.
Bab 3 : Konservatif II
Aku masih ingat momen-momen saat terakhir kalinya aku pulang ke Indonesia. Kala itu, aku tengah merayakan pesta ulang tahunku yang ke 21 secara cukup sederhana namun meriah di rumahku di
Conigli City. Yang datang, sebagian besar memang hanyalah keluarga atau teman-teman dekatku. Namun, aku sangat bahagia. Mereka semua datang secara tulus dan ikhlas, mendoakan serta bersalut padaku layaknya aku tuan Putri sungguhan. Salah satu momen terindah dalam hidupku. Aku bahkan sempat terisak dalam pelukan Sherry dan Giztha, dua sahabat sehidup-sematiku. Mereka⊠benar-benar sahabat sejati yang aku sayang. Jujur, aku banyak melalui masa-masa sulit dalam kehidupan sekolah serta remajaku. Kalau saja bukan karena dua orang bodoh itu, mungkin aku sudah menembak kepalaku sendiri dengan pistol di sudut kamar secara tragis.
âWah, gak kerasa Cheska udah dewasa ya sekarang, Kin. Udah tumbuh jadi wanita yang begitu cantik.â
âIya.
Time moving faster, Des. Baru kemaren rasanya aku jerit-jerit panik di rumah sakit di Praha ngelahirin dia, hihihi. Sekarang⊠udah,
ahhhâŠ,â
âPanik? Cheska kan anak ketigamu, Kin. Kok bisa panik, sih, hihihi?â
âYa gimana gak panik, dokter ama susternya semua ngomong bahasa
Czech! Mereka nenangin aku pun aku serasa dibacain mantra sihir, hahahaha.â
âYa ampun, hihihi.â
âPadahal rencananya mau lahiran di Milan, lho, Des. Tapi si Cheska ini malah keburu brojol di sana! Ahahaha!â
Aku hanya mesem-mesem saja mendengarnya. Saat itu, aku tengah duduk di dekat mamakuâKinantiâyang sedang bernostalgia ria dengan tante Dessy, sahabatnya yang lama tak bertemu karena sibuk jadi diplomat di luar negeri di New York. Keluarga kami memang sangat dekat. Bahkan secara politik pun, kami satu
circle. Papa sudah berkali-kali meminta tante Dessy untuk pulang jika calon presidennya dari Partai Garda Nasional yang berspektrum nasionalis-konservatif kanan memenangkan pemilu.
Yeah, sudah jelas Papa telah mendapuk si Tante
Polyglot ini sebagai calon menteri luar negeri, hehe.
Well, agak-agak
eeew sih kalau bicara politik, tapi ya apa boleh buat, memang kenyataannya begitu. Sudah dari dulu keluarga kami memang menjadi oligarki penyokong PGN. Tapi udalah, secara pribadi aku sendiri orangnya bebas and gak pedulian kok. Sama Sherry yang apolitis dan Giztha yang
leftist weirdo pun aku bersahabat,
plus Mama dan Papa pun menyukai mereka.
Anyway,
back to reality, cukup seru sih menguping Mama dan Tante Dessy mengobrol. Berhubung ini ulang tahunku, hanya pujian dan hal-hal baik saja yang Mama katakan, hahahaha!
âCheska makin lama jadi makin keliatan, ya, auraâŠ
ehmm, aura itunya.â
âHmm,
itunya? Hihihi, aura apa maksudmu, Des?â
âEntahlah, aku ngerasa⊠ada aura Baskara suamimu itu, lho, di Cheska. Aura penuh kewibawaan?â
Mama sontak tertawa lepas mendengarnya, di sebelah diriku yang masih cuek menyantap potongan kue ulang tahun.
