Hari berikutnya kami saling berkirim kabar lewat SMS dan telepon.
Dua hari kemudian urusanku di kota P selesai. Rencanaku besok pagi kembali ke lokasi kerja. Hari masih siang, tadi pagi sempat mengirim SMS ke Suci janji untuk bertemu lagi. Ia menungguku di tempat yang sama. Begitu naik ke mobil dan duduk di sampingku ia segera menarik tubuhku dan mencondongkan kepalanya ke kepalaku. Kami berciuman sebentar melepas rindu seolah-olah bertahun-tahun tidak bertemu. Suci masih mengenakan seragam kerja dengan rok panjang dan jaket kain.
“Kemana kita?” tanyaku.
.....................
“Emang masih perlu jawaban yaa….,” jawabnya.
“Ohh ke mall yaa,” kataku menggodanya.
“Ga lucu ahh,” katanya sambil memasang wajah cemberut, “Kamu kapan kembali ke lokasi kerja, Yank?” lanjutnya.
“Rencana besok pagi. Kenapa emang”.
“Kita cari tempat yang lebih enak dari yang kemarin yuk. Aku pulang agak malam, besok pagi aku kembali lagi. Kamu cek outnya siang saja. Kembali ke lokasi siang ga apa-apa khan?”
“Ya ga apa-apa sih. Apalagi bakal ada aktivitas yang menyenangkan,” jawabku nyengir.
“Hmmm, terima kasih Yank. Sudah meluangkan waktu buatku”.
“Btw besok kamu ga ke sekolah kah?”
“Aku besok ga ada kelas kok,” katanya sambil mengerling nakal, "Ada kejutan hari ini buatmu,” lanjutnya.
“Apa tuh?”
“Ya kalau dikasih tau bukan kejutan dong”.
“Sekarang makan dulu yuk, masih jam makan siang juga. Aku belum makan nih,” ajakku.
“Aku tadi udah makan. Ada rapat di sekolah, dapat nasi kotak dan snack. Masih kenyang”.
“Jadi gimana, kita langsung open room atau makan? Nanti aku bisa pesan makan di hotel saja ”.
“Langsung ke kamar saja deh. Nanti makan disana saja”.
“Siapppp ibu bossss!”.
“Aamiin, semoga terkabul doanya,” katanya sambil mencubit lenganku.
Dengan petunjuk arah dari Suci, kami sampai ke sebuah hotel di pinggiran kota. Bangunannya asri dan suasananya tenang dengan beberapa pohon rindang di halamannya.
“Aku turun dulu Yank, kamu tunggu disini saja. Mau cek masih ada kamar ga. Nanti aku telpon baru kamu nyusul,” kataku setelah parkir mobil.
“Ok…ok,” jawabnya sambil menatapku penuh gairah.
Aku bergegas menuju resepsionis dan memesan kamar. Ternyata hanya tinggal satu kamar yang tersisa. Setelah membereskan urusan administrasi kamar aku menelpon Yuni memberitahunya untuk menyusulku.
“Udah dapat room nya. Aku tunggu depan lift. Tolong matikan mobil dan jangan lupa kunci pintunya”.
“Eh, tasmu mau dibawakan ga?”
“Tas pakaiannya ga usah. Tolong bawakan laptopku saja!”
Tak berapa lama Suci sudah menyusulku. Kuambil laptopku dan kamipun menaiki lift menuju kamar yang sudah aku pesan.
Sampai di kamar aku mengamati suasana kamar. Ukuran kamarnya cukup luas karena merupakan hotel tua. Kalau hotel baru biasanya tipe minimalis. Kuamati ke bagian belakang hotel dari balik kaca, masih terlihat kebun karet dan beberapa batang tanaman buah-buahan. Ada balkonnya dengan bangku panjang dari kayu. Suci melepas jaket yang dikenakannya.
“Aku mau mandi dulu yaa…Gerah,” kataku.
“Ga usah, biar saja. Aku suka bau tubuhmu,” balasnya.
