan sedih, kemudian beranjak pergi dari hadapan KH Shamir.

Sementara Kh Shamir hanya bisa mematung, memandangi menantunya yang pergi begitu saja, meninggalkan dirinya dengan perasaan campur aduk, yang sulit di mengerti oleh KH Shamir.

*****



Zaskia

Zaskia yang sudah bangun lebih dulu tampak gelisah menunggu Rayhan yang tidak kunjung ke kamarnya untuk membangunkan dirinya. Zaskia sudah menduga, adiknya itu pasti tidak akan bangun, membuat Zaskia sangat kecawa.

Tetapi dugaan Zaskia ternyata salah, tiba-tiba ia mendengar suara pintu yang terbuka.

Detak jantung Zaskia berdegup kencang, dirinya mendadak gugup. Kepanikan semakin di rasakan Zaskia ketika ia mendengar langkah kaki yang semakin mendekatinya.

Tempat tidurnya sedikit bergoyang ketika Rayhan duduk di sampingnya. Berulangkali Zaskia menghela nafas.

"Kak..." Rayhan menggoyangkan lengan Zaskia.

Zaskia tidak bergeming, ia tetap diam, menunggu aksi yang lebih berani dari adiknya. "Bangun Kak, nanti kesiangan aku yang di marahin." Omel Rayhan, sembari mengguncang-guncang tubuh Zaskia.

"Bentar lagi!" Zaskia menarik selimutnya lebih tinggi.

Jujur Zaskia sangat gugup saat ini, di sisi lain ia menginginkan kenakalan Rayhan, tapi di sisi lain ia juga merasa berdosa kepada Suaminya yang telah mempercayakan dirinya bersama Rayhan.

Sejenak Rayhan terdiam, ia tersenyum kecil menatap Kakak Iparnya yang tengah memejamkan matanya.

"Astaghfirullah... Bangun Kak." Suruh Rayhan lagi sembari menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur Kakaknya.

Lagi Rayhan terpaku memandangi wajah cantik Kakak iparnya, bibir merahnya seakan mengundang untuk di sentuh. Walaupun sempat ragu, tetapi Rayhan memberanikan dirinya menyentuh wajah cantik Kakaknya, membelai hidungnya, hingga turun menujur bibir merah Zaskia.

Tubuh Zaskia terasa merinding, saat jemari Rayhan membelai lembut wajahnya, mengelus bibirnya yang indah.

Perlahan Zaskia membuka mulutnya, sehingga jemari Rayhan bisa masuk ke dalam mulutnya. Lagi tubuh Zaskia merinding, ketika jemarinya membelai lidah Zaskia yang terasa lembut.

"Kak..." Panggil Rayhan lagi.

Zaskia mengulet sebentar, tetapi tidak ada tanda-tanda Zaskia akan bangun.

Rayhan menarik perlahan selimut yang di kenakan Zaskia. Mata Rayhan membeliak saat selimut yang di kenakan Zaskia, tidak lagi menutupi tubuh indahnya. Tampak pagi ini Zaskia mengenakan sebuah lengerie berwarna hitam yang sangat tipis hingga membuatnya transparan.



Jangan di lihat Dek... Ya Tuhan... Aku malu... Aku malu... Jerit hati Zaskia, tapi anehnya ia malah semakin basah.

Berulang kali Rayhan menelan air liurnya, menatap payudara Zaskia yang berukuran 34DD, yang membayang di balik gaun tidurnya yang seksi. Ukuran payudara Zaskia yang besar, mengingatkannya dengan Kimi Hime salah satu YouTubers game favoritnya.

Sembari memejamkan matanya, Zaskia menggigit bibir bawahnya. Ia tau keputusannya mengenakan lingerie seksi sangatlah berani, tetapi mau bagaimana lagi, hatinya menginginkan Adiknya untuk melihat dirinya dari sisi yang berbeda.

Rayhan bukan main senangnya, melihat penampilan Zaskia yang begitu menggoda. Ia tau kalau Kakaknya sengaja memakai gaun tidur seksi untuk dirinya.

"Kak..." Lirih Rayhan dengan suara berat.

Mata pemuda itu menelusuri lekuk tubuh Zaskia yang indah di balik lingerie, matanya berhenti tepat di sebuah bukit kecil yang di tutupi kain berbentuk segitiga kecil yang juga berwarna hitam.

Zaskia menekuk lututnya keatas, seakan ingin memperlihatkan keindahan pahanya.

"Bangun Kak... Sudah siang." Pinta Rayhan. Telapak tangannya menjamah pelan payudara Zaskia, ia meremasnya dengan lembut membuat tubuh sang dara cantik menggeliat.

Tidak sampai di situ saja, Rayhan semakin berani menyentuh, memilin lembut puting Zaskia yang sudah menegang.

"Aahkk... Sstttt... Eehmm..." Desah Zaskia, ia tampak mulai gelisah.

"Kak..." Panggil Rayhan lagi.

Tetapi kali ini Zaskia memutuskan untuk bangun. "Sebentar lagi Dek, masih ngantuk." Rutuk Zaskia, pura-pura marah karena Rayhan mengganggu tidurnya. Kemudian Zaskia bangkit sebentar dan kemudian bergeser mendekat, membaringkan kepalanya diatas perut Rayhan.

Ya Tuhan, kenapa kamu semakin berani Zaskia?

"Nanti kalau sampe kesiangan jangan salahkan aku ya." Omel Rayhan.

Zaskia tidak mengubrisnya, ia meletakan tangannya diatas paha Rayhan, membelainya hingga ke selangkangan Rayhan. Dengan lembut Zaskia membelai kontol Rayhan yang telah berdiri tegang di balik celananya.

Besar sekali kontol kamu Dek... Gumam Zaskia di dalam hati.

Seakan tidak mau kalah dari Kakaknya, Rayhan mulai membelai tubuh Kakaknya, dari punggung hingga ke pinggulnya, lalu turun ke pantat Zaskia. Remasan-remasan kecil Rayhan, membuat tubuh Zaskia bergetar nikmat. Pok... Pok... Pok... Berulang kali Rayhan menepuk pantat Zaskia.

"Kak..."

"Aahkk... Stttt... Eeehmm..." Desah Zaskia, pantatnya bergoyang pelan, ketika Rayhan menggosok-gosok memeknya dari luar g-string yang ia kenakan.

Rayhan menarik tali g-string tersebut keatas, lalu menggerakannya naik turun, hingga bibir kemaluan Zaskia bergesekan dengan g-string yang ia kenakan, membuat kemaluannya semakin banyak memproduksi lendir.

Tidak... Jangan lakukan itu Zaskia. Jerit Zaskia saat jemarinya dengan perlahan menarik celana pendek adiknya.

Gleeeek... Zaskia sampai menahan nafas, melihat kontol Rayhan yang jaraknya hanya beberapa centi dari wajahnya. Karena tidak tahan, Zaskia nekat menggenggam kontol Rayhan, ia mengurutnya, membelai kontol Rayhan yang entah sudah berapa kali ia lakukan.

Zaskia menggigit bibirnya saat melihat cairan bening di ujung lobang kontol Rayhan. Entah kenapa ia merasa sangat penasaran ingin mencicipinya.

Gimana ya rasanya? Apa aku jilat aja... Tidak... Tidak... Jangan lakukan itu, tapi...

Lidahnya terjulur, dengan ujung lidahnya ia menjilati cairan tersebut. Asin... tapi nikmat, membuat Zaskia tidak bisa berhenti. Lidahnya mulai menjilati sebagian batang kontol Rayhan yang mampu di jangkau lidahnya, layaknya ia sedang menjilati sebatang es cream.

Tentu saja Rayhan menikmatinya, dan perbuatan Zaskia membuat Rayhan makin berani. Ia menyampirkan tali g-string Zaskia ke samping, lalu dengan lembut ia membelai bibir kemaluannya Zaskia dengan jarinya, hingga ia dapat merasakan hangatnya cairan cinta Zaskia.

Wajah Zaskia merona merah, ini kali pertama memeknya di sentuh oleh pria lain, dan parahnya lagi saat ini ia sudah sangat basah.

"Sstttt... Ehmmm.... Hah... Hah..." Lenguh Zaskia.

Jemari Rayhan menyapu anak rambut Zaskia yang menutupi wajahnya, sehingga ia dapat melihat lidah Zaskia yang tengah menjilati kontolnya.

Mata Zaskia terpejam saat merasakan jari telunjuk Rayhan menusuk masuk ke dalam cela sempit memeknya yang terasa hangat dan menjepit itu. Bahkan Rayhan dapat merasakan kedutan memek Zaskia di jarinya.

Ingin rasanya Zaskia melompat pergi seperti yang di lakukannya tempo hari, tetapi anehnya ia seakan tidak punya tenaga untuk menolak sentuhan jemari adiknya.

Apa yang kamu lakukan Dek! Sssttt... Ya Tuhan... Aaahkk... Kenapa enak sekali... Aku tidak bisa... Tidak bisa...

Zaskia membuka mulutnya melahap kontol Rayhan. Deg... Zaskia seakan baru tersadar saat kontol Rayhan sudah berada di dalam mulutnya. Aku mengulumnya... Lirih Zaskia, ia mencoba berhenti, tapi yang terjadi ia malah menghisapnya.

Jangankan Zaskia, Rayhan pun sangat terkejut dengan apa yang di lakukan Kakaknya. Rayhan tidak menyangkah kalau Kakaknya akan berbuat sampai sejauh itu.

Tubuh Rayhan menegang, saat kontolnya di hisap oleh Kakaknya.

Sembari menikmati kuluman Kakaknya, Rayhan semakin bersemangat menyodok-nyodok lobang peranakan Kakaknya yang semakin basah, sesekali ia beralih ke clitoris Zaskia yang mulai membengkak merah.

"Aaahkk... Sluupss... Sluuuppsss... Eehmmppss... Sluuuppsss..." Desah Zaskia, di sela-sela memanjakan kontol Rayhan dengan mulutnya.

Jemari Rayhan semakin cepat mengocok-ngocok memek Kakaknya, membuat Zaskia makin keenakan oleh kocokan jemari Rayhan. Pinggulnya tersentak-sentak, menggeliat, meliuk-liuk keenakan, sementara cairan cintanya membanjir semakin banyak membasahi tempat tidurnya.

"Eenggkk..." Zaskia melenguh panjang, sembari memuntahkan cairan cintanya.

Creeeetttss... Creeettss... Creeettss...

Rayhan mencabut jemarinya yang di penuhi oleh cairan cinta Zaskia.

Seakan tidak mau kalah dari Adiknya, Zaskia semakin intens menghisap, menjilati kontol Rayhan, dengan di selingi kocokan jemarinya di batang kemaluan Rayhan yang terasa semakin hangat. Tiba-tiba... Croooottss... Croootss... Croootss... Zaskia yang tidak siap, terpaksa menerima sperma Rayhan di dalam mulutnya.

Ya Tuhan... Aku menelannya. Jerit hati Zaskia.

Zaskia memejamkan matanya, ia benar-benar tidak mengerti kenapa ia bisa melakukannya sampai sejauh itu. Bahkan ia sampai menelan sperma Rayhan. Dan anehnya, ia sama sekali tidak merasa jijik ketika sperma Rayhan tertelan olehnya.

Suasana mendadak hening, perasaan Zaskia saat ini benar-benar campur aduk, antara bahagia, puas, dan rasa bersalah yang membuncah di hatinya. Bayangan wajah Suaminya seakan menari-nari di kelopak matanya, tetapi semuanya sudah terlambat, dirinya sudah melakukan oral sex dengan Adiknya.

Haruskah dia marah atas apa yang terjadi saat ini? Atau...

"Kak bangun..." Panggil Rayhan memecah keheningan.

Zaskia menggeliat, pura-pura bangun dari tidurnya. "Isstt... Adek, ganggu orang lagi enak tidur aja." Omel Zaskia.

"Sudah jam 6 Kak." Omel Rayhan.

"Hah... Serius?" Ujar Zaskia kaget, ia beranjak duduk sembari melihat jam di dinding kamarnya. "Astaghfirullah... Adek, kita jadi gak shalat lagikan?" Omel Zaskia.

"Ehmmm..." Rayhan menggaruk-garuk kepalanya. "Yang gak bangun-bangun siapa, yang di salahin siapa?" Rutuk Rayhan.

"Oh... jadi menurut kamu Kakak yang salah."

Rayhan menggelengkan kepalanya. "Eh... Enggak-enggak aku yang salah." Ucap Rayhan, dengan raut wajah pura-pura ketakutan melihat Kakaknya.

"Bagus... Bagus... Udah ah, Kakak mau mandi dulu." Ucap Zaskia sembari tersenyum manja, dia seperti anak remaja yang tengah di mabuk asmara.

Ia turun dari tempat tidurnya, berdiri dan hendak keluar kamar. Tapi tiba-tiba tubuh Zaskia limbung hingga ia kembali terjatuh. Dan Bleeesss.... Sesuatu yang besar tiba-tiba menancap ke dalam lobang memeknya.

Kontol Rayhan? Gumam hati Zaskia.

Rayhan terdiam membisu, ia tidak percaya kalau saat ini Kakaknya tengah duduk diatas pangkuannya, dan parahnya kontol Rayhan tidak sengaja menusuk memek Kakaknya.

"Ya Tuhan." Jerit kecil Zaskia.

Wanita Soleha itu dapat merasakan, betapa panjang dan gemuknya kontol Rayhan, hingga membuat memeknya terasa begitu penuh. Sesuatu yang tidak pernah ia rasakan ketika sedang bercinta dengan Suaminya.

Secara naluri Rayhan perlahan memeluk perut Kakaknya. "Kakak gak apa-apa?" Tanya Rayhan, suaranya terdengar berat, menahan gejolak birahi yang membuncah di sanubarinya.

"Sstttt... Gak apa-apa!" Lirih Zaskia bingung.

Ya Tuhan apa yang harus kulakukan? Kontol Rayhan ada di dalam memekku saat ini.

Hati Zaskia menjerit, dia tau apa yang harus ia lakukan saat ini, tetapi tubuhnya seakan menolak menuruti jeritan hatinya, membuatnya menjadi serba salah, antara harus menuruti kemaluan tubuhnya, atau hatinya.

Zaskia mencoba bangkit, tapi baru terangkat sedikit, pantat Zaskia kembali jatuh keatas selangkangan Rayhan. "Aahkk..." Jerit Zaskia, merasakan hentakan kontol Rayhan menembus rahimnya.

Kedua kakinya terasa kehilangan tenaga, Zaskia juga tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Tubuhnya terasa sangat lemas.

"Kakak gak apa-apa?" Tanya Rayhan pelan, pemuda itu juga terlihat panik.

Zaskia memejamkan matanya, ia tidak bisa bohong kalau tusukan kontol Rayhan membuat memeknya terasa penuh dan nikmat. "Ssttt... Badan Kakak lemes Dek... Ughkk..." Desah Zaskia, ia sedikit menggerakkan pinggulnya.

"Kakak istirahat dulu aja ya, jangan di paksa." Bisik Rayhan, ia tidak tau harus mengatakan apa lagi. Reflek tangan kirinya naik keatas, menjamah payudara Zaskia.

Berdiri Zaskia... Lawan nafsumu, kamu wanita Soleha bukan wanita murahan, jangan kalah oleh nafsumu. Ingat suami kamu Zaskia, ingat...

Zaskia... Zaskia... Bukan kemauan kamu, dan bukan salah kamu. Kenapa kamu harus merasa bersalah kepada Azzam? Coba kamu rasakan Zaskia, kontol Rayhan jauh lebih panjang dan lebih besar di bandingkan milik Suamimu, apa kamu yakin ingin melewatkan momen ini? Yakin kamu tidak akan menyesal?


Batin Zaskia bergejolak, terjadi peperangan yang luar biasa di dalam hatinya saat ini, antara ingin segera menghentikan perzinahan mereka sekarang, atau tetap meneruskannya.

Kembali bayangan wajah Suaminya melintas di dalam ingatannya, bayangan Suaminya ketika mereka sedang bercinta.

Maafkan aku Mas...

Kedua telapak tangan Zaskia meremas paha Adiknya, dengan perlahan ia menarik pinggulnya, lalu menurunkannya lagi. "Aaahkk..." Lenguh nikmat Zaskia merasakan kemaluannya yang kini terasa penuh oleh sumbatan kontol Rayhan.

Jangan lakukan itu Zaskia... Jangaaan... Sadar Zaskia... Lawan nafsunya. Hati Zaskia menjerit tak karuan.

Bukan main kagetnya Rayhan dengan apa yang di lakukan oleh Kakaknya. Gerakan perlahan naik turun yang di lakukan Zaskia, membuat permukaan luar kulit kemaluannya bergesekan dengan dinding vagina Kakaknya yang terasa hangat dan legit.

Nafas Rayhan memburu, tubuhnya menegang menikmati setiap gesekan yang terjadi diantara kedua kelamin mereka.

"Kak..." Lirih Rayhan tidak percaya.

Zaskia menggigit bibirnya, ia sangat malu, tapi tubuhnya tidak mau berhenti. "Sssttt... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Zaskia di tengah gerakan pantatnya yang tengah naik turun diatas selangkangan tubuh Rayhan.

Tubuh indah Zaskia tampak menegang hebat, ia merasakan badai orgasme akan segera menggulung dirinya. "Eeengkk...." Zaskia meringkik, saat orgasme itu tak bisa ia hentikan.

Creeeetsss... Creeeett... Creeettss...

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr....


Mulut Rayhan menganga lebar saat merasakan hangatnya lendir cinta Zaskia yang kini tengah menyelimuti kontolnya.

Sejenak suasana mendadak hening, mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing atas apa yang barusan terjadi. Setelah kesadarannya pulih, Zaskia segera beranjak dari pangkuan Adik iparnya.

"Kak..." Panggil Rayhan.

Zaskia tidak mengubris panggilan tersebut ia terlalu malu untuk melihat kearah Adiknya. Segera Zaskia berlalu pergi meninggalkan Rayhan yang masih membisu sembari menatap kontolnya yang basah oleh cairan cinta Kakaknya.

"A... Aku berzina dengan Kakak." Gumam Rayhan.

******


Kartika

11:00
Selama beberapa hari suaminya ada di rumah, Kartika merasa menjadi orang yang merdeka. Mertuanya Pak Hasan sama sekali tidak berani mengganggu dirinya, membuat tidurnya kembali nyenyak, tidak di hantui rasa takut.

Tetapi kebahagian itu tidak bertahan lama, karena bagaimanapun juga Suaminya harus kembali ke pesantren Tahfiz Al-fatah.

Zaskia mengantarkan Suaminya dengan perasaan tidak menentu.

"Sayang, mas pergi dulu ya." Pamit Ardi saat mobil travel yang akan mengantarkannya sudah tiba di terminal.

"Iya Mas, hati-hati di jalan, nanti kalau sudah sampai kabari ya Mas." Pinta Kartika dengan berat hati. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setibanya ia di rumah nanti.

"Nanti Mas kabari." Ardi mengecup mesra kening Istrinya. "Titip salam sama Bapak ya." Ujar Ardi, Kartika hanya mengangguk dengan berat hati. Ingin rasanya ia menceritakan apa yang sudah di lakukan mertuanya kepada dirinya. Tapi bibirnya terasa keluh untuk mengatakannya.

Biarlah ia simpan sendiri rahasia itu, Kartika tidak ingin menghancurkan kepercayaan Suaminya kepada Bapaknya. Ia tidak ingin melihat Suaminya bersedih, seandainya Ardi tau apa yang sudah di lakukan oleh pria mesum itu kepada dirinya.

Sembari melambaikan tangannya, setetes air matanya mengalir melepas kepergian Suaminya.

Sepulangnya dari terminal, Kartika tidak langsung pulang ke rumahnya, ia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Ia bermaksud ingin tinggal di rumah orang tuanya sementara waktu di saat Suaminya tidak ada di rumah.

Sebenarnya KH Shamir sama sekali tidak keberatan kalau anaknya Kartika mau tinggal di rumahnya, tetapi Farah malah menentangnya.

"Mbak tentu senang kalau kamu tinggal di sini, tetapi bagaimana dengan perasaan Pak Hasan, kalau kamu tinggal di sini Kartika?" Tanya Farah memojokan Kartika. "Mbak takut nanti ia berfikir kalau kamu tidak menyukainya." Nasehat Farah kepada Adik iparnya.

"Tapi Mbak! Bagaimanapun juga ana dan Pak Hasan itu bukan muhrim, rasanya tidak elok kalau kami tinggal berdua dalam satu rumah."

"Astaghfirullah Kartika... Pak Hasan itu orang tua Suami kamu, bukan orang lain. Seharusnya kamu melayaninya dengan baik, bukan malah ingin meninggalkannya. Kalau seandainya Ardi tau kamu meninggalkan Bapaknya sendiri, bagaimana dengan perasaan suami kamu?" Tegas Farah yang semakin memojokan Kartika.

"Benar apa kata Mbakmu Kartika, Abi tidak mau nanti mereka mengira kalau Abi gagal mendidikmu." Tambah KH Shamir yang membuat Kartika makin terpojok.

Ingin sekali Kartika memberitahukan ke orang tuanya apa yang sudah di lakukan Mertuanya kepada dirinya. Tetapi ia tidak sanggup untuk melihat reaksi orang tuanya nanti. Ia tidak ingin membuat orang tuanya jadi kepikiran.

Kartika sudah tidak tau lagi, apa yang harus ia lakukan untuk menghindari Mertuanya. Apakah sekarang dirinya harus pasrah? Menerima setiap perbuatan yang di lakukan Pak Hasan kepadanya?

"Pulanglah... Mertua kamu mungkin saat ini sedang khawatir." Bujuk Farah.

Kartika seakan kehabisan alasan. "Iya Mbak... Terimakasih nasehatnya." Lirih Kartika, wajahnya terlihat kebingungan. "Abi... Tika pulang dulu ya!" Pamit Kartika.

"Iya Nduk, baik-baik ya sama Mertua kamu." Nasehat KH Shamir.

Kartika hanya bisa mengangguk patuh. "Iya Bi." Jawabnya. "Mbak... Titip Abi ya, assalamualaikum..." Kartika beralih ke Farah.

"Titip salam untuk Pak Hasan." Ujar Farah.

Kartika mengangguk sembari memaksakan senyumnya. Setelah itu pergi meninggalkan kediaman orang tuanya dengan perasaan campur aduk. Antara kecewa dan takut yang kini menghantui dirinya.

Selepas kepergian Kartika, KH Shamir merasa ada sesuatu yang di tutupi oleh anaknya, tapi apa? KH Shamir tidak bisa menerkanya.

Lamunan KH Shamir buyar ketika melihat Farah berlalu pergi. "Nak Farah." Panggil KH Shamir. "Maafkan Bapak ya..." Ucap KH Shamir pelan.

Farah mengangguk, lalu pergi meninggalkan Mertuanya ke dalam kamarnya. Sementara Kh Shamir mematung membisu, entah kenapa ia merasa kehilangan sesuatu yang sulit ia jelaskan dengan kata-kata.

*****



Laras

Tampak seorang wanita mengenakan kimono berwarna merah berjalan perlahan menelusurinya rumahnya. Ia berhenti tepat di depan sebuah pintu kamar, ia terlihat ragu saat hendak membuka pintu kamar tersebut, walaupun pada akhirnya ia tetap membukanya.



Seorang pemuda tersenyum menyambut kedatangannya yang membuat sang wanita tertunduk malu.

"Masuk Amma."

Sang wanita tampak ragu, tapi ia menguatkan hatinya. Ia melangkah masuk, sembari menutup pintu kamar tersebut. "Da.... Daniel..." Lirih Laras, tubuhnya gemetar, nafasnya terasa sesak.

"Apa jawaban nya Amma?"

Keraguan kembali menggelayut di hatinya, tapi pada akhirnya ia memutuskan untuk memberikan jawaban sesuai dengan keinginan hatinya yang terdalam, walaupun menyadari jawaban tersebut bukanlah jawaban yang benar.

Jemari halusnya tampak gemetar ketika ia meraih tali kimononya, dengan perlahan ia menarik tali simpul kimononya, membukanya dengan perlahan-lahan hingga kimono itu jatuh kelantai.

"Jadikan Amma budak kamu Dan..." Lirih Laras, seraya menggigit getir bibirnya.

Daniel tersenyum mendengarnya, sembari menatap tubuh telanjang Laras yang kini tengah berdiri di hadapannya.

Pemuda itu memberi isyarat agar Laras mendekatinya dan dengan patuhnya Laras mendekati Daniel, ia bersimpuh di depan Daniel yang tengah duduk di kursi.

"Amma yakin mau jadi budaknya saya?" Tanya Daniel, sembari membelai pipi Laras.

Lagi Laras memantapkan hatinya, ia mengangguk pelan. "Amma yakin Dan..." Jawab Laras dengan suara gemetar.

"Apakah Amma siap, meninggalkan semuanya? Keluarga? Teman? Keyakinan Amma?" Tanya Daniel, ia menatap dalam mata Laras.

"Saya siap..." Jawab Laras, Daniel tersenyum mendengarnya.

Tanpa menunggu perintah Daniel, Laras menarik turun celana boxer yang di kenakan Daniel dengan perlahan. Birahinya bergejolak menatap kontol Daniel yang tengah mengacung, mengintimidasinya.

Dengan perlahan Laras menggenggam kontol Daniel, mengurutnya, mengocoknya naik turun.

"Ssttt... Aahk... Enak sekali..." Racau Daniel.

Laras melahap kontol Daniel, mulutnya bergerak naik turun mengulum kontol keponakannya itu yang kini telah menjadi tuannya atas dirinya.

Sembari menghisap kontol Daniel, jemari Laras mengurut batang kemaluannya, menikmati kontol Daniel dengan rakus, membuatnya kini tak lagi terlihat seperti seorang wanita muslimah. Hampir sepuluh menit Laras memanjakan kontol Daniel, kemudian pemuda itu meminta Laras duduk di sampingnya.

"Mulai sekarang panggil saya tuan saat kita bersama." Perintah Daniel sembari merangkul pundak Laras.

Laras mengangguk. "Iya Tuan... Hamba akan mematuhi semua perintah tuan." Jawab Laras, ia menatap sayu kearah majikannya dengan tatapan penuh birahi.

"Kalau perintah itu menyangkut keluarga Amma, apakah Amma juga mau mematuhinya." Pancing Daniel, ia merangsang payudara Laras dengan membelai puting Laras.

"Apapun... Apapun Tuan." Jawab Laras, ia menyosor melumat bibir Daniel.

Sembari berciuman Daniel merebahkan tubuh Laras, telapak tangannya membelai meremas-remas payudara Laras, mencubit pelan putingnya yang kian membesar, membuat nafas sang Ahkwat mulai memburu.