â
Mmmh⊠eh⊠denger-denger, Cheska ya, yang nanti bakal dipercaya pegang âtakhtaâ keluarga ini, Kin? Benarkah? Baskara pernah bercerita sedikit padaku tentang itu. B-Bagaimana nanti pendapat Rashid, anak lelaki pertamamu, Kin? Aku kok gak mengerti rasanyaâŠ,â
Mama menghela nafas. âEntahlah, Des, kami juga pusing. Kamu tahu sendiri kan hubungan Baskara dengan Rashid? Semenjak Rashid berontak dan masuk Angkatan Udara menentang PapanyaâŠ
yah⊠semua jadi
dingin. Bagaimana mungkin dia bisa pegang bisnis keluarga sementara dia sudah kontrak darah dengan negara, hidupnya diambang batas hidup dan mati sebagai pilot
fighter jet? Apalagi⊠situasi di laut utara makin memanas.â
â
Pray for the best, Kin.â
âLagipula, justru Rashid sepertinya senang dia tak diberi tanggung jawab itu. Kan, itu yang dia mau dari awal sampai ribut dengan Baskara segala demi lari mengejar cita-citanya jadi pilot?
Hhhh, dasar emang anak laki-laki, kalau udah punya tekadâŠ,â
ââŠ.â
âLalu putri keduamu, Gheanina? Kakaknya Cheska?â
â
Sssshuh~â
Aku menyunggingkan senyum geli ketika Mama mengibaskan tangan lalu memicing sebal. Kalau kak Rashid sering ribut ama Papa, Kak Ghea lah yang menjadi
nemesis Mama di keluarga ini.
âAku udah hilang harapan ama si Bandel itu! Sedetik setelah kutahu Ghea kabur dan menikah muda dengan Travis si Musisi asal Amerika itu, ingin rasanya aku coret dia dari daftar ahli waris!
Huh, seharusnya tak kuijinkan dia kuliah di US!â
Loh, Mah? Kok bagian hamil diluar nikahnya di skip? Hihihihi!
âYa ampun, Kinanti. Jangan begitu, gimana pun dia juga kan anak kamu. Apalagi kudengar karir Travis bagus di sana. Sebagai
musisi, dia cukup melejit.â
Mama kian cemberut mendengarnya, sedangkan aku? Ehâ
birthday cake ini enak banget deh
whip cream-nya! Serius! Beli di mana sih Mama?
â
Hmmm, aku bener-bener gak kepikiran, lho, kalau keluarga Irzandi akhirnya jadi matriarki. Tapi⊠kupikir Cheska nanti bakal menjadi âratuâ yang anggun, berwibawa dan disegani, hihi, mirip PapanyaâŠ,â
âHihihi, gak seperti itu juga kali, Des. Kasian Cheska kalau diberi beban terlalu berat. Mungkin Rashid bakal tetap jadi
head of the family⊠selama dia masih hidup. Ibaratnya, seperti raja tanpa pemerintahan, lah. Dan dalam menjalankan perannya, saya rasa Cheska pun bakal disokong keluarga lain serta orang-orang kepercayaan, tergantung keinginan serta kebutuhan dia. Toh suamiku pun sekarang begitu, gak semua dia urus.â
Seraya melahap potongan terakir kueku secara anggun ke dalam mulut, aku pun tersenyum lebar.
Yeah, rasanya tak perlu kujelaskan lagi. Persis seperti apa yang diceritakan Mama, begitulah gambaran masa depan yang ada di kepalaku kini mengenai jalan hidupku. Aku sudah bisa merasakan empuknya âsinggasanaâ kursi kerja nan nyaman yang kini Papa tempati. Secara akademik, mungkin aku bakal cuma menjadi lulusan
Fashion Marketing and Distribution Departement di Bunka Fashon College. Namun, modal untuk menjadi pebisnis tangguh serta â
godmotherâ mafia handal, bisa aku pelajari secara otodidak,
fufu~. Tugasku kini hanya menunggu dan mempersiapkan diri, demi melangkah secara pasti mewarisi takhta kerajaan konglomerasi Irzandi! Hahaha!
ââŠ.â
Dan, itu aku beberapa bulan yang lalu.
Aku yang berbahagia di hari ulang tahunku.
Cheska yang begitu cantik, elegan dan bicara penuh percaya diri.
Tak percaya rasanya jka kini melihat apa yang terjadi padaku, pada raga serta harkat martabatkuâŠ.
Malam itu, aku digiring masuk ke lobi
love motel oleh dua orang pria tua jelek yang terkekeh-kekeh penuh kegirangan. Dari seronok pakaian serta kusut rambutku saja aku sudah bisa menduga semua orang yang melihatku di sana bakal men-
judge aku ini perempuan seperti apa. Aku tertunduk silangkan lengan, berusaha hilangkan wajah. Takut ada teman atau kenalan yang memergokiku.