Ketika aku akan menuju ke kamar mandi, Suci menarik tanganku dan mendorongku ke atas ranjang. Ia mengikuti arah jatuhku dan menimpa tubuhku. Tanpa menunggu lama ia sudah menaiki tubuhku dan menghujani diriku dengan ciumannya. Akupun membalasnya dengan penuh gairah.
Bibir kami saling melumat, lidah kami saling menggelitik dan membelit. Aku mengusap buah pantatnya yang padat. Dari luar rok seragamnya kurasakan tidak ada garis celana dalam. Aku mencoba mengusap lebih jauh lagi, mungkin saja dia memakai G-string. Ternyata tidak ada juga garis atau talinya. Ia mengerti maksudku. Disingkapkan roknya dan ternyata ia tidak mengenakna celana dalam. Ketika aku meraba payudaranya kurasakan juga ia tidak memakai bra. Jadi hanya pakaian seragam yang dikenakannya.
“Surprise yaaa…. Hihihih,” katanya.
“Tau gitu ga usah ke hotel, cari tempat sepi, singkapkan rok ….crot selesai dahh….Haha”.
“Eits … enak aja. Mau jadi berita terviral disini?”
Ia melepas kaus yang kukenakan, kemudian melucuti celana panjang dan celana dalamku. Akupun mulai membuka kancing baju seragamnya dan sekaligus melepaskannya. Pakaian kami sudah terserak di lantai sebelah ranjang.
Suci menyodorkan payudaranya ke mulutku. Aku menyambutnya dengan semangat. Kukulum, kuisap dan kujilati putting payudaranya, bergantian kanan dan kiri. Kulihat bekas cupangan dua hari lalu di bagian bawah gundukan payudaranya masih kelihatan. Suci mulai melenguh dan mendesah. Ia membiarkanku melepas retsleting roknya, tetapi menahan tanganku ketika akan melepaskannya.
“Jangan dibuka, biarkan saja seperti kemarin, ada kain yang menutup bagian bawah tubuhku”.
Ia kembali memberikan ciuman, mulai dari bibir, leher, telinga lalu ke dada. Beberapa saat ia bermain di putingku. Hidungnya kembang kempis, menarik nafas panjang membaui aroma tubuhku. Rangsangan dari jilatan dan kecupan pada putingku membuat gairahku semakin tinggi. Lidahnya kembali menyusuri dadaku, menjilati bulu dadaku, terus ke perut. Aku menggelinjang kegelian ketika ia menggelitik area pusarku.
Tak berapa lama Suci sudah bermain di area vitalku. Penisku yang sudah mulai mengeras menjadi sasaran bibirnya. Tangannya mengusap-usap buah zakarku. Lidahnya menjilati kepala penisku lalu bergerak menyusuri batangnya. Tangannya membantu mengusap dan mengocok lembut penisku.
“Oohhh Suciii…. Enak sekali, pintar sekali kamu…”.
“Hehh..heeghhh….plopppp,”
Penisku terus keluar masuk dalam mulutku. Aku mencoba mengangkat pinggulku dan menekan penisku ke dalam mulutnya, tapi ia menahannya,“Jangan…. Aku ga bisa sampai dalam. Nanti aku malah muntah”.
Ia kembali fokus menstimulir kepala penisku. Dijelajahinya mulai dari ujung sampai leher penis, bahkan lekukan penisku tidak lepas dari jilatannya. Ketika dirasakan penisku sudah mengeras dan beberapa kali mengencang Suci melepaskan mulutnya dari penisku, bergerak ke atas dan kembali kami berciuman.
Kini Suci menegakkan tubuhnya dan dengan bantuan tangannya ia mengarahkan penisku ke lubang vaginanya. Tak menunggu lama penisku sudah tertelan dalam vaginanya. Ia menggoyangkan pinggulnya dalam gerakan maju mundur. Aku menggerakkan pinggulku menyesuaikan dengan gerakannya. Kurasakan vaginanya masih becek tapi tidak seperti sebelumnya. Kali ini becek tapi sepertinya lebih berasa kenikmatan dari gesekan kulit kelamin kami. Aku pegang pinggangnya untuk mengatur ritme gerakannya. Ia terus bergerak-gerak dan tersenyum menggodaku. Kedua tanganku diraihnya dan ditarik ke payudaranya. Kuremas kedua payudaranya, kupelintir putingnya. Lehernya mendongak menahan kenikmatan yang semakin intens. Aku masih bertanya-tanya kenapa vaginanya tidak sebecek kemarin.