Ciuman Daniel turun kebawah, ia menjilati permukaan payudara Laras, lalu berhenti di putingnya yang mencuat.

"Aaahkk... Tuaaaan... Terus Tuan..." Rintih Laras.

Sesekali Daniel memperhatikan raut wajah Laras yang tampak merem melek. "Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss..." Daniel menghisap, menyedot puting Laras secara bergantian.

"Oughk... Aaahkk... Hah... Hah..."

Tubuh Laras tampak gelisah, menggeliat, meliuk-liuk liar. Matanya merem melek, kepalanya menoleh ke kiri dan kanan.

Puas bermain dengan payudara Laras, Daniel turun kebawah, ia menelusuri perut Laras dengan lidahnya, terus turun menuju pubik vagina Laras yang di tumbuhi rambut kemaluan yang cukup rindang itu.

"Tuaaaan... Jilat memek hamba..." Pinta Laras.

Daniel membuka kedua kaki Laras. "Memek lonte..." Lirih Daniel, sembari menatap nanar kearah bibir kemaluan Laras yang terlihat seperti tirai berwarna merah mudah.

"Memek lonte Tuan gatal... Aaahkk... Jilat Tuaaan..." Laras Sampai memohon agar Daniel mau melakukannya.

Beberapakali ia mencium kemaluan Laras, baru setelah itu ia menjilatinya. Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sruuuupsss... Dengan perlahan ia menyapu permukaan berlendir itu, menggelitik clitorisnya yang mulai membengkak. Sesekali ia menyeruput clitorisnya.

"Aaaaahkk... Aaahkk... Hah... Hah..." Lenguh Laras.

Sembari menjilati clitorisnya, Daniel mencelupkan kedua jarinya ke dalam lobang peranakan Laras yang terasa hangat. Dengan gerakan perlahan ia mendorong jarinya keluar masuk, menusuk dalam, kedalam lobang memek Laras yang sudah sangat becek itu.

Tubuh Laras menggelinjang, kedua jemarinya meremas erat seprei tempat tidur keponakannya sanking nikmatnya.

Payudaranya yang besar tampak berayun, mengikuti irama nafasnya yang kian memburu.

"Oughk... Aaahkk... Tuaaan... Aaahkk..."

Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss...

Semakin lama gerakan jemari Daniel semakin cepat, hingga akhirnya ia menggelinjang hebat, menandakan ia baru saja mendapatkan orgasmenya. Selama beberapa detik tubuh Laras terhentak-hentak, menikmati orgasmenya.

Daniel menarik jemarinya saat orgasme Laras mulai meredah. Ia memperlihatkan jemarinya yang basah oleh cairan najis Laras.

"Bersihkan Amma." Suruh Daniel.

Laras melahap kedua jari Daniel, mengenyotnya dengan gemas.

Tangan kiri Daniel menuntun kontolnya, diantara lipatan memek Laras yang sudah siap menerima terpedonya. "Apakah Amma mau berzina dengan keponakan Amma sendiri?" Goda Daniel, sembari menggesek-gesekkan kontolnya di depan bibir kemaluan Laras.

Laras terdiam sebentar sembari menggigit bibirnya. "Mau Tuan... Zinahi Amma sekarang? Ssttt... Jangan ragu Tuan, aku budakmu." Melas Laras, sembari menggoyangkan pinggulnya, mencari kontol Daniel.

"Bukankah zinah itu dosa Amma..." Bisik Daniel. "Apakah Amma mau menjadi seorang pendosa?" Pancing Daniel.

"Mau... Jadikan Amma pendosa."

Daniel menatap dalam wajah Laras, dengan perlahan ia mendorong pinggulnya, menekan kontolnya masuk ke dalam lobang surgawi milik Istri KH Hasyim. Tubuh Laras menegang, merasakan tusukan kontol Daniel.

Tangan kiri Daniel menangkup payudara Laras, sembari mengayunkan kontolnya, maju mundur, maju mundur.

"Aahkk... Aaahkk... Aahkk..." Desah Laras.

Semakin lama Daniel semakin cepat menyodok-nyodok memek Laras. "Oughk... Nikmat sekali! Aaahkk..." Lenguh Daniel, ia memilin puting Laras dengan gemas.

"Ughk... Tuan... Aahkk... Sodok lebih kencang..."

"Memek Amma peret banget... Kayak memek perawan, Ughk... Amma... Memek Amma bikin saya ketagihan." Racau Daniel yang semakin kencang menghentak-hentakkan kontolnya ke dalam lobang memek Laras.

Kedua kaki Laras melingkar di pinggang keponakannya, memeluknya dengan mesrah membuat birahi pemuda itu kian menggebu-gebu.

Daniel tidak mau kalah, ia meraih, memanggut bibir Laras. Menciumnya layaknya ia tengah mencium kekasihnya. Laraspun memberikan perlawanan yang tidak kalah ganas, ia menjulurkan lidahnya hingga mereka beradu lidah.

Tidak butuh waktu lama, Daniel kembali membuat Laras menggapai puncaknya. Tubuh indah wanita Soleha itu melejang-lejang, menumpahkan cairan cintanya. "Aaahkk.... Uhmmpss..." Lenguh Laras menikmati orgasmenya.

Danial melepas ciuman mereka, menatap wajah Laras yang tampak merona merah. "Gimana rasanya Amma? Enak..." Goda Daniel.

"Enak... Enak banget Tuan..." Lirih Laras.

"Masih mau lanjut?" Tanya Daniel, ia menyapu bibir merah Laras.

Dengan malu-malu Laras mengangguk. "I-iya masih mau Tuan... Ssttt... Memek saya masih gatal Tuan..." Aku Laras yang semakin berani mengekspresikan apa yang ia rasakan saat ini.

Tampak Daniel tersenyum senang mendengarnya, ia meminta Laras menungging, kemudian sedikit membuka cela kemaluan Laras yang kini sudah sangat basah itu. Dengan perlahan ia kembali menuntun kontolnya masuk ke dalam lobang memek Laras.

Tubuh Laras menegang, merasakan desakan kontol Daniel di dalam tubuhnya. "Aaahkk... Sstttt... Enaaak Tuaaan..." Racau Laras.

"Anggap saja ini bayaran untuk Amma, selama Amma mau mematuhi perintah saya, kontol saya akan selalu ada untuk Amma." Seloroh Daniel, sembari menghentak-hentakkan kontolnya di dalam lobang memek Laras.

Benturan selangkangan mereka berdua, membuat pipi pantat Laras tampak bergelombang, seperti ombak. Daniel membelai, meremas pantat Laras, sesekali ia juga menamparnya.

Laras tampak sangat menikmati setiap gesekan yang terjadi diantara kedua kelamin mereka.

"Aahkk... Aaaaahkk... Aahkk..."

Daniel meraih kedua tangan Laras, ia menariknya kebelakang. "Amaaa... Aaahkk... Memek Amma enak banget... Aaahkk..." Racau Daniel, yang semakin cepat menyodok-nyodok memek Haja Laras yang terasa semakin licin.

"Tuaaaan... Sstt... Terus... Aahkk..." Lenguh Laras, wajahnya tampak memerah nikmat.

Tubuh Laras yang bermandikan keringat tampak telonjak-lonjak nikmat, merasakan setiap sodokan kontol Daniel menghunus kuat kedalam lobang memek Laras, membuat memek Laras yang terasa penuh.

Rasa nikmat inilah yang membuat Laras akhirnya bertekuk lutut di hadapan Daniel. Sebagai seorang wanita, sudah sewajarnya kalau Laras ketagihan di setubuhi oleh keponakannya sendiri.

Tidak butuh waktu lama, Laras kembali mengerang panjang, menandakan kalau ia kembali mencapai puncaknya.

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr.....

Creeeetttssss... Creeettss... Creeettss...


*****


Nadia

Malam semakin larut, di saat semua orang terlelap, tampak seorang pria berjalan mengendap-endap masuk ke dalam sebuah rumah melalui jendela. Suasana dalam rumah itu tampak sepi, mengingat penghuninya telah tertidur lelap.

Pria asing itu memasuki sebuah kamar, tampak sepasang suami Istri yang tengah terlelap.

Sembari tersenyum sinis, pria itu diam-diam naik keatas tempat tidur, dan dengan cepat mendekap wajah seorang pria dengan sapu tangannya.

Pria itu terbangun, ia mencoba melawan tapi obat bius yang terdapat di sapu tangan tersebut, membuatnya tidak sadarkan diri.

Cukup lama Jamal tidak sadarkan diri, hingga akhirnya kesadarannya mulai pulih. Ia mengejap-ngejapkan matanya, menatap seorang pria mengenakan topeng yang tengah duduk di tepian tempat tidur di samping Istrinya Nadia yang tampak ketakutan.

Tangannya yang mengkilat berotot bergerak meraih baju tidur Nadia kemudian menariknya dengan keras hingga robek membuat kancing-kancingnya putus. Tampak terpampang sepasang bukit kembar yang begitu indah. Payudara Nadia yang sangat ranum dan padat terpampang jelas. Nampak sekali kalau wajah pria bertopeng itu terkesima.

Kini Jamal benar-benar tersadar, ia mendadak sangat takut. Segala kemungkinan bisa saja terjadi, mengingat pria yang ada di hadapannya saat ini adalah sosok pria yang akhir-akhir ini meneror pondok pesantren.

Sudah beberapa wanita yang menjadi korban kebiadaban pria tersebut.

Jamal yang panik hendak menghampiri pria tersebut, dan pada saat itulah Jamal tersadar kalau tubuhnya terikat.

"Eehmm... Eehmmm... Heeem..." Geram Jamal karena mulutnya yang juga tersumpal kain.

Pria bertopeng itu menoleh kearah Jamal yang tidak berdaya. "Sudah sadar? Hahaha..." Tawa pria bertopeng yang tampak senang melihat Jamal yang tidak bisa berbuat apa-apa di saat ia menikmati Istirnya nanti.

Pria bertopeng itu terus memandangi buah dada Nadia yang sangat sensual itu. Pelan-pelan dia membelai wajah cantik Nadia. Tangannya turun menyentuh tubuh Nadia yang sama sekali tak bisa menolak karena kaki dan tangannya yang juga terikat lakban.

Nadia terlihat sangat panik. Dia memejamkan matanya sambil mengeram, berusaha melepaskan dirinya.

“Hheehh.. Hheehh.. Heehh..”

"Percuma melawan, bukannya Ustadza sudah merasakannya?" Sindir Pria bertopeng di dekat telinga Nadia, membuat Nadia sangat geram.

Tentu saja Nadia tidak akan pernah lupa, kalau pria bertopeng itu pernah memperkosanya.

Mengingat kejadian malam terkutuk itu membuat Nadia mengeluarkan air matanya, ia menangis sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dan sentuhan pria bertopeng itu tidak berhenti sampai di situ saja. Air mata Nadia, membuat pria bertopeng itu semakin bersemangat menaklukkan Nadia. Telapak tangannya dengan tanpa ragu mengelus-elus dan kemudian meremas-remas buah dada Nadia.

Pemandangan tersebut benar-benar membuat darah Jamal menggelegak marah. Jamal harus berbuat sesuatu yang bisa menghentikan semua ini apapun risikonya. Yang kemudian bisa ia lakukan adalah menggerakkan kakinya yang terikat, menekuk dan kemudian menendangkan ke tepian ranjangnya.

Pria bertopeng itu kaget namun sama sekali tidak bergeming.

“Hey, brengsek. Mau ngapain kamu? Jangan macam-macam. Jangan ganggu istrimu yang sedang menikmati pijitanku,” Pria itu menghardik Jamal.

Dan benar saja, nyali Jamal langsung ciut. Jamal sadar ia tak mungkin bisa berbuat apa-apa lagi. Kini ia hanya bisa menggerutu, meratapi kejadian malam ini.

Dan yang terjadi berikutnya adalah sesuatu Yang benar-benar mengerikan. Pria bertopeng itu menarik robek seluruh pakaian tidur istrinya. Dia benar-benar membuat Nadia telanjang, kecuali celana dalamnya.

Lantas pria itu merebahkan tubuhnya, merapatkan tubuhnya disamping Nadia. Istri Jamal nampak bak rusa rubuh dalam terkaman serigala. Dan kini pemangsanya mendekat untuk mencabik-cabik dan menikmati tubuhnya.

Jamal hanya bisa mengeram marah, melihat perbuatan pria bertopeng kepada Istrinya. Dalam setengah telanjangnya Jamal kian menyadari betapa cantiknya Nadia, istrinya ini, betapa bagian-bagian tubuhnya menampilkan sensualitas yang pasti menyilaukan setiap lelaki yang memandangnya. Rambutnya yang terurai, membuat Nadia terlihat semakin seksi.

Payudaranya yang membusung ranum dengan pentilnya yang merah sebesar biji kacang terlihat sangat menantang. Perut dengan pinggulnya yang.. Uuhh.. Begitu dahsyat mempesona syahwat. Jamal sendiri terheran bagaimana ia bisa menyunting dewi secantik ini.

Tampak pria bertopeng itu menenggelamkan mukanya ke dada Nadia. Pria bertopeng itu menciumi dan menyusu Payudara Istri Jamal seperti bayi. Dia mengenyoti pentil istrinya yang nampaknya berusaha berontak dengan menggeliat-geliatkan tubuhnya yang dipastikan sia-sia saja.

Sementara Jamal hanya pasrah melihat Istrinya di lecehkan tepat di depan matanya.

Dengan gampang dia menjelajahkan moncong bibirnya ke sekujur tubuh Nadia. Dia merangsek menjilat-jilat dan menciumi ketiak istrinya yang sangat sensual itu.

Mulutnya menjarah dengan kenyotan, jilatan dan ciumannya pria bertopeng itu merangsek ke tepian pinggul Nadia dan kemudian naik ke perutnya. Dengan berdengus-dengus dan nafasnya yang memburu dia menjilati puser Nadia sambil tangannya menggerayang ke segala arah meremas dan nampak terkadang sedikit mencakar menyalurkan gelegak nafsu birahinya.

Perlahan tapi pasti, rontahan Nadia semakin melemah. Yang terdengar hanyalah gumamaman dan dengusan mulut Nadia yang tersumpal kain, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai ungkapan penolakannya.

Mungkin ketakutan serta kelelahannya membuat tenaganya mulai terkuras dan lumpuh. Sementara sang pria bertopeng terus melumati perutnya dan menjilat-jilat bagian-bagian sensual tubuhnya.

Kebringasan serta kebrutalan hasrat syahwat pria bertopeng itu semakin meroket ke puncak. Jelas akan memperkosa istrinya di depan suaminya. Dia bangun dari ranjang dan dengan cepat melepasi baju serta celana dekilnya. Pria itu menelanjangi dirinya, yang membuat Jamal terkesima.

Pria bertopeng itu memiliki postur tubuh yang sangat atletis dan menawan menurut ukuran tampilan tubuh lelaki. Dengan warna kulitnya yang coklat kehitaman berkilat karena keringatnya yang tampak terlihat di dadanya, otot lengannya, perutnya begitu kencang seperti atlit binaraga. Tungkai kakinya, paha dan betisnya sungguh serasi.

Yang membuat Jamal sangat terperangah adalah kemaluannya. kontol pria itu begitu mempesona. Muncul dari rimbun rambut kemaluan nya yang lebat.

Kontol pria bertopeng itu tidak hanya gemuk, tapi panjangnya juga di atas rata-rata kemaluan pria biasa pada umumnya, dan nampak sangat serasi dengan warna kulitnya yang hitam legam.

Dalam ketakutan dan panik istrinya Nadia melihat pria bertopeng itu bangun dan dengan cepat melepasi pakaiannya. Begitu pria bertopeng itu benar-benar telanjang Jamal melihat perubahan pada wajah dan mata istrimya. Wajah dan pandangannya nampak terpana, yang sebelumnya layu dan kuyu kini beringas dengan mata yang membelalak.

Mungkin karena ia sanking takutnya atau karena adanya ’surprise’ yang tampil dari sosok lelaki telanjang yang kini ada bersamanya diatas diranjang mereka.

Anehnya pandangannya itu seakan terpaku, hingga ekor matanya mengikuti kemanapun lelaki pria bertopeng itu bergerak.

Walaupun Jamal tak berani menyimpulkan secara pasti, tetapi menurut pendapat Jamal wajah macam itu adalah wajah yang diterpa hasrat birahi. Mungkinkah birahi Nadia bangkit dan berhasrat pada lelaki pria bertopeng itu? yang dengan brutal telah mengikat dan menelanjangi tubuhnya tepat di depan suaminya itu.

Melihat tatapan Istrinya, membuat Jamal terbakar api cemburu. Ia teringat dengan sebuah cerita tentang seorang Istri yang malah menikmati dirinya di perkosa pria lain.

Lelaki pria bertopeng itu turun dari ranjang dan merangkak di depan arah kaki Nadia yang terikat. Dia meraih kaki Nadia yang terikat dan mulai dengan menjilatinya. Lidahnya menyapu ujung-ujung jari kaki Nadia dan kemudian mengulumnya.

Jamal menyaksikan kaki Fatimah yang seakan disengat listrik ribuan watt. Kaget meronta dan melejang-lejang. Jamal tidak tau pasti, apakah itu gerak kaki untuk memberontak atau menahan kegelian syahwatnya. Sementara lelaki bertopeng itu terus menyerang dengan jilatan-jilatannya di telapak kakinya.

Secara bergantian pria bertopeng itu melakukannya pada kedua tungkai kaki istrinya untuk mengawali lumatan dan jialatan hingga menuju puncak nikmat syahwatnya.

“Pak Ustad, istrimu enak banget loh. Boleh aku zinahi ya? Boleh.. Ha ha. Aku zinahi strimu yaa..” Ledeknya, membuat hati Jamal membara.

Jamal yang tergolek seperti batang pisang tak berdaya hanya mampu menerawang dan menelan ludah mendengar ucapan pria bertopeng tersebut.

Namun ada yang mulai merambati dan merasuk ke dalam sanubarinya. Entah kenapa Jamal jadi ingin tahu, seperti apa wajah Istrinya saat kontol pria bertopeng itu nanti menembusi kemaluan Istrinya.

Dan keinginan tahuannya itu ternyata mulai membuatnya terangsang. Dalam ketidak berdayaannya, sembari memandangi ulah lelaki pria bertopeng itu di atas tubuh pasrah istrinya yang jelita kontolnya jadi menegang. Jamal mengalami ireksi.

Jama menyaksikan betapa pria itu merangsek ke Selangkangan istrinya. Dia menciumi dan menyedoti paha mulus Nadia hingga meninggalkan merah cupang di setiap jengkal kulitnya.

Namun yang membuat jantungnya berdegup kencang adalah geliat-geliat tubuh istrinya yang terikat serta desahan dari mulutnya yang terbungkam. Jamal sama sekali tidak melihatnya adanya perlawanan seorang yang sedang disakiti dan dirampas kehormatannya. Ia melihat Istrinya nampak begitu hanyut menikmati ulah pria tersebut.

Jamal memastikan bahwa Nadia telah tenggelam dalam hasrat seksualnya. Dia menggeliat-geliat dan menggoyang-goyangkan tubuhnya, terutama pinggul serta pantatnya. Nadia dilanda kegatalan birahi yang sangat dahsyat dan kini nuraninya terus menjemput dan merindui kenyotan bibir pria tersebut.

Jamal berusaha tetap berpikir positip. Bahwa sangat berat menolak godaan syahwat sebagaimana yang sedang dialaminya. Secara pelan dan pasti kontolnya sendiri semakin keras dan tegak menyaksikan yang seharusnya tidak ia saksikan.

Dan klimaks dari pergulatan perkosaan itu terjadi. Pria bertopeng itu menenggelamkan bibirnya ke bibir vagina Nadia. Dia menyedot dan mengenyoti clitoris Istri Ustad Jamal, dan menyeruakkan lidahnya menembusi gerbang kemaluannya.

Tak bisa di pungkiri, dalam kucuran keringat yang terperas dari tubuhnya Nadia menjerit dalam gumamannya.

Pantatnya semakin diangkatnya tinggi-tinggi. Dia nampak hendak meraih orgasmenya. Bukan main, karena biasanya sangat sulit bagi Nadia menemukan orgasmenya. Dan kali ini belum juga pria itu melakukan penetrasi, dia telah dekat pada puncak kepuasan syahwatnya.

Sedetik kemudian Nadia meraih orgasmenya. Creeettss... Creeettss... Creeettss... Dia mengangkat tinggi pantatnya dan tetap Diangkatnya hingga beberapa saat sambil melejat-lejat.

Nampak walaupun tangannya terikat jari-jarinya mengepal seakan hendak meremas sesuatu. Dan kaki-kakinya yang meregang mengungkapkan betapa nikmat syahwat sedang melandanya. Itulah yang bisa ditampilkan olehnya dikarenakan tangan serta kakinya masih terikat ke ranjang.

Dan sang pria bertopeng itu dengan cepat naik keatas tubuh Nadia, menindih tubuh istrinya, lalu menuntun kontolnya ke lubang vaginanya. Beberapa kali dia mengocok kecil sebelum akhirnya kemaluan yang lumayan besar dan panjang itu menembus dan amblas ditelan memek istrinya.

Pria bertopeng itu langsung mengayun-ayunkan kontolnya ke lubang nikmat yang sepertinya juga di nikmati oleh istrinya, dengan menggoyangkan dan mengangkat-angkat pantat dan pinggulnya agar kontol itu bisa menyentuh gerbang rahimnya.

"Eenggkk... Sssttt... Sssttt..." Desah Nadia.

Pria bertopeng itu menoleh kearah Jamal. "Memek Istrimu ini enak sekali! Aaahkk... Sempit kayak perawan." Ucap Pria tersebut, meledek ketidak berdayaan Jamal.

Jujur Jamal sendiri demikian terbakar birahi menyaksikan peristiwa itu. Khususnya bagaimana wajah istrinya dengan rambutnya yang berkeringat semawut jatuh ke dahi dan alisnya. Jamal tak mampu melakukan apa-apa untuk Melepaskan dorongan syahwatnya.

Genjotan pria bertopeng itu semakin cepat dan sering. Bisa di pastikan bahwa pria bertopeng itu sangat menikmati jepitan memek Nadia. Kontolnya yang semakin keras dan kaku nampak licin berkilat karena cairan birahi yang melumurinya nampak seperti piston diesel keluar masuk menembusi memek istrinya.

Jamal membayangkan betapa nikmat yang melanda istrinya. Dengan kondisinya yang tetap terikat di ranjang, pantatnya nampak naik turun atau menggeliat menimpali pompaan kontol pria bertopeng tersebut.

Sebentar lagi sperma pria bertopeng itu akan muncrat mengisi rongga kemaluan istrinya. Dan nampaknya istrinyapun akan segera mendapatkan orgasmenya kembali. Orgasme beruntun yang di dapat Istrinya yang tidak pernah di dapatkan oleh Nadia selama pernikahan mereka.

Saat-saat puncak orgasme serta ejakulasinya semakin dekat, lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Nadia dan tangannya meraih kemudian melepas lakban di mulut Nadia. Namun pria itu tidak memberinya kesempatan untuk teriak. Mulutnya langsung menyumpal mulut Nadia.

Jamal menyaksikan mereka berdua saling berpagutan. Dan itu bukan sebuah lumatan keterpaksaan. Nadia nampak menimpali lumatan bibir pria itu. Mereka tenggelam dalam nikmatnya pagutan. Dan...

Maling itu tiba-tiba melepas cepat pagutannya dan sedikit bangkit. Dia menyambar pisau dapur yang masih ada di dekatnya. Dengan masing-masing sekali sabetan kedua ikatan tangan Fatimah terbebas. Dan pisau itu langsung dilemparkannya ke lantai.

Tangan maling itu dengan cepat memeluk tubuh Nadia serta bibirnya kembali memagutinya. Dan tanpa ayal dan ragu begitu terbebas tangan Nadia langsung memeluk tubuh pria bertopeng itu.

Kini Jamal menyaksikan persetubuhan yang nyaris sempurna. Lelaki bertopeng itu bersama Nadia istrinya langsung tenggelam mendekati puncak syahwatnya.

Hingga akhirnya...

“Aarrcchh.. Cantikk.. Aku keluaarr.. Hhoohh.. Ampun enaknyaa..” Jerit Nadia.

Istrinya mendesis nikmat, dia kembali meraih orgasmenya. Dengan tangannya yang bebas dia bisa melampiaskan gelegak birahinya. Tangannya mencakar punggung pria bertopeng itu dan menancapkan kukunya. Nampak bilur sejajar memanjang di kanan kiri punggungnya merembes kemerahan.

Masih beberapa saat mereka dalam satu pelukan sebelum pada akhirnya pria bertopeng itu bangkit dan menarik kontolnya dari kemaluan istri Jamal.

Jamal dapat menyaksikan spermanya yang kental melimpah tumpah dan meleleh dari lubang vagina Nadia. Sesaat pria bertopeng itu melihat tubuh istrinya Nadia yang tampak lunglai.

Maling bertopeng itu turun dari ranjang, memakai celana dan kaosnya. Tidak sampai 2 menit sejak turun ranjang dia langsung keluar dan kabur meninggalkan sepasang suami istri tersebut yang tampak masih shock dengan kejadian yang baru saja menimpah mereka.

Jamal menghela nafas berat, ia tidak menyangkah kalau dirinya akan menyaksikan Istrinya yang menjadi korban pria bertopeng, bahkan ia menyaksikannya sendiri, melihat bagaimana pria itu menggauli Istrinya.

Tetapi Jamal masih sedikit bersyukur karena Putrinya Helena tidak terlibat dalam masalah ini.

Nadia nampak bengong sambil melihati Suaminya. “Maaf, maass.. Aku harus memuaskan nafsu syahwatnya agar dia tidak menyakiti Mas..” Nadia sudah siap dengan alibinya.

Jamal hanya diam, karena dirinya juga merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa ketika menyaksikan Istrinya di gauli pria bertopeng, bahkan ia malah menikmati Istrinya di perkosa oleh pria lain. Dan entah kenapa Jamal bisa memaklumi perbuatan Istrinya yang menikmati di perkosa oleh pria tersebut, karena memang postur tubuhnya serta kaliber kemaluannya tak mungkin mengimbangi milik pria bertopeng tersebut.

*****

"Maleeeng... Maleeeeng... Maleeeeng..."

Berbondong-bondong penghuni pesantren mengejar pria bertopeng yang baru saja selesai beraksi. Diantara rombongan tersebut, juga tampak Rayhan dan teman-temannya yang ikut mengejar pria tersebut.

Saat mendekati kediaman rumah KH Sahal, tiba-tiba secara mengejutkan pria bertopeng itu menghilang dari pandangan mereka.

"Kemana bajingan itu pergi." Umpat salah satu dari mereka.