âAyo, Sayang, ikut saya ke
front office. Jangan muna-muna kayak lonte baru debut.â
âHehehe, gimana rasanya keluar gak pake celana dalam, Chesuko san? kedinginankah tempikmu?â
ââŠ.â
Shit! Rasa tegang ini⊠rasa malu terhinakan ini⊠kenapa malah menjadi begitu menggairahkan? Apa aku sudah âsakitâ? Apa kelamaan hidup dalam pemujaan serta gemerlap dunia atas, tanpa kusadari telah membuatku sedikit jenuh hingga dapat pelampiasan dalam kontrasnya?
Aku dibawa menuju resepsionis menemani Detektif Tanaka dan
Officer Nobita. Di sana, mereka langsung berbicara akrab penuh canda tawa. Sialan! Bisa kutebak ketiga orang ini sudah saling mengenal, saling âmemahamiâ, layaknya pelanggan dan pemilik usaha.
â
Sugooi ne~ mantap kali hasil tangkapanmu malam ini, Detektif. Pelacur dari mana ini?â
âHei, sembarangan saja kamu, Heizou! Bukan pelacur, dia, tapi mahasiswi!â
Resepsons bernama Heizou itu lalu menatapku dari atas ke bawah.
Yeah, atasan kemeja ketatku memang sudah dikancingkan kembali, namun masih tampak carut berantakan kentara habis digerayangi. Muka? Jangan tanya. Kalau Sherry melihatku dalam keadaan begini, pasti kalimat pertama yang bakal dia ucap, âLo abis ngewe di mana, Ches?â. Dan yang paling fatal, tentu saja di selangkanganku. Sudah rok-ku mini, pendek dan bermodel
pleated (gampang kesingkap dan âterbangâ ketup angin), aku pun kini tak memakai celana dalam. Hancur lebur dirusak pakai
cutter oleh si Detektif Cabul itu tadi,
grrrrh!
âAhahaha, Pak Detektif bisa saja. Masak mahasiswi potongannya binal kayak gini? Ini cewek habis Bapak entot, kan, di dalem mobil?â
âBah! Sok tahu kamu, Heizou. Orang baru dikobel-kobel doang kok anunya. Eh, benar begitu kan, Chesuko san?â
âHahahahaha!â
Bola mata ber-
contact lens biruku memutar kesal ketika si Detektif melongok ke arahku. Perlu ya aku jawab pertanyaan kurang ajar semacam tadi? Melihatku hanya diam dan membuang muka, ketiga lelaki yang mengerumuniku ini pun lantas tertawa melecehkan.
âChesuko san ini mahasiswi asing. Dari Indonesia, dia. Sudah cantik, imut, bahasa Jepangnya pun pinter, pula.
Sugoiii, lancarrr!â
Aku menghela nafas. Bukan hanya nama diri dan keluargaku saja yang kini terancam rusak. Bahkan kebangsaan dan negaraku.
âDari Indo⊠nesa? Lancar bahasa Jepang? Benarkah?â
âBenar. Tak percaya?â
Detektif Tanaka lalu mengetikan sesuatu di layar ponselnyaâderetan kalimat dalam huruf Jepangâkemudian menyodorkan padaku. Seketika saja aku sontak membeliak kaget.
âCoba baca dan katakan ini pada Heizou, Chesuko san. Anggap saja sedang praktek percakapan resmi dalam hotel. Saya yakin kamu bisa membacanya, hihihihi.â
âPak, a-aku gak mau! Malu, Pak. A-Apa-apaan ini?â
âHeh! Cepat lakukan Chesuko san! Kalau tidak,
Officer Nobita akan saya suruh angkat rok-mu, hahahaha!â
Terpejam, aku sejenak mengambil nafas. Hatiku mengamuk namun anehnya syaraf-syaraf seksualku malah melecut hangat! Aku benar-benar terlihat seperti
perek culun di saat itu. Aku pun lalu membaca tulisan tersebut tanpa berani menatap langsung wajah si Resepsionis.