“Oouhhh sayang… nikmat sekali memekmu sekarang,” kataku memujinya.
“Heehhhmmm…..aarrgghhhhh”, erangnya.
Gerakannya berganti menjadi naik turun. Dalam posisi berjongkok, tangannya bertumpu di dadaku pantatnya bergerak naik turun. Aku menegakkan tubuhku dan duduk memangku tubuhnya. Kuremas, kucium dan kujilati payudaranya. Suci terus bergerak mengocok penisku. Ketika aku mendorong tubuhnya ke samping, ia menggelengkan kepalanya,”Nooo honey, biar saja aku di atas. Posisi ini enak buatku. Next round saja kita pakai variasinya”.
Rok yang dikenakan sudah tidak tentu lagi posisinya.
Ia mendorong tubuhku kembali berbaring. Gerakannya semakin cepat, nafasnya semakin memburu dan keringat sudah mengembun di kulitnya. Aku mengencangkan otot panggulku, fokus untuk segera menyelesaikan permainan ini. Ketika mata kami bertatapan ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pinggulku mulai bergerak lagi mengimbangi gerakan pinggulnya.
“Sayangg….,” bisikku
“Iyaa, keluarin saja,” katanya lirih.
Kutarik tubuhnya menindih tubuhku, sementara pinggul kami terus bergerak memburu kenikmatan. Kurasakan getaran nikmat semakin menjalar ke puncak.
“Succiiihhhhh…..aahhhhh,” Aku mengangkat pantatku tinggi dan Suci menekankan pantatnya sehingga kelamin kami menyatu tanpa jarak. Aku mencari-cari bibirnya dan ia menyambar bibirku dengan lumatan yang ganas. Badanku mengejang dan penisku memompa cairannya beberapa kali. Sebelum denyutan di penisku berakhir, aku melepaskan diri dari ciumannya dan mencari payudaranya. Kutekan mulutku di gunung payudaranya dengan gigitan kecil sampai denyutan di penisku mereda.
“Aaahhh….sakittttt,” pekiknya sambil mendorong kepalaku, tapi aku tetap menahan gigitan pada dadanya.
Kulepaskan gigitan pada dadanya. Kulihat bercak kemerahan di bekas gigitanku. Ia sekilas melihat cupang di dadanya dan menatapku sayu, mengusap rambut dan pipiku.
“Huuhhh…. Aku harus pakai baju tertutup sampai bekasnya menghilang,” katanya sambil bersungut-sungut.
“Ayuk kita mandi dan membersihkan badan, biar segar,” ajakku.
Ia bangkit dan melepas roknya, memunguti pakaian kami yang berserakan dan meletakkannya di atas meja.
Selesai mandi barulah perutku terasa lapar.
“Ehhh ada yang protes tuh,” ketika mendengar perutku berbunyi.
“Hehehe…. Baru sekarang terasa lapar. Aku mau pesan makan ke resto hotel, kamu mau makan juga?” tanyaku.
“Hmmm…. Aku pesan makanan ringan saja kalau ada. Minumnya lemon tea,” jawabnya.
Kami melihat daftar menu makanan dan kemudian memesan makanan yang kami inginkan.
Kami berbaring bertelanjang dada, aku hanya mengenakan celana panjang dan Suci hanya mengenakan roknya.
“Kusut tuh roknya,” kataku sambil melihatnya merapikan rok.
“Hmmm ga apa-apa. Nanti sampai rumah juga sudah malam langsung ganti baju”.
“Ehhmmm sepertinya ada yang berbeda hari ini,”
“Apa tuh,” katanya sambil mengerling penuh arti.