"Cepet banget larinya."

"Tadi kayaknya dia lari ke sini, tapi kenapa sekarang dia menghilang."

"Jangan-jangan dia bisa ngilang lagi."

Selagi yang lain sibuk membahas hilangnya sang pria bertopeng, Rayhan memberanikan dirinya pergi ke rumah KH Sahal.

Setelah mengucap salam beberapakali, akhirnya ada yang keluar membukakan pagar untuknya, dan sosok itu adalah KH Sahal yang tengah memakai jubah kebesarannya berwarna putih. Ia menatap heran kearah Rayhan yang celingak celinguk memperhatikan halaman depan rumahnya.

Siapa tau pria bertopeng itu bersembunyi di sekitaran halaman depan rumah KH Sahal.

"Ada apa?"

Rayhan tegelagap. "Anu... Afwan Kiayi! Kami sedang mengejar pria bertopeng, tadi aku lihat ia mengarah ke sini, apa Kiayi melihatnya?" Tanya Rayhan sopan.

"Tidak... Saya tidak lihat." Jawab KH Sahal ketus.

Kemudian tanpa berkata-kata KH Sahal membanting pagar rumahnya. Secara tidak langsung ia mengusir Rayhan.

Pemuda itu berjalan menjauh, tetapi entah kenapa Rayhan merasa heran dengan sikap KH Sahal yang seakan tengah berusaha menutupi sesuatu, tetapi apa? Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Rayhan kembali berbalik, ia berjalan ke samping rumah KH Sahal menuju belakang rumah KH Sahal.

Dan tiba tiba..

Bruuuk...

Seseorang melompati pagar KH Sahal dari dalam kediaman KH Sahal.

"Lo... Kok." Bingung Rayhan.

Pria tersebut juga tidak kalah kagetnya melihat Rayhan yang berada di sana. Dengan cepat pria itu langsung mencoba lari, berusaha kabur dari Rayhan yang tentunya tidak akan tinggal diam, ia ikut berlari mengejarnya.

Hingga akhirnya mereka tiba di pinggir danau, tepat tidak jauh dari rumah KH Sahal.

"Kali ini kamu tidak akan bisa kabur." Lirih Rayhan.

"Ckckck... Sepertinya kamu belum jera juga." Ledek pria bertopeng itu sembari memasang kuda-kuda.

Rayhan merangsek maju, ia melakukan tendangan ke udara yang langsung mengarah kewajah pria bertopeng. Walaupun berhasil di blok, tetap saja tendangan Rayhan memberikan efek yang cukup menyakitkan.

Tidak mau kehilangan momentum, dengan gerakan memutar ia mencoba menerjang perut pria bertopeng itu.

Buuuk...

Tendangan Rayhan telak mengenai hulu hatinya, membuat pria tersebut ambruk keatas tanah.

Seakan tidak berefek, pria itu kembali berdiri, kini giliran dia yang menyerang. Beberapa kombinasi pukulan ia lepaskan kearah Rayhan, pukulan tersebut sangat cepat dan bertenaga, tetapi pemuda itu berhasil menangkisnya, dan sebagian lagi berhasil ia hindari.

Rayhan mundur kebelakang memberi jarak, sembari melepaskan pukulan jab kearah lawannya. Sejenak mereka berdua terdiam, sembari mengamati satu sama lain.

Rayhan kembali maju kedepan, ia menendang kesamping tubuh pria bertopeng, yang di susul pukulan hook kiri kewajah pria tersebut.

"Boleh juga." Ledek pria tersebut.

Pemuda itu tersenyum sinis. "Kali ini aku akan lebih serius." Ucap Rayhan.

Pria itu menyeruduk kedepan kearah Rayhan, kedua tangannya dengan cepat mengunci kaki Rayhan. Tanpa bisa berbuat apa-apa, Rayhan pasrah ketika tubuhnya di banting ke tanah. Tidak sampai di situ saja ia juga mengunci tubuh Rayhan.

Beruntung kali ini Rayhan sudah lebih dulu mengantisipasi serangan pria tersebut, sehingga ia bisa lolos dari kunciannya.

Seakan tidak mau kehilangan mangsanya, pria tersebut kembali menyeruduk Rayhan. Dengan cepat Rayhan mencondongkan bagian tubuh atasnya kedepan, dan menarik kebelakang kedua kakinya, menjauh dari jangkauan kedua tangan pria tersebut.

Sebagai balasan Rayhan, memeluk pinggang pria tersebut, dengan sekuat tenaga ia mengangkat tubuh pria itu lalu membantingnya dengan keras diatas tanah.

Bruuuk...

Suara dentuman terdengar cukup keras, ketika tubuh pria itu menghantam tanah.

Tidak sampai di situ saja, Berkali-kali Rayhan menerjang tubuh pria tersebut yang seakan tidak berdaya menerima setiap tendangan Rayhan.

"Aarrt..." Jerit pria itu.

Rayhan mencengkram leher pria tersebut, lalu menghantamkan pukulan tangannya beberapakali kewajah pria bertopeng itu, hingga tampak bercak darah yang merembes keluar dari topeng yang di kenakan pria tersebut.

Saat pria itu sudah tidak berdaya, barulah Rayhan menghentikan pukulannya.

"Akhirnya ketangkap juga... Hos... Hos... Hos..." Ujar Rayhan lega, sembari mengatur nafas. "Sekarang kita lihat, siapa kamu sebenarnya." Rayhan menarik penutup wajah yang di kenakan pria tersebut.

Tapi tiba-tiba seseorang menghampiri Rayhan, membuat pemuda itu urung membuka topeng yang menutupi wajahnya.

"Kamu gak apa-apa?" Tanya Daniel yang baru saja menyusul.

Rayhan mengangguk. "Gak apa-apa Ustad. Ini pelaku yang selama ini meresahkan pesantren kita." Ujar Rayhan, sembari menatap tajam kearah pria bertopeng yang sudah tidak berdaya itu.

"Kerja bagus... Sekarang kamu pergi panggil yang lain. Biar Ustad yang mengurus dia." Perintah Daniel sembari memperhatikan pria menyedihkan tersebut.

"Naam Ustad, saya permisi dulu."

Dengan sangat terpaksa Rayhan pergi meninggalkan pria bertopeng tersebut, walaupun sebenarnya Rayhan sangat penasaran siapa pria yang ada di balik topeng tersebut. Padahal tinggal sedikit lagi ia akan tau siapa sosok di balik topeng itu.

Rayhan bergegas memanggil yang lainnya, memberitahu mereka kalau pria bertopeng yang meresahkan pesantren selama ini telah berhasil di tangkap.

Berbondong-bondong mereka menuju lokasi Ustad Daniel yang menjaga pria tersebut.

Tetapi sesampainya di sana, mereka benar-benar di buat terkejut, di sana mereka hanya melihat Daniel yang terduduk sembari mengusap darah yang keluar dari bibirnya.

Rayhan terdiam membisu, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Pria bertopeng yang sudah di hajarnya habis-habisan itu bisa melarikan diri dalam keadaan tidak berdaya. Rasanya sulit sekali untuk mempercayainya.

"Maaf, saya kecolongan." Lirih Ustad Daniel.

Bukan hanya Rayhan, mereka yang ada di sana juga merasa sangat kecewa. Tetapi mau bagaimana lagi, mereka tentu tidak bisa menyalahkan Ustad Daniel yang lalai menjaga pria bertopeng tersebut, apa lagi saat ini Daniel juga terluka.

Seorang Ustad meminta yang lainnya untuk kembali mencari pria bertopeng yang berhasil melarikan diri. Sementara yang lainnya di minta untuk membantu Ustad Daniel.

Dan malam itu, lagi-lagi mereka gagal meringkus pria bertopeng.

Mungkinkah teror pria bertopeng akan kembali berlanjut? Dan ada berapa banyak lagi yang akan menjadi korbannya.

Bab 1 selesai...

*****

Mohon maaf saya baru bisa update sekarang, karena kesibukan yang tidak bisa di tinggal. Bab 1 sudah selesai, kita akan lanjut ke Bab 2.
Udh aja skip2 ternyata gk ada eliza 😭
 

Zaskia

22:00

Menjelang larut malam, tampak Zaskia tidak juga merasakan kantuk sama sekali, ia terus memikirkan hubungannya dengan Rayhan yang tidak kunjung menemukan titik temu. Zaskia merasa hampa tanpa hadirnya sosok Rayhan yang suka mengganggunya, tetapi ada ketakutan di dalam diri Zaskia, kalau ia tetap dekat dengan adiknya. Dirinya takut hubungan mereka yang terlalu dekat bisa menjadikan sebuah hubungan terlarang.

Zaskia mendesah pelan, matanya menatap kosong kearah layar televisi yang saat ini tengah menanyangkan sebuah berita nasional.

Apakah kamu yakin Zaskia, bisa hidup tanpa Rayhan? Apa kamu yakin, hidupmu akan berwarna seperti saat ada Rayhan di sisimu?

"Aku tidak bisa." Lirih Zaskia sembari menggenggam tangannya sendiri.

Tapi bagaimana caranya mengembalikan hubungan kami yang runyam ini?

"Aasrrtt..." Zaskia mengucek-ngucek kepalanya sendiri, ia terlihat stress dengan masalah yang saat ini sedang ia hadapi.

Sanking stresnya ia tidak menyadari kehadiran Rayhan yang berjalan mendekatinya. "Kak." Panggil Rayhan, ia duduk di samping Zaskia yang tampak salah tingkah.

"Ya, kenapa Dek."

"Kakak marah ya..." Bisik Rayhan.

Zaskia menoleh sebentar, kemudian ia kembali menatap layar tv.

Pemuda itu sadar betul apa yang membuat Kakaknya menjadi berubah. Dan Rayhan sungguh sangat menyesal karena telah mencoba untuk mencabuli Kakaknya tempo hari. Andai ia bisa menahan diri, hubungannya dengan Kakak iparnya mungkin akan baik-baik saja sampai detik ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dan Rayhan tengah berusaha memperbaikinya.

"Apa kamu tau letak kesalahan kamu?" Lirih Zaskia, ia menunduk menatap ujung kakinya. "Kenapa Dek?" Suara Zaskia bergetar, antara kecewa dan malu.

"Maaf Kak, aku... Aku khilaf!" Jawab Rayhan.

Zaskia menggigit bibirnya, menguatkan hatinya untuk segera mengambil sebuah keputusan yang menurutnya buruk dari yang terburuk. "Khilaf... Setiap hari kamu bangun kesiangan, kamu bilang itu khilaf." Zaskia memandang adiknya sembari menggembungkan kedua pipinya dengan tatapan manja, membuatnya terlihat manis.

"Eh..." Rayhan terdiam.

Jawaban Zaskia sungguh di luar dugaan, Rayhan pikir Kakaknya akan membahas masalah dirinya yang kemarin nekat hendak mencabulinya. Atau jangan-jangan, Kakaknya memang tidak ingin membahas kejadian kemarin.

"Kalau Kakak nasehatin tuh denger." Tiba-tiba Zaskia menjewer kuping Rayhan.

"Adu... Du... Iya Kak! Ampun." Rengek Rayhan, sembari memegangi tangan Zaskia yang tengah menjewer kupingnya. "Udah Kak, sakit..." Melas Rayhan lagi.

"Makanya jangan nakal." Omel Zaskia.

Rayhan mengelus-elus kupingnya, sembari tersenyum kearah Zaskia. "Jadi aku di maafin ni Kak." Harap-harap cemas Rayhan.

"Di maafin tapi ada satu syarat?"

"Ya, kok pake syarat." Lirih Rayhan mendumel.

Zaskia melipat kedua tangannya, bersiap mengomeli Adiknya. "Mau di maafin gak? Atau mau Kakak jewer lagi." Ancam Zaskia.

"Iya, iya, apa syaratnya."

"Mulai besok kamu harus bangun sendiri, Kakak gak akan bangunin kamu lagi." Ucap Zaskia dengan mimik wajah yang serius. Rayhan yang mendengar ucapan Zaskia merasa kecewa, karena itu artinya dia sudah tidak bisa lagi bermesra-mesraan dengan Kakak Iparnya.

Senyum sumringah yang tadi tergambar di wajahnya mendadak hilang. "Iya Kak, mulai besok aku akan bangun pagi." Janji Rayhan, ia sadar apa yang telah ia perbuat kemarin pagi sudah sangat keterlaluan.

"Janji..." Zaskia menyodorkan jari kelingkingnya.

Rayhan tersenyum sembari mengikat jari kelingkingnya dengan jari kelingking Zaskia. "Janji..." Jawab Rayhan mantab.

"Berarti mulai besok gantian kamu yang harus membangunkan Kakak." Lanjut Zaskia, dan lagi-lagi membuat Rayhan kebingungan. Apakah itu artinya mereka masih bisa bermesraan? Sebenarnya apa yang di inginkan Zaskia dari Rayhan?. "Denger gak..." Zaskia mencubit perut Adiknya yang membuat Rayhan tersadar.

"Aduh... Eh iya Kak." Kaget Rayhan.

Cubitan Zaskia turun kebawah, menuju selangkangan Rayhan. "Kakak gak akan bangun, sampe kamu bangunin Kakak." Ancam Zaskia.

"Aduh... Eh iya Kak." Rengek Rayhan.

Dengan lembut Zaskia meremas kemaluan Rayhan. "Sakitkan? Ini hukuman buat Adek nakal." Katanya, dengan suara mendayu. Mendengar hal tersebut tentu saja membuat Rayhan senang.

Sebagai ungkapan rasa sayangnya, Rayhan memeluk pinggang ramping Kakaknya, dan pada saat bersamaan jemari Zaskia menyusup masuk ke dalam celana boxer Adiknya, ia menggenggam, mengurut batang kemaluan Adiknya.

Rasanya Rayhan sangat merindukan sentuhan tersebut, walaupun baru satu hari ia tidak merasakannya.

"Ssttt... Kak! Adek sayang Kakak." Bisik Rayhan.

Jemari telunjuk Zaskia mengusap cairan pelumas yang mengambang di ujung kepala penis Rayhan. "Kakak juga sayang Adek..." Jawab Zaskia dengan berbisik.

"Maafin aku ya Kak." Ucap Rayhan tulus.

Zaskia mengerti kemana arah ucapan adiknya. "Kamu gak salah sayang, karena... karena... Kakak juga menginginkannya, hanya saja Kakak lebih suka melakukannya dengan cara ini." Aku Zaskia seraya memejamkan matanya ketika merasakan sentuhan lembut di payudaranya. "Dek... Ssttt... Jangan nakal lagi ya..." Bisik Zaskia.

"Iya Kak... Aduh... Aahkk... Sakit Kak... Ampun... Aku gak akan nakal lagi." Desah Rayhan di selingi dengan beberapa kalimat drama.

Zaskia semakin cepat mengocok kontol Adiknya. "Makanya jangan bandel." Omel Zaskia, sembari memanjakan kontol Rayhan dengan tangannya.

"Kak... Ssttt... Kak..." Desah Rayhan, tubuhnya menegang, menandakan kalau ia hampir sampai.

Sadar kalau Adiknya hampir klimaks, Zaskia semakin mempercepat kocokannya, hingga akhirnya. Croooottss... Croootss... Croooottss... Sperma Rayhan meluber di jemarinya.

Sejenak suasana mendadak hening, mereka berdua saling pandang, dan sedetik kemudian Rayhan memberanikan diri mengecup mesra bibir Kakaknya. Zaskia memejamkan matanya, membiarkan Rayhan mengulum bibir merahnya.

"Adek sayang Kakak." Lirih Rayhan.

Zaskia tersenyum. "Kakak juga sayang Adek... Jangan bandel lagi." Nasehat Zaskia, ia tidak ingin adiknya memperlakukan dirinya seperti hari itu.

"Janji Kak."

"Sana kamu tidur, nanti besok kamu malah jadi kesiangan! Ingat ya, besok jangan lupa bangunin Kakak." Ujar Zaskia mengingatkannya, dan tentunya Rayhan tidak akan lupa.

"Siap bos."

*****


Farah

05:30

Seperti biasa, selesai shalat subuh KH Shamir di sibukkan dengan membaca kitab, mengulangi hafalannya, walaupun semua ayat-ayat yang ada di dalam kitab tersebut sudah berada di luar kepalanya sanking khatam nya. Tetapi walaupun begitu, KH Shamir yang rendah hati tetap masih belajar dan mau mengulangi pelajarannya.

Ketika ia sedang khusuk-khusuknya, Farah menghampiri KH Shamir sembari membawa segelas kopi hangat untuk mertuanya itu.

"Ini Bi, kopinya." Farah meletakan segelas kopi itu di atas meja.

KH Shamir mengangkat wajahnya. "Terimakasih Nak... Kopinya." Lirih KH Shamir dengan raut wajah tegang, menatap menantunya.

Tepatnya KH Shamir tengah menatap bagian dalam kerah leher gaun yang di kenakan Farah saat ini.

Tampak sepasang pepaya muda menggantung indah di balik gaun yang di kenakan Farah. Puting yang besar berwarna kemerah-merahan, mengintip malu-malu di balik gaun tidurnya yang seksi.

Gleeek...

Mata keriput KH Shamir seakan tidak mau berkedip, memandangi penampilan Farah pagi ini yang terlihat sangat seksi.



Gaun tidur sutra dengan motif plain yang di kenakan Farah terlihat seksi di mata KH Shamir. Layaknya seorang pria normal, sudah sewajarnya kalau KH Shamir yang notabenenya seorang duda menjadi terpesona dengan penampilan menantunya itu.

"Abi..." Panggil Farah.

KH Shamir tersentak sadar. "Astaghfirullah..." Shamir mengusap wajahnya, menenangkan dirinya atas kekhilafannya barusan.

"Kenapa Bi? Abi sakit..." Farah duduk di samping mertuanya.

"Eng... Enggak apa-apa kok Nak Farah." Jawab KH Shamir terbata-bata. Dirinya sangat gugup saat ini, berada di dekat seorang wanita seksi, yang tak lain adalah menantunya sendiri.

Godaan seakan tidak mau berhenti sampai di situ saja. Tiba-tiba Farah menarik tangan KH Shamir, dan meletakan tangannya diatas pangkuannya. "Abi kayaknya kecapean." Ujar Farah, sembari memijit lengan KH Shamir.

"Ehm... Ya, mungkin karena lagi banyak kerjaan."

"Abi banyak-banyak istirahat ya, kalau nanti Abi sakit siapa yang repot?" Farah tersenyum manis, membuat KH Shamir semakin salah tingkah. "Kalau Abi butuh bantuan, bilang aja sama Farah, pasti Farah bantu." Sambungnya, ia tersenyum penuh arti.

"Iya Nak Farah, terimakasih ya."

"Sama-sama Bi." Jawab Farah, sembari memijit lengan KH Shamir.

Diam-diam KH Shamir memperhatikan belahan dada Farah yang mengintip malu-malu di balik gaun tidur menantunya.

Sejenak KH Shamir teringat kejadian beberapa hari yang lalu, sebuah kejadian yang membuat KH Shamir benar-benar shock di buatnya. Sebenarnya KH Shamir sudah berusaha melupakannya, dan menganggap kejadian tersebut tidak ada. Tetapi penampilan Farah hari ini, mau tidak mau mengingatkannya dengan kejadian malam itu, ketika dirinya memergoki Farah masturbasi sembari menyebut namanya.

Apa mungkin dia sengaja melakukannya? Bisik hati KH Shamir.

KH Shamir sadar kalau menantunya ini sangat cantik, dan beberapa kali ia tergoda. Seandainya KH Shamir hanyalah pria biasa, mungkin ia akan membalas godaan Farah. Tapi dia seorang kiyai, tidak sepatutnya dia membiarkan kedekatan mereka semakin intim.

Bagaimanapun juga Farah adalah menantunya, ia harus bisa bersikap tegas terhadap menantunya itu, agar tidak menimbulkan kekhilafan.

"Astaghfirullah.... Maaf Nak Farah." KH Shamir menarik tangannya.

Farah tampak bingung melihat reaksi Mertuanya. "Ada apa Abi?" Tanya Farah, menatap KH Shamir yang hanya menundukkan wajahnya.

"Maaf Nak Farah, apakah Nak Farah bisa ganti pakaian dulu?" Pinta KH Shamir.

"Emang kenapa dengan pakaianku Abi? Ada masalah?" Tanya Farah, sembari memperhatikan pakaiannya.

"Nak Farah, kita ini bukan muhrim, rasanya tidak pantas Nak Farah mengenakan pakaian seperti itu, bagaimanapun juga Abi seorang laki-laki, dan Nak Farah seorang perempuan." Nasehat KH Shamir kepada menantunya.

Farah menggeser duduknya. "Maaf Abi, kalau Farah terlihat murahan di depan Abi." Farah berkata Lirih dengan tatapan sedih.

"Bukan itu maksud Abi."

"Gak apa-apa kok Abi, kalau Abi tidak suka Farah di rumah ini, Farah akan pergi." Dengan punggung tangannya Farah mengusap air matanya. "Abi jaga kesehatan ya." Sambung Farah, membuat KH Shamir jadi merasa sangat bersalah.

"Astaghfirullah... Abi tidak bermaksud seperti itu Nak!" KH Shamir mencoba menjelaskan maksud dari ucapannya barusan.

"....." Farah terdiam sembari terisak.

"Nak Farah dengarkan dulu! Maksud Abi berkata seperti itu, bukan karena Abi membenci nak Farah. Abi sangat sayang sama nak Farah, tapi bagaimanapun juga Abi seorang laki-laki dewasa dan Nak Farah seorang wanita dewasa, kalau Nak Farah memakai gaun terbuka seperti itu bisa membuat Abi bersyawat." Aku KH Shamir, mencoba menjelaskan maksud ucapannya agar Farah tidak tersinggung.

"Emangnya kenapa kalau Abi bersyahwat sama Farah? Apa yang salah?" Bela Farah.

KH Shamir tampak menghela nafas. "Kamu menantu Abi, Istri dari anak Abi." Tegas KH Shamir kepada Farah.

"Apa Farah salah menggap Abi seperti orang tua Farah sendiri? Apa Farah salah ingin berbakti kepada orang tua sendiri." Sengit Farah, mendebat ucapan Mertuanya.

"Tidak ada yang salah, yang salah itu Abi." Lirih KH Shamir.

Farah membuang wajahnya ke samping. "Salah kenapa? Karena Abi bersyahwat sama Farah?" Tanya Farah manja.

"Iya." Aku KH Shamir.

"Salah benarnya itu tergantung sama Farah! Dan bagi Farah Abi tidak salah, dan Abi tidak akan pernah salah di mata Farah." Tegas Farah sembari beranjak dari duduknya, ia menatap KH Shamir dengan sedih, kemudian beranjak pergi dari hadapan KH Shamir.

Sementara Kh Shamir hanya bisa mematung, memandangi menantunya yang pergi begitu saja, meninggalkan dirinya dengan perasaan campur aduk, yang sulit di mengerti oleh KH Shamir.

*****



Zaskia

Zaskia yang sudah bangun lebih dulu tampak gelisah menunggu Rayhan yang tidak kunjung ke kamarnya untuk membangunkan dirinya. Zaskia sudah menduga, adiknya itu pasti tidak akan bangun, membuat Zaskia sangat kecawa.

Tetapi dugaan Zaskia ternyata salah, tiba-tiba ia mendengar suara pintu yang terbuka.

Detak jantung Zaskia berdegup kencang, dirinya mendadak gugup. Kepanikan semakin di rasakan Zaskia ketika ia mendengar langkah kaki yang semakin mendekatinya.

Tempat tidurnya sedikit bergoyang ketika Rayhan duduk di sampingnya. Berulangkali Zaskia menghela nafas.

"Kak..." Rayhan menggoyangkan lengan Zaskia.

Zaskia tidak bergeming, ia tetap diam, menunggu aksi yang lebih berani dari adiknya. "Bangun Kak, nanti kesiangan aku yang di marahin." Omel Rayhan, sembari mengguncang-guncang tubuh Zaskia.

"Bentar lagi!" Zaskia menarik selimutnya lebih tinggi.

Jujur Zaskia sangat gugup saat ini, di sisi lain ia menginginkan kenakalan Rayhan, tapi di sisi lain ia juga merasa berdosa kepada Suaminya yang telah mempercayakan dirinya bersama Rayhan.

Sejenak Rayhan terdiam, ia tersenyum kecil menatap Kakak Iparnya yang tengah memejamkan matanya.

"Astaghfirullah... Bangun Kak." Suruh Rayhan lagi sembari menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur Kakaknya.

Lagi Rayhan terpaku memandangi wajah cantik Kakak iparnya, bibir merahnya seakan mengundang untuk di sentuh. Walaupun sempat ragu, tetapi Rayhan memberanikan dirinya menyentuh wajah cantik Kakaknya, membelai hidungnya, hingga turun menujur bibir merah Zaskia.

Tubuh Zaskia terasa merinding, saat jemari Rayhan membelai lembut wajahnya, mengelus bibirnya yang indah.

Perlahan Zaskia membuka mulutnya, sehingga jemari Rayhan bisa masuk ke dalam mulutnya. Lagi tubuh Zaskia merinding, ketika jemarinya membelai lidah Zaskia yang terasa lembut.

"Kak..." Panggil Rayhan lagi.

Zaskia mengulet sebentar, tetapi tidak ada tanda-tanda Zaskia akan bangun.

Rayhan menarik perlahan selimut yang di kenakan Zaskia. Mata Rayhan membeliak saat selimut yang di kenakan Zaskia, tidak lagi menutupi tubuh indahnya. Tampak pagi ini Zaskia mengenakan sebuah lengerie berwarna hitam yang sangat tipis hingga membuatnya transparan.



Jangan di lihat Dek... Ya Tuhan... Aku malu... Aku malu... Jerit hati Zaskia, tapi anehnya ia malah semakin basah.

Berulang kali Rayhan menelan air liurnya, menatap payudara Zaskia yang berukuran 34DD, yang membayang di balik gaun tidurnya yang seksi. Ukuran payudara Zaskia yang besar, mengingatkannya dengan Kimi Hime salah satu YouTubers game favoritnya.

Sembari memejamkan matanya, Zaskia menggigit bibir bawahnya. Ia tau keputusannya mengenakan lingerie seksi sangatlah berani, tetapi mau bagaimana lagi, hatinya menginginkan Adiknya untuk melihat dirinya dari sisi yang berbeda.

Rayhan bukan main senangnya, melihat penampilan Zaskia yang begitu menggoda. Ia tau kalau Kakaknya sengaja memakai gaun tidur seksi untuk dirinya.

"Kak..." Lirih Rayhan dengan suara berat.

Mata pemuda itu menelusuri lekuk tubuh Zaskia yang indah di balik lingerie, matanya berhenti tepat di sebuah bukit kecil yang di tutupi kain berbentuk segitiga kecil yang juga berwarna hitam.