âS-Selamat malam Pak Resepsionis. P-Permisi, s-saya
horny dan kebelet pengen k-kontol. B-Boleh saya pesen kamarnya satu, P-Pak?â
âHuahahahaha!â
Kembali, pria-pria tua bajingan itu mentertawaiku. Tawa yang sungguh merendahkan dan mengganggapku yang bergender perempuan ini sebagai objek hiburan seks semata. Seketika, aku merapatkan paha. Aku lagi-lagi mendadak diterpa gelisah. Muncul gelitikan halus di dalam perut serta relung dadaku yang begitu liar dan menjalar cepat. Aku ingin⊠pipis. Ya, ada desakan di sekitar kemaluanku yang sepertinya perlu âdiibuyarkanâ segera. Aku tak paham apa ini. Apakah gara-gara terangsang tanpa kendali? Gara-gara kedinginan gak pakai cel-dam? Atau, karena memang kebanyakan minum jus kalengan yang dibelikan Detektif Tanaka yang memang kupesan tadi? Atau, kombinasi ketiganya? Yang jelas⊠aku butuh ke kamar mandi! Aku tak ingin kencing di sini dan memberikan tontonan
fetish memalukan pada orang-orang di sekitarku!
âP-Pak Detektif⊠bisakah kita cepat-cepat ke kamar sekarang? Aku⊠aku pengenââ
âHUAHAHAHA! Kau dengar, Heizo? Ayo berikan kuncinyaâkamar seperti biasa. Chesuko san ini memang maniak seks
plus gak sabaran! Hahahaha!â
Grrrrh! Aku tuh belum selesai ngomong, Bangsaaaat!
Dengan perasaan dongkol, aku pun lantas membuntuti Detektif Tanaka yang sigap meraih kunci kemudian menuntunku naik ke lantai atas. Aku tak peduli dengan komentar si Resepsionis yang masih tertawa dan mengomentari cara jalanku yang aneh. Bahkan, acuh kubiarkan bulatan belah pantat telanjangku nampak terintip cabul kala aku berlangkah cepat menaiki tangga.
Itâs like⊠I donât fuckin care anymore, OKAY! Aku pengen kencing secara nyaman dan damai! Aku butuh toilet!
âHahaha, ada-ada aja! Masak mahasiswi gak pakai
cangcut? Ck ck ck~â
Samar, kudengar resepsionis tadi berceletuk nakal. Otot-otot kemaluanku semakin terkejan keras menahan semburan air. Sepertinya, ini bukan pipis biasa.
Dan sialnya, peranku sebagai objek mainan seks belum berakhir.
Tak lama berselang, di lantai atas tepat di depan kamarku, aku mulai tak kuat sampai-sampai sendi lututku gemetar hingga terjatuh jongkok. Sambil tertawa-tawa, Detektif Tanaka dan Officer Nobita tak hentinya terus mempermainkanku dengan cara pura-pura kesulitan membuka liang kunci. Aku menutup wajah dengan kedua tangan, menggigit bibir, menahan tangis, seakan-akan inilah akhir duniaku. Aku tahu disana ada orang! Aku tahu di sana ada CCTV! Namun, apa dayaku? Mau berlari pun justru terlihat seperti orang tolol, bisa jadi malah âberceceranâ kotori paha. Yang aku bisa, hanyalah sembunyikan muka.
Bodoooh! Bodoooh kalian beduaaa, hiks! What have I done to deserve this?
Tanpa bisa kutahan, akhirnya lubang mungil pipisku pun menyemburkan air.
Hiks, percayakah kalian? Aku kencing sembarangan⊠secara begitu lacurâŠ. layaknya anjing jalanan di lorong hotel. Lumayan deras timbulkan genangan becek di atas karpet tipisnya di sana.
âEh? EEEH? Anoo~ maafkan saya, Chesuko san! Kunci hotel ini susah sekali dibuka! Dasar hotel murahan, hahahaha!â
Dan, kalian tahu apa hal apa yang paling kubenci di kala itu? Timbul kejangan-kejangan kecil yang begitu lezat di sekujur badanku. Ini aku hanya jujur pada kalian, ya, karena aku lebih baik mati daripada mengakui jika aku berahi diperlakukan secara demikian. Aku pun tak mengerti, kenapa aku bisa begini?
------------------------------