Zaskia menekuk lututnya keatas, seakan ingin memperlihatkan keindahan pahanya.

"Bangun Kak... Sudah siang." Pinta Rayhan. Telapak tangannya menjamah pelan payudara Zaskia, ia meremasnya dengan lembut membuat tubuh sang dara cantik menggeliat.

Tidak sampai di situ saja, Rayhan semakin berani menyentuh, memilin lembut puting Zaskia yang sudah menegang.

"Aahkk... Sstttt... Eehmm..." Desah Zaskia, ia tampak mulai gelisah.

"Kak..." Panggil Rayhan lagi.

Tetapi kali ini Zaskia memutuskan untuk bangun. "Sebentar lagi Dek, masih ngantuk." Rutuk Zaskia, pura-pura marah karena Rayhan mengganggu tidurnya. Kemudian Zaskia bangkit sebentar dan kemudian bergeser mendekat, membaringkan kepalanya diatas perut Rayhan.

Ya Tuhan, kenapa kamu semakin berani Zaskia?

"Nanti kalau sampe kesiangan jangan salahkan aku ya." Omel Rayhan.

Zaskia tidak mengubrisnya, ia meletakan tangannya diatas paha Rayhan, membelainya hingga ke selangkangan Rayhan. Dengan lembut Zaskia membelai kontol Rayhan yang telah berdiri tegang di balik celananya.

Besar sekali kontol kamu Dek... Gumam Zaskia di dalam hati.

Seakan tidak mau kalah dari Kakaknya, Rayhan mulai membelai tubuh Kakaknya, dari punggung hingga ke pinggulnya, lalu turun ke pantat Zaskia. Remasan-remasan kecil Rayhan, membuat tubuh Zaskia bergetar nikmat. Pok... Pok... Pok... Berulang kali Rayhan menepuk pantat Zaskia.

"Kak..."

"Aahkk... Stttt... Eeehmm..." Desah Zaskia, pantatnya bergoyang pelan, ketika Rayhan menggosok-gosok memeknya dari luar g-string yang ia kenakan.

Rayhan menarik tali g-string tersebut keatas, lalu menggerakannya naik turun, hingga bibir kemaluan Zaskia bergesekan dengan g-string yang ia kenakan, membuat kemaluannya semakin banyak memproduksi lendir.

Tidak... Jangan lakukan itu Zaskia. Jerit Zaskia saat jemarinya dengan perlahan menarik celana pendek adiknya.

Gleeeek... Zaskia sampai menahan nafas, melihat kontol Rayhan yang jaraknya hanya beberapa centi dari wajahnya. Karena tidak tahan, Zaskia nekat menggenggam kontol Rayhan, ia mengurutnya, membelai kontol Rayhan yang entah sudah berapa kali ia lakukan.

Zaskia menggigit bibirnya saat melihat cairan bening di ujung lobang kontol Rayhan. Entah kenapa ia merasa sangat penasaran ingin mencicipinya.

Gimana ya rasanya? Apa aku jilat aja... Tidak... Tidak... Jangan lakukan itu, tapi...

Lidahnya terjulur, dengan ujung lidahnya ia menjilati cairan tersebut. Asin... tapi nikmat, membuat Zaskia tidak bisa berhenti. Lidahnya mulai menjilati sebagian batang kontol Rayhan yang mampu di jangkau lidahnya, layaknya ia sedang menjilati sebatang es cream.

Tentu saja Rayhan menikmatinya, dan perbuatan Zaskia membuat Rayhan makin berani. Ia menyampirkan tali g-string Zaskia ke samping, lalu dengan lembut ia membelai bibir kemaluannya Zaskia dengan jarinya, hingga ia dapat merasakan hangatnya cairan cinta Zaskia.

Wajah Zaskia merona merah, ini kali pertama memeknya di sentuh oleh pria lain, dan parahnya lagi saat ini ia sudah sangat basah.

"Sstttt... Ehmmm.... Hah... Hah..." Lenguh Zaskia.

Jemari Rayhan menyapu anak rambut Zaskia yang menutupi wajahnya, sehingga ia dapat melihat lidah Zaskia yang tengah menjilati kontolnya.

Mata Zaskia terpejam saat merasakan jari telunjuk Rayhan menusuk masuk ke dalam cela sempit memeknya yang terasa hangat dan menjepit itu. Bahkan Rayhan dapat merasakan kedutan memek Zaskia di jarinya.

Ingin rasanya Zaskia melompat pergi seperti yang di lakukannya tempo hari, tetapi anehnya ia seakan tidak punya tenaga untuk menolak sentuhan jemari adiknya.

Apa yang kamu lakukan Dek! Sssttt... Ya Tuhan... Aaahkk... Kenapa enak sekali... Aku tidak bisa... Tidak bisa...

Zaskia membuka mulutnya melahap kontol Rayhan. Deg... Zaskia seakan baru tersadar saat kontol Rayhan sudah berada di dalam mulutnya. Aku mengulumnya... Lirih Zaskia, ia mencoba berhenti, tapi yang terjadi ia malah menghisapnya.

Jangankan Zaskia, Rayhan pun sangat terkejut dengan apa yang di lakukan Kakaknya. Rayhan tidak menyangkah kalau Kakaknya akan berbuat sampai sejauh itu.

Tubuh Rayhan menegang, saat kontolnya di hisap oleh Kakaknya.

Sembari menikmati kuluman Kakaknya, Rayhan semakin bersemangat menyodok-nyodok lobang peranakan Kakaknya yang semakin basah, sesekali ia beralih ke clitoris Zaskia yang mulai membengkak merah.

"Aaahkk... Sluupss... Sluuuppsss... Eehmmppss... Sluuuppsss..." Desah Zaskia, di sela-sela memanjakan kontol Rayhan dengan mulutnya.

Jemari Rayhan semakin cepat mengocok-ngocok memek Kakaknya, membuat Zaskia makin keenakan oleh kocokan jemari Rayhan. Pinggulnya tersentak-sentak, menggeliat, meliuk-liuk keenakan, sementara cairan cintanya membanjir semakin banyak membasahi tempat tidurnya.

"Eenggkk..." Zaskia melenguh panjang, sembari memuntahkan cairan cintanya.

Creeeetttss... Creeettss... Creeettss...

Rayhan mencabut jemarinya yang di penuhi oleh cairan cinta Zaskia.

Seakan tidak mau kalah dari Adiknya, Zaskia semakin intens menghisap, menjilati kontol Rayhan, dengan di selingi kocokan jemarinya di batang kemaluan Rayhan yang terasa semakin hangat. Tiba-tiba... Croooottss... Croootss... Croootss... Zaskia yang tidak siap, terpaksa menerima sperma Rayhan di dalam mulutnya.

Ya Tuhan... Aku menelannya. Jerit hati Zaskia.

Zaskia memejamkan matanya, ia benar-benar tidak mengerti kenapa ia bisa melakukannya sampai sejauh itu. Bahkan ia sampai menelan sperma Rayhan. Dan anehnya, ia sama sekali tidak merasa jijik ketika sperma Rayhan tertelan olehnya.

Suasana mendadak hening, perasaan Zaskia saat ini benar-benar campur aduk, antara bahagia, puas, dan rasa bersalah yang membuncah di hatinya. Bayangan wajah Suaminya seakan menari-nari di kelopak matanya, tetapi semuanya sudah terlambat, dirinya sudah melakukan oral sex dengan Adiknya.

Haruskah dia marah atas apa yang terjadi saat ini? Atau...

"Kak bangun..." Panggil Rayhan memecah keheningan.

Zaskia menggeliat, pura-pura bangun dari tidurnya. "Isstt... Adek, ganggu orang lagi enak tidur aja." Omel Zaskia.

"Sudah jam 6 Kak." Omel Rayhan.

"Hah... Serius?" Ujar Zaskia kaget, ia beranjak duduk sembari melihat jam di dinding kamarnya. "Astaghfirullah... Adek, kita jadi gak shalat lagikan?" Omel Zaskia.

"Ehmmm..." Rayhan menggaruk-garuk kepalanya. "Yang gak bangun-bangun siapa, yang di salahin siapa?" Rutuk Rayhan.

"Oh... jadi menurut kamu Kakak yang salah."

Rayhan menggelengkan kepalanya. "Eh... Enggak-enggak aku yang salah." Ucap Rayhan, dengan raut wajah pura-pura ketakutan melihat Kakaknya.

"Bagus... Bagus... Udah ah, Kakak mau mandi dulu." Ucap Zaskia sembari tersenyum manja, dia seperti anak remaja yang tengah di mabuk asmara.

Ia turun dari tempat tidurnya, berdiri dan hendak keluar kamar. Tapi tiba-tiba tubuh Zaskia limbung hingga ia kembali terjatuh. Dan Bleeesss.... Sesuatu yang besar tiba-tiba menancap ke dalam lobang memeknya.

Kontol Rayhan? Gumam hati Zaskia.

Rayhan terdiam membisu, ia tidak percaya kalau saat ini Kakaknya tengah duduk diatas pangkuannya, dan parahnya kontol Rayhan tidak sengaja menusuk memek Kakaknya.

"Ya Tuhan." Jerit kecil Zaskia.

Wanita Soleha itu dapat merasakan, betapa panjang dan gemuknya kontol Rayhan, hingga membuat memeknya terasa begitu penuh. Sesuatu yang tidak pernah ia rasakan ketika sedang bercinta dengan Suaminya.

Secara naluri Rayhan perlahan memeluk perut Kakaknya. "Kakak gak apa-apa?" Tanya Rayhan, suaranya terdengar berat, menahan gejolak birahi yang membuncah di sanubarinya.

"Sstttt... Gak apa-apa!" Lirih Zaskia bingung.

Ya Tuhan apa yang harus kulakukan? Kontol Rayhan ada di dalam memekku saat ini.

Hati Zaskia menjerit, dia tau apa yang harus ia lakukan saat ini, tetapi tubuhnya seakan menolak menuruti jeritan hatinya, membuatnya menjadi serba salah, antara harus menuruti kemaluan tubuhnya, atau hatinya.

Zaskia mencoba bangkit, tapi baru terangkat sedikit, pantat Zaskia kembali jatuh keatas selangkangan Rayhan. "Aahkk..." Jerit Zaskia, merasakan hentakan kontol Rayhan menembus rahimnya.

Kedua kakinya terasa kehilangan tenaga, Zaskia juga tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Tubuhnya terasa sangat lemas.

"Kakak gak apa-apa?" Tanya Rayhan pelan, pemuda itu juga terlihat panik.

Zaskia memejamkan matanya, ia tidak bisa bohong kalau tusukan kontol Rayhan membuat memeknya terasa penuh dan nikmat. "Ssttt... Badan Kakak lemes Dek... Ughkk..." Desah Zaskia, ia sedikit menggerakkan pinggulnya.

"Kakak istirahat dulu aja ya, jangan di paksa." Bisik Rayhan, ia tidak tau harus mengatakan apa lagi. Reflek tangan kirinya naik keatas, menjamah payudara Zaskia.

Berdiri Zaskia... Lawan nafsumu, kamu wanita Soleha bukan wanita murahan, jangan kalah oleh nafsumu. Ingat suami kamu Zaskia, ingat...

Zaskia... Zaskia... Bukan kemauan kamu, dan bukan salah kamu. Kenapa kamu harus merasa bersalah kepada Azzam? Coba kamu rasakan Zaskia, kontol Rayhan jauh lebih panjang dan lebih besar di bandingkan milik Suamimu, apa kamu yakin ingin melewatkan momen ini? Yakin kamu tidak akan menyesal?


Batin Zaskia bergejolak, terjadi peperangan yang luar biasa di dalam hatinya saat ini, antara ingin segera menghentikan perzinahan mereka sekarang, atau tetap meneruskannya.

Kembali bayangan wajah Suaminya melintas di dalam ingatannya, bayangan Suaminya ketika mereka sedang bercinta.

Maafkan aku Mas...

Kedua telapak tangan Zaskia meremas paha Adiknya, dengan perlahan ia menarik pinggulnya, lalu menurunkannya lagi. "Aaahkk..." Lenguh nikmat Zaskia merasakan kemaluannya yang kini terasa penuh oleh sumbatan kontol Rayhan.

Jangan lakukan itu Zaskia... Jangaaan... Sadar Zaskia... Lawan nafsunya. Hati Zaskia menjerit tak karuan.

Bukan main kagetnya Rayhan dengan apa yang di lakukan oleh Kakaknya. Gerakan perlahan naik turun yang di lakukan Zaskia, membuat permukaan luar kulit kemaluannya bergesekan dengan dinding vagina Kakaknya yang terasa hangat dan legit.

Nafas Rayhan memburu, tubuhnya menegang menikmati setiap gesekan yang terjadi diantara kedua kelamin mereka.

"Kak..." Lirih Rayhan tidak percaya.

Zaskia menggigit bibirnya, ia sangat malu, tapi tubuhnya tidak mau berhenti. "Sssttt... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Zaskia di tengah gerakan pantatnya yang tengah naik turun diatas selangkangan tubuh Rayhan.

Tubuh indah Zaskia tampak menegang hebat, ia merasakan badai orgasme akan segera menggulung dirinya. "Eeengkk...." Zaskia meringkik, saat orgasme itu tak bisa ia hentikan.

Creeeetsss... Creeeett... Creeettss...

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr....


Mulut Rayhan menganga lebar saat merasakan hangatnya lendir cinta Zaskia yang kini tengah menyelimuti kontolnya.

Sejenak suasana mendadak hening, mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing atas apa yang barusan terjadi. Setelah kesadarannya pulih, Zaskia segera beranjak dari pangkuan Adik iparnya.

"Kak..." Panggil Rayhan.

Zaskia tidak mengubris panggilan tersebut ia terlalu malu untuk melihat kearah Adiknya. Segera Zaskia berlalu pergi meninggalkan Rayhan yang masih membisu sembari menatap kontolnya yang basah oleh cairan cinta Kakaknya.

"A... Aku berzina dengan Kakak." Gumam Rayhan.

******


Kartika

11:00
Selama beberapa hari suaminya ada di rumah, Kartika merasa menjadi orang yang merdeka. Mertuanya Pak Hasan sama sekali tidak berani mengganggu dirinya, membuat tidurnya kembali nyenyak, tidak di hantui rasa takut.

Tetapi kebahagian itu tidak bertahan lama, karena bagaimanapun juga Suaminya harus kembali ke pesantren Tahfiz Al-fatah.

Zaskia mengantarkan Suaminya dengan perasaan tidak menentu.

"Sayang, mas pergi dulu ya." Pamit Ardi saat mobil travel yang akan mengantarkannya sudah tiba di terminal.

"Iya Mas, hati-hati di jalan, nanti kalau sudah sampai kabari ya Mas." Pinta Kartika dengan berat hati. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setibanya ia di rumah nanti.

"Nanti Mas kabari." Ardi mengecup mesra kening Istrinya. "Titip salam sama Bapak ya." Ujar Ardi, Kartika hanya mengangguk dengan berat hati. Ingin rasanya ia menceritakan apa yang sudah di lakukan mertuanya kepada dirinya. Tapi bibirnya terasa keluh untuk mengatakannya.

Biarlah ia simpan sendiri rahasia itu, Kartika tidak ingin menghancurkan kepercayaan Suaminya kepada Bapaknya. Ia tidak ingin melihat Suaminya bersedih, seandainya Ardi tau apa yang sudah di lakukan oleh pria mesum itu kepada dirinya.

Sembari melambaikan tangannya, setetes air matanya mengalir melepas kepergian Suaminya.

Sepulangnya dari terminal, Kartika tidak langsung pulang ke rumahnya, ia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Ia bermaksud ingin tinggal di rumah orang tuanya sementara waktu di saat Suaminya tidak ada di rumah.

Sebenarnya KH Shamir sama sekali tidak keberatan kalau anaknya Kartika mau tinggal di rumahnya, tetapi Farah malah menentangnya.

"Mbak tentu senang kalau kamu tinggal di sini, tetapi bagaimana dengan perasaan Pak Hasan, kalau kamu tinggal di sini Kartika?" Tanya Farah memojokan Kartika. "Mbak takut nanti ia berfikir kalau kamu tidak menyukainya." Nasehat Farah kepada Adik iparnya.

"Tapi Mbak! Bagaimanapun juga ana dan Pak Hasan itu bukan muhrim, rasanya tidak elok kalau kami tinggal berdua dalam satu rumah."

"Astaghfirullah Kartika... Pak Hasan itu orang tua Suami kamu, bukan orang lain. Seharusnya kamu melayaninya dengan baik, bukan malah ingin meninggalkannya. Kalau seandainya Ardi tau kamu meninggalkan Bapaknya sendiri, bagaimana dengan perasaan suami kamu?" Tegas Farah yang semakin memojokan Kartika.

"Benar apa kata Mbakmu Kartika, Abi tidak mau nanti mereka mengira kalau Abi gagal mendidikmu." Tambah KH Shamir yang membuat Kartika makin terpojok.

Ingin sekali Kartika memberitahukan ke orang tuanya apa yang sudah di lakukan Mertuanya kepada dirinya. Tetapi ia tidak sanggup untuk melihat reaksi orang tuanya nanti. Ia tidak ingin membuat orang tuanya jadi kepikiran.

Kartika sudah tidak tau lagi, apa yang harus ia lakukan untuk menghindari Mertuanya. Apakah sekarang dirinya harus pasrah? Menerima setiap perbuatan yang di lakukan Pak Hasan kepadanya?

"Pulanglah... Mertua kamu mungkin saat ini sedang khawatir." Bujuk Farah.

Kartika seakan kehabisan alasan. "Iya Mbak... Terimakasih nasehatnya." Lirih Kartika, wajahnya terlihat kebingungan. "Abi... Tika pulang dulu ya!" Pamit Kartika.

"Iya Nduk, baik-baik ya sama Mertua kamu." Nasehat KH Shamir.

Kartika hanya bisa mengangguk patuh. "Iya Bi." Jawabnya. "Mbak... Titip Abi ya, assalamualaikum..." Kartika beralih ke Farah.

"Titip salam untuk Pak Hasan." Ujar Farah.

Kartika mengangguk sembari memaksakan senyumnya. Setelah itu pergi meninggalkan kediaman orang tuanya dengan perasaan campur aduk. Antara kecewa dan takut yang kini menghantui dirinya.

Selepas kepergian Kartika, KH Shamir merasa ada sesuatu yang di tutupi oleh anaknya, tapi apa? KH Shamir tidak bisa menerkanya.

Lamunan KH Shamir buyar ketika melihat Farah berlalu pergi. "Nak Farah." Panggil KH Shamir. "Maafkan Bapak ya..." Ucap KH Shamir pelan.

Farah mengangguk, lalu pergi meninggalkan Mertuanya ke dalam kamarnya. Sementara Kh Shamir mematung membisu, entah kenapa ia merasa kehilangan sesuatu yang sulit ia jelaskan dengan kata-kata.

*****



Laras

Tampak seorang wanita mengenakan kimono berwarna merah berjalan perlahan menelusurinya rumahnya. Ia berhenti tepat di depan sebuah pintu kamar, ia terlihat ragu saat hendak membuka pintu kamar tersebut, walaupun pada akhirnya ia tetap membukanya.



Seorang pemuda tersenyum menyambut kedatangannya yang membuat sang wanita tertunduk malu.

"Masuk Amma."

Sang wanita tampak ragu, tapi ia menguatkan hatinya. Ia melangkah masuk, sembari menutup pintu kamar tersebut. "Da.... Daniel..." Lirih Laras, tubuhnya gemetar, nafasnya terasa sesak.

"Apa jawaban nya Amma?"

Keraguan kembali menggelayut di hatinya, tapi pada akhirnya ia memutuskan untuk memberikan jawaban sesuai dengan keinginan hatinya yang terdalam, walaupun menyadari jawaban tersebut bukanlah jawaban yang benar.

Jemari halusnya tampak gemetar ketika ia meraih tali kimononya, dengan perlahan ia menarik tali simpul kimononya, membukanya dengan perlahan-lahan hingga kimono itu jatuh kelantai.

"Jadikan Amma budak kamu Dan..." Lirih Laras, seraya menggigit getir bibirnya.

Daniel tersenyum mendengarnya, sembari menatap tubuh telanjang Laras yang kini tengah berdiri di hadapannya.

Pemuda itu memberi isyarat agar Laras mendekatinya dan dengan patuhnya Laras mendekati Daniel, ia bersimpuh di depan Daniel yang tengah duduk di kursi.

"Amma yakin mau jadi budaknya saya?" Tanya Daniel, sembari membelai pipi Laras.

Lagi Laras memantapkan hatinya, ia mengangguk pelan. "Amma yakin Dan..." Jawab Laras dengan suara gemetar.

"Apakah Amma siap, meninggalkan semuanya? Keluarga? Teman? Keyakinan Amma?" Tanya Daniel, ia menatap dalam mata Laras.

"Saya siap..." Jawab Laras, Daniel tersenyum mendengarnya.

Tanpa menunggu perintah Daniel, Laras menarik turun celana boxer yang di kenakan Daniel dengan perlahan. Birahinya bergejolak menatap kontol Daniel yang tengah mengacung, mengintimidasinya.

Dengan perlahan Laras menggenggam kontol Daniel, mengurutnya, mengocoknya naik turun.

"Ssttt... Aahk... Enak sekali..." Racau Daniel.

Laras melahap kontol Daniel, mulutnya bergerak naik turun mengulum kontol keponakannya itu yang kini telah menjadi tuannya atas dirinya.

Sembari menghisap kontol Daniel, jemari Laras mengurut batang kemaluannya, menikmati kontol Daniel dengan rakus, membuatnya kini tak lagi terlihat seperti seorang wanita muslimah. Hampir sepuluh menit Laras memanjakan kontol Daniel, kemudian pemuda itu meminta Laras duduk di sampingnya.

"Mulai sekarang panggil saya tuan saat kita bersama." Perintah Daniel sembari merangkul pundak Laras.

Laras mengangguk. "Iya Tuan... Hamba akan mematuhi semua perintah tuan." Jawab Laras, ia menatap sayu kearah majikannya dengan tatapan penuh birahi.

"Kalau perintah itu menyangkut keluarga Amma, apakah Amma juga mau mematuhinya." Pancing Daniel, ia merangsang payudara Laras dengan membelai puting Laras.

"Apapun... Apapun Tuan." Jawab Laras, ia menyosor melumat bibir Daniel.

Sembari berciuman Daniel merebahkan tubuh Laras, telapak tangannya membelai meremas-remas payudara Laras, mencubit pelan putingnya yang kian membesar, membuat nafas sang Ahkwat mulai memburu.

Ciuman Daniel turun kebawah, ia menjilati permukaan payudara Laras, lalu berhenti di putingnya yang mencuat.

"Aaahkk... Tuaaaan... Terus Tuan..." Rintih Laras.

Sesekali Daniel memperhatikan raut wajah Laras yang tampak merem melek. "Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss..." Daniel menghisap, menyedot puting Laras secara bergantian.

"Oughk... Aaahkk... Hah... Hah..."

Tubuh Laras tampak gelisah, menggeliat, meliuk-liuk liar. Matanya merem melek, kepalanya menoleh ke kiri dan kanan.

Puas bermain dengan payudara Laras, Daniel turun kebawah, ia menelusuri perut Laras dengan lidahnya, terus turun menuju pubik vagina Laras yang di tumbuhi rambut kemaluan yang cukup rindang itu.

"Tuaaaan... Jilat memek hamba..." Pinta Laras.

Daniel membuka kedua kaki Laras. "Memek lonte..." Lirih Daniel, sembari menatap nanar kearah bibir kemaluan Laras yang terlihat seperti tirai berwarna merah mudah.

"Memek lonte Tuan gatal... Aaahkk... Jilat Tuaaan..." Laras Sampai memohon agar Daniel mau melakukannya.

Beberapakali ia mencium kemaluan Laras, baru setelah itu ia menjilatinya. Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sruuuupsss... Dengan perlahan ia menyapu permukaan berlendir itu, menggelitik clitorisnya yang mulai membengkak. Sesekali ia menyeruput clitorisnya.

"Aaaaahkk... Aaahkk... Hah... Hah..." Lenguh Laras.

Sembari menjilati clitorisnya, Daniel mencelupkan kedua jarinya ke dalam lobang peranakan Laras yang terasa hangat. Dengan gerakan perlahan ia mendorong jarinya keluar masuk, menusuk dalam, kedalam lobang memek Laras yang sudah sangat becek itu.

Tubuh Laras menggelinjang, kedua jemarinya meremas erat seprei tempat tidur keponakannya sanking nikmatnya.

Payudaranya yang besar tampak berayun, mengikuti irama nafasnya yang kian memburu.

"Oughk... Aaahkk... Tuaaan... Aaahkk..."

Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss...

Semakin lama gerakan jemari Daniel semakin cepat, hingga akhirnya ia menggelinjang hebat, menandakan ia baru saja mendapatkan orgasmenya. Selama beberapa detik tubuh Laras terhentak-hentak, menikmati orgasmenya.

Daniel menarik jemarinya saat orgasme Laras mulai meredah. Ia memperlihatkan jemarinya yang basah oleh cairan najis Laras.

"Bersihkan Amma." Suruh Daniel.

Laras melahap kedua jari Daniel, mengenyotnya dengan gemas.

Tangan kiri Daniel menuntun kontolnya, diantara lipatan memek Laras yang sudah siap menerima terpedonya. "Apakah Amma mau berzina dengan keponakan Amma sendiri?" Goda Daniel, sembari menggesek-gesekkan kontolnya di depan bibir kemaluan Laras.

Laras terdiam sebentar sembari menggigit bibirnya. "Mau Tuan... Zinahi Amma sekarang? Ssttt... Jangan ragu Tuan, aku budakmu." Melas Laras, sembari menggoyangkan pinggulnya, mencari kontol Daniel.

"Bukankah zinah itu dosa Amma..." Bisik Daniel. "Apakah Amma mau menjadi seorang pendosa?" Pancing Daniel.

"Mau... Jadikan Amma pendosa."

Daniel menatap dalam wajah Laras, dengan perlahan ia mendorong pinggulnya, menekan kontolnya masuk ke dalam lobang surgawi milik Istri KH Hasyim. Tubuh Laras menegang, merasakan tusukan kontol Daniel.

Tangan kiri Daniel menangkup payudara Laras, sembari mengayunkan kontolnya, maju mundur, maju mundur.

"Aahkk... Aaahkk... Aahkk..." Desah Laras.

Semakin lama Daniel semakin cepat menyodok-nyodok memek Laras. "Oughk... Nikmat sekali! Aaahkk..." Lenguh Daniel, ia memilin puting Laras dengan gemas.

"Ughk... Tuan... Aahkk... Sodok lebih kencang..."

"Memek Amma peret banget... Kayak memek perawan, Ughk... Amma... Memek Amma bikin saya ketagihan." Racau Daniel yang semakin kencang menghentak-hentakkan kontolnya ke dalam lobang memek Laras.

Kedua kaki Laras melingkar di pinggang keponakannya, memeluknya dengan mesrah membuat birahi pemuda itu kian menggebu-gebu.

Daniel tidak mau kalah, ia meraih, memanggut bibir Laras. Menciumnya layaknya ia tengah mencium kekasihnya. Laraspun memberikan perlawanan yang tidak kalah ganas, ia menjulurkan lidahnya hingga mereka beradu lidah.

Tidak butuh waktu lama, Daniel kembali membuat Laras menggapai puncaknya. Tubuh indah wanita Soleha itu melejang-lejang, menumpahkan cairan cintanya. "Aaahkk.... Uhmmpss..." Lenguh Laras menikmati orgasmenya.

Danial melepas ciuman mereka, menatap wajah Laras yang tampak merona merah. "Gimana rasanya Amma? Enak..." Goda Daniel.

"Enak... Enak banget Tuan..." Lirih Laras.

"Masih mau lanjut?" Tanya Daniel, ia menyapu bibir merah Laras.

Dengan malu-malu Laras mengangguk. "I-iya masih mau Tuan... Ssttt... Memek saya masih gatal Tuan..." Aku Laras yang semakin berani mengekspresikan apa yang ia rasakan saat ini.

Tampak Daniel tersenyum senang mendengarnya, ia meminta Laras menungging, kemudian sedikit membuka cela kemaluan Laras yang kini sudah sangat basah itu. Dengan perlahan ia kembali menuntun kontolnya masuk ke dalam lobang memek Laras.

Tubuh Laras menegang, merasakan desakan kontol Daniel di dalam tubuhnya. "Aaahkk... Sstttt... Enaaak Tuaaan..." Racau Laras.

"Anggap saja ini bayaran untuk Amma, selama Amma mau mematuhi perintah saya, kontol saya akan selalu ada untuk Amma." Seloroh Daniel, sembari menghentak-hentakkan kontolnya di dalam lobang memek Laras.

Benturan selangkangan mereka berdua, membuat pipi pantat Laras tampak bergelombang, seperti ombak. Daniel membelai, meremas pantat Laras, sesekali ia juga menamparnya.

Laras tampak sangat menikmati setiap gesekan yang terjadi diantara kedua kelamin mereka.

"Aahkk... Aaaaahkk... Aahkk..."

Daniel meraih kedua tangan Laras, ia menariknya kebelakang. "Amaaa... Aaahkk... Memek Amma enak banget... Aaahkk..." Racau Daniel, yang semakin cepat menyodok-nyodok memek Haja Laras yang terasa semakin licin.

"Tuaaaan... Sstt... Terus... Aahkk..." Lenguh Laras, wajahnya tampak memerah nikmat.

Tubuh Laras yang bermandikan keringat tampak telonjak-lonjak nikmat, merasakan setiap sodokan kontol Daniel menghunus kuat kedalam lobang memek Laras, membuat memek Laras yang terasa penuh.

Rasa nikmat inilah yang membuat Laras akhirnya bertekuk lutut di hadapan Daniel. Sebagai seorang wanita, sudah sewajarnya kalau Laras ketagihan di setubuhi oleh keponakannya sendiri.

Tidak butuh waktu lama, Laras kembali mengerang panjang, menandakan kalau ia kembali mencapai puncaknya.

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr.....

Creeeetttssss... Creeettss... Creeettss...


*****


Nadia

Malam semakin larut, di saat semua orang terlelap, tampak seorang pria berjalan mengendap-endap masuk ke dalam sebuah rumah melalui jendela. Suasana dalam rumah itu tampak sepi, mengingat penghuninya telah tertidur lelap.

Pria asing itu memasuki sebuah kamar, tampak sepasang suami Istri yang tengah terlelap.

Sembari tersenyum sinis, pria itu diam-diam naik keatas tempat tidur, dan dengan cepat mendekap wajah seorang pria dengan sapu tangannya.

Pria itu terbangun, ia mencoba melawan tapi obat bius yang terdapat di sapu tangan tersebut, membuatnya tidak sadarkan diri.

Cukup lama Jamal tidak sadarkan diri, hingga akhirnya kesadarannya mulai pulih. Ia mengejap-ngejapkan matanya, menatap seorang pria mengenakan topeng yang tengah duduk di tepian tempat tidur di samping Istrinya Nadia yang tampak ketakutan.

Tangannya yang mengkilat berotot bergerak meraih baju tidur Nadia kemudian menariknya dengan keras hingga robek membuat kancing-kancingnya putus. Tampak terpampang sepasang bukit kembar yang begitu indah. Payudara Nadia yang sangat ranum dan padat terpampang jelas. Nampak sekali kalau wajah pria bertopeng itu terkesima.

Kini Jamal benar-benar tersadar, ia mendadak sangat takut. Segala kemungkinan bisa saja terjadi, mengingat pria yang ada di hadapannya saat ini adalah sosok pria yang akhir-akhir ini meneror pondok pesantren.

Sudah beberapa wanita yang menjadi korban kebiadaban pria tersebut.

Jamal yang panik hendak menghampiri pria tersebut, dan pada saat itulah Jamal tersadar kalau tubuhnya terikat.

"Eehmm... Eehmmm... Heeem..." Geram Jamal karena mulutnya yang juga tersumpal kain.

Pria bertopeng itu menoleh kearah Jamal yang tidak berdaya. "Sudah sadar? Hahaha..." Tawa pria bertopeng yang tampak senang melihat Jamal yang tidak bisa berbuat apa-apa di saat ia menikmati Istirnya nanti.

Pria bertopeng itu terus memandangi buah dada Nadia yang sangat sensual itu. Pelan-pelan dia membelai wajah cantik Nadia. Tangannya turun menyentuh tubuh Nadia yang sama sekali tak bisa menolak karena kaki dan tangannya yang juga terikat lakban.

Nadia terlihat sangat panik. Dia memejamkan matanya sambil mengeram, berusaha melepaskan dirinya.

“Hheehh.. Hheehh.. Heehh..”

"Percuma melawan, bukannya Ustadza sudah merasakannya?" Sindir Pria bertopeng di dekat telinga Nadia, membuat Nadia sangat geram.

Tentu saja Nadia tidak akan pernah lupa, kalau pria bertopeng itu pernah memperkosanya.

Mengingat kejadian malam terkutuk itu membuat Nadia mengeluarkan air matanya, ia menangis sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dan sentuhan pria bertopeng itu tidak berhenti sampai di situ saja. Air mata Nadia, membuat pria bertopeng itu semakin bersemangat menaklukkan Nadia. Telapak tangannya dengan tanpa ragu mengelus-elus dan kemudian meremas-remas buah dada Nadia.

Pemandangan tersebut benar-benar membuat darah Jamal menggelegak marah. Jamal harus berbuat sesuatu yang bisa menghentikan semua ini apapun risikonya. Yang kemudian bisa ia lakukan adalah menggerakkan kakinya yang terikat, menekuk dan kemudian menendangkan ke tepian ranjangnya.

Pria bertopeng itu kaget namun sama sekali tidak bergeming.

“Hey, brengsek. Mau ngapain kamu? Jangan macam-macam. Jangan ganggu istrimu yang sedang menikmati pijitanku,” Pria itu menghardik Jamal.

Dan benar saja, nyali Jamal langsung ciut. Jamal sadar ia tak mungkin bisa berbuat apa-apa lagi. Kini ia hanya bisa menggerutu, meratapi kejadian malam ini.

Dan yang terjadi berikutnya adalah sesuatu Yang benar-benar mengerikan. Pria bertopeng itu menarik robek seluruh pakaian tidur istrinya. Dia benar-benar membuat Nadia telanjang, kecuali celana dalamnya.

Lantas pria itu merebahkan tubuhnya, merapatkan tubuhnya disamping Nadia. Istri Jamal nampak bak rusa rubuh dalam terkaman serigala. Dan kini pemangsanya mendekat untuk mencabik-cabik dan menikmati tubuhnya.

Jamal hanya bisa mengeram marah, melihat perbuatan pria bertopeng kepada Istrinya. Dalam setengah telanjangnya Jamal kian menyadari betapa cantiknya Nadia, istrinya ini, betapa bagian-bagian tubuhnya menampilkan sensualitas yang pasti menyilaukan setiap lelaki yang memandangnya. Rambutnya yang terurai, membuat Nadia terlihat semakin seksi.

Payudaranya yang membusung ranum dengan pentilnya yang merah sebesar biji kacang terlihat sangat menantang. Perut dengan pinggulnya yang.. Uuhh.. Begitu dahsyat mempesona syahwat. Jamal sendiri terheran bagaimana ia bisa menyunting dewi secantik ini.

Tampak pria bertopeng itu menenggelamkan mukanya ke dada Nadia. Pria bertopeng itu menciumi dan menyusu Payudara Istri Jamal seperti bayi. Dia mengenyoti pentil istrinya yang nampaknya berusaha berontak dengan menggeliat-geliatkan tubuhnya yang dipastikan sia-sia saja.

Sementara Jamal hanya pasrah melihat Istrinya di lecehkan tepat di depan matanya.

Dengan gampang dia menjelajahkan moncong bibirnya ke sekujur tubuh Nadia. Dia merangsek menjilat-jilat dan menciumi ketiak istrinya yang sangat sensual itu.

Mulutnya menjarah dengan kenyotan, jilatan dan ciumannya pria bertopeng itu merangsek ke tepian pinggul Nadia dan kemudian naik ke perutnya. Dengan berdengus-dengus dan nafasnya yang memburu dia menjilati puser Nadia sambil tangannya menggerayang ke segala arah meremas dan nampak terkadang sedikit mencakar menyalurkan gelegak nafsu birahinya.

Perlahan tapi pasti, rontahan Nadia semakin melemah. Yang terdengar hanyalah gumamaman dan dengusan mulut Nadia yang tersumpal kain, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai ungkapan penolakannya.

Mungkin ketakutan serta kelelahannya membuat tenaganya mulai terkuras dan lumpuh. Sementara sang pria bertopeng terus melumati perutnya dan menjilat-jilat bagian-bagian sensual tubuhnya.

Kebringasan serta kebrutalan hasrat syahwat pria bertopeng itu semakin meroket ke puncak. Jelas akan memperkosa istrinya di depan suaminya. Dia bangun dari ranjang dan dengan cepat melepasi baju serta celana dekilnya. Pria itu menelanjangi dirinya, yang membuat Jamal terkesima.

Pria bertopeng itu memiliki postur tubuh yang sangat atletis dan menawan menurut ukuran tampilan tubuh lelaki. Dengan warna kulitnya yang coklat kehitaman berkilat karena keringatnya yang tampak terlihat di dadanya, otot lengannya, perutnya begitu kencang seperti atlit binaraga. Tungkai kakinya, paha dan betisnya sungguh serasi.

Yang membuat Jamal sangat terperangah adalah kemaluannya. kontol pria itu begitu mempesona. Muncul dari rimbun rambut kemaluan nya yang lebat.

Kontol pria bertopeng itu tidak hanya gemuk, tapi panjangnya juga di atas rata-rata kemaluan pria biasa pada umumnya, dan nampak sangat serasi dengan warna kulitnya yang hitam legam.

Dalam ketakutan dan panik istrinya Nadia melihat pria bertopeng itu bangun dan dengan cepat melepasi pakaiannya. Begitu pria bertopeng itu benar-benar telanjang Jamal melihat perubahan pada wajah dan mata istrimya. Wajah dan pandangannya nampak terpana, yang sebelumnya layu dan kuyu kini beringas dengan mata yang membelalak.

Mungkin karena ia sanking takutnya atau karena adanya ’surprise’ yang tampil dari sosok lelaki telanjang yang kini ada bersamanya diatas diranjang mereka.

Anehnya pandangannya itu seakan terpaku, hingga ekor matanya mengikuti kemanapun lelaki pria bertopeng itu bergerak.

Walaupun Jamal tak berani menyimpulkan secara pasti, tetapi menurut pendapat Jamal wajah macam itu adalah wajah yang diterpa hasrat birahi. Mungkinkah birahi Nadia bangkit dan berhasrat pada lelaki pria bertopeng itu? yang dengan brutal telah mengikat dan menelanjangi tubuhnya tepat di depan suaminya itu.

Melihat tatapan Istrinya, membuat Jamal terbakar api cemburu. Ia teringat dengan sebuah cerita tentang seorang Istri yang malah menikmati dirinya di perkosa pria lain.

Lelaki pria bertopeng itu turun dari ranjang dan merangkak di depan arah kaki Nadia yang terikat. Dia meraih kaki Nadia yang terikat dan mulai dengan menjilatinya. Lidahnya menyapu ujung-ujung jari kaki Nadia dan kemudian mengulumnya.

Jamal menyaksikan kaki Fatimah yang seakan disengat listrik ribuan watt. Kaget meronta dan melejang-lejang. Jamal tidak tau pasti, apakah itu gerak kaki untuk memberontak atau menahan kegelian syahwatnya. Sementara lelaki bertopeng itu terus menyerang dengan jilatan-jilatannya di telapak kakinya.

Secara bergantian pria bertopeng itu melakukannya pada kedua tungkai kaki istrinya untuk mengawali lumatan dan jialatan hingga menuju puncak nikmat syahwatnya.

“Pak Ustad, istrimu enak banget loh. Boleh aku zinahi ya? Boleh.. Ha ha. Aku zinahi strimu yaa..” Ledeknya, membuat hati Jamal membara.

Jamal yang tergolek seperti batang pisang tak berdaya hanya mampu menerawang dan menelan ludah mendengar ucapan pria bertopeng tersebut.

Namun ada yang mulai merambati dan merasuk ke dalam sanubarinya. Entah kenapa Jamal jadi ingin tahu, seperti apa wajah Istrinya saat kontol pria bertopeng itu nanti menembusi kemaluan Istrinya.

Dan keinginan tahuannya itu ternyata mulai membuatnya terangsang. Dalam ketidak berdayaannya, sembari memandangi ulah lelaki pria bertopeng itu di atas tubuh pasrah istrinya yang jelita kontolnya jadi menegang. Jamal mengalami ireksi.

Jama menyaksikan betapa pria itu merangsek ke Selangkangan istrinya. Dia menciumi dan menyedoti paha mulus Nadia hingga meninggalkan merah cupang di setiap jengkal kulitnya.

Namun yang membuat jantungnya berdegup kencang adalah geliat-geliat tubuh istrinya yang terikat serta desahan dari mulutnya yang terbungkam. Jamal sama sekali tidak melihatnya adanya perlawanan seorang yang sedang disakiti dan dirampas kehormatannya. Ia melihat Istrinya nampak begitu hanyut menikmati ulah pria tersebut.

Jamal memastikan bahwa Nadia telah tenggelam dalam hasrat seksualnya. Dia menggeliat-geliat dan menggoyang-goyangkan tubuhnya, terutama pinggul serta pantatnya. Nadia dilanda kegatalan birahi yang sangat dahsyat dan kini nuraninya terus menjemput dan merindui kenyotan bibir pria tersebut.

Jamal berusaha tetap berpikir positip. Bahwa sangat berat menolak godaan syahwat sebagaimana yang sedang dialaminya. Secara pelan dan pasti kontolnya sendiri semakin keras dan tegak menyaksikan yang seharusnya tidak ia saksikan.

Dan klimaks dari pergulatan perkosaan itu terjadi. Pria bertopeng itu menenggelamkan bibirnya ke bibir vagina Nadia. Dia menyedot dan mengenyoti clitoris Istri Ustad Jamal, dan menyeruakkan lidahnya menembusi gerbang kemaluannya.

Tak bisa di pungkiri, dalam kucuran keringat yang terperas dari tubuhnya Nadia menjerit dalam gumamannya.

Pantatnya semakin diangkatnya tinggi-tinggi. Dia nampak hendak meraih orgasmenya. Bukan main, karena biasanya sangat sulit bagi Nadia menemukan orgasmenya. Dan kali ini belum juga pria itu melakukan penetrasi, dia telah dekat pada puncak kepuasan syahwatnya.

Sedetik kemudian Nadia meraih orgasmenya. Creeettss... Creeettss... Creeettss... Dia mengangkat tinggi pantatnya dan tetap Diangkatnya hingga beberapa saat sambil melejat-lejat.

Nampak walaupun tangannya terikat jari-jarinya mengepal seakan hendak meremas sesuatu. Dan kaki-kakinya yang meregang mengungkapkan betapa nikmat syahwat sedang melandanya. Itulah yang bisa ditampilkan olehnya dikarenakan tangan serta kakinya masih terikat ke ranjang.

Dan sang pria bertopeng itu dengan cepat naik keatas tubuh Nadia, menindih tubuh istrinya, lalu menuntun kontolnya ke lubang vaginanya. Beberapa kali dia mengocok kecil sebelum akhirnya kemaluan yang lumayan besar dan panjang itu menembus dan amblas ditelan memek istrinya.

Pria bertopeng itu langsung mengayun-ayunkan kontolnya ke lubang nikmat yang sepertinya juga di nikmati oleh istrinya, dengan menggoyangkan dan mengangkat-angkat pantat dan pinggulnya agar kontol itu bisa menyentuh gerbang rahimnya.

"Eenggkk... Sssttt... Sssttt..." Desah Nadia.

Pria bertopeng itu menoleh kearah Jamal. "Memek Istrimu ini enak sekali! Aaahkk... Sempit kayak perawan." Ucap Pria tersebut, meledek ketidak berdayaan Jamal.

Jujur Jamal sendiri demikian terbakar birahi menyaksikan peristiwa itu. Khususnya bagaimana wajah istrinya dengan rambutnya yang berkeringat semawut jatuh ke dahi dan alisnya. Jamal tak mampu melakukan apa-apa untuk Melepaskan dorongan syahwatnya.

Genjotan pria bertopeng itu semakin cepat dan sering. Bisa di pastikan bahwa pria bertopeng itu sangat menikmati jepitan memek Nadia. Kontolnya yang semakin keras dan kaku nampak licin berkilat karena cairan birahi yang melumurinya nampak seperti piston diesel keluar masuk menembusi memek istrinya.

Jamal membayangkan betapa nikmat yang melanda istrinya. Dengan kondisinya yang tetap terikat di ranjang, pantatnya nampak naik turun atau menggeliat menimpali pompaan kontol pria bertopeng tersebut.

Sebentar lagi sperma pria bertopeng itu akan muncrat mengisi rongga kemaluan istrinya. Dan nampaknya istrinyapun akan segera mendapatkan orgasmenya kembali. Orgasme beruntun yang di dapat Istrinya yang tidak pernah di dapatkan oleh Nadia selama pernikahan mereka.

Saat-saat puncak orgasme serta ejakulasinya semakin dekat, lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Nadia dan tangannya meraih kemudian melepas lakban di mulut Nadia. Namun pria itu tidak memberinya kesempatan untuk teriak. Mulutnya langsung menyumpal mulut Nadia.

Jamal menyaksikan mereka berdua saling berpagutan. Dan itu bukan sebuah lumatan keterpaksaan. Nadia nampak menimpali lumatan bibir pria itu. Mereka tenggelam dalam nikmatnya pagutan. Dan...

Maling itu tiba-tiba melepas cepat pagutannya dan sedikit bangkit. Dia menyambar pisau dapur yang masih ada di dekatnya. Dengan masing-masing sekali sabetan kedua ikatan tangan Fatimah terbebas. Dan pisau itu langsung dilemparkannya ke lantai.

Tangan maling itu dengan cepat memeluk tubuh Nadia serta bibirnya kembali memagutinya. Dan tanpa ayal dan ragu begitu terbebas tangan Nadia langsung memeluk tubuh pria bertopeng itu.

Kini Jamal menyaksikan persetubuhan yang nyaris sempurna. Lelaki bertopeng itu bersama Nadia istrinya langsung tenggelam mendekati puncak syahwatnya.

Hingga akhirnya...

“Aarrcchh.. Cantikk.. Aku keluaarr.. Hhoohh.. Ampun enaknyaa..” Jerit Nadia.

Istrinya mendesis nikmat, dia kembali meraih orgasmenya. Dengan tangannya yang bebas dia bisa melampiaskan gelegak birahinya. Tangannya mencakar punggung pria bertopeng itu dan menancapkan kukunya. Nampak bilur sejajar memanjang di kanan kiri punggungnya merembes kemerahan.

Masih beberapa saat mereka dalam satu pelukan sebelum pada akhirnya pria bertopeng itu bangkit dan menarik kontolnya dari kemaluan istri Jamal.

Jamal dapat menyaksikan spermanya yang kental melimpah tumpah dan meleleh dari lubang vagina Nadia. Sesaat pria bertopeng itu melihat tubuh istrinya Nadia yang tampak lunglai.

Maling bertopeng itu turun dari ranjang, memakai celana dan kaosnya. Tidak sampai 2 menit sejak turun ranjang dia langsung keluar dan kabur meninggalkan sepasang suami istri tersebut yang tampak masih shock dengan kejadian yang baru saja menimpah mereka.

Jamal menghela nafas berat, ia tidak menyangkah kalau dirinya akan menyaksikan Istrinya yang menjadi korban pria bertopeng, bahkan ia menyaksikannya sendiri, melihat bagaimana pria itu menggauli Istrinya.

Tetapi Jamal masih sedikit bersyukur karena Putrinya Helena tidak terlibat dalam masalah ini.

Nadia nampak bengong sambil melihati Suaminya. “Maaf, maass.. Aku harus memuaskan nafsu syahwatnya agar dia tidak menyakiti Mas..” Nadia sudah siap dengan alibinya.

Jamal hanya diam, karena dirinya juga merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa ketika menyaksikan Istrinya di gauli pria bertopeng, bahkan ia malah menikmati Istrinya di perkosa oleh pria lain. Dan entah kenapa Jamal bisa memaklumi perbuatan Istrinya yang menikmati di perkosa oleh pria tersebut, karena memang postur tubuhnya serta kaliber kemaluannya tak mungkin mengimbangi milik pria bertopeng tersebut.

*****

"Maleeeng... Maleeeeng... Maleeeeng..."

Berbondong-bondong penghuni pesantren mengejar pria bertopeng yang baru saja selesai beraksi. Diantara rombongan tersebut, juga tampak Rayhan dan teman-temannya yang ikut mengejar pria tersebut.

Saat mendekati kediaman rumah KH Sahal, tiba-tiba secara mengejutkan pria bertopeng itu menghilang dari pandangan mereka.

"Kemana bajingan itu pergi." Umpat salah satu dari mereka.

"Cepet banget larinya."

"Tadi kayaknya dia lari ke sini, tapi kenapa sekarang dia menghilang."

"Jangan-jangan dia bisa ngilang lagi."

Selagi yang lain sibuk membahas hilangnya sang pria bertopeng, Rayhan memberanikan dirinya pergi ke rumah KH Sahal.

Setelah mengucap salam beberapakali, akhirnya ada yang keluar membukakan pagar untuknya, dan sosok itu adalah KH Sahal yang tengah memakai jubah kebesarannya berwarna putih. Ia menatap heran kearah Rayhan yang celingak celinguk memperhatikan halaman depan rumahnya.

Siapa tau pria bertopeng itu bersembunyi di sekitaran halaman depan rumah KH Sahal.

"Ada apa?"

Rayhan tegelagap. "Anu... Afwan Kiayi! Kami sedang mengejar pria bertopeng, tadi aku lihat ia mengarah ke sini, apa Kiayi melihatnya?" Tanya Rayhan sopan.

"Tidak... Saya tidak lihat." Jawab KH Sahal ketus.

Kemudian tanpa berkata-kata KH Sahal membanting pagar rumahnya. Secara tidak langsung ia mengusir Rayhan.

Pemuda itu berjalan menjauh, tetapi entah kenapa Rayhan merasa heran dengan sikap KH Sahal yang seakan tengah berusaha menutupi sesuatu, tetapi apa? Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Rayhan kembali berbalik, ia berjalan ke samping rumah KH Sahal menuju belakang rumah KH Sahal.

Dan tiba tiba..

Bruuuk...

Seseorang melompati pagar KH Sahal dari dalam kediaman KH Sahal.

"Lo... Kok." Bingung Rayhan.

Pria tersebut juga tidak kalah kagetnya melihat Rayhan yang berada di sana. Dengan cepat pria itu langsung mencoba lari, berusaha kabur dari Rayhan yang tentunya tidak akan tinggal diam, ia ikut berlari mengejarnya.

Hingga akhirnya mereka tiba di pinggir danau, tepat tidak jauh dari rumah KH Sahal.

"Kali ini kamu tidak akan bisa kabur." Lirih Rayhan.

"Ckckck... Sepertinya kamu belum jera juga." Ledek pria bertopeng itu sembari memasang kuda-kuda.

Rayhan merangsek maju, ia melakukan tendangan ke udara yang langsung mengarah kewajah pria bertopeng. Walaupun berhasil di blok, tetap saja tendangan Rayhan memberikan efek yang cukup menyakitkan.

Tidak mau kehilangan momentum, dengan gerakan memutar ia mencoba menerjang perut pria bertopeng itu.

Buuuk...

Tendangan Rayhan telak mengenai hulu hatinya, membuat pria tersebut ambruk keatas tanah.

Seakan tidak berefek, pria itu kembali berdiri, kini giliran dia yang menyerang. Beberapa kombinasi pukulan ia lepaskan kearah Rayhan, pukulan tersebut sangat cepat dan bertenaga, tetapi pemuda itu berhasil menangkisnya, dan sebagian lagi berhasil ia hindari.

Rayhan mundur kebelakang memberi jarak, sembari melepaskan pukulan jab kearah lawannya. Sejenak mereka berdua terdiam, sembari mengamati satu sama lain.

Rayhan kembali maju kedepan, ia menendang kesamping tubuh pria bertopeng, yang di susul pukulan hook kiri kewajah pria tersebut.

"Boleh juga." Ledek pria tersebut.

Pemuda itu tersenyum sinis. "Kali ini aku akan lebih serius." Ucap Rayhan.

Pria itu menyeruduk kedepan kearah Rayhan, kedua tangannya dengan cepat mengunci kaki Rayhan. Tanpa bisa berbuat apa-apa, Rayhan pasrah ketika tubuhnya di banting ke tanah. Tidak sampai di situ saja ia juga mengunci tubuh Rayhan.

Beruntung kali ini Rayhan sudah lebih dulu mengantisipasi serangan pria tersebut, sehingga ia bisa lolos dari kunciannya.

Seakan tidak mau kehilangan mangsanya, pria tersebut kembali menyeruduk Rayhan. Dengan cepat Rayhan mencondongkan bagian tubuh atasnya kedepan, dan menarik kebelakang kedua kakinya, menjauh dari jangkauan kedua tangan pria tersebut.

Sebagai balasan Rayhan, memeluk pinggang pria tersebut, dengan sekuat tenaga ia mengangkat tubuh pria itu lalu membantingnya dengan keras diatas tanah.

Bruuuk...

Suara dentuman terdengar cukup keras, ketika tubuh pria itu menghantam tanah.

Tidak sampai di situ saja, Berkali-kali Rayhan menerjang tubuh pria tersebut yang seakan tidak berdaya menerima setiap tendangan Rayhan.

"Aarrt..." Jerit pria itu.

Rayhan mencengkram leher pria tersebut, lalu menghantamkan pukulan tangannya beberapakali kewajah pria bertopeng itu, hingga tampak bercak darah yang merembes keluar dari topeng yang di kenakan pria tersebut.

Saat pria itu sudah tidak berdaya, barulah Rayhan menghentikan pukulannya.

"Akhirnya ketangkap juga... Hos... Hos... Hos..." Ujar Rayhan lega, sembari mengatur nafas. "Sekarang kita lihat, siapa kamu sebenarnya." Rayhan menarik penutup wajah yang di kenakan pria tersebut.

Tapi tiba-tiba seseorang menghampiri Rayhan, membuat pemuda itu urung membuka topeng yang menutupi wajahnya.

"Kamu gak apa-apa?" Tanya Daniel yang baru saja menyusul.

Rayhan mengangguk. "Gak apa-apa Ustad. Ini pelaku yang selama ini meresahkan pesantren kita." Ujar Rayhan, sembari menatap tajam kearah pria bertopeng yang sudah tidak berdaya itu.

"Kerja bagus... Sekarang kamu pergi panggil yang lain. Biar Ustad yang mengurus dia." Perintah Daniel sembari memperhatikan pria menyedihkan tersebut.

"Naam Ustad, saya permisi dulu."

Dengan sangat terpaksa Rayhan pergi meninggalkan pria bertopeng tersebut, walaupun sebenarnya Rayhan sangat penasaran siapa pria yang ada di balik topeng tersebut. Padahal tinggal sedikit lagi ia akan tau siapa sosok di balik topeng itu.

Rayhan bergegas memanggil yang lainnya, memberitahu mereka kalau pria bertopeng yang meresahkan pesantren selama ini telah berhasil di tangkap.

Berbondong-bondong mereka menuju lokasi Ustad Daniel yang menjaga pria tersebut.

Tetapi sesampainya di sana, mereka benar-benar di buat terkejut, di sana mereka hanya melihat Daniel yang terduduk sembari mengusap darah yang keluar dari bibirnya.

Rayhan terdiam membisu, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Pria bertopeng yang sudah di hajarnya habis-habisan itu bisa melarikan diri dalam keadaan tidak berdaya. Rasanya sulit sekali untuk mempercayainya.

"Maaf, saya kecolongan." Lirih Ustad Daniel.

Bukan hanya Rayhan, mereka yang ada di sana juga merasa sangat kecewa. Tetapi mau bagaimana lagi, mereka tentu tidak bisa menyalahkan Ustad Daniel yang lalai menjaga pria bertopeng tersebut, apa lagi saat ini Daniel juga terluka.

Seorang Ustad meminta yang lainnya untuk kembali mencari pria bertopeng yang berhasil melarikan diri. Sementara yang lainnya di minta untuk membantu Ustad Daniel.

Dan malam itu, lagi-lagi mereka gagal meringkus pria bertopeng.

Mungkinkah teror pria bertopeng akan kembali berlanjut? Dan ada berapa banyak lagi yang akan menjadi korbannya.

Bab 1 selesai...

*****

Mohon maaf saya baru bisa update sekarang, karena kesibukan yang tidak bisa di tinggal. Bab 1 sudah selesai, kita akan lanjut ke Bab 2.
Larasss 😍
Closing bab nya keren banget suhu 👍
 

Zaskia

22:00

Menjelang larut malam, tampak Zaskia tidak juga merasakan kantuk sama sekali, ia terus memikirkan hubungannya dengan Rayhan yang tidak kunjung menemukan titik temu. Zaskia merasa hampa tanpa hadirnya sosok Rayhan yang suka mengganggunya, tetapi ada ketakutan di dalam diri Zaskia, kalau ia tetap dekat dengan adiknya. Dirinya takut hubungan mereka yang terlalu dekat bisa menjadikan sebuah hubungan terlarang.

Zaskia mendesah pelan, matanya menatap kosong kearah layar televisi yang saat ini tengah menanyangkan sebuah berita nasional.

Apakah kamu yakin Zaskia, bisa hidup tanpa Rayhan? Apa kamu yakin, hidupmu akan berwarna seperti saat ada Rayhan di sisimu?

"Aku tidak bisa." Lirih Zaskia sembari menggenggam tangannya sendiri.

Tapi bagaimana caranya mengembalikan hubungan kami yang runyam ini?

"Aasrrtt..." Zaskia mengucek-ngucek kepalanya sendiri, ia terlihat stress dengan masalah yang saat ini sedang ia hadapi.

Sanking stresnya ia tidak menyadari kehadiran Rayhan yang berjalan mendekatinya. "Kak." Panggil Rayhan, ia duduk di samping Zaskia yang tampak salah tingkah.

"Ya, kenapa Dek."

"Kakak marah ya..." Bisik Rayhan.

Zaskia menoleh sebentar, kemudian ia kembali menatap layar tv.

Pemuda itu sadar betul apa yang membuat Kakaknya menjadi berubah. Dan Rayhan sungguh sangat menyesal karena telah mencoba untuk mencabuli Kakaknya tempo hari. Andai ia bisa menahan diri, hubungannya dengan Kakak iparnya mungkin akan baik-baik saja sampai detik ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur, dan Rayhan tengah berusaha memperbaikinya.

"Apa kamu tau letak kesalahan kamu?" Lirih Zaskia, ia menunduk menatap ujung kakinya. "Kenapa Dek?" Suara Zaskia bergetar, antara kecewa dan malu.

"Maaf Kak, aku... Aku khilaf!" Jawab Rayhan.

Zaskia menggigit bibirnya, menguatkan hatinya untuk segera mengambil sebuah keputusan yang menurutnya buruk dari yang terburuk. "Khilaf... Setiap hari kamu bangun kesiangan, kamu bilang itu khilaf." Zaskia memandang adiknya sembari menggembungkan kedua pipinya dengan tatapan manja, membuatnya terlihat manis.

"Eh..." Rayhan terdiam.

Jawaban Zaskia sungguh di luar dugaan, Rayhan pikir Kakaknya akan membahas masalah dirinya yang kemarin nekat hendak mencabulinya. Atau jangan-jangan, Kakaknya memang tidak ingin membahas kejadian kemarin.

"Kalau Kakak nasehatin tuh denger." Tiba-tiba Zaskia menjewer kuping Rayhan.

"Adu... Du... Iya Kak! Ampun." Rengek Rayhan, sembari memegangi tangan Zaskia yang tengah menjewer kupingnya. "Udah Kak, sakit..." Melas Rayhan lagi.

"Makanya jangan nakal." Omel Zaskia.

Rayhan mengelus-elus kupingnya, sembari tersenyum kearah Zaskia. "Jadi aku di maafin ni Kak." Harap-harap cemas Rayhan.

"Di maafin tapi ada satu syarat?"

"Ya, kok pake syarat." Lirih Rayhan mendumel.

Zaskia melipat kedua tangannya, bersiap mengomeli Adiknya. "Mau di maafin gak? Atau mau Kakak jewer lagi." Ancam Zaskia.

"Iya, iya, apa syaratnya."

"Mulai besok kamu harus bangun sendiri, Kakak gak akan bangunin kamu lagi." Ucap Zaskia dengan mimik wajah yang serius. Rayhan yang mendengar ucapan Zaskia merasa kecewa, karena itu artinya dia sudah tidak bisa lagi bermesra-mesraan dengan Kakak Iparnya.

Senyum sumringah yang tadi tergambar di wajahnya mendadak hilang. "Iya Kak, mulai besok aku akan bangun pagi." Janji Rayhan, ia sadar apa yang telah ia perbuat kemarin pagi sudah sangat keterlaluan.

"Janji..." Zaskia menyodorkan jari kelingkingnya.

Rayhan tersenyum sembari mengikat jari kelingkingnya dengan jari kelingking Zaskia. "Janji..." Jawab Rayhan mantab.

"Berarti mulai besok gantian kamu yang harus membangunkan Kakak." Lanjut Zaskia, dan lagi-lagi membuat Rayhan kebingungan. Apakah itu artinya mereka masih bisa bermesraan? Sebenarnya apa yang di inginkan Zaskia dari Rayhan?. "Denger gak..." Zaskia mencubit perut Adiknya yang membuat Rayhan tersadar.

"Aduh... Eh iya Kak." Kaget Rayhan.

Cubitan Zaskia turun kebawah, menuju selangkangan Rayhan. "Kakak gak akan bangun, sampe kamu bangunin Kakak." Ancam Zaskia.

"Aduh... Eh iya Kak." Rengek Rayhan.

Dengan lembut Zaskia meremas kemaluan Rayhan. "Sakitkan? Ini hukuman buat Adek nakal." Katanya, dengan suara mendayu. Mendengar hal tersebut tentu saja membuat Rayhan senang.

Sebagai ungkapan rasa sayangnya, Rayhan memeluk pinggang ramping Kakaknya, dan pada saat bersamaan jemari Zaskia menyusup masuk ke dalam celana boxer Adiknya, ia menggenggam, mengurut batang kemaluan Adiknya.

Rasanya Rayhan sangat merindukan sentuhan tersebut, walaupun baru satu hari ia tidak merasakannya.

"Ssttt... Kak! Adek sayang Kakak." Bisik Rayhan.

Jemari telunjuk Zaskia mengusap cairan pelumas yang mengambang di ujung kepala penis Rayhan. "Kakak juga sayang Adek..." Jawab Zaskia dengan berbisik.

"Maafin aku ya Kak." Ucap Rayhan tulus.

Zaskia mengerti kemana arah ucapan adiknya. "Kamu gak salah sayang, karena... karena... Kakak juga menginginkannya, hanya saja Kakak lebih suka melakukannya dengan cara ini." Aku Zaskia seraya memejamkan matanya ketika merasakan sentuhan lembut di payudaranya. "Dek... Ssttt... Jangan nakal lagi ya..." Bisik Zaskia.

"Iya Kak... Aduh... Aahkk... Sakit Kak... Ampun... Aku gak akan nakal lagi." Desah Rayhan di selingi dengan beberapa kalimat drama.

Zaskia semakin cepat mengocok kontol Adiknya. "Makanya jangan bandel." Omel Zaskia, sembari memanjakan kontol Rayhan dengan tangannya.

"Kak... Ssttt... Kak..." Desah Rayhan, tubuhnya menegang, menandakan kalau ia hampir sampai.

Sadar kalau Adiknya hampir klimaks, Zaskia semakin mempercepat kocokannya, hingga akhirnya. Croooottss... Croootss... Croooottss... Sperma Rayhan meluber di jemarinya.

Sejenak suasana mendadak hening, mereka berdua saling pandang, dan sedetik kemudian Rayhan memberanikan diri mengecup mesra bibir Kakaknya. Zaskia memejamkan matanya, membiarkan Rayhan mengulum bibir merahnya.

"Adek sayang Kakak." Lirih Rayhan.

Zaskia tersenyum. "Kakak juga sayang Adek... Jangan bandel lagi." Nasehat Zaskia, ia tidak ingin adiknya memperlakukan dirinya seperti hari itu.

"Janji Kak."

"Sana kamu tidur, nanti besok kamu malah jadi kesiangan! Ingat ya, besok jangan lupa bangunin Kakak." Ujar Zaskia mengingatkannya, dan tentunya Rayhan tidak akan lupa.

"Siap bos."

*****


Farah

05:30

Seperti biasa, selesai shalat subuh KH Shamir di sibukkan dengan membaca kitab, mengulangi hafalannya, walaupun semua ayat-ayat yang ada di dalam kitab tersebut sudah berada di luar kepalanya sanking khatam nya. Tetapi walaupun begitu, KH Shamir yang rendah hati tetap masih belajar dan mau mengulangi pelajarannya.

Ketika ia sedang khusuk-khusuknya, Farah menghampiri KH Shamir sembari membawa segelas kopi hangat untuk mertuanya itu.

"Ini Bi, kopinya." Farah meletakan segelas kopi itu di atas meja.

KH Shamir mengangkat wajahnya. "Terimakasih Nak... Kopinya." Lirih KH Shamir dengan raut wajah tegang, menatap menantunya.

Tepatnya KH Shamir tengah menatap bagian dalam kerah leher gaun yang di kenakan Farah saat ini.

Tampak sepasang pepaya muda menggantung indah di balik gaun yang di kenakan Farah. Puting yang besar berwarna kemerah-merahan, mengintip malu-malu di balik gaun tidurnya yang seksi.

Gleeek...

Mata keriput KH Shamir seakan tidak mau berkedip, memandangi penampilan Farah pagi ini yang terlihat sangat seksi.



Gaun tidur sutra dengan motif plain yang di kenakan Farah terlihat seksi di mata KH Shamir. Layaknya seorang pria normal, sudah sewajarnya kalau KH Shamir yang notabenenya seorang duda menjadi terpesona dengan penampilan menantunya itu.

"Abi..." Panggil Farah.

KH Shamir tersentak sadar. "Astaghfirullah..." Shamir mengusap wajahnya, menenangkan dirinya atas kekhilafannya barusan.

"Kenapa Bi? Abi sakit..." Farah duduk di samping mertuanya.

"Eng... Enggak apa-apa kok Nak Farah." Jawab KH Shamir terbata-bata. Dirinya sangat gugup saat ini, berada di dekat seorang wanita seksi, yang tak lain adalah menantunya sendiri.

Godaan seakan tidak mau berhenti sampai di situ saja. Tiba-tiba Farah menarik tangan KH Shamir, dan meletakan tangannya diatas pangkuannya. "Abi kayaknya kecapean." Ujar Farah, sembari memijit lengan KH Shamir.

"Ehm... Ya, mungkin karena lagi banyak kerjaan."

"Abi banyak-banyak istirahat ya, kalau nanti Abi sakit siapa yang repot?" Farah tersenyum manis, membuat KH Shamir semakin salah tingkah. "Kalau Abi butuh bantuan, bilang aja sama Farah, pasti Farah bantu." Sambungnya, ia tersenyum penuh arti.

"Iya Nak Farah, terimakasih ya."

"Sama-sama Bi." Jawab Farah, sembari memijit lengan KH Shamir.

Diam-diam KH Shamir memperhatikan belahan dada Farah yang mengintip malu-malu di balik gaun tidur menantunya.

Sejenak KH Shamir teringat kejadian beberapa hari yang lalu, sebuah kejadian yang membuat KH Shamir benar-benar shock di buatnya. Sebenarnya KH Shamir sudah berusaha melupakannya, dan menganggap kejadian tersebut tidak ada. Tetapi penampilan Farah hari ini, mau tidak mau mengingatkannya dengan kejadian malam itu, ketika dirinya memergoki Farah masturbasi sembari menyebut namanya.

Apa mungkin dia sengaja melakukannya? Bisik hati KH Shamir.

KH Shamir sadar kalau menantunya ini sangat cantik, dan beberapa kali ia tergoda. Seandainya KH Shamir hanyalah pria biasa, mungkin ia akan membalas godaan Farah. Tapi dia seorang kiyai, tidak sepatutnya dia membiarkan kedekatan mereka semakin intim.

Bagaimanapun juga Farah adalah menantunya, ia harus bisa bersikap tegas terhadap menantunya itu, agar tidak menimbulkan kekhilafan.

"Astaghfirullah.... Maaf Nak Farah." KH Shamir menarik tangannya.

Farah tampak bingung melihat reaksi Mertuanya. "Ada apa Abi?" Tanya Farah, menatap KH Shamir yang hanya menundukkan wajahnya.

"Maaf Nak Farah, apakah Nak Farah bisa ganti pakaian dulu?" Pinta KH Shamir.

"Emang kenapa dengan pakaianku Abi? Ada masalah?" Tanya Farah, sembari memperhatikan pakaiannya.

"Nak Farah, kita ini bukan muhrim, rasanya tidak pantas Nak Farah mengenakan pakaian seperti itu, bagaimanapun juga Abi seorang laki-laki, dan Nak Farah seorang perempuan." Nasehat KH Shamir kepada menantunya.

Farah menggeser duduknya. "Maaf Abi, kalau Farah terlihat murahan di depan Abi." Farah berkata Lirih dengan tatapan sedih.

"Bukan itu maksud Abi."

"Gak apa-apa kok Abi, kalau Abi tidak suka Farah di rumah ini, Farah akan pergi." Dengan punggung tangannya Farah mengusap air matanya. "Abi jaga kesehatan ya." Sambung Farah, membuat KH Shamir jadi merasa sangat bersalah.

"Astaghfirullah... Abi tidak bermaksud seperti itu Nak!" KH Shamir mencoba menjelaskan maksud dari ucapannya barusan.

"....." Farah terdiam sembari terisak.

"Nak Farah dengarkan dulu! Maksud Abi berkata seperti itu, bukan karena Abi membenci nak Farah. Abi sangat sayang sama nak Farah, tapi bagaimanapun juga Abi seorang laki-laki dewasa dan Nak Farah seorang wanita dewasa, kalau Nak Farah memakai gaun terbuka seperti itu bisa membuat Abi bersyawat." Aku KH Shamir, mencoba menjelaskan maksud ucapannya agar Farah tidak tersinggung.

"Emangnya kenapa kalau Abi bersyahwat sama Farah? Apa yang salah?" Bela Farah.

KH Shamir tampak menghela nafas. "Kamu menantu Abi, Istri dari anak Abi." Tegas KH Shamir kepada Farah.

"Apa Farah salah menggap Abi seperti orang tua Farah sendiri? Apa Farah salah ingin berbakti kepada orang tua sendiri." Sengit Farah, mendebat ucapan Mertuanya.

"Tidak ada yang salah, yang salah itu Abi." Lirih KH Shamir.

Farah membuang wajahnya ke samping. "Salah kenapa? Karena Abi bersyahwat sama Farah?" Tanya Farah manja.

"Iya." Aku KH Shamir.

"Salah benarnya itu tergantung sama Farah! Dan bagi Farah Abi tidak salah, dan Abi tidak akan pernah salah di mata Farah." Tegas Farah sembari beranjak dari duduknya, ia menatap KH Shamir dengan sedih, kemudian beranjak pergi dari hadapan KH Shamir.

Sementara Kh Shamir hanya bisa mematung, memandangi menantunya yang pergi begitu saja, meninggalkan dirinya dengan perasaan campur aduk, yang sulit di mengerti oleh KH Shamir.

*****



Zaskia

Zaskia yang sudah bangun lebih dulu tampak gelisah menunggu Rayhan yang tidak kunjung ke kamarnya untuk membangunkan dirinya. Zaskia sudah menduga, adiknya itu pasti tidak akan bangun, membuat Zaskia sangat kecawa.

Tetapi dugaan Zaskia ternyata salah, tiba-tiba ia mendengar suara pintu yang terbuka.

Detak jantung Zaskia berdegup kencang, dirinya mendadak gugup. Kepanikan semakin di rasakan Zaskia ketika ia mendengar langkah kaki yang semakin mendekatinya.

Tempat tidurnya sedikit bergoyang ketika Rayhan duduk di sampingnya. Berulangkali Zaskia menghela nafas.

"Kak..." Rayhan menggoyangkan lengan Zaskia.

Zaskia tidak bergeming, ia tetap diam, menunggu aksi yang lebih berani dari adiknya. "Bangun Kak, nanti kesiangan aku yang di marahin." Omel Rayhan, sembari mengguncang-guncang tubuh Zaskia.

"Bentar lagi!" Zaskia menarik selimutnya lebih tinggi.

Jujur Zaskia sangat gugup saat ini, di sisi lain ia menginginkan kenakalan Rayhan, tapi di sisi lain ia juga merasa berdosa kepada Suaminya yang telah mempercayakan dirinya bersama Rayhan.

Sejenak Rayhan terdiam, ia tersenyum kecil menatap Kakak Iparnya yang tengah memejamkan matanya.

"Astaghfirullah... Bangun Kak." Suruh Rayhan lagi sembari menyandarkan punggungnya di sandaran tempat tidur Kakaknya.

Lagi Rayhan terpaku memandangi wajah cantik Kakak iparnya, bibir merahnya seakan mengundang untuk di sentuh. Walaupun sempat ragu, tetapi Rayhan memberanikan dirinya menyentuh wajah cantik Kakaknya, membelai hidungnya, hingga turun menujur bibir merah Zaskia.

Tubuh Zaskia terasa merinding, saat jemari Rayhan membelai lembut wajahnya, mengelus bibirnya yang indah.

Perlahan Zaskia membuka mulutnya, sehingga jemari Rayhan bisa masuk ke dalam mulutnya. Lagi tubuh Zaskia merinding, ketika jemarinya membelai lidah Zaskia yang terasa lembut.

"Kak..." Panggil Rayhan lagi.

Zaskia mengulet sebentar, tetapi tidak ada tanda-tanda Zaskia akan bangun.

Rayhan menarik perlahan selimut yang di kenakan Zaskia. Mata Rayhan membeliak saat selimut yang di kenakan Zaskia, tidak lagi menutupi tubuh indahnya. Tampak pagi ini Zaskia mengenakan sebuah lengerie berwarna hitam yang sangat tipis hingga membuatnya transparan.



Jangan di lihat Dek... Ya Tuhan... Aku malu... Aku malu... Jerit hati Zaskia, tapi anehnya ia malah semakin basah.

Berulang kali Rayhan menelan air liurnya, menatap payudara Zaskia yang berukuran 34DD, yang membayang di balik gaun tidurnya yang seksi. Ukuran payudara Zaskia yang besar, mengingatkannya dengan Kimi Hime salah satu YouTubers game favoritnya.

Sembari memejamkan matanya, Zaskia menggigit bibir bawahnya. Ia tau keputusannya mengenakan lingerie seksi sangatlah berani, tetapi mau bagaimana lagi, hatinya menginginkan Adiknya untuk melihat dirinya dari sisi yang berbeda.

Rayhan bukan main senangnya, melihat penampilan Zaskia yang begitu menggoda. Ia tau kalau Kakaknya sengaja memakai gaun tidur seksi untuk dirinya.

"Kak..." Lirih Rayhan dengan suara berat.

Mata pemuda itu menelusuri lekuk tubuh Zaskia yang indah di balik lingerie, matanya berhenti tepat di sebuah bukit kecil yang di tutupi kain berbentuk segitiga kecil yang juga berwarna hitam.

Zaskia menekuk lututnya keatas, seakan ingin memperlihatkan keindahan pahanya.

"Bangun Kak... Sudah siang." Pinta Rayhan. Telapak tangannya menjamah pelan payudara Zaskia, ia meremasnya dengan lembut membuat tubuh sang dara cantik menggeliat.

Tidak sampai di situ saja, Rayhan semakin berani menyentuh, memilin lembut puting Zaskia yang sudah menegang.

"Aahkk... Sstttt... Eehmm..." Desah Zaskia, ia tampak mulai gelisah.

"Kak..." Panggil Rayhan lagi.

Tetapi kali ini Zaskia memutuskan untuk bangun. "Sebentar lagi Dek, masih ngantuk." Rutuk Zaskia, pura-pura marah karena Rayhan mengganggu tidurnya. Kemudian Zaskia bangkit sebentar dan kemudian bergeser mendekat, membaringkan kepalanya diatas perut Rayhan.

Ya Tuhan, kenapa kamu semakin berani Zaskia?

"Nanti kalau sampe kesiangan jangan salahkan aku ya." Omel Rayhan.

Zaskia tidak mengubrisnya, ia meletakan tangannya diatas paha Rayhan, membelainya hingga ke selangkangan Rayhan. Dengan lembut Zaskia membelai kontol Rayhan yang telah berdiri tegang di balik celananya.

Besar sekali kontol kamu Dek... Gumam Zaskia di dalam hati.

Seakan tidak mau kalah dari Kakaknya, Rayhan mulai membelai tubuh Kakaknya, dari punggung hingga ke pinggulnya, lalu turun ke pantat Zaskia. Remasan-remasan kecil Rayhan, membuat tubuh Zaskia bergetar nikmat. Pok... Pok... Pok... Berulang kali Rayhan menepuk pantat Zaskia.

"Kak..."

"Aahkk... Stttt... Eeehmm..." Desah Zaskia, pantatnya bergoyang pelan, ketika Rayhan menggosok-gosok memeknya dari luar g-string yang ia kenakan.

Rayhan menarik tali g-string tersebut keatas, lalu menggerakannya naik turun, hingga bibir kemaluan Zaskia bergesekan dengan g-string yang ia kenakan, membuat kemaluannya semakin banyak memproduksi lendir.

Tidak... Jangan lakukan itu Zaskia. Jerit Zaskia saat jemarinya dengan perlahan menarik celana pendek adiknya.

Gleeeek... Zaskia sampai menahan nafas, melihat kontol Rayhan yang jaraknya hanya beberapa centi dari wajahnya. Karena tidak tahan, Zaskia nekat menggenggam kontol Rayhan, ia mengurutnya, membelai kontol Rayhan yang entah sudah berapa kali ia lakukan.

Zaskia menggigit bibirnya saat melihat cairan bening di ujung lobang kontol Rayhan. Entah kenapa ia merasa sangat penasaran ingin mencicipinya.

Gimana ya rasanya? Apa aku jilat aja... Tidak... Tidak... Jangan lakukan itu, tapi...

Lidahnya terjulur, dengan ujung lidahnya ia menjilati cairan tersebut. Asin... tapi nikmat, membuat Zaskia tidak bisa berhenti. Lidahnya mulai menjilati sebagian batang kontol Rayhan yang mampu di jangkau lidahnya, layaknya ia sedang menjilati sebatang es cream.

Tentu saja Rayhan menikmatinya, dan perbuatan Zaskia membuat Rayhan makin berani. Ia menyampirkan tali g-string Zaskia ke samping, lalu dengan lembut ia membelai bibir kemaluannya Zaskia dengan jarinya, hingga ia dapat merasakan hangatnya cairan cinta Zaskia.

Wajah Zaskia merona merah, ini kali pertama memeknya di sentuh oleh pria lain, dan parahnya lagi saat ini ia sudah sangat basah.

"Sstttt... Ehmmm.... Hah... Hah..." Lenguh Zaskia.

Jemari Rayhan menyapu anak rambut Zaskia yang menutupi wajahnya, sehingga ia dapat melihat lidah Zaskia yang tengah menjilati kontolnya.

Mata Zaskia terpejam saat merasakan jari telunjuk Rayhan menusuk masuk ke dalam cela sempit memeknya yang terasa hangat dan menjepit itu. Bahkan Rayhan dapat merasakan kedutan memek Zaskia di jarinya.

Ingin rasanya Zaskia melompat pergi seperti yang di lakukannya tempo hari, tetapi anehnya ia seakan tidak punya tenaga untuk menolak sentuhan jemari adiknya.

Apa yang kamu lakukan Dek! Sssttt... Ya Tuhan... Aaahkk... Kenapa enak sekali... Aku tidak bisa... Tidak bisa...

Zaskia membuka mulutnya melahap kontol Rayhan. Deg... Zaskia seakan baru tersadar saat kontol Rayhan sudah berada di dalam mulutnya. Aku mengulumnya... Lirih Zaskia, ia mencoba berhenti, tapi yang terjadi ia malah menghisapnya.

Jangankan Zaskia, Rayhan pun sangat terkejut dengan apa yang di lakukan Kakaknya. Rayhan tidak menyangkah kalau Kakaknya akan berbuat sampai sejauh itu.

Tubuh Rayhan menegang, saat kontolnya di hisap oleh Kakaknya.

Sembari menikmati kuluman Kakaknya, Rayhan semakin bersemangat menyodok-nyodok lobang peranakan Kakaknya yang semakin basah, sesekali ia beralih ke clitoris Zaskia yang mulai membengkak merah.

"Aaahkk... Sluupss... Sluuuppsss... Eehmmppss... Sluuuppsss..." Desah Zaskia, di sela-sela memanjakan kontol Rayhan dengan mulutnya.

Jemari Rayhan semakin cepat mengocok-ngocok memek Kakaknya, membuat Zaskia makin keenakan oleh kocokan jemari Rayhan. Pinggulnya tersentak-sentak, menggeliat, meliuk-liuk keenakan, sementara cairan cintanya membanjir semakin banyak membasahi tempat tidurnya.

"Eenggkk..." Zaskia melenguh panjang, sembari memuntahkan cairan cintanya.

Creeeetttss... Creeettss... Creeettss...

Rayhan mencabut jemarinya yang di penuhi oleh cairan cinta Zaskia.

Seakan tidak mau kalah dari Adiknya, Zaskia semakin intens menghisap, menjilati kontol Rayhan, dengan di selingi kocokan jemarinya di batang kemaluan Rayhan yang terasa semakin hangat. Tiba-tiba... Croooottss... Croootss... Croootss... Zaskia yang tidak siap, terpaksa menerima sperma Rayhan di dalam mulutnya.

Ya Tuhan... Aku menelannya. Jerit hati Zaskia.

Zaskia memejamkan matanya, ia benar-benar tidak mengerti kenapa ia bisa melakukannya sampai sejauh itu. Bahkan ia sampai menelan sperma Rayhan. Dan anehnya, ia sama sekali tidak merasa jijik ketika sperma Rayhan tertelan olehnya.

Suasana mendadak hening, perasaan Zaskia saat ini benar-benar campur aduk, antara bahagia, puas, dan rasa bersalah yang membuncah di hatinya. Bayangan wajah Suaminya seakan menari-nari di kelopak matanya, tetapi semuanya sudah terlambat, dirinya sudah melakukan oral sex dengan Adiknya.

Haruskah dia marah atas apa yang terjadi saat ini? Atau...

"Kak bangun..." Panggil Rayhan memecah keheningan.

Zaskia menggeliat, pura-pura bangun dari tidurnya. "Isstt... Adek, ganggu orang lagi enak tidur aja." Omel Zaskia.

"Sudah jam 6 Kak." Omel Rayhan.

"Hah... Serius?" Ujar Zaskia kaget, ia beranjak duduk sembari melihat jam di dinding kamarnya. "Astaghfirullah... Adek, kita jadi gak shalat lagikan?" Omel Zaskia.

"Ehmmm..." Rayhan menggaruk-garuk kepalanya. "Yang gak bangun-bangun siapa, yang di salahin siapa?" Rutuk Rayhan.

"Oh... jadi menurut kamu Kakak yang salah."

Rayhan menggelengkan kepalanya. "Eh... Enggak-enggak aku yang salah." Ucap Rayhan, dengan raut wajah pura-pura ketakutan melihat Kakaknya.

"Bagus... Bagus... Udah ah, Kakak mau mandi dulu." Ucap Zaskia sembari tersenyum manja, dia seperti anak remaja yang tengah di mabuk asmara.

Ia turun dari tempat tidurnya, berdiri dan hendak keluar kamar. Tapi tiba-tiba tubuh Zaskia limbung hingga ia kembali terjatuh. Dan Bleeesss.... Sesuatu yang besar tiba-tiba menancap ke dalam lobang memeknya.

Kontol Rayhan? Gumam hati Zaskia.

Rayhan terdiam membisu, ia tidak percaya kalau saat ini Kakaknya tengah duduk diatas pangkuannya, dan parahnya kontol Rayhan tidak sengaja menusuk memek Kakaknya.

"Ya Tuhan." Jerit kecil Zaskia.

Wanita Soleha itu dapat merasakan, betapa panjang dan gemuknya kontol Rayhan, hingga membuat memeknya terasa begitu penuh. Sesuatu yang tidak pernah ia rasakan ketika sedang bercinta dengan Suaminya.

Secara naluri Rayhan perlahan memeluk perut Kakaknya. "Kakak gak apa-apa?" Tanya Rayhan, suaranya terdengar berat, menahan gejolak birahi yang membuncah di sanubarinya.

"Sstttt... Gak apa-apa!" Lirih Zaskia bingung.

Ya Tuhan apa yang harus kulakukan? Kontol Rayhan ada di dalam memekku saat ini.

Hati Zaskia menjerit, dia tau apa yang harus ia lakukan saat ini, tetapi tubuhnya seakan menolak menuruti jeritan hatinya, membuatnya menjadi serba salah, antara harus menuruti kemaluan tubuhnya, atau hatinya.

Zaskia mencoba bangkit, tapi baru terangkat sedikit, pantat Zaskia kembali jatuh keatas selangkangan Rayhan. "Aahkk..." Jerit Zaskia, merasakan hentakan kontol Rayhan menembus rahimnya.

Kedua kakinya terasa kehilangan tenaga, Zaskia juga tidak mengerti kenapa bisa seperti itu. Tubuhnya terasa sangat lemas.

"Kakak gak apa-apa?" Tanya Rayhan pelan, pemuda itu juga terlihat panik.

Zaskia memejamkan matanya, ia tidak bisa bohong kalau tusukan kontol Rayhan membuat memeknya terasa penuh dan nikmat. "Ssttt... Badan Kakak lemes Dek... Ughkk..." Desah Zaskia, ia sedikit menggerakkan pinggulnya.

"Kakak istirahat dulu aja ya, jangan di paksa." Bisik Rayhan, ia tidak tau harus mengatakan apa lagi. Reflek tangan kirinya naik keatas, menjamah payudara Zaskia.

Berdiri Zaskia... Lawan nafsumu, kamu wanita Soleha bukan wanita murahan, jangan kalah oleh nafsumu. Ingat suami kamu Zaskia, ingat...

Zaskia... Zaskia... Bukan kemauan kamu, dan bukan salah kamu. Kenapa kamu harus merasa bersalah kepada Azzam? Coba kamu rasakan Zaskia, kontol Rayhan jauh lebih panjang dan lebih besar di bandingkan milik Suamimu, apa kamu yakin ingin melewatkan momen ini? Yakin kamu tidak akan menyesal?


Batin Zaskia bergejolak, terjadi peperangan yang luar biasa di dalam hatinya saat ini, antara ingin segera menghentikan perzinahan mereka sekarang, atau tetap meneruskannya.

Kembali bayangan wajah Suaminya melintas di dalam ingatannya, bayangan Suaminya ketika mereka sedang bercinta.

Maafkan aku Mas...

Kedua telapak tangan Zaskia meremas paha Adiknya, dengan perlahan ia menarik pinggulnya, lalu menurunkannya lagi. "Aaahkk..." Lenguh nikmat Zaskia merasakan kemaluannya yang kini terasa penuh oleh sumbatan kontol Rayhan.

Jangan lakukan itu Zaskia... Jangaaan... Sadar Zaskia... Lawan nafsunya. Hati Zaskia menjerit tak karuan.

Bukan main kagetnya Rayhan dengan apa yang di lakukan oleh Kakaknya. Gerakan perlahan naik turun yang di lakukan Zaskia, membuat permukaan luar kulit kemaluannya bergesekan dengan dinding vagina Kakaknya yang terasa hangat dan legit.

Nafas Rayhan memburu, tubuhnya menegang menikmati setiap gesekan yang terjadi diantara kedua kelamin mereka.

"Kak..." Lirih Rayhan tidak percaya.

Zaskia menggigit bibirnya, ia sangat malu, tapi tubuhnya tidak mau berhenti. "Sssttt... Aaahkk... Aaahkk..." Desah Zaskia di tengah gerakan pantatnya yang tengah naik turun diatas selangkangan tubuh Rayhan.

Tubuh indah Zaskia tampak menegang hebat, ia merasakan badai orgasme akan segera menggulung dirinya. "Eeengkk...." Zaskia meringkik, saat orgasme itu tak bisa ia hentikan.

Creeeetsss... Creeeett... Creeettss...

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr....


Mulut Rayhan menganga lebar saat merasakan hangatnya lendir cinta Zaskia yang kini tengah menyelimuti kontolnya.

Sejenak suasana mendadak hening, mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing atas apa yang barusan terjadi. Setelah kesadarannya pulih, Zaskia segera beranjak dari pangkuan Adik iparnya.

"Kak..." Panggil Rayhan.

Zaskia tidak mengubris panggilan tersebut ia terlalu malu untuk melihat kearah Adiknya. Segera Zaskia berlalu pergi meninggalkan Rayhan yang masih membisu sembari menatap kontolnya yang basah oleh cairan cinta Kakaknya.

"A... Aku berzina dengan Kakak." Gumam Rayhan.

******


Kartika

11:00
Selama beberapa hari suaminya ada di rumah, Kartika merasa menjadi orang yang merdeka. Mertuanya Pak Hasan sama sekali tidak berani mengganggu dirinya, membuat tidurnya kembali nyenyak, tidak di hantui rasa takut.

Tetapi kebahagian itu tidak bertahan lama, karena bagaimanapun juga Suaminya harus kembali ke pesantren Tahfiz Al-fatah.

Zaskia mengantarkan Suaminya dengan perasaan tidak menentu.

"Sayang, mas pergi dulu ya." Pamit Ardi saat mobil travel yang akan mengantarkannya sudah tiba di terminal.

"Iya Mas, hati-hati di jalan, nanti kalau sudah sampai kabari ya Mas." Pinta Kartika dengan berat hati. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setibanya ia di rumah nanti.

"Nanti Mas kabari." Ardi mengecup mesra kening Istrinya. "Titip salam sama Bapak ya." Ujar Ardi, Kartika hanya mengangguk dengan berat hati. Ingin rasanya ia menceritakan apa yang sudah di lakukan mertuanya kepada dirinya. Tapi bibirnya terasa keluh untuk mengatakannya.

Biarlah ia simpan sendiri rahasia itu, Kartika tidak ingin menghancurkan kepercayaan Suaminya kepada Bapaknya. Ia tidak ingin melihat Suaminya bersedih, seandainya Ardi tau apa yang sudah di lakukan oleh pria mesum itu kepada dirinya.

Sembari melambaikan tangannya, setetes air matanya mengalir melepas kepergian Suaminya.

Sepulangnya dari terminal, Kartika tidak langsung pulang ke rumahnya, ia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Ia bermaksud ingin tinggal di rumah orang tuanya sementara waktu di saat Suaminya tidak ada di rumah.

Sebenarnya KH Shamir sama sekali tidak keberatan kalau anaknya Kartika mau tinggal di rumahnya, tetapi Farah malah menentangnya.

"Mbak tentu senang kalau kamu tinggal di sini, tetapi bagaimana dengan perasaan Pak Hasan, kalau kamu tinggal di sini Kartika?" Tanya Farah memojokan Kartika. "Mbak takut nanti ia berfikir kalau kamu tidak menyukainya." Nasehat Farah kepada Adik iparnya.

"Tapi Mbak! Bagaimanapun juga ana dan Pak Hasan itu bukan muhrim, rasanya tidak elok kalau kami tinggal berdua dalam satu rumah."

"Astaghfirullah Kartika... Pak Hasan itu orang tua Suami kamu, bukan orang lain. Seharusnya kamu melayaninya dengan baik, bukan malah ingin meninggalkannya. Kalau seandainya Ardi tau kamu meninggalkan Bapaknya sendiri, bagaimana dengan perasaan suami kamu?" Tegas Farah yang semakin memojokan Kartika.

"Benar apa kata Mbakmu Kartika, Abi tidak mau nanti mereka mengira kalau Abi gagal mendidikmu." Tambah KH Shamir yang membuat Kartika makin terpojok.

Ingin sekali Kartika memberitahukan ke orang tuanya apa yang sudah di lakukan Mertuanya kepada dirinya. Tetapi ia tidak sanggup untuk melihat reaksi orang tuanya nanti. Ia tidak ingin membuat orang tuanya jadi kepikiran.

Kartika sudah tidak tau lagi, apa yang harus ia lakukan untuk menghindari Mertuanya. Apakah sekarang dirinya harus pasrah? Menerima setiap perbuatan yang di lakukan Pak Hasan kepadanya?

"Pulanglah... Mertua kamu mungkin saat ini sedang khawatir." Bujuk Farah.

Kartika seakan kehabisan alasan. "Iya Mbak... Terimakasih nasehatnya." Lirih Kartika, wajahnya terlihat kebingungan. "Abi... Tika pulang dulu ya!" Pamit Kartika.

"Iya Nduk, baik-baik ya sama Mertua kamu." Nasehat KH Shamir.

Kartika hanya bisa mengangguk patuh. "Iya Bi." Jawabnya. "Mbak... Titip Abi ya, assalamualaikum..." Kartika beralih ke Farah.

"Titip salam untuk Pak Hasan." Ujar Farah.

Kartika mengangguk sembari memaksakan senyumnya. Setelah itu pergi meninggalkan kediaman orang tuanya dengan perasaan campur aduk. Antara kecewa dan takut yang kini menghantui dirinya.

Selepas kepergian Kartika, KH Shamir merasa ada sesuatu yang di tutupi oleh anaknya, tapi apa? KH Shamir tidak bisa menerkanya.

Lamunan KH Shamir buyar ketika melihat Farah berlalu pergi. "Nak Farah." Panggil KH Shamir. "Maafkan Bapak ya..." Ucap KH Shamir pelan.

Farah mengangguk, lalu pergi meninggalkan Mertuanya ke dalam kamarnya. Sementara Kh Shamir mematung membisu, entah kenapa ia merasa kehilangan sesuatu yang sulit ia jelaskan dengan kata-kata.

*****



Laras

Tampak seorang wanita mengenakan kimono berwarna merah berjalan perlahan menelusurinya rumahnya. Ia berhenti tepat di depan sebuah pintu kamar, ia terlihat ragu saat hendak membuka pintu kamar tersebut, walaupun pada akhirnya ia tetap membukanya.



Seorang pemuda tersenyum menyambut kedatangannya yang membuat sang wanita tertunduk malu.

"Masuk Amma."

Sang wanita tampak ragu, tapi ia menguatkan hatinya. Ia melangkah masuk, sembari menutup pintu kamar tersebut. "Da.... Daniel..." Lirih Laras, tubuhnya gemetar, nafasnya terasa sesak.

"Apa jawaban nya Amma?"

Keraguan kembali menggelayut di hatinya, tapi pada akhirnya ia memutuskan untuk memberikan jawaban sesuai dengan keinginan hatinya yang terdalam, walaupun menyadari jawaban tersebut bukanlah jawaban yang benar.

Jemari halusnya tampak gemetar ketika ia meraih tali kimononya, dengan perlahan ia menarik tali simpul kimononya, membukanya dengan perlahan-lahan hingga kimono itu jatuh kelantai.

"Jadikan Amma budak kamu Dan..." Lirih Laras, seraya menggigit getir bibirnya.

Daniel tersenyum mendengarnya, sembari menatap tubuh telanjang Laras yang kini tengah berdiri di hadapannya.

Pemuda itu memberi isyarat agar Laras mendekatinya dan dengan patuhnya Laras mendekati Daniel, ia bersimpuh di depan Daniel yang tengah duduk di kursi.

"Amma yakin mau jadi budaknya saya?" Tanya Daniel, sembari membelai pipi Laras.

Lagi Laras memantapkan hatinya, ia mengangguk pelan. "Amma yakin Dan..." Jawab Laras dengan suara gemetar.

"Apakah Amma siap, meninggalkan semuanya? Keluarga? Teman? Keyakinan Amma?" Tanya Daniel, ia menatap dalam mata Laras.

"Saya siap..." Jawab Laras, Daniel tersenyum mendengarnya.

Tanpa menunggu perintah Daniel, Laras menarik turun celana boxer yang di kenakan Daniel dengan perlahan. Birahinya bergejolak menatap kontol Daniel yang tengah mengacung, mengintimidasinya.

Dengan perlahan Laras menggenggam kontol Daniel, mengurutnya, mengocoknya naik turun.

"Ssttt... Aahk... Enak sekali..." Racau Daniel.

Laras melahap kontol Daniel, mulutnya bergerak naik turun mengulum kontol keponakannya itu yang kini telah menjadi tuannya atas dirinya.

Sembari menghisap kontol Daniel, jemari Laras mengurut batang kemaluannya, menikmati kontol Daniel dengan rakus, membuatnya kini tak lagi terlihat seperti seorang wanita muslimah. Hampir sepuluh menit Laras memanjakan kontol Daniel, kemudian pemuda itu meminta Laras duduk di sampingnya.

"Mulai sekarang panggil saya tuan saat kita bersama." Perintah Daniel sembari merangkul pundak Laras.

Laras mengangguk. "Iya Tuan... Hamba akan mematuhi semua perintah tuan." Jawab Laras, ia menatap sayu kearah majikannya dengan tatapan penuh birahi.

"Kalau perintah itu menyangkut keluarga Amma, apakah Amma juga mau mematuhinya." Pancing Daniel, ia merangsang payudara Laras dengan membelai puting Laras.

"Apapun... Apapun Tuan." Jawab Laras, ia menyosor melumat bibir Daniel.

Sembari berciuman Daniel merebahkan tubuh Laras, telapak tangannya membelai meremas-remas payudara Laras, mencubit pelan putingnya yang kian membesar, membuat nafas sang Ahkwat mulai memburu.

Ciuman Daniel turun kebawah, ia menjilati permukaan payudara Laras, lalu berhenti di putingnya yang mencuat.

"Aaahkk... Tuaaaan... Terus Tuan..." Rintih Laras.

Sesekali Daniel memperhatikan raut wajah Laras yang tampak merem melek. "Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss..." Daniel menghisap, menyedot puting Laras secara bergantian.

"Oughk... Aaahkk... Hah... Hah..."

Tubuh Laras tampak gelisah, menggeliat, meliuk-liuk liar. Matanya merem melek, kepalanya menoleh ke kiri dan kanan.

Puas bermain dengan payudara Laras, Daniel turun kebawah, ia menelusuri perut Laras dengan lidahnya, terus turun menuju pubik vagina Laras yang di tumbuhi rambut kemaluan yang cukup rindang itu.

"Tuaaaan... Jilat memek hamba..." Pinta Laras.

Daniel membuka kedua kaki Laras. "Memek lonte..." Lirih Daniel, sembari menatap nanar kearah bibir kemaluan Laras yang terlihat seperti tirai berwarna merah mudah.

"Memek lonte Tuan gatal... Aaahkk... Jilat Tuaaan..." Laras Sampai memohon agar Daniel mau melakukannya.

Beberapakali ia mencium kemaluan Laras, baru setelah itu ia menjilatinya. Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sruuuupsss... Dengan perlahan ia menyapu permukaan berlendir itu, menggelitik clitorisnya yang mulai membengkak. Sesekali ia menyeruput clitorisnya.

"Aaaaahkk... Aaahkk... Hah... Hah..." Lenguh Laras.

Sembari menjilati clitorisnya, Daniel mencelupkan kedua jarinya ke dalam lobang peranakan Laras yang terasa hangat. Dengan gerakan perlahan ia mendorong jarinya keluar masuk, menusuk dalam, kedalam lobang memek Laras yang sudah sangat becek itu.

Tubuh Laras menggelinjang, kedua jemarinya meremas erat seprei tempat tidur keponakannya sanking nikmatnya.

Payudaranya yang besar tampak berayun, mengikuti irama nafasnya yang kian memburu.

"Oughk... Aaahkk... Tuaaan... Aaahkk..."

Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss... Sluuuppsss...

Semakin lama gerakan jemari Daniel semakin cepat, hingga akhirnya ia menggelinjang hebat, menandakan ia baru saja mendapatkan orgasmenya. Selama beberapa detik tubuh Laras terhentak-hentak, menikmati orgasmenya.

Daniel menarik jemarinya saat orgasme Laras mulai meredah. Ia memperlihatkan jemarinya yang basah oleh cairan najis Laras.

"Bersihkan Amma." Suruh Daniel.

Laras melahap kedua jari Daniel, mengenyotnya dengan gemas.

Tangan kiri Daniel menuntun kontolnya, diantara lipatan memek Laras yang sudah siap menerima terpedonya. "Apakah Amma mau berzina dengan keponakan Amma sendiri?" Goda Daniel, sembari menggesek-gesekkan kontolnya di depan bibir kemaluan Laras.

Laras terdiam sebentar sembari menggigit bibirnya. "Mau Tuan... Zinahi Amma sekarang? Ssttt... Jangan ragu Tuan, aku budakmu." Melas Laras, sembari menggoyangkan pinggulnya, mencari kontol Daniel.

"Bukankah zinah itu dosa Amma..." Bisik Daniel. "Apakah Amma mau menjadi seorang pendosa?" Pancing Daniel.

"Mau... Jadikan Amma pendosa."

Daniel menatap dalam wajah Laras, dengan perlahan ia mendorong pinggulnya, menekan kontolnya masuk ke dalam lobang surgawi milik Istri KH Hasyim. Tubuh Laras menegang, merasakan tusukan kontol Daniel.

Tangan kiri Daniel menangkup payudara Laras, sembari mengayunkan kontolnya, maju mundur, maju mundur.

"Aahkk... Aaahkk... Aahkk..." Desah Laras.

Semakin lama Daniel semakin cepat menyodok-nyodok memek Laras. "Oughk... Nikmat sekali! Aaahkk..." Lenguh Daniel, ia memilin puting Laras dengan gemas.

"Ughk... Tuan... Aahkk... Sodok lebih kencang..."

"Memek Amma peret banget... Kayak memek perawan, Ughk... Amma... Memek Amma bikin saya ketagihan." Racau Daniel yang semakin kencang menghentak-hentakkan kontolnya ke dalam lobang memek Laras.

Kedua kaki Laras melingkar di pinggang keponakannya, memeluknya dengan mesrah membuat birahi pemuda itu kian menggebu-gebu.

Daniel tidak mau kalah, ia meraih, memanggut bibir Laras. Menciumnya layaknya ia tengah mencium kekasihnya. Laraspun memberikan perlawanan yang tidak kalah ganas, ia menjulurkan lidahnya hingga mereka beradu lidah.

Tidak butuh waktu lama, Daniel kembali membuat Laras menggapai puncaknya. Tubuh indah wanita Soleha itu melejang-lejang, menumpahkan cairan cintanya. "Aaahkk.... Uhmmpss..." Lenguh Laras menikmati orgasmenya.

Danial melepas ciuman mereka, menatap wajah Laras yang tampak merona merah. "Gimana rasanya Amma? Enak..." Goda Daniel.

"Enak... Enak banget Tuan..." Lirih Laras.

"Masih mau lanjut?" Tanya Daniel, ia menyapu bibir merah Laras.

Dengan malu-malu Laras mengangguk. "I-iya masih mau Tuan... Ssttt... Memek saya masih gatal Tuan..." Aku Laras yang semakin berani mengekspresikan apa yang ia rasakan saat ini.

Tampak Daniel tersenyum senang mendengarnya, ia meminta Laras menungging, kemudian sedikit membuka cela kemaluan Laras yang kini sudah sangat basah itu. Dengan perlahan ia kembali menuntun kontolnya masuk ke dalam lobang memek Laras.

Tubuh Laras menegang, merasakan desakan kontol Daniel di dalam tubuhnya. "Aaahkk... Sstttt... Enaaak Tuaaan..." Racau Laras.

"Anggap saja ini bayaran untuk Amma, selama Amma mau mematuhi perintah saya, kontol saya akan selalu ada untuk Amma." Seloroh Daniel, sembari menghentak-hentakkan kontolnya di dalam lobang memek Laras.

Benturan selangkangan mereka berdua, membuat pipi pantat Laras tampak bergelombang, seperti ombak. Daniel membelai, meremas pantat Laras, sesekali ia juga menamparnya.

Laras tampak sangat menikmati setiap gesekan yang terjadi diantara kedua kelamin mereka.

"Aahkk... Aaaaahkk... Aahkk..."

Daniel meraih kedua tangan Laras, ia menariknya kebelakang. "Amaaa... Aaahkk... Memek Amma enak banget... Aaahkk..." Racau Daniel, yang semakin cepat menyodok-nyodok memek Haja Laras yang terasa semakin licin.

"Tuaaaan... Sstt... Terus... Aahkk..." Lenguh Laras, wajahnya tampak memerah nikmat.

Tubuh Laras yang bermandikan keringat tampak telonjak-lonjak nikmat, merasakan setiap sodokan kontol Daniel menghunus kuat kedalam lobang memek Laras, membuat memek Laras yang terasa penuh.

Rasa nikmat inilah yang membuat Laras akhirnya bertekuk lutut di hadapan Daniel. Sebagai seorang wanita, sudah sewajarnya kalau Laras ketagihan di setubuhi oleh keponakannya sendiri.

Tidak butuh waktu lama, Laras kembali mengerang panjang, menandakan kalau ia kembali mencapai puncaknya.

Seeeeeeeeeeeeeeeerrrr.....

Creeeetttssss... Creeettss... Creeettss...


*****


Nadia

Malam semakin larut, di saat semua orang terlelap, tampak seorang pria berjalan mengendap-endap masuk ke dalam sebuah rumah melalui jendela. Suasana dalam rumah itu tampak sepi, mengingat penghuninya telah tertidur lelap.

Pria asing itu memasuki sebuah kamar, tampak sepasang suami Istri yang tengah terlelap.

Sembari tersenyum sinis, pria itu diam-diam naik keatas tempat tidur, dan dengan cepat mendekap wajah seorang pria dengan sapu tangannya.

Pria itu terbangun, ia mencoba melawan tapi obat bius yang terdapat di sapu tangan tersebut, membuatnya tidak sadarkan diri.

Cukup lama Jamal tidak sadarkan diri, hingga akhirnya kesadarannya mulai pulih. Ia mengejap-ngejapkan matanya, menatap seorang pria mengenakan topeng yang tengah duduk di tepian tempat tidur di samping Istrinya Nadia yang tampak ketakutan.

Tangannya yang mengkilat berotot bergerak meraih baju tidur Nadia kemudian menariknya dengan keras hingga robek membuat kancing-kancingnya putus. Tampak terpampang sepasang bukit kembar yang begitu indah. Payudara Nadia yang sangat ranum dan padat terpampang jelas. Nampak sekali kalau wajah pria bertopeng itu terkesima.

Kini Jamal benar-benar tersadar, ia mendadak sangat takut. Segala kemungkinan bisa saja terjadi, mengingat pria yang ada di hadapannya saat ini adalah sosok pria yang akhir-akhir ini meneror pondok pesantren.

Sudah beberapa wanita yang menjadi korban kebiadaban pria tersebut.

Jamal yang panik hendak menghampiri pria tersebut, dan pada saat itulah Jamal tersadar kalau tubuhnya terikat.

"Eehmm... Eehmmm... Heeem..." Geram Jamal karena mulutnya yang juga tersumpal kain.

Pria bertopeng itu menoleh kearah Jamal yang tidak berdaya. "Sudah sadar? Hahaha..." Tawa pria bertopeng yang tampak senang melihat Jamal yang tidak bisa berbuat apa-apa di saat ia menikmati Istirnya nanti.

Pria bertopeng itu terus memandangi buah dada Nadia yang sangat sensual itu. Pelan-pelan dia membelai wajah cantik Nadia. Tangannya turun menyentuh tubuh Nadia yang sama sekali tak bisa menolak karena kaki dan tangannya yang juga terikat lakban.

Nadia terlihat sangat panik. Dia memejamkan matanya sambil mengeram, berusaha melepaskan dirinya.

“Hheehh.. Hheehh.. Heehh..”

"Percuma melawan, bukannya Ustadza sudah merasakannya?" Sindir Pria bertopeng di dekat telinga Nadia, membuat Nadia sangat geram.

Tentu saja Nadia tidak akan pernah lupa, kalau pria bertopeng itu pernah memperkosanya.

Mengingat kejadian malam terkutuk itu membuat Nadia mengeluarkan air matanya, ia menangis sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dan sentuhan pria bertopeng itu tidak berhenti sampai di situ saja. Air mata Nadia, membuat pria bertopeng itu semakin bersemangat menaklukkan Nadia. Telapak tangannya dengan tanpa ragu mengelus-elus dan kemudian meremas-remas buah dada Nadia.

Pemandangan tersebut benar-benar membuat darah Jamal menggelegak marah. Jamal harus berbuat sesuatu yang bisa menghentikan semua ini apapun risikonya. Yang kemudian bisa ia lakukan adalah menggerakkan kakinya yang terikat, menekuk dan kemudian menendangkan ke tepian ranjangnya.

Pria bertopeng itu kaget namun sama sekali tidak bergeming.

“Hey, brengsek. Mau ngapain kamu? Jangan macam-macam. Jangan ganggu istrimu yang sedang menikmati pijitanku,” Pria itu menghardik Jamal.

Dan benar saja, nyali Jamal langsung ciut. Jamal sadar ia tak mungkin bisa berbuat apa-apa lagi. Kini ia hanya bisa menggerutu, meratapi kejadian malam ini.

Dan yang terjadi berikutnya adalah sesuatu Yang benar-benar mengerikan. Pria bertopeng itu menarik robek seluruh pakaian tidur istrinya. Dia benar-benar membuat Nadia telanjang, kecuali celana dalamnya.

Lantas pria itu merebahkan tubuhnya, merapatkan tubuhnya disamping Nadia. Istri Jamal nampak bak rusa rubuh dalam terkaman serigala. Dan kini pemangsanya mendekat untuk mencabik-cabik dan menikmati tubuhnya.

Jamal hanya bisa mengeram marah, melihat perbuatan pria bertopeng kepada Istrinya. Dalam setengah telanjangnya Jamal kian menyadari betapa cantiknya Nadia, istrinya ini, betapa bagian-bagian tubuhnya menampilkan sensualitas yang pasti menyilaukan setiap lelaki yang memandangnya. Rambutnya yang terurai, membuat Nadia terlihat semakin seksi.

Payudaranya yang membusung ranum dengan pentilnya yang merah sebesar biji kacang terlihat sangat menantang. Perut dengan pinggulnya yang.. Uuhh.. Begitu dahsyat mempesona syahwat. Jamal sendiri terheran bagaimana ia bisa menyunting dewi secantik ini.

Tampak pria bertopeng itu menenggelamkan mukanya ke dada Nadia. Pria bertopeng itu menciumi dan menyusu Payudara Istri Jamal seperti bayi. Dia mengenyoti pentil istrinya yang nampaknya berusaha berontak dengan menggeliat-geliatkan tubuhnya yang dipastikan sia-sia saja.

Sementara Jamal hanya pasrah melihat Istrinya di lecehkan tepat di depan matanya.

Dengan gampang dia menjelajahkan moncong bibirnya ke sekujur tubuh Nadia. Dia merangsek menjilat-jilat dan menciumi ketiak istrinya yang sangat sensual itu.

Mulutnya menjarah dengan kenyotan, jilatan dan ciumannya pria bertopeng itu merangsek ke tepian pinggul Nadia dan kemudian naik ke perutnya. Dengan berdengus-dengus dan nafasnya yang memburu dia menjilati puser Nadia sambil tangannya menggerayang ke segala arah meremas dan nampak terkadang sedikit mencakar menyalurkan gelegak nafsu birahinya.

Perlahan tapi pasti, rontahan Nadia semakin melemah. Yang terdengar hanyalah gumamaman dan dengusan mulut Nadia yang tersumpal kain, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai ungkapan penolakannya.

Mungkin ketakutan serta kelelahannya membuat tenaganya mulai terkuras dan lumpuh. Sementara sang pria bertopeng terus melumati perutnya dan menjilat-jilat bagian-bagian sensual tubuhnya.

Kebringasan serta kebrutalan hasrat syahwat pria bertopeng itu semakin meroket ke puncak. Jelas akan memperkosa istrinya di depan suaminya. Dia bangun dari ranjang dan dengan cepat melepasi baju serta celana dekilnya. Pria itu menelanjangi dirinya, yang membuat Jamal terkesima.

Pria bertopeng itu memiliki postur tubuh yang sangat atletis dan menawan menurut ukuran tampilan tubuh lelaki. Dengan warna kulitnya yang coklat kehitaman berkilat karena keringatnya yang tampak terlihat di dadanya, otot lengannya, perutnya begitu kencang seperti atlit binaraga. Tungkai kakinya, paha dan betisnya sungguh serasi.

Yang membuat Jamal sangat terperangah adalah kemaluannya. kontol pria itu begitu mempesona. Muncul dari rimbun rambut kemaluan nya yang lebat.

Kontol pria bertopeng itu tidak hanya gemuk, tapi panjangnya juga di atas rata-rata kemaluan pria biasa pada umumnya, dan nampak sangat serasi dengan warna kulitnya yang hitam legam.

Dalam ketakutan dan panik istrinya Nadia melihat pria bertopeng itu bangun dan dengan cepat melepasi pakaiannya. Begitu pria bertopeng itu benar-benar telanjang Jamal melihat perubahan pada wajah dan mata istrimya. Wajah dan pandangannya nampak terpana, yang sebelumnya layu dan kuyu kini beringas dengan mata yang membelalak.

Mungkin karena ia sanking takutnya atau karena adanya ’surprise’ yang tampil dari sosok lelaki telanjang yang kini ada bersamanya diatas diranjang mereka.

Anehnya pandangannya itu seakan terpaku, hingga ekor matanya mengikuti kemanapun lelaki pria bertopeng itu bergerak.

Walaupun Jamal tak berani menyimpulkan secara pasti, tetapi menurut pendapat Jamal wajah macam itu adalah wajah yang diterpa hasrat birahi. Mungkinkah birahi Nadia bangkit dan berhasrat pada lelaki pria bertopeng itu? yang dengan brutal telah mengikat dan menelanjangi tubuhnya tepat di depan suaminya itu.

Melihat tatapan Istrinya, membuat Jamal terbakar api cemburu. Ia teringat dengan sebuah cerita tentang seorang Istri yang malah menikmati dirinya di perkosa pria lain.

Lelaki pria bertopeng itu turun dari ranjang dan merangkak di depan arah kaki Nadia yang terikat. Dia meraih kaki Nadia yang terikat dan mulai dengan menjilatinya. Lidahnya menyapu ujung-ujung jari kaki Nadia dan kemudian mengulumnya.

Jamal menyaksikan kaki Fatimah yang seakan disengat listrik ribuan watt. Kaget meronta dan melejang-lejang. Jamal tidak tau pasti, apakah itu gerak kaki untuk memberontak atau menahan kegelian syahwatnya. Sementara lelaki bertopeng itu terus menyerang dengan jilatan-jilatannya di telapak kakinya.

Secara bergantian pria bertopeng itu melakukannya pada kedua tungkai kaki istrinya untuk mengawali lumatan dan jialatan hingga menuju puncak nikmat syahwatnya.

“Pak Ustad, istrimu enak banget loh. Boleh aku zinahi ya? Boleh.. Ha ha. Aku zinahi strimu yaa..” Ledeknya, membuat hati Jamal membara.

Jamal yang tergolek seperti batang pisang tak berdaya hanya mampu menerawang dan menelan ludah mendengar ucapan pria bertopeng tersebut.

Namun ada yang mulai merambati dan merasuk ke dalam sanubarinya. Entah kenapa Jamal jadi ingin tahu, seperti apa wajah Istrinya saat kontol pria bertopeng itu nanti menembusi kemaluan Istrinya.

Dan keinginan tahuannya itu ternyata mulai membuatnya terangsang. Dalam ketidak berdayaannya, sembari memandangi ulah lelaki pria bertopeng itu di atas tubuh pasrah istrinya yang jelita kontolnya jadi menegang. Jamal mengalami ireksi.

Jama menyaksikan betapa pria itu merangsek ke Selangkangan istrinya. Dia menciumi dan menyedoti paha mulus Nadia hingga meninggalkan merah cupang di setiap jengkal kulitnya.

Namun yang membuat jantungnya berdegup kencang adalah geliat-geliat tubuh istrinya yang terikat serta desahan dari mulutnya yang terbungkam. Jamal sama sekali tidak melihatnya adanya perlawanan seorang yang sedang disakiti dan dirampas kehormatannya. Ia melihat Istrinya nampak begitu hanyut menikmati ulah pria tersebut.

Jamal memastikan bahwa Nadia telah tenggelam dalam hasrat seksualnya. Dia menggeliat-geliat dan menggoyang-goyangkan tubuhnya, terutama pinggul serta pantatnya. Nadia dilanda kegatalan birahi yang sangat dahsyat dan kini nuraninya terus menjemput dan merindui kenyotan bibir pria tersebut.

Jamal berusaha tetap berpikir positip. Bahwa sangat berat menolak godaan syahwat sebagaimana yang sedang dialaminya. Secara pelan dan pasti kontolnya sendiri semakin keras dan tegak menyaksikan yang seharusnya tidak ia saksikan.

Dan klimaks dari pergulatan perkosaan itu terjadi. Pria bertopeng itu menenggelamkan bibirnya ke bibir vagina Nadia. Dia menyedot dan mengenyoti clitoris Istri Ustad Jamal, dan menyeruakkan lidahnya menembusi gerbang kemaluannya.

Tak bisa di pungkiri, dalam kucuran keringat yang terperas dari tubuhnya Nadia menjerit dalam gumamannya.

Pantatnya semakin diangkatnya tinggi-tinggi. Dia nampak hendak meraih orgasmenya. Bukan main, karena biasanya sangat sulit bagi Nadia menemukan orgasmenya. Dan kali ini belum juga pria itu melakukan penetrasi, dia telah dekat pada puncak kepuasan syahwatnya.

Sedetik kemudian Nadia meraih orgasmenya. Creeettss... Creeettss... Creeettss... Dia mengangkat tinggi pantatnya dan tetap Diangkatnya hingga beberapa saat sambil melejat-lejat.

Nampak walaupun tangannya terikat jari-jarinya mengepal seakan hendak meremas sesuatu. Dan kaki-kakinya yang meregang mengungkapkan betapa nikmat syahwat sedang melandanya. Itulah yang bisa ditampilkan olehnya dikarenakan tangan serta kakinya masih terikat ke ranjang.

Dan sang pria bertopeng itu dengan cepat naik keatas tubuh Nadia, menindih tubuh istrinya, lalu menuntun kontolnya ke lubang vaginanya. Beberapa kali dia mengocok kecil sebelum akhirnya kemaluan yang lumayan besar dan panjang itu menembus dan amblas ditelan memek istrinya.

Pria bertopeng itu langsung mengayun-ayunkan kontolnya ke lubang nikmat yang sepertinya juga di nikmati oleh istrinya, dengan menggoyangkan dan mengangkat-angkat pantat dan pinggulnya agar kontol itu bisa menyentuh gerbang rahimnya.

"Eenggkk... Sssttt... Sssttt..." Desah Nadia.

Pria bertopeng itu menoleh kearah Jamal. "Memek Istrimu ini enak sekali! Aaahkk... Sempit kayak perawan." Ucap Pria tersebut, meledek ketidak berdayaan Jamal.

Jujur Jamal sendiri demikian terbakar birahi menyaksikan peristiwa itu. Khususnya bagaimana wajah istrinya dengan rambutnya yang berkeringat semawut jatuh ke dahi dan alisnya. Jamal tak mampu melakukan apa-apa untuk Melepaskan dorongan syahwatnya.

Genjotan pria bertopeng itu semakin cepat dan sering. Bisa di pastikan bahwa pria bertopeng itu sangat menikmati jepitan memek Nadia. Kontolnya yang semakin keras dan kaku nampak licin berkilat karena cairan birahi yang melumurinya nampak seperti piston diesel keluar masuk menembusi memek istrinya.

Jamal membayangkan betapa nikmat yang melanda istrinya. Dengan kondisinya yang tetap terikat di ranjang, pantatnya nampak naik turun atau menggeliat menimpali pompaan kontol pria bertopeng tersebut.

Sebentar lagi sperma pria bertopeng itu akan muncrat mengisi rongga kemaluan istrinya. Dan nampaknya istrinyapun akan segera mendapatkan orgasmenya kembali. Orgasme beruntun yang di dapat Istrinya yang tidak pernah di dapatkan oleh Nadia selama pernikahan mereka.

Saat-saat puncak orgasme serta ejakulasinya semakin dekat, lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Nadia dan tangannya meraih kemudian melepas lakban di mulut Nadia. Namun pria itu tidak memberinya kesempatan untuk teriak. Mulutnya langsung menyumpal mulut Nadia.

Jamal menyaksikan mereka berdua saling berpagutan. Dan itu bukan sebuah lumatan keterpaksaan. Nadia nampak menimpali lumatan bibir pria itu. Mereka tenggelam dalam nikmatnya pagutan. Dan...

Maling itu tiba-tiba melepas cepat pagutannya dan sedikit bangkit. Dia menyambar pisau dapur yang masih ada di dekatnya. Dengan masing-masing sekali sabetan kedua ikatan tangan Fatimah terbebas. Dan pisau itu langsung dilemparkannya ke lantai.

Tangan maling itu dengan cepat memeluk tubuh Nadia serta bibirnya kembali memagutinya. Dan tanpa ayal dan ragu begitu terbebas tangan Nadia langsung memeluk tubuh pria bertopeng itu.

Kini Jamal menyaksikan persetubuhan yang nyaris sempurna. Lelaki bertopeng itu bersama Nadia istrinya langsung tenggelam mendekati puncak syahwatnya.

Hingga akhirnya...

“Aarrcchh.. Cantikk.. Aku keluaarr.. Hhoohh.. Ampun enaknyaa..” Jerit Nadia.

Istrinya mendesis nikmat, dia kembali meraih orgasmenya. Dengan tangannya yang bebas dia bisa melampiaskan gelegak birahinya. Tangannya mencakar punggung pria bertopeng itu dan menancapkan kukunya. Nampak bilur sejajar memanjang di kanan kiri punggungnya merembes kemerahan.

Masih beberapa saat mereka dalam satu pelukan sebelum pada akhirnya pria bertopeng itu bangkit dan menarik kontolnya dari kemaluan istri Jamal.

Jamal dapat menyaksikan spermanya yang kental melimpah tumpah dan meleleh dari lubang vagina Nadia. Sesaat pria bertopeng itu melihat tubuh istrinya Nadia yang tampak lunglai.

Maling bertopeng itu turun dari ranjang, memakai celana dan kaosnya. Tidak sampai 2 menit sejak turun ranjang dia langsung keluar dan kabur meninggalkan sepasang suami istri tersebut yang tampak masih shock dengan kejadian yang baru saja menimpah mereka.

Jamal menghela nafas berat, ia tidak menyangkah kalau dirinya akan menyaksikan Istrinya yang menjadi korban pria bertopeng, bahkan ia menyaksikannya sendiri, melihat bagaimana pria itu menggauli Istrinya.

Tetapi Jamal masih sedikit bersyukur karena Putrinya Helena tidak terlibat dalam masalah ini.

Nadia nampak bengong sambil melihati Suaminya. “Maaf, maass.. Aku harus memuaskan nafsu syahwatnya agar dia tidak menyakiti Mas..” Nadia sudah siap dengan alibinya.

Jamal hanya diam, karena dirinya juga merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa ketika menyaksikan Istrinya di gauli pria bertopeng, bahkan ia malah menikmati Istrinya di perkosa oleh pria lain. Dan entah kenapa Jamal bisa memaklumi perbuatan Istrinya yang menikmati di perkosa oleh pria tersebut, karena memang postur tubuhnya serta kaliber kemaluannya tak mungkin mengimbangi milik pria bertopeng tersebut.

*****

"Maleeeng... Maleeeeng... Maleeeeng..."

Berbondong-bondong penghuni pesantren mengejar pria bertopeng yang baru saja selesai beraksi. Diantara rombongan tersebut, juga tampak Rayhan dan teman-temannya yang ikut mengejar pria tersebut.

Saat mendekati kediaman rumah KH Sahal, tiba-tiba secara mengejutkan pria bertopeng itu menghilang dari pandangan mereka.

"Kemana bajingan itu pergi." Umpat salah satu dari mereka.

"Cepet banget larinya."

"Tadi kayaknya dia lari ke sini, tapi kenapa sekarang dia menghilang."

"Jangan-jangan dia bisa ngilang lagi."

Selagi yang lain sibuk membahas hilangnya sang pria bertopeng, Rayhan memberanikan dirinya pergi ke rumah KH Sahal.

Setelah mengucap salam beberapakali, akhirnya ada yang keluar membukakan pagar untuknya, dan sosok itu adalah KH Sahal yang tengah memakai jubah kebesarannya berwarna putih. Ia menatap heran kearah Rayhan yang celingak celinguk memperhatikan halaman depan rumahnya.

Siapa tau pria bertopeng itu bersembunyi di sekitaran halaman depan rumah KH Sahal.

"Ada apa?"

Rayhan tegelagap. "Anu... Afwan Kiayi! Kami sedang mengejar pria bertopeng, tadi aku lihat ia mengarah ke sini, apa Kiayi melihatnya?" Tanya Rayhan sopan.

"Tidak... Saya tidak lihat." Jawab KH Sahal ketus.

Kemudian tanpa berkata-kata KH Sahal membanting pagar rumahnya. Secara tidak langsung ia mengusir Rayhan.

Pemuda itu berjalan menjauh, tetapi entah kenapa Rayhan merasa heran dengan sikap KH Sahal yang seakan tengah berusaha menutupi sesuatu, tetapi apa? Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Rayhan kembali berbalik, ia berjalan ke samping rumah KH Sahal menuju belakang rumah KH Sahal.

Dan tiba tiba..

Bruuuk...

Seseorang melompati pagar KH Sahal dari dalam kediaman KH Sahal.

"Lo... Kok." Bingung Rayhan.

Pria tersebut juga tidak kalah kagetnya melihat Rayhan yang berada di sana. Dengan cepat pria itu langsung mencoba lari, berusaha kabur dari Rayhan yang tentunya tidak akan tinggal diam, ia ikut berlari mengejarnya.

Hingga akhirnya mereka tiba di pinggir danau, tepat tidak jauh dari rumah KH Sahal.

"Kali ini kamu tidak akan bisa kabur." Lirih Rayhan.

"Ckckck... Sepertinya kamu belum jera juga." Ledek pria bertopeng itu sembari memasang kuda-kuda.

Rayhan merangsek maju, ia melakukan tendangan ke udara yang langsung mengarah kewajah pria bertopeng. Walaupun berhasil di blok, tetap saja tendangan Rayhan memberikan efek yang cukup menyakitkan.

Tidak mau kehilangan momentum, dengan gerakan memutar ia mencoba menerjang perut pria bertopeng itu.

Buuuk...

Tendangan Rayhan telak mengenai hulu hatinya, membuat pria tersebut ambruk keatas tanah.

Seakan tidak berefek, pria itu kembali berdiri, kini giliran dia yang menyerang. Beberapa kombinasi pukulan ia lepaskan kearah Rayhan, pukulan tersebut sangat cepat dan bertenaga, tetapi pemuda itu berhasil menangkisnya, dan sebagian lagi berhasil ia hindari.

Rayhan mundur kebelakang memberi jarak, sembari melepaskan pukulan jab kearah lawannya. Sejenak mereka berdua terdiam, sembari mengamati satu sama lain.

Rayhan kembali maju kedepan, ia menendang kesamping tubuh pria bertopeng, yang di susul pukulan hook kiri kewajah pria tersebut.

"Boleh juga." Ledek pria tersebut.

Pemuda itu tersenyum sinis. "Kali ini aku akan lebih serius." Ucap Rayhan.

Pria itu menyeruduk kedepan kearah Rayhan, kedua tangannya dengan cepat mengunci kaki Rayhan. Tanpa bisa berbuat apa-apa, Rayhan pasrah ketika tubuhnya di banting ke tanah. Tidak sampai di situ saja ia juga mengunci tubuh Rayhan.

Beruntung kali ini Rayhan sudah lebih dulu mengantisipasi serangan pria tersebut, sehingga ia bisa lolos dari kunciannya.

Seakan tidak mau kehilangan mangsanya, pria tersebut kembali menyeruduk Rayhan. Dengan cepat Rayhan mencondongkan bagian tubuh atasnya kedepan, dan menarik kebelakang kedua kakinya, menjauh dari jangkauan kedua tangan pria tersebut.

Sebagai balasan Rayhan, memeluk pinggang pria tersebut, dengan sekuat tenaga ia mengangkat tubuh pria itu lalu membantingnya dengan keras diatas tanah.

Bruuuk...

Suara dentuman terdengar cukup keras, ketika tubuh pria itu menghantam tanah.

Tidak sampai di situ saja, Berkali-kali Rayhan menerjang tubuh pria tersebut yang seakan tidak berdaya menerima setiap tendangan Rayhan.

"Aarrt..." Jerit pria itu.

Rayhan mencengkram leher pria tersebut, lalu menghantamkan pukulan tangannya beberapakali kewajah pria bertopeng itu, hingga tampak bercak darah yang merembes keluar dari topeng yang di kenakan pria tersebut.

Saat pria itu sudah tidak berdaya, barulah Rayhan menghentikan pukulannya.

"Akhirnya ketangkap juga... Hos... Hos... Hos..." Ujar Rayhan lega, sembari mengatur nafas. "Sekarang kita lihat, siapa kamu sebenarnya." Rayhan menarik penutup wajah yang di kenakan pria tersebut.

Tapi tiba-tiba seseorang menghampiri Rayhan, membuat pemuda itu urung membuka topeng yang menutupi wajahnya.

"Kamu gak apa-apa?" Tanya Daniel yang baru saja menyusul.

Rayhan mengangguk. "Gak apa-apa Ustad. Ini pelaku yang selama ini meresahkan pesantren kita." Ujar Rayhan, sembari menatap tajam kearah pria bertopeng yang sudah tidak berdaya itu.

"Kerja bagus... Sekarang kamu pergi panggil yang lain. Biar Ustad yang mengurus dia." Perintah Daniel sembari memperhatikan pria menyedihkan tersebut.

"Naam Ustad, saya permisi dulu."

Dengan sangat terpaksa Rayhan pergi meninggalkan pria bertopeng tersebut, walaupun sebenarnya Rayhan sangat penasaran siapa pria yang ada di balik topeng tersebut. Padahal tinggal sedikit lagi ia akan tau siapa sosok di balik topeng itu.

Rayhan bergegas memanggil yang lainnya, memberitahu mereka kalau pria bertopeng yang meresahkan pesantren selama ini telah berhasil di tangkap.

Berbondong-bondong mereka menuju lokasi Ustad Daniel yang menjaga pria tersebut.

Tetapi sesampainya di sana, mereka benar-benar di buat terkejut, di sana mereka hanya melihat Daniel yang terduduk sembari mengusap darah yang keluar dari bibirnya.

Rayhan terdiam membisu, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Pria bertopeng yang sudah di hajarnya habis-habisan itu bisa melarikan diri dalam keadaan tidak berdaya. Rasanya sulit sekali untuk mempercayainya.

"Maaf, saya kecolongan." Lirih Ustad Daniel.

Bukan hanya Rayhan, mereka yang ada di sana juga merasa sangat kecewa. Tetapi mau bagaimana lagi, mereka tentu tidak bisa menyalahkan Ustad Daniel yang lalai menjaga pria bertopeng tersebut, apa lagi saat ini Daniel juga terluka.

Seorang Ustad meminta yang lainnya untuk kembali mencari pria bertopeng yang berhasil melarikan diri. Sementara yang lainnya di minta untuk membantu Ustad Daniel.

Dan malam itu, lagi-lagi mereka gagal meringkus pria bertopeng.

Mungkinkah teror pria bertopeng akan kembali berlanjut? Dan ada berapa banyak lagi yang akan menjadi korbannya.

Bab 1 selesai...

*****

Mohon maaf saya baru bisa update sekarang, karena kesibukan yang tidak bisa di tinggal. Bab 1 sudah selesai, kita akan lanjut ke Bab 2.
Tipis2 kk zaskiaaa😜😍 ditunggu lancroooot nyaa lagi suhuuu